Mazmur 1:4 Seperti Sekam yang Dihamburkan Angin

Mazmur 1:4 Seperti Sekam yang Dihamburkan Angin

Teks: Mazmur 1:4

"Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin."

I. Pendahuluan

Saudara-saudara yang dikasihi dalam Kristus,

Mazmur 1 adalah pintu gerbang Kitab Mazmur, kitab doa, pujian, dan renungan yang begitu kaya. Sejak ayat pertama, Mazmur 1 menekankan dua jalan hidup: jalan orang benar dan jalan orang fasik. Ini adalah tema besar yang terus berulang dalam seluruh Kitab Mazmur, bahkan dalam seluruh Alkitab: ada jalan kehidupan dan ada jalan kebinasaan.

Mazmur 1:1–3 menggambarkan keadaan orang benar: diberkati, berakar dalam Firman Tuhan, dan berbuah pada waktunya. Namun, mulai Mazmur 1:4, sang pemazmur memperlihatkan kontras yang tajam dengan menyatakan: "Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin."

Ayat ini adalah sebuah peringatan keras sekaligus gambaran yang sangat hidup. Sekam adalah bagian dari bulir gandum yang tidak berguna, ringan, dan mudah ditiup angin. Dengan metafora ini, pemazmur menggambarkan keadaan orang fasik yang rapuh, fana, dan tidak memiliki kekekalan.

Hari ini, kita akan merenungkan lebih dalam mengenai Mazmur 1:4, melihat eksposisinya, mendengar pandangan teolog Reformed, dan menarik pelajaran bagi kehidupan kita.

II. Eksposisi Teks

1. "Bukan demikian orang fasik"

Ungkapan ini menegaskan kontras mutlak antara orang benar dan orang fasik. Orang benar berakar, kuat, produktif; sedangkan orang fasik tidak demikian. Dalam bahasa Ibrani, kalimat ini dimulai dengan kata “lo ken” yang menekankan penolakan total: "Tidak demikian, sama sekali tidak demikian."

John Calvin dalam komentarnya menekankan: “Mazmur ini menunjukkan perbedaan yang tidak dapat didamaikan antara orang benar dan orang fasik. Tidak ada posisi netral. Jika seseorang tidak tertanam dalam Firman Allah, ia akan menjadi sekam yang ditiupkan angin.”

2. "Mereka seperti sekam"

Sekam adalah kulit luar gandum yang dipisahkan saat proses perontokan. Berbeda dengan biji gandum yang bernutrisi, sekam tidak berguna dan biasanya dibuang atau dibakar. Sekam melambangkan kekosongan, tidak bernilai, dan rapuh.

Matthew Henry menulis: “Sekam adalah gambaran yang tepat dari orang fasik: tidak berguna, tidak memiliki kekuatan, mudah hancur, dan tidak dapat bertahan pada hari penghakiman.”

3. "Yang ditiupkan angin"

Angin menggambarkan ketidakstabilan hidup orang fasik. Mereka tidak memiliki dasar yang kuat; hidup mereka dipengaruhi oleh keadaan, ditiup oleh opini publik, keinginan dunia, dan godaan dosa. Mereka tidak pernah kokoh.

R. C. Sproul menjelaskan: “Pemazmur menekankan kerapuhan hidup orang fasik. Mereka tampak kokoh sementara waktu, tetapi pada akhirnya akan tercerai-berai oleh angin penghakiman Allah.”

III. Konteks Teologis

Mazmur 1 menegaskan teologi dua jalan:

  1. Jalan orang benar – Hidup berakar pada Firman Allah, menghasilkan buah, dan kokoh.

  2. Jalan orang fasik – Hidup tanpa Allah, kosong, sia-sia, dan akhirnya menuju kebinasaan.

Teologi Reformed menekankan bahwa manusia sejak kejatuhan Adam secara natur adalah fasik (Roma 3:10–12). Namun, anugerah Allah di dalam Kristus menebus dan menanam kita dalam jalan yang benar. Tanpa anugerah, kita semua adalah sekam yang siap dihanyutkan angin.

John Owen menulis: “Tidak ada jalan tengah antara hidup dalam Kristus atau binasa dalam dosa. Mereka yang tidak berakar di dalam Kristus hanyalah sekam yang menunggu saat dihamburkan.”

IV. Pandangan Para Teolog Reformed

1. John Calvin

Calvin menegaskan bahwa pemazmur menggunakan gambaran sekam untuk menunjukkan betapa rapuhnya kehidupan orang fasik. “Seperti sekam, mereka tidak punya bobot rohani; mereka tidak dapat bertahan di hadapan Allah.”

2. Charles Spurgeon

Dalam The Treasury of David, Spurgeon menulis: “Sekam itu ringan, tidak bernilai, dan ditiup oleh angin. Demikianlah orang fasik. Mereka tidak memiliki substansi kekal. Hidup mereka hanya sementara dan sia-sia.”

3. Jonathan Edwards

Edwards menekankan aspek penghakiman: “Sekam akan dihamburkan angin, dan orang fasik akan dihamburkan pada hari murka Allah. Mereka tidak punya tempat di hadapan orang benar.”

4. Martyn Lloyd-Jones

Dalam khotbahnya, Lloyd-Jones menyatakan bahwa dunia modern penuh dengan "sekam-sekam" yang berusaha menunjukkan diri bernilai, tetapi tidak berakar dalam Kristus. Ia berkata: “Orang fasik mungkin tampak kuat, berkuasa, atau kaya. Tetapi tanpa Kristus, mereka hanyalah sekam—kosong dan sementara.”

V. Aplikasi Pastoral

Apa yang dapat kita pelajari dari gambaran sekam ini?

1. Kekosongan Hidup Orang Fasik

Mazmur ini mengingatkan kita bahwa hidup tanpa Allah adalah sia-sia. Kita bisa kaya, terkenal, atau sukses, tetapi semua itu seperti sekam: kosong dan fana.

2. Panggilan untuk Berakar dalam Firman

Kontras dengan sekam, orang benar digambarkan sebagai pohon yang berakar. Artinya, kita dipanggil untuk menanam hidup kita dalam Firman Tuhan agar kuat menghadapi badai kehidupan.

3. Kesadaran akan Penghakiman Allah

Angin melambangkan penghakiman Allah. Orang fasik tidak bisa bertahan pada hari penghakiman. Maka kita dipanggil untuk hidup dalam pertobatan dan iman kepada Kristus.

4. Hidup dengan Perspektif Kekal

Sekam adalah lambang kefanaan. Kita diingatkan agar tidak menaruh pengharapan pada hal-hal duniawi yang sementara, tetapi pada Kristus yang kekal.

VI. Ilustrasi

  1. Proses perontokan gandum
    Dalam budaya agraris Israel, gandum dipisahkan dari sekam dengan menampi di udara. Gandum jatuh karena berat, sedangkan sekam terbang ditiup angin. Inilah gambaran penghakiman Allah: orang benar bertahan, orang fasik tercerai-berai.

  2. Bangunan tanpa fondasi
    Seorang arsitek bisa membangun rumah megah di atas pasir, tetapi saat badai datang, rumah itu roboh. Demikianlah orang fasik: hidup mereka tampak kokoh, tetapi tanpa fondasi Kristus, mereka runtuh.

  3. Hidup modern yang sia-sia
    Banyak orang mengejar popularitas di media sosial, kekayaan, atau jabatan. Namun semua itu bisa hilang dalam sekejap, seperti sekam yang ditiup angin.

VII. Kontras Injil

Mazmur 1:4 adalah kabar buruk bagi orang fasik, tetapi Injil memberi kabar baik. Kristus datang untuk menebus kita yang seharusnya sekam. Melalui salib-Nya, Dia menanam kita menjadi pohon yang berakar di dalam Dia.

Yesus berkata dalam Yohanes 15:5: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.” Tanpa Kristus kita adalah sekam, tetapi di dalam Kristus kita berbuah lebat.

VIII. Kesimpulan

Mazmur 1:4 adalah peringatan sekaligus undangan:

  • Orang fasik adalah sekam—kosong, fana, dan menuju kebinasaan.

  • Orang benar adalah pohon—berakar, berbuah, dan hidup dalam kekekalan.

Marilah kita menanyakan diri: Apakah hidup kita seperti sekam atau seperti pohon? Apakah kita hanya hidup untuk dunia yang fana, atau berakar dalam Kristus yang kekal?

Kiranya kita semua bukan sekam yang ditiup angin, tetapi pohon yang berakar dalam Firman Tuhan, hidup berbuah, dan memuliakan Allah.

Seperti kata Yesus dalam Matius 7:24–25: “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.”

Next Post Previous Post