Kristus Pengantara antara Allah dan Manusia

I. Pendahuluan: Kristus, Jembatan antara Allah dan Manusia
Di tengah kebingungan dunia yang terus mencari jalan menuju keselamatan, Alkitab dengan jelas menyatakan satu kebenaran yang absolut: hanya ada satu Pengantara antara Allah dan manusia, yaitu Yesus Kristus (1 Timotius 2:5). Di sinilah inti Injil, pusat seluruh teologi Kristen, dan jantung dari pengharapan orang percaya.
Dalam doktrin Reformed, tema “Of Christ the Mediator” adalah inti dari Confession of Faith Westminster Bab VIII yang berbicara tentang Kristus sebagai Pengantara, Nabi, Imam, dan Raja. Kristus bukan sekadar teladan moral atau nabi besar, tetapi satu-satunya jalan bagi manusia untuk bersekutu kembali dengan Allah yang kudus. Seperti dikatakan Yohanes Calvin:
“Kristus adalah ikatan yang menghubungkan surga dan bumi, karena hanya melalui Dia Allah menjadi Bapa kita dan kita menjadi anak-anak-Nya.”
(Institutes, II.xii.1)*
Artikel hari ini mengajak kita menyelami keagungan pribadi dan karya Kristus sebagai Pengantara, berdasarkan kesaksian Alkitab dan pemahaman para teolog Reformed, agar kita semakin bersyukur dan hidup dalam pengabdian penuh kepada Dia yang telah menebus kita.
II. Dasar Biblika: Satu Pengantara antara Allah dan Manusia
Paulus dalam 1 Timotius 2:5 menulis:
“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.”
Kata “pengantara” (mesitēs) dalam bahasa Yunani berarti “seseorang yang menengahi antara dua pihak yang terpisah.” Hubungan manusia dengan Allah telah rusak karena dosa. Dosa membuat manusia menjadi musuh Allah (Roma 5:10), dan upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Tidak ada seorang pun dapat datang kepada Allah tanpa perantaraan yang kudus dan sempurna.
Di sinilah Kristus tampil. Ia adalah Allah sejati dan manusia sejati, yang menjadi jembatan sempurna antara dua pihak yang sebelumnya terpisah. Sebagaimana ditulis oleh teolog Reformed, Louis Berkhof:
“Sebagai Pengantara, Kristus harus memiliki dua natur yang bersatu dalam satu pribadi, agar Ia dapat berdiri di antara Allah dan manusia, mewakili keduanya.”
(Systematic Theology, hlm. 333)*
Berkhof menjelaskan bahwa hanya Kristus yang memenuhi syarat sebagai pengantara sejati: Ia adalah Allah yang kudus dan manusia yang berdosa, tetapi tanpa dosa. Hanya dengan demikian Ia dapat membawa manusia kembali kepada Allah melalui pendamaian.
III. Kemanusiaan dan Keilahian Kristus dalam Pengantaraan
Kita perlu memahami dua natur Kristus: keilahian dan kemanusiaan-Nya. Doktrin ini tidak hanya penting bagi teologi sistematik, tetapi juga bagi keselamatan kita. Calvin menulis:
“Kita tidak dapat mengenal Allah sebagai Bapa tanpa mengenal Kristus sebagai Pengantara.”
(Institutes, II.vi.1)*
-
Kristus sebagai Allah sejati.
Sebagai Allah, Kristus memiliki kuasa untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Ibrani 1:3 menyatakan bahwa Ia adalah “cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah.” Jika Kristus hanya manusia, Ia tidak dapat menanggung murka Allah atas dosa seluruh umat manusia. -
Kristus sebagai manusia sejati.
Sebagai manusia, Kristus menjadi wakil kita. Ia hidup dalam ketaatan sempurna kepada hukum Allah. Ia merasakan kelemahan, penderitaan, dan pencobaan, tetapi tanpa dosa (Ibrani 4:15). Tanpa kemanusiaan-Nya, Ia tidak dapat menebus dosa kita di kayu salib.
Sinclair Ferguson menulis:
“Kristus sebagai Pengantara bukan hanya menghubungkan dua pihak yang terpisah, tetapi Ia sendiri adalah titik pertemuan antara Allah dan manusia. Dalam diri-Nya, kemanusiaan dan keilahian dipersatukan untuk selama-lamanya.”
(The Christian Life, hlm. 59)*
IV. Tiga Jabatan Kristus sebagai Pengantara: Nabi, Imam, dan Raja
Tradisi Reformed menekankan bahwa Kristus menjalankan tiga jabatan — munus triplex: Nabi, Imam, dan Raja — dalam pengantaraan-Nya. Westminster Confession of Faith (Bab VIII, pasal 1) menyatakan:
“Allah berkenan untuk memilih dan menetapkan Tuhan Yesus, Anak Tunggal-Nya, untuk menjadi Pengantara antara Allah dan manusia, Nabi, Imam, dan Raja, Kepala dan Juruselamat Gereja-Nya.”
1. Kristus sebagai Nabi
Sebagai Nabi, Kristus menyatakan kehendak Allah kepada manusia. Ia bukan hanya menyampaikan firman Allah; Ia sendiri adalah Firman itu (Yohanes 1:1).
John Owen berkata:
“Kristus tidak hanya membawa firman Allah, tetapi Ia sendiri adalah wahyu sempurna dari Allah kepada manusia.”
(The Glory of Christ, hlm. 78)*
Kristus mengajar dengan otoritas ilahi, membuka mata manusia yang buta rohani, dan menerangi hati umat pilihan agar mengenal Allah dengan benar.
2. Kristus sebagai Imam
Sebagai Imam Besar, Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban pendamaian yang sempurna (Ibrani 9:14). Tidak ada imam di Perjanjian Lama yang dapat menghapus dosa secara tuntas. Tetapi Kristus, melalui satu korban di salib, menyempurnakan mereka yang dikuduskan untuk selama-lamanya (Ibrani 10:14).
Charles Hodge menulis:
“Imam Besar Kristus tidak hanya mempersembahkan korban, tetapi Ia sendiri adalah korban itu. Dalam satu tindakan yang kekal, Ia memuaskan keadilan Allah dan memperoleh keselamatan bagi umat-Nya.”
(Systematic Theology, II.593)*
Selain mempersembahkan korban, Kristus juga berdoa sebagai pengantara di surga (Rm. 8:34). Doa syafaat-Nya terus berlanjut hingga kini — inilah jaminan bahwa keselamatan kita tidak mungkin gagal.
3. Kristus sebagai Raja
Sebagai Raja, Kristus memerintah atas Gereja-Nya dan atas seluruh ciptaan. Ia menaklukkan musuh-musuh Allah dan menegakkan kerajaan kebenaran.
Abraham Kuyper menegaskan:
“Tidak ada satu inci pun di seluruh alam semesta ini yang tidak dikatakan Kristus: ‘Itu milik-Ku!’”
(Sphere Sovereignty, 1880)*
Sebagai Raja, Kristus memerintah hati umat-Nya melalui Roh Kudus dan menuntun mereka menuju kehidupan kekal.
V. Karya Pengantara Kristus: Pendamaian dan Penebusan
Karya pengantaraan Kristus berpuncak pada salib dan kebangkitan. Melalui salib, Ia mendamaikan manusia berdosa dengan Allah yang kudus. Melalui kebangkitan, Ia meneguhkan kemenangan atas dosa dan maut.
John Murray dalam Redemption Accomplished and Applied menjelaskan dua aspek karya Kristus:
-
Pendamaian (Atonement) – Kristus menanggung murka Allah atas dosa umat-Nya.
-
Penebusan (Redemption) – Kristus membayar harga untuk membebaskan umat-Nya dari kuasa dosa dan maut.
Murray menulis:
“Pendamaian bukan sekadar menunjukkan kasih Allah, tetapi memuaskan keadilan-Nya. Hanya karena keadilan terpenuhi, kasih dapat dicurahkan dengan bebas.”
Dengan demikian, karya Kristus sebagai Pengantara bukan sekadar contoh moral, melainkan tindakan yuridis dan rohani yang membawa perubahan kekal: dari kematian menuju kehidupan, dari murka menuju kasih karunia.
VI. Relevansi bagi Orang Percaya: Hidup dalam Pengantaraan Kristus
Apa arti kebenaran ini bagi kita hari ini?
-
Kita memiliki akses langsung kepada Allah.
Karena Kristus telah membuka jalan melalui darah-Nya, kita dapat datang kepada Allah dengan keberanian (Ibrani 10:19-22). Tidak ada lagi tirai yang memisahkan kita. Setiap doa kita didengar melalui pengantaraan Kristus. -
Kita memiliki jaminan keselamatan yang kekal.
Keselamatan kita tidak tergantung pada usaha kita, tetapi pada karya Kristus yang sempurna. Seperti dikatakan oleh R.C. Sproul:
“Jika keselamatan bergantung sedikit saja pada kita, maka kita akan kehilangan semuanya. Tetapi karena keselamatan sepenuhnya adalah karya Kristus, maka itu tidak dapat digoyahkan.”
(Chosen by God, hlm. 182)*
-
Kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dan kasih.
Mengetahui bahwa Kristus menjadi Pengantara kita seharusnya mendorong kita untuk hidup dalam kekudusan. Kita tidak lagi hidup bagi diri sendiri, tetapi bagi Dia yang telah mati dan bangkit bagi kita (2 Korintus 5:15).
VII. Kristus Pengantara yang Hidup: Pengharapan di Tengah Dunia yang Goyah
Dalam dunia yang penuh penderitaan, ketidakpastian, dan dosa, pengantaraan Kristus memberi kita penghiburan yang tidak tergoyahkan. Ia bukan hanya Pengantara di masa lalu, tetapi juga Pengantara yang hidup sekarang. Ia duduk di sebelah kanan Bapa, terus berdoa bagi kita (Ibrani 7:25).
John Owen menulis dengan indah:
“Kristus tidak pernah berhenti menjadi Pengantara. Ketika kita jatuh dalam dosa, Ia tidak menolak kita, melainkan menunjukkan luka-luka-Nya kepada Bapa dan berkata: ‘Aku telah menebus mereka.’”
(The Death of Death in the Death of Christ, hlm. 231)*
Setiap kali kita merasa lemah, terpuruk, atau kehilangan arah, kita diingatkan bahwa Kristus berdiri di hadapan Allah sebagai Pembela kita. Iblis mungkin menuduh, tetapi Kristus menjawab dengan darah-Nya yang menebus.
VIII. Penutup: Hidup di Bawah Karya Pengantara Kristus
Saudara-saudara, doktrin Of Christ the Mediator bukanlah teori teologis yang kering. Ini adalah jantung iman Kristen. Tanpa Kristus sebagai Pengantara, tidak ada harapan, tidak ada pengampunan, dan tidak ada keselamatan. Namun karena karya-Nya, kita berdiri di hadapan Allah sebagai orang yang dibenarkan.
Sebagaimana diungkapkan Calvin dengan penuh pengharapan:
“Selama Kristus adalah Pengantara kita, tidak ada jurang yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah.”
(Institutes, II.xvi.18)*
Marilah kita hidup setiap hari dengan kesadaran bahwa kita memiliki Pengantara yang sempurna — yang mati bagi kita, bangkit bagi kita, dan sekarang memerintah untuk kita. Biarlah seluruh hidup kita menjadi ungkapan syukur atas kasih dan karya penebusan Kristus.