CARA MENGHADAPI PENCOBAAN: EKSPOSISI YAKOBUS 1:12-18

Pdt. Budi Asali, M. Div.
CARA MENGHADAPI PENCOBAAN: EKSPOSISI YAKOBUS 1:12-18. Yakobus 1:12-18 - “(Yakobus 1:12) Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. (13) Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. (14) Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. (15) Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. (16) Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! (17) Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. (Yakobus 1:18) Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaanNya”.
CARA MENGHADAPI PENCOBAAN: EKSPOSISI YAKOBUS 1:12-18
education, otomotif
Dalam bagian ini Yakobus membicarakan tentang 2 jenis pencobaan:

I) Pencobaan I (Yakobus 1:12).

Yakobus 1: 12: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia”.

1) Arti ‘pencobaan’ di sini.

Dari kata ‘bertahan’ dan ‘tahan uji’ dalam Yakobus 1: 12 itu maka harus disimpulkan bahwa pencobaan di sini menunjuk pada kesukaran dan penderitaan.

2) Tuhan menghendaki kita ‘bertahan’.

Kata ‘bertahan’ di sini dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata yang berasal dari kata dasar yang sama dengan kata ‘ketekunan’ dalam Yakobus 1: 3.

3) Tuhan menghendaki kita bertahan / bertekun karena kalau kita sudah tahan uji, maka kita ‘akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia’ (Yakobus 1: 12b).

Karena itu, orang yang bertahan dalam pencobaan itu disebut ‘berbahagia’. Kata ‘berbahagialah’ ini seharusnya adalah ‘diberkatilah’ (KJV/RSV/NIV/NASB: ‘blessed’).

Matthew Henry: “It is not the man who suffers only that is blessed, but he who endures, who with patience and constancy goes through all difficulties in the way of his duty” (= Bukan orang yang hanya menderita yang diberkati, tetapi ia yang bertekun / bertahan, yang dengan kesabaran dan keteguhan berjalan melalui semua kesukaran-kesukaran dalam jalan kewajibannya).

Yakobus 1: 12b ini bukan hanya menunjukkan apa yang akan kita terima kalau kita bisa bertahan / bertekun dalam kesukaran / penderitaan, tetapi dari kata-kata yang saya garis-bawahi itu kita bisa mempelajari hal-hal yang harus kita lakukan untuk bisa bertahan / bertekun:

a) Kita harus melihat dan percaya kepada janji Tuhan.

Alkitab berisikan banyak janji Tuhan yang berguna dalam menghadapi kesukaran / penderitaan, seperti Mazmur 23 1Korintus 10:13 Roma 8:28 dsb.

Mazmur 23:1-6 - “(Mazmur 23:1) [Mazmur Daud.] TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; (3) Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. (4) Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. (5) Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. (6) Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”.

1Korintus 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.

Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

Karena itu rajinlah dan tekunlah dalam membaca Alkitab (bersaat teduh) dan belajar Alkitab (Pemahaman Alkitab), karena tanpa itu saudara tidak akan bisa melihat dan percaya pada janji Tuhan di tengah-tengah kesukaran dan penderitaan saudara.

b) Kita harus memandang pada mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan.

Dengan kata lain, kita harus mengarahkan pandangan kita pada kekekalan / surga. Orang yang mengalami problem / penderitaan, sering punya kecondongan untuk mengarahkan pandangannya pada kesukaran / penderitaannya, dan akibatnya ia menjadi sedih, kecewa, putus asa dsb. Tetapi Firman Tuhan mengajar kita untuk memandang ke surga, karena ini bisa menguatkan kita dalam menghadapi kesukaran / penderitaan.

Illustrasi: Pada waktu Yakub harus bekerja 7 tahun untuk mendapatkan Rahel, semua itu terasa hanya seperti beberapa hari saja karena cintanya kepada Rahel.

Kejadian 29:20 - “Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel”.

Mungkin sekali sambil bekerja ia terus membayangkan saat-saat di mana Rahel akan menjadi miliknya, dan itu menyebabkan ia kuat menghadapi semua derita dan persoalan! Begitu juga kalau saudara mengalami kesukaran dalam hidup ini sambil mengarahkan pandangan saudara ke depan (saat di mana saudara ada di surga), maka semua akan terasa lebih ringan.

Bandingkan juga dengan kata-kata Paulus di bawah ini:

· Roma 8:18 - “Sebab aku yakin bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.

· 2Korintus 4:17 - “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.

Matthew Henry: “‎We only bear the cross for a while, but we shall wear the crown to eternity” (= Kita hanya memikul salib untuk sementara waktu / untuk waktu yang singkat, tetapi kita akan memakai mahkota sampai kekekalan). Sebuah berkat diucapkan kepada mereka yang bertahan dalam cobaan dan ujian, seperti yang disampaikan di sini: Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan (Yakobus 1:. 12). Perhatikanlah:

1. Bukan orang yang menderita saja yang diberkati, melainkan juga orang yang bertahan, yang dengan sabar dan tekun melewati semua kesulitan di jalan kewajibannya.

2. Penderitaan tidak akan membuat kita sengsara, kalau bukan karena salah kita sendiri. Berkat bisa saja muncul dari penderitaan, dan kita bisa diberkati di dalamnya. Penderitaan sama sekali tidak merampas kebahagiaan orang baik, tetapi justru benar-benar membuatnya bertambah.

3. Penderitaan dan cobaan adalah jalan menuju keterberkatan kekal: Apabila ia diuji, ia akan menerima mahkota kehidupan, dokimos genomenos – apabila ia sudah tahan uji, apabila anugerah-anugerahnya didapati benar dan bernilai amat tinggi (seperti logam yang diuji nilainya dengan api), dan apabila ketulusan dan kejujurannya nyata, dan semuanya berkenan pada Sang Hakim agung. Maka dari itu perhatikanlah, berkenan kepada Allah, itulah tujuan agung orang Kristen dalam segala ujiannya. Hal itu akan membawa berkat bagi dia pada akhirnya, ketika ia menerima mahkota kehidupan. Orang Kristen yang sudah tahan uji akan dimahkotai, dan mahkota yang akan dipakainya adalah mahkota kehidupan. Mahkota itu akan menjadi kehidupan dan kebahagiaan baginya, dan akan bertahan selama-lamanya. Kita menanggung salib hanya sebentar, tetapi akan memakai mahkota sampai selama-lamanya.

4. Keterberkatan ini, yang merupakan bagian dari mahkota kehidupan, adalah hal yang dijanjikan kepada orang benar yang menderita. Oleh karena itu, janji ini adalah hal yang dapat kita andalkan dengan pasti. Sebab, ketika langit dan bumi lenyap, firman Allah ini tidak akan gagal digenapi. Tetapi selain itu marilah kita perhatikan bahwa upah kita di masa depan diberikan bukan sebagai pelunasan utang, melainkan sebagai janji yang dianugerahkan.

5. Bertahan menghadapi cobaan haruslah didasarkan pada kasih kepada Allah dan Yesus Kristus Tuhan kita, sebab kalau tidak, kita tidak mempunyai kepentingan dalam janji ini: Dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia. Rasul Paulus berpendapat bahwa pada titik tertentu dalam kehidupan beriman, orang bisa saja menyerahkan tubuhnya untuk dibakar. Namun, sekalipun melakukan demikian, ia tidak berkenan pada Allah, tidak pula dianggap oleh-Nya, kalau ia tidak memiliki kasih, atau jika di dalam hatinya tidak dipenuhi oleh kasih sayang yang tulus kepada Allah dan manusia (1Korintus 13:3).

6. Mahkota kehidupan dijanjikan bukan hanya kepada orang-orang kudus yang besar dan terkemuka, melainkan juga kepada orang yang memiliki kasih Allah yang bertakhta di dalam hatinya. Setiap jiwa yang benar-benar mengasihi Allah akan mendapati bahwa cobaan-cobaan mereka di dunia ini dibayar penuh di dunia atas, di mana kasih menjadi sempurna.

c) Kita harus mengasihi Tuhan.

Yakobus tidak mengatakan ‘mentaati / melayani Tuhan’ tetapi ‘mengasihi Tuhan’. Kita bisa mentaati / melayani Tuhan tanpa mengasihi Dia, tetapi kita tidak bisa mengasihi Tuhan tanpa mentaati / melayani Dia!

Kalau kita mengasihi Tuhan maka kita akan kuat menghadapi apa pun yang tidak enak, demi Tuhan yang kita kasihi itu!

Karena itu peliharalah kasih saudara kepada Tuhan dengan cara:

1. Menjaga persekutuan dengan Dia (saat teduh).

2. Tidak mencintai uang / dunia, karena kalau kita mencintai uang / dunia, kita tidak akan mencintai Tuhan.

Matius 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.

Yakobus 4:4 - “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barang siapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah”.

1Yohanes 2:15 - “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu”.

3. Merenungkan cinta Tuhan yang Ia tunjukkan melalui kematian Yesus di kayu salib bagi saudara!

II) Pencobaan II (Yakobus 1:13-15).

Yakobus 1: 13-15: “(13) Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. (14) Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. (15) Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut”.

1) Yakobus 1: 14-15 berbicara tentang keinginan.

Keinginan tidak selalu merupakan dosa. Kalau kita mempunyai keinginan untuk menaati Tuhan, melayani Tuhan dsb, ini tentu merupakan keinginan yang baik. Bahkan kalau kita mempunyai keinginan untuk tidur, makan, dsb (selama dalam batas yang wajar), maka itu jelas bukan dosa. Tetapi ada banyak keinginan yang bersifat dosa, seperti ingin barang orang lain (iri hati), ingin berzinah, ingin membalas kejahatan dengan kejahatan dsb.

Keinginan yang berdosa inilah yang dimaksudkan dengan penco­baan dalam Yakobus 1: 13 ini! Jadi, arti ‘pencobaan’ dalam Yakobus 1: 12 berbeda dengan dalam Yakobus 1: 13. Keinginan dalam Yakobus 1: 13 itu, sekalipun belum dituruti / dilaksanakan, sudah merupakan dosa!

Tetapi bagaimana dengan Yakobus 1: 15?

a) Yakobus 1: 15a: ‘apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahir­kan dosa’.

Apakah ini bisa diartikan bahwa keinginan yang belum dibuahi / dilakukan bukanlah dosa? Tidak! ‘Melahirkan dosa’ artinya dosanya menjadi kelihatan. Tadi, sebelum keinginan itu dibuahi / dilakukan, itu sudah merupakan dosa, tetapi dosa itu ‘masih dalam kandungan’, artinya ‘dosa itu belum kelihatan’. Tetapi pada waktu keinginan itu dibuahi / dilakukan, maka dosanya ‘lahir’ / ‘menjadi kelihatan’.

Bandingkan dengan:

· Mazmur 7:15 - “Sesungguhnya orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan dusta”.

· Yesaya 59:4b-5,13b - “(4b) orang mengandung bencana dan melahirkan kelaliman. (5) Mereka menetaskan telur ular beludak, dan menenun sarang laba-laba; siapa yang makan dari telurnya itu akan mati, dan apabila sebutir ditekan pecah, keluarlah seekor ular beludak. ... (13b) kami merancangkan pemerasan dan penyelewengan, mengandung dusta dalam hati dan melahirkannya dalam kata-kata”.

Jelas bahwa kedua text di atas ini juga mengatakan adanya dosa yang ada dalam kandungan (disebut ‘kejahatan’ / ‘kelaliman’ / ‘bencana’ / ‘dusta dalam hati’) dan dosa yang sudah dilahirkan (disebut ‘dusta’ / ‘kelaliman’ / ‘kata-kata dusta’). Dan text yang kedua juga menggambarkan dosa mula-mula sebagai telur yang belum menetas, yang akhirnya lalu menetas. Semua ini sama-sama menggambarkan dosa yang tidak terlihat (karena masih ada dalam hati) dan dosa yang terlihat (karena sudah dilakukan / diucapkan).

Catatan: semua ini hanya berlaku bagi manusia. Tetapi bagi Allah, dosa yang masih ada di dalam kita atau yang sudah lahir, tetap terlihat.

b) Yakobus 1: 15b: ‘apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut’.

Ayat ini dipakai oleh gereja Roma Katolik untuk mengajar­kan adanya:

1. Dosa besar (mortal sin), yang upahnya maut (bahkan bisa menghancurkan keselamatan orang yang sudah selamat).

2. Dosa kecil (venial sin). Yang ini tidak membawa maut, dan tidak diakui pun tidak apa-apa.

Ajaran ini tidak alkitabiah, karena sekalipun tingkatan-tingkatan dosa itu memang ada, tetapi setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, upahnya juga adalah maut (Roma 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.).

Kalau demikian, lalu apa artinya Yakobus 1: 15b itu? ‘Dosa itu sudah matang’ tidak menunjuk pada satu dosa saja, tetapi menunjuk pada seluruh kehidupan orang yang berbuat dosa itu. Perlu kita ketahui bahwa Allah punya batas untuk banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Sebelum batas itu tercapai, maka Allah bersabar / menunda penghukuman. Tetapi kalau batas itu sudah tercapai, maka Allah akan menghukum.

Kejadian 15:16 - “Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.’”.

Ayat ini berbicara tentang kedurjanaan orang Amori / Kanaan yang belum genap, dan ini menyebabkan mereka belum dihukum / dimusnahkan. Tetapi setelah dosa mereka genap (mencapai batas yang Tuhan tetapkan), maka mereka dihukum / dimusnahkan. 

Kesimpulan: Arti Yakobus 1: 15 ini adalah: keinginan berdosa itu sudah merupakan dosa. Kalau keinginan itu dituruti, maka dosanya menjadi kelihatan. Kalau hal itu terus dilakukan, dan batas dosa yang ditentukan oleh Allah sudah tercapai, maka datanglah maut! Karena itu, kalau saudara berbuat dosa, dan kelihatannya Allah membiarkan saja, hati-hatilah! Siapa tahu, kurang satu dosa saja, pas bandrol, saudara lalu dibuang ke neraka!

2) Sekarang perlu dipersoalkan: apakah pencobaan seperti ini (keinginan yang berdosa) bisa datang dari Allah? Jawabnya ada dalam Yakobus 1: 13: “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun”. Jadi, jawabannya adalah ‘tidak’!

Mengapa hal seperti ini dipersoalkan oleh Yakobus? Karena orang Yahudi mempunyai kepercayaan bahwa dalam diri manusia ada 2 kecondongan: kecondongan untuk berbuat baik dan kecon­dongan untuk berbuat jahat. Kecondongan untuk berbuat jahat itu datang dari setan. Lalu, dari mana setan mendapat hal yang jahat itu? Tidak ada jawaban lain selain: ‘dari Tuhan’. Jadi kesimpulan mereka adalah: Allah adalah sumber / pencip­ta dosa!

Dengan demikian, kalau dalam diri mereka ada keinginan yang berdosa, maka mereka melemparkan tanggung jawab kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai kambing hitam!

Matthew Henry: “We are here taught that God is not the author of any man’s sin. ... The carnal mind is willing to charge its own sins on God. There is something hereditary in this. Our first father Adam tells God, The woman thou gavest me tempted me, thereby, in effect, throwing the blame upon God, for giving him the tempter. Let no man speak thus. It is very bad to sin; but is much worse, when we have done amiss, to charge it upon God, and say it was owing to him” (= Kita diajar di sini bahwa Allah bukanlah pencipta dari dosa manusia yang manapun. ... Pikiran yang bersifat daging mau membebankan dosa-dosanya sendiri kepada Allah. Ada sesuatu yang bersifat turun temurun dalam hal ini. Bapa kita yang pertama, Adam, memberitahu Allah, Perempuan yang Engkau berikan kepadaku mencobai aku, dengan itu, sebenarnya, melemparkan kesalahan kepada Allah, karena memberinya si pencoba. Janganlah siapapun berbicara seperti itu. Adalah sesuatu yang sangat buruk untuk berbuat dosa; tetapi adalah jauh lebih buruk, pada waktu kita telah melakukan yang salah, membebankannya kepada Allah, dan berkata bahwa itu disebabkan oleh Dia).


Karena itulah maka di sini Yakobus membela Allah, dan ia bahkan menegur mereka dalam Yakobus 1: 16-17 - “(16) Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! (17) Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran”. 

Penerapan: Kalau ada orang menyalahkan Allah, apakah saudara berani membela Allah dan menegur orang itu?

Beberapa alasan yang diberikan Yakobus untuk mendukung pandangannya bahwa Allah tidak memberikan pencobaan jenis ini:

a) Allah tidak dapat dicobai dan tidak mencobai (Yakobus 1:13).

Yakobus 1: 13: “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun”.

Artinya: Allah itu suci / murni dan tidak terpengaruh oleh kecondongan dosa. Karena itu maka tidak mungkin Allah menco­bai manusia dengan pencobaan jenis ini (memberi keinginan berdosa).

Catatan: Yakobus 1: 13 ini tidak bertentangan dengan Matius 4:1-11 / Lukas 4:1-13, yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai oleh setan. Mengapa? Karena:

1. Arti kata ‘dicobai’ dalam Yakobus 1: 13 ini adalah ‘tidak terpengaruh oleh kecondongan dosa’, bukan ‘diserang oleh setan’ seperti dalam Mat 4:1-11 / Lukas 4:1-13!

2. Yesus dicobai sebagai manusia, bukan sebagai Allah.

b) Allah adalah sumber dan pencipta kebaikan (Yakobus 1: 17a), dan karenanya Ia tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.
Bahwa Allah adalah sumber dan pencipta kebaikan, ditunjukkan dengan Ia melakukan kelahiran baru (Yakobus 1:18).


Yakobus 1: 17-18: “(17) Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. (18) Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaanNya”.
Kata ‘menjadikan’ dalam Yakobus 1: 18 itu seharusnya adalah ‘melahirkan’.

NIV: ‘He chose to give us birth’ (= Ia memilih untuk melahirkan kita).

NASB: ‘He brought us forth’ (= Ia melahirkan kita).
Catatan: kelahiran baru yang dibicarakan di sini adalah kelahiran baru dalam arti luas (mencakup iman dan pertobatan), bukan kelahiran baru dalam arti sempit. Kalau dalam arti sempit maka tidak digunakan ‘firman kebenaran’!

Perhatikan juga bahwa Ia melakukan kelahiran baru itu ‘atas kehendakNya sendiri’ (Yakobus 1: 18a). Jadi jelas bahwa tanpa kehendak Allah tidak mungkin seseorang bisa beriman / bertobat! 

c) Allah adalah Bapa segala terang (Yakobus 1: 17).

Yakobus 1: 17: “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran”.

Yang dimaksud dengan ‘terang’ adalah pengetahuan ilahi dan kesucian. Semua ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.

d) Allah tidak mungkin berubah (Yakobus 1:17b).

Yakobus 1: 17: “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran”.

Karena itu Ia tidak mungkin sebentar suci, sebentar berdo­sa, sebentar baik, sebentar jahat dsb. Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa Ia tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.

CARA MENGHADAPI PENCOBAAN: EKSPOSISI YAKOBUS 1:12-18
gadget
3) Kalau demikian, keinginan berdosa itu datang dari mana?

Jawabnya ada dalam Yakobus 1: 14: “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya”.

Ayat ini mengatakan bahwa kita dicobai oleh keinginan kita sendiri!

Ini tidak berarti bahwa ada dosa-dosa yang terjadi tanpa campur tangan setan!

Lukas 4:13 - “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari padaNya dan menunggu waktu yang baik”.

1Petrus 5:8 - “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.

Lukas 4:13 dan 1Petrus 5:8 ini menunjukkan bahwa setan selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita ke dalam dosa.

Tetapi di sini Yakobus tidak membahas tentang peranan setan terse­but, karena ia menginginkan supaya kita tidak mencari kambing hitam.

Pada jaman ini ada banyak gereja senang mengkambing-hitamkan setan kalau mereka berbuat dosa. Caranya adalah dengan mengatakan adanya roh zinah, roh kemarahan, roh iri hati dsb, dan menyalahkan roh-roh itu kalau mereka berbuat zinah, marah, iri hati dsb. Pengkambing-hitaman semacam ini adalah salah!

Perhatikan Kejadian 3, pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Mereka jatuh ke dalam dosa karena godaan setan, tetapi Allah tetap menganggap Adam dan Hawa bersalah, dan menghukum mereka!

Karena itu, kalau saudara mempunyai keinginan berdosa, saudaralah yang salah! Saudara yang harus minta ampun kepada Tuhan. Saudara yang harus bertobat!

Penutup:

Kalau kita menghadapi pencobaan dalam bentuk kesukaran / penderitaan, maka kita harus bertahan dan bertekun. Tetapi kalau kita menghadapi pencobaan dalam bentuk keinginan yang berdosa, maka kita tidak boleh mencari kambing hitam, tetapi sebaliknya kita harus mengakui dosa kita dan bertobat! Maukah saudara melakukan hal ini? 

Catatan:

Berdasarkan hasil uraian diatas tentang pencobaan menurut surat Yakobus 1:12-18 dan implikasinya dalam kehidupan orang percaya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pertama, pencobaan merupakan ujian atau godaan, yaitu menguji iman, ketabahan, kesetiaan dan ketaatan seseorang, dan setiap orang percaya akan mengalami pencobaan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, pencobaan seringkali dihubungkan dengan masalah seperti halnya penderitaan, musibah atau bencana dan segala keadaan yang tidak mengenakkan dan tidak menyenangkan, akan tetapi dari pembahasan skripsi ini, dapat ditemukan bahwa pencobaan bukan hanya penderitaan tetapi juga kesenangan dunia (godaan keinginan daging) yang sama-sama bisa menggoyahkan iman seseorang. Tetapi pencobaan bukan untuk dihindari melainkan dihadapi, dengan iman seseorang dapat bertahan dan menjadi dewasa dalam pertumbuhan rohaninya.

2. Kedua, pencobaan dalam Surat Yakobus ada dua macam yang pertama yaitu pencobaan dari luar seperti penderitaan, penganiayaan, kemiskinan, bahkan tekanan, pencobaan seperti ini lebih diartikan sebagai ujian. Yang kedua yaitu pencobaan dari dalam yang timbul dari keinginan diri sendiri atau hafa nafsu kedagingan yang diartikan sebagai godaan.
CARA MENGHADAPI PENCOBAAN: EKSPOSISI YAKOBUS 1:12-18
insurance
3, Ketiga, setiap pencobaan baik dari luar maupun dari dalam semuanya bertujuan untuk menguji iman seseorang, orang yang tahan uji terhadap pencobaan (ujian) akan menghasilkan ketekunan yaitu ketekunan yang sempurna dan utuh, dan orang yang bertahan dalam pencobaan (godaan) akan memperoleh mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah. Maka setiap orang yang lulus dari setiap pencobaan akan dikatakan berbahagia.

Dalam menghadapi setiap pencobaan seseorang membutuhkan hikmat untuk menolongnya menghadapi setiap pencobaan tersebut. Hikmat yang dibutuhkan bukanlah hikmat dunia melainkan hikmat yang daripada Allah sendiri, yang diminta kepada Allah dengan iman tanpa kebimbangan karena Allah akan memberi dengan murah hati. Hikmat yang dari Allah akan menolong orang percaya untuk mengatasi setiap pencobaan, membedakan yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah, dan menolong orang percaya untuk mengerti kehendak Allah.

4. Keempat, meskipun pencobaan bertujuan untuk menguji iman dan membawa seseorang semakin dewasa di dalam iman kepada Kristus, akan tetapi pencobaan tidak pernah berasal dari Allah, karena Allah tidak pernah mencobai siapa pun dan tidak dapat dicobai oleh siapa pun. Segala yang jahat tidak berasal dari Allah, sebaliknya segala yang baik datangnya dari Allah. Yakobus 1:17 mengatakan: “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Setiap kali ujian iman datang, orang-orang percaya harus yakin bahwa ujian tersebut tidak pernah diberikan oleh Allah melainkan Allah mengizinkan pencobaan terjadi hanya untuk menguji iman hamba-hamba-Nya, untuk itu dibutuhkan kesabaran dan ketekunan serta kesetiaan untuk bertahan sampai mencapai ketekunan yang sempurna, utuh dan tak berkekurangan untuk menerima mahkota kehidupan.

5. Kelima, setiap orang percaya dituntut untuk tetap berbahagia bahkan dalam keadaan tersulit sekali pun, orang percaya harus tetap berbahagia meski sedang mengalami pencobaan karena pencobaan bukan untuk melemahkan tetapi untuk menguatkan. Perintah berbahagia diharuskan bukan karena tanpa alasan, tetapi berbahagia mengandung arti bahwa di balik kata kebahagiaan itu ada janji Tuhan bagi setiap orang percaya yaitu mahkota kehidupan atau kekekalan.

Cara menghadapi pencobaan akan menentukan hasil yang akan diterima setiap orang. Setiap orang yang tahan uji akan menerima bagiannya yaitu kesempurnaan dari hasil ketekunannya dan mahkota kehidupan dari hasil kesetiaannya bertahan dari setiap godaan, sementara setiap orang yang tidak tahan uji atau gagal dalam ujian akan dipikat dan diikat oleh keinginan yang melahirkan dosa dan akhirnya dosa membawa kepada maut jika terus membuka peluang terhadap dosa.


6. Keenam, pencobaan sebagai alat atau sarana yang dipakai Allah untuk pertumbuhan iman orang-orang Kristen, pencobaan adalah ujian iman yang berfungsi: Supaya orang percaya menjadi sempurna, supaya orang percaya menjadi utuh, dan supaya orang percaya tidak megalami kekurangan sesuatu apa pun.

7. Ketujuh, pencobaan hanya sarana atau alat yang dipakai untuk menguji iman seseorang, ketika seseorang dapat bertahan dan pada akhirnya mampu melewati setiap ujian (tahan uji) maka akan menghasilkan ketekunan atau ketahanan. Untuk bertahan seseorang memerlukan hikmat dari Allah sebagai penolong untuk menentukan sikap dan berfikir secara positif tentang maksud yang baik dari setiap cobaan yang dialami, dengan hikmat yang diterima dari Allah seseorang dapat bertahan dan membedakan apa yang benar dan yang salah untuk mengambil satu keputusan yang tepat dalam menghadapi setiap percobaan, dan hikmat itu hanya dapat diminta kepada Allah dan diterima oleh oleh orang-orang yang sungguh-sungguh percaya tanpa ada keraguan (bimbang). 

Inti dari semua itu ialah agar iman seseorang menjadi dewasa dalam proses menantikan janji Tuhan hingga ketekunan itu akhirnya menjadi sempurna dan utuh tanpa kekurangan sesuatu apa pun, maka setiap orang percaya yang menang akan menerima janji Allah yaitu mahkota kehidupan kekal.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
https://teologiareformed.blogspot.com/
-AMIN-
Next Post Previous Post