Zakharia 1:18–19: Empat Tanduk dan Tangan Allah
.jpg)
Pendahuluan
Kitab Zakharia adalah salah satu tulisan profetik yang penuh dengan penglihatan simbolis dan nubuatan yang kaya makna teologis. Di tengah konteks pemulihan bangsa Israel pasca-pembuangan Babel, Tuhan memberikan serangkaian penglihatan kepada nabi Zakharia untuk menguatkan umat-Nya. Salah satu penglihatan itu adalah tentang empat tanduk (Zakharia 1:18–19), sebuah lambang yang kuat tentang kuasa, penghancuran, dan pengharapan akan pemulihan.
Ayat ini berbunyi:
“Lalu, aku melayangkan mataku dan melihat, tampak empat tanduk. Kemudian, aku bertanya kepada malaikat yang berbicara denganku, ‘Apakah arti semua ini?’ Dia menjawab aku, ‘Inilah tanduk-tanduk yang telah menyerakkan Yehuda, Israel, dan Yerusalem.’” (Zakharia 1:18–19, AYT)
Penglihatan ini, meskipun singkat, memuat pesan teologis yang sangat dalam. Melalui eksposisi ini, kita akan menelaah arti rohani dari empat tanduk itu, hubungannya dengan karya pemeliharaan Allah, serta bagaimana pemahaman ini diterangi oleh teologi Reformed yang menekankan kedaulatan Allah atas sejarah dan bangsa-bangsa.
I. Konteks Historis dan Latar Belakang
1. Kondisi Bangsa Israel Saat Itu
Zakharia bernubuat pada masa pasca-pembuangan, sekitar tahun 520 SM, bersamaan dengan pelayanan nabi Hagai. Umat Israel baru kembali dari Babel dan sedang membangun kembali Bait Allah yang telah lama hancur (Ezra 5–6). Namun, mereka masih lemah secara politik, miskin secara ekonomi, dan letih secara rohani.
Bangsa ini membutuhkan dorongan baru untuk menyadari bahwa pemulihan sejati hanya dapat terjadi jika Allah kembali berdiam di tengah mereka. Maka, Allah memberikan kepada Zakharia serangkaian penglihatan yang mengungkapkan bahwa meskipun umat-Nya telah ditindas, Ia tetap memegang kendali atas segala kuasa yang menindas.
2. Penglihatan Keempat: Empat Tanduk
Kata tanduk (Ibrani: qeren) dalam Alkitab sering kali melambangkan kuasa dan kekuatan. Dalam budaya Timur Dekat kuno, tanduk hewan digunakan sebagai simbol kekuasaan raja atau kekuatan militer (Mazmur 75:5, Daniel 7:7–8).
Zakharia melihat empat tanduk — lambang dari kekuatan politik yang telah menindas Israel dan menghancurkan Yerusalem. Namun, penglihatan ini tidak berhenti pada penderitaan; ia menuntun kepada janji bahwa Allah akan mengutus tukang-tukang besi (ayat 20–21) untuk menghancurkan tanduk-tanduk itu.
II. Arti Simbolis Empat Tanduk
1. Empat Tanduk sebagai Kuasa Dunia
Sebagian besar penafsir Reformed, termasuk John Calvin, menafsirkan empat tanduk ini sebagai empat kekuatan besar yang menindas umat Allah di sepanjang sejarah Israel. Calvin menulis dalam komentarnya atas Zakharia:
“Tanduk-tanduk itu mewakili semua kekuatan dunia yang menentang gereja, dan empat menunjuk pada keutuhan — bahwa di segala penjuru dunia, kuasa-kuasa jahat bangkit melawan umat Allah. Namun, tidak satu pun dari mereka yang dapat bertahan, karena Allah pada waktunya akan menghancurkan mereka.” (Calvin, Commentaries on the Twelve Minor Prophets, vol. 5)
Jadi, empat tanduk ini tidak hanya menunjuk pada kerajaan tertentu, tetapi juga menggambarkan totalitas penindasan yang datang dari segala arah. Dalam konteks sejarah, ini dapat mengacu pada bangsa-bangsa seperti Asyur, Babel, Persia, dan Yunani — kekuatan-kekuatan besar yang silih berganti menindas umat Tuhan.
2. Simbol Kuasa Dunia yang Diizinkan Allah
Dalam perspektif Reformed, bahkan kuasa jahat sekalipun berada di bawah otoritas dan izin Allah yang berdaulat. Seperti yang dinyatakan oleh Abraham Kuyper:
“Tidak ada satu inci pun di dalam seluruh alam semesta, di mana Kristus yang berdaulat atas segalanya tidak berkata, ‘Milik-Ku!’”
Artinya, sekalipun tanduk-tanduk ini menggambarkan kuasa dunia yang brutal, mereka tidak bertindak di luar kedaulatan Allah. Mereka hanyalah alat dalam tangan-Nya untuk mendisiplinkan umat-Nya dan menggenapi rencana kekal-Nya.
3. Tanduk dan Pemurnian Umat Allah
Umat Allah sering kali dimurnikan melalui penderitaan. Seperti dalam penglihatan ini, tanduk-tanduk digunakan untuk “menyerakkan Yehuda, Israel, dan Yerusalem.” Penyebaran ini adalah hasil dari dosa bangsa itu, tetapi di baliknya, Allah sedang melaksanakan pekerjaan pemurnian.
John Owen menulis:
“Allah tidak pernah menimpa umat-Nya tanpa maksud; penderitaan mereka adalah tangan kasih yang membentuk, bukan tangan murka yang membinasakan.” (Owen, The Works of John Owen, Vol. IX)
Dengan demikian, empat tanduk juga menjadi simbol alat pemurnian, bukan hanya penghukuman.
III. Eksposisi Ayat per Ayat
Zakharia 1:18: “Lalu, aku melayangkan mataku dan melihat, tampak empat tanduk.”
Tindakan Zakharia “melayangkan mata” menunjukkan sikap siap menerima wahyu ilahi. Ia melihat empat tanduk — penglihatan yang menggugah ketakutan sekaligus rasa ingin tahu. Dalam Alkitab, angka empat sering menunjukkan kecakupan atau universalisme (misalnya empat penjuru bumi, empat angin langit).
Dengan demikian, empat tanduk menggambarkan kekuatan musuh yang datang dari segala penjuru — utara, selatan, timur, dan barat. Kuasa ini melambangkan dunia yang bersatu dalam pemberontakan terhadap Allah dan umat-Nya.
Zakharia 1:19: “Inilah tanduk-tanduk yang telah menyerakkan Yehuda, Israel, dan Yerusalem.”
Malaikat menjelaskan bahwa tanduk-tanduk ini telah “menyerakkan” bangsa itu — kata yang dalam bahasa Ibrani berarti “membubarkan” atau “menghancurkan tatanan.” Inilah akibat dosa Israel: mereka menjadi bangsa yang tercerai-berai, baik secara rohani maupun geografis.
Namun, penekanan utamanya adalah bahwa Allah mengetahui dengan tepat siapa yang telah menyerakkan umat-Nya. Tidak ada kekuatan dunia yang luput dari pengawasan-Nya. Di balik kuasa tanduk-tanduk itu, tangan Allah tetap bekerja.
Matthew Henry, dalam komentarnya, menulis:
“Tuhan sering kali mengizinkan bangsa-bangsa jahat menjadi cambuk bagi umat-Nya; tetapi cambuk itu tidak akan dipegang selamanya, karena pada waktunya Ia akan mematahkannya.” (Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible)
IV. Perspektif Teologi Reformed: Allah yang Berdaulat atas Sejarah
Teologi Reformed sangat menekankan kedaulatan Allah (sovereignty of God) — bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan rencana kekal-Nya (Efesus 1:11). Dalam konteks Zakharia 1:18–19, kedaulatan ini terlihat jelas: bahkan kuasa dunia yang besar sekalipun tidak bisa melampaui batas yang telah Allah tetapkan.
1. Allah Mengizinkan untuk Tujuan Kudus
John Calvin menyebut hal ini sebagai providentia Dei — penyelenggaraan Allah yang tidak hanya mengizinkan, tetapi mengatur segala sesuatu demi kebaikan umat-Nya.
“Tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Bahkan ketika bangsa-bangsa menyerang Yerusalem, tangan Allah sedang bekerja untuk memurnikan umat-Nya.” (Calvin)
Ini adalah penghiburan besar bagi umat percaya: Allah bukan hanya saksi pasif terhadap penderitaan, tetapi sutradara utama sejarah.
2. Allah Akan Menghancurkan Kuasa Dunia
Zakharia 1:20–21 (kelanjutan penglihatan ini) berbicara tentang tukang-tukang besi yang menghancurkan tanduk-tanduk itu. Dalam bahasa simbolik, ini berarti Allah sendiri akan menghancurkan kekuatan dunia yang menindas gereja-Nya.
Charles Spurgeon menulis:
“Setiap tanduk kesombongan yang ditinggikan melawan Allah akan diremukkan oleh tangan kasih dan kuasa Kristus. Gereja mungkin tampak lemah, tetapi ia memiliki Penolong surgawi yang tidak pernah gagal.” (Spurgeon, Metropolitan Tabernacle Pulpit, Vol. 42)
V. Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
1. Gereja yang Diperhadapkan pada “Empat Tanduk” Dunia Modern
Seperti Israel zaman dahulu, gereja hari ini juga dikepung oleh berbagai “tanduk” modern — ideologi sekularisme, hedonisme, relativisme moral, dan materialisme. Kuasa-kuasa ini berusaha menyerakkan umat Allah, menghancurkan iman, dan menanamkan ketakutan.
Namun, janji Allah tetap sama: Ia berdaulat atas tanduk-tanduk itu. Gereja tidak boleh gentar karena Kristus telah berjanji, “Aku akan membangun gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18).
2. Pemurnian Melalui Penderitaan
Dalam teologi Reformed, penderitaan bukan tanda ditinggalkan, melainkan bukti bahwa kita sedang diproses menuju kemuliaan. Sama seperti Israel, gereja juga dimurnikan melalui tekanan agar kembali bersandar pada Tuhan semata.
Seperti dikatakan oleh R.C. Sproul:
“Kedaulatan Allah tidak meniadakan penderitaan, tetapi memberikan makna di dalamnya. Semua penderitaan orang kudus adalah bagian dari rencana yang memuliakan Allah.” (R.C. Sproul, Chosen by God)
3. Pengharapan dalam Pemulihan
Setelah penglihatan tentang tanduk-tanduk, Allah berjanji akan kembali ke Yerusalem dengan belas kasihan (Zakharia 1:16). Ini menunjukkan bahwa setiap masa kegelapan diizinkan hanya untuk mempersiapkan fajar pemulihan.
Dalam Kristus, penglihatan ini digenapi. Dialah Raja yang mengalahkan semua tanduk dunia melalui salib-Nya, dan kelak akan datang kembali untuk menaklukkan segala kuasa dalam langit dan di bumi (Filipi 2:9–11).
Kesimpulan: Allah yang Memerintah atas Tanduk Dunia
Zakharia 1:18–19 bukan sekadar kisah tentang empat tanduk kuno, melainkan gambaran abadi tentang pertempuran antara kuasa dunia dan kerajaan Allah. Namun, inti pesannya bukanlah ketakutan, melainkan penghiburan.
Tuhan menunjukkan kepada Zakharia — dan kepada kita — bahwa:
-
Semua kekuatan dunia hanya alat dalam tangan Allah.
-
Penderitaan umat Allah adalah bagian dari rencana pemurnian-Nya.
-
Pemulihan pasti datang, sebab Allah berdaulat dan setia.
Teologi Reformed mengajarkan bahwa sejarah bukanlah rangkaian kebetulan, melainkan kisah penebusan yang diarahkan oleh Allah sendiri. Empat tanduk mungkin tampak menakutkan, tetapi di atas segalanya berdiri Sang Raja yang tanduk-Nya disebut “tanduk keselamatan” (Lukas 1:69) — yaitu Yesus Kristus, yang mengalahkan semua musuh dan memerintah untuk selama-lamanya.
Kiranya gereja masa kini, di tengah dunia yang penuh ancaman dan tanduk-tanduk baru, terus menatap kepada Tuhan yang berdaulat dan berkata bersama pemazmur:
“TUHAN adalah kekuatanku dan tanduk keselamatanku, tempat perlindunganku yang tinggi.” (Mazmur 18:3)