MUSIK DAN SETAN : I SAMUEL 16:15-23
Pdt.Budi Asali, M.Div.
MUSIK DAN SETAN : I SAMUEL 16:15-23. Pada khotbah pertama tentang 1Samuel 16:14 yang lalu, saya sudah menunjukkan bahwa ‘roh jahat dari Tuhan’ yang mengganggu Saul adalah setan yang diperintah / diatur / diijinkan untuk datang kepada Saul dan mengganggu / menguasainya, membuatnya sumpek / gelisah / marah dsb, sebagai hukuman atas dosa-dosa Saul.
Sekarang kita akan memperhatikan pengobatan yang diusulkan oleh hamba-hamba Saul terhadap ‘penyakit’nya itu.
I) Usul untuk mengobati Saul.
1) Para hamba Saul mengusulkan untuk memanggil seorang pemain kecapi (1Samuel 16: 15-16), dan Saul menyetujui usul itu (1Samuel 16: 17).
1Samuel 16: 15-17: “(15) Lalu berkatalah hamba-hamba Saul kepadanya: ‘Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah mengganggu engkau; (16) baiklah tuanku menitahkan hamba-hambamu yang di depanmu ini mencari seorang yang pandai main kecapi. Apabila roh jahat yang dari pada Allah itu hinggap padamu, haruslah ia main kecapi, maka engkau merasa nyaman.’ (17) Berkatalah Saul kepada hamba-hambanya itu: ‘Carilah bagiku seorang yang dapat main kecapi dengan baik, dan bawalah dia kepadaku.’”.
2) Seorang hamba Saul mengusulkan Daud, yang ia gambarkan dalam 1Samuel 16: 18 - “Lalu jawab salah seorang hamba itu, katanya: ‘Sesungguhnya, aku telah melihat salah seorang anak laki-laki Isai, orang Betlehem itu, yang pandai main kecapi. Ia seorang pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang pandai bicara, elok perawakannya; dan TUHAN menyertai dia.’”.
Penggambaran tentang Daud dalam 1Samuel 16: 18b menunjukkan bahwa ada selang waktu cukup lama antara bagian ini dengan 1Samuel 16:1-13. Sekarang ia bukan lagi seorang anak kecil, tetapi ‘pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit’.
Ada yang menganggap bahwa sebutan ‘pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit’ ini menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi setelah perkelahiannya melawan Goliat, tetapi Keil & Delitzsch (hal 171) berkata bahwa sebutan ini mungkin hanya menunjuk pada pengalaman Daud mengalahkan beruang dan singa yang ia ceritakan dalam 17:34-35.
Semua ini bisa terjadi dalam diri Daud karena adanya Roh Tuhan pada dirinya (ay 13b). Ia bisa mengalahkan beruang, singa, dan bahkan Goliat, juga karena pertolongan Roh Tuhan itu, seperti yang terjadi dalam diri Simson (Hak 14:6,19 15:4-5,14-16).
II) Pemanggilan terhadap Daud.
1) 1Samuel 16: 19-20: “(19) Kemudian Saul mengirim suruhan kepada Isai dengan pesan: ‘Suruhlah kepadaku anakmu Daud, yang ada pada kambing domba itu.’ (20) Lalu Isai mengambil seekor keledai yang dimuati roti, sekirbat anggur dan seekor anak kambing, maka dikirimkannyalah itu kepada Saul dengan perantaraan Daud, anaknya”.
Saul meminta Isai supaya anaknya, Daud, menjadi pelayannya; dan Isai mengirimkan Daud bersama roti, anggur dan anak kambing di atas keledai sebagai persembahan untuk Saul.
Memang pada waktu itu ada tradisi untuk selalu membawa sesuatu kalau menghadap raja, nabi dsb (bdk. 1Samuel 9:6-8 1Raja-raja 10:1-2,10), tetapi saya juga percaya bahwa Isai merasa sangat senang bahwa anaknya diminta untuk melayani Saul.
Penerapan: Apakah saudara juga bersikap begitu kalau Tuhan, yang adalah Raja di atas segala raja, meminta saudara atau anak saudara untuk melayani Dia?
2) 1Samuel 16: 21-22: “(21) Demikianlah Daud sampai kepada Saul dan menjadi pelayannya. Saul sangat mengasihinya, dan ia menjadi pembawa senjatanya. (22) Sebab itu Saul menyuruh orang kepada Isai mengatakan: ‘Biarkanlah Daud tetap menjadi pelayanku, sebab aku suka kepadanya.’”.
Text ini menunjukkan bahwa Saul menjadikan Daud pelayan dan pembawa senjatanya dan Saul menyukai Daud.
Ini kelihatannya kontradiksi / bertentangan dengan 1Samuel 17:55-58, yang menunjukkan bahwa Saul tidak kenal dengan Daud.
1Samuel 17:55-58 - “(55) Ketika Saul melihat Daud pergi menemui orang Filistin itu, berkatalah ia kepada Abner, panglima tentaranya: ‘Anak siapakah orang muda itu, Abner?’ Jawab Abner: ‘Demi tuanku hidup, ya raja, sesungguhnya aku tidak tahu.’ (56) Kemudian raja berkata: ‘Tanyakanlah, anak siapakah orang muda itu.’ (57) Ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, maka Abner memanggilnya dan membawanya menghadap Saul, sedang kepala orang Filistin itu masih ada di tangannya. (58) Kata Saul kepadanya: ‘Anak siapakah engkau, ya orang muda?’ Jawab Daud: ‘Anak hamba tuanku, Isai, orang Betlehem itu.’”.
Karena itu, untuk mengharmoniskan kedua bagian ini, maka harus disimpulkan bahwa cerita dalam 1Samuel 16-17 ini tidak chronologis / tidak sesuai dengan urut-urutan waktu! Jadi mula-mula terjadi pertemuan Saul dengan Daud dimana Daud bisa menghibur Saul dengan kecapinya (16:21a,23), tetapi Daud tidak langsung tinggal di istana Saul. Ia masih pulang dulu (bdk. 17:15). Setelah itu terjadi perkelahian Daud dengan Goliat. Tentu saja Saul tidak kenal orang yang main kecapi hanya satu kali untuknya, sehingga ia menanyakan tentang Daud (17:55-58). Setelah itu barulah Saul memintanya tinggal di istananya (16:21b-22 bdk. 18:2).
Barnes’ Notes: “The words here are the ultimate sequence of David’s first visit to Saul, and of his skill in music, and are therefore placed here; but they did not really come to pass till after David’s victory over Goliath (see 18:2). It is quite conceivable that if David had only played once or twice to Saul, and then returned to his father’s house for some months, Saul might not recognise him” [= Kata-kata di sini merupakan urutan / rentetan yang terakhir dari kunjungan pertama Daud kepada Saul, dan dari keahliannya dalam musik, dan karena itu ditempatkan di sini; tetapi itu tidak betul-betul terjadi sampai kemenangan Daud atas Goliat (lihat 18:2). Bisa dimengerti bahwa kalau Daud hanya bermain satu atau dua kali bagi Saul, dan lalu kembali ke rumah bapanya untuk beberapa bulan, Saul bisa tidak mengenalinya] - hal 41.
Pulpit Commentary: “This, and his being appointed one of Saul’s armour-bearers, happened only after the lapse of some time. ... It was apparently after the combat with Goliath that Saul sent to Jesse, and asked that David might be always with him” (= Ini, dan ditetapkannya ia sebagai salah satu pembawa senjata Saul, terjadi hanya setelah berlalunya beberapa waktu. ... Jelas bahwa setelah perkelahian dengan Goliat barulah Saul mengirim pesan kepada Isai, dan meminta supaya Daud boleh selalu bersama dengan dia) - hal 298.
Ada cara pemecahan yang lain yaitu penjelasan Adam Clarke (hal 262) yang mengatakan bahwa 1Samuel 17:12-31,41,54-58 dan 1Samuel 18:1-5,10-11,17-19 tidak ada dalam Septuaginta / LXX. Semua ini ada dalam manuscript yang namanya Codex Alexandrinus, tetapi anehnya manuscript dari mana Codex Alexandrinus disalin, tidak mempunyai ayat-ayat itu. Karena itu Clarke mengatakan bahwa ada yang meragukan keaslian ayat-ayat ini.
3) Ini merupakan persiapan bagi Daud untuk menjadi raja.
Keil & Delitzsch: “This guidance on the part of God was a school of preparation to David for his future calling” (= Pimpinan ini dari pihak / sudut Allah merupakan sekolah persiapan bagi Daud untuk panggilannya di masa yang akan datang) - hal 172.
Mengapa? Karena di istana ini ia berhubungan dengan orang kelas atas, dan ini menyebabkan ia bisa mengenal seluk beluk kerajaan, dan bisa dikenal oleh orang-orang di istana.
Jadi di sini kita melihat pekerjaan Tuhan, yang menggunakan setan untuk menyerang Saul maupun usul dari para hamba Saul tentang pengobatan dengan kecapi, supaya Daud bisa dipersiapkan menjadi raja, sesuai dengan rencanaNya.
III) Musik dan setan.
1Samuel 16: 23: “Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya”.
1Samuel 16: 23 ini menyatakan bahwa pada waktu roh jahat itu hinggap pada Saul dan Daud memainkan kecapinya, maka Saul merasa lega dan nyaman, dan roh jahat itu undur dari padanya. Bagian ini menimbulkan komentar yang positif maupun komentar yang negatif tentang musik.
1) Komentar yang positif tentang musik.
Pulpit Commentary: “Martin Luther found the inspiration of courage in the same manner. ‘Next to theology,’ he said, ‘I give the first place and the greatest honour to music.’” (= Martin Luther menemukan dorongan keberanian dengan cara yang sama. ‘Setelah theologia,’ katanya, ‘Saya memberikan tempat pertama dan kehormatan terbesar kepada musik’.) - hal 315.
Pulpit Commentary: “Music is a means of grace, and when rightly used conveys much spiritual benefit to men. It is ‘one of the fairest and most glorious gifts of God, to which Satan is a bitter enemy; for it removes from the heart the weight of sorrow and the fascination of evil thoughts’ (Luther)” [= Musik adalah suatu alat kasih karunia, dan pada waktu digunakan secara benar, memberikan banyak manfaat rohani bagi manusia. Itu merupakan ‘salah satu dari karunia-karunia Allah yang paling cantik dan mulia, terhadap mana setan merupakan musuh yang pahit; karena itu menyingkirkan dari hati beban kesedihan dan pesona dari pikiran jahat’ (Luther)] - hal 311.
Ada penafsir yang membandingkan bagian ini dengan 2Raja-Raja 3:15, dimana Elisa, ketika sedang jengkel (2Raja-raja 3:13), juga minta seorang pemain kecapi. Ini menenangkan dia, sehingga lalu bisa bernubuat (2Raja 3:15).
2Raja-Raja 3:13-15 - “(13) Tetapi berkatalah Elisa kepada raja Israel: ‘Apakah urusanku dengan engkau? Pergilah kepada para nabi ayahmu dan kepada para nabi ibumu.’ Jawab raja Israel kepadanya: ‘Jangan begitu, sebab TUHAN memanggil ketiga raja ini untuk menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Moab!’ (14) Berkatalah Elisa: ‘Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang di hadapanNya aku menjadi pelayan: jika tidak karena Yosafat, raja Yehuda, maka sesungguhnya aku ini tidak akan memandang dan melihat kepadamu. (15) Maka sekarang, jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi.’ Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia”.
Pulpit Commentary: “Elisha, when chafed and disturbed in spirit, called for a minstrel, and was prepared by the soothing strains of his harp for prophetic inspiration (2Kings 3:15)” [= Elisa, pada waktu jengkel dan terganggu dalam roh, memanggil seorang pemusik / pemain kecapi, dan dipersiapkan oleh nada / alunan yang menenangkan dari kecapinya untuk suatu ilham yang bersifat nubuat (2Raja-Raja 3:15)] - hal 311.
2) Komentar negatif tentang musik.
Saya sendiri merasakan sebagai suatu kejutan (surprise) bahwa dalam bagian seperti ini ternyata ada banyak orang yang memberikan komentar yang negatif tentang musik. Tetapi saya berpendapat bahwa mereka benar, karena mereka melihat 2 hal:
a) Roh jahat itu kembali lagi kepada Saul, bahkan menguasainya dengan makin hebat (18:10 19:9-10). Ini menunjukkan ketidak-efektifan musik tersebut dalam menangani ‘penyakit’ Saul.
b) Saul tidak menggunakan musik itu dengan benar, karena ia tidak bertobat dari dosanya / tidak kembali kepada Tuhan.
Pulpit Commentary: “Temporary alleviations of mental disquietude. The servants of Saul were true philosophers in seeking diversion for their master. In cases of trouble, diversion from self and the causes of trouble always affords relief. This is recognised by guilty men, who seek diversion in business, or pleasure, or public affairs. It is a rule with some wicked men to plunge more deeply into public or private business in proportion as conscience has to be quieted. The diversion was of a nature to soothe the nervous system. Music has in it something refined and pure and remote from the turmoil and confusion of sinful life. As a curative or alleviative element in certain sickness its power has not been sufficiently developed. Saul felt the charm, and for a while the irritation consequent on internal conflict was toned down. The diversion would have increased effect if associated with spiritual song. There is evidence that David cultivated psalmody in his early years; and who can tell the subduing influence on the restless Saul as David poured forth to his harp strains of love and trust and hope in God! We see constantly that even the boldest of impenitent sinners are touched by sweet, simple hymns, which seem to call back a lost purity, and open up a gleam of hope for the most depraved. ... But in all cases of mere diversion the benefit is transitory. The old enmity remains. The old fears come back in force. The true remedy has not been sought. ... The cure for the internal miseries of men lies in self-renunciation and placing the soul at the mercy of the great Saviour. We must cease to seek rest and peace apart from his loving embrace” (= Pengurangan ketidak-tenangan batin yang bersifat sementara. Hamba-hamba Saul adalah ahli-ahli filsafat yang sejati dalam mencari hiburan / pengalihan perhatian untuk tuan mereka. Dalam kasus kesusahan / kesukaran, pengalihan perhatian dari diri sendiri dan penyebab kesusahan / kesukaran itu, selalu memberikan / menghasilkan kelegaan. Ini diakui oleh orang-orang yang bersalah, yang mencari pengalihan perhatian dalam bisnis, atau kesenangan, atau urusan / pertemuan umum. Merupakan suatu kebiasaan bagi sebagian orang jahat untuk terjun lebih dalam ke dalam kesibukan umum atau pribadi, sebanding dengan hati nurani yang harus ditenangkan. Pengalihan perhatian itu bersifat menenangkan sistim syaraf. Musik mempunyai dalam dirinya sesuatu yang halus dan murni dan jauh dari kekacauan dan kebingungan dari kehidupan yang berdosa. Sebagai elemen penyembuh atau pereda / pengurang dari penyakit-penyakit tertentu kuasanya belum dikembangkan secara cukup. Saul merasakan daya tarik / pesona dari musik itu, dan untuk sementara, kejengkelan, sebagai akibat dari konflik dalam batin, menurun. Hiburan / pengalihan perhatian itu akan bertambah pengaruhnya jika dihubungkan dengan nyanyian rohani. Ada bukti bahwa Daud mengembangkan nyanyian mazmur pada masa mudanya.; dan siapa bisa menceritakan pengaruh yang menundukkan pada Saul yang gelisah pada waktu Daud mencurahkan nada / alunan kecapinya tentang kasih dan kepercayaan dan pengharapan dalam Allah! Kita melihat secara tetap bahwa bahkan orang berdosa yang tak bertobat dan yang paling berani, disentuh oleh lagu pujian yang manis dan sederhana, yang kelihatannya memanggil kembali kemurnian yang hilang, dan membukakan secercah harapan untuk orang yang paling bejat. ... Tetapi dalam semua kasus dari semata-mata hiburan / pengalihan perhatian maka manfaatnya bersifat fana / tidak kekal. Permusuhan yang lama tetap tinggal. Rasa takut yang lama kembali dengan kuat. Obat yang benar belum dicari. ... Penyembuhan untuk kesengsaraan batin manusia terletak dalam penyangkalan diri dan peletakan jiwa pada belas kasihan dari Juruselamat yang Agung / Besar. Kita harus berhenti mencari istirahat dan damai terpisah dari pelukanNya yang penuh kasih) - hal 304.
Penerapan:
1. Pada waktu saudara sendiri mengalami kegelisahan:
· apakah saudara lalu mencari musik / hiburan / kesibukan untuk menenangkan hati yang gelisah itu? Hiburan / kesibukan itu bisa berupa jalan-jalan, piknik, olah raga, kumpul dengan teman-teman, nonton TV / bioskop, pacaran, dsb.
· apakah saudara menggunakan rokok / ganja / ecstasy untuk membuang kesumpekan / kegelisahan itu?
· apakah saudara menggunakan musik / lagu, bahkan musik / lagu rohani?
Tanpa saudara mau datang dan percaya kepada Yesus, dan tanpa pertobatan dari dosa, maka semua cara-cara di atas tidak terlalu berbeda. Semua hanya memberikan ketenangan semu dan sementara!
2. Pada waktu saudara menghadapi orang yang gelisah / tidak damai, janganlah meniru para hamba Saul dengan sekedar menawarkan obat yang semu dan sementara, baik itu musik, hiburan, kesibukan, atau hal lain apapun juga. Bawalah orang itu kepada Kristus!
Pulpit Commentary: “The harp, even David’s harp, cannot subdue the power of sin. This requires the power of David’s God. ... There is need to apply to the Son of David, who cast out unclean spirits by his word, and brought men to their right mind, ... The blackness of envy, the foulness of hatred, the demons of deceit, avarice, intemperance, and cruelty are expelled by nothing less than the grace of Christ” (= Kecapi, bahkan kecapi Daud, tidak bisa menundukkan kuasa dosa. Ini membutuhkan kuasa dari Allahnya Daud. ... Ada kebutuhan untuk menggunakan Anak Daud, yang mengusir roh najis dengan firmanNya, dan membawa orang kembali pada pikiran yang sehat / benar, ... Kehitaman dari iri hati, kekotoran dari kebencian, setan penipuan, ketamakan, kehilangan penguasaan diri, dan kekejaman tidak bisa dibuang / dikeluarkan oleh sesuatu apapun yang kurang dari kasih karunia Kristus) - hal 316.
Catatan: istilah ‘Anak Daud’ di sini jelas menunjuk kepada Yesus.
Pulpit Commentary: “‘Did the music banish the demon? Not so. But the high frame of mind into which the king was brought by it sufficed to limit at least the sphere of the operation of the evil spirit within him; while the full, clear, conscious life of faith on the part of Saul would have altogether destroyed the power of the wicked one. Besides, the silent intercessions of David sent up to heaven on the wings of the music of his harp must have contributed not a little to the results with which his melodies were crowned’ (Krummacher). ‘The Lord was with him’ (ver. 18)” [= ‘Apakah musik itu membuang setan? Tidak demikian. Tetapi keadaan mental / pikiran yang tinggi ke dalam mana sang raja dibawa olehnya, setidaknya cukup untuk membatasi bidang operasi dari roh jahat di dalam dirinya; sementara kehidupan iman yang penuh, jelas, dan sadar dari Saul akan sudah menghancurkan secara total kuasa dari si jahat. Disamping itu, doa syafaat yang oleh Daud dinaikkan secara diam-diam ke surga pada sayap dari musik kecapinya, pasti memberikan sumbangsih yang tidak sedikit terhadap hasil dengan mana lagu / nyanyiannya dimahkotai’ (Krummacher). ‘Tuhan menyertai dia’ (ay 18)] - hal 312.
Pulpit Commentary: “Saul was not completely cured of his malady. A breathing-space was afforded him for seeking God, and if he had faithfully availed himself of it he might have been permanently preserved from its return. But he failed to do so. On the indulgence of envy, ‘the evil spirit from God came upon him’ again (ch. 18:10; 19:10) with greater power than before (Matt. 12:45), and that which formerly calmed and gladdened him now excited him to demoniacal frenzy and murderous passion. ‘It is said that the evil spirit departed, but not that the good spirit returned. Saul’s trouble was alleviated, but not removed. The disease was still there. The results of David’s harp were negative and superficial. So it is with the sinner still. There are many outward applications which act like spiritual chloroform upon the soul. They soothe and calm and please, but that is all; they do not go below the surface, nor touch the deep-seated malady within. Our age is full of such appliances, literary and religious, all got up for the purpose of soothing the troubled spirits of men. Excitement, gaiety, balls, theatres, operas, concerts, ecclesiastical music, dresses, performances, what are all these but man’s appliances for casting out the evil spirit and healing the soul’s hurt without having recourse to God’s remedy’ (Bonar, ‘Thoughts and Themes’)” [= Saul tidak sepenuhnya disembuhkan dari penyakitnya. Ia diberi kesempatan untuk mencari Allah, dan andaikata ia memanfaatkannya dengan setia, ia mungkin telah dijaga / dipelihara secara permanen terhadap kembalinya roh jahat itu. Tetapi ia gagal melakukan hal itu. Dengan adanya iri hati, ‘roh jahat dari Allah datang kepadanya’ lagi (pasal 18:10; 19:10) dengan kuasa yang lebih besar dari sebelumnya (Matius 12:45), dan apa yang tadinya menenangkan dan menyenangkan dia, sekarang membangkitkannya pada kegilaan dari setan dan nafsu membunuh. ‘Dikatakan bahwa roh jahat pergi / meninggalkan, tetapi tidak dikatakan bahwa Roh yang baik kembali. Problem Saul dikurangi tetapi tidak disingkirkan. Penyakit itu tetap ada di sana. Hasil dari kecapi Daud adalah tidak ada dan bersifat semu. Demikian juga dengan orang berdosa sampai sekarang. Ada banyak obat luar yang bertindak seperti obat bius terhadap jiwa. Mereka menyejukkan dan menenangkan dan menyenangkan, tetapi itulah semuanya; mereka tidak masuk di bawah permukaan, atau menyentuh penyakit yang terletak di dalam. Jaman kita penuh dengan alat-alat seperti itu, yang berkenaan dengan kesusasteraan dan agama, semua bangkit untuk tujuan menenangkan roh manusia yang kacau. Kegembiraan, kegirangan, pesta dansa, teater, opera, konser, musik gerejani, pakaian, pertunjukan, apakah semua itu selain alat-alat manusia untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan rasa sakit pada jiwa tanpa kembali kepada obat Allah’ (Bonar, ‘Thoughts and Themes’)] - hal 312.
Perhatikan Matius 12:43-45 yang digunakan dalam kutipan ini!!!
Matius 12:43-45 - “(43) Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. (44) Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. (45) Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini”.
Bagian ini bisa ditafsirkan sebagai berikut: orang berdosa mulai pergi ke gereja, tetapi tetap tidak percaya kepada Yesus. Akhirnya ia kembali kepada dosanya / murtad dan bahkan menjadi lebih jahat.
Tetapi bagian ini bisa ditafsirkan secara hurufiah. Jadi, diartikan bahwa ada seorang yang betul-betul kerasukan setan, lalu setan diusir, tetapi ia tidak percaya kepada Yesus maupun mengisi dirinya dengan Firman Tuhan, sehingga setannya kembali dengan mengajak 7 teman yang lebih jahat. Mungkin inilah kasus Saul! Karena itu, penyakit Saul akhirnya memburuk!
Pulpit Commentary: “the soothing and elevating effect of a ‘concord of sweet sounds’ must not be mistaken for the peace and joy of true religion. ... nothing but the Gospel of Christ and the power of his Spirit can effect the moral and spiritual renewal of man, and restore him to ‘his right mind’ (Mark us 5:15)” [= hasil penyejukan dan pengangkatan dari suatu ‘harmoni dari bunyi-bunyi yang manis’ tidak boleh disalah-mengerti sebagai damai dan sukacita dari agama yang benar. ... tidak ada apapun selain Injil Kristus dan kuasa dari RohNya yang bisa menghasilkan pembaharuan moral dan rohani manusia, dan memulihkannya pada ‘pikiran yang benar / sehat / waras’ (Markus 5:15)] - hal 312.
Penerapan: ini perlu direnungkan oleh orang Kristen yang merasa ‘tenang / damai’ di dalam gereja, atau oleh orang kristen yang mencari / menekankan gereja yang banyak puji-pujiannya karena di sana mereka bisa merasa ‘damai / sukacita’. Kalau damai / ketenangan itu hanya mereka alami di gereja, atau pada saat mereka menyanyi di gereja, maka itu merupakan damai / ketenangan yang tidak terlalu berbeda dengan damai / ketenangan pada diri Saul pada waktu mendengar musik dari Daud!
Kesimpulan:
Kalau saudara mengalami kesumpekan / kegelisahan dsb, asal saudara sudah betul-betul percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan kegelisahan itu tidak disebabkan karena dosa yang sengaja saudara pertahankan, maka musik atau lagu puji-pujian bisa menolong saudara.
Jadi, kalau saudara adalah seorang guru sekolah minggu atau pengkhotbah, yang karena sedang sumpek / gelisah, lalu tidak bisa mempersiapkan Firman Tuhan yang akan saudara sampaikan, atau kalau saudara yang adalah pelajar / mahasiswa, yang karena sumpek tidak bisa belajar, atau saudara yang lain yang karena sumpek lalu tidak bisa bekerja, maka cobalah gunakan musik / lagu pujian. Ini bisa dilakukan dengan menyetel cassette lagu rohani, atau saudara sendiri menyanyi dan / atau main musik.
Tetapi kalau kegelisahan / kesumpekan itu disebabkan karena dosa, maka tentu saja saudara harus lebih dulu mengakui dosa / bertobat dari dosa itu. Tanpa itu, musik tidak akan berguna.
Lebih-lebih kalau saudara merasakan kegelisahan / kesumpekan karena saudara bukan orang kristen yang sejati / belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka musik / lagu pujian atau kesenangan duniawi apapun, paling-paling hanya memberi damai yang palsu / ada di permukaan saja. Datanglah kepada Kristus, yang berkata dalam Yohanes 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.
Agustinus mengatakan: “You have made us for yourself, O Lord, and our heart is restless until it rests in you” (= Engkau telah membuat kami untukMu sendiri, Ya Tuhan, dan hati kami gelisah / tidak tenang, sampai hati itu mendapatkan ketenangan dalam Engkau).
-AMIN