MEMPERHITUNGKAN: ROMA 4:6

Michael Khoe Kurniawan.
MEMPERHITUNGKAN: ROMA 4:6
otomotif, gadget
SIAPAPUN yang mengajarkan melenceng dari doktrin imputasi kebenaran Kristus -> layak menyandang gelar HERETIC TEACHER
=======
Doktrin imputasi kebenaran Kristus adalah elemen penting dari sola fide. Bisa dikatakan menolak doktrin ini adalah menolak sola fide! Ketika Luther telah mereformasi ajaran gereja Katolik dengan statementnya ‘simul justus et peccator’, itu telah membuat garis pembatas akan bagian dari doktrin keselamatan yang sesungguhnya.

Akan tetapi di kalangan yang disebut gereja yang disebut ‘Kristen’ dewasa ini, garis pembatas itu sudah pudar. Banyak kalangan Kristen bahkan sudah berasimilasi dengan kubu ‘justification by faith + works’. Sudah terlalu banyak guru palsu menjamur karena spora jamurnya itu sendiri sudah menyebar di kurikulum STT abal-abal lewat dosen-dosen teologi abal-abal. Orang-orang awam yang melihat ‘gereja adalah semua sama’ dan pendetanya sudah jebolan STT itu, kemudian bermandikan tanda jamur itu dan menyembah Naga Tua yang sama.

Diharapkan dengan mengerti doktrin imputasi kebenaran Kristus, kita bisa lebih jeli dalam menilai penyamaran malaikat terang. Kita tahu bahwa guru palsu berbicara benar pada permukaan tapi dalamnya semua penuh kotoran. Guru palsu berbicara benar setengah awalnya, tapi setengah sisanya melenceng. Sehingga apa yang lebih sering dikumandangkan pada buah pelayanannya adalah setengah permukaan yang terang. Untuk membongkar kepada siapa dia memihak sebenarnya, salah satu caranya adalah lewat doktrin imputasi. Ketika mereka berkata2 ya keselamatan adalah melalui iman kepada Kristus -> awas.. itu baru permukaan saja. Anda harus mengetesnya lebih jauh lagi dan salah satu caranya adalah apakah dia menerima atau menolak doktrin imputasi.

Secara garis besar, konsep imputasi dalam PB mencakup 3 area besar dan masing-masing akan diulas dibawah:

1. Imputasi dosa Adam kepada keturunannya (Roma 5:12-21)

2. Imputasi dosa orang-orang pilihan kepada Kristus (2 Korintus 5:21)

3. Imputasi kebenaran Kristus kepada orang-orang pilihan-Nya.

Sebelum masuk ke situ, kita harus mengerti arti dari imputasi itu sendiri.

logizomai’ – ‘memperhitungkan’ – ‘imputasi’
--------
Kata ‘imputasi’ terdapat di Roma 4:6 King James Version dan itu adalah ‘logizomai-3049’.

Romans 4:6 Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan (logizetai) Allah bukan berdasarkan perbuatannya: (Rom 4:6 TB)

Romans 4:6 Even as David also describeth the blessedness of the man, unto whom God IMPUTETH righteousness without works, (Rom 4:6 KJV)

Romans 4:6 just as David also speaks of the blessing of the one to whom God COUNTS righteousness apart from works: (Rom 4:6 ESV)

BACA JUGA: KONSEP PEMBENARAN

Terjemahan yang lebih modern sudah sedikit memakai kata imputasi ini lagi dan lebih sering memakai kata ‘memperhitungkan’. Bahkan dalam TB, Roma 4:6 memakai kata ‘dibenarkan’ ketimbang ‘diperhitungkan’ sehingga kedalaman makna aslinya kurang menjelaskan.

Memperhitungkan dipakai dalam istilah forensic/legal/hukum dan apa yang diperhitungkan merujuk kepada STATUS. Setiap orang mempunyai status dan status itu diakuinya bagaimana tergantung dari siapa yang memperhitungkan. Memperhitungkan artinya mengakui/mendeklarasi suatu hal sebagai berlaku bagi orang lain.

Contoh prinsip imputation adalah ketika Ahimelekh akhirnya mati dibunuh Saul… Ahimelekh diperhitungkan bersalah karena bagi Saul dianggap ‘mengadakan persepakatan melawan aku [Saul]’ (1 Sam 22:13) dan ‘sebab mereka membantu Daud; sebab walaupun mereka tahu, bahwa ia melarikan diri, mereka tidak memberitahukan hal itu kepadaku.’ (1 Samuel 22:17). Dan seluruh keluarga Ahimelekh juga diperhitungkan untuk dibunuh WALAUPUN keluarganya TIDAK MELAKUKAN APA2 (1 Sam 22:16).

1 Samuel 22:15-16

Bukan ini pertama kali aku menanyakan Allah bagi dia. Sekali-kali tidak! Janganlah kiranya raja melontarkan tuduhan [KJV: impute any thing] kepada hambamu ini, bahkan kepada seluruh keluargaku, sebab hambamu ini tidak tahu apa-apa tentang semuanya itu, baik tentang perkara kecil maupun perkara besar." 16 Tetapi raja berkata: "Engkau mesti dibunuh, Ahimelekh, engkau dan seluruh keluargamu."

Lain halnya ketika Simei bin Gera sujud kepada Daud, ketika dia diperhitungkan tidak bersalah walaupun telah berbuat jahat. Walaupun Simei ‘telah mengutuki orang yang diurapi TUHAN’ (ay 21), Simei ‘tidak akan mati’ (ay 23).

2 Samuel 19:19-23

dan berkata kepada raja: "Janganlah kiranya tuanku tetap memandang aku bersalah [KJV: IMPUTE iniquity unto me][NASB: consider me guilty][ESV: hold me guilty], dan janganlah kiranya tuanku mengingat kesalahan yang dilakukan hambamu ini pada hari tuanku raja keluar dari Yerusalem; janganlah kiranya raja memperhatikannya lagi… 21 Lalu berbicaralah Abisai, anak Zeruya, katanya: "Bukankah Simei patut dihukum mati karena ia telah mengutuki orang yang diurapi TUHAN?"… 23 Kemudian berkatalah raja kepada Simei: "Engkau tidak akan mati." Lalu raja bersumpah kepadanya.

Pembenaran BUKAN PROSES melainkan suatu aksi DEKLARASI – Dan pembenaran kita lewat sarana iman saja kepada Kristus saja
------
Menjelaskan ‘logizomai’ tidak terlepas dari pembenaran - dan sebaliknya - menjelaskan pembenaran dengan menurutsertakan ‘logizomai’ sangat memperjelas nature dari pembenaran. Bacalah keseluruhan konteks perikop ayat berikut.

Roma 4:1-8

1 Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? 2 Sebab jikalau Abraham DIBENARKAN karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. 3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan MEMPERHITUNGKAN hal itu kepadanya sebagai KEBENARAN." 4 Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak DIPERHITUNGKAN (logizetai) sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. 5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan (logizetai) menjadi kebenaran. 6 Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang DIBENARKAN (logizetai) Allah bukan berdasarkan perbuatannya: 7 "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; 8 berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak DIPERHITUNGKAN (logisetai) Tuhan kepadanya."

Romans 4:23-25

23 Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja, 24 tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, 25 yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.


Paulus merujuk kepada Kejadian 15:6 tentang apa yang ‘dikatakan nas Kitab Suci’ di Roma 4:3.

Kejadian 15:1-6

1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar." 2 Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." 3 Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku." 4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu." 5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." 6 Lalu PERCAYALAH Abram kepada TUHAN, MAKA TUHAN MEMPERHITUNGKAN hal itu kepadanya sebagai KEBENARAN.

Setelah membaca Roma 4:1-8, 23-25, bisa kita simpulkan bahwa kebenaran Kristus diimputasikan kepada kita di dalam pembenaran (justification). Melihat contoh pembenaran Abraham, bahwa ia dibenarkan bukan karena perbuatannya (ay 2). Akan tetapi dasar pembenaran itu adalah karena Abraham percaya kepada perkataan janji Tuhan (ay 3, Kej 15:1-6). Iman Abraham diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Tidak ada Abraham dibenarkan setelah ia ‘hitunglah bintang-bintang’ (Kej 15:5). Dan selanjutnya di ayat 4-5 Paulus menjelaskan hubungannya dengan kita bahwa orang durhaka diperhitungkan benar karena imannya kepada Kristus yang membenarkan. Ada imputasi kebenaranNya (mengerjakan ketaatanNya dibawah hukum Taurat sampai mati di kayu salib) kepada kita lewat iman.

Paulus menjelaskan prinsip imputasi yang sama di Roma 4:6-8 tentang Daud yang diambil dari Mazmur 32:1-2. Sekali lagi bahwa imputasi ‘DIBENARKAN (logizetai) Allah bukan berdasarkan perbuatannya’. Bahwa kebahagiaan kalau ‘manusia yang kesalahannya tidak DIPERHITUNGKAN (logisetai) Tuhan kepadanya’ sudah diterima orang2 Israel.

Dan Roma 4:23-25 menjelaskan sarana pembenaran diatas bukan hanya untuk Abraham dan Daud tapi juga untuk kita – yang adalah hanya iman kepada Kristus. Mereka yang percaya kepada Kristus memiliki kebenaran Kristus – dia terhitung benar di hadapan Allah. Dan itu semata2 karena jasa Kristus yang telah mati dan bangkit maka kita yang percaya kepadaNya turut diperhitungkan benar. Perbuatan kita tidak ada kontribusi apa2 karena justru karena ‘pelanggaran kita’ kita malah Yesus ‘diserahkan’ (ay. 25).

Paralel antara imputasi dosa Adam dan imputasi kebenaran Kristus
-------
Simak 1 pasal berikutnya yaitu di Roma 5:12–19, disitu Paulus menjelaskan bagaimana manusia keturunan Adam terhitung berdosa.

Roma 5:12-19

12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. 13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. 14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. 15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. 16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. 17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. 18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. 19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah MENJADI (katestathesan) orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang MENJADI (katastathesontai) orang benar.

Paulus mau meneguhkan imputasi kebenaran Kristus bukan lewat perbuatan ataupun ketaatan kita dengan membandingkan imputasi dosa Adam. Bukan disebabkan gagal melakukan hukum Taurat karena sebelum zaman Musa orang2 telah berdosa (ay.13). Akan tetapi prinsipnya adalah semata-mata karena ketaatan Kristus kita bisa terhitung menjadi orang benar:

Rom 5:19

Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah MENJADI (katestathesan) orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang MENJADI (katastathesontai) orang benar

Basis Pembenaran: Imputasi Ganda (Double Imputation) Kebenaran Kristus
-------
Perlu diingat walaupun kita sering berkata ‘pembenaran oleh karena iman kepada Kristus’, basis pembenaran nya adalah Kristus (ketaatanNya yang sempurna di bawah Hukum dan pengorbananNya di kayu salib) – bukan iman kita! Kebenaran Kristus lalu diimputasikan kepada kita sehingga kita terhitung benar di hadapan Allah – lewat iman kita di dalam Dia.

2 Korintus 5:21

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita [a], supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah [b].

Perhatikan di 2 Korintus 5:21 itu ada 2 imputation:

a] Imputasi dosa kita kepada Yesus di kayu salib – sekali lagi disini adalah forensic deklarasi legal. -> maka dosa kita dihapusNya.

b] Imputasi kebenaran Kristus kepada kita. -> kebenaran Kristus (yang sempurna ketaatanNya sampai mati di kayu salib) ditransfer, diperhitungkan kepada kita – sehingga kita menjadi benar sesempurna Kristus di hadapan Allah. Ini membuat kita secara positif benar – bukan netral.

Pembenaran bukan fiksi legal melainkan realitas orang itu hidup yang berefek pada future eskatologis
-------
Keputusan Kristus pada Hari penghakiman bahwa kita benar SUDAH DINYATAKAN pas orang itu masih hidup yaitu ketika dia percaya. Maka itu Paulus mengemukakan bahwa pembenaran real itu merupakan penghiburan bagi orang percaya. Bahkan kesengsaraan kita sekalipun bisa dikatakan menimbulkan pengharapan.

Roma 5:1-5

1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. 2 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. 3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Roma 5:9

Lebih-lebih, karena kita SEKARANG TELAH DIBENARKAN oleh darah-Nya, kita PASTI AKAN diselamatkan dari murka Allah.

Roma 8:1

DEMIKIANLAH SEKARANG TIDAK ADA penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

Pikiran Paulus tersebut tidak bertentangan dengan konsep di surat2 Yohanes – dimana hidup kekal sudah dimulai ketika masih hidup di dunia, seketika orang itu bersatu dalam Kristus oleh iman.

Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa MENDENGAR perkataan-Ku dan PERCAYA kepada Dia yang mengutus Aku, ia MEMPUNYAI hidup yang kekal dan TIDAK TURUT DIHUKUM, sebab ia SUDAH PINDAH dari dalam maut ke dalam hidup.

Yohanes 6:35-37

35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. 36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. 37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia TIDAK AKAN Kubuang.

Yohanes 10:27-29

27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, 28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka PASTI TIDAK AKAN binasa SAMPAI SELAMA-LAMANYA dan seorangpun TIDAK AKAN merebut mereka dari tangan-Ku. 29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun TIDAK DAPAT merebut mereka dari tangan Bapa.

1 Yohanes 5

11 Dan inilah kesaksian itu: Allah TELAH mengaruniakan HIDUP YANG KEKAL kepada KITA dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.

12 Barangsiapa MEMILIKI Anak, ia MEMILIKI hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.

13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya KAMU YANG PERCAYA kepada nama Anak Allah, TAHU, bahwa KAMU MEMILIKI HIDUP YANG KEKAL.

Pembenaran dan Pengudusan adalah berkat yang berbeda tetapi satu tidak bisa dipisahkan
------
Ada ayat dimana pengudusan merujuk itu adalah sebuah tindakan mukjijat oleh Allah semata pada suatu waktu tertentu/definitif. Orang yang dibenarkan pasti dikuduskan juga.

Roma 8:29-30

29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

1 Korintus 1:30

Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.

1 Korintus 6:11

Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.

Ada juga ayat dimana pengudusan juga merujuk kepada tindakan/proses untuk dibentuk secara progresif bertumbuh dalam kerserupaan dengan Kristus.

Roma 6:19

…demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.

Roma 6:22

Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.

2 Korintus 3:18

Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Maka penting untuk diketahui bahwa perbedaan antara pembenaran dan pengudusan adalah:

1. Pembenaran menghapus kesalahan dosa, sedangkan pengudusan menghapus pencemaran dosa dan memampukan orang percaya untuk bertumbuh di dalam keserupaan dengan Kristus.

2. Pembenaran terjadi di luar diri orang percaya dan merupakan suatu deklarasi yang dilakukan Allah Bapa mengenai forensic status atau legal dari orang percaya itu. Namun, pengudusan terjadi di dalam diri orang percaya dan secara progresif memperbarui nature orang percaya itu.

3. Pembenaran terjadi satu kali untuk selamanya dan bukan suatu proses atau kejadian yang berulang. Akan tetapi pengudusan, sebagaimana umumnya dipahami, merupakan suatu proses yang terus berlangsung sepanjang hidup dan tidak akan selesai sampai kehidupan ini berakhir.

Pembenaran oleh Iman yang menyelamatkan - bukan iman yang mati
------
Kasus di Yakobus 2 konteksnya berbeda dengan di surat Roma. Itu adalah surat yang berbeda kepada jemaat yang berbeda dengan kasus yang berbeda dan ditulis pada waktu yang berbeda.

Meskipun Yakobus mengatakan bahwa Abraham "dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya" (ay. 21) ketika ia mempersembahkan anaknya di atas mezbah, Yakobus tidak bertentangan dengan Paulus, yang mengatakan bahwa kita dibenarkan bukan dari perbuatan (Rom 3:28). Yakobus mengatakan bahwa iman yang membenarkan adalah iman yang hidup, iman yang disertai perbuatan baik, bukan iman yang mati (ay. 17, 26). Perbuatan baik adalah apa yang membuktikan (ay. 18) bahwa iman itu adalah asli.

Rumusnya adalah…

Iman = Pembenaran + Perbuatan

BUKAN...

Perbuatan + Iman = Pembenaran

Pernyataan Luther mengenai iman yang menyelamatkan adalah sebagai berikut. Penting diketahui supaya sola fide sering dituduh sebagai antinomianism. Padahal SUDAH SEJAK zaman Luther tidaklah seperti itu.

[a living, creative, active and powerful thing, this faith. Faith cannot help doing good works constantly. It doesn’t stop to ask if good works ought to be done, but before anyone asks, it already has done them and continues to do them without ceasing. ANYONE who DOES NOT DO good works in this manner is AN UNBELIEVER...Thus, it is just as impossible to separate faith and works as it is to separate heat and light from fire!]

--("Luther, An Introduction to St. Paul's Letter to the Romans". Luther's German Bible of 1522 by Martin Luther, 1483-1546. iclnet.org. Translated by Rev. Robert E. Smith from Dr. Martin Luther's vermischte deutsche Schriften. Johann K. Irmischer, ed. Vol. 63 (Erlangen: Heyder and Zimmer, 1854), pp.124-125. [EA 63:124-125] August 1994)
================================================
Contoh ajaran pelayan menuju kematian yang menolak doktrin imputasi kebenaran Kristus
================================================
--------------------
Pandangan umum penulis
-------------------
Posisinya menolak tradisi protestant mainstream.

[Tentu saja dalam menggali Alkitab, guna menemukan kebenaran yang akurat, kita tidak boleh terbelenggu dan tersandera oleh pandangan atau doktrin yang sudah ada. Obyektivitas terhadap kebenaran akan rusak oleh karena keterikatan dengan pandangan teolog-teolog masa lalu dan segala doktrin serta premis yang sudah ada]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab I – Apakah Keselamatan itu? – hal 1; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Dishonest argument Mengklaim perdebatan free-will tidak pernah usai – padahal pandangan yang mana yang benar sudah tuntas tercetuskan. Perdebatan itu sudah usai. Yang tidak pernah usai adalah peperangannya melawan membebaskan manusia yang teracuni dengan doktrin buatan manusia itu.

[Dalam sejarah gereja pokok pengajaran ini telah diperdebatkan hebat oleh para teolog. Perdebatan-perdebatan tersebut tidak pernah usai. Sepanjang perjalanan sejarah gereja sampai hari ini, selalu saja ada pro dan kontra pandangan mengenai keselamatan ini. Perbedaan pandangan teologia mengenai hal ini telah melahirkan perpecahan yang akhirnya muncul aliran dan gereja baru dalam dunia Kekristenan]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab I – Apakah Keselamatan itu? – hal 2; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Dishonest argument saying Calvinistic tidak mengajarkan tanggung jawab manusia..

[Selama ini orang berpandangan pendek atau dangkal seakan-akan dengan menerima kasih karunia, manusia tidak perlu bertanggung-jawab atas keselamatannya. Ini tidak benar… Untuk dapat dikembalikan kepada rancangan Tuhan tersebut harus ada usaha yang serius dari setiap individu. Usaha inilah yang disebut sebagai tanggung jawab atau yang sama dengan respon terhadap anugerah atau kasih karunia Allah.

Penjelasan di atas ini bisa membangkitkan penolakan bagi mereka yang pikirannya sudah terlanjur terpasung oleh pengajaran yang sudah ada dalam gereja, bahkan sudah mengakar selama ratusan tahun oleh para teolognya. Mereka berpendirian bahwa anugerah ini diberikan kepada orang-orang yang tidak akan pernah bisa menolak kasih karunia atau anugerah tersebut, yang mereka istilahkan sebagai anugerah yang tidak bisa ditolak (irresistible grace).

Mereka yang terpasung oleh aliran teologia tersebut berusaha mati-matian membela teologianya sampai tidak lagi berpikir secara sehat. Mereka mengutip ayat-ayat Alkitab tanpa dengan ketat memperlihatkan konteksnya. Dengan membabi buta mereka membela ajarannya, tanpa berpikir sehat. Cara berpikir mereka lebih ke arah indoktrinatif bukan eksploratif. Seharusnya yang kita junjung tinggi adalah Tuhan Yesus dan Alkitab, bukan sebuah premis yang diakui sebagai kebenaran dan disejajarkan dengan otoritas Alkitab]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab III – Kasih Karunia dalam Keselamatan – hal 26; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Injil moralisme yang sebenarnya kotoran dari aliran2 perfectionism.

[Seharusnya proses keselamatan menitik beratkan pada pembentukan karakter (character building). Harus ditegaskan bahwa proses keselamatan tidak menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan jasmani (Roma 14:17)]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab I – Apakah Keselamatan itu? – hal 7; 2016; Dr Erastus Sabdono)
--------------------
Contoh teaching Pembenaran karena synergism
--------------------
Berikut adalah penolakan monergism dari Katolik (untuk dibandingkan dengan tulisan2 dibawahnya)

[Jika ada yang berkata, bahwa melalui iman saja orang percaya dibenarkan sedemikian berpikiran sampai mengartikan, bahwa tidak perlu lagi ada yang diperlukan untuk bekerja-sama dalam rangka untuk memperoleh kasih karunia pembenaran, dan bahwa itu tidak diperlukan dengan cara apapun, bahwa ia dipersiapkan oleh gerakan kehendak sendiri: terkutuklah dia / let him be anathema.]

--(Konsili Trent 1547M; Sesi ke-6 Tentang Pembenaran; Kanon 9)

Ajaran Synergism.

[Keselamatan memang usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan semula. Tetapi bukan berarti proses ini bisa terealisir hanya dari satu pihak saja, dalam hal ini pihak Tuhan. Manusia yang menjadi obyek keselamatan dituntut mutlak untuk memberi diri dibentuk untuk dapat diubah dan mencapai target, yaitu menjadi manusia seperti rancangan Allah semula. Dalam hal ini dua pihak harus aktif, baik pihak Tuhan maupun pihak manusia.]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab II – Keaktifan 2 Pihak – hal 9; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Penolakan frontal terhadap monergism.

[Adalah tindakan yang TIDAK BERTANGGUNG JAWAB kalau diajarkan doktrin bahwa PEMBENARAN adalah TINDAKAN SEKETIKA dan SEPIHAK ALLAH kepada manusia yang mengaku percaya atau beriman kepada Tuhan Yesus sebagai manusia yang dianggap benar (Rm. 3:28;5:1; Gal 3:24). Dalam hal ini terjadi KETIDAKJELASAN. Sebab HARUS DIJABARKAN apa yang dimaksud percaya atau beriman itu. Apakah tindakan pembenaran adalah tindakan sepihak Allah tanpa MELIBATKAN RESPON MANUSIA? Untuk ini harus dijelaskan apakah iman itu. Dalam hal ini kuncinya pada pengertian iman. Kalau pengertian iman salah, maka pemahaman mengenai pembenaran juga salah.]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab XXIV – Pembenaran dalam Kristus – hal 251,252; 2016; Dr Erastus Sabdono)
--------------------
Contoh heretical teaching Pembenaran sebagai Proses
--------------------
Canon 24 berbicara tentang sebuah peningkatan dalam pembenaran dan karena menganggap itu sebagai suatu proses (untuk dibandingkan dengan tulisan2 dibawahnya – lihat bagaimana sudah merapat ke barisan justification by faith + works):

[Jika ada yang berkata, bahwa keadilan yang diterima tidak terpelihara dan juga meningkat di hadapan Allah melalui perbuatan baik; tetapi bahwa perbuatan2 hanyalah buah dan tanda-tanda dari pembenaran yang diperoleh, tapi bukan sebuah penyebab dari peningkatan daripadanya: terkutuklah dia / let him be anathema.]

--(Konsili Trent 1547M; Sesi ke-6 Tentang Pembenaran; Kanon 24)

Keselamatan menurutnya dibagi dalam 3 dimensi…

[Ketika seseorang merumuskan keselamatan secara salah, maka Kekristenannya pun juga salah. Kekristenannya menjadi tidak berkualitas sama sekali, sebab pasti tidak sampai kepada tujuan keselamatan itu… Untuk memahami pengertian keselamatan, maka keselamatan harus ditinjau dari tiga dimensi.]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab VI – Keselamatan dalam Tiga Dimensi – hal 47; 2016; Dr Erastus Sabdono)

[Sama seperti yang mengesahkan seseorang benar-benar menjadi pasangan suami atau istri yang proporsional bukan hanya pada selembar kertas catatan sipil, tetapi pada perlakuan terhadap pasangannya tersebut sepanjang umur hidupnya. Masa hidup di dunia juga merupakan MASA PENAMPIAN atau UJIAN, apakah seseorang TERBUKTI mengasihi Tuhan dan berdiri di pihak Tuhan atau TIDAK. Dengan hal ini seorang yang akan masuk Kerajaan Surga sudah nampak cirri-cirinya sejak hidup di bumi. MELALUI PROSES bertahap yang ketat dalam MENGERJAKAN KESELAMATAN, seseorang bertumbuh dewasa SAMPAI pada BERKEADAAN sebagai ANAK dalam artinya ANAK YANG SAH atau pangeran. Kata anak untuk ini adalah huios, bukan nothos (Ibrani 12:5-8)]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab VI – Keselamatan dalam Tiga Dimensi – hal 52-53; 2016; Dr Erastus Sabdono)

[Orang percaya akan bertumbuh dalam Tuhan menuju kesempurnaan tidak akan mengalami penghakiman atau pengadilan bersama orang yang tidak percaya. Orang percaya akan dimuliakan dan memerintah bersama Kristus di langit baru dan bumi yang baru.]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab VI – Keselamatan dalam Tiga Dimensi – hal 54; 2016; Dr Erastus Sabdono)

[Dengan demikian orang percaya dapat dikatakan dalam posisi sudah, sedang, dan akan selamat. “Akan selamat” di sini maksudnya adalah bahwa kita belum mengalami secara langsung dan konkret sempurna realisasi dari keselamatan yang diperjuangkan Tuhan Yesus.]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab VI – Keselamatan dalam Tiga Dimensi – hal 55; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Ada kerancuan dalam istilah Pembenaran dengan Keselamatan. Masing2 dibagi dalam 3 dimensi:

[Pembenaran memiliki tiga dimensi, seperti keselamatan juga dapat ditinjau dari tiga dimensi.]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab XXIV – Pembenaran dalam Kristus – hal 250; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Pembenaran sebagai PROSES. Ada sebagai dimensi DEKLARASI tapi dalam dimensi Future.

[Biasanya yang berhak menyatakan orang tidak bersalah (dibenarkan) adalah hakim SETELAH MELEWATI suatu PROSES mekanisme peradilan yang benar. Pembenaran atas seseorang bisa dinyatakan sah bila ada pembuktian bahwa orang tersebut berhak untuk menerima pembenaran tersebut dengan bukti-bukti yang dapat DIPERTANGGUNGJAWABKAN.]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab XXIV – Pembenaran dalam Kristus – hal 248; 2016; Dr Erastus Sabdono)

[Kedua, pembenaran aspek sekarang (present). Bagi mereka yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat dengan benar, yang sama artinya memiliki iman yang benar, maka ia menerima pembenaran. Harus diingat bahwa iman datang dari pendengaran oleh Firman Kristus. Seseorang yang memiliki iman yang benar pasti dibenarkan. Tentu iman di sini bukan hanya aktivitas nalar atau pikiran, tetapi tindakan. PEMBENARAN ini BERJALAN seiring dengan PROSES KESELAMATAN. Kalau seseorang sunguh-sungguh telah selamat, maka sekali selamat tetap selamat, demikian pula semakin seseorang dibenarkan maka pembenaran itu bersifat tetap. Keselamatan adalah PROSES, tetapi pembenaran bukanlah proses, TETAPI PENEGUHAN dari PROSES KESELAMATAN yang BERLANGSUNG dengan BENAR dan BERHASIL.]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab XXIV – Pembenaran dalam Kristus – hal 251; 2016; Dr Erastus Sabdono)

[Ketiga, pembenaran ditinjau dari dimensi yang akan datang (future). Bahwa SUATU KALI AKAN dinyatakan secara DEKLARATIF dan UMUM bahwa orang-orang percaya yang setiap hidup dalam kebenaran-Nya atau mengikut Tuhan Yesus dengan benar adalah orang-orang yang DIBENARKAN. Hal ini berangkat dari apa yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 18:1-8. Janda adalah gambaran orang percaya yang teguh dengan integritasnya TIDAK MENGIKUTI HIDUP JALAN DUNIA (Luk. 17:26-27).]

--(Apakah Keselamatan Bisa Hilang?; Bab XXIV – Pembenaran dalam Kristus – hal 251; 2016; Dr Erastus Sabdono)
--------------------
Om Tulalit Om.. SolaGracia ada tapi SolaFide-nya mana?
--------------------
Berikut adalah penolakan doktrin imputasi kebenaran Kristus (untuk dibandingkan dengan tulisan2 dibawahnya – lihat bagaimana sudah merapat ke barisan justification by faith + works)

[Jika ada yang berkata, bahwa manusia dibenarkan, baik oleh imputasi keadilan Kristus semata, atau oleh pengampunan dosa semata, sampai mengesampingkan anugerah dan amal yang dicurahkan di dalam hati mereka oleh Roh Kudus, dan melekat di dalamnya; atau bahkan bahwa kasih karunia, dimana kita dibenarkan, hanya satu2nya belas kasihan Allah; terkutuklah dia / let him be anathema.]

--(Konsili Trent 1547M; Sesi ke-6 Tentang Pembenaran; Kanon 11)

Penolakan terhadap sola fide yang jelas sekali.

Pembenaran oleh karena perbuatan kepada orang di luar Kristus.

[Walaupun Tuhan Yesus mati untuk semua orang, tetapi hal ini tidak membuat mereka yang ada di luar Kristen secara otomatis dapat masuk surga dengan mudah. Setiap insan harus mempertanggungjawabkan kelakuan mereka atau keadaan batiniah mereka, yang diekspresikan dalam perbuatan, baik tindakan kasih atau sebaliknya. PERBUATAN MEREKA AKAN MENJADI UKURAN apakah mereka DIPERKENANKAN masuk dunia yang akan datang ATAU TIDAK.]

--(Keselamatan di luar Kristen; Bab V – Peran Perbuatan Baik – hal 53; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Penolakan terhadap sola fide yang jelas sekali.

[Salah satu ciri dari orang percaya yang mendahulukan Kerajaan Allah adalah haus dan lapar akan kebenaran. Orang yang haus dan lapar akan kebenaran bukan hanya berusaha mendengar khotbah sebanyak mungkin, mengikuti seminar-seminar dan aktif dalam berbagai kegiatan rohani, tetapi memiliki keinginan yang sangat kuat untuk hidup dan berperilaku yang benar-benar tidak bercela seperti Tuhan Yesus…

Ciri dari kualitas moral yang baik tersebut adalah seseorang pasti menjadi pribadi yang TIDAK MELUKAI SIAPA PUN. Selanjutnya manusia batiniahnya harus bertumbuh terus atau disempurnakan semakin cemerlang seperti Tuhan Yesus. Hal ini berlangsung melalui proses dari waktu ke waktu dalam perjuangan berat. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus masuk jalan sempit. Pandangan ini menjadi TIDAK MENARIK bagi mereka yang MERASA bahwa keselamatan BUKAN KARENA PERBUATAN BAIK. Dengan kualitas moral (masih belum standar Allah) yang mereka miliki, mereka MERASA SUDAH SAH sebagai anak-anak Allah yang nanti akan diperkenankan masuk Kerajaan Sorga. Tidak sedikit orang-orang yang konsep keselamatannya demikian memandang rendah orang yang berusaha untuk memiliki moral yang baik. Mereka diejek oleh orang-orang Kristen tersebut dengan ejekan bahwa PERBUATAN BAIK TIDAK MENYELAMATKAN. Orang-orang Kristen yang PICIK INI tidak memperhatikan Firman Tuhan bahwa SEMUA ORANG AKAN DIHAKIMI MENURUT PERBUATANNYA.]

--(Keselamatan di luar Kristen; Bab V – Peran Perbuatan Baik – hal 58,59; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Penolakan terhadap sola fide yang jelas sekali.

[PADA AKHIRNYA semua orang AKAN DIHAKIMI MENURUT PERBUATAN MEREKA. Bagi orang DI LUAR ORANG PERCAYA standar kebaikannya adalah kebaikan moral umum, yaitu memedulikan sesamanya dengan tulus dan benar. Perlakuan mereka terhadap sesama dipandang Tuhan sebagai perlakuan terhadap Tuhan sendiri. Mereka menuruti hukum kasihilah sesamamu manusia seperti mengasihi diri sendiri. Sedangkan orang percaya harus sampai tingkat “berkenan kepada Tuhan”, yaitu segala sesuatu yang dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Orang percaya harus memenuhi yang dikatakan dalam hukum utama bagian pertama, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan]

--(Keselamatan di luar Kristen; Bab V – Peran Perbuatan Baik – hal 64; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Penolakan terhadap sola fide yang jelas sekali.

[Bagi orang Israel yang semasa hidupnya berusaha melakukan torat, di dalamnya termasuk menggunakan darah domba sebagai solusi dosa mereka, maka mereka akan mendapat kesempatan masuk dunia yang akan datang. Mereka AKAN DIHAKIMI MENURUT PERBUATAN dengan menggunakan ukuran HUKUM TORAT yang tertulis. Jadi, akan ada banyak orang Israel yang berkesempatan masuk dunia yang akan datang di langit baru dan bumi yang baru.]

--(Keselamatan di luar Kristen; Bab VIII – Dosa dalam beberapa Perspektif – hal 89-90; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Terlihat bagaimana meminjam nama Luther akan tetapi tidak sama dengan paham Luther.

[Setiap orang Kristen dituntut memiliki standar kesucian seperti Bapa. Kesucian Bapa diperagakan oleh Tuhan Yesus. Jadi bila kehidupan kita belum seperti Tuhan Yesus atau belum seperti yang Bapa kehendaki, itu berarti belum sesuai dengan kehendakNya. Selama masih belum seperti Bapa maka itu berarti masih “luncas” (Yun. Hamartia). Dalam hal ini pengertian luncas atau hamartia bukanlah sebuah dosa yang “fatalistic”.

Kemudian yang menjadi persoalan adalah bagaimana orang yang masih berdosa atau “lucas” bisa selamat? Persoalan ini dapat dijawab dengan menghubungkan status kita di hadapan Allah, bahwa kita adalah orang-orang yang dibenarkan (Lat. Justificatio) dan disucikan (Lat. Sanctification), sekali pun kita adalah orang berdosa (berkeadaan belum sempurna) dan masih luncas. Itulah sebabnya ada istilah dalam bahasa Latin yang berbunyi simul peccator et Justus (orang berdosa sekaligus dibenarkan). Di hadapan Allah kita sebagai manusia yang berkeadaan berdosa adalah anak-anak Allah yang harus terus meneruskan dimuridkan untuk menjadi seperti Yesus.]

--(Keselamatan di luar Kristen; Bab VIII – Dosa dalam beberapa Perspektif – hal 95; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Penolakan terhadap sola fide yang jelas sekali.

[Dengan kematian Tuhan Yesus semua dosa telah dipikulNya. Masalah dosa dalam SATU ASPEK sudah selesai. Yang BELUM SELESAI adalah keadaan diri masing-masing individu. Sekarang yang dipersoalkan adalah apakah seseorang layak masuk ke dalam kerajaanNya. Kata penghakiman sudah mengisyaratkan bahwa telah ada penyelesaian dosa Adam. Sekarang masing-masing individu berurusan dengan Tuhan sebagai hakimnya. Bagi mereka YANG MEMPERLAKUKAN sesamanya dengan baik akan diperkenan masuk dunia yang akan datang, yang sama dengan masuk dalam Kerajaan Tuhan Yesus Kristus (Mat 25:31-46). Tuhan Yesus yang telah menebus dosa manusia berhak menentukan siapa yang diperkenan masuk KerajaanNya. SEBENARNYA YANG DIPERSOALKAN dalam PENGHAKIMAN NANTI adalah kualitas diri individu yang terekspresi dalam TINDAKANNYA. Mereka DIHAKIMI dengan PERTIMBANGAN apakah LAYAK masuk dunia yang akan datang.]

--(Keselamatan di luar Kristen; Bab XIV– Penghakiman – hal 156; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Penolakan terhadap sola fide yang jelas sekali.

[Penghakiman kategori keempat, bagi ORANG PERCAYA. Pada dasarnya orang percaya tidak lagi ada di bawah hukuman, sebab Tuhan Yesus telah memikul semua kutuk dan hukuman dosa (Rm. 8:1-2). Tetapi hal ini bukan berarti orang percaya pasti bebas dari pengadilan. Paulus jelas mengatakan bahwa semua kita akan menghadap takhta pengadilan Allah (2 Kor 5:9-10). Dalam Alkitab kita tidak pernah menemukan perbuatan. Bagaimana kita menjelaskan bahwa Tuhan menghakimi berdasarkan perbuatan, sementara Firman juga mengatakan bahwa manusia dibenarkan bukan karena perbuatan?

Manusia dibenarkan bukan karena perbuatan tetapi karena iman. Iman yang benar artinya penurutan terhadap kehendak Allah, dan pasti menentukan keselamatan seseorang sejak masih di dunia. Orang percaya yang imannya besar, pasti menggerakkan ia berperilaku seperti Tuhan Yesus. Pengadilan Allah akan membuktikan apakah seseorang memilki iman atau tidak. Hal ini dibuktikan dari perbuatannya, yaitu apakah seseorang MEMILIKI STANDAR KESUCIAN seperti Tuhan Yesus atau tidak. Jika tidak, berarti IA TIDAK BISA DIBENARKAN, artinya DIPERKENAN MASUK KE DALAM KEMULIAAN BERSAMA dengan Tuhan Yesus. Harus diingat bahwa pembenaran bagi orang percaya terjadi jika seseorang memiliki iman yang polanya seperti Abraham, yaitu MENINGGALKAN segala sesuatu demi penurutannya terhadap Allah.]

--(Keselamatan di luar Kristen; Bab XIV– Penghakiman – hal 160; 2016; Dr Erastus Sabdono)

Penolakan terhadap sola fide yang jelas sekali.

[Semua ORANG PERCAYA menghadapi pengadilan takhta Allah apakah mereka berkenan atau tidak. Jika berkenan artinya memiliki kodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah, mereka akan diperkenan masuk dalam Rumah Bapa menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Jika TIDAK MENCAPAI keberkenanan di hadapan Allah MAKA mereka AKAN DISAMAKAN dengan orang YANG TIDAK BERIMAN. Jadi, DIHAKIMI MENURUT PERBUATAN. Mereka hanya bisa masuk surga sebagai anggota masyarakat. Tetapi kalau ada orang Kristen PERBUATANNYA MELANGGAR HUKUM, tidak mengasihi sesamanya dan menghina kekudusan Allah, MAKA mereka JUGA AKAN BINASA (Matius 7:21-23; Wahyu. 21:8).]

--(Keselamatan di luar Kristen; Bab XIV– Penghakiman – hal 161; 2016; Dr Erastus Sabdono) MEMPERHITUNGKAN: ROMA 4:6.
Next Post Previous Post