Khotbah Tetap Semangat Untuk Tuhan

Khotbah Tetap Semangat Untuk Tuhan

I. PENDAHULUAN: SEMANGAT YANG MEMUDAR DALAM PERJALANAN IMAN

Saudara-saudara yang dikasihi dalam Kristus,

Setiap orang percaya pasti pernah mengalami masa-masa semangat rohani yang tinggi — saat pertama kali mengenal kasih Kristus, saat doa terasa begitu hidup, dan pelayanan begitu menyenangkan. Namun, sering kali, semangat itu perlahan memudar. Dunia dengan segala godaan, penderitaan hidup, dan rutinitas yang menjemukan dapat membuat api kasih itu padam.

Dalam Wahyu 2:4, Tuhan Yesus menegur jemaat Efesus:

“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”

Ayat ini menjadi cermin bagi banyak orang Kristen masa kini. Kita tetap beribadah, tetap aktif dalam pelayanan, tetapi hati kita sudah tidak lagi berapi-api untuk Tuhan. Kita kehilangan sukacita sejati dalam bersekutu dengan Kristus.

Namun kabar baiknya: Allah memanggil kita untuk tetap semangat bagi Tuhan. Semangat rohani bukan hasil emosi sesaat, melainkan anugerah Roh Kudus yang menyalakan kasih yang tidak pernah padam di dalam hati orang percaya.

Seperti kata Rasul Paulus dalam Roma 12:11:

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”

Khotbah ini akan menolong kita memahami bagaimana, menurut pandangan teologi Reformed, semangat untuk Tuhan bertumbuh, dijaga, dan dimurnikan dalam terang kasih karunia Allah.

II. DASAR TEOLOGIS: SEMANGAT YANG BERASAL DARI ANUGERAH ALLAH

Dalam teologi Reformed, semua hal yang baik di dalam diri manusia — termasuk semangat rohani — berasal sepenuhnya dari anugerah Allah.

1. Semangat sejati berasal dari Roh Kudus.
John Calvin menulis:

“Segala kebaikan yang muncul dalam hati manusia bukan berasal dari dirinya, tetapi dari Roh Kudus yang bekerja secara diam-diam di dalamnya.”
(Institutes, II.iii.6)

Ketika seseorang menjadi percaya, Roh Kudus menanamkan kehidupan baru yang membuatnya mampu mengasihi Tuhan dan rindu untuk melayani-Nya. Namun semangat itu harus terus dipelihara melalui pertumbuhan dalam firman, doa, dan ketaatan.

2. Semangat rohani berbeda dari semangat duniawi.
Louis Berkhof menjelaskan:

“Semangat Kristen bukanlah antusiasme emosional semata, melainkan respon rohani terhadap anugerah keselamatan yang diterima oleh iman.”
(Systematic Theology, hlm. 525)

Jadi, semangat sejati bukan karena kita ingin dipuji, bukan karena suasana rohani yang menggugah, tetapi karena kasih kepada Allah yang telah lebih dulu mengasihi kita.

3. Semangat sejati lahir dari pengertian yang benar tentang Injil.
R.C. Sproul menulis:

“Semakin seseorang memahami kedalaman kasih Allah di dalam Kristus, semakin besar pula semangatnya untuk hidup bagi kemuliaan-Nya.”
(The Holiness of God, hlm. 189)

Artinya, semangat kita bertumbuh seiring dengan pengenalan kita akan siapa Allah dan apa yang telah Ia lakukan bagi kita.

III. TELADAN SEMANGAT DARI ALKITAB

Mari kita melihat beberapa contoh dalam Alkitab tentang orang-orang yang tetap bersemangat untuk Tuhan di tengah situasi yang tidak mudah.

1. Daud: Semangat dalam Penderitaan

Dalam Mazmur 42:6 Daud berkata:

“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah, sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya.”

Daud mengajarkan bahwa semangat rohani bukan berarti hidup tanpa kesedihan. Tetapi bahkan di tengah air mata, ia tetap mengarahkan hatinya kepada Allah.

John Owen berkata:

“Iman yang sejati tidak menghapus penderitaan, tetapi memampukan kita untuk memandang melampaui penderitaan itu kepada kemuliaan Kristus.”
(Communion with God, hlm. 102)

Daud tidak membiarkan perasaannya menentukan imannya. Ia menegur jiwanya sendiri untuk tetap berharap kepada Tuhan.

2. Paulus: Semangat dalam Pelayanan

Rasul Paulus adalah teladan luar biasa tentang semangat rohani yang tidak padam. Dalam 2 Korintus 4:8-9 ia menulis:

“Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa.”

Mengapa Paulus tetap bersemangat di tengah penderitaan? Karena ia memandang kepada Kristus yang lebih besar daripada semua kesulitan.

Ia berkata:

“Kasih Kristus yang menguasai kami.” (2 Korintus 5:14)

Charles Hodge menjelaskan:

“Motivasi utama kehidupan Paulus adalah kasih Kristus. Ia tidak digerakkan oleh ambisi atau ketakutan, tetapi oleh kasih yang telah menebus dirinya.”
(Commentary on 2 Corinthians, hlm. 93)

3. Yesus: Teladan Semangat yang Sempurna

Tidak ada teladan semangat bagi Allah yang lebih besar daripada Tuhan Yesus sendiri. Yohanes 4:34 mencatat kata-kata-Nya:

“Makananku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”

Kehidupan Kristus dipenuhi semangat untuk memuliakan Bapa — bahkan hingga mati di salib.

John Calvin menulis dengan penuh hormat:

“Kristus dengan sepenuh hati mengabdikan diri untuk kemuliaan Bapa, dan dengan demikian Ia menunjukkan kepada kita apa artinya mengasihi Allah dengan segenap hati.”
(Commentary on John 4:34)

Semangat sejati adalah semangat yang berakar dalam kasih kepada Allah, bukan kepada diri sendiri.

IV. FONDASI SEMANGAT: KASIH ALLAH DAN PENGHARAPAN KEKAL

Sering kali semangat kita padam karena kita kehilangan fokus pada kasih dan janji Allah. Oleh sebab itu, kita perlu kembali ke dasar Injil: Allah yang mengasihi kita terlebih dahulu (1 Yohanes 4:19).

1. Kasih Allah yang menggerakkan semangat kita.
Ketika kita merenungkan salib Kristus, di situlah api rohani dinyalakan kembali. John Stott — seorang teolog yang berakar dalam tradisi Reformed — menulis:

“Salib adalah satu-satunya api yang cukup panas untuk menyalakan hati yang dingin.”
(The Cross of Christ, hlm. 72)

Melihat kasih Allah di kayu salib membuat kita ingin membalas kasih itu dengan kesetiaan dan semangat hidup bagi-Nya.

2. Pengharapan akan kemuliaan yang kekal.
Semangat rohani juga bertumbuh dari keyakinan akan masa depan yang pasti. Paulus menulis:

“Penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Roma 8:18)

R.C. Sproul mengatakan:

“Pengharapan kekal bukanlah pelarian dari dunia ini, tetapi bahan bakar untuk bertahan dalam dunia yang rusak.”
(Essential Truths of the Christian Faith, hlm. 218)

Ketika kita menatap kemuliaan kekal, kita memiliki alasan untuk tetap semangat — bukan karena dunia ini, tetapi karena Kristus yang menanti di ujung perjalanan.

V. MENGAPA SEMANGAT KITA BISA PADAM

Sebelum kita membahas bagaimana memeliharanya, kita perlu menyadari penyebab semangat rohani memudar.

  1. Kelelahan rohani dan jasmani.
    Bahkan hamba Tuhan seperti Elia pernah berkata, “Cukuplah itu, ya Tuhan, ambillah nyawaku.” (1 Raj. 19:4)
    Elia kelelahan setelah pelayanan yang panjang. Tuhan tidak menegurnya dengan keras, tetapi memberinya makanan, istirahat, dan kemudian suara lembut.

  2. Kehilangan fokus rohani.
    Ketika Petrus berjalan di atas air, ia mulai tenggelam saat memandang angin dan ombak, bukan Kristus (Matius 14:30). Banyak orang percaya kehilangan semangat karena mata mereka beralih dari Kristus kepada masalah dunia.

  3. Dosa yang tidak diakui.
    Mazmur 32 menunjukkan bagaimana dosa yang tidak diakui mengeringkan semangat batin seseorang:

“Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu.”

John Owen memperingatkan:

“Tidak ada yang lebih cepat memadamkan api Roh daripada kompromi dengan dosa.”
(The Mortification of Sin, hlm. 92)

VI. CARA MENJAGA SEMANGAT UNTUK TUHAN

Bagaimana kita bisa tetap bersemangat dalam iman dan pelayanan kepada Tuhan?

1. Tinggal dalam firman Tuhan

Mazmur 1:2 mengatakan:

“Yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”

Firman Allah adalah bahan bakar rohani. Ketika kita berhenti membaca dan merenungkannya, api rohani mulai padam. Calvin berkata:

“Firman adalah alat Roh Kudus untuk menyalakan iman dan menjaga semangat kita agar tidak dingin.”
(Institutes, I.vii.1)

2. Doa yang hidup dan tulus

Dalam 1 Tesalonika 5:17 kita diperintahkan: “Berdoalah tanpa henti.”
Doa bukan sekadar kewajiban, tetapi hubungan dengan Allah yang hidup. Melalui doa, Roh Kudus menguatkan dan memperbaharui hati kita.

3. Persekutuan dengan umat Tuhan

Ibrani 10:25 berkata:

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang.”

Roh Kudus memakai komunitas orang percaya untuk saling menguatkan dan menyalakan kembali semangat iman.

4. Melayani dengan hati yang bersyukur

Semangat untuk Tuhan tidak terpelihara hanya dengan duduk diam. Semangat bertumbuh saat kita taat melayani.
Charles Spurgeon berkata:

“Api rohani bertambah kuat ketika kita memakainya untuk menerangi orang lain.”
(Lectures to My Students, hlm. 145)

5. Ingat kasih karunia Tuhan setiap hari

Setiap pagi, kita perlu mengingat: kita diselamatkan bukan karena usaha, tetapi karena kasih karunia. Semangat sejati muncul bukan dari rasa takut gagal, tetapi dari rasa syukur yang mendalam kepada Kristus.

VII. TETAP SEMANGAT DI TENGAH PENDERITAAN

Semangat sejati diuji dalam penderitaan. Paulus menulis dalam Filipi 1:21:

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”

Bagi Paulus, penderitaan bukan alasan untuk menyerah, tetapi kesempatan untuk memuliakan Kristus.
John Piper, seorang teolog Reformed kontemporer, berkata:

“Tuhan paling dimuliakan di dalam kita ketika kita paling puas di dalam Dia, bahkan di tengah penderitaan.”
(Desiring God, hlm. 10)

Penderitaan menyingkapkan apakah semangat kita didasarkan pada kenyamanan atau pada Kristus. Orang yang benar-benar mengenal kasih Kristus akan tetap berapi-api bahkan di tengah badai hidup, karena hatinya berakar dalam kasih yang kekal.

VIII. PENUTUP: API YANG TAK PERNAH PADAM

Saudara-saudara, semangat untuk Tuhan bukanlah emosi sesaat. Itu adalah nyala api dari Roh Kudus yang bekerja di hati kita. Dunia ini akan berusaha memadamkannya, tetapi kasih Kristus jauh lebih kuat.

Dalam Roma 8:38-39, Paulus menegaskan:

“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, ... maupun sesuatu makhluk lain pun, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Maka marilah kita menyalakan kembali api semangat itu — dengan kembali kepada firman, doa, dan kasih karunia Injil. Jangan biarkan pelayanan menjadi rutinitas tanpa sukacita. Jadikan setiap hal yang kita lakukan, besar atau kecil, sebagai persembahan bagi Tuhan.

Sebagaimana Calvin menulis:

“Hidup orang Kristen bukan miliknya sendiri, melainkan milik Tuhan. Karena itu, biarlah seluruh hidupnya menjadi nyala api yang mempersembahkan kemuliaan bagi Sang Penebus.”
(Institutes, III.vii.1)

Kiranya semangat untuk Tuhan — yang berasal dari kasih-Nya — terus berkobar dalam hati kita sampai akhir hayat.

DOA PENUTUP

Ya Tuhan,
Terima kasih atas kasih-Mu yang tak berubah. Engkau telah menyalakan api iman di hati kami melalui Roh Kudus. Ampunilah kami jika semangat kami telah padam, dan nyalakan kembali kasih kepada-Mu.
Ajarlah kami untuk hidup bagi kemuliaan-Mu, tetap setia, dan melayani dengan sukacita, sampai kami bertemu dengan-Mu muka dengan muka.

Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Pengantara kami yang hidup. Amin.

Next Post Previous Post