Rendah Hati dan Kepuasan Jiwa
“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya” 1 Petrus 5:6
Jiwa yang rendah hati/sederhana mengupayakan bagaimana memuliakan Allah di masa-masa penderitaan lebih dari mengusahakan bagaimana caranya keluar/bebas dari penderitaan itu sendiri. Daniel, ke 3 orang temannya, para rasul, dan mereka orang-orang mulia yang tidak dipandang/dihargai oleh dunia, adalah orang-orang yang demikian. Mereka tidak mencari-cari jalan untuk keluar dari kesesakan mereka melainkan sangat mengutamakan kemuliaan Allah.
Mereka rela menjadi apa saja, dan rela menanggung apapun asal Allah dipermuliakan. Mereka menjadikan hal memuliakan Allah sebagai urusan mereka saat berada di dapur api, penjara, kandang singa, penyiksaan, dan di bawah ancaman pedang. Jiwa yang rendah hati berkata: “Tuhan, tekanlah dosa saya sekecil mungkin, dan angkatlah hati saya untuk memuliakan engkau di dalam kesukaran-kesukaran saya.
Sekalipun beban dan kesulitan yang harus saya pikul berlipat ganda, tolong saya memuliakan Engkau dengan cara mempercayai, sabar memikul, dan tunduk kepada-Mu, sehingga saya dapat bernyanyi mengusir kekuatiran saya dan mengatakan: sudah cukup wahai kekuatiran”. Oh sebaliknya seorang yang pongah kala menghadapi kesulitan, penuh rencana untuk melepaskan dirinya dari belenggu dan dapur api – orang yang tinggi hati akan bicara apapun, lakukan apapun dan siap menjadi apapun asal dirinya bebas dari beban tanggungan yang menekan dia! Sesuatu yang sedikit saja jumlahnya sudah cukup untuk memuaskan orang yang rendah hati, sebaliknya tidak ada apapun yang dapat memuaskan nafsu orang yang pongah. Orang yang rendah hati berkata: “Tuhan, berikan saya makanan dan pakaian secukupnya dan Engkaulah Allah yang kusembah.
Karuniakan saya Kristus dan surga untuk mengisi hati saya dan makanan yang secukupnya untuk menunjang kehidupan seharihari saya, dan itu sudah cukup”. Orang yang tinggi hati tidak pernah merasa puas. Mahkota kerajaan tidak memuaskan Ahab, sebaliknya ia harus memiliki kebun anggur Nabot. Diogenes dengan bak mandi yang dipakai sebagai rumahnya dan piring kayu tempat makannya, lebih merasa puas dibandingkan dengan Alexander Agung yang telah berhasil memiliki separuh dunia karena kemenangan-kemenangan yang diperolehnya dari medan perang dan semua perbendaharaan harta benda, kesenangan-kesenangan dunia, dan kehormatankehormatannya dari wilayah Asia.
Baca Juga: 8 Ciri Watak Dan Tabiat Kristen (Matius 5:3-12)
Jiwa yang rendah hati/sederhana mengupayakan bagaimana memuliakan Allah di masa-masa penderitaan lebih dari mengusahakan bagaimana caranya keluar/bebas dari penderitaan itu sendiri. Daniel, ke 3 orang temannya, para rasul, dan mereka orang-orang mulia yang tidak dipandang/dihargai oleh dunia, adalah orang-orang yang demikian. Mereka tidak mencari-cari jalan untuk keluar dari kesesakan mereka melainkan sangat mengutamakan kemuliaan Allah.
Sekalipun beban dan kesulitan yang harus saya pikul berlipat ganda, tolong saya memuliakan Engkau dengan cara mempercayai, sabar memikul, dan tunduk kepada-Mu, sehingga saya dapat bernyanyi mengusir kekuatiran saya dan mengatakan: sudah cukup wahai kekuatiran”. Oh sebaliknya seorang yang pongah kala menghadapi kesulitan, penuh rencana untuk melepaskan dirinya dari belenggu dan dapur api – orang yang tinggi hati akan bicara apapun, lakukan apapun dan siap menjadi apapun asal dirinya bebas dari beban tanggungan yang menekan dia! Sesuatu yang sedikit saja jumlahnya sudah cukup untuk memuaskan orang yang rendah hati, sebaliknya tidak ada apapun yang dapat memuaskan nafsu orang yang pongah. Orang yang rendah hati berkata: “Tuhan, berikan saya makanan dan pakaian secukupnya dan Engkaulah Allah yang kusembah.
Karuniakan saya Kristus dan surga untuk mengisi hati saya dan makanan yang secukupnya untuk menunjang kehidupan seharihari saya, dan itu sudah cukup”. Orang yang tinggi hati tidak pernah merasa puas. Mahkota kerajaan tidak memuaskan Ahab, sebaliknya ia harus memiliki kebun anggur Nabot. Diogenes dengan bak mandi yang dipakai sebagai rumahnya dan piring kayu tempat makannya, lebih merasa puas dibandingkan dengan Alexander Agung yang telah berhasil memiliki separuh dunia karena kemenangan-kemenangan yang diperolehnya dari medan perang dan semua perbendaharaan harta benda, kesenangan-kesenangan dunia, dan kehormatankehormatannya dari wilayah Asia.
Baca Juga: 8 Ciri Watak Dan Tabiat Kristen (Matius 5:3-12)
Seorang yang rendah hati merasa puas hanya dengan sayur mayur seperti yang kita lihat pada Daniel dibandingkan dengan para pangeran pongah yang belum puas juga atas mahkota dan tongkat kerajaan. Orang yang rendah hati juga bersukacita di dalam anugerah-anugerah dan pencapaianpencapaian sesama sama seperti bila itu adalah hasil pencapaiannya sendiri. Tidak ada iri hati dalam hal-hal yang bersifat rohani.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan dari karya Thomas Brooks (1608-1680), Works, III:20-22. https://teologiareformed.blogspot.com/
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan dari karya Thomas Brooks (1608-1680), Works, III:20-22. https://teologiareformed.blogspot.com/