KETEKUNAN ORANG-ORANG KUDUS 2
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Ibrani 10:35 - “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.”.
Barnes’ Notes (tentang Ibrani 10:35): “‘Cast not away therefore your confidence.’ Greek ‘your boldness;’ referring to their confident hope in God. They were not to cast this away, and to become timid, disheartened, and discouraged.” [= ‘Karena itu jangan membuang keyakinanmu’. Yunani ‘keberanianmu’; menunjuk pada pengharapan mereka yang pasti kepada Allah. Mereka tidak boleh membuang ini, dan menjadi takut, kehilangan semangat, dan kecil hati.].
Kata Yunani PARRESIA yang dalam terjemahan LAI diterjemahkan ‘kepercayaan’, dan dalam Alkitab bahasa Inggris diterjemahkan ‘confidence’ [= keyakinan], memang juga bisa diartikan ‘boldness’ [= keberanian].
Bdk. Ibrani 4:16 - “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”.
Kata-kata yang diterjemahkan ‘dengan penuh keberanian’ di sini adalah META PARRESIA.
KJV/NKJV: ‘boldly’ [= dengan berani].
RSV/NIV/NASB: ‘with confidence’ [= dengan keyakinan].
ASV: ‘with boldness’ [= dengan keberanian].
Ibrani 10:36 - “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”.
KJV: ‘patience’ [= kesabaran].
Barnes’ Notes (tentang Ibrani 10:36): “‘For ye have need of patience.’ They were then suffering, and in all trials we have need of patience. We have need of it because there is in us so much disposition to complain and repine; because our nature is liable to sink under sufferings; and because our trials are often protracted. All that Christians can do in such cases is to be patient - to lie calmly in the hands of God, and submit to his will day by day, and year by year; ... ‘That after ye have done the will of God.’ That is, in bearing trials, for the reference here is particularly to afflictions. ‘Ye might receive the promise.’ The promised inheritance or reward - in heaven. It is implied here that this promise will not be received unless we are patient in our trials, and the prospect of this reward should encourage us to endure them.” [= ‘Karena kamu memerlukan kesabaran’. Mereka sedang menderita pada saat itu, dan dalam semua pencobaan, kita mempunyai kebutuhan kesabaran. Kita memerlukannya karena di dalam kita ada begitu banyak kecondongan untuk mengeluh dan mengomel; karena sifat alamiah kita adalah sangat mungkin untuk tenggelam di bawah penderitaan; dan karena pencobaan-pencobaan kita sering berlangsung lama / terus menerus. Semua yang orang-orang Kristen bisa lakukan dalam kasus-kasus seperti itu adalah sabar - berbaring dengan tenang dalam tangan Allah, dan tunduk pada kehendakNya hari demi hari, dan tahun demi tahun; ... ‘Supaya setelah kamu melakukan kehendak Allah’. Artinya, dalam memikul pencobaan-pencobaan, karena hubungannya di sini secara khusus adalah dengan penderitaan-penderitaan. ‘Kamu bisa menerima janji itu’. Warisan atau upah / pahala yang dijanjikan - di surga. Dinyatakan secara implicit di sini bahwa janji ini tidak akan diterima kecuali kita sabar dalam pencobaan-pencobaan kita, dan harapan tentang upah / pahala ini harus menguatkan / mendorong kita untuk menahan mereka.].
Ibrani 10:37 - “‘Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatanganNya.”.
Barnes’ Notes (tentang Ibrani 10:37): “To all the afflicted it may be said that ‘he that shall come will come’ soon. The time of affiction is not long. Soon the Redeemer will appear to deliver his afflicted people from all their sorrow; to remove them from a world of pain and tears; and to raise their bodies from the dust, and to receive them to mansions where trials are forever unknown;” [= Kepada semua orang yang menderita bisa dikatakan bahwa ‘Ia yang akan datang akan datang’ dengan segera. Waktu dari penderitaan tidaklah lama. Segera sang Penebus akan muncul untuk membebaskan umatNya yang menderita dari semua kesedihan / penderitaan mereka; untuk menyingkirkan mereka dari suatu dunia dari rasa sakit dan air mata; dan untuk membangkitkan tubuh-tubuh mereka dari debu, dan untuk menerima mereka pada tempat-tempat tinggal dimana pencobaan-pencobaan tidak dikenal selama-lamanya;].
Ibr 10:38 - “Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’”.
Barnes’ Notes (tentang Ibr 10:38): “the idea which he expresses is, that the unbeliever, or he who renounces his religion, will incur the divine displeasure. He will be a man exposed to the divine wrath; a man on whom God cannot look but with disapprobation. By this solemn consideration, therefore, the apostle urges on them the importance of perseverance, and the guilt and danger of apostasy from the Christian faith. If such a case should occur, no matter what might have been the former condition, and no matter what love or zeal might have been evinced, yet such an apostasy would expose the individual to the certain wrath of God. His former love could not save him, any more than the former obedience of the angels saved them from the horrors of eternal chains and darkness, or than the holiness in which Adam was created saved him and his posterity from the calamities which his apostasy incurred.” [= gagasan yang ia nyatakan adalah, bahwa orang yang tidak percaya, atau ia yang meninggalkan agamanya, akan mendatangkan ketidak-senangan ilahi. Ia akan menjadi seseorang yang terbuka terhadap murka ilahi; seseorang kepada siapa Allah tidak bisa melihat kecuali dengan kecaman / ketidak-setujuan. Karena itu, dengan / oleh pertimbangan yang khidmat ini, sang rasul mendesakkan kepada mereka kepentingan dari ketekunan, dan kesalahan dan bahaya dari kemurtadan dari iman Kristen. Jika kasus seperti itu harus terjadi, tak peduli bagaimana keadaan sebelumnya, dan tak peduli kasih dan semangat apa telah dinyatakan / ditunjukkan, tetapi kemurtadan seperti itu akan membuka individu itu pada murka tertentu dari Allah. Kasihnya yang dahulu tidak bisa menyelamatkannya, sama seperti ketaatan yang dahulu dari malaikat-malaikat tidak bisa menyelamatkan mereka dari kengerian dari rantai dan kegelapan kekal, dan kesucian dalam mana Adam diciptakan tidak bisa menyelamatkannya dan keturunannya dari bencana-bencana yang didatangkan oleh kemurtadannya.].
Bdk. Yeh 18:24 - “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya.”.
Catatan: perhatikan bahwa pada bagian awal kutipan ini Albert Barnes menyebut orang itu sebagai ‘the unbeliever’ [= orang yang tidak percaya]. Memang orang yang bisa murtad seperti itu membuktikan bahwa ia sesungguhnya tidak pernah percaya dengan sungguh-sungguh. Bandingkan dengan 1Yoh 2:19 yang sudah berulangkali kita bahas. Tetapi mengapa ia disebut ‘orang benar’ dalam Yeh 18:24 itu? Karena Alkitab memang sering menyebut orang bukan sesuai dengan faktanya tetapi sesuai pengakuannya / kelihatannya.
Ibr 10:39 - “Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”.
Barnes’ Notes (tentang Ibr 10:39): “‘But we are not of them ...’ We who are true Christians do not belong to such a class. In this the apostle expresses the fullest conviction that none of those to whom he wrote would apostatize. The case which he had been describing was only a supposable case, not one which he believed would occur. He had only been stating what ‘must’ happen if a sincere Christian should apostatize. But he did not mean to say that this ‘would’ occur in regard to them, or in any case. He made a statement of a general principle under the divine administration, and he designed that this should be a means of keeping them in the path to life. What could be a more effectual means than the assurance that if a Christian should apostatize ‘he must inevitably perish forever?’” [= ‘Tetapi kita bukan dari mereka ...’ Kita yang adalah orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh tidak termasuk dalam golongan seperti itu. Dalam hal ini sang rasul menyatakan keyakinan yang paling penuh bahwa tidak ada dari mereka kepada siapa ia menulis akan murtad. Kasus yang telah ia nyatakan hanyalah kasus yang dapat dipikirkan / dipertimbangkan, bukan kasus yang ia percaya akan terjadi. Ia hanya menyatakan apa yang ‘harus’ terjadi jika seorang Kristen yang sungguh-sungguh murtad. Tetapi ia tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa ini ‘akan’ terjadi berkenaan dengan mereka, atau dalam kasus apapun. Ia membuat suatu pernyataan tentang suatu prinsip umum di bawah pemerintahan ilahi, dan ia merancang bahwa ini harus menjadi suatu cara untuk menjaga mereka dalam jalan kehidupan. Cara apa yang bisa lebih efektif dari pada keyakinan bahwa jika seorang Kristen murtad ‘ia secara tak terhindarkan harus binasa selama-lamanya?’].
Ibr 10:35-36 - “(35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. (36) Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”.
John Owen (tentang Ibr 10:35-36): “A grace and duty which in this inference he exhorts them to retain; and that is παρρησίαν. ... The reason of the exhortation not to cast it away; because ‘it hath great recompence of reward.’” [= Suatu kasih karunia dan kewajiban yang dalam kesimpulan ini ia peringatkan / nasehatkan untuk pertahankan; dan itu adalah PARRESIAN (kepercayaan / keyakinan). ... Alasan dari peringatan / nasehat untuk tidak membuangnya; karena ‘itu mempunyai balasan yang besar dari upah / pahala.’] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 197 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:35): “2. That which he exhorts them thus unto by this argument, is the preservation and continuance of their ‘confidence.’ This παρρησία, whatever it be, was that which engaged them in and carried them through their sufferings; which alone was praiseworthy in them. ... Now, this was absolutely neither their faith nor profession; but, as we have had occasion to mention several times, it is a fruit and effect of faith, whereby the minds of believers are made prompt, ready, free unto all duties of profession, against all difficulties and discouragements. It is a boldness of mind, with freedom from bondage and fear, in the duties of religion towards God and man, from a prevailing persuasion of our acceptance with God therein. In this frame of spirit, by this fruit and effect of faith, these Hebrews were carried cheerfully through all their sufferings for the gospel. And indeed without it, it is impossible that we should undergo any great sufferings unto the glory of God, or our own advantage.” [= 2. Yang ia peringatkan / nasehatkan mereka seperti itu oleh argumentasi ini, adalah penjagaan / pemeliharaan dan tindakan melanjutkan dari ‘keyakinan’ mereka. PARRESIA ini, apapun itu adanya, adalah itu yang memasukkan mereka ke dalam dan membawa mereka melalui penderitaan-penderitaan mereka. ... Ini secara mutlak bukanlah iman atau pengakuan mereka; tetapi, seperti kita telah berkesempatan untuk menyebutkannya beberapa kali, ITU ADALAH SUATU BUAH DAN AKIBAT / HASIL DARI IMAN, dengan mana pikiran dari orang-orang percaya dibuat cepat, siap, bebas dalam semua kewajiban-kewajiban dari pengakuan, terhadap semua kesukaran-kesukaran dan hal-hal yang mengecilkan hati. Itu adalah keberanian dari pikiran, dengan kebebasan dari perbudakan dan rasa takut, dalam kewajiban-kewajiban dari agama terhadap Allah dan manusia, dari suatu kepercayaan yang menang / unggul tentang penerimaan kita dengan Allah disana. Dalam kerangka roh ini, oleh buah dan akibat / hasil dari iman ini, orang-orang Ibrani ini dibawa dengan sukacita melalui semua penderitaan mereka untuk injil. Dan memang tanpa itu, adalah mustahil bahwa kita harus mengalami penderitaan-penderitaan besar apapun bagi kemuliaan Allah, atau keuntungan diri kita sendiri.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 197-198 (ages).
Jadi, berbeda dengan Adam Clarke yang menganggap PARRESIA (Indonesia: kepercayaan; Inggris: confidence / keyakinan) sebagai ‘iman’, maka John Owen menganggapnya sebagai ‘suatu keberanian yang merupakan buah / hasil dari iman’. Kalau dilihat dari ayat-ayat di bawah ini, yang juga menggunakan kata Yunani yang sama, jelas bahwa John Owen yang benar. PARRESIA bukanlah iman, tetapi keberanian yang merupakan buah / hasil dari iman.
Kisah Para Rasul 4:13 - “Ketika sidang itu melihat keberanian (Yunani: PARRESIAN) Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.”.
KJV/RSV: ‘boldness’ [= keberanian].
NIV: ‘courage’ [= keberanian].
NASB: ‘confidence’ [= keyakinan].
Efesus 3:12 - “Di dalam Dia kita beroleh keberanian (Yunani: PARRESIAN) dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya.”.
KJV/RSV/NASB: ‘boldness’ [= keberanian].
NIV: ‘freedom’ [= kebebasan].
Ibrani 10:19 - “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian (Yunani: PARRESIAN) dapat masuk ke dalam tempat kudus,”.
KJV: ‘boldness’ [= keberanian].
RSV/NIV/NASB: ‘confidence’ [= keyakinan].
Ibr 10:35 - “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.”.
KJV: ‘Cast not away’ [= Jangan membuang].
RSV/NIV/NASB: ‘do not throw away’ [= jangan membuang].
John Owen (tentang Ibr 10:35): “For as I look on this confidence as a grace, so it is not the root, but a branch from it: faith is the root, and confidence is a branch springing out of it. Wherefore it may, at least for a season, be cast away, while faith abides firm. Sometimes failing in faith makes this confidence to fail; and sometimes failing in this confidence weakens and impairs faith. When faith on any occasion is impaired and ensnared, this confidence will not abide; and so soon as we begin to fail in our confidence, it will reflect weakness on faith itself.” [= Karena saya memandang pada keyakinan ini sebagai suatu kasih karunia, maka itu bukanlah akar, tetapi suatu cabang darinya: iman adalah akarnya, dan keyakinan adalah suatu cabang yang keluar darinya. Karena itu bisa saja, setidaknya untuk suatu waktu, keyakinan dibuang, sedangkan iman tetap teguh / ada. Kadang-kadang kegagalan / kelemahan dalam iman membuat keyakinan ini gagal / lemah; dan kadang-kadang kegagalan / kelemahan dalam keyakinan ini melemahkan dan merusak iman. Pada waktu iman pada peristiwa apapun rusak / lemah dan terjerat, keyakinan ini tidak akan tetap ada; dan begitu kita mulai gagal / lemah dalam keyakinan kita, itu akan menyatakan kelemahan pada iman itu sendiri.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 198-199 (ages).
Kata-kata Owen ini memang menunjukkan bahwa iman dan keyakinan itu berhubungan erat, tetapi tetap saja mereka adalah 2 hal yang berbeda. Keyakinan keluar dari iman. Dan karena itu bisa saja untuk sementara waktu keyakinan dibuang, tetapi iman tetap ada. Menurut saya penjelasan ini secara sangat menyolok menunjukkan bahwa Ibr 10:35 ini sama sekali tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk menyatakan bahwa iman / keselamatan bisa hilang!
John Owen (tentang Ibrani 10:35): “4. The reason why they should be careful in the preservation of this confidence; which is, that it hath a ‘great recompence of reward.’ ... Wherefore the recompence of reward here intended is the glory of heaven, proposed as a ‘crown,’ a reward in way of recompence unto them that overcome in their sufferings for the gospel.” [= 4. Alasan mengapa mereka harus berhati-hati dalam menjaga keyakinan ini; yang adalah, bahwa itu mempunyai suatu ‘balasan upah yang besar’. ... Karena itu balasan upah yang dimaksudkan di sini adalah kemuliaan surga, dinyatakan sebagai suatu ‘makhkota’, suatu upah sebagai balasan kepada mereka yang menang dalam penderitaan mereka untuk injil.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 200 (ages).
Ibrani 10:36 - “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”.
John Owen (tentang Ibr 10:36): “Ὑπομονῆ, is ‘a bearing of evils with quietness and complacency of mind, without raging, fretting, despondency, or inclination unto compliance with undue ways of deliverance.’ παρρησία, or ‘confidence,’ will engage men into troubles and difficulties in a way of duty; but if patience take not up the work and carry it on, confidence will flag and fail.” [= HUPOMONE (ketekunan / kesabaran), adalah ‘suatu sikap bertahan terhadap kejahatan / bencana dengan pikiran yang tenang dan aman / puas, tanpa kemarahan, tindakan bersungut-sungut, keputus-asaan, atau kecenderungan pada ketundukan / penyesuaian dengan cara-cara pembebasan yang tidak seharusnya’. PARRESIA, atau ‘keyakinan’, akan melibatkan orang-orang ke dalam problem-problem dan kesukaran-kesukaran dalam jalan kewajiban; tetapi jika kesabaran tidak mengambil pekerjaan itu dan melanjutkannya, keyakinan akan kendor / merosot dan gagal / lemah.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 201 (ages).
Ibr 10:37-39 - “(37) ‘Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatanganNya. (38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ (39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”.
John Owen (tentang Ibrani 10:37-39): “The substance of the apostolical exhortation, as hath been often observed, is the constancy of the Hebrews in their profession, against persecutions and temptations. Unto this end he commends unto them the necessary use of confidence and patience, as those graces which would carry them through their difficulties and support them under them. But these graces are not the root whereon constancy and perseverance do grow; they are all branches of it. They do not give strength unto the soul to do and suffer according to the mind of God; but they are the way whereby it doth exercise its strength, which it hath from another grace. It is faith from whence alone all these things do spring.” [= Pokok / inti dari desakan rasuli ini, seperti telah sering diperhatikan, adalah kekonstanan dari orang-orang Ibrani dalam pengakuan mereka, terhadap penganiayaan-penganiayaan dan pencobaan-pencobaan. Untuk tujuan ini ia menasehatkan kepada mereka tentang perlunya penggunaan dari keyakinan dan kesabaran, karena kasih karunia - kasih karunia itu yang akan membawa mereka melalui kesukaran-kesukaran mereka dan menopang mereka di bawah hal-hal itu. Tetapi kasih karunia - kasih karunia ini bukanlah akar pada mana kekonstanan dan ketekunan tumbuh; mereka semua adalah cabang-cabang darinya. Mereka tidak memberi kekuatan kepada jiwa untuk melakukan dan menderita sesuai dengan pikiran Allah; tetapi mereka adalah cara / jalan dengan mana jiwa menggunakan kekuatannya, yang ia dapatkan dari kasih karunia yang lain. Adalah iman saja dari mana semua hal ini muncul / keluar / tumbuh.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 206 (ages).
Ibrani 10:38 - “Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’”.
John Owen (tentang Ibr 10:38): “The person spoken of is ὁ δίκαιός, ‘a just person,’ a man really made just, or justified by faith, every one that is really and truly so.” [= Pribadi / orang yang dibicarakan adalah HO DIKAIOS, ‘seorang yang benar’, seseorang yang sungguh-sungguh dibuat jadi benar, atau dibenarkan oleh iman, setiap orang yang sungguh-sungguh dan dengan benar adalah demikian.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 214 (ages).
John Owen (tentang Ibrani 10:38): “In the latter part of the verse there is a description of others, on a supposition of a contrary state, frame, and event. In the former, the person is righteous; the way of his acting in the present case is by faith; and the event is life, ‘he shall live.’ On the other hand, there is a supposition made of a person not so qualified, not so acting, not so living, not having the same success, but contrary in all these things.” [= Dalam bagian akhir dari ayat itu disana ada suatu penggambaran tentang orang-orang lain, pada suatu pandangan tentang suatu keadaan, struktur, dan peristiwa yang bertentangan. Dalam yang terdahulu, orang itu benar; jalan / cara dari tindakannya dalam kasus itu adalah dengan iman; dan hasil akhirnya adalah hidup, ‘ia akan hidup’. Di sisi lain, disana ada suatu pandangan yang dibuat tentang seseorang yang tidak begitu memenuhi syarat, tidak bertindak demikian, tidak hidup demikian, tidak mempunyai sukses yang sama, tetapi bertentangan dalam semua hal-hal ini.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 215 (ages).
John Owen (tentang Ibrani 10:38): “Wherefore they do greatly deceive themselves and others who suppose it the same person who is thus spoken of, and countenance themselves by the defect of the pronoun τις, which is naturally and necessarily supplied in our translation.” [= Karena itu mereka sangat menipu diri mereka sendiri dan orang-orang lain, yang menganggapnya sebagai orang yang sama yang dibicarakan seperti itu, dan mendukung diri mereka sendiri oleh tidak adanya kata ganti TIS, yang secara alamiah dan secara perlu disuplai dalam terjemahan kita.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 215 (ages).
Catatan: Kata Yunani TIS artinya ‘anyone’ [= siapapun].
Jadi, berbeda / bertentangan dengan Adam Clarke yang menentang penambahan kata ‘anyone’ / ‘siapapun’ ini, yang ia anggap mengubah arti ayat ini, John Owen menganggap penyuplaian kata itu sebagai sesuatu yang alamiah dan perlu.
Dan lalu John Owen memberikan alasannya, mengapa ia berpandangan demikian.
John Owen (tentang Ibr 10:38): “For this reading and sense of the words, ‘The just shall live by faith, and if any draw back,’ etc., is contrary to the order of the words both in the prophet and the apostle, and the express declaration of the mind of the apostle in the next verse. For as the words lie in the prophet, this of the just living by faith is a direct exception unto and removal of them whose souls are lifted up so as to depart from God. ‘But,’ saith he, ‘the just, it shall not be so with him;’ that is, ‘the just shall live by his faith;’ which is a direct opposition unto the other sort of persons. And although the order of the words be changed by the apostle, yet the opposition between the two sorts of persons is evidently continued.” [= Karena pembacaan dan arti dari kata-kata ini, ‘Orang benar akan hidup oleh iman, dan jika siapapun mundur’, dst, adalah berkebalikan dengan urut-urutan dari kata-kata dalam sang nabi dan sang rasul, dan pernyataan yang explicit dari pikiran sang rasul dalam ayat selanjutnya. Karena sebagaimana kata-kata itu ada dalam sang nabi, orang benar yang hidup oleh iman ini adalah suatu perkecualian langsung dengan dan penyingkiran dari mereka yang jiwanya ditinggikan / menjadi sombong sehingga meninggalkan Allah. ‘Tetapi’, katanya, ‘orang benar, itu tidak akan demikian dengan dia’; artinya, ‘orang benar akan hidup oleh imannya’; yang merupakan suatu pertentangan langsung dengan jenis orang-orang yang lain. Dan sekalipun urut-urutan dari kata-kata diubah oleh sang rasul, tetapi pertentangan antara dua jenis orang-orang ini jelas dilanjutkan.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 215 (ages).
Hab 2:1-4 - “(1) Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa yang akan dijawabNya atas pengaduanku. (2) Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: ‘Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. (3) Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. (4) Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.”.
Kata-kata John Owen di atas sangat ruwet dan membingungkan, sehingga saya tidak bisa pasti dalam menterjemahkannya, tetapi rasanya saya mengerti apa yang ia maksudkan. Ia mengatakan bahwa dalam Hab 2:4 ada kontras antara 2 jenis orang, yaitu orang yang menyombongkan diri (jenis pertama), dan orang benar yang hidup oleh imannya (jenis kedua). Dalam pengutipan / penggunaan dari ayat itu dalam surat Ibrani (Ibr 10:38), urut-urutan itu dibalik, tetapi pertentangan itu tetap ada. Jadi jelas ay 38a membicarakan orang yang berbeda / bertentangan dengan orang yang dibicarakan dalam ay 38b.
John Owen (tentang Ibrani 10:38): “Wherefore in the next verse the apostle makes an express distinction of those unto whom he spake, or concerning whom he speaks in the two states, the one uJpostolh~v, the other pi>stewv. Of the latter he had spoken in the first words, and of the former in those that are now to be spoken unto. I shall therefore retain the supplement in our translation, ‘if any man,’ or ‘any one draw back,’ - if there be in any an evil heart of unbelief in departing from the living God.” [= Karena itu dalam ayat selanjutnya (ay 39) sang rasul membuat suatu pembedaan yang jelas tentang mereka kepada siapa ia berbicara atau berkenaan dengan siapa ia berbicara dalam 2 keadaan, yang satu HUPOSTOLES, yang lain PISTEOS. Tentang yang belakangan ia telah membicarakan dalam kata-kata pertama, dan tentang yang terakhir dalam mereka yang sekarang dibicarakan. Karena itu saya akan mempertahankan penambahan dalam terjemahan kita, ‘jika siapapun’, atau ‘jika siapapun mundur’, - jika disana ada dalam siapapun suatu hati yang jahat dari ketidak-percayaan dengan meninggalkan Allah yang hidup.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 215-216 (ages).
Ibr 10:39 - “Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”.
Catatan: HUPOSTOLES = orang yang takut-takut / ragu-ragu, dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia diterjemahkan ‘orang-orang yang mengundurkan diri’. Sedangkan PISTEOS diterjemahkan sebagai ‘orang-orang yang percaya’.
John Owen (tentang Ibr 10:38): “The sentence denounced against this sin is oujk eujdokei~ hJ yuch> mou ejn aujtw~|. The ‘soul’ of God, is God himself; ... What God thus affirms of himself is, that he hath no delight in such a person, he is not pleased with him, he shall not live before him. There is a mei>wsiv in the words, ‘he shall have no delight in him;’ that is, he will abhor him, despise him, and in the end utterly destroy him.” [= Kalimat / hukuman yang dinyatakan terhadap dosa ini adalah OUK EUDOKEI HE PSUKHE MOU EN AUTO {= JiwaKu tidak berkenan kepadanya}. Jiwa Allah adalah Allah sendiri; ... Maka apa yang Allah tegaskan tentang diriNya sendiri adalah, bahwa Ia tak mempunyai kesenangan dalam orang seperti itu, Ia tidak berkenan dengan dia, ia tidak akan hidup di hadapanNya. Di sana ada suatu MEIOSIS dalam kata-kata, ‘ia tidak akan mempunyai kesenangan kepadanya’; artinya, Ia akan jijik terhadapnya, merendahkan dia, dan pada akhirnya menghancurkan / membinasakan dia.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 217 (ages).
Catatan: MEIOSIS = pengecilan, pernyataan yang mengecilkan suatu persoalan.
Ibr 10:39 - “Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”.
John Owen (hal 218-219) menganggap ayat ini memberikan penghiburan / jaminan, setelah memberikan peringatan dan ancaman terhadap kemurtadan, persis seperti yang dilakukan dalam Ibr 6:9.
Ibr 6:4-9 - “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum. (7) Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; (8) tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran. (9) Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung (menyertai) keselamatan.”.
John Owen (tentang Ibrani 10:39): “In the words there is a double supposition, of a twofold opposite state and a twofold opposite event, whose foundation is laid in the verse foregoing. The states are uJpostolh~v on the one hand, and pi>stewv on the other. The events are perdition on the one hand, and saving the soul on the other. The first of these is denied, the latter affirmed, concerning these Hebrews.” [= Dalam kata-kata ini ada pandangan ganda, dari suatu keadaan rangkap dua yang berlawanan dan suatu hasil akhir rangkap dua yang berlawanan, yang dasarnya diletakkan dalam ayat sebelumnya. Keadaan-keadaan itu adalah HUPOSTOLES di satu pihak, dan PISTEOS di pihak lain. Hasil akhirnya adalah kebinasaan di satu pihak, dan keselamatan jiwa di pihak lain. Yang pertama dari hal-hal ini disangkal, yang belakangan ditegaskan, berkenaan dengan orang-orang Ibrani ini.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 219 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:39): “‘We are not uJpostolh~v eijv ajpw>leian.’ ... The event of this defection was ‘destruction.’ Gradual decays and declensions there may be among true believers, from which they may be recovered; but those here intended are such as fall into eternal ruin.” [= ‘Kita bukanlah dari HUPOSTOLES EIS APOLEIAN {= orang-orang yang mengundurkan diri pada kebinasaan}’ ... Hasil akhir dari desersi / tindakan meninggalkan ini adalah ‘kehancuran / kebinasaan’. Kemunduran dan penurunan secara perlahan-lahan bisa ada di antara orang-orang percaya yang sejati dari mana mereka bisa dipulihkan; tetapi mereka yang dimaksudkan di sini adalah sedemikian rupa sehingga jatuh ke dalam kehancuran / kebinasaan kekal.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 219 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:39): “That which is asserted of these believing Hebrews is, that they belonged unto another state, that had another event. ... He there declares, that they are not only such as make profession of the faith, but such as truly and really believe;” [= Yang ditegaskan tentang orang-orang Ibrani yang percaya ini adalah, bahwa mereka termasuk dalam keadaan yang lain, yang mempunyai hasil akhir yang lain. ... Di sana Ia menyatakan bahwa mereka bukan hanya orang-orang yang membuat pengakuan iman, tetapi orang-orang yang dengan benar dan sungguh-sungguh percaya;] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 220 (ages).
John Owen (tentang Ibr 10:39): “Obs. 26. Sincere faith will carry men through all difficulties, hazards, and troubles, unto the certain enjoyment of eternal blessedness.” [= Pengamatan 26. Iman yang tulus / sungguh-sungguh akan membawa orang-orang melalui semua kesukaran-kesukaran, bahaya-bahaya, dan problem-problem, kepada penikmatan yang pasti tentang keadaan diberkati yang kekal.] - ‘Hebrews’, vol 10, hal 220 (ages).
l) Ibrani 12:1-4 - “(1) Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. (2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”.
Ay 2 (KJV): ‘Looking unto Jesus the author and finisher of our faith;’ [= Dengan memandang kepada Yesus, pencipta dan penyelesai dari iman kita;].
Ibr 12:1 - “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”.
Adam Clarke (tentang Ibr 12:1): “‘Let us run with patience the race.’ ... Let us start, run on, and continue running, until we get to the goal. ... He must run a hard race for thee. This is a race which is of infinite moment to us: the prize is ineffably great; and, if we lose it, it is not a simple loss, for the whole soul perishes.” [= ‘Marilah kita lari dengan kesabaran dalam perlombaan’. Marilah kita mulai, terus lari, dan melanjutkan lari, sampai kita sampai pada tujuan. ... Ia harus lari dalam perlombaan lari yang berat untuk Engkau. Ini adalah suatu perlombaan yang merupakan momen yang tak terbatas bagi kita: hadiahnya besar secara tak tergambarkan; dan, jika kita kalah, itu bukan hanya kalah, karena seluruh jiwa binasa.].
Tanggapan saya: Ibr 12:1 itu sama sekali tidak membicarakan kekalahan, dan sekalipun dalam suatu perlombaan seseorang bisa saja kalah, tetapi Alkitab secara jelas mengatakan bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin kalah. Ini sudah pernah kita bahas (lihat session / pelajaran 7). Baca Ro 8:37 1Kor 15:57 2Kor 2:14a.
Ro 8:37 - “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”.
1Korintus 15:57 - “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”.
Catatan: bahasa Yunani menggunakan present participle, dan KJV/RSV/NIV/NASB semuanya menterjemahkan kata ini dalam bentuk present (‘giveth’ / ‘gives’)
2Kor 2:14a - “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya.”.
Ibr 12:1 - “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘let us run’ [= marilah / hendaklah kita lari].
Lenski (tentang Ibr 12:1): “The durative idea of the present imperative is enhanced by the emphatically placed phrase: ‘by means of ὑπομονή,’ which is not ‘patience,’ which makes us think of quietness, nonresistance, and the like, but ‘perseverance’ (remaining under and holding out under a severe strain). ... The runners are not to let down under the strain, to slow up, or even to stop for any reason. The writer includes himself in his admonition. R., W. P., regards the subjunctive as volitive: ‘we will go on running’; it is hortative: ‘let us go on,’ etc. In 10:39 we have positive assertion; here hortation. Many start well in the race of faith ‘lying before us,’ which is like the track laid out for runners, but they do not hold out to the end, they fail in regard to perseverance.” [= Gagasan yang bersifat terus menerus dari kata perintah bentuk present diperkuat oleh ungkapan yang ditempatkan secara menekankan: ‘dengan cara / jalan dari HUPOMONE’, yang bukanlah ‘kesabaran’, yang membuat kita berpikir tentang sikap berdiam diri, tidak melawan, dan sejenisnya, tetapi ‘ketekunan’ (tetap berada dibawah dan bertahan di bawah tekanan yang hebat). ... Para pelari tidak boleh melemah di bawah tekanan, melambat, atau bahkan berhenti untuk alasan apapun. Penulis mencakup dirinya sendiri dalam nasehatnya. R., W. P., menganggap subjunctive-nya sebagai bersifat menyatakan suatu keinginan: ‘kita akan terus berlari’; itu bersifat memberi nasehat: ‘marilah / hendaklah kita terus’, dst. Dalam 10:39 kita mempunyai penegasan yang bersifat positif; di sini suatu nasehat. Banyak orang mulai / start dengan baik dalam perlombaan iman ‘yang berada di depan kita’, yang adalah seperti suatu jalur yang ditempatkan bagi pelari-pelari, tetapi mereka tidak bertahan sampai akhir / tujuan, mereka gagal berkenaan dengan ketekunan.].
Kata ‘berlomba’ dalam bahasa Yunani adalah τρέχωμεν (TREKHOMEN), yang merupakan suatu ‘subjunctive’, berasal dari kata dasar TREKHO, yang artinya adalah ‘lari’.
Untuk mengerti istilah / kata ‘subjunctive’ itu, lihat kutipan di bawah ini.
David Alan Black: “The subjunctive is the mood of contingency. While the indicative assumes reality, the subjunctive assumes unreality. Because it is a mood of potential action, the subjunctive usually has a future orientation.” [= Subjunctive adalah mood / mode dari suatu keadaan yang akan datang yang tak bisa dipastikan. Sementara Indicative menganggap sebagai sesuatu yang nyata, Subjunctive menganggap sebagai sesuatu yang tidak nyata. Karena itu merupakan suatu mood / mode dari tindakan yang potensial, Subjunctive biasanya mempunyai suatu hubungan / arah ke masa yang akan datang.] - ‘Learn to Read New Testament Greek’, Chapter 150.
Biasanya Subjunctive dipakai untuk menyatakan persyaratan, atau suatu pengandaian.
Kalau mau mempelajari tentang ‘mood’ dalam bahasa Yunani, bisa mempelajarinya di sini:
http://www.bcbsr.com/greek/gmood.html
Bagi saya, bagian ini bukan merupakan suatu masalah bagi doktrin yang sedang kita bahas. Ayat ini memberi penekanan tentang tanggung jawab bagi orang Kristen. Sekalipun Reformed menekankan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, tetapi pada saat yang sama, tidak membuang tanggung jawab kita untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan firman Tuhan.
Ibrani 12:2 - “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”.
Bagian yang saya garis-bawahi / cetak dengan huruf besar itu salah terjemahan!
KJV: ‘the author and finisher of our faith’ [= pencipta dan penyelesai dari iman kita].
RSV: ‘the pioneer and perfecter of our faith’ [= pelopor / pemulai dan penyempurna dari iman kita].
NIV: ‘the author and perfecter of our faith’ [= pencipta dan penyempurna dari iman kita].
NASB/Lit: ‘the author and perfecter of faith’ [= pencipta dan penyempurna iman].
Lenski menyalahkan terjemahan ‘pioneer’ [= pelopor] dari RSV, karena itu menunjukkan bahwa Yesus sendiri termasuk orang beriman (orang yang pertama beriman).
Memang menurut saya, Yesus tidak termasuk orang beriman (dalam arti ‘saving faith’ / ‘iman yang menyelamatkan’), karena Ia tidak butuh untuk diselamatkan, sebaliknya Ia adalah Penyelamat itu sendiri, dan Ia adalah obyek dari iman kita, dan Ia membimbing kita kepada iman kepada Dia.
Lenski (tentang Ibr 12:2): “Luther is right: ‘the beginner and completer of faith’ ... Christ starts our faith and leads it to its consummation. ... as Christ is the beginner, so he is also the completer. ... Compare Phil. 1:6. ... From start to finish we need the divine Christ as the One who can fill us with faith, keep us in faith, and finally crown our faith.” [= Luther benar: ‘pemulai dan pelengkap / penyelesai dari iman’ ... Kristus memulai iman kita dan membimbingnya sampai pada puncaknya / akhirnya. ... sebagaimana Kristus adalah sang pemulai, demikian juga Ia juga adalah sang penyelesai. Bandingkan Fil 1:6. ... Dari start sampai finish kita membutuhkan Kristus yang ilahi sebagai Orang yang bisa memenuhi kita dengan iman, menjaga / memelihara kita dalam iman, dan akhirnya memahkotai iman kita.].
Filipi 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”.
Catatan: bagaimana Lenski yang adalah orang Arminian ini bisa memberi komentar Reformed seperti ini? Kalau ia percaya apa yang ia katakan di sini, bagaimana ia bisa percaya bahwa keselamatan bisa hilang???
Ibr 12:3 - “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya (Yunani: HINA) jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”.
Lenski (tentang Ibr 12:3): “He who as the sinless ..., received the most terrible opposition at the hands of ‘the sinners,’ ... As he has persevered through it all, the readers surely ought to consider him well now when they, who are saved from sin by him, are asked to put away the hampering sin and to manifest perseverance in running their race to a successful issue. What Christ did for them is to inspire them ‘in order that you may not grow tired (aorist, ingressive: get to the point of tiredness) by relaxing in your souls’ (present participle, probably middle, picturing the gradual letting down of effort). The imagery of the ἵνα clause appears to be that of the runner letting himself get tired of the effort and thus quitting.” [= Ia yang sebagai Orang yang tidak berdosa ..., menerima perlawanan / oposisi yang paling hebat di tangan ‘orang-orang berdosa’, ... Karena Ia telah bertekun melalui itu semua, para pembaca pasti harus mempertimbangkan / memikirkan Dia dengan baik pada waktu mereka, yang diselamatkan dari dosa, diminta oleh Dia untuk membuang dosa yang menghalangi dan untuk mewujudkan ketekunan dalam menjalani perlombaan lari mereka pada suatu hasil yang sukses. Apa yang Kristus lakukan bagi mereka harus mengilhami mereka ‘supaya kamu tidak menjadi lelah (aorist, ingressive: ‘sampai pada titik kelelahan’) oleh kesantaian / dengan bersantai dalam jiwamu’ (present participle, mungkin middle, ‘menggambarkan tindakan menurunkan usaha secara perlahan-lahan’). Penggambaran dari anak kalimat HINA kelihatannya adalah tentang pelari yang membiarkan dirinya sendiri menjadi lelah untuk berusaha, dan dengan demikian berhenti.].
Catatan: Lenski memberikan bagian-bagian dalam tanda kurung untuk memberi penjelasan tentang kata-kata:
1. ‘lelah’.
2. ‘kesantaian’ / ‘bersantai’.
1. Tentang ‘aorist ingressive’ dikatakan sebagai berikut:
“In verbs denoting a state or continuing action, the aorist may express the beginning of the action or the entrance into the state. This is called ingressive aorist” [= Dalam kata-kata kerja yang menunjukkan suatu keadaan atau tindakan yang terus menerus, aorist-nya bisa menyatakan permulaan dari tindakan atau masuknya ke dalam keadaan itu. Ini disebut ingressive aorist] - https://en.wikipedia.org/wiki/Aorist_(Ancient_Greek
Penjelasan ini rasanya kok tidak cocok dengan apa yang Lenski katakan.
2. Dan tentang kata Yunani ἐκλυόμενοι (EKLUOMENOI) yang merupakan present participle, Lenski mengatakan ‘mungkin middle’, tetapi Bible Works mengatakan kata itu ‘active’. Lenki menterjemahkannya menjadi ‘kesantaian’ / ‘bersantai’. Sekalipun memang bisa diterjemahkan seperti itu, tetapi bisa juga diterjemahkan ‘lemah’ atau ‘kecil hati’. Dan semua terjemahan bahasa Inggris memilih yang belakangan ini, yang memang lebih cocok dengan kalimatnya.
Tanggapan saya: anak kalimat terakhir dalam Ibrani 12:3 itu tidak menunjukkan ada pelari yang berhenti. Itu hanya suatu nasehat / desakan untuk tidak berhenti, tetapi berjuang sampai akhir. Ini juga berlaku untuk anak kalimat terakhir dalam Ibr 12:1 yang dibahas oleh Lenski di atas. Ayat-ayat seperti ini menekankan tanggung jawab kita, dan hal seperti itu tidak pernah disangkal oleh orang-orang Reformed.
Dan dengan komentarnya tentang ay 2 di atas, saya tidak mengerti bagaimana Lenski bisa menganggap orang percaya bisa berhenti berlari. Lalu apa fungsi Kristus sebagai ‘penyelesai iman kita’???
Ibr 12:1 - “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”.
Sekarang saya memberikan komentar-komentar orang-orang Reformed tentang Ibr 12:1-4 ini.
Barnes’ Notes (tentang Ibr 12:1): “‘And let us run with patience the race that is set before us.’ The word rendered ‘patience’ rather means in this place, ‘perseverance.’ We are to run the race without allowing ourselves to be hindered by any obstructions, and without giving out or fainting in the way. Encouraged by the example of the multitudes who have run the same race before us, and who are now looking out upon us from heaven, where they dwell, we are to persevere as they did to the end.” [= ‘Dan marilah / hendaklah kita berlari dengan kesabaran dalam perlombaan yang ditempatkan di depan kita’. Kata yang diterjemahkan ‘kesabaran’ di tempat ini lebih berarti ‘ketekunan’. Kita harus berlari dalam perlombaan tanpa mengijinkan diri kita sendiri untuk dihalangi oleh halangan-halangan apapun, dan tanpa kehabisan tenaga atau menjadi lemah di jalan. Disemangati oleh teladan dari orang banyak yang telah lari dalam perlombaan yang sama di depan / sebelum kita, dan yang sekarang melihat kepada kita dari surga, di mana mereka tinggal, kita harus bertekun seperti mereka telah bertekun sampai akhir.].
Catatan: saksi-saksi bagaikan awan dalam Ibrani 12:1 itu pada umumnya ditafsirkan sebagai orang-orang percaya yang sudah mati dan berada di surga menonton kita yang masih hidup berlomba.
Ibr 12:3 - “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”.
Barnes’ Notes (tentang Ibr 12:3): “‘Lest ye be wearied and faint in your minds.’ The meaning is, that there is great danger of being disheartened and wearied out by the opposition which you meet with. But with the bright example of one who was never disheartened, and who never became weary in doing the will of God, you may persevere. The best means of leading a faithful Christian life amidst the opposition which we may encounter, is to keep the eye steadily fixed on the Saviour.” [= ‘Supaya jangan kamu bosan / lelah dan lemah dalam pikiranmu’. Artinya adalah, bahwa di sana ada bahaya yang besar tentang menjadi kecil hati dan dilelahkan / dijemukan oleh oposisi yang kamu temui. Tetapi dengan teladan yang terang dari Orang yang tidak pernah kecil hati, dan yang tidak pernah menjadi lelah / bosan dalam melakukan kehendak Allah, kamu bisa bertekun. Cara terbaik dalam menempuh suatu kehidupan Kristen yang setia di tengah-tengah oposisi yang bisa kita temui, adalah dengan mengarahkan mata dengan tetap / teguh kepada sang Juruselamat.].
Penerapan: kalau kita melihat kepada manusia, siapapun dia adanya, kita akan dengan mudah menjadi bosan / lelah dan kecil hati / putus asa. Kita harus mengarahkan mata kita kepada Yesus!
Ibr 12:1-4 - “(1) Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. (2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”.
Matthew Henry (tentang Ibr 12:1-3): “3. This race must be run with patience and perseverance. There will be need of patience to encounter the difficulties that lie in our way, of perseverance to resist all temptations to desist or turn aside. Faith and patience are the conquering graces, and therefore must be always cultivated and kept in lively exercise.” [= 3. Perlombaan ini harus dijalani dengan kesabaran dan ketekunan. Disana akan ada kebutuhan kesabaran untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang terletak di jalan kita, ketekunan untuk menahan semua pencobaan-pencobaan untuk berhenti atau menyimpang. Iman dan kesabaran adalah kasih karunia - kasih karunia yang mengalahkan, dan karena itu harus selalu dikembangkan dan dijaga dalam penggunaan yang hidup.].
Bdk. 1Yoh 5:4-5 - “(4) sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. (5) Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?”.
Matthew Henry (tentang Ibr 12:1-3): “(6.) The advantage we shall reap by thus doing: it will be a means to prevent our weariness and fainting (v. 3): ‘Lest you be weary and faint in your minds.’ Observe, [1.] There is a proneness in the best to grow weary and to faint under their trials and afflictions, especially when they prove heavy and of long continuance: this proceeds from the imperfections of grace and the remains of corruption. [2.] The best way to prevent this is to look unto Jesus, and to consider him. Faith and meditation will fetch in fresh supplies of strength, comfort, and courage; for he has assured them, if ‘they suffer with him, they shall also reign with him:’ and this hope will be their helmet.” [= (6.) Keuntungan yang akan kita tuai dengan melakukan hal ini: itu akan menjadi suatu jalan / cara untuk mencegah kebosanan dan kelemahan kita (ay 3): ‘Supaya kamu jangan bosan dan lemah dalam pikiranmu’. Perhatikan, (1.) Di sana ada suatu kecondongan dalam orang-orang yang terbaik untuk menjadi bosan dan lemah di bawah ujian-ujian dan penderitaan-penderitaan mereka, khususnya pada waktu hal-hal itu terbukti berat dan lama / terus menerus: ini keluar dari ketidak-sempurnaan dari kasih karunia dan sisa-sisa dari kerusakan. (2.) Cara / jalan yang terbaik untuk mencegah ini adalah dengan memandang kepada Yesus, dan merenungkan Dia. Iman dan meditasi akan mendapatkan suplai yang segar dari kekuatan, penghiburan, dan keberanian; karena Ia telah menjamin mereka, jika ‘mereka menderita dengan Dia, mereka juga akan memerintah bersama Dia’ (2Tim 2:12); dan pengharapan ini akan menjadi ketopong mereka.].
Catatan: saya agak merasa aneh dengan kata-kata ‘ketidak-sempurnaan dari kasih karunia’. Entah apa maksud Matthew Henry dengan kata-kata itu. Menurut saya pada waktu ada ketidak-tekunan, ‘kasih karunia’ itu tidak bisa disalahkan, tetapi kitalah yang harus disalahkan.
Catatan: saya baru mencari di Google tentang aliran dari Matthew Henry. Ia dari gereja Presbyterian, jadi kelihatannya ia adalah orang Reformed. Tetapi pada waktu mencari saya juga menemukan hal yang lain. Baru pada saat ini saya tahu bahwa sebetulnya Matthew Henry hanya menulis buku tafsirannya dari Kejadian - Kisah Para Rasul, sedangkan sisanya (Roma - Wahyu) ditulis oleh beberapa orang lain, sebagian berdasarkan catatan-catatan yang ditinggalkan oleh Matthew Henry setelah kematiannya. Jadi sebetulnya yang menulis komentar tentang Ibr 12:1-4 ini bukanlah Matthew Henry.
Ibr 12:1 - “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”.
Calvin (tentang Ibrani 12:1): “‘Let us lay aside every weight,’ ... As he refers to the likeness of a race, he bids us to be lightly equipped; for nothing more prevents haste than to be encumbered with burdens. Now there are various burdens which delay and impede our spiritual course, such as the love of this present life, the pleasures of the world, the lusts of the flesh, worldly cares, riches also and honors, and other things of this kind. Whosoever, then, would run in the course prescribed by Christ, must first disentangle himself from all these impediments, for we are already of ourselves more tardy than we ought to be, so no other causes of delay should be added. We are not however bidden to cast away riches or other blessings of this life, except so far as they retard our course; for Satan by these as by toils retains and impedes us.” [= ‘Marilah kita menanggalkan semua beban’, ... Karena ia menunjuk pada kemiripan dengan suatu perlombaan, ia meminta kita untuk diperlengkapi secara ringan; karena tak ada apapun yang lebih mencegah kecepatan dari pada dibebani dengan beban-beban. Ada bermacam-macam beban yang menunda dan menghalangi jalan rohani kita, seperti kasih pada hidup yang sekarang ini, kesenangan-kesenangan dunia, dan hal-hal lain dari jenis ini. Maka, siapapun mau lari dalam jalan yang dinasehatkan oleh Kristus, harus pertama-tama melepaskan dirinya sendiri dari semua halangan-halangan ini, karena kita sendiri sudah lebih lambat / lamban dari pada kita seharusnya, maka tak boleh ada penyebab-penyebab lain dari penundaan yang ditambahkan. Tetapi kita tidak diperintahkan untuk membuang kekayaan atau berkat-berkat yang lain dari kehidupan ini, kecuali sejauh mereka memperlambat jalan kita; karena oleh hal-hal ini Iblis menahan dan menghalangi kita seperti oleh / dengan jerat.].
Jadi, hati-hati dengan ayat-ayat seperti Mat 19:21. Itu suatu cerita, dan karena itu tak bisa dijadikan hukum yang berlaku untuk semua orang.
Mat 19:21 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’”.
Tetapi semua orang Kristen harus berusaha supaya uang / harta tidak menjadi penghalang baginya dalam perlombaan ini!
Ibr 12:2 - “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”.
Calvin (tentang Ibr 12:2): “But he commends to us the patience of Christ on two accounts, because he endured a most bitter death, and because he despised shame. He then mentions the glorious end of his death, that the faithful might know that all the evils which they may endure will end in their salvation and glory, provided they follow Christ. So also says James, ‘Ye have heard of the patience of Job, and ye know the end.’ (James 5:11.) Then the Apostle means that the end of our sufferings will be the same with those of Christ, according to what is said by Paul, ‘If we suffer with him, we shall also reign together.’ (Romans 8:17.)” [= Tetapi ia menyebutkan kepada kita kesabaran Kristus karena dua alasan / dasar, karena Ia menahan suatu kematian yang paling pahit, dan karena Ia meremehkan rasa malu. Lalu ia menyebutkan tujuan / akhir yang mulia dari kematianNya, supaya orang percaya bisa tahu bahwa semua bencana yang bisa mereka tahan akan berakhir dalam keselamatan dan kemuliaan mereka. Demikian juga Yakobus berkata, ‘Kamu telah mendengar tentang kesabaran Ayub dan kamu tahu akhirnya’ (Yak 5:11). Jadi sang Rasul memaksudkan bahwa akhir dari penderitaan-penderitaan kita akan sama dengan penderitaan-penderitaan Kristus, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Paulus, ‘Jika kita menderita bersama Dia, kita juga akan memerintah bersama-sama’ (Ro 8:17).].
Yakobus 5:11 - “Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.”.
Roma 8:17 - “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”.
Mungkin 2Tim 2:12 juga cocok.
2Tim 2:12 - “jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita;”.
Catatan: saya merasa heran mengapa dalam tafsirannya tentang Ibr 12:2 ini Calvin sama sekali tidak membahas tentang Yesus sebagai pemulai dan penyelesai iman kita. Jadi ia hanya membahas tentang tanggung jawab kita yang dibicarakan oleh text ini, sedangkan jaminan kemenangan yang ia bahas hanya ada dalam kutipan di atas ini.
Ibr 12:3 - “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”.
Calvin (tentang Ibr 12:3): “‘For consider him,’ etc. He enforces his exhortation by competing Christ with us; for if the Son of God, whom it behoves all to adore, willingly underwent such severe conflicts, who of us should dare to refuse to submit with him to the same? For this one thought alone ought to be sufficient to conquer all temptations, that is, when we know that we are companions or associates of the Son of God, and that he, who was so far above us, willingly came down to our condition, in order that he might animate us by his own example; yea, it is thus that we gather courage, which would otherwise melt away, and turn as it were into despair.” [= ‘Karena pikirkanlah Dia’, dst. Ia memaksakan / mendesakkan nasehatnya dengan membandingkan Kristus dengan kita; karena jika Anak Allah, yang cocok untuk dipuja oleh semua, dengan rela mengalami konflik-konflik yang begitu berat, siapa dari kita yang berani menolak untuk menundukkan diri bersama Dia pada hal yang sama? Karena satu pemikiran ini saja seharusnya cukup untuk mengalahkan semua pencobaan, yaitu, pada waktu kita tahu bahwa kita adalah rekan / teman dari Anak Allah, dan bahwa Ia, yang ada jauh di atas kita, dengan rela turun pada kondisi kita, supaya Ia bisa menghidupkan kita oleh teladanNya sendiri; ya, demikianlah kita mengumpulkan keberanian, yang kalau tidak akan memudar / hilang, dan seakan-akan berubah menjadi keputus-asaan.].
Bdk. Mat 10:24-25 - “(24) Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. (25) Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.”.
Ibr 12:1 - “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”.
John Owen (tentang Ibr 12:1): “Some things may be observed concerning these words, as unto the manner of speech used in them; as, 1. The whole of it is figurative, consisting in sundry metaphors, drawn out of that which is the principal, namely, the comparison of our patient abiding in the profession of the gospel unto running or contending in a race for a prize.” [= Ada beberapa hal yang bisa diamati berkenaan dengan kata-kata ini, seperti cara pembicaraan yang digunakan dalam kata-kata ini; seperti, 1. Seluruhnya bersifat figurative, terdiri dari bermacam-macam kiasan, yang ditarik dari hal itu yang adalah hal yang terpenting, yaitu, perbandingan tentang kesabaran kita yang tetap dalam pengakuan injil dengan lari atau bertanding dalam suatu perlombaan untuk suatu hadiah.] - hal 4 (AGES).
Kutipan di atas ini harus dihubungkan dengan Yesus sebagai ‘the finisher of our faith’ [= penyelesai dari iman kita] dalam ay 2. Kalau gelar / sebutan itu memang cocok untuk Dia, maka kita tak mungkin berhenti dalam lomba lari itu!
John Owen (tentang Ibr 12:1): “An exhortation unto patient perseverance in the profession of the gospel, notwithstanding all difficulties and oppositions; metaphorically expressed by ‘running with patience the race that is set before us.’” [= Suatu nasehat pada ketekunan yang sabar dalam pengakuan dari injil, sekalipun ada kesukaran-kesukaran dan perlawanan-perlawanan; dinyatakan secara kiasan oleh ‘berlari dengan sabar dalam perlombaan yang diletakkan di depan kita’.] - hal 5 (AGES).
John Owen (tentang Ibr 12:1): “A declaration of something necessary unto a compliance with this exhortation, and the duty required in us; which is, to ‘cast off every weight, and the sin that doth so easily beset us.’” [= Suatu pernyataan tentang sesuatu yang perlu / penting untuk suatu ketaatan pada nasehat ini, dan kewajiban yang dituntut dari kita; yang adalah, untuk ‘membuang setiap beban, dan dosa yang dengan begitu mudah mengganggu kita’.] - hal 5 (AGES).
John Owen (tentang Ibrani 12:1): “Let no man be confident in himself. He hath nothing of his own, but what will obstruct him in his way of holy obedience. Unless these things are deposed, laid aside, cast away, we cannot run the race with success whereunto we are called. How this is to be done, shall be afterwards declared.” [= Janganlah ada orang yang yakin pada dirinya sendiri. Ia tidak mempunyai apa-apa dari dirinya sendiri, kecuali apa yang akan menghalangi dia dalam jalan ketaatan kudusnya. Kecuali hal-hal ini disingkirkan, dikesampingkan, dibuang, kita tidak bisa berlari dalam perlombaan itu dengan sukses kepada mana kita dipanggil. Bagaimana ini harus dilakukan, akan dinyatakan belakangan.] - hal 10 (AGES).
Bandingkan dengan:
1Korintus 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
Yohanes 15:5 - “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”.
Roma 7:18 - “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.”.
Filipi 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
NASB: ‘I can do all things through Him who strengthens me.’ [= Aku bisa melakukan semua hal melalui Ia yang menguatkan aku].
John Owen (tentang Ibr 12:1): “That which we are first to lay aside, is ‘every weight.’ The expression will scarce allow that this should be confined unto any one thing, or things of any one kind. No more seems to be intended, but that we part with every thing, of what kind soever it be, which would hinder us in our race. And so it is of the same importance with the great command of self-denial, which our Savior gives in such strict charge to all who take on them the profession of the gospel, as that without which they would not persevere therein, Matthew 16:24,25.” [= Yang pertama-tama harus kita kesampingkan adalah ‘setiap beban’. Ungkapan ini tidak mengijinkan bahwa ini dibatasi pada satu hal apapun, atau hal-hal dari satu jenis apapun. Kelihatannya yang dimaksudkan tidak lebih dari bahwa kita berpisah dengan segala sesuatu, dari jenis apapun itu adanya, yang menghalangi kita dalam perlombaan kita. Dan dengan demikian itu adalah sama pentingnya dengan perintah yang besar / agung tentang penyangkalan diri, yang sang Juruselamat berikan dalam suatu instruksi yang ketat kepada semua orang yang mengambil bagi diri mereka pengakuan dari injil, karena tanpa itu mereka tidak akan bertekun di dalamnya, Matius 16:24,25.] - hal 10 (AGES).
Mat 16:24-25 - “(24) Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”.
Bdk. Luk 14:26,27,33 - “(26) ‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. (27) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu. ... (33) Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu.”.
John Owen (tentang Ibr 12:1): “The riches of this world, and the love of them, are a peculiar obstruction unto constancy in the profession of the gospel, on many accounts. These, therefore, seem to be a burden, hindering us in our race in an especial manner.” [= Kekayaan dari dunia ini, dan kecintaan kepada mereka, merupakan halangan khusus / khas pada kekonstanan dalam pengakuan injil, dalam banyak cerita / peristiwa. Karena itu, hal-hal ini kelihatan sebagai suatu beban, yang menghalangi kita dalam perlombaan kita dengan suatu cara khusus.] - hal 11 (AGES).
Owen memberikan 2 text Alkitab, yaitu:
Mat 19:23,24 - “(23) Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.’”.
1Tim 6:9-10 - “(9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”.
John Owen (tentang Ibrani 12:1): “It being a race, it is of no advantage for any one merely to ‘begin’ or ‘make an entrance’ into it. Every one knows that all is lost in a race, where a man doth not hold out unto the end.” [= Karena itu merupakan suatu perlombaan, tak ada keuntungan bagi siapapun untuk semata-mata ‘mulai’ atau ‘masuk’ ke dalamnya. Setiap orang tahu bahwa semua hilang dalam suatu perlombaan, dimana seseorang tidak bertahan sampai akhir.] - hal 20 (AGES).
Ibr 12:2 - “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”.
Bagian yang saya garis-bawahi / cetak dengan huruf besar itu salah terjemahan!
KJV: ‘the author and finisher of our faith’ [= pencipta dan penyelesai dari iman kita].
RSV: ‘the pioneer and perfecter of our faith’ [= pelopor / pemulai dan penyempurna dari iman kita].
NIV: ‘the author and perfecter of our faith’ [= pencipta dan penyempurna dari iman kita].
NASB/Lit: ‘the author and perfecter of faith’ [= pencipta dan penyempurna iman].
John Owen (tentang Ibr 12:2): “So he is the ‘author’ or beginner of our faith, in the efficacious working of it in our hearts by his Spirit; and ‘the finisher’ of it in all its effects, in liberty, peace, and joy, and all the fruits of it in obedience: for ‘without him we can do nothing.’” [= Maka / Jadi Ia adalah ‘Pencipta’ atau ‘Pemulai’ dari iman kita, dalam pengerjaan yang berhasil / efektif dari iman itu dalam hati kita oleh RohNya; dan ‘Penyelesai’ iman itu dalam semua efeknya, dalam kebebasan, damai, dan sukacita, dan semua buah-buah darinya dalam ketaatan: karena ‘tanpa Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa’.] - hal 26 (AGES).
John Owen (tentang Ibrani 12:2): “He in whom we do believe is ‘the author and finisher of our faith.’ - He both begins it in us, and carries it on unto perfection.” [= Ia kepada siapa kita percaya adalah ‘pencipta dan penyelesai dari iman kita’. - Ia memulainya di dalam kita, dan memelihara / melanjutkannya sampai kesempurnaan.] - hal 27 (AGES).
Filipi 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”.
Ibr 12:3 - “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”.
John Owen (tentang Ibr 12:3): “When we begin to be heartless, desponding, and weary of our sufferings, it is a dangerous disposition of mind, towards a defection from the gospel. So it hath been with many, who at first vigorously engaged in profession, but have been wrought over unto a conformity with the world, by weariness of their trials.” [= Pada waktu kita mulai menjadi tidak bersemangat, putus asa, dan lelah / bosan tentang penderitaan-penderitaan kita, itu merupakan suatu kecenderungan pikiran yang membahayakan, ke arah suatu tindakan meninggalkan injil. Begitulah itu telah terjadi dengan banyak orang, yang pada mulanya terlibat dengan giat / bersemangat dalam pengakuan, tetapi telah dibentuk pada suatu kemiripan dengan dunia, oleh kelelahan / kebosanan terhadap ujian-ujian mereka.] - hal 35 (AGES).
Bdk. Roma 12:2 - “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”.
John Owen (tentang Ibrani 12:3): “The third thing in the words is that which is laid down in the beginning of the verse; which is, the way and means of our preservation from this evil frame, and danger thereon. And this is, the diligent consideration of the person of Christ and his sufferings, or of his person in his sufferings.” [= Hal yang ketiga dalam kata-kata ini adalah yang diletakkan pada awal dari ayat; yang adalah cara dan jalan dari penjagaan / pemeliharaan kita dari keadaan / sistim yang jahat ini, dan bahaya yang segera mengikutinya. Dan ini adalah perenungan yang rajin tentang pribadi / diri dari Kristus dan penderitaan-penderitaanNya, atau tentang pribadi / diriNya dalam penderitaan-penderitaanNya.] - hal 36 (AGES).
John Owen (tentang Ibr 12:3): “The constant consideration of Christ in his sufferings is the best means to keep up faith unto its due exercise in all times of trial.” [= Perenungan yang konstan tentang Kristus dalam penderitaan-penderitaanNya adalah jalan yang terbaik untuk bertekun dalam iman pada penggunaan / penerapannya yang sesuai pada semua masa ujian.] - hal 39 (AGES).
Ibr 12:4 - “Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”.
John Owen (tentang Ibr 12:4): “He intimates what they might yet expect; and that is blood. All sorts of violent deaths, by the sword, by tortures, by fire, are included herein. ... those who are engaged in the profession of the gospel have no security, but that they may be called unto the utmost and last sufferings, by blood, on the account of it. ... I do not think that the apostle doth absolutely determine that sufferings amongst those Hebrews would come at length unto blood; but argues from hence, that whereas there is this also prepared in the suffering of the church, namely, death itself in a way of violence, they who were indulged, and as yet not called thereunto, ought to take care that they fainted not under those lesser sufferings whereunto they were exposed.” [= Ia mengisyaratkan apa yang mungkin mereka harapkan, dan itu adalah darah. Semua jenis kematian yang keras / kejam, oleh pedang, oleh penyiksaan, oleh api, tercakup di sini. ... mereka yang terlibat dalam pengakuan injil tidak mempunyai keamanan, tetapi mereka bisa dipanggil pada penderitaan-penderitaan yang tertinggi dan terakhir, oleh / dengan darah, karena hal itu. ... Saya tidak menganggap bahwa sang rasul menentukan secara mutlak bahwa penderitaan-penderitaan di antara orang-orang Ibrani akhirnya akan sampai pada darah / kematian; tetapi berargumentasi dari sini, bahwa sementara hal ini juga dipersiapkan dalam penderitaan dari gereja, yaitu, kematian itu sendiri dengan suatu cara kekejaman, mereka yang menuruti kesukaan hatinya, dan belum dipanggil kesana, harus berhati-hati supaya mereka tidak menjadi lemah di bawah penderitaan-penderitaan yang lebih kecil itu terhadap mana mereka terbuka.] - hal 40-41 (AGES).
John Owen (tentang Ibrani 12:4): “It is highly dishonorable to faint, in the cause of Christ and the gospel, under lesser sufferings, when we know there are greater to be undergone, by ourselves and others, on the same account.” [= Merupakan sesuatu yang sangat hina / tidak terhormat untuk menjadi lemah dalam perkara Kristus dan injil, di bawah penderitaan-penderitaan yang lebih kecil, pada waktu kita tahu bahwa disana ada penderitaan-penderitaan yang lebih besar untuk dialami, oleh diri kita sendiri dan orang-orang lain, karena hal yang sama.] - hal 41 (AGES).
m)Ibr 12:15 - “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”.
KJV: ‘fail of the grace of God;’ [= gagal dari kasih karunia Allah;].
RSV: ‘fail to obtain the grace of God;’ [= gagal untuk mendapatkan kasih karunia Allah;].
NIV: ‘misses the grace of God’ [= luput dari kasih karunia Allah].
NASB: ‘comes short of the grace of God;’ [= gagal mencapai kasih karunia Allah;].
Kalau kita membanding-bandingkan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris maka hanya KJV yang bisa dipakai untuk mendukung doktrin Arminian ini (bahwa orang Kristen bisa murtad), tetapi RSV/NIV/NASB menunjuk kepada orang yang tidak mendapatkan kasih karunia Allah, atau ‘tidak menjadi orang Kristen’!
Charles W. Carter: “Three dangers of the retarded Christian are pointed up. (1) The first danger that threatens the retarded Christian is that of falling from grace, or backsliding: ‘looking carefully lest there be any man that falleth short of the grace of God’ (v. 15a). Weymouth reads: ‘carefully see to it that none fails to avail himself of the grace of God.’ But the marginal reading of the KJV is particularly specific: ‘fall from the grace of God’. The surest way to fall from grace and backslide in heart and life is to refuse to go on unto sanctification. The Ephesian church is an apt example of this condition. Christ’s charge against this backsliding church was, ‘I have this against thee that thou didst leave thy first love. Remember therefore whence thou art fallen, and repent and do the first works’ (Rev. 2:4a, 5b).” [= Tiga bahaya tentang orang Kristen yang tak bertumbuh ditunjukkan. (1) Bahaya yang pertama yang mengancam orang yang tak bertumbuh adalah bahaya tentang jatuh dari kasih karunia, atau melorot / merosot mundur: ‘berjaga-jaga supaya disana jangan ada siapapun yang gagal mencapai kasih karunia Allah’ (ay 15a). Weymouth berbunyi: ‘berjaga-jagalah dengan hati-hati supaya tak seorangpun gagal untuk mendapatkan manfaat dari kasih karunia Allah bagi dirinya sendiri’. Tetapi bacaan di catatan tepi dari KJV adalah spesifik secara khusus: ‘jatuh dari kasih karunia Allah’. Jalan yang paling pasti untuk jatuh dari kasih karunia dan merosot dalam hati dan kehidupan adalah menolak untuk melanjutkan pengudusan. Gereja Efesus adalah contoh yang cocok tentang kondisi ini. Tuduhan Kristus terhadap gereja yang merosot ini adalah, ‘Aku mempunyai hal ini terhadap / menentang engkau, bahwa engkau telah meninggalkan kasihmu yang pertama. Sebab itu ingatlah dari mana engkau telah jatuh, dan bertobatlah dan lakukanlah lagi pekerjaan-pekerjaan pertamamu’ (Wah 2:4,5a).] - ‘The Wesleyan Bible Commentary’, Vol 6 (Libronix).
Catatan: Teguran Yesus dalam Wah 2 itu berlaku bukan untuk seorang individu, tetapi untuk suatu gereja yang merosot, dan text itu tidak berarti mereka semua (seluruh gereja) murtad / tidak selamat. Kalau ada yang tidak selamat, maka mereka memang tidak pernah percaya Yesus dengan sungguh-sungguh, dan karena itu memang tidak pernah diselamatkan.
Penafsir ini mengatakan bahwa jalan yang paling pasti untuk jatuh dari kasih karunia Allah adalah dengan ‘menolak melanjutkan pengudusan’.
Mengapa ia tahu-tahu bicara tentang pengudusan? Karena Ibr 12:14, ayat yang terletak persis sebelum ayat yang kita bahas ini, berbunyi: “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”.
Jadi, orang Arminian yang satu ini, bahkan bukan mengatakan kalau dosa bisa membuat orang Kristen kehilangan keselamatan, tetapi bahkan penghentian pengudusan bisa membuat terjadinya hal itu.
Orang Kristen yang sama sekali menolak untuk berusaha menguduskan diri, jelas adalah orang kristen KTP! Bagaimana dengan orang Kristen yang mula-mula maju dalam pengudusan dan lalu berhenti? Menurut saya, asal pengudusan itu betul-betul pengudusan, ia tetap adalah orang kristen yang sejati, dan ia tetap selamat. Juga Roh Kudus tak akan membiarkan orang Kristen itu berhenti dalam pengudusan, karena hal itu jelas merupakan dosa. Roh Kudus pasti akan memperingatkan, menegur, menghajar, sehingga orang itu maju lagi dalam pengudusan.
Bdk. Ibr 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”.
Penafsir ini memang penafsir konyol, karena nanti tentang Ibr 12:16, yang jelas-jelas memberi contoh Esau, yang pasti bukan orang percaya, ia tetap menafsirkannya sebagai ‘kemurtadan total’.
Ibrani 12:16 - “Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.”.
Ibr 12:15 - “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”.
KJV: ‘fail of the grace of God;’ [= gagal dari kasih karunia Allah;].
RSV: ‘fail to obtain the grace of God;’ [= gagal untuk mendapatkan kasih karunia Allah;].
NIV: ‘misses the grace of God’ [= luput dari kasih karunia Allah].
NASB: ‘comes short of the grace of God;’ [= gagal mencapai kasih karunia Allah;].
Lenski: “The calamity ever to be guarded against is first of all ‘that anyone may drop away from the grace of God,’ literally, ‘fall behind’ and thus be separated ‘from the saving grace of God.’ We should say ‘lose the grace of God.’ The picture is that of believers being carried forward to eternal salvation by God’s grace, and instead of being carried forward to heaven like the rest this individual is left standing behind and is thus lost. ‘Grace’ is the unmerited favor Dei that comes to the guilty sinner in the gospel to free him from his guilt and sin, to make him a child of God, to keep and to bless him as such. To have that grace and then to drop away from it is calamity indeed. Yet the readers were in danger of doing this very thing by shrinking from persecution and thus being inclined to think less and less of Christ and again falling in love with their former Judaism.” [= Bencana yang harus diwaspadai terutama dari semua adalah ‘bahwa siapapun bisa jatuh dari kasih karunia Allah’, secara hurufiah, ‘tertinggal’ dan karena itu terpisah ‘dari kasih karunia yang menyelamatkan dari Allah’. Kita harus mengatakan ‘kehilangan kasih karunia Allah’. Gambarannya adalah tentang orang-orang percaya yang dibawa maju pada keselamatan kekal oleh kasih karunia Allah, dan alih-alih dari dibawa maju ke surga seperti sisanya, individu ini tertinggal di belakang dan karena itu terhilang. ‘Kasih karunia’ adalah kebaikan Allah yang tak layak didapatkan yang datang kepada orang berdosa yang bersalah dalam injil untuk membebaskan dia dari kesalahan dan dosanya, untuk membuatnya seorang anak Allah, menjaganya dan memberkatinya sebagai anak Allah. Mempunyai kasih karunia itu dan lalu jatuh darinya betul-betul merupakan suatu bencana. Tetapi para pembaca ada dalam bahaya melakukan hal ini dengan mengkerut dari penganiayaan dan karena itu condong untuk berpikir makin lama makin sedikit tentang Kristus dan jatuh cinta lagi pada Yudaisme mereka yang dahulu.].
Saya berpendapat bahwa ada beberapa hal yang tidak masuk akal / tidak Alkitabiah dalam kata-kata Lenski di atas ini:
1. Adanya orang-orang percaya yang TERHILANG bertentangan dengan Yer 23:4.
Yer 23:4 - “Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun, demikianlah firman TUHAN.”.
Kata-kata Lenski juga bertentangan dengan Yoh 10 dimana Yesus digambarkan sebagai Gembala YANG BAIK. Dalam kontext Yesus sebagai Gembala yang baik itu, Ia memberikan suatu janji dalam Yoh 10:27-29.
Yoh 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.”.
Gembala yang bisa kehilangan dombaNya adalah gembala yang bodoh / ceroboh. Karena itu kecuali saudara berani mengatakan bahwa Yesus adalah Gembala yang bodoh / ceroboh, jangan percaya bahwa orang kristen yang sejati bisa terhilang.
2. Kalau kasih karunia itu adalah kebaikan yang tidak layak kita terima, berarti Allah tetap memberikan yang baik kepada orang-orang yang tidak layak mendapatkan kebaikanNya. Pada waktu belakangan orang itu tertinggal / terpisah dari kasih karunia Allah, mengapa Allah tidak tetap memberikan kasih karuniaNya kepada orang yang tidak layak mendapatkannya itu? Kalau tadi waktu orang itu masih adalah musuhNya, Ia mau memberikannya, apakah sekarang, setelah orang itu menjadi anakNya, Ia tidak mau memberikannya lagi?
Bdk. Roma 5:9-10 - “(9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, Lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
3. Pembaca surat Ibrani ini, kata Lenski, adalah orang-orang Kristen yang mengkerut karena penganiayaan, dan lalu berpikir makin lama makin sedikit tentang Kristus. Ini masih mungkin. Tetapi ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa orang itu lalu jatuh cinta lagi pada Yudaisme mereka yang lalu. Ini bagi saya tidak masuk akal. Penganiayaan tidak akan mengembalikan cinta kepada agama yang lama!
Ibr 12:15 - “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”.
KJV: ‘fail of the grace of God;’ [= gagal dari kasih karunia Allah;].
RSV: ‘fail to obtain the grace of God;’ [= gagal untuk mendapatkan kasih karunia Allah;].
NIV: ‘misses the grace of God’ [= luput dari kasih karunia Allah].
NASB: ‘comes short of the grace of God;’ [= gagal mencapai kasih karunia Allah;].
Adam Clarke: “‘Lest any man fail of the grace of God.’ ... Lest any person should come behind, or fall off from, this grace or GIFT of God; this state of salvation, namely, the Gospel system or Christianity; for this is most evidently the meaning of the apostle. It is not the falling from a work of grace in their own souls, but from the Gospel, to apostatize from which they had now many temptations; and to guard them against this, the whole letter was written.” [= ‘Supaya jangan siapapun gagal dari kasih karunia Allah’. ... Supaya jangan orang manapun tertinggal, atau jatuh dari, kasih karunia atau KARUNIA dari Allah ini; keadaan keselamatan ini, yaitu sistim Injil atau kekristenan; karena ini adalah arti / maksud yang paling jelas dari sang rasul. Itu bukan jatuh dari suatu pekerjaan kasih karunia dalam jiwa mereka sendiri, tetapi Injil, murtad dari mana mereka sekarang mempunyai banyak pencobaan; dan seluruh surat ditulis untuk menjaga mereka terhadap hal ini.].
Catatan:
1. Saya tak terlalu mengerti apa yang ia maksudkan dengan bagian yang saya beri garis bawah ganda. Apa bedanya ‘jatuh dari suatu pekerjaan kasih karunia dalam jiwa mereka’ dan ‘jatuh dari Injil’???? Mungkin hal yang pertama ia maksudkan sebagai orang-orang yang menolak Injil, sedangkan hal kedua orang-orang yang sudah ada dalam keadaan selamat.
2. Adam Clarke tak mengatakan bahwa surat yang ditulis untuk mencegah hal itu, berhasil mencegah atau tidak.
Ibr 12:15 - “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”.
KJV: ‘fail of the grace of God;’ [= gagal dari kasih karunia Allah;].
RSV: ‘fail to obtain the grace of God;’ [= gagal untuk mendapatkan kasih karunia Allah;].
NIV: ‘misses the grace of God’ [= luput dari kasih karunia Allah].
NASB: ‘comes short of the grace of God;’ [= gagal mencapai kasih karunia Allah;].
Calvin: “‘Looking diligently,’ ... By these words he intimates that it is easy to fall away from the grace of God; for it is not without reason that attention is required, because as soon as Satan sees us secure or remiss, he instantly circumvents us. We have, in short, need of striving and vigilance, if we would persevere in the grace of God. Moreover, under the word ‘grace,’ he includes our whole vocation. If any one hence infers that the grace of God is not efficacious, except we of our own selves cooperate with it, the argument is frivolous. We know how great is the slothfulness of our flesh; it therefore wants continual incentives; but when the Lord stimulates us by warning and exhortation, he at the same time moves and stirs up our hearts, that his exhortations may not be in vain, or pass away without effect. Then from precepts and exhortations we are not to infer what man can do of himself, or what is the power of freewill; for doubtless the attention or diligence which the Apostle requires here is the gift of God.” [= ‘Jagalah / berhati-hatilah’, ... Dengan kata-kata ini ia menyatakan secara tidak langsung bahwa adalah mudah untuk jatuh dari kasih karunia Allah; karena bukanlah tanpa alasan bahwa perhatian dituntut, karena begitu Iblis melihat kita ceroboh / terlalu percaya diri atau lalai, ia langsung mengepung kita. Singkatnya kita mempunyai kebutuhan untuk berjuang dan bangun / berjaga-jaga, jika kita mau bertekun dalam kasih karunia Allah. Selanjutnya, di bawah kata ‘kasih karunia’, ia mencakup seluruh panggilan kita. Jika siapapun menyimpulkan dari sini bahwa kasih karunia Allah tidaklah efektif kecuali kita dari diri kita sendiri bekerja sama dengannya, argumentasi itu sembrono / remeh. Kita tahu betapa besar kelambanan daging kita; karena itu itu membutuhkan dorongan terus menerus; tetapi pada waktu Tuhan menggairahkan kita / membuat kita bersemangat dengan peringatan dan nasehat, Ia pada saat yang sama menggerakkan dan membangunkan hati kita, supaya nasehat-nasehatNya tidaklah sia-sia, atau lewat tanpa hasil. Jadi dari perintah-perintah dan nasehat-nasehat, kita tidak boleh menyimpulkan apa yang manusia bisa lakukan dari dirinya sendiri, atau apa / bagaimana kekuatan / kuasa dari kehendak bebas; karena tak diragukan perhatian dan kerajinan yang sang Rasul tuntut di sini adalah karunia dari Allah.].
Catatan:
1. ‘Seluruh panggilan kita’ kelihatannya menunjuk pada seluruh kehidupan kristen kita.
2. Sekalipun pada bagian awal dari kutipan di atas ini Calvin menekankan perlunya orang kristen untuk berhati-hati dan bertekun dalam kasih karunia Allah, tetapi ia menentang kalau kita bisa selamat karena adanya andil dari free will / kehendak bebas kita. Alasan yang ia berikan jelas adalah bahwa daging kita tidak bisa berbuat apa-apa dari dirinya sendiri, kalau bukan karena anugerah dari Allah diberikan kepada kita.
Ayat-ayat yang bisa digunakan untuk mendukung pandangan Calvin ini jelas sangat banyak:
a. Yohanes 15:5 - “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”.
b. Roma 7:18-19 - “(18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.”.
Catatan: kalau dari ayat ini kelihatannya kita bisa menghendaki sesuatu yang baik, maka perhatikanlah ayat di bawah ini.
c. Fil 2:12-13 - “(12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, (13) karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya.”.
KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure” [= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenangan / perkenanNya yang baik].
RSV: “for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure” [= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenangan / perkenanNya yang baik].
NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” [= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenangan / perkenanNya yang baik].
NIV: “for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose” [= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik].
Catatan: Fil 2:12-13 cocok persis dengan komentar Calvin di atas, karena sekalipun dalam Fil 2:12 ada perintah, itu sama sekali tak berarti bahwa orangnya bisa melakukan hal itu dari dirinya sendiri, dan ini ditunjukkan oleh Fil 2:13 yang mengatakan bahwa baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan, semuanya adalah pekerjaan Allah dalam diri kita.
d. Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
NASB: “I can do all things through Him who strengthens me.” [= Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Dia yang menguatkan aku.].
Kata Yunani yang digunakan adalah EN, yang sekalipun bisa diterjemahkan ‘in’ [= dalam], tetapi juga bisa diterjemahkan ‘through’ [= melalui].
Ibr 12:15 - “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”.
KJV: ‘fail of the grace of God;’ [= gagal dari kasih karunia Allah;].
RSV: ‘fail to obtain the grace of God;’ [= gagal untuk mendapatkan kasih karunia Allah;].
NIV: ‘misses the grace of God’ [= luput dari kasih karunia Allah].
NASB: ‘comes short of the grace of God;’ [= gagal mencapai kasih karunia Allah;].
Barnes’ Notes: “‘Fail of the grace of God.’ Margin, ‘fail from.’ The Greek is, ‘lest any one be wanting or lacking’ - husteroon. There is no intimation in the words used here that they already had grace and might fall away ... but that there was danger that they might be found at last to be deficient in that religion which was necessary to save them. Whether this was to be by losing the religion which they now had, or by the fact that they never had any however near they may have come to it - the apostle does not here intimate, and this passage should not be used in the discussion of the question about failing from grace. It is a proper exhortation to be addressed to any man in the church or out of it, to inquire diligently whether there is not reason to apprehend that when he comes to appear before God he will be found to be wholly destitute of religion.” [= ‘Gagal dari kasih karunia Allah’. Catatan tepi, ‘gagal dari’. Bahasa Yunaninya adalah, ‘supaya jangan seorangpun kekurangan / tak mempunyai’ - HUSTEROON. Di sana tak ada petunjuk dalam kata-kata yang digunakan di sini bahwa mereka telah mempunyai kasih karunia dan bisa jatuh / murtad ... tetapi disana ada bahaya bahwa mereka pada akhirnya bisa didapati sebagai kekurangan / tak mempunyai dalam agama itu yang adalah perlu untuk menyelamatkan mereka. Apakah ini terjadi oleh kehilangan agama yang sekarang mereka miliki, atau oleh fakta bahwa mereka tidak pernah memiliki apa-apa, betapapun dekatnya mereka telah datang kepadanya - sang rasul tidak menunjukkan di sini, dan text ini tidak boleh digunakan dalam diskusi tentang pertanyaan tentang gagal dari kasih karunia. Ini adalah suatu nasehat / desakan yang tepat / benar untuk ditujukan kepada siapapun di dalam atau di luar gereja, untuk menyelidiki dengan rajin / teliti apakah disana tidak ada alasan untuk menyadari bahwa pada waktu ia datang untuk muncul di hadapan Allah, ia akan didapati sama sekali tak memiliki agama.].
Catatan: yang dimaksudkan dengan ‘agama’ pada bagian akhir kutipan ini pasti adalah kekristenan.
Saya 100 % setuju dengan kata-kata Barnes ini. Ibr 12:15 bukan mempersoalkan kemurtadan, tetapi kesungguhan iman orang Kristen.
Ibr 12:15 - “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”.
KJV: ‘fail of the grace of God;’ [= gagal dari kasih karunia Allah;].
RSV: ‘fail to obtain the grace of God;’ [= gagal untuk mendapatkan kasih karunia Allah;].
NIV: ‘misses the grace of God’ [= luput dari kasih karunia Allah].
NASB: ‘comes short of the grace of God;’ [= gagal mencapai kasih karunia Allah;].
John Owen: “(1.) By the ‘grace of God,’ God’s gracious favor and acceptance in Christ, as it is proposed and declared by the gospel, is intended.” [= (1.) Oleh ‘kasih karunia Allah’, kebaikan yang bersifat kasih karunia dan penerimaan dalam Kristus, seperti yang ditawarkan dan dinyatakan oleh injil, yang dimaksudkan.] - hal 96 (AGES).
John Owen: “(2.) This grace, under all their profession of the gospel, men may ‘fail of;’ which is the evil cautioned against. The word ὑστερέω, signifies sometimes ‘to want, or be deficient in any kind,’ Matthew 19:20; Luke 15:14, 22:35: sometimes ‘to come behind,’ 1 Corinthians 1:7; 2 Corinthians 11:5: sometimes ‘to be destitute,’ Hebrews 11:37: sometimes ‘to fail or come short of,’ as Romans 3:23; Hebrews 4:1. ... It nowhere signifies to fall from: so that the inquiries of men about falling from grace, as unto these words, are impertinent.” [= (2.) Kasih karunia ini, di bawah semua pengakuan injil mereka, orang-orang bisa ‘gagal dari’; yang adalah bencana yang diwaspadai. Kata ὑστερέω (HUSTEREO), kadang-kadang berarti ‘membutuhkan, atau kekurangan dalam jenis apapun’, Mat 19:20; Luk 15:14, 22:35: Kadang-kadang ‘kekurangan’, 1Kor 1:7; 2Kor 11:5: kadang-kadang ‘tak memiliki’, Ibr 11:37: kadang-kadang ‘gagal atau gagal mencapai’, seperti Ro 3:23; Ibr 4:1. ... Kata itu tidak pernah berarti ‘jatuh dari’; sehingga pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang tentang jatuh dari kasih karunia, berkenaan dengan kata-kata ini, adalah tidak cocok / menyimpang dari pokok pembicaraan.] - hal 96-97 (AGES).
Mari kita memperhatikan ayat-ayat yang digunakan oleh John Owen. Ayat-ayat ini semuanya menggunakan kata Yunani, yang berasal dari kata dasar HUSTEREO.
Matius 19:20 - “Kata orang muda itu kepadaNya: ‘Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?’”.
Catatan: kata ‘kurang’ diterjemahkan ‘lack’ atau ‘lacking’ [= kekurangan / tak mempunyai] dalam KJV/RSV/NIV/NASB, dan dalam bahasa Yunani adalah ὑστερῶ (HUSTERO).
Luk 15:14 - “Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat.”.
Catatan: kata ‘melarat’ diterjemahkan ‘to be in want’ [= ada dalam kekurangan] dalam KJV/RSV dan ‘to be in need’ [= ada dalam kebutuhan] dalam NIV/NASB, dan dalam bahasa Yunaninya adalah ὑστερεῖσθαι (HUSTEREISTHAI).
Luk 22:35 - “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?’”.
Catatan: kata ‘kekurangan’ diterjemahkan ‘lacked’ [= kekurangan / tak mempunyai] dalam KJV, dan ‘lack’ [= kekurangan / tak mempunyai] dalam RSV/NIV/NASB, dan dalam bahasa Yunani adalah ὑστερήσατε (HUSTERESATE).
1Korintus 1:7 - “Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.”.
Catatan: kata ‘kekurangan’ diterjemahkan ‘come behind’ [= kekurangan] dalam KJV, dan ‘lack’ atau ‘lacking’ [= kekurangan / tak mempunyai] dalam RSV/NIV/NASB, dan dalam bahasa Yunani adalah ὑστερεῖσθαι (HUSTEREISTHAI).
2Korintus 11:5 - “Tetapi menurut pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu.”.
Catatan: kata ‘kurang’ diterjemahkan ‘behind’ [= di belakang / di bawah / lebih rendah] dalam KJV, dan ‘inferior’ [= lebih rendah] dalam RSV/NIV/NASB, dan dalam bahasa Yunani adalah ὑστερηκέναι (HUSTEREKENAI).
Ibrani 11:37 - “Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan.”.
Catatan: kata ‘kekurangan’ diterjemahkan ‘destitute’ [= kekurangan / sama sekali tidak mempunyai] dalam KJV/RSV/NIV/NASB, dan dalam bahasa Yunani adalah ὑστερούμενοι (HUSTEROUMENOI).
Ro 3:23 - “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.
Catatan: kata-kata ‘telah kehilangan’ diterjemahkan ‘come short’ [= gagal memenuhi] dalam KJV, dan ‘fall short’ [= gagal memenuhi] dalam RSV/NIV/NASB, dan dalam bahasa Yunaninya adalah ὑστεροῦνται (HUSTEROUNTAI).
Ibrani 4:1 - “Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentianNya masih berlaku.”.
Catatan: kata ‘ketinggalan’ diterjemahkan ‘to come short of it’ [= gagal memenuhinya] dalam KJV, dan ‘to have failed to reach it’ [= telah gagal mencapainya] dalam RSV, dan ‘to have fallen short of it’ [= telah gagal memenuhinya] dalam NIV, dan ‘to have come short of it’ [= telah gagal memenuhinya] dalam NASB, dan dalam bahasa Yunaninya adalah ὑστερηκέναι (HUSTEREKENAI).
John Owen: “Wherefore, to ‘fail of grace,’ is to come short of it, not to obtain it, though we seem to be in the way thereunto. See Romans 11:7, 9:30, 31. So also to ‘fall from grace,’ Galatians 5:4, is nothing but not to obtain justification by the faith of Christ.” [= Karena itu, ‘gagal dari kasih karunia’, adalah gagal mencapainya, tidak mendapatkannya, sekalipun kita kelihatannya ada dalam jalan menuju kesana. Lihat Ro 11:7, 9:30,31. Begitu juga ‘jatuh dari kasih karunia’, Gal 5:4, bukan lain dari ‘tidak mendapatkan pembenaran oleh iman kepada Kristus’.] - hal 97 (AGES).
Roma 11:7 - “Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya,”.
Ro 9:30-31 - “(30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.”.
Galatia 5:4 - “Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.”.
KJV: ‘ye are fallen from grace’ [= kamu jatuh dari kasih karunia].
RSV/NIV: ‘you have fallen away from grace’ [= kamu telah menyimpang dari kasih karunia].
NASB: ‘you have fallen from grace.’ [= kamu telah jatuh dari kasih karunia].
Jadi, ayat ini oleh Owen juga diartikan bukan sebagai orang yang kehilangan keselamatan, tetapi tidak mendapatkan keselamatan. Saya setuju dengan pandangan Owen ini.
Dengan demikian, sama seperti Albert Barnes, John Owen juga beranggapan bahwa Ibr 12:15 yang sedang kita bahas ini tidak membicarakan tentang orang Kristen yang murtad (atau peringatan bagi orang Kristen supaya jangan murtad), tetapi tentang orang yang tidak mendapatkan keselamatan / orang yang menolak injil (atau peringatan kepada orang-orang yang mendengar injil supaya jangan menolak injil itu).
n) Ibrani 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.
KJV: ‘See that ye refuse not him that speaketh. For if they escaped not who refused him that spake on earth, much more shall not we escape, if we turn away from him that speaketh from heaven:’ [= Pastikanlah / hati-hatilah supaya kamu tidak menolak Dia yang berbicara / berfirman. Karena jika mereka tidak lolos, yang menolak dia yang berbicara / berfirman di bumi, lebih-lebih kita tidak akan lolos, jika kita menolak / berpaling dari Dia yang berbicara / berfirman dari surga:].
RSV: ‘See that you do not refuse him who is speaking. For if they did not escape when they refused him who warned them on earth, much less shall we escape if we reject him who warns from heaven.’ [= Pastikanlah / hati-hatilah supaya kamu tidak menolak Dia yang sedang berbicara / berfirman. Karena jika mereka tidak lolos pada waktu mereka menolak dia yang memperingati mereka di bumi, lebih-lebih kita tidak akan lolos, jika kita menolak Dia yang memperingati dari surga:].
NIV/NASB: ‘warned ... turn away’ [= memperingati ... menolak / berpaling].
Adam Clarke: “‘See.’ Blepete. Take heed, that ye refuse not him - the Lord Jesus, the mediator of the new covenant, who now speaketh from heaven, by his Gospel, to the Jews and to the Gentiles, having in his incarnation come down from God. ‘Him that spake on earth.’ Moses, who spoke on the part of God to the Hebrews, every transgression of whose word received a just recompense of reward, none being permitted to escape punishment; consequently, if ye turn away from Christ, who speaks to you from heaven, you may expect a much sorer punishment, the offence against God being so much the more heinous, as the privileges slighted are more important and glorious.” [= ‘Pastikanlah / hati-hatilah’. BLEPETE. Hati-hatilah, supaya kamu tidak menolak Dia - Tuhan Yesus, sang Pengantara dari Perjanjian Baru, yang sekarang berbicara dari surga, oleh InjilNya, kepada orang-orang Yahudi dan kepada orang-orang non Yahudi, yang dalam inkarnasiNya telah turun dari Allah. ‘Ia yang berbicara di bumi’. Musa, yang berbicara dari pihak Allah kepada orang-orang Ibrani, yang setiap pelanggaran dari firmannya menerima suatu balasan upah yang adil, tak ada yang dibiarkan untuk lolos dari hukuman; konsekwensinya, jika kamu menolak / berpaling dari Kristus, yang berbicara dari surga, kamu boleh mengharapkan hukuman yang lebih menyakitkan, pelanggaran terhadap Allah adalah jauh lebih jahat, karena hak-hak yang diremehkan / diabaikan adalah lebih penting dan mulia.].
Ibr 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.
Lenski: “‘See lest you refuse him that speaks!’ It is God who speaks in all to which we have come. To refuse him = to say ‘no’ to him and to what he says, to deny its reality. This would be unbelief, the very thing to which the readers were inclining. ... Let no reader think that because God now speaks pure grace he may refuse to hear in humble faith. ‘For if they did not escape when coming to refuse him making divine communication on earth, we on our part (shall not escape) when turning away from him (making divine communication) from (the) heavens; whose voice,’ etc. ... The Israelites refused God and his divine communication when they turned away from God and worshipped the golden calf. On that occasion they did not escape but suffered dire punishment. Much more we on our part ... shall not escape when turning away ... from God who makes divine communication from heaven;” [= ‘Pastikanlah / hati-hatilah supaya kamu tidak menolak Dia yang berbicara / berfirman!’. Adalah Allah yang berbicara dalam semua orang kepada siapa kita telah datang. Menolak Dia = berkata ‘tidak’ kepada Dia dan pada apa yang Dia katakan, menyangkal realitanya. Ini adalah ketidak-percayaan, hal pada mana para pembaca sedang condong. ... Janganlah ada pembaca yang mengira bahwa karena Allah sekarang mengucapkan kasih karunia yang murni Ia boleh ditolak untuk didengar dalam iman yang rendah hati. ‘Karena jika mereka tidak lolos pada waktu datang untuk menolak Dia membuat komunikasi ilahi di bumi, kita (tidak akan lolos) pada waktu menolak / berpaling dari Dia (membuat komunikasi ilahi) dari surga; yang suaraNya’, dst. ... Bangsa Israel menolak Allah dan komunikasi IlahiNya pada waktu mereka menolak / berpaling dari Allah dan menyembah anak lembu emas. Pada peristiwa itu mereka tidak lolos tetapi menderita hukuman yang hebat. Lebih-lebih kita ... tidak akan lolos pada waktu menolak / berpaling ... dari Allah yang membuat komunikasi ilahi dari surga;].
Kalau Lenski menganggap penolakan itu merupakan ketidak-percayaan, maka ini bukan suatu kemurtadan, tetapi penolakan terhadap Injil. Dan kelihatannya Adam Clarke di atas juga berpandangan sama. Tetapi penafsir Arminian di bawah ini punya pandangan yang berbeda.
Ibr 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.
Charles W. Carter: “In the first place, the warning itself implies the possibility of apostasy from their position in Christ, as previously described.” [= Pertama-tama, peringatan itu sendiri secara implicit menunjukkan kemungkinan dari kemurtadan dari posisi mereka dalam Kristus, seperti digambarkan sebelumnya.] - ‘The Wesleyan Bible Commentary’, Vol 6 (Libronix).
Ini omong kosong, karena ayatnya tidak menunjukkan bahwa orang yang menolak itu ada di dalam Kristus. Disamping itu, orang kristen yang murtad jelas menunjukkan ia bukan orang kristen yang sungguh-sungguh (bdk. 1Yoh 2:19), dan karena itu ia bukannya kehilangan keselamatan, tetapi tidak pernah diselamatkan.
1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.”.
Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Mat 13:5-6,20-21 - “(5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. ... (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.”.
Tanah berbatu ini pasti tidak menunjuk kepada orang kristen yang sejati. Hanya tanah subur yang menunjuk kepada orang kristen yang sejati. Jadi, lagi-lagi di sini yang dikatakan sebagai ‘murtad’ adalah orang kristen KTP.
Ibr 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.
Matthew Henry (tentang Ibrani 12:25): “When God speaks to men in the most excellent manner he justly expects from them the most strict attention and regard. ... When God speaks to men in the most excellent manner, the guilt of those who refuse him is the greater, and their punishment will be more unavoidable and intolerable; there is no escaping, no bearing it, v. 25. ... God is the same just and righteous God under the gospel that he appeared to be under the law. Though he be our God in Christ, and now deals with us in a more kind and gracious way, yet he is in himself a consuming fire; that is, a God of strict justice, who will avenge himself on all the despisers of his grace, and upon all apostates.” [= Pada waktu Allah berbicara kepada manusia dengan cara yang paling bagus, Ia secara benar mengharapkan dari mereka perhatian dan rasa hormat yang paling ketat. ... Pada waktu Allah berbicara kepada manusia dengan cara yang paling bagus, kesalahan dari mereka yang menolak Dia adalah lebih besar, dan hukuman mereka akan lebih tak terhindarkan dan tak bisa ditoleransi; di sana tak ada jalan lolos, tak ada toleransi / kesabaran terhadapnya, ay 25. ... Allah adalah Allah yang sama adil dan benarnya pada jaman injil dengan Allah pada jaman Taurat. Sekalipun Ia adalah Allah kita dalam Kristus, dan sekarang menangani kita dengan suatu cara yang lebih baik dan lebih murah hati / bersifat kasih karunia, tetapi Ia dalam diriNya sendiri adalah suatu api yang menghanguskan; artinya, Allah dari keadilan yang ketat, yang akan membalaskan diriNya sendiri kepada semua penghina dari kasih karuniaNya, dan kepada semua orang-orang yang murtad.].
Catatan: saya tak tahu dari mana Matthew Henry tahu-tahu memunculkan kata ‘apostates’ [= orang-orang yang murtad ini], karena ayat ini bukan berbicara tentang orang yang sudah percaya yang lalu meninggalkan Injil, tetapi orang-orang yang belum percaya yang menolak Injil yang mereka dengar.
Ibr 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.
Barnes’ Notes (tentang Ibrani 12:25): “‘Who refused him that spake on earth.’ That is, Moses. The contrast here is between Moses and the Son of God - the head of the Jewish and the head of the Christian dispensation. Moses was a mere man, and spake as such, though in the name of God. The Son of God was from above, and spake as an inhabitant of heaven.” [= ‘Yang menolak dia yang berbicara di bumi’. Yaitu, Musa. Kontras di sini adalah antara Musa dan Anak Allah - kepala dari jaman Yahudi dan kepala dari jaman Kristen. Musa adalah semata-mata manusia, dan berbicara sebagai manusia, sekalipun dalam nama Allah. Anak Allah adalah dari atas, dan berbicara sebagai seorang penghuni surga.].
Ibr 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.
Calvin (tentang Ibr 12:25): “he means as I think, another thing, even that we ought not to reject the word destined for us. He further shows what he had in view in the last comparison, even that the severest punishment awaits the despisers of the Gospel, since the ancients under the Law did not despise it with impunity.” [= ia memaksudkan seperti yang saya pikirkan, sesuatu hal lain, yaitu bahwa kita tidak boleh menolak firman yang ditujukan kepada kita. Selanjutnya ia menunjukkan apa yang ada dalam pandangannya dalam perbandingan yang terakhir, yaitu bahwa hukuman yang paling keras menanti penghina-penghina dari Injil, karena orang-orang kuno di bawah Taurat tidak menghina / meremehkannya tanpa dihukum.].
Kita melihat bahwa Calvin juga menganggap ayat ini berbicara tentang orang-orang yang menolak Injil, bukan tentang orang-orang yang sudah menerima Injil lalu meninggalkannya.
Tetapi John Owen memiliki pandangan yang berbeda. Sekalipun ia menekankan orang-orang yang menolak Injil, tetapi ia juga mencakup orang-orang yang sudah ‘menerima / mengakui’ Injil, tetapi lalu meninggalkannya.
Ibr 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.
John Owen menolak tafsiran yang mengatakan bahwa ‘Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi’ adalah Musa. Alasannya yang terkuat adalah kontext, khususnya ay 26, tak memungkinkan untuk menafsirkan itu sebagai Musa, tetapi jelas Allah / Anak Allah sendiri. Mengapa? Karena dikatakan dalam ay 26 bahwa ‘waktu itu suaraNya menggoncangkan bumi’. Bagaimana ini bisa menunjuk pada suara Musa?
Ibr 12:25-26 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? (26) Waktu itu suaraNya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: ‘Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.’”.
Bdk. Hagai 2:7-8 - “(7) Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; (8) Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam.”.
John Owen (tentang Ibr 12:25): “Wherefore he that then spake on earth, who gave those divine oracles, was none other but the Son of God himself, or the divine nature acting itself in a peculiar manner in the person of the Son; ... But it will be said, ‘There is an opposition between ‘him that spake on earth,’ and ‘him that is from heaven;’ now whereas that was Christ, the Son of God, this cannot be so.’ I answer, There is indeed no such opposition. For the opposition expressed is not between the persons speaking, but between earth and heaven, as the next verse sufficiently shows. And that verse declares positively, that it was one and the same person whose voice then shook the earth, and under the gospel shaketh heaven also. It is therefore God himself, or the Son of God, who gave those oracles on mount Sinai.” [= Karena itu Ia yang pada waktu itu berbicara di bumi, yang memberikan sabda-sabda ilahi itu, bukan lain dari Anak Allah sendiri, atau hakekat ilahi bertindak sendiri dengan cara khusus dalam pribadi Anak; ... Tetapi akan dikatakan, ‘Disana ada suatu kontras antara ‘Ia yang berbicara di bumi’, dan ‘Ia yang dari surga’; maka jika itu adalah Kristus, Anak Allah, yang ini tidak bisa juga demikian’. Saya menjawab, Disana tidak ada pertentangan / kontras seperti itu. Karena kontras yang dinyatakan bukanlah antara pribadi-pribadi yang berbicara, tetapi antara bumi dan surga, seperti ayat selanjutnya menunjukkan secara cukup. Dan ayat itu menyatakan secara positif, bahwa adalah pribadi yang satu dan yang sama yang suaraNya pada waktu itu menggoncangkan bumi, dan di bawah injil menggoncangkan surga / langit juga. Karena itu adalah Allah sendiri, atau Anak Allah, yang memberi sabda-sabda itu di Gunung Sinai.] - ‘Hebrews’, vol 12, hal 177 (ages).
John Owen (tentang Ibr 12:25): “he doth not herein intend only those amongst them who had already actually professed the gospel; but all those unto whom it had been preached and who as yet had not received it, so as to make profession of it. For Christ is as well refused by them unto whom he is preached, who never comply with the word at all, as by those who after a profession of it do again fall away. Yea, that first sort of persons, - namely, those who continue in their unbelief on the first tender of Christ in the preaching of the word, - are the proper objects of evangelical threatenings, which are here proposed and pressed. But yet are not they alone intended; seeing in the close of the 25th verse he puts himself among the number and in the condition of them to whom he spake, - ‘How shall we escape?’ which can be intended only of them who had already made a profession of the gospel. In brief, he intendeth all sorts, in their several states and capacities, unto whom the gospel had been preached.” [= dalam hal ini ia tidak hanya memaksudkan mereka di antara mereka yang telah sungguh-sungguh mengakui injil; tetapi semua orang kepada siapa injil telah dikhotbahkan dan yang belum menerimanya, sehingga membuat pengakuan tentangnya. Karena Kristus juga ditolak oleh mereka kepada siapa Ia dikhotbahkan, yang tidak pernah mentaati firman sama sekali, seperti oleh mereka yang setelah suatu pengakuan tentangnya lalu menyimpang lagi. Ya, jenis pertama dari orang-orang itu, - yaitu mereka yang terus dalam ketidak-percayaan pada tawaran pertama dari Kristus dalam pemberitaan firman, - adalah obyek yang tepat dari ancaman-ancaman injili, yang di sini diajukan dan ditekankan. Tetapi bukan hanya mereka yang dimaksudkan; melihat bahwa pada akhir dari ayat ke 25 ia memasukkan dirinya sendiri di antara jumlah itu dan dalam keadaan dari mereka kepada siapa ia berbicara, - ‘Bagaimana kita bisa lolos?’ yang bisa dimaksudkan hanya tentang mereka yang telah membuat suatu pengakuan tentang injil. Singkatnya, ia memaksudkan semua jenis, dalam beberapa keadaan dan kapasitas mereka, kepada siapa injil telah diberitakan.] - ‘Hebrews’, vol 12, hal 173 (ages).
John Owen (tentang Ibr 12:25): “6. The last thing in the words is the inference and judgment that the apostle makes, on a supposition of this sin and evil in any; and this is, that ‘they shall not escape.’ ... it is the duty of the ministers of the gospel diligently and effectually to declare the nature of unbelief, with the heinousness of its guilt, above all other sins whatsoever. ... it is not more the duty of the ministers of the gospel to declare the nature of faith, and to invite men unto Christ in the gospel, than it is to make known the nature of unbelief, and to evidence the woful aggravation of it, Mark 16:16. ... It is their duty so to do, not only with respect unto them who are open and avowed unbelievers, to convince them of the danger wherein they are, but also unto all professors whatever; and to maintain an especial sense of it upon their own minds and consciences. Thus the apostle placeth himself among them who ought always to weigh and consider this matter: ‘Much more shall not we escape, if we turn away.’ There is a turning away after profession, as well as upon the first proposal of the gospel.” [= 6. Hal terakhir dalam kata-kata itu adalah kesimpulan dan penghakiman yang sang rasul buat, pada suatu anggapan tentang dosa dan kejahatan ini dalam siapapun; dan ini adalah, bahwa ‘mereka tidak akan lolos’. ... adalah tugas / kewajiban dari pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dari injil untuk menyatakan dengan rajin dan efektif hakekat dari ketidak-percayaan, dengan kejahatan dari kesalahannya, di atas semua dosa-dosa lain apapun. ... kewajiban dari pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dari injil untuk menyatakan hakekat dari iman, dan untuk mengundang orang-orang kepada Kristus dalam injil, tidak lebih dari kewajiban mereka untuk menyatakan hakekat dari ketidak-percayaan, dan untuk menunjukkan dengan jelas keseriusan yang sangat buruk darinya, Mark 16:16. ... Merupakan kewajiban mereka untuk melakukan demikian, bukan hanya berkenaan dengan mereka yang adalah orang-orang yang tidak percaya secara terbuka dan terang-terangan, untuk meyakinkan mereka tentang bahaya dalam mana mereka berada, tetapi juga kepada semua pengaku-pengaku apapun; dan untuk memelihara suatu pengertian khusus tentangnya pada pikiran dan hati nurani mereka sendiri. Karena itu sang rasul menempatkan dirinya sendiri di antara mereka yang harus selalu menimbang dan mempertimbangkan / merenungkan persoalan ini: ‘Lebih-lebih lagi kita tidak akan lolos, jika KITA berpaling / menolak’. Ada penolakan setelah pengakuan, maupun pada tawaran pertama dari injil.] - ‘Hebrews’, vol 12, hal 182,183 (ages).
Markus 16:16 - “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”.
John Owen (tentang Ibr 12:25): “It is evident, on these considerations, that human nature cannot more highly despise and provoke God, than by this sin of unbelief.” [= Adalah jelas, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ini, bahwa manusia tidak bisa meremehkan / menghina dan memprovokasi Allah dengan lebih hebat, dari pada oleh dosa ketidak-percayaan ini.] - ‘Hebrews’, vol 12, hal 182 (ages).
Ibr 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.
John Owen memperhatikan kata ‘kita’ dalam Ibr 12:25 itu yang jelas mencakup penulis surat Ibrani sendiri, yang pasti adalah orang percaya. Jadi bukan orang-orang yang tidak percaya saja yang diancam oleh ayat ini, tetapi juga orang-orang percaya.
Tetapi bagaimana orang-orang percaya bisa diancam oleh hukuman? Bukankah semua hukuman sudah ditanggung oleh Kristus? Tentu saja, tetapi tetap ada ancaman seperti itu, untuk menunjukkan kewajiban kita sebagai orang-orang percaya! Seperti sudah berulangkali saya tegaskan, sekalipun theologia Reformed percaya bahwa semua hukuman sudah ditanggung Kristus, dan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, tetapi itu tidak berarti bahwa kita tidak punya tanggung jawab lagi!!!
John Owen (tentang Ibr 12:25): “We have an injunction of a necessary duty, proposed in a way of caution or prohibition of the contrary evil: ‘See that ye refuse not him that speaketh.’” [= Kita mempunyai suatu perintah tentang suatu kewajiban yang perlu, diajukan dengan suatu cara dari kehati-hatian atau larangan tentang kejahatan yang sebaliknya: ‘Perhatikanlah supaya kamu tidak menolak Ia yang berbicara’.] - ‘Hebrews’, vol 12, hal 174 (ages).
John Owen (tentang Ibr 12:25): “The caution is given in the word ble>pete. It is originally a word of sense, ‘to see with our eyes:’ and so it is constantly used in the New Testament, unless it be in the imperative mood, and therein it always signifies, ‘to beware, to take heed,’ to be very careful about what is given in charge, Matthew 24:4; Mark 13:5, 33; 1 Corinthians 8:9, 16:10; Galatians 5:15; Ephesians 5:15; Philippians 3:2; Colossians 2:8. And both the weight of the duty and the danger of its neglect are included in it. And the apostle gives them this caution to shake of all sloth and negligence, from the greatness of their concernment in what was enjoined them.” [= Perhatian diberikan dalam kata BLEPETE. Arti kata itu sebetulnya adalah ‘melihat dengan mata kita’: dan begitulah kata itu secara tetap digunakan dalam Perjanjian Baru, kecuali kata itu ada dalam bentuk perintah, dan dalam hal itu kata itu selalu berarti, ‘waspada, berhati-hati’, sangat berhati-hati tentang apa yang diberikan sebagai kewajiban, Mat 24:4; Mark 13:5, 33; 1Korintus 8:9, 16:10; Galatia 5:15; Ef 5:15; Fil 3:2; Kol 2:8. Dan baik berat / tekanan dari kewajiban dan bahaya dari pengabaiannya tercakup di dalamnya. Dan sang rasul memberikan mereka perhatian ini untuk membuang semua kelambanan dan kelalaian, dari besarnya kepentingan mereka dalam apa yang diperintahkan kepada mereka.] - ‘Hebrews’, vol 12, hal 174 (ages).
Mat 24:4 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!”.
Mark 13:5,33 - “(5) Maka mulailah Yesus berkata kepada mereka: ‘Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! ... (33) ‘Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.”.
1Kor 8:9 - “Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.”.
1Kor 16:10 - “Jika Timotius datang kepadamu, usahakanlah supaya ia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut, sebab ia mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti aku.”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘see’ [= pastikanlah / perhatikanlah].
Gal 5:15 - “Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.”.
Ef 5:15 - “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,”.
Fil 3:2 - “Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,”.
Kol 2:8 - “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.”.
John Owen (tentang Ibr 12:25): “The matter given in charge is, ‘not to refuse or turn away from, or despise him that speaketh.’ ... But in this prohibition of an evil, it is the injunction of a duty that is intended; and that is the hearing of him that speaketh; and that such a hearing as the Scripture intends universally, where it speaks of our duty to God; namely, so to hear as to believe, and yield obedience to what is heard. This is the constant use of that expression in the Scripture; wherefore the caution, not to refuse, is a charge so to hear him that speaks as to believe and obey. Whatever is less than this, is a refusal, a despising of him. It is not enough to give him the hearing, as we say, unless also we obey him. Hence the word is preached unto many; but it doth not profit them, because it is not mixed with faith.” [= Persoalan yang diberikan sebagai kewajiban adalah, ‘untuk tidak menolak atau berbalik dari, atau meremehkan Ia yang berbicara’. ... Tetapi dalam larangan tentang kejahatan ini, itu merupakan pemberian suatu kewajiban yang dimaksudkan; dan itu adalah mendengar Dia yang berbicara; dan bahwa mendengar sedemikian rupa seperti yang Kitab Suci maksudkan secara universal, dimana itu berbicara tentang kewajiban kita kepada Allah; yaitu, untuk mendengar dengan maksud untuk percaya, dan memberikan ketaatan pada apa yang didengar. Ini adalah penggunaan yang tetap dari ungkapan itu dalam Kitab Suci; dan karena itu perhatian untuk tidak menolak, adalah suatu kewajiban untuk mendengar Dia yang berbicara dengan maksud untuk percaya dan taat. Apapun yang kurang dari ini adalah suatu penolakan, suatu peremehan tentang Dia. Tidaklah cukup untuk mendengar Dia, seperti kami katakan, kecuali kita juga mentaatiNya. Jadi, firman diberikan kepada banyak orang; tetapi itu tidak memberi manfaat kepada mereka, karena itu tidak dicampur dengan iman.] - ‘Hebrews’, vol 12, hal 174 (ages
Kesimpulan dari pembahasan ayat-ayat dalam kelompok 1) di atas. Orang-orang Arminian menganggap ayat-ayat dalam kelompok 1) di atas ini kehilangan artinya kalau orang kristen ternyata tidak bisa murtad.
Jawab:
a) Yang bisa murtad hanya orang kristen KTP (1Yoh 2:19 Yoh 8:31).
b) Beberapa komentar / jawaban dari para ahli theologia Reformed tentang hal ini.
1. Louis Berkhof: “There are warnings against apostasy which would seem to be quite uncalled for, if the believer could not fall away, Matt. 24:12; Col. 1:23; Heb. 2:1; 3:14; 6:11; 1 John 2:6. But these warnings regard the whole matter from the side of man and are seriously meant. They prompt self-examination, and are instrumental in keeping believers in the way of perseverance. They do not prove that any of those addressed will apostatize, but simply that the use of means is necessary to prevent them from committing this sin. Compare Acts 27:22–25 with verse 31 for an illustration of this principle.” [= Di sana ada peringatan-peringatan terhadap kemurtadan yang tidak diperlukan, jika orang percaya tak bisa murtad, Mat 24:12; Kol 1:23; Ibr 2:1; 3:14; 6:11; 1Yoh 2:6. Tetapi peringatan-peringatan ini melihat / mempertimbangkan dari sisi manusia dan dimaksudkan secara serius. Peringatan-peringatan ini mendorong / membangkitkan pemeriksaan diri sendiri, dan merupakan alat-alat dalam menjaga orang-orang percaya dalam jalan dari ketekunan. Peringatan-peringatan ini tidak membuktikan bahwa ada siapapun dari mereka kepada siapa berita itu ditujukan akan murtad, tetapi hanya bahwa penggunaan dari cara / jalan adalah perlu untuk mencegah mereka dari melakukan dosa ini. Bandingkan dengan Kis 27:22-25 dengan ay 31 sebagai ilustrasi dari prinsip / kebenaran dasar ini.] - ‘Systematic Theology’, hal 548.
Catatan: Kis 27 akan kita bahas di bawah.
2. R. L. Dabney: “It is objected, again, that the Bible is full of warnings to believers to watch against apostasy, like this in 1 Cor. 10:12: ‘Let him that thinketh he standeth take heed lest he fall.’ The sophism is, that if believers cannot fall from grace all these warnings are absurd. I reply, they are reasonable, because believers could fall from grace if they were left to their own natural powers. In this sense, they naturally might fall, and therefore watchfulness is reasonably urged upon them, because God’s unchangeable purpose of grace towards them is effectuated in them, not as if they were stocks or stones, or dumb beasts, but rational free agents, to be guided and governed by the almighty Spirit through the means of rational motives. Therefore, when we see God plying believers with these rational motives not to backslide, it is not to be inferred that he secretly intends to let them backslide fatally, but rather just the contrary.” [= Selanjutnya, diajukan keberatan, bahwa Alkitab penuh dengan peringatan-peringatan kepada orang-orang percaya untuk berjaga-jaga terhadap kemurtadan, seperti peringatan dalam 1Kor 10:12: ‘Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!’. Argumentasi yang kelihatannya sah tetapi salah adalah, bahwa jika orang-orang percaya tidak bisa murtad dari kasih karunia maka semua peringatan-peringatan ini adalah menggelikan. Saya menjawab, peringatan-peringatan itu masuk akal, karena orang-orang percaya bisa jatuh dari kasih karunia / murtad seandainya mereka dibiarkan pada kekuatan-kekuatan alamiah mereka sendiri. Dalam arti ini, mereka secara alamiah bisa jatuh, dan karena itu sikap berjaga-jaga secara masuk akal didesakkan kepada mereka, karena rencana yang tak berubah dari Allah tentang kasih karunia terhadap mereka dibuat terjadi di dalam mereka, bukan seakan-akan mereka adalah batang kayu atau batu, atau binatang-binatang yang bisu / bodoh, tetapi agen-agen bebas yang punya pikiran, untuk dibimbing dan dikuasai oleh Roh yang maha kuasa melalui cara / jalan dari dorongan-dorongan yang rasionil. Karena itu, pada waktu kita melihat Allah mendesak orang-orang percaya dengan dorongan-dorongan rasionil untuk tidak merosot mundur, itu tidak boleh disimpulkan bahwa Ia secara diam-diam bermaksud untuk membiarkan mereka merosot mundur ke belakang secara fatal, tetapi bahkan sebaliknya.] - ‘The Five Points of Calvinism’, hal 76-77 (Libronix).
Lalu Dabney memberikan suatu ilustrasi tentang seorang ibu yang menjaga anak perempuannya yang masih kecil. Ia berkata kepada anaknya: ‘Jangan mendekati api, karena engkau bisa terbakar’. Akankah saya berargumentasi: ‘Dengarlah apa kata-kata ibu itu! Saya menyimpulkan dari kata-katanya bahwa ia akan membiarkan anaknya membakar dirinya sendiri sampai mati kecuali anak itu berjaga-jaga terhadap api itu! Betul-betul seorang ibu yang tidak punya perasaan!’ Tetapi saya tak akan berargumentasi seperti itu kecuali saya adalah orang bodoh yang tak punya perasaan. Saya tahu bahwa ibu itu tak akan membiarkan anak itu membakar tubuhnya sendiri, dan kalau anak itu melanggar larangannya dan mendekati api, ibu itu pasti akan menarik anak itu dengan kekuatan fisik, dan menyelamatkannya, karena kasihnya kepada anaknya itu.
R. L. Dabney: “I will close with a little parable: I watch a wise, intelligent, watchful, and loving mother, who is busy about her household work. There is a bright little girl playing about the room, the mother’s darling. I hear her say, ‘take care, baby dear, don’t go near that bright fire, for you might get burned.’ Do I argue thus? Hear that woman’s words! I infer from them that that woman’s mind is made up to let that darling child burn itself to death unless its own watchfulness shall suffice to keep it away from the fire, the caution of an ignorant, impulsive, fickle little child. What a heartless mother! But I do not infer thus, unless I am a heartless fool. I know that this mother knows the child is a rational creature, and that rational cautions are one species of means for keeping it at a safe distance from the fire; therefore she does right to address such cautions to the child; she would not speak thus if she thought it were a mere kitten or puppy dog, and would rely on nothing short of tying it by the neck to the table leg. But I also know that that watchful mother’s mind is fully made up that the darling child shall not burn itself at this fire. If the little one’s impulsiveness and short memory cause it to neglect the maternal cautions, I know that I shall see that good woman instantly drop her instruments of labor and draw back her child with physical force from that fire, and then most rationally renew her cautions to the child as a reasonable agent with more emphasis. And if the little one proves still heedless and wilful, I shall see her again rescued by physical force, and at last I shall see the mother impressing her cautions on the child’s mind more effectually, perhaps by passionate caresses, or perhaps by a good switching, both alike the expressions of faithful love.” - ‘The Five Points of Calvinism’, hal 78-79 (Libronix).
Catatan: ini tidak saya terjemahkan, tetapi hanya saya ceritakan dengan kata-kata sendiri di atas, dan juga saya persingkat.
3. Loraine Boettner: “Arminians sometimes bring forth from the Scriptures the warnings against apostasy or falling away, which are addressed to believers, and which, it is argued, imply a possibility of their falling away. There is, of course, a sense in which it is possible for believers to fall away, - when they are viewed simply in themselves, with reference to their own powers and capacities, and apart from God’s purpose or design with respect to them. And it is admitted by all that believers can fall into sin temporarily. The primary purpose of these passages, however, is to induce men to co-operate willingly with God for the accomplishment of His purposes. They are inducements which produce constant humility, watchfulness, and diligence.” [= Orang-orang Arminian kadang-kadang mengajukan dari Kitab Suci peringatan-peringatan terhadap kemurtadan, yang ditujukan kepada orang-orang percaya, dan mereka berargumentasi, bahwa ini menunjukkan secara implicit suatu kemungkinan dari kemurtadan mereka. Tentu saja disana ada arti tertentu dalam mana adalah mungkin bagi orang-orang percaya untuk murtad - pada waktu mereka dipandang hanya dalam diri mereka sendiri, berhubungan dengan kekuatan-kekuatan dan kapasitas-kapasitas mereka sendiri, dan terpisah dari rencana atau rancangan Allah berkenaan dengan mereka. Dan diakui oleh semua orang bahwa orang-orang percaya bisa jatuh ke dalam dosa untuk sementara waktu. Tetapi tujuan utama dari text-text ini adalah untuk mendorong manusia untuk bekerja sama secara sukarela dengan Allah untuk pencapaian dari rencanaNya. Peringatan-peringatan itu adalah dorongan-dorongan yang menghasilkan kerendahan hati, sikap berjaga-jaga, dan kerajinan yang terus menerus.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 195.
Loraine Boettner: “In the same way a parent, in order to get the willing co-operation of a child, may tell it to stay out of the way of an approaching automobile, when all the time the parent has no intention of ever letting the child get into a position where it would be injured.” - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 195-196.
Catatan: ini tidak saya terjemahkan. Ilustrasi Loraine Boettner ini kurang lebih sama dengan illustrasi Dabney di atas.
Loraine Boettner: “When God plies a soul with fears of falling it is by no means a proof that God in His secret purpose intends to permit him to fall. These fears may be the very means which God has designed to keep him from falling.” [= Pada waktu Allah mendesak seseorang dengan rasa takut tentang kejatuhan, itu sama sekali bukan suatu bukti bahwa Allah dalam rencana rahasiaNya bermaksud untuk mengijinkannya untuk jatuh. Rasa takut ini bisa justru merupakan cara dengan mana Allah telah merancang untuk menjaganya dari kejatuhan.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 195-196.
Loraine Boettner: “Secondly, God’s exhortations to duty are perfectly consistent with His purpose to give sufficient grace for the performance of these duties. In one place we are commanded to love the Lord our God with all our heart; in another, God says, ‘I will put my Spirit within you, and cause you to walk in my statutes.’ Now either these must be consistent with each other, or the Holy Spirit must contradict Himself. Plainly it is not the latter. Thirdly, these warnings are, even for believers, incitements to greater faith and prayer. Fourthly, they are designed to show man his duty rather than his ability, and his weakness rather than his strength. Fifthly, they convince men of their want of holiness and of their dependence upon God. And, sixthly, they serve as restraints on unbelievers, and leave them without excuse.” [= Kedua, nasehat-nasehat Allah pada kewajiban konsisten secara sempurna dengan rencanaNya untuk memberikan kasih karunia yang cukup untuk pelaksanaan dari kewajiban-kewajiban ini. Di satu tempat kita diperintahkan untuk mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati kita; di tempat lain Allah berkata, ‘Aku akan meletakkan RohKu di dalam kamu, dan menyebabkan kamu untuk berjalan dalam perintah-perintahKu’. Maka, atau dua hal ini harus konsisten satu dengan yang lain, atau Roh Kudus pasti menentang diriNya sendiri. Jelas bahwa itu bukan yang belakangan. Ketiga, peringatan-peringatan ini, bahkan untuk orang-orang percaya, merupakan dorongan-dorongan pada iman yang lebih besar dan pada doa. Keempat, peringatan-peringatan ini dirancang untuk menunjukkan manusia lebih pada kewajibannya dari pada pada kemampuannya, dan pada kelemahannya lebih dari pada pada kekuatannya. Kelima, mereka meyakinkan manusia tentang kebutuhan mereka akan kekudusan dan tentang ketergantungan mereka kepada Allah. Dan keenam, mereka berfungsi sebagai kekang pada orang-orang yang tidak percaya, dan meninggalkan mereka tanpa alasan / dalih.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 196.
Yeh 36:27 - “RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya.”.
c) Jaminan keselamatan tidak bertentangan dengan pemberian tanggung jawab untuk menjaga keselamatan itu!!
Ayat-ayat yang memperingatkan supaya orang-orang percaya tidak murtad ini menekankan tanggung jawab manusia supaya mereka bertekun sampai akhir.
Sekalipun Reformed percaya KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG tetapi Reformed tidak pernah mengajarkan orang Kristen boleh hidup santai / semau gue, sebagaimana biasanya difitnahkan orang.
Alkitab yang mengajarkan KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG, pada saat yang sama juga mengajarkan orang Kristen untuk memelihara keselamatan itu seakan-akan keselamatan itu bisa hilang. Dua hal ini bukan kontradiksi, tetapi saling melengkapi!
Kalau ini dianggap sebagai suatu kontradiksi, maka mari kita melihat pada Kis 27:22-34. Ini adalah text Alkitab yang sangat ampuh dalam menangkis serangan orang Arminian, yang hanya menggunakan logika saja, yang mengatakan bahwa kalau kita dijamin keselamatannya, maka pemberian tanggung jawab itu merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Kalau mereka hanya menggunakan LOGIKA, maka kita menjawab dengan menggunakan Firman Tuhan!
Catatan: saya tidak menganggap bahwa logika itu tidak perlu, tetapi saya menganggap bahwa dimana LOGIKA bertentangan dengan Firman Tuhan, maka LOGIKA yang harus mundur!!!
Kis 27:22-34 ini sudah pernah saya berikan dalam pelajaran yang lalu, tetapi akan saya ulang di sini, dengan lebih mendetail, disertai komentar-komentar dari para penafsir, baik dari pihak Arminian, maupun dari pihak Reformed.
Kisah Para Rasul 27:22-34 - “(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.
Jadi, cerita Kitab Suci ini menunjukkan bahwa Allah mengirim malaikat yang memberikan Firman Tuhan yang menjamin keselamatan (jasmani) semua mereka, kecuali kapalnya (ay 23-24). Dan Paulus percaya penuh akan Firman Tuhan yang telah ia terima itu (ay 22,25,34b), tetapi itu tidak menyebabkan Paulus hanya berdiam diri, beriman, berdoa saja! Sekalipun ada Firman Tuhan yang menjamin keselamatan mereka, tetapi Paulus tetap memberikan nasehat supaya Firman Tuhan / janji Tuhan itu terjadi. Perhatikan beberapa point ini:
1. Ay 26: Paulus menasehati mereka untuk mendamparkan kapal di salah 1 pulau. Perhatikan kata ‘namun’ dan ‘harus’ (ay 26).
2. Ay 31: Paulus menasehati perwira dan prajurit untuk tidak membiarkan anak-anak kapal melarikan diri. Perhatikan kata-kata ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (ay 31).
3. Ay 33-34: Paulus menasehati mereka untuk makan. Perhatikan bahwa sekalipun ia yakin akan keselamatan mereka (ay 34b), ia tetap berkata ‘Hal itu perlu untuk keselamatanmu.’ (ay 34a).
Jadi, kesimpulannya: SEKALIPUN TUHAN MENJAMIN KESELAMATAN MEREKA, MEREKA TETAP DIBERI TANGGUNG JAWAB UNTUK MELAKUKAN KEWAJIBAN MEREKA!
Kecuali orang-orang Arminian berani mengatakan bahwa Paulus bertentangan dengan dirinya sendiri, maka hendaklah mereka berhenti mempunyai anggapan bahwa ‘jaminan keselamatan’ bertentangan dengan ‘kewajiban untuk memelihara keselamatan’!
Sekarang mari kita melihat komentar-komentar para penafsir tentang text dalam Kis 27 ini. Saya akan memberikan komentar-komentar dari penafsir-penafsir Arminian maupun Reformed.
Adam Clarke (tentang Kis 27:31): “‘Except these abide in the ship, ye cannot be saved.’ God, who has promised to save your lives, promises this on the condition that ye make use of every means he has put in your power to help yourselves. While, therefore, ye are using these means, expect the co-operation of God. If these sailors, who only understand how to work the ship, leave it, ye cannot escape. Therefore prevent their present design. On the economy of divine Providence, see the notes at Acts 23.” [= ‘Kecuali mereka tinggal di kapal, kamu tidak bisa diselamatkan’. Allah, yang telah berjanji untuk menyelamatkan hidup / nyawamu, menjanjikan ini dengan syarat bahwa kamu menggunakan setiap cara / jalan yang Ia telah letakkan dalam kuasamu untuk menolong dirimu sendiri. Karena itu, sementara kamu sedang menggunakan cara-cara ini, harapkanlah kerja sama dari Allah. Jika pelaut-pelaut ini, yang adalah satu-satunya orang yang mengerti bagaimana menjalankan kapal, meninggalkannya, kamu tidak bisa lolos. Karena itu, cegahlah rancangan mereka saat ini. Tentang metode dari Providensia Ilahi, lihat catatan pada Kis 23.].
Catatan:
a. Bagian yang saya garis-bawahi itu jelas omong kosong dan merupakan penafsiran yang membengkokkan ayat itu. Jaminan keselamatan dari Allah tadi (ay 24) tidak bersyarat!
Kis 27:23-24 - “(23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau.”.
b. Komentar Adam Clarke tentang Kis 23 akan saya berikan di bawah nanti, bersama dengan komentar-komentar dari para penafsir lainnya.
Adam Clarke (tentang Kisah Para Rasul 27:34): “‘A hair fall from the head.’ A proverbial expression for, ye shall neither lose your lives nor suffer any hurt in your bodies, if ye follow my advice.” [= ‘Selembar rambut jatuh dari kepala’. Suatu ungkapan yang bersifat pepatah untuk, kamu tak akan kehilangan nyawamu ataupun mengalami luka apapun pada tubuhmu, jika kamu mengikuti nasehatku.].
Catatan: Adam Clarke lagi-lagi menambahi dengan syarat, yang dalam ayatnya (ay 34) tidak ada!!!
Kis 27:34 - “Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.
Adam Clarke (tentang Kis 27:44): “‘And the rest.’ That could not swim: some on boards, planks, spars, etc., got safe to land; manifestly by a special providence of God; for how otherwise could the sick, the aged, the terrified, besides women and children (of which, we may naturally suppose, there were some), though on planks, get safe to shore? - where still the waves were violent, Acts 27:41, and they without either skill or power to steer their unsafe flotillas to the land! It was (in this case, most evidently) God who brought them to the haven where they would be.” [= ‘Dan sisanya’. Yang tidak bisa berenang: beberapa pada papan-papan, pecahan-pecahan kapal, dsb., sampai di darat dengan selamat oleh suatu Providensia Allah yang khusus; karena kalau tidak bagaimana orang yang sakit, orang tua, orang yang takut, disamping wanita dan anak-anak (tentang mana, kita bisa secara wajar menganggap bahwa ada beberapa), sekalipun pada papan-papan, bisa selamat sampai ke darat? - dimana ombak tetap ganas, Kis 27:41, dan mereka tanpa keahlian atau kekuatan untuk mengemudikan kapal mereka yang tidak aman ke darat! Adalah Allah (dalam kasus ini, sangat pasti) yang membawa mereka ke tempat yang aman dimana mereka mau ada (?).].
Adam Clarke (tentang Kis 27:44): “3. What assurance soever we may have of the will of God, yet we must not forget human means. The life of all the persons in this ship was given to Paul; yet he does not, on that account, expect a visible miracle, but depends upon the blessing which God will give to the care and endeavours of men. 4. God fulfills his promises, and conceals his almighty power, under such means and endeavours as seem altogether human and natural. Had the crew of this vessel neglected any means in their own power, their death would have been the consequence of their inaction and infidelity.” [= 3. Jaminan apapun yang bisa / mungkin kita punyai tentang kehendak Allah, tetapi kita tidak boleh melupakan cara / jalan manusia. Kehidupan dari semua orang-orang dalam kapal ini diberikan kepada Paulus; tetapi ia tidak mengharapkan suatu mujijat yang terlihat karena hal itu, tetapi bergantung pada berkat yang akan Allah berikan pada kehati-hatian dan usaha-usaha manusia. 4. Allah menggenapi janji-janjiNya, dan menyembunyikan kuasaNya yang maha kuasa, di bawah cara / jalan dan usaha seperti itu yang sepenuhnya kelihatan manusiawi dan alamiah / wajar. Seandainya anak buah kapal ini mengabaikan cara / jalan apapun yang ada dalam kuasa mereka sendiri, kematian mereka akan sudah menjadi konsekwensi dari ketidak-aktifan dan ketidak-setiaan mereka.].
Dalam hal ini saya setuju dengan kata-kata Adam Clarke. Sekalipun ada janji / jaminan dari Tuhan, kita tetap harus melakukan hal-hal yang ada dalam kuasa kita. Tetapi ada batasan untuk usaha-usaha ini, yaitu usaha-usaha ini tidak boleh bertentangan dengan Firman Tuhan. Contoh: Ribka yang mendorong Yakub mendustai Ishak untuk merebut berkat Esau. Ini jelas merupakan usaha yang kelewat batas.
Misalnya: Tuhan berjanji mencukupi kebutuhan kita (Mat 6:33), tetapi itu tidak berarti kita boleh tidak bekerja (bdk. 2Tes 3:10), ataupun hidup secara boros dan sebagainya.
Usia ditentukan oleh Tuhan dan karena itu kita tak boleh kuatir (Mat 6:27), tetapi itu tak berarti kita boleh hidup dengan tak menjaga kesehatan kita (dengan olah raga, makan makanan yang sehat, menyingkirkan makanan dan hal-hal yang buruk bagi kesehatan dsb.).
Keselamatan orang percaya dijamin oleh Tuhan, tetapi itu tak berarti kita boleh hidup semau kita sendiri, menjauhi Tuhan, tak belajar Firman Tuhan dsb.
Lenski (tentang Kis 27:31): “It was the keen eye of Paul that detected the treachery. ... One word from Paul is enough: ‘Unless these remain in the ship, you yourselves (ὑμεῖς, emphatic) cannot be saved.’ ... But had Paul, by God’s own revelation, not declared that not a single life would be lost? He had, indeed; nor was even one man lost. But God uses natural means, was even now using Paul, the centurion and his soldiers, and these wicked sailors. After the desertion of the latter no man would have been left to manage the ship (as in v. 39–41). It is idle to ask the hypothetical question as to what really would have happened if the scheme of the sailors had succeeded. Nearly all of such ‘if’ questions are useless. When God foretells the future, he does so by foreseeing every detail and every means with the same certainty as though they had already occurred. Thus Paul’s frustration of the wicked scheme of the sailors was known to God when he gave him the prophecy.” [= Adalah mata yang tajam dari Paulus yang mendeteksi pengkhianatan itu. ... Satu kata dari Paulus adalah cukup: ‘Kecuali orang-orang ini tinggal di kapal, kamu sendiri (HUMEIS, ditekankan) tidak bisa diselamatkan’. ... Tetapi bukankah Paulus, oleh wahyu Allah sendiri, telah menyatakan bahwa tak seorangpun akan kehilangan nyawanya? Ya, memang; dan bahkan tak seorangpun akan hilang. Tetapi Allah menggunakan cara / jalan yang alamiah / wajar, sekarang bahkan menggunakan Paulus, perwira dan para prajuritnya, dan para pelaut-pelaut yang jahat ini. Setelah pelaut-pelaut ini melakukan desersi tak ada orang yang tertinggal untuk mengendalikan kapal (seperti dalam ay 39-41). Merupakan sesuatu yang sia-sia untuk menanyakan pertanyaan dugaan / pengandaian berkenaan dengan apa yang akan terjadi seandainya rencana dari para pelaut berhasil. Hampir semua pertanyaan-pertanyaan ‘jika / seandainya’ seperti itu adalah sia-sia. Pada waktu Allah memberitahu lebih dulu hal-hal di masa yang akan datang, Ia melakukan itu dengan melihat lebih dulu setiap detail dan setiap cara / jalan dengan kepastian yang sama seakan-akan mereka telah terjadi. Jadi pencegahan / penggagalan rencana jahat dari para pelaut telah diketahui oleh Allah pada waktu Ia memberi dia nubuat itu.].
Saya setuju sepenuhnya dengan kata-kata Lenski, khususnya pada bagian terakhir dari kutipan di atas ini. Yang ingin saya tanyakan, dengan kepercayaan seperti ini bagaimana Lenski bisa tidak percaya pada penentuan dosa? Bukankah pengkhianatan dari para pelaut itu jahat / berdosa? Dan karena itu dilihat lebih dulu oleh Tuhan, pada waktu Ia memberi nubuat ini (bahkan sudah Ia ketahui dalam kekekalan), menunjukkan bahwa dosa itu sudah ditentukan??? Ini seharusnya direnungkan oleh orang-orang Arminian yang selalu menekankan ajaran tentang free will / kehendak bebas, yang sebenarnya tak pernah ada dalam Alkitab!
Lenski (tentang Kis 27:33-37): “Just as it had been the case with regard to the sailors, whom God would use and who must not abandon the ship, so now it was the case with regard to the food which was to hearten and to strengthen all of them: this was another means in God’s hands, and Paul was God’s agent. God achieves so many of his ends by blessing the proper, sensible means.” [= Sama seperti dalam kasus berkenaan dengan para pelaut, yang Allah akan pakai dan yang tidak boleh meninggalkan kapal, maka sekarang adalah kasus berkenaan dengan makanan yang akan memberi semangat dan menguatkan semua mereka: ini adalah cara / jalan yang lain dalam tangan Allah, dan Paulus adalah agen Allah. Allah mencapai begitu banyak dari tujuan-tujuanNya dengan memberkati cara / jalan yang benar dan masuk akal.].
John Wesley (tentang Kis 27:31): “We may learn hence, to use the most proper means for security and success, even while we depend on Divine Providence, and wait for the accomplishment of God’s own promise. He never designed any promise should encourage rational creatures to act in an irrational manner; or to remain inactive, when he has given them natural capacities of doing something, at least, for their own benefit. To expect the accomplishment of any promise, without exerting these, is at best vain and dangerous presumption, if all pretence of relying upon it be not profane hypocrisy.” [= Jadi kita bisa belajar, untuk menggunakan cara / jalan yang paling tepat / benar untuk keamanan dan sukses, bahkan pada waktu kita bergantung pada Providensia Ilahi, dan menunggu penggenapan dari janji-janji Allah sendiri. Ia tidak pernah merancang janji apapun untuk mendorong makhluk-makhluk rasionil bertindak dalam suatu cara yang tidak rasionil; atau untuk tetap tinggal tidak aktif, pada waktu Ia telah memberi mereka kapasitas alamiah untuk setidaknya melakukan sesuatu untuk keuntungan mereka sendiri. Mengharapkan penggenapan dari janji apapun, tanpa menggunakan hal ini, paling-paling merupakan suatu kesombongan yang sia-sia dan berbahaya, dan bahkan semua kepura-puraan untuk bersandar padanya bisa merupakan kemunafikan yang salah / tidak menghormati Allah.] - LibroniX
Kis 27:22-44 - “(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’ (35) Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. (36) Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. (37) Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. (38) Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. (39) Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. (40) Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. (41) Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat. (42) Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang. (43) Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat.”.
Calvin (tentang Kisah Para Rasul 27:30): “The grace of the Holy Spirit appeareth in Paul, even in this point also, in that he did wisely admonish that the mariners should not be suffered to fly. ... But it is a marvel that he saith, that the rest could not be saved unless the mariners should remain in the ship; as if it were in their power to make the promise of God of none effect. I answer, that Paul doth not dispute, in this place, precisely of the power of God, that he may separate the same from his will and from means; and surely God doth not, therefore, commend his power to the faithful, that they may give themselves to sluggishness and carelessness, contemning means, or rashly cast away themselves when there is some certain way to escape. God did promise Hezekiah that the city should be delivered (Isaiah 37:6, and 35). If he had set open the gates to the enemy, would not Isaiah straightway have cried, Thou destroyest both thyself and the city? And yet for all this it doth not follow that the hand of God is tied to means or helps; but when God appointeth this or that means to bring any thing to pass, he holdeth all men’s senses, that they may not pass the bounds which he hath appointed.” [= Kasih karunia dari Roh Kudus muncul dalam diri Paulus, bahkan juga pada titik ini, dan hal dimana ia secara bijaksana menasehati supaya para pelaut / anak kapal tidak dibiarkan lari. ... Tetapi merupakan sesuatu yang mengherankan bahwa ia berkata, bahwa sisanya tidak akan bisa selamat kecuali para pelaut tetap tinggal di kapal; seakan-akan ada dalam kuasa mereka untuk membuat janji Allah tak ada hasilnya. Saya menjawab bahwa di sini Paulus tidak mempertengkarkan / mempertanyakan secara persis tentang kuasa Allah, sehingga ia bisa memisahkan kuasa Allah dari kehendakNya dan dari cara / jalan; dan karena itu pasti Allah tidak mempercayakan kuasaNya kepada orang-orang percaya supaya mereka bisa memberikan diri mereka sendiri pada kemalasan dan kecerobohan, meremehkan cara / jalan, atau secara gegabah membuang diri mereka sendiri pada waktu disana ada jalan tertentu untuk lolos. Allah memang menjanjikan Hizkia bahwa kota itu harus akan diselamatkan (Yes 37:6 dan 35). Seandainya ia membuka pintu gerbang kota bagi musuh, tidakkah Yesaya akan sudah berteriak, ‘Engkau menghancurkan baik dirimu sendiri dan kota ini’? Tetapi sekalipun demikian itu tidak berarti bahwa tangan Allah diikat pada cara / jalan atau pertolongan; tetapi pada waktu Allah menetapkan cara / jalan ini atau itu untuk melaksanakan apapun, Ia memegang pikiran-pikiran dari semua orang, sehingga mereka tidak melampaui batasan-batasan yang telah Ia tetapkan.].
Yesaya 37:5-6,33-35 - “(5) Ketika pegawai-pegawai raja Hizkia sampai kepada Yesaya, (6) berkatalah Yesaya kepada mereka: ‘Beginilah kamu katakan kepada tuanmu: Beginilah firman TUHAN: Janganlah engkau takut terhadap perkataan yang kaudengar yang telah diucapkan oleh budak-budak raja Asyur untuk menghujat Aku. ... (33) Sebab itu beginilah firman TUHAN mengenai raja Asyur: Ia tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan menembakkan panah ke sana; juga ia tidak akan mendatanginya dengan perisai dan tidak akan menimbun tanah menjadi tembok untuk mengepungnya. (34) Melalui jalan, dari mana ia datang, ia akan pulang, tetapi ke kota ini ia tidak akan masuk, demikianlah firman TUHAN. (35) Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hambaKu.’”.
Calvin (tentang Kisah Para Rasul 27:33): “And because despair was the cause of this their loathing of meat, he affirmeth again that they shall live, so they be of good courage. For a faithful minister of the word must not only bring abroad the promises, but also counsel men to follow God whithersoever he calleth them; and that they be not slothful and sluggish. Furthermore, the meaning of the words is this, God hath determined to save you, this confidence ought to animate you, and to make you merry, that you be not negligent in your own business.” [= Dan karena keputus-asaan adalah penyebab dari kejijikan mereka akan makanan, ia menegaskan lagi bahwa mereka akan hidup, sehingga mereka ada dalam semangat yang baik. Karena seorang pelayan / pendeta yang setia dari firman tidak boleh hanya menyebarkan janji-janji, tetapi juga menasehati orang-orang untuk mengikuti Allah kemanapun Ia memanggil mereka; dan bahwa mereka tidak boleh malas dan lamban. Selanjutnya, arti dari kata-kata ini adalah ini, Allah telah menetapkan untuk menyelamatkan kamu, keyakinan ini seharusnya menghidupkan / menyemarakkan kamu, dan membuat kamu bergembira, supaya kamu tidak lalai dalam kesibukanmu sendiri.].
Barnes’ Notes (tentang Kis 27:31): “‘Ye cannot be saved.’ You cannot be preserved from death. You will have no hope of managing the ship. It will be remembered that Paul had been informed by the angel, and had assured them (ver. 22–24) that no lives would be lost; but it was only in the use of the proper means that their lives would be safe. Though it had been determined, and though Paul had the assurance that their lives would be safe, yet this did not, in his view, prevent the use of the proper means to secure it. From this we may learn, (1) That the certainty of an event does not render it improper to use means to obtain it. (2) That, though the event may be determined, yet the use of means may be indispensable to secure it. The event is not more certainly ordained than the means requisite to accomplish it. (3) That the doctrine of the divine purposes or decrees, making certain future events, does not make the use of man’s agency unnecessary or improper. The means are determined as well as the end, and the one will not be secured without the other. (4) The same is true in regard to the decrees respecting salvation. The end is not determined without the means; and as God has resolved that his people shall be saved, so he has also determined the means. He has ordained that they shall repent, shall believe, shall be holy, and shall thus be saved. (5) We have in this case a full answer to the objection that a belief in the decrees of God will make men neglect the means of salvation, and lead to licentiousness. It has just the contrary tendency. Here is a case in which Paul certainly believed in the purpose of God to save these men; in which he was assured that it was fully determined; and yet the effect was not to produce indolence and unconcern, but to prompt him to use strenuous efforts to accomplish the very effect which God had determined should take place. So it is always. A belief that God has purposes of mercy; that he designs, and has always designed, to save some, will prompt to the use of all proper means to secure it. If we had no such evidence that God had any such purpose, effort would be vain. Where we have such evidence, it operates, as it did in the case of Paul, to produce great and strenuous endeavours to secure the object.” [= ‘Kamu tidak bisa diselamatkan’. Kamu tidak bisa dijaga / dipelihara dari kematian. Kamu akan tidak punya pengharapan tentang pengendalian kapal. Perlu diingat bahwa Paulus telah diberi informasi oleh malaikat, dan telah menjamin mereka (ay 22-24) bahwa tak ada yang akan mati; tetapi hanya dalam penggunaan dari cara / jalan yang benar bahwa nyawa mereka akan selamat. Sekalipun telah ditentukan, dan sekalipun Paulus mempunyai jaminan bahwa jiwa mereka akan selamat, tetapi dalam pandangannya ini tidak menghalangi penggunaan dari cara / jalan yang benar untuk memastikannya. Dari hal ini kita bisa belajar, (1) Bahwa kepastian dari suatu peristiwa tidak menyebabkan tidak benar untuk menggunakan cara / jalan untuk mendapatkannya. (2) Bahwa, sekalipun peristiwanya ditentukan, tetapi penggunaan dari cara / jalan tak bisa dibuang untuk memastikannya. Peristiwanya tidak ditentukan dengan lebih pasti dari pada cara / jalan yang mutlak perlu untuk mencapainya. (3) Bahwa doktrin tentang rencana atau ketetapan Ilahi memastikan peristiwa-peristiwa yang akan datang, tidak membuat penggunaan dari tindakan / kewajiban manusia tidak perlu atau tidak benar. Cara / jalan ditentukan sama seperti tujuan / akhirnya, dan yang satu tidak akan dipastikan tanpa yang lain. (4) Hal yang sama adalah benar berkenaan dengan ketetapan-ketetapan tentang keselamatan. Tujuannya tidak ditentukan tanpa cara / jalannya; dan kalau Allah telah memutuskan bahwa umatNya akan diselamatkan, maka Ia juga telah menentukan cara / jalannya. Ia telah menentukan bahwa mereka akan bertobat, akan percaya, akan menjadi kudus, dan dengan demikian diselamatkan. (5) Dalam kasus ini kami mempunyai jawaban yang lengkap terhadap keberatan bahwa suatu kepercayaan pada ketetapan-ketetapan Allah akan membuat manusia melalaikan cara / jalan dari keselamatan, dan membimbing pada ketidak-bermoralan. Itu justru mempunyai kecenderungan yang sebaliknya. Di sini ada suatu kasus dalam mana Paulus secara pasti percaya pada rencana Allah untuk menyelamatkan orang-orang ini; dalam mana ia dijamin bahwa itu ditentukan sepenuhnya; tetapi efeknya tidak boleh menghasilkan kemalasan dan ketidak-pedulian, tetapi mendorongnya untuk menggunakan usaha-usaha yang keras / bersemangat untuk mencapai hasil yang telah Allah tentukan untuk terjadi. Begitulah selalu. Suatu kepercayaan bahwa Allah mempunyai rencana belas kasihan; bahwa Ia merancang, dan telah selalu merancang, untuk menyelamatkan sebagian / beberapa orang, akan mendorong pada penggunaan dari semua cara / jalan yang benar untuk memastikannya. Jika kita tidak mempunyai bukti bahwa Allah mempunyai rencana seperti itu, usaha akan sia-sia / tak berhasil. Dimana kita mempunyai bukti seperti itu, itu bekerja, seperti itu bekerja dalam kasus Paulus, untuk menghasilkan usaha-usaha yang besar dan keras / bersemangat untuk memastikan tujuannya.].
Catatan:
1. Bagian yang saya beri garis bawah ganda itu mirip pandangan / penafsiran Adam Clarke di atas. Tetapi kalau dilihat dari kata-katanya selanjutnya, ia berbeda dengan Clarke. Mungkin bagian itu agak kurang tepat hanya dalam pengalimatannya.
2. Pada point 1-3 Barnes secara bertele-tele mengucapkan hal yang sama.
3. Mulai point 4, Barnes memberikan penerapan dalam keselamatan ROHANI, yang secara prinsip memang sama saja dengan keselamatan JASMANI, seperti dalam kasus Paulus dalam Kis 27 yang sedang kita bahas ini.
Matthew Henry (tentang Kis 27:31): “Paul speaks humanly, when he says, ‘You cannot be saved except these abide in the ship;’ and he does not at all weaken the assurances he had divinely given that they should infallibly be saved. God, who appointed the end, ‘that they should be saved,’ appointed the means, that they should be saved by the help of these seamen; though, if they had gone off, no doubt God would have made his word good some other way. ... Duty is ours, events are God’s; and we do not trust God, but tempt him, when we say, ‘We put ourselves under his protection,’ and do not use proper means, such as are within our power, for our own preservation.” [= Paulus berbicara secara manusia, pada waktu ia berkata, ‘Kamu tidak bisa diselamatkan kecuali orang-orang ini tetap tinggal di dalam kapal’; dan ia sama sekali tidak melemahkan jaminan yang telah ia berikan secara ilahi bahwa mereka pasti akan diselamatkan. Allah, yang telah menetapkan tujuannya, ‘bahwa mereka harus diselamatkan’, menetapkan cara / jalannya, bahwa mereka harus diselamatkan oleh pertolongan dari pelaut-pelaut ini; sekalipun, seandainya mereka pergi, tak diragukan Allah akan telah menggenapi firmanNya dengan cara yang lain. ... Kewajiban adalah milik / bagian kita, peristiwa-peristiwa adalah milik / bagian Allah; dan kita tidak mempercayai Allah, tetapi mencobai Dia, pada waktu kita berkata, ‘Kami meletakkan diri kami sendiri di bawah perlindungannya’, dan tidak menggunakan jalan / cara yang benar, yang ada dalam kuasa kita, untuk pemeliharaan kita sendiri.].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Kis 27:31): “‘Except these abide in the ship, ye cannot be saved.’ The soldiers and passengers could not be expected to possess the necessary seamanship in so very critical a case; the flight of the crew, therefore, might well be regarded as certain destruction to all who remained. Though fully assured, in virtue of a divine pledge, of ultimate safety to all on board, Paul speaks and acts throughout this whole scene in the exercise of a sound judgment on the indispensable human conditions of safety; and as there is no trace of any feeling of inconsistency between these two things in his mind, so even the centurion, ... seems never to have felt perplexed by the two-fold aspect - divine and human - in which the same thing presented itself to the mind of Paul.” [= ‘Kecuali orang-orang ini tinggal di kapal, kamu tidak bisa diselamatkan’. Prajurit-prajurit dan penumpang-penumpang tidak bisa diharapkan untuk mempunyai keahlian pelaut dalam suatu kasus yang begitu kritis; karena itu, larinya anak buah kapal, bisa dianggap sebagai kehancuran yang pasti bagi semua orang yang tertinggal / tersisa. Sekalipun dijamin secara penuh berdasarkan janji Ilahi, tentang keamanan akhir dari semua orang di kapal, Paulus berbicara dan bertindak melalui seluruh adegan / suasana ini dalam penggunaan dari suatu penilaian yang sehat tentang syarat keamanan manusia yang tak bisa dibuang; dan karena di sana tak ada jejak tentang perasaan ketidak-konsistenan apapun antara dua hal itu dalam pikirannya, maka bahkan sang perwira, ... kelihatannya tidak pernah merasa bingung oleh aspek rangkap dua - ilahi dan manusia - dalam mana hal yang sama menyatakan dirinya sendiri pada pikiran Paulus.].
J. A. Alexander (tentang Kis 27:31): “The condition thus prescribed, though often used to prove that the divine decrees are not absolute, is perfectly consistent with the previous assurance (in v. 22) that they should all escape, because the means are just as certainly determined as the end, which in this case was to be secured by the prevention of the seamen’s flight, and that by the very exhortation here recorded, and its effect upon the soldiers, as related in the next verse.” [= Syarat yang dinasehatkan / ditentukan seperti itu, sekalipun sering digunakan untuk membuktikan bahwa ketetapan ilahi tidak mutlak, adalah konsisten secara sempurna dengan jaminan sebelumnya (dalam ay 22) bahwa mereka semua akan lolos, karena cara / jalan ditentukan secara pasti sama seperti tujuannya, yang dalam kasus ini harus dipastikan oleh pencegahan dari larinya para pelaut, dan bahwa oleh nasehat yang dicatat di sini, dan hasil / akibatnya pada para prajurit, seperti yang diceritakan dalam ayat selanjutnya.].
J. A. Alexander (tentang Kisah Para Rasul 27:34): “What I advised is an appointed means to the appointed end of your deliverance, ...” [= Apa yang aku nasehatkan adalah suatu cara / jalan yang ditetapkan pada tujuan yang ditetapkan tentang pembebasanmu, ... ].
Alexander MacLaren (tentang Kisah Para Rasul 27:31): “The lesson often drawn from his words is rightly drawn. They imply the necessity of men’s action in order to carry out God’s purpose. The whole shipful are to be saved, but ‘except these abide, ye cannot be saved.’ The belief that God wills anything is a reason for using all means to effect it, not for folding our hands and saying, ‘God will do it, whether we do anything or not.’ The line between fatalism and Christian reliance on God’s will is clearly drawn in Paul’s words.” [= Pelajaran yang sering ditarik dari kata-katanya ditarik secara benar. Kata-kata itu secara implicit menunjukkan perlunya tindakan manusia untuk melaksanakan rencana Allah. Seluruh isi kapal harus diselamatkan, tetapi ‘kecuali orang-orang ini tinggal, kamu tidak mungkin diselamatkan’. Kepercayaan bahwa Allah menghendaki apapun adalah suatu alasan untuk menggunakan semua cara / jalan untuk menghasilkannya, bukan untuk melipat tangan kita dan berkata, ‘Allah akan melakukannya, apakah kita melakukan apapun atau tidak’. Garis / batasan antara fatalisme dan kebersandaran Kristen pada kehendak Allah ditarik / digambarkan secara jelas dalam kata-kata Paulus.].
Ironside (tentang Kis 27:30-31): “He sees what they are up to, and to the centurion he says, ‘Except these abide in the ship, ye cannot be saved.’ Then see what happens. ‘The soldiers cut off the ropes of the boat, and let her fall off.’ The captain might have said, ‘What difference does it make? You told us we are all to be saved anyway. It doesn’t make any difference what anybody does; if God has foreordained it, that is what will happen.’ But Paul might have replied: ‘Yes, it makes a great deal of difference.’ You see, human responsibility is just one spoke in the great wheel of God’s purpose, and divine foreordination is another. And so though God foreordained the whole thing He showed Paul that these men were responsible to abide in the ship. This was how He effected His purpose.” [= Ia melihat apa yang akan mereka lakukan, dan ia berkata kepada perwira itu, ‘Kecuali orang-orang ini tinggal di kapal, kamu tidak bisa diselamatkan’. Lalu lihat apa yang terjadi. ‘Para prajurit memotong tali dari perahu / sekoci dan membiarkannya hanyut’. Kapten / perwira itu bisa telah berkata, ‘Apa bedanya? Kamu memberitahu kami bagaimanapun kita semua akan selamat. Apa yang dilakukan siapapun tak akan membuat perbedaan; jika Allah telah menentukannya, itu yang akan terjadi’. Tetapi Paulus bisa telah menjawab: ‘Ya, itu membuat perbedaan besar’. Kamu lihat, tanggung jawab manusia hanyalah satu tongkat / batang kayu dalam roda besar dari rencana Allah, dan penentuan ilahi adalah tongkat / batang kayu yang lain. Dan karena itu sekalipun Allah menentukan lebih dulu seluruh hal itu, Ia menunjukkan kepada Paulus bahwa orang-orang ini bertanggung-jawab untuk tinggal di kapal. Ini adalah bagaimana Ia melaksanakan rencanaNya.] - (Libronix).
Barclay (tentang Kisah Para Rasul 27:34): “Next comes a most human and revealing episode. Paul insisted that they should eat. He was a visionary man of God, but he was also an intensely practical man. He had not the slightest doubt that God would do his part, but he also knew that they must do theirs. Paul was not one of those people who were so heavenly minded that they were of no earthly use. He knew that hungry people are not efficient, and so he gathered the ship’s company around him and made them eat.” [= Selanjutnya datang / muncul episode yang paling manusiawi dan memberi pengetahuan. Paulus berkeras bahwa mereka harus makan. Ia adalah orang yang mendapat penglihatan dari Allah, tetapi ia juga adalah seorang yang sangat praktis. Ia tidak mempunyai keraguan yang terkecil bahwa Allah akan melakukan bagianNya, tetapi ia juga tahu bahwa mereka harus melakukan bagian mereka. Paulus bukanlah salah satu dari orang-orang yang begitu berpikiran surgawi sehingga mereka tak berguna secara duniawi. Ia tahu bahwa orang-orang yang lapar tidak efektif, dan karena itu ia mengumpulkan orang-orang di kapal dan memaksa mereka makan.].
Catatan: Barclay adalah orang Liberal, dan banyak ajarannya yang salah / sesat, khususnya jika berhubungan dengan mujijat. Tetapi komentarnya di sini benar.
Sekarang mari kita memperhatikan text lain, yang disinggung oleh Adam Clarke di atas, yaitu Kis 23:11-33.
Kisah Para Rasul 23:11-33 - “(11) Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisinya dan berkata kepadanya: ‘Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.’ (12) Dan setelah hari siang orang-orang Yahudi mengadakan komplotan dan bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa mereka tidak akan makan atau minum, sebelum mereka membunuh Paulus. (13) Jumlah mereka yang mengadakan komplotan itu lebih dari pada empat puluh orang. (14) Mereka pergi kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan berkata: ‘Kami telah bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa kami tidak akan makan atau minum, sebelum kami membunuh Paulus. (15) Karena itu hendaklah kamu bersama-sama dengan Mahkamah Agama menganjurkan kepada kepala pasukan, supaya ia menghadapkan Paulus lagi kepada kamu, seolah-olah kamu hendak memeriksa perkaranya lebih teliti, dan sementara itu kami sudah siap sedia untuk membunuh dia sebelum ia sampai kepada kamu.’ (16) Akan tetapi kemenakan Paulus, anak saudaranya perempuan, mendengar tentang penghadangan itu. Ia datang ke markas dan setelah diizinkan masuk, ia memberitahukannya kepada Paulus. (17) Lalu Paulus memanggil salah seorang perwira dan berkata kepadanya: ‘Bawalah anak ini kepada kepala pasukan, karena ada sesuatu yang perlu diberitahukannya kepadanya.’ (18) Perwira itu membawanya kepada kepala pasukan dan berkata: ‘Paulus orang tahanan itu, memanggil aku dan meminta, supaya aku membawa anak muda ini kepadamu, sebab ada yang perlu diberitahukannya kepadamu.’ (19) Maka kepala pasukan itu memegang tangan anak muda itu, lalu membawanya ke samping dan bertanya: ‘Apakah yang perlu kauberitahukan kepadaku?’ (20) Jawabnya: ‘Orang-orang Yahudi telah bersepakat untuk meminta kepadamu, supaya besok engkau menghadapkan Paulus lagi ke Mahkamah Agama, seolah-olah Mahkamah itu mau memperoleh keterangan yang lebih teliti dari padanya. (21) Akan tetapi janganlah engkau mendengarkan mereka, sebab lebih dari pada empat puluh orang dari mereka telah siap untuk menghadang dia. Mereka telah bersumpah dengan mengutuk diri, bahwa mereka tidak akan makan atau minum, sebelum mereka membunuh dia; sekarang mereka telah siap sedia dan hanya menantikan keputusanmu.’ (22) Lalu kepala pasukan menyuruh anak muda itu pulang dan memerintahkan kepadanya: ‘Jangan katakan kepada siapapun juga, bahwa engkau telah memberitahukan hal ini kepadaku.’ (23) Kemudian kepala pasukan memanggil dua perwira dan berkata: ‘Siapkan dua ratus orang prajurit untuk berangkat ke Kaisarea beserta tujuh puluh orang berkuda dan dua ratus orang bersenjata lembing, kira-kira pada jam sembilan malam ini. (24) Sediakan juga beberapa keledai tunggang untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri Feliks.’ (25) Dan ia menulis surat, yang isinya sebagai berikut: (26) ‘Salam dari Klaudius Lisias kepada wali negeri Feliks yang mulia. (27) Orang ini ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka hendak membunuhnya, aku datang dengan pasukan mencegahnya dan melepaskannya, karena aku dengar, bahwa ia adalah warganegara Roma. (28) Untuk mengetahui apa alasannya mereka mendakwa dia, aku menghadapkannya ke Mahkamah Agama mereka. (29) Ternyatalah bagiku, bahwa ia didakwa karena soal-soal hukum Taurat mereka, tetapi tidak ada tuduhan, atas mana ia patut dihukum mati atau dipenjarakan. (30) Kepadaku telah diberitahukan, bahwa ada komplotan merencanakan membunuh dia. Karena itu aku segera menyuruh membawa dia kepadamu, sedang kepada para pendakwa telah kuberitahukan, bahwa mereka harus mengajukan perkara itu kepadamu.’ (31) Lalu prajurit-prajurit itu mengambil Paulus sesuai dengan yang diperintahkan kepada mereka dan membawanya pada waktu malam ke Antipatris. (32) Pada keesokan harinya mereka membiarkan orang-orang berkuda dan Paulus meneruskan perjalanan, dan mereka sendiri pulang ke markas. (33) Setibanya di Kaisarea orang-orang berkuda itu menyampaikan surat itu kepada wali negeri serta menyerahkan Paulus kepadanya.”.
Pada ay 11 Allah mengatakan bahwa Paulus akan bersaksi di Roma, dan itu secara implicit, tetapi sangat kuat / pasti, menjamin keselamatannya (secara jasmani), karena kalau ia mati maka ia tidak bisa bersaksi di Roma.
Tetapi lalu diketahui adanya kelompok yang mau membunuh dia, sehingga orang-orang tertentu mengusahakan baginya jalan untuk lolos, DAN PAULUS TIDAK MENOLAKNYA, DENGAN ALASAN TUHAN SUDAH BERJANJI BAHWA IA PASTI SELAMAT KARENA HARUS BERSAKSI DI ROMA!!! Paulus bahkan juga berperan secara aktif dalam usaha penyelamatan terhadap dirinya, seperti dikatakan dalam ay 17.
Ay 16-17: “(16) Akan tetapi kemenakan Paulus, anak saudaranya perempuan, mendengar tentang penghadangan itu. Ia datang ke markas dan setelah diizinkan masuk, ia memberitahukannya kepada Paulus. (17) Lalu Paulus memanggil salah seorang perwira dan berkata kepadanya: ‘Bawalah anak ini kepada kepala pasukan, karena ada sesuatu yang perlu diberitahukannya kepadanya.’”.
Sekarang mari kita perhatikan komentar-komentar dari para penafsir tentang text ini (yang sebetulnya kurang lebih sama dengan text dalam Kis 27 di atas).
Adam Clarke (tentang Kis 23:17): “‘Bring this young man unto the chief captain.’ Though Paul had the most positive assurance from divine authority that he should be preserved, yet he knew that the divine providence acts by reasonable and prudent means; and that, if he neglected to use the means in his power, he could not expect God’s providence to work in his behalf. He who will not help himself, according to the means and power he possesses, has neither reason nor revelation to assure him that he shall receive any assistance from God.” [= ‘Bawalah anak muda ini kepada kepala pasukan’. Sekalipun Paulus mempunyai keyakinan yang paling positif dari otoritas ilahi bahwa ia akan / harus diselamatkan, tetapi ia tahu bahwa Providensia Ilahi bertindak oleh cara-cara yang masuk akal dan bijaksana; dan bahwa jika ia lalai untuk menggunakan cara-cara yang ada dalam kuasanya, ia tidak bisa mengharapkan Providensia Allah untuk bekerja demi kepentingannya. Ia yang tidak mau menolong dirinya sendiri, sesuai dengan cara-cara dan kuasa yang ia miliki, tidak mempunyai alasan atau wahyu untuk meyakinkan dia bahwa ia akan menerima pertolongan apapun dari Allah.].
Di satu sisi, kata-kata Clarke ada benarnya. Allah mewujudkan rencana / ketetapanNya melalui cara / jalan yang Ia berikan kepada kita. Tetapi seperti Calvin katakan di atas, Allah tak tergantung kepada ketaatan kita dalam menggunakan cara / jalan itu!!! Ada orang-orang yang segan / tak mau menggunakan cara / jalan yang benar yang ada dalam kuasa mereka, tetapi Allah tetap bekerja sehingga rencanaNya terjadi.
Misalnya Yunus tidak mau bekerja sama dengan Allah untuk penyelamatan Niniwe, tetapi Allah memaksa dia! Saya ingin bertanya kepada orang-orang Arminian, dimana free will dari Yunus??? Siapa bilang Allah tak pernah memaksa orang?
Juga dalam penyelamatan Lot dan keluarganya, ketika mereka segan / berlambat-lambat untuk meninggalkan kota mereka, yang akan segera dihancurkan oleh Tuhan, mereka dipaksa oleh 2 orang malaikat itu!
Kej 19:15-16 - “(15) Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: ‘Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini.’ (16) Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana.”.
Adam Clarke (tentang Kejadian 19:16): “‘While he lingered.’ Probably in affectionate though useless entreaties to prevail on the remaining parts of his family to escape from the destruction that was now descending; laid hold upon his hand - pulled them away by mere force, the Lord being merciful; else they had been left to perish in their lingering, as the others were in their gainsaying.” [= ‘Sementara ia berlambat-lambat’. Mungkin dalam permohonan yang penuh kasih tetapi tak berguna untuk membujuk bagian yang tersisa dari keluarganya untuk meloloskan diri dari kehancuran yang sekarang sedang turun; memegang tangannya - menarik mereka semata-mata dengan kekuatan / kekerasan, karena Tuhan penuh dengan belas kasihan; kalau tidak mereka telah dibiarkan untuk binasa dalam sikap berlambat-lambat mereka, seperti orang-orang lain dalam penolakan mereka.].
Apakah komentar Adam Clarke di sini tidak bertentangan dengan kata-katanya di atas????
Dan perlu ditambahkan pertanyaan kepada Adam Clarke: mengapa kedua malaikat itu tidak juga menarik tangan dari kedua calon menantu Lot??? Jelas karena Tuhan memang tidak ingin menyelamatkan mereka!
Juga nanti mengapa Tuhan membiarkan istri Lot menoleh ke belakang sehingga harus dibinasakan? Lagi-lagi jelas karena Tuhan tidak ingin menolong dia.
Tetapi bagi Lot dan kedua anaknya, Tuhan ingin menolong. Dan tanpa mempedulikan keseganan dan sikap berlambat-lambat mereka, Tuhan MEMAKSA mereka!
Sekarang kita kembali pada tafsiran-tafsiran berkenaan dengan Kis 23 yang sedang kita bahas.
Kis 23:16 - “Akan tetapi kemenakan Paulus, anak saudaranya perempuan, mendengar tentang penghadangan itu. Ia datang ke markas dan setelah diizinkan masuk, ia memberitahukannya kepada Paulus.”.
Lenski (tentang Kis 23:16): “Providence thwarted the plot of the conspirators in the most simple way. Providence has a way of doing such things. So Paul has a sister, and she has a son who is already a νεανίας, a young man between twenty and forty. That is all that we actually know. ... So also we have no intimation as to how the young man heard about the plot. ... he certainly was concerned about his uncle’s imprisonment and what the Jews were doing about it. The moment he discovers the dastardly plot he goes to warn Paul. ... As a nephew of the prisoner, a harmless young man at that, he had no difficulty in being admitted to see Paul.” [= Providensia mencegah rencana rahasia dari orang-orang yang berkomplot dengan cara yang paling sederhana. Providensia mempunyai suatu cara untuk melakukan hal-hal seperti itu. Paulus mempunyai seorang saudara perempuan, dan ia mempunyai seorang anak laki-laki yang sudah seorang NEANIAS, seorang laki-laki muda antara 20 dan 40 tahun. Itu adalah semua yang kita ketahui dengan sungguh-sungguh / benar. ... Kita juga tidak mempunyai petunjuk berkenaan dengan bagaimana orang muda itu mendengar tentang rencana rahasia itu. ... ia pasti peduli tentang pemenjaraan pamannya dan apa yang orang-orang Yahudi sedang lakukan tentangnya. Pada saat ia menemukan rencana rahasia yang jahat dan pengecut itu ia pergi untuk memperingatkan Paulus. ... Sebagai seorang keponakan dari orang tahanan, disamping ia adalah seorang muda yang tak berbahaya, ia tak mempunyai kesukaran untuk diterima untuk mengunjungi / menemui Paulus.].
Catatan: di sini ada satu faktor yang membedakan Kis 23 dengan Kis 27 di atas. Kedua text itu memang mirip, dan persamaannya adalah bahwa dalam kedua cerita Paulus dijamin keselamatannya, tetapi ia tetap melakukan usaha yang ada dalam kuasanya untuk menyelamatkan dirinya. Tetapi perbedaannya adalah bahwa dalam Kis 23, Paulus bahkan tidak tahu kalau ada bahaya yang mengancam jiwanya, dan dengan demikian ‘mengancam’ rencana Allah tentang keharusannya untuk bersaksi di Roma. Jadi, saat itu ia pasif saja. Tetapi Tuhan punya cara lain, dan Ia mengatur sehingga keponakan Paulus mendengar tentang rencana pembunuhan oleh ‘para terorist’ itu, dan lalu menyampaikannya kepada Paulus. Setelah itu baru Paulus melakukan apa yang ia bisa lakukan untuk menyelamatkan jiwanya. Jadi, inisiatif pertama pada saat bahaya, jelas datang dari Tuhan sendiri, yang mengatur segala sesuatu untuk keselamatan Paulus!
Lenski tidak memberi komentar yang berarti berkenaan dengan ay 17nya, dan karena itu saya tidak memberikan komentarnya tentang ayat itu.
Calvin (tentang Kisah Para Rasul 23:16): “We see in this place how the Lord doth cross the purposes of the ungodly. He permitteth them to attempt many things, and he suffereth their wicked endeavors, but at length he showeth even in the twinkling of an eye that he doth from heaven deride whatsoever men go about upon earth. ‘There is no wisdom,’ saith Solomon, ‘there is no counsel against the Lord,’ (Proverbs 21:30). Whereto that of Isaiah doth answer, ‘Take counsel together, and it shall come to nought: speak the word, and it shall not stand,’ (Isaiah 8:10). This is set before our eyes to be considered, in this present history, as in a glass. The matter was almost dispatched, that Paul should come out on the morrow to be slain as an avowed sacrifice. But the Lord doth show that his life is most safely kept, so that whatsoever men go about all is in vain. As for us, let us not fear but that his providence, whereof he showed some token then, reacheth even unto the defending of us, because this promise continueth sure, ‘There shall not an hair fall from your heads,’ etc. (Luke 21:18). Moreover, it is worth the noting, that he worketh sometimes by means unlooked for to save those that be his, that he may the better exercise our faith. Who would have thought that a boy would have disclosed their lying in wait, which those who were partners in the conspiracy thought was known to none but to themselves? Therefore, let us learn to lean unto and stay ourselves upon the Lord, though we see no ordinary way to save ourselves, who shall find a way even through places where nothing can pass.” [= Kita melihat di tempat ini bagaimana Tuhan mencegah tujuan-tujuan / rencana-rencana dari orang-orang jahat. Ia mengijinkan mereka untuk mengusahakan banyak hal, dan Ia membiarkan usaha-usaha jahat mereka, tetapi akhirnya Ia menunjukkan bahkan dalam sekejap mata bahwa dari surga Ia menertawakan / mengejek apapun yang manusia usahakan di bumi. ‘Tidak ada hikmat’, kata Salomo, ‘tidak ada rencana terhadap / menentang Tuhan’, (Amsal 21:30). Terhadap mana Yesaya menjawab, ‘Berundinglah bersama-sama, dan itu akan menjadi nihil; ucapkanlah kata, dan itu tidak akan bertahan’, (Yesaya 8:10). Ini diletakkan di depan mata kita untuk dipertimbangkan, dalam cerita sejarah ini, seperti dalam sebuah gelas / kaca. Persoalannya hampir lengkap / selesai, bahwa besok Paulus akan keluar untuk dibunuh seperti suatu korban yang dinazarkan. Tetapi Tuhan menunjukkan bahwa nyawanya dijaga secara paling aman, sehingga apapun yang manusia usahakan semuanya adalah sia-sia. Berkenaan dengan kita, hendaklah kita jangan takut kecuali bahwa ProvidensiaNya, tentang mana Ia menunjukkan beberapa bukti pada saat itu, menjangkau bahkan pada tindakan mempertahankan kita, karena janji ini pasti berlanjut, ‘Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.’, dst. (Lukas 21:18). Selanjutnya, layak diperhatikan, bahwa kadang-kadang Ia bekerja dengan cara / jalan yang tidak diperhatikan / diharapkan untuk menyelamatkan mereka yang adalah milikNya, supaya Ia bisa dengan lebih baik melatih iman kita. Siapa yang akan mengira bahwa seorang anak laki-laki akan menyingkapkan bahwa mereka akan menunggu, yang oleh rekan-rekan dalam komplotan itu dikira tak diketahui oleh siapapun kecuali oleh mereka sendiri? Karena itu, hendaklah kita belajar untuk bersandar kepada dan membiarkan diri kita tinggal bersama Tuhan, sekalipun kita tidak melihat jalan yang biasa / umum untuk menyelamatkan diri kita sendiri, yang akan menemukan suatu jalan bahkan melalui tempat-tempat dimana tak ada apapun bisa lewat.].
Amsal 21:30 - “Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN.”.
KJV: ‘There is no wisdom nor understanding nor counsel against the LORD.’ [= Di sana tidak ada hikmat atau pengertian atau rencana terhadap / menentang TUHAN.].
Yesaya 8:10 - “Buatlah rancangan, tetapi akan gagal juga; ambillah keputusan, tetapi tidak terlaksana juga, sebab Allah menyertai kami!”.
KJV: ‘Take counsel together, and it shall come to nought; speak the word, and it shall not stand: for God is with us.’ [= Diskusikanlah / berundinglah bersama-sama, dan itu akan menjadi nihil; ucapkanlah kata, dan itu tidak akan bertahan: karena Allah ada bersama kami.].
Lukas 21:18 - “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.”.
Calvin (tentang Kis 23:17): “Paul was not so desirous of life, but he would have made haste to die, if the Lord had thought it good so to be; but because he knoweth that he serveth Christ upon that condition, that he may no less live than die to him, he doth not neglect to avoid the danger which was revealed to him. And though he be fully persuaded that God is the keeper of his life, yet he doth not wait until God put forth his hand out of heaven to work a miracle, but doth rather use the remedy which is offered him; nothing doubting but that it is appointed by God. Thus must all the ministers of Christ deal, that being furnished with invincible constancy, so far as their calling requireth, they fear not danger, and yet that they cast not away themselves through rashness. Let them call upon the name of the Lord cheerfully, even amidst the pikes; and yet let them not contemn those helps which are offered; otherwise they shall be injurious to God, in that they are not only not moved with his promises, but also despise the means which he hath appointed for their deliverance.” [= Paulus bukannya begitu menginginkan hidup, tetapi ia akan tergesa-gesa untuk mati, seandainya Tuhan menganggap itu baik; tetapi karena ia tahu bahwa ia melayani Kristus pada kondisi itu, bahwa ia tidak boleh lebih sedikit hidup bagi Dia dari pada mati bagi Dia, ia tidak lalai untuk menghindari bahaya yang dinyatakan kepadanya. Dan sekalipun ia diyakinkan sepenuhnya bahwa Allah adalah penjaga nyawanya, tetapi ia tidak menunggu sampai Allah mengulurkan tanganNya dari surga untuk mengerjakan suatu mujijat, tetapi menggunakan ‘obat’ yang ditawarkan kepadanya; tanpa keraguan bahwa itu ditetapkan oleh Allah. Demikianlah seharusnya semua pendeta-pendeta / pelayan-pelayan Kristus bersikap, bahwa karena diperlengkapi dengan kekonstanan / kesetiaan yang tak terkalahkan, sejauh panggilan mereka menuntut, mereka tak takut bahaya, tetapi mereka tak boleh membuang diri mereka sendiri melalui kesemberonoan. Hendaklah mereka berseru kepada nama Tuhan dengan gembira, bahkan di tengah-tengah tombak-tombak / bahaya; tetapi hendaklah mereka tidak meremehkan pertolongan-pertolongan yang ditawarkan itu; atau mereka akan menghina Allah, dalam hal dimana mereka bukan hanya tidak digerakkan dengan janji-janjiNya, tetapi juga meremehkan cara / jalan yang telah Ia tetapkan untuk pembebasan mereka.].
Albert Barnes (tentang Kisah Para Rasul 23:17): “Paul had the most positive divine assurance that his life would be spared, and that he would yet see Rome; but he always understood the divine promises and purposes as being consistent with his own efforts, and with all proper measures of prudence and diligence in securing his own safety. He did not rest merely on the divine promises without any effort of his own, but he took encouragement from those promises to put forth his own exertions for security and for salvation.” [= Paulus mempunyai / mendapatkan jaminan ilahi yang paling positif bahwa nyawanya akan dijaga / dipelihara, dan bahwa ia masih akan melihat Roma; tetapi ia selalu mengerti janji-janji dan rencana-rencana ilahi sebagai konsisten dengan usaha-usahanya sendiri, dan dengan semua takaran dari hikmat / kehati-hatian dan kerajinan / kesungguhan dalam memastikan keselamatannya sendiri. Ia tidak hanya semata-mata bersandar pada janji-janji ilahi tanpa usaha dari dirinya sendiri, tetapi ia mengambil dorongan dari janji-janji itu untuk mengerahkan usaha-usahanya sendiri untuk keamanan dan untuk keselamatan.].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Kisah Para Rasul 23:17): “Observe here, how although divinely assured of safety, Paul never allows this to interfere with the duty he owed to his own life and the work he had yet to do.” [= Perhatikan di sini, bagaimana sekalipun dijamin secara ilahi tentang keamanan, Paulus tidak pernah mengijinkan hal ini untuk menghalangi kewajiban yang wajib ia lakukan bagi nyawanya sendiri dan pekerjaan yang masih harus ia lakukan.].
J. Vernon McGee: “I find today that there is a group of super-pious folk, very sincere and very wel-meaning, which tells me I should not go to a doctor concerning my cancer or other illnesses but that I should trust the Lord to heal me. Well, I certainly do trust the Lord; I have turned my case over to the Great Physician, and I believe He provides doctors. It would have been a simple thing for Paul to have told his nephew, ‘Thanks for telling me the news, but I’m trusting the Lord - so you can go back home.’ But we find here that Paul used the privileges of his Roman citizenship which were available to him. Obviously the Lord provides these means and He expects us to use them. This in no way means that we are not trusting Him. Rather, we are trusting God to use the methods and the means to accomplish His purpose.” [= Saya menemukan sekarang ini bahwa disana ada suatu kelompok dari orang-orang super saleh, sangat tulus dan sangat bermaksud baik, yang memberitahu saya bahwa saya tak boleh pergi ke dokter berkenaan dengan kanker saya atau penyakit-penyakit lain tetapi saya harus percaya Tuhan menyembuhkan saya. Ya, saya pasti percaya kepada Tuhan; saya telah menyerahkan kasus saya kepada Dokter yang Agung, dan saya percaya Ia menyediakan dokter-dokter. Merupakan sesuatu yang sederhana bagi Paulus untuk memberitahu keponakannya, ‘Terima kasih karena memberitahu saya kabar itu, tetapi saya percaya kepada Tuhan - jadi kamu bisa pulang ke rumah’. Tetapi kita mendapati di sini bahwa Paulus menggunakan cara / jalan dan Ia mengharapkan kita untuk menggunakan cara / jalan. Ini sama sekali tak berarti bahwa kita tidak mempercayai Dia. Sebaliknya, kita sedang mempercayai Allah menggunakan metode-metode dan cara / jalan untuk mencapai rencanaNya.] - Libronix.
Ironside: “when he told Paul what he had learned, the apostle immediately called one of the officials, the centurion, and said, ‘Will you take this man in to see the chief captain? He has something to tell him.’ Notice the level-headed way in which Paul acted. He did not say, ‘I am not afraid of this. God is able to protect me. He is still able to work miracles.’ But God does not use miracles when it is not necessary. He would have us use good common sense and not count on His interfering or intervening in some miraculous way. I remember years ago when I was a Salvation Army officer, we used to say that there were three things that should characterize every saint of God: ‘Now abideth these three: grit, grace, and gumption; but the greatest of these is gumption.’ Gumption is just good, common, ordinary sense, and I know many Christians who do not use good sense. Some way or other they have an idea they are God’s favored people and it is not necessary to use good judgment and wisdom in regard to the affairs of life; the Lord will undertake for them. Bless you, if you are hungry and a good dinner is put before you, God is not going to put the food into your mouth in some miraculous way. And so God isn’t turning upside down the universe in order to please people who happen to be in difficult circumstances. He expects us to use common sense. So Paul used his head, and he sent the young man in to the chief captain, and when the lad came in to him and gave him his message, ‘The chief captain then let the young man depart, and charged him, See thou tell no man that thou hast showed these things to me.’ He must have thought he had a very important prisoner, for see what he did! He let the young man depart, and then called two centurions and said, ‘Make ready two hundred soldiers to go to Cæsarea, and horsemen threescore and ten, and spearmen two hundred.’ ... Just think of it! Four hundred and seventy Roman soldiers, all to protect this Christian servant of God and keep him from his foes who were seeking his life! God saw that he was protected. Did He need the Roman soldiers! No, He could have sent several legions of angels; but God doesn’t work in miracles unless it is necessary, and so He used soldiers instead.” [= pada waktu ia memberitahu Paulus apa yang telah ia pelajari / ketahui, sang rasul segera memanggil salah satu perwira, kepala dari pasukan 100, dan berkata, ‘Maukah engkau membawa orang ini masuk untuk bertemu dengan kepala pasukan? Ia mempunyai sesuatu untuk diberitahukan kepadanya’. Perhatikan cara menilai yang baik dengan mana Paulus bertindak. Ia tidak berkata, ‘Aku tidak takut hal ini. Allah mampu melindungi aku. Ia tetap mampu mengerjakan mujijat-mujijat’. Tetapi Allah tidak menggunakan mujijat-mujijat pada waktu itu tidak diperlukan. Ia ingin kita menggunakan akal sehat yang baik dan tidak bersandar / bergantung pada campur tanganNya dengan cara yang bersifat mujijat. Saya ingat beberapa tahun yang lalu pada waktu saya adalah seorang perwira Bala Keselamatan, kami biasa berkata bahwa disana ada tiga hal yang harus menjadi ciri dari setiap orang kudus Allah: ‘Sekarang tertinggal tiga hal ini: ketekunan, kasih karunia, dan akal sehat; tetapi yang paling besar dari hal-hal ini adalah akal sehat’. Akal sehat adalah akal yang baik, umum, biasa, dan saya tahu banyak orang Kristen yang tidak menggunakan akal yang baik. Entah bagaimana mereka mempunyai suatu gagasan bahwa mereka adalah orang-orang kepada siapa Allah bersikap baik dan tidaklah perlu untuk menggunakan penilaian yang baik dan hikmat berhubungan dengan urusan-urusan dari kehidupan; Tuhan akan mengusahakannya untuk mereka. Diberkatilah kamu, jika kamu lapar dan suatu makan malam yang baik diletakkan di depanmu, tetapi Allah tidak akan memasukkan makanan itu ke dalam mulutmu dengan cara mujijat. Dan juga Allah tidak akan membalik alam semesta untuk menyenangkan orang-orang yang kebetulan berada dalam keadaan-keadaan yang sukar. Ia mengharapkan kita menggunakan akal sehat. Maka Paulus menggunakan kepala / pikirannya, dan ia mengutus orang muda itu ke dalam kepada kepala pasukan, dan pada waktu pemuda itu masuk kepadanya dan memberikan berita itu kepadanya, ‘Lalu kepala pasukan menyuruh anak muda itu pulang dan memerintahkan kepadanya: Jangan katakan kepada siapapun juga, bahwa engkau telah memberitahukan hal ini kepadaku.’ Ia pasti telah berpikir bahwa ia mempunyai seorang tahanan yang sangat penting, karena lihatlah apa yang ia lakukan! Ia membiarkan anak muda itu pergi, dan ia lalu memanggil dua perwira dan berkata, ‘Siapkan dua ratus prajurit untuk pergi ke Kaisarea, dan tujuh puluh orang berkuda, dan dua ratus orang bersenjata lembing’. ... Pikirkan itu! Empat ratus tujuh puluh tentara Romawi, semua untuk melindungi pelayan Kristen dari Allah ini dan menjaganya dari musuh-musuhnya yang berusaha membunuhnya! Allah memastikan bahwa ia dilindungi. Apakah Ia membutuhkan tentara-tentara Romawi? Tidak, Ia bisa telah mengutus beberapa legion malaikat; tetapi Allah tidak mengerjakan mujijat-mujijat kecuali itu diperlukan, dan karena itu Ia menggunakan tentara-tentara sebagai gantinya.] - Libronix.
KESIMPULAN:
Dari pembahasan dua text di atas, yaitu Kis 27 dan Kis 23, harus disimpulan bahwa jaminan keselamatan (jasmani) tidaklah bertentangan dengan tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan firman Tuhan dan akal sehat kita.
Karena itu, kalau dalam ajaran Reformed ada jaminan bahwa keselamatan (rohani) tidak bisa hilang, itu juga tidak bertentangan dengan tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan firman Tuhan dan akal sehat kita!!
Ajaran Reformed yang mempercayai keselamatan tidak bisa hilang tidak pernah membuang tanggung jawab manusia, dan tidak pernah mengajarkan bahwa kita boleh hidup semau kita!!
KETEKUNAN ORANG-ORANG KUDUS 2.