DEBAT ESRA ALFRED SORU VS PDT. BUDI ASALI
Pdt.Budi Asali, M.Div.
--
-
DEBAT ESRA ALFRED SORU VS PDT. BUDI ASALI . Banyak orang yang tahu bahwa saya dan Pdt. Budi Asali adalah teman, patner di dalam debat melawan berbagai kalangan. Bahkan saya sendiri menganggap Pdt. Budi Asali sebagai guru saya, dan seringkali saya undang ke gereja saya GKIN Revival. Tapi banyak yang tidak mengetahui bahwa dulunya saya musuhan dengan beliau secara khusus dalam pandangan teologia.
gadget, education, insurance |
Pernah kami berdua melakukan debat marathon (secara tertulis) sekitar tahun 2002-2003 di mana saya yang mengawalinya dengan menyerang salah satu tulisan Pdt. Budi Asali yang berbicara tentang keselamatan. Sayang sekali serangan saya yang pertama dan tanggapan Pdt. Budi Asali yang pertama tidak terdokumentasi lagi.
Membuka file2 lama, saya hanya menemukan beberapa tanggap menanggap kami di babak kedua dan seterusnya. Untuk itu saya akan mempostingkan secara berseri / bertahap debat kami berdua ini yang akan diawali dengan tanggapan kedua saya terhadap jawaban Pdt. Budi Asali atas serangan saya yang pertama. Ini saya sebut sebagai Part.1.
Saya berharap saudara2 dapat belajar sesuatu dari debat ini sekalugus menunjukan bahwa perdebatan yang panas sekalipun bisa mempunyai manfaat yang baik bahkan tdk jadi penghalang untuk sebuah persahabatan.
Selamat membaca.
FROM : ESRA ALFRED SORU
TO : BUDI ASALI
DATE: Mon, 23 Dec 2002 14:30:03.
Salam!
Terima kasih untuk balasannya.
Terus terang saya agak kaget dengan balasan anda terutama dengan menyebut saya sebagai orang yang kurang ajar dan bahkan anda mempertanyakan kekristenan saya. “Anda Kristen atau kafir?” Tetapi itu tak mengapa. Katakanlah bahwa saya adalah orang kafir dan anda adalah orang Kristen. Namun anda perlu memperhatikan beberapa hal :
1. Anda merasa bahwa saya adalah orang yang kurang ajar karena kalimat saya pada pendahuluan surat saya yang lalu :
“......bagaiman a mungkin seorang manusia berakal seperti anda (yang heran terhadap akalnya Jusuf BS) juga melakukan hal yang sama naifnya? Anda berkata “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa. Mengapa? Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik. Pernyataan anda yang pertama “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa” sebenarnya secara logika sudah mengindikasikan adanya perbuatan baik dari orang berdosa yang nota bene tidak bisa menghapus dosa mereka. Dalam pernyataan kedua anda menulis : “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik” Apakah yang sementara anda katakan ini? Pernyataan anda yang pertama mengindikasikan adanya “perbuatan baik” tetapi selanjutnya anda bantah sendiri dengan pernyataan kedua bahwa manusia diluar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Bukankah anda melakukan hal yang sama naifnya dengan Jusuf BS? Terus terang saya lebih heran lagi karena ternyata ada orang naif yang “menghina” sesama “teman naifnya”.
Namun anda lupa bahwa sebenarnya kalimat saya itu lebih kurang adalah apa yang anda ucapkan sendiri pada Yusuf BS yang berbunyi :
“Saya heran bagaimana seorang manusia yang berakal bisa mengeluarkan 2 pernyataan yang bertentangan seperti ini. Kalau setiap orang kristen bisa berkata: “Keselamatan saya tidak dapat hilang,” bukankah semua itu menuju pada suatu pernyataan “keselamatan tidak dapat hilang” yang berlaku secara umum / untuk semua orang kristen?” (Exodus Paper ; Bisakah Orang Kristen Kehilangan Keselamatan? Bagian IV: Sedikit Tambahan dari Ajaran Yusuf BS)
Jikalau apa yang saya katakan pada anda menjadikan saya seorang yang kurang ajar bahkan kafir, bagaimana dengan apa yang anda katakan pada Yusuf BS? Apakah itu tidak kurang ajar dan apakah itu kalimat seorang Kristen atau seorang kafir? Silahkan anda jawab sendiri!
Anda juga melontarkan kalimat-kalimat yang pedas terhadap Bambang Noorsena :
“Bambang Noorsena adalah seekor bunglon yang selalu menyesuaikan ajarannya dengan orang-orang kepada siapa ia berkhotbah. Ini menyebabkan ia kadang-kadang kelihatan lumayan baik. Ini juga yang menyebabkan ia sangat berbahaya” (Exodus Paper : Pembahasan mengenai Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena Bagian : Kesimpulan).
Yesaya Pariadji :
“.....kalau saudara membaca tulisan maupun mendengarkan khotbah Pdt. Yesaya Pariadji, saudara sama sekali tidak melihat hal itu. Tulisan / khotbahnya mbulet / tanpa arah, bertele-tele, argumentasinya bodoh dan tidak meyakinkan, dan bahkan dengan mudah bisa dipatahkan. Kasarnya, ia bicara / menulis seperti ‘orang yang tidak sekolahan’. (Exodus Paper; Pembahasan mengenai ajaran Yesaya Pariadji dari GBI Tiberias Bagian : Pendahuluan).
dan juga Yusuf BS :
“Pdt. Jusuf B. S. berkata: ‘Jangan mau dituduh iblis. ... Jangan mau ditipu dan dituduh setan!’. Saya pikir kata-katanya ini aneh. Bukankah yang dalam sepanjang bukunya mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang itu adalah dia sendiri? Mengapa sekarang menyalahkan setan / iblis? Saya pikir dialah setan / ilbisnya yang membuat orang kristen ragu-ragu akan keselamatannya! (Exodus Paper ; Bisakah Orang Kristen Kehilangan Keselamatan? Bagian IV: Sedikit Tambahan dari Ajaran Yusuf BS)
Pertanyaan saya adalah apakah itu bukan sesuatu yang kurang ajar? Anda menyebut mereka bodoh, seperti tidak sekolah, bunglon bahkan setan. Apakah yang anda ucapkan ini? Lepas dari benar atau tidaknya ajaran mereka, namun tidak sepantasnyalah kalimat-kalimat seperti itu keluar dari mulut seorang Kristen. Kalau dari mulut orang kafir itu mungkin.Tapi tak apalah, katakan sajalah bahwa anda adalah orang Kristen minimal dalam diskusi kita ini.
2. Kelihatannya anda begitu marah dan emosional sewaktu membaca surat saya yang pertama ketika saya berkata tentang kenaifan-kenaif an yang anda lakukan dan karena itu anda membalasnya dengan kalimat-kalimat yang lebih pedas daripada kata-kata saya :
“Mungkin saya tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu kuran ajar seperti anda....”
“Anda Kristen atau kafir?”
“Anda bukan hanya kurang ajar tetapi ceroboh dan bodoh”
“Kecuali anda adalah orang yang tegar tengkuk dan membutakan diri sendiri”
“Anda sendiri berbicara secara bodoh”
“Anda kelihatannya adalah orang yang sombong sekali...”
“Anda terlalu mudah menyimpulkan secara tidak bertanggung jawab, ngawur dan
tidak teliti”
“...mata anda terlalu banyak kotoran”
“....orang yang brengsek seperti sekarang ini”
Luar biasa! Saya tidak menduga seorang Budi Asali yang nota bene adalah seorang Kristen dapat semarah dan seemosional ini. Rupanya anda bisa marah juga kalau diberi satu kata “naif”. Itu bagus, sebab dengan demikian anda bisa tahu bagaimana perasaan orang yang dikritik dengan kata-kata yang pedas seperti Bambang Noorsena dan Pariadji serta kalangan Kharismatik. Kalau anda marah dan hampir lupa diri, kira-kira bagaimana perasaan dan apa yang diperbuat Bambang Noorsena dan Pariadji ketika membaca kalimat-kalimat pedas anda pada mereka? Sangat baik jika mereka hanya memilih diam daripada meladeni “macan ngamuk” seperti anda. (Anda tidak usah marah dengan sebutan ini karena ini hanyalah kalimat seorang kafir)
Untuk hal ini, biarlah saya memberi nasihat kepada anda :
“Apa pun yang engkau kehendaki diperbuat bagimu, perbuatlah itu kepada orang lain...” (Mat 7:12)
3. Satu kata “naif” yang diberikan pada anda membuat anda menjadi berang dan membalasnya dalam kualitas dan kuantitas yang lebih daripada yang anda terima. (Lihat kembali surat anda pada saya dan bagian kedua dari surat saya ini).
Sayang sekali hal itu sampai terjadi dan yang lebih menyedihkan adalah kalimat-kalimat itu keluar dari seorang Kristen. Anda mungkin berkata bahwa anda hanya membalas kata-kata saya saja. Dengan kata lain apa yang anda buat hanyalah sebuah “reaksi” terhadap sebuah “aksi” tetapi anda lupa bahwa kata-kata saya pada anda hanyalah sebuah “reaksi” juga dari kata-kata anda yang pedas terhadap pihak lain yang adalah aksi pertama dari anda.
Tidak usahlah berang terhadap seorang kafir, tetapi bagi anda seorang Kristen, anda harus ingat bahwa Firman Tuhan menentang setiap dosa baik itu bersifat “aksi” maupun “reaksi”.
Aksi : “Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik…....” (Efs 4:29)
Reaksi : “Mata ganti mata dan gigi ganti gigi, tapi Aku berkata kepadamu janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Matius 5:38-39).
Apa yang anda perbuat ternyata sangat berbeda dengan apa yang dibuat oleh Paulus : “Kalau kami dimaki, kami memberkati” (Baca lengkap I Korintus 4:12-13).
4. Kalau anda cukup mempunyai kerendahan hati dan tidak terlalu sombong (seperti saya), saya ingin memberi saran kepada anda secara khusus dalam hal kritik mengkritik. Adalah baik dan perlu sebuah aktivitas “kritik” namun yang perlu anda perhatikan bukan saja kritik itu sendiri tetapi juga cara menyampaikan kritik. Seringkali kritik kita tidak diterima bukan karena kritik kita tidak baik atau tidak benar tetapi kita salah dalam memilih cara untuk menyampaikan kritik itu. Ingatlah bahwa kekuatan sebuah kritik tidaklah terletak pada pedasnya kata-kata yang anda gunakan. Seandainya anda cukup bijaksana dalam menyampaikan kritik-terhadap lawan-lawan anda, mungkin bukan hanya kritik anda yang dapat diterima dengan baik tetapi juga orang yang anda kritik juga dapat berbalik ke jalan yang benar sambil tetap menghargai anda dan berterimakasih kepada anda. Cobalah anda belajar dari John Stott ketika hendak mengkritik ajaran Kharismatik dimana dengan penuh kerendahan hati dan penuh penghargaan terhadap kaum Kharismatik, kritik itu disampaikan (Baca bagian pendahuluan dari buku John Stott : “BAPTISAN DAN KEPENUHAN ROH KUDUS” terbitan Yayasan Bina Kasih/OMF).
Efs 5:29 : Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia” (Efs 4:29)
Mungkin anda melihat bahwa dalam surat saya yang pertama justru tidak mencerminkan nasihat saya ini tapi perlu anda ketahui bahwa dengan hal itu saya ingin menguji anda untuk mengetahui siapa anda sebenarnya. Itulah umpan saya dan ternyata anda “memakan” umpan saya. Saya jadi tahu siapa anda sebenarnya bahwa anda adalah orang yang cepat marah dan sangat emosional, orang yang tidak siap menerima kritik yang pedas dan juga cepat bereaksi dan lupa kontrol diri (Self control). Maaf karena ini wajar dilakukan oleh seorang kafir.
***************
Baiklah kita akan akan membahas topik kita yakni apakah manusia diluar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik?
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- ----------
I. Dalam balasan anda, anda menuduh saya kurang ajar, ceroboh dan bodoh.
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- ---------
Anda berkata bahwa saya mengutip kata-kata anda secara ngawur dengan membalik urutan kata-kata anda serta memotong kata-kata anda seenak sendiri. Untuk itu saya katakan bahwa anda salah kaprah. Mudah-mudahan ini tidak disengaja. Yang saya kritik adalah bagian lain tetapi anda menuduh saya membalik kata-kata anda dengan memperlihatkan bagian yang lain. Kalimat yang saya kutip adalah bagian awal dari tulisan anda yakni :
“Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa. Mengapa? Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik. Karena kita lahir sebagai orang yang berdosa, maka kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa.” (Exodus Paper; Bisakah Orang Kristen Kehilangan Keselamatan Bagian I : Keselamatan).
Jadi di sana yang saya maksudkan dengan kalimat pertama adalah : “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa” (Ini adalah alasan kedua dari pernyataan pertama anda “Setiap Orang Membutuhkan Keselamatan) dan kalimat kedua adalah “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.” (Ini adalah alasan pertama dari alasan kedua “Setiap Orang Membutuhkan Keselamatan” yaitu “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa”). Jadi saya tidak salah mengutip kata-kata anda. Andalah yang salah lihat dan memperlihatkan bahwa kalimat pertama menurut anda adalah “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik” dan kalimat kedua menurut anda adalah “Kalaupun ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.”
Ingatlah baik-baik bahwa saya tidak pernah menyinggung kalimat “Kalaupun ia bisa berbuat baik…” sungguh disesalkan bahwa yang saya maksudkan adalah bagian lain tetapi anda menjawab dan menuduh saya sembrono dengan memperlihatkan bagian yang lain. Karena saya tidak menyoroti bagian yang anda maksudkan, maka saya tidak berurusan dengan “garis bawah” dari kalimat itu. Kalimat pertama “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa” adalah sebuah pernyataan dan kalimat kedua adalah alasannya “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.”. Karena saya yang mengkritik anda, maka anda harus melihat bagian mana yang saya maksudkan dan bukan bagian yang anda maksudkan. Mudah-mudahan ini bukanlah suatu cara yang halus dan licik untuk menghindar.
Kalimat pertama “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa” sebenarnya sudah mengindikasikan adanya perbuatan baik lalu mengapa pada kalimat kedua (yang merupakan alasan anda yang pertama dari pernyataan “Perbuatan tidak bisa menghapus dosa”) justru berkata bahwa “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.”.
Saya ingin meminjam kata-kata anda yang anda tujukan pada saya :
"Sekarang siapa yang naif / bodoh? Jangan terlalu cepat menuduh dan memaki, anda menjadi terlihat dungu / bebal. Amsal 29:20- “Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu”. (Maaf jika orang kafir hanya dapat meminjam kata-kata orang Kristen).
--------------- --------------- --------------- -------
II. Tentang Kej 6:5 dan 8:21b.
--------------- --------------- --------------- --------
Setelah saya mengkritik ayat-ayat yang anda pakai yakni Kejadian 6:5 dan 8:21b anda lalu menjawab :
“Memang kedua ayat dalam Kejadian itu menggambarkan manusia pada saat itu. Tetapi dengan membandingkan dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, jelas terlihat bahwa keadaan itu berlaku umum.”
Anda lalu mengutipkan ayat-ayat Roma 6:20, Yer 13:23, Yer 4:22, Mat 7:16-18, dll. Hal itu memang baik, tetapi mengapa dalam web site anda, anda tidak memakai semua ayat yang baru anda sebutkan diatas? Apakah karena anda telah saya kritik? Beberapa kali anda menyebutkan bahwa anda menuliskanya dalam sebuah buku :
“Untuk menunjukkan hal itu saya berikan di sini kutipan lengkap dari buku saya itu.”
“Bukankah dalam kontext dari buku saya itu,…..”
padahal saya tidak tahu menahu dengan buku anda. Tulisan anda saya temukan di internet. Hal ini mempunyai 2 kemungkinan :
1. Tulisan di web site anda tidak sama persis dengan tulisan di buku anda. Kalau betul, mengapa? Periksa kembali! Mungkin ini yang membuat anda menuduh saya salah mengutip sebab saya mengutip dari web site anda, dan anda menanggapinya berdasarkan buku anda.
2. Kalau ternyata tidak ada beda antara web site dan buku anda, sangat disayangkan karena ayat-ayat yang baru saja anda sebutkan tidak anda cantumkan dalam buku anda padahal itu adalah sebuah buku yang seharusnya membutuhkan kekuatan argumentasi dalam penulisannya.
Ketika saya mengkritik ayat-ayat yang bersifat descriptif yang anda pakai, anda lalu mengutipkan ayat-ayat lain yang sama sifatnya seperti Yeremia 13:23 dan Yer 4:22.
--------------- --------------- ----
III. Tentang Roma 7:18-19.
--------------- --------------- ----
Menarik untuk menyimak bersama 1 ayat yang anda pakai yakni Roma 7:18-19 yang berbunyi:
“Sebab aku tahu bahwa di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat”.
Mengomentari ayat ini, anda berkata :
Dari ayat ini kelihatan sepintas bahwa dalam diri manusia ada kehendak yang baik. Tetapi jelas bahwa ayat ini tidak boleh ditaf-sirkan bahwa dalam diri manusia berdosa di luar Kristus itu sendiri bisa ada kehendak yang baik, karena:
• penafsiran ini akan bertentangan dengan Ro7:18nya yang mengatakan ‘tidak ada sesuatu yang baik’.
• penafsiran ini juga akan bertentangan dengan Fil2:13 yang berbunyi: ”karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.
Selanjutnya anda mengutip Fil 2:13 dalam berbagai terjemahan seperti KJV, RSV, NASB dan NIV. Dan anda sampai pada sebuah kesimpulan bahwa :
“Ini menunjukkan bahwa baik keinginan maupun kemampuan untuk melakukan apa yang baik itu datang dari Tuhan. Jadi, Ro7:18-19 ini bukan menggambarkan Paulus pada waktu belum kristen, tetapi sesudah ia menjadi kristen (perhatikan bahwa ayat itu menggunakan present tense, bukan past tense). Karena itu ia sudah mempunyai kemauan / kehendak yang baik (dari Roh Kudus), tetapi bagaimanapun apa yang ia capai / lakukan jauh lebih rendah dari apa yang ia kehendaki, dan berdasarkan pengalaman itu ia menuliskan ayat itu. •
Ro8:7-8 - “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah”.
Ro3:10,11,18 yang menunjukkan bahwa orang berdosa itu semuanya tidak berakal budi, tidak mencari Allah dan tidak mempunyai rasa takut kepada Allah.”
Untuk memahami Roma 7:18-19 kita tidak bisa hanya melihat dari ayat itu saja tetapi harus melihat keseluruhan konteksnya. (Saya kira anda cukup paham tentang hal ini). Tidak bisa membantah adanya kehendak baik dari manusia diluar Kristus hanya dengan memperlihatkan satu penggalan kalimat dalam ayat itu “tidak ada sesuatu yang baik” ditambah dengan satu ayat diluar konteks Roma 7:18-19 yakni Fil 2:13. JIKA YANG KITA LIHAT HANYA AYAT ITU SAJA, maka
:
1. Kalau kita berkesimpulan bahwa ada kehendak yang baik dari orang diluar Kristus maka ini bertentangan dengan Roma 7:18 “tidak ada sesuatu yang baik” (menurut kata anda).
2. Kalau kita berkesimpulan bahwa tidak ada kehendak yang baik dari orang diluar Kristus maka bukannya ini juga bertentangan dengan ayat 19 “bukan apa yang aku kehendaki yaitu yang baik…” dan juga “apa yang tidak aku kehendaki yaitu yang jahat….:”. Itu berarti bahwa di dalam diri Paulus ada kehendak yang baik (untuk berbuat yang baik) dan ada kehendak untuk tidak melakukan yang tidak baik.
Persoalannya sekarang adalah apakah Paulus sementara menceritakan masa lalunya (diluar Kristus) atau masa kininya (didalam Kristus)/ Lebih jelasnya Paulus sebelum Kristen atau sesudah Kristen.
Anda berkesimpulan bahwa Rom 7:18-19 bukan menggambarkan Paulus pada waktu belum Kristen tetapi sesudah menjadi Kristen. Namun sayangnya adalah untuk menarik kesimpulan seperti ini anda tidak meneliti konteks Roma 7 tapi justru membahas Fil 2:13 lalu mengambil kesimpulan untuk Roma 7:18-19. (Perhatikan baik-baik jangan sampai anda menuduh saya salah kutip lagi).
Baiklah kita melihat konteks dari Roma 7:18-19 ini.
Dalam ps 6:15-23, Paulus berbicara ttg 2 macam perhambaan yakni perhambaan pada dosa (ayat 17) dan perhambaan kepada kebenaran (ayat 19). Jika seorang menjadi hamba dosa, ia bebas dari kebenaran (ayat 20). Hal menjadi hamba dosa ini diokaitkan dengan hukum Taurat dimana HT dilihat sebagai sesuatu yang kudus , baik dan benar (Roma 7:12) namun oleh HT itu juga manusia mengenal dosa. Dalam ps 7 ini Paulus mulai berbicara ttg HT dalam hubungnnya dengan dosa. Keseluruhan bagian ini dibahas dalam suatu perbandingan antara keselamatan oleh HT dan keselamatan oleh kasih karunia (seperti dibahas dalam pasal-pasal sebelumnya). Marilah kita lihat ungkapan-ungkap an Paulus :
1. “Apakah Hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya justru oleh Hukum Taurat aku telah mengenal dosa…” (ayat 7).
2. “Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan dalam diriku rupa-rupa keinginan sebab tanpa Hukum Taurat dosa ma…(ayat 8)
3. “…..akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, …… aku mati” (ayat 9)
4. “Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk memperdaya aku, dan oleh perintah itu ia membunuh aku…” (ayat 11)
5. “…dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku…” (ayat 13)
6. “Aku bersifat daging terjual dibawah kuasa dosa” (ayat 14)
7. “Kalau demikian, bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku…” (ayat 17)
Dari konteks ini kita dapat melihat bahwa Paulus sementara berbicara tentang keadaan dimana ia masih menjadi hamba dosa dimana ia bebas dari kebenaran (Roma 6:20).
Karena status sebagai hamba dosa yangh takluk dibawah dosa (Rm 6:19) dan bebas dari kebenaran inilah maka Paulus mengalami rentetan pengalaman hidup dibawah tekanan dosa . Itulah sebabnya ia berkata :
“Apa yang aku perbuat aku tidak tahu karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat tetapiu apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui bahwa Hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya tapi dosa yang ada di dalam aku, sebab aku tahu bahwa di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat”. (Roma 7:17-19)
Itulah keadaan Paulus sewaktu berstatus hamba dosa. Jadi sebenarnya ayat ini tidak berbicara tentang Paulus setelah menjadi Kristen. Kalau begitu mengapa ayat ini ditulis dalam bentuk present tense?
Pertama-tama ada kemungkinan bahwa “aku” didalam ayat tersebut bersifat tipikal dimana Paulus berbicara mewakili pengalaman semua manusia diluar Kristus yang selalu ada pada “masa kini”.
Kemungkinan lain adalah bahwa Paulus didalam mebangun argumentasinya, ia menggunakan “Rabinic Argumentation” yaitu maju 2 langkah, mundur selangkah, lalu maju 2 langkah lagi dan mundur selangkah lagi. Dengan argumentasi semacam ini maka Paulus dapat saja bercerita tentang masa lalu seperti benar-benar terjadi pada masa kini.
Konteks umum dalam pembicaraan ini adalah perbandingan keselamatan oleh Hukum Taurat dan oleh kasih karunia. Ketika Paulus telah meninggalkan pembahasan semacam itu pada pasal-pasal sebelumnya, ia terus melangkah maju dengan kembali kebelakang. Sosok Paulus dengan argumentasinya kadang-kadang harus dilhat melampaui struktur bahasa. Jika kita berkata bahwa Rm 7:18-19 itu berbicara ttg keadaan Paulus setelah menjadi Kristen (seperti kesimpulan anda) maka :
a. Bagaimana mungkin seorang Kristen seperti Paulus yang telah dimerdekakan (Rm 6:18) dan telah menjadi hamba kebenaran (Rm 6:19) memperlihatkan dirinya yang sungguh-sungguh takluk dibawah kuasa dosa? Perhatikan kembali kata-kata :
• Dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan dalam diriku rupa-rupa
• keinginan (ayat 8)
• “…dosa mulai hidup (ayat 9)
• “Dosa mendapat kesempatan menipu aku…” (ayat 11)
• dosa…mendatangk an kematian bagiku (ayat 13)
• aku…terjual dibawah kuasa dosa (ayat 14)
• …yang jahat yang aku perbuat (ayat 19)
• dosa yang diam di dalam aku (ayat 20)
Jawab pertanyaan saya : “Apakah ini keadaan seorang Kristen (hamba kebenaran)? Semuanya ini menunjukkan keadaan Paulus sebelum menjadi Kristen.
b. Anda berkata bahwa ini adalah keadaan Paulus setelah Kristen.
“…tetapi bagaimanapun apa yang ia capai/lakukan jauh lebih rendah dari apa yang ia kehendaki”
Perlu anda buka mata dan hati anda untuk melihat bahwa keadaan Paulus yang digambarkan dalam Rom 7 ini bukan hanya sebuah kelemahan tetapi sebuah perhambaan. (Roma 8:34b).
Kalau apa yang ia lakukan tidak mencapai apa yang ia kehendaki berarti ia belum mencapai sasaran. Bukankah pengertian dosa dalam bahasa aslinya adalah meleset atau tidak mencapai sasaran? Dalam hubungan dengan Fil 2:13 lengkap dengan KJV, RSV, NASB dan NIV yang anda kutipkan, anda sampai pada kesimpulan bahwa :
“baik keinginan maupun kemampuan untuk melakukan apa yang baik itu datang dari Tuhan”.
Kalau Rom 7:18-19 berbicara tentang keadaan paulus setelah Kristen, dimana kehendak yang baik dari Paulus datangnya dari Tuhan, maka seharusnya kemampuan untuk berbuat yang baik itu juga datang dari Tuhan. Tapi anehnya Tuhan mampu menimbulkan kehendak baik dalam diri Paulus tetapi tidak mampu membuat Paulus mengalahkan kuasa dosa dalam dirinya sehingga ia tidak bisa berbuat apa yang ia kehendaki dan malah berbuat apa yang tidak ia kehendaki. Mungkin anda berkata bahwa itu adalah kelemahan paulus? Tapi bukankah anda baru membuktikan panjang lebar bahwa kemauan dan kemampuan itu datangnya dari Tuhan? Secara teoritis, jika kemauan dan kemampuan itu datangnya dari Tuhan tetapi secara empiris dan praktis Paulus tidak bisa melakukan yang baik seperti yang ia kehendaki, malah berbuat yang jahat, maka konsekuensiya adalah Allah terlihat lemah dan tak berdaya disini. Ini konsekuensi logis yang sangat berbahaya. Anda mungkin menolak hal ini, tetapi itu adalah konsekuensi logis dari kesimpulan anda. Allah tidak lemah dan tak berdaya tetapi teori anda menjadikan-Nya seperti itu.
Izinkan saya mengutip kata-kata anda : “anda menjadi terlihat dungu / bebal. Amsal 29:20- “Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu”.
c. Kalau ayat itu berbicara ttg Paulus setelah Kristen, itu berarti bahwa seorang yang telah berada di dalam Kristus masih bisa berbuat yang jahat. Dengan kata lain seorang hamba kebenaran ternyata masih bisa dipengaruhi bahkan diperbudak oleh dosa (ini konsekuensi dari kesimpulan anda), untuk melakukan hal-hal yang jahat. Kalau begitu, terbuka kemungkinan juga untuk seorang hamba dosa (diluar Kristus) dipengaruhi bahkan diperbudak untuk melakukan hal-hal yang baik. Kalau seorang yang telah berada di dalam Kristus bisa berkata : “aku mau melakukan yang baik tertapi ternyata yang jahat yang aku perbuat” maka mungkin juga bagi seorang diluar Kristus berkata : “aku mau melakukan yang jahat tetapi ternyata yang baik yang aku perbuat”. Bagaimana menurut anda? Sungguh saya sangat kaget melihat betapa bahayanya kesimpulan anda.
Jadi, dari semua segi ternyata lebih dapat diterima bahwa Rm 7:18-19 bercerita ttg keadaan Paulus sebelum menjadi Kristen. Dengan demikian maka jelaslah sudah bahwa ternyata di dalam diri seorang diluar Kristus pun ada kehendak untuk berbuat yang baik.
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- ------------
IV. Selanjutnya tentang ayat Yoh 14:15 yang anda pakai untuk menolak adanya perbuatan baik dari manusia diluar Kristus.
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- ------------
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.
Menjawab kritik saya, anda menulis :
“Ayat ini memang mengatakan bahwa orang yang mengasihi Yesus akan mentaati Dia. Tetapi saya berpendapat bahwa secara implicit melalui ayat itu Yesus ingin mengajarkan bahwa ketaatan yang benar adalah ketaatan yang muncul dari hati yang mengasihi Dia. Orang yang ‘mentaati’ tanpa mengasihi Yesus sebetulnya ‘melakukan perbuatan baik’ tanpa mempedulikan Yesus / Tuhan, dan ini tidak baik! ‘Perbuatan baik’ yang tidak berhubungan dengan Yesus bukanlah perbuatan baik (di hadapan Allah)”.
Kelihatannya anda tidak dapat melihat maksud dari keberatan saya. Saya akui bahwa ketaatan yang benar adalah ketaatan yang lahir dari hati yang mengasihi Yesus, tetapi konteks dari ayat ini berbicara tentang orang-orang yang sudah mengenal dan mengasihi Yesus. Jadi ketaatan mereka harus bersumber dari kasih mereka pada Yesus. Tetapi masalah yang kita bahas ini adalah menyangkut orang-orang diluar Kristus. Jadi perbuatan baik yang mereka lakukan tidak boleh dilihat sebagai “ketaatan” apalagi “ketaatan tanpa kasih” sebab mereka tidak tahu menahu dengan perintah Yesus. Bagaimana mungkin seseorang dikatakan taat terhadap sesuatu atau seseorang padahal ia tidak pernah mengenal; apalagi mengasihi sesuatu atau seseorang itu?
Kutipan-kutipan anda dari William Hendrikson, Pulpit Comentary dan Spurgeon itu benar tetapi tidak pas sasaran atau tidak relevan. Ingat bahwa perbuatan baik orang-orang diluar Kristus tidak punya hubungan dengan ketaatan dan kasih terhadap Kristus jadi perbuatan baik mereka tidak dapat dilihat sebagai dosa dengan alasan ketaatan tanpa kasih atau ketaatan tanpa mempedulikan Tuhan. Anda berkata bahwa orang yang mentaati tanpa mengasihi sebenarnya melakukan perbuatan baik tanpa mempedulikan Yesus / Tuhan dan itu tidak baik. Yang perlu anda ketahui adalah bahwa sesuatu itu bisa dipedulikan dan bisa tidak dipedulikan kalau sesuatu itu diketahui atau dikenal. Sedangkan orang-orang diluar Kristus sama sekali tidak mengenal Kristus maka mereka tidak bisa disebut tidak mempedulikan Kristus.
Saya ingin meminjam kata-kata anda lagi : Saya harap semua ini cukup untuk meyakinkan anda kecuali anda adalah orang tegar tengkuk yang membutakan dirinya sendiri.
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --
V. Dasar lain yang anda pakai adalah I Kor 10:31 : “: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --
Menanggapi kritik saya terhadap penggunaan ayat ini, anda menjawab :
“1Kor 10:31 itu merupakan suatu perintah! Baca ayat itu sekali lagi! Kalau itu perintah, dan ada orang yang tidak melakukan perintah itu, apakah ia tidak berbuat dosa?”
Sekali lagi ternyata pikiran anda terlalu sederhana. I Kor 10:31 itu memang sebuah perintah. Tapi pikiran kita tidak boleh cukup sampai disitu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah “perintah untuk siapa?” Dengan demikian, setiap orang yang kepada mereka perintah itu diperuntukkan dan mereka tidak mentaatinya maka merekalah yang berdosa.
Sebuah asrama sekolah teologia memberi perintah agar semua mahasiswanya harus bekerja bakti setiap jam 6 pagi. Ternyata pada jam 6 pagi seorang dosen malah asyik berolah raga. Apakah dosen itu bersalah? Tentu tidak! Sebab perintah itu didak ditujukan pada dosen tetapi pada mahasiswa.
Dengan demikian, jika suatu perintah tidak dilakukan belum tentu itu salah/ dosa. Masih bergantung pada apakah perintah itu ditujukan pada orang yang tidak melakukan perintah itu atau bukan. Dalam kritik saya pertama kali tentang ayat ini, telah saya jelaskan bahwa konteks ayat ini ditujukan kepada sesama orang percaya agar saling menghargai dan menjaga sehingga tidak ada yang tersandung hati nuraninya karena tindakan saudara-saudara yang lain. Jadi sebenarnya perintah dalam ayat ini ditujukan bagi orang-orang percaya agar dalam hal makan, minum dan melakukan hal yang lain, semuanya dilakukan untuk kemuliaan Allah dan bukan untuk orang-orang diluar Kristus. Jadi walaupun itu adalah perintah, tapi jika perintah itu tidak dilakukan oleh orang diluar Kristus maka itu tidak dapat dilihat sebagai dosa sebab mengenal Allah saka tyidak apalagi melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya? Aneh sekali bahwa pikiran anda tidak sampai pada hal ini.
Anda mempertanyakan kata “seharusnya” yang saya gunakan. Tapi anda lupa bahwa kata “seharusnya” itu ditujukan bagi orang-orang percaya, jadi bukan untuk orang-orang diluar Kristus. Jadi penggunaan kata “seharusnya” masih cocok sesuai dengan konteks. Dengan demikian saya tidak menentang kata-kata sendiri seperti yang anda tuduhkan. Saya juga tidak berbicara secara bodoh. Bukankah andalah yang memperlihatkan kebodohan dengan tidak bisa melihat kepada siapa kata “seharusnya” itu ditujukan?
Selanjutnya anda berkata :
“…tetapi Paulus dalam memberi kesimpulan dalam 1Kor 10:31 itu menjadikannya sebagai hukum / keharusan yang bersifat umum, bukan hanya berkenaan dengan makan persembahan berhala. Ini nyata dari kata-kata ‘atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain’ yang ia tambahkan dalam 1Kor 10:31 itu , yang jelas bisa diarahkan pada tindakan apapun!”
Saya memang menyinggung konteks ttg memakan makanan berhala tetapi tidak pernah berkata bahwa I Kor 10:31 hanya untuk kasus memakan makanan berhala. Jadi sebenarnya jawaban dan penjelasan anda ini tidak pada tempatnya dan tidak berhubungan dengan apa yang menjadi persoalan dalam diskusi ini. Untuk semuanya itu, biarlah saya memberi nasihat pada anda agar di dalam berdebat / menjawab sebuah pertanyaan, anda harus bisa melihat bagian mana yang menjadi titik persoalan sehingga jangan sampai yang ditanyakan/ yang dipersoalkan adalah hal lain tapi anda menjawab hal yang lain seperti yang anda buat sekarang ini. Sudilah orang Kristen punya kerendahan hati untuk menerima nasihat orang kafir ini.
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------
VI. Setelah saya mengkritik hermeneutika anda, anda lalu melihat saya sebagai orang yang sombong dan menganggap diri luar biasa pandai.
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------
Ingatlah bahwa kita masih dalam rangka berdiskusi dan berdebat dan masing-masing masih menganggap bahwa pendapatnyalah yang benar dan pandangan pihak lawan adalah keliru. Karena itu wajar jika saya tidak dapat menerima hermeneutika anda demikian pula sebaliknya. Lalu apakah hanya karena hal itu saya dilihat sebagai orang yang sombong dan menganggap diri luar biasa pandai? Lalu bagaimana dengan klaim anda tentang hermeneutika dari lawan-lawan anda?
“Jaman sekarang, khususnya dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, karena kurangnya / tidak adanya pengertian tentang Hermeneutics, yang menyebabkan mereka tidak membedakan antara bagian yang bersifat Descriptive dan bagian yang bersifat Didactic, maka ada banyak pengajaran salah yang ditimbulkan, karena mereka menggunakan bagian yang bersifat descriptive sebagai rumus / hukum / norma, seolah-olah itu adalah bagian yang bersifat didactic” ((Exodus Paper; Pembahasan mengenai ajaran Yesaya Pariadji dari GBI Tiberias Bagian II : Ajaran-jaran Pdt. Yesaya Pariadji).
Melihat kalimat anda itu, maka dengan memakai logika anda, apakah itu tidak menunjukkan bahwa anda juga adalah orang yang sombong dan menganggap diri luar biasa pandai? Mungkin anda berkata bahwa mereka memang salah dalam menafsir dan andalah yang benar, tapi ingat bahwa itu masih menurut anda. Bukankah dalam diskuis dengan anda, saya merasa bahwa sayalah yang benar dan
andalah yang salah dalam menafsir? Dan itu masih menurut saya (karena anda belum mengakuinya). Kalau karena hal itu saya dianggap sombong, seharusnya anda menganggap diri anda juga demikian.
Di atas telah saya kemukakan tanggapan-tangg apan saya terhadap bagian-bagian/ ayat-ayat yang anda gunakan. Ternyata sekali lagi ayat-ayat itu tidak relevan dengan topik yang dibahas. Salahkah saya jika saya meragukan dan menolak hermeneutika anda? Anda menuduh mata saya yang banyak kotoran karena saya melihat anda melakukan eisegesis dan bukan eksegesis. Dengan semua penjelasan saya di atas, sekarang biarlah saya bertanya : apakah mata saya yang kotor? Ataukah ‘kaca jendela’ saya yang kotor? Ataukah memang ‘pakaian’ yang anda jemur itu masih kotor? Periksa kembali ‘pakaian’ yang anda jemur karena saya sudah memperlihatkan bahwa dengan semua argumentasi bahwa ‘kaca jendela’ dan ‘mata’ saya tidak kotor.
Mat 7:3-5 : “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan
selumbar itu dari mata saudaramu.’”.
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- ------------
VII. Menyangkut masalah kebaikan yang bersifat relasional (relasi vertikal dan horisontal).
--------------- --------------- --------------- --------------- --------------- --------------- ------------
Anda membantah apa yang saya katakan tentang kisah Yusuf dimana ia memakai 2 kata yakni “kejahatan” dan “dosa”. Mungkin betul seperti yang anda katakan dalam contoh Daud bahwa kedua kata itu ditujukan kepada Tuhan (Maz 51:6) tetapi anda juga harus sadar bahwa “dosa” adalah sebuah terminologi teologis sedangkan kata “kejahatan” dipakai dalam terminologi ganda yakni teologis maupun sosial.
Dengan demikian sebenarnya pengakuan Daud seperti itu tidak dapat meruntuhkan kesimpulan saya sebab bukankah “kejahatan” itu adalah “dosa” kepada Tuhan? Jika kita berkata bahwa sesuatu itu “jahat” (dalam terminologti sosial), maka secara otomatis hal itu adalah dosa kepada Tuhan (dalam terminologi teologis). Jadi sekali lagi, setiap kejahatan kepada sesama adalah dosa kepada Tuhan. Daud dengan berzinah dan membunuh Uria membuat dia berdosa kepada Tuhan (secara vertikal) dan juga berbuat jahat kepada Uria (secara horisontal). Ia berdosa karena melanggar hukum Tuhan tentang perzinahan dan pembunuhan, ia berbuat jahat karena merampas isteri orang dan membunuh. Kalau begitu bukankah kejahatan Daud juga adalah dosa dihadapan Tuhan. Karena itulah Daud berdoa seperti dalam Maz 51:6.
Perlu ditambahkan pula bahwa doa Daud : “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah …” tidak boleh dilihat dalam pengertian kuantitas melainkan finalitas. Maksudnya adalah bahwa dengan doa semacam itu Daud tidak menyangkali kejahatannya terhadap Uria tetapi ia mengakui bahwa pada akhirnya semuanya itu menjadi dosa dan kejahatan di hadapan Tuhan. Dengan demikian doa Daud dan juga contoh-contoh yang anda berikan tidak dapat menghapus fakta bahwa baik kejahatan/dosa maupun kebaikan itu bersifat relasional yakni relasi vertikal dan horisontal.
Sebenarnya anda telah mengakui hal ini dengan berkesimpulan bahwa :
“Dari semua ini, dan juga masih ada banyak sekali contoh-contoh lain terlihat dengan jelas bahwa sekalipun dosa / perbuatan baik kepada sesama itu ada, tetapi Kitab Suci jauh lebih menekankan dosa / perbuatan baik kepada Tuhan!”
Kesimpulan ini dapat diterima, dan saya setuju! Tetapi sekali lagi anda tidak dapat melihat titik masalah yang sementara kita bahas. Semua argumentasi anda itu menjelaskan bahwa kitab suci lebih menekankan dosa/perbuatan baik kepada Tuhan dan bukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbuatan baik secara horisontal. Bukankah dengan kesimpulan itu berarti anda setuju bahwa ternyata ada perbuatan baik yang bersifat horisontal.
Lihat kembali kalimat anda :
“…..jelas bahwa sekalipun dosa / perbuatan baik kepada sesama itu ada…”
Jadi anda mengakui bahwa itu ada kan? Kalau itu ada, mengapa anda menutup kemungkinan bahwa hal itu bisa ada/dilakukan oleh orang-orang diluar Kristus? Dosa dan kebaikan itu bersifat relasional karena dosa dan kebaikan itu ada baik dalam relasi vertikal maupun relasi horisontal. Lihatlah
contoh-contoh :
• Raja Koresy mengijinkan dan membantu dalam pembangunan rumah Allah (Ezra 1:1-11). Tapi semuanya itu terjadi karena Allah lah yang menggerakkan hatinya. Ez 1:1 : “…Tuhan menggerakkan hati Koresy, untuk menggenapkan Firman yang diucapkan oleh Yeremia…”. Coba anda jawab : apa yang dibuat Koresy ini adalah kebaikan (horisontal) atau dosa (menurut teori anda). Kalau ini kebaikan, berarti teori anda gugur. Kalau ini bukan kebaikan bahkan menurut anda adalah dosa, apakah itu berarti bahwa Allah menggerakkan hati Koresy untuk berbuat dosa? Jelas-jelas dikatakan bahwa hal itu dilakukan Allah untuk menggenapkan firman-Nya yang dinubuatkan oleh Yeremia. Jadi jelas ini adalah kebaikan. Dengan kata lain Allah dapat memakai orang kafir untuk melakukan apa yang baik.
• Raja Firaun yang memberi kedudukan bagi Yusuf di Mesir (Kej 41:37-57). Apakah ini dosa atau kebaikan? Ini jelas kebaikan sebab Allahlah yang bekerja di balik semuanya itu.
• Orang-orang Mesir yang bermurah hati untuk memberikan harta benda bagi orang Israel yang akan keluar dari Mesir (Kel 12:35-36) : Ayat 35 : “Dan Tuhan membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga mereka memenuhi permintaan mereka…” Itu kebaikan atau dosa? Sebelum anda mengatakan itu dosa, ingatlah bahwa dalam semua kasus itu, Allah lah yang ada dibaliknya.
• Yesus sendiri secara implisit menyatakan bahwa orang jahat pun dapat berbuat kebaikan. Mat 7:9-11 : “Adakah seorang dari apdamu yang memberi batu kepada anaknya jika ia meminta roti, atau memberi ular jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu…..”
Semua contoh di atas memperlihatkan adanya perbuatan baik dari orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan Allah yang menggerakkan mereka. Kalau begitu ini selaras juga dengan kata-kata anda bahwa kemauan untuk berbuat baik itu datang dari Tuhan. Contoh-contoh ini memberi kesimpulan bahwa di dalam diri orang di luar Kristus pun ada perbuatan baik dan kemauan untuk berbuat yang baik itu bisa datang dari Allah. Kalau begitu betapa celakanya jika anda mengklaim itu sebagai dosa.
Pinjam kata-kata anda : Saya harap semua ini cukup untuk meyakinkan anda kecuali anda adalah orang tegar tengkuk yang membutakan dirinya sendiri.
Jadi sekali lagi walaupun Allah lebih menekankan yang vertikal, ingatlah bahwa kita tidak membahas yang mana yang ditekankan Allah tetapi apakah itu ada atau tidak. Alkitab berkata “kesalehan manusia seperti kain yang kotor”. Itu berarti bahwa kesalehan manusia itu ada, hanya saja Allah melihatnya sebagai kain yang kotor dan dengan demikian tidak mempunyai nilai keselamatan.
Dengan demikian sebenarnya ‘perbuatan baik’ dari orang diluar Kristus dilihat sebagai kebaikan itu sendiri (secara horisontal) yang memang ada (anda telah mengakuinya) walaupun Alkitab memberi tekanan pada yang vertikal. Jadi kesimpulan anda benar dan berarti anda membenarkan pendapat
saya. Terima kasih!
--------------- --------------- --------
VIII. Masalah konteks tulisan.
--------------- --------------- --------
Anda menulis :
“Anda tidak melihat kontext yang sedang saya bahas. Bukankah dalam kontext dari buku saya itu, saya sedang membahas tentang keselamatan karena perbuatan baik? Saya bukannya sedang membahas kehidupan moral. Karena itu saya menyoroti perbuatan baik dari sudut Tuhan! Penyorotan anda tentang perbuatan baik dalam pandangan manusia tidak relevan di sini!”
Memang konteks yang anda bahas adalah “Keselamatan karena Perbuatan baik?” dan karena itu anda menyoroti “perbuatan baik” dari sudut Tuhan. Saya tahu hal itu, tetapi maksud saya adalah bahwa Tuhan tidak mempertimbangka n perbuatan baik manusia, itu tidak berarti bahwa perbuatan baik manusia diluar Kristus itu tidak ada. Kalau anda membahas “perbuatan baik” dari sudut Tuhan, seharusnya anda berkesimpulan bahwa sekalipun perbuatan baik manusia diluar Kristus itu ada, tapi Allah tidak memperhitungkan nya sama sekali dan dengan demikian itu sama sekali tidak mempunyai nilai keselamatan. Dan bukannya anda mengatakan bahwa manusia di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik. Kalau anda menyoroti dari sudut Tuhan, mengapa anda membangun argumen dari sisi manusia dengan berkata “manusia diluar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik”. Jadi disini anda memperlihatkan inkonsistensi sendiri. Lebih dari itu saya tambahkan bahwa saya sangat setuju dengan anda bahwa perbuatan baik manusia itu tidak bisa menyelamatkanny a.
--------------- --------------- --------------- --------------- ----
IX. Menyangkut “Total Depravity” (Kebejatan total).
--------------- --------------- --------------- --------------- ----
Bagi saya, ketotalan dari kebejatan manusia berdosa tidak terletak pada keseluruhan potensi manusia untuk berbuat baik tetapi pada keseluruhan aspek dari manusia itu sesuai dengan “rupa dan gambar” Allah (Imago Dei) dalam dirinya. Dengan kata lain “Total Depravity” menunjuk pada terjadinya distorsi dalam keseluruhan aspek manusia dan bukan pada “kepunahan” seluruh potensi manusia untuk berbuat kebaikan. Penyembahan berhala menunjukkan bahwa sebenarnya di dalam diri manusia itu masih ada sifat religius (manusia sebagai makhluk rohani) walaupun yang disembah bukanlah Tuhan yang benar. Mengapa? Karena sifat itu telah mengalami distorsi. Yang dimaksud dengan “distorsi” disini adalah tidak digunakan untuk tujuan yang sebenarnya. Masih banyak aspek manusia yang masih ada (walau distortif) seperti pengetahuan, moral, dsb.
Jadi ternyata sebejat-bejatny a manusia, tetapi ia masih adalah manusia yang memiliki “Imago Dei” di dalam dirinya (walau distortif). Ini jelas membedakan manusia berdosa dengan monyet seperti dalam ilustrasi anda.
--------------- --------------- --------
X. Sedikit nasihat Untuk Anda.
--------------- --------------- --------
Jika anda masih mempunyai keberatan, kita dapat melanjutkan diskusi ini, tetapi khusus untuk pribadi anda (bukan teologia anda) yang penuh dengan amarah, cepat emosional dan kalimat-kalimat kotor anda yang tidak memuliakan Tuhan (Ingat I Kor 10:31?) serta makian-makian anda, biarkanlah saya memberi sedikit nasihat yang juga adalah pinjaman dari anda :
“Datanglah dan percayalah kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat supaya anda diampuni, mendapatkan keselamatan / hidup kekal dan maju dalam pengudusan sehingga anda berhenti menjadi ORANG YANG BRENGSEK seperti sekarang ini!”
NB.
• Terima kasih untuk kesediaan menerima tantangan saya, dan saya tetap menunggu anda juga.
• Ijinkanlah saya mengucapkan “SELAMAT HARI NATAL DAN TAHUN BARU” Semoga Tuhan Yesus memampukan anda untuk melakukan yang baik seperti yang anda inginkan.
Salam
Berikut ini saya berikan kelanjutan debat antara saya dan Pak Budi Asali, dan kali ini adalah tanggapan balik Pdt. Budi Asali terhadap saya. Tanggapan baliknya di sisipkan diantara kata2 saya.
Catatan : Bagi yang tidak tahu duduk perkara debat ini, silahkan baca Part 1 terlebih dahulu. (Lihat di wall saya, postingan 17 April 2015).
************
ESRA SORU :
---------------
Terus terang saya agak kaget dengan balasan anda terutama dengan menyebut saya sebagai orang yang kurang ajar dan bahkan anda mempertanyakan kekristenan saya. “Anda Kristen atau kafir?” Tetapi itu tak mengapa. Katakanlah bahwa saya adalah orang kafir dan anda adalah orang Kristen. Namun anda perlu memperhatikan beberapa hal :
1. Anda merasa bahwa saya adalah orang yang kurang ajar karena kalimat saya pada pendahuluan surat saya yang lalu :
“......bagaiman a mungkin seorang manusia berakal seperti anda (yang heran terhadap akalnya Jusuf BS) juga melakukan hal yang sama naifnya? Anda berkata “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa. Mengapa? Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik. Pernyataan anda yang pertama “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa” sebenarnya secara logika sudah mengindikasikan adanya perbuatan baik dari orang berdosa yang nota bene tidak bisa menghapus dosa mereka. Dalam pernyataan kedua anda menulis : “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik” Apakah yang sementara anda katakan ini? Pernyataan anda yang pertama mengindikasikan adanya “perbuatan baik” tetapi selanjutnya anda bantah sendiri dengan pernyataan kedua bahwa manusia diluar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Bukankah anda melakukan hal yang sama naifnya dengan Jusuf BS? Terus terang saya lebih heran lagi karena ternyata ada orang naif yang “menghina” sesama “teman naifnya”.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Ini sudah saya jelaskan. Anda berlagak bodoh / pura-pura tidak mengerti atau memang bodoh??
==========
ESRA SORU :
--------------- --
Namun anda lupa bahwa sebenarnya kalimat saya itu lebih kurang adalah apa yang anda ucapkan sendiri pada Yusuf BS yang berbunyi :
“Saya heran bagaimana seorang manusia yang berakal bisa mengeluarkan 2 pernyataan yang bertentangan seperti ini. Kalau setiap orang kristen bisa berkata: “Keselamatan saya tidak dapat hilang,” bukankah semua itu menuju pada suatu pernyataan “keselamatan tidak dapat hilang” yang berlaku secara umum / untuk semua orang kristen?” (Exodus Paper ; Bisakah Orang Kristen Kehilangan Keselamatan? Bagian IV: Sedikit Tambahan dari Ajaran Yusuf BS)
Jikalau apa yang saya katakan pada anda menjadikan saya seorang yang kurang ajar bahkan kafir, bagaimana dengan apa yang anda katakan pada Yusuf BS? Apakah itu tidak kurang ajar dan apakah itu kalimat seorang Kristen atau seorang kafir? Silahkan anda jawab sendiri!
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Anda menghakimi secara bodoh tanpa mengerti apapun yang melatar-belakan gi sikap dan kata-kata saya terhadap Jusuf BS. Makanya jangan jadi orang sok pinter. Kalau anda melihat saya memukul seseorang, tanpa tahu apa sebabnya, maka sebetulnya kalau anda adalah orang yang bijaksana, anda tanya dulu apa sebabnya saya memukul dia. Kalau karena anda melihat saya memukul orang itu, dan anda tahu-tahu mamukul saya, sudah barang tentu saya balas.
Mau tahu latar belakangnya mengapa saya bersikap keras terhadap dia? Kalau mau tahu baca buku karangan Jusuf BS yang berjudul ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, dan juga buku Keselamatan bersayarat atau tanpa syarat’. Buku kedua ini karangan seseorang yang bernama Guy Duty, tetapi diterjemahkan oleh Jusuf BS / gerejanya Jusuf BS. Buku itu bukan cuma menyerang Calvinisme (saya seorang Calvinist), tetapi juga memaki-maki / memfitnah Calvin dan Agustinus, dan juga memutar-balikkan ajaran Calvinisme, dan baru sesudah itu menyerangnya. Jadi saya punya alasan untuk bersikap keras terhadap dia, karena pada waktu dia memperlakukan Calvinisme seperti itu, saya menganggap dia menyerang saya. Saya tidak apa-apa Calvinisme diserang, selama serangannya fair, tetapi kalau difitnah sercara kurang ajar, itu lain ceritanya. Karena itu saya menerbitkan buku berjudul ‘Calvinisme yang difitnah’, dan saya kirimkan kepada Jusuf BS, tetapi orang pengecut itu tidak berani menanggapi. Tetapi anda tidak kenal saya, tahupun tidak, tanpa ada hujan atau angin tahu-tahu memaki saya. Karena itu saya katakan anda kafir dan kurang ajar!
========
ESRA SORU :
--------------- --
Anda juga melontarkan kalimat-kalimat yang pedas terhadap Bambang Noorsena :
“Bambang Noorsena adalah seekor bunglon yang selalu menyesuaikan ajarannya dengan orang-orang kepada siapa ia berkhotbah. Ini menyebabkan ia kadang-kadang kelihatan lumayan baik. Ini juga yang menyebabkan ia sangat berbahaya” (Exodus Paper : Pembahasan mengenai Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena Bagian : Kesimpulan).
Yesaya Pariadji :
“.....kalau saudara membaca tulisan maupun mendengarkan khotbah Pdt. Yesaya Pariadji, saudara sama sekali tidak melihat hal itu. Tulisan / khotbahnya mbulet / tanpa arah, bertele-tele, argumentasinya bodoh dan tidak meyakinkan, dan bahkan dengan mudah bisa dipatahkan. Kasarnya, ia bicara / menulis seperti ‘orang yang tidak sekolahan’. (Exodus Paper; Pembahasan mengenai ajaran Yesaya Pariadji dari GBI Tiberias Bagian : Pendahuluan).
dan juga Yusuf BS :
“Pdt. Jusuf B. S. berkata: ‘Jangan mau dituduh iblis. ... Jangan mau ditipu dan dituduh setan!’. Saya pikir kata-katanya ini aneh. Bukankah yang dalam sepanjang bukunya mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang itu adalah dia sendiri? Mengapa sekarang menyalahkan setan / iblis? Saya pikir dialah setan / ilbisnya yang membuat orang kristen ragu-ragu akan keselamatannya! (Exodus Paper ; Bisakah Orang Kristen Kehilangan Keselamatan? Bagian IV: Sedikit Tambahan dari Ajaran Yusuf BS)
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
He he he. Anda rupanya sudah banyak membaca tulisan saya ya. Tapi lagi-lagi anda secara usil ikut campur tanpa tahu latar belakangnya. Memangnya anda polisi? Apa hak anda untuk ikut campur? Anda memang orang yang lancang dan usil. Tetapi ini penjelasan saya. Jusuf BS sebetulnya tidak saya anggap sebagai orang sesat. Jadi kalau saya bersikap keras dan menggunakan kata-kata keras terhadap dia, itu karena fitnah yang dia lakukan terhadap Calvinisme.
Tetapi lain halnya dengan Bambang Noorsena dan Yesaya Pariadji yang memang saya anggap sebagai sesat / nabi palsu, karena ajarannya salah secara dasari. Bambang Noorsena mempercayai Yesus hanya sebagai Tuan, bukan sebagai Tuhan, juga ia tidak percaya doktrin Allah Tritunggal, ketidak-bersalaha n Kitab Suci, dan sebagainya. Siapapun yang tidak menganggap ini sebagai sesat, dia sendiri pasti sesat. Yesaya Pariadji percaya keselamatan karena perbuatan baik, menyalahgunakan minyak urapan, baptisan dan Perjamuan Kudus, dan sebagainya. Kalau anda tidak setuju dengan saya bahwa mereka ini memang sesat / nabi palsu, maka anda pasti juga segolongan dengan mereka. Karena mereka sesat, maka saya menggunakan kata-kata keras. Bambang Noorsena pernah konfrontasi langsung dengan saya. Yang maju anak buahnya, dan saya habisi dalam suatu perdebatan (ada rekaman kasetnya, saya bisa membuktikan). Bambang Noorsena sendiri saya datangi dan saya tantang untuk berdebat dan dia tidak berani. Lalu STRIS mengadakan acara antara Bambang Noorsena vs saya. Hari pertama Bambang Noorsena disuruh berkhotbah untuk menyampaikan pandangannya tentang Gereja Orthodox Syria, dan hari kedua saya disuruh menanggapi. Ternyata apa yang dia ajarkan sama sekali berbeda dengan apa yang biasanya dia ajarkan (saya punya bukti kaset2 tentang ajaran2nya biasanya). Jadi dia menyesuaikan ajarannya dengan tempat dia mengajar. Karena itu saya menyebutnya sebagai bunglon, penipu, dan sebagainya. Lagi-lagi kalau anda tidak setuju dengan saya dalam hal ini, ya anda sama bejadnya dengan dia.
Yesaya Pariadji betul-betul orang yang memuakkan bagi saya, karena kesombongan rohaninya (ia menganggap diri pasti masuk surga karena dia saleh, dan sebagainya, ini saya buktikan dengan kutipan-kutipan yang saya ambil dari majalahnya), dan karena itu saya menggunakan kata-kata keras. Ini sebetulnya saya tujukan untuk orang-orang luar supaya tidak terjerat oleh kesesatannya. Kalau di rumah anda ada racun, bagaimana anda memberi tahu anak anda? Hanya mengatakan bahwa itu adalah makanan yang tidak sehat? Atau dengan kata-kata keras menyebutnya terang-terangan sebagai racun?
Saya berpendapat bahwa bersikap keras dan menggunakan kata-kata keras untuk orang sesat, merupakan suatu keharusan. Nabi-nabi, Yohanes Pembaptis, Yesus dan rasul-rasul juga menggunakan sikap dan kata-kata seperti itu (Mat 23 Gal 1:6-9 Mat 3 dan sebagainya). Jadi saya tidak menyesali sikap itu, dan bahkan akan mempertahankann ya. COBA TUNJUKKAN KEPADA SAYA DASAR KITAB SUCI MANA YANG ANDA PAKAI YANG MENGHARUSKAN SAYA BERLAKU LEMAH LEMBUT TERHADAP SEORANG NABI PALSU! Kalau anda tidak setuju dengan kata-kata keras saya terhadap para nabi palsu itu, bagaimana sikap anda terhadap Yesus, rasul-rasul, nabi-nabi, dsb, yang juga menggunakan kata-kata keras terhadap nabi-nabi palsu. Kata-kata mereka bahkan tidak pernah saya gunakan, seperti ular beludak, anjing, babi dan sebagainya. Mengapa anda tidak lalu memaki-maki Yesus, rasul-rasul dsb, karena mereka juga melakukan hal itu?
Sekarang, kalau anda menggunakan kata-kata keras terhadap saya, apa alasannya? Anda menganggap saya sesat atau hanya salah? Kalau hanya salah, tidak seharusnya anda menggunakan kata-kata kurang ajar. Kalau anda menganggap saya sesat, dimana sesatnya? Ingat, bahwa ‘sesat’ berarti salah secara dasari. Coba tunjukkan!! Saya tantang anda!
Atau anda bersikap seperti itu karena anda jengkel melihat sikap saya terhadap orang-orang di atas? Salah satu dari mereka adalah bolo / teman anda? Atau anda adalah jemat dari salah satu orang-orang sesat itu? Kalau begitu anda memang sama sesatnya, dan karena itu tidak heran begitu tidak senang dengan saya. Tetapi saya tidak peduli anda senang saya atau tidak. Saya tetap akan ladeni perdebatan ini untuk menundukkan kesombongan anda!
=======
ESRA SORU :
--------------- --
Pertanyaan saya adalah apakah itu bukan sesuatu yang kurang ajar? Anda menyebut mereka bodoh, seperti tidak sekolah, bunglon bahkan setan. Apakah yang anda ucapkan ini? Lepas dari benar atau tidaknya ajaran mereka, namun tidak sepantasnyalah kalimat-kalimat seperti itu keluar dari mulut seorang Kristen. Kalau dari mulut orang kafir itu mungkin.Tapi tak apalah, katakan sajalah bahwa anda adalah orang Kristen minimal dalam diskusi kita ini.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Rasul-rasul dan bahkan Yesus juga mengeluarkan ‘kata-kata yang tidak sepantasnya’ terhadap orang-orang sesat, kalau diukur menurut kata-kata anda. Anda tidak pernah baca Kitab Suci? Coba baca seluruh Mat 23, Gal 1:6-9, Mat 3:1-12 Fil 3:2 Mat 7:6 2Pet 2:22 Luk 13:22, dan sebagainya. He, baca ayat-ayat ini semua, jangan malas buka Kitab Suci, untuk melihat anda yang benar atau saya yang benar. Jadi mereka semua ini juga kafir? Saya beri tambahan, Kitab Suci bukan hanya mengijinkan untuk menggunakan kata-kata keras untuk nabi palsu, tetapi lebih dari itu, Kitab Suci memuji orang kristen yang tidak dapat sabar terhadap nabi palsu (Wah 2:2) dan memarahi orang yang sabar terhadap nabi palsu (2Kor 11:4). Jadi sikap anda terhadap saya bertentangan dengan Kitab Suci! Karena itu bertobatlah!
============
ESRA SORU :
--------------- --
2. Kelihatannya anda begitu marah dan emosional sewaktu membaca surat saya yang pertama ketika saya berkata tentang kenaifan-kenaif an yang anda lakukan dan karena itu anda membalasnya dengan kalimat-kalimat yang lebih pedas daripada kata-kata saya :
“Mungkin saya tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu kuran ajar seperti anda....”
“Anda Kristen atau kafir?”
“Anda bukan hanya kurang ajar tetapi ceroboh dan bodoh”
“Kecuali anda adalah orang yang tegar tengkuk dan membutakan diri sendiri”
“Anda sendiri berbicara secara bodoh”
“Anda kelihatannya adalah orang yang sombong sekali...”
“Anda terlalu mudah menyimpulkan secara tidak bertanggung jawab, ngawur dan
tidak teliti”
“...mata anda terlalu banyak kotoran”
“....orang yang brengsek seperti sekarang ini”
Luar biasa! Saya tidak menduga seorang Budi Asali yang nota bene adalah seorang Kristen dapat semarah dan seemosional ini. Rupanya anda bisa marah juga kalau diberi satu kata “naif”. Itu bagus, sebab dengan demikian anda bisa tahu bagaimana perasaan orang yang dikritik dengan kata-kata yang pedas seperti Bambang Noorsena dan Pariadji serta kalangan Kharismatik. Kalau anda marah dan hampir lupa diri, kira-kira bagaimana perasaan dan apa yang diperbuat Bambang Noorsena dan Pariadji ketika membaca kalimat-kalimat pedas anda pada mereka? Sangat baik jika mereka hanya memilih diam daripada meladeni “macan ngamuk” seperti anda. (Anda tidak usah marah dengan sebutan ini karena ini hanyalah kalimat seorang kafir)
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Bukan marah dan lupa diri, bodoh! Saya balas dengan kata-kata keras untuk menunjukkan kepada anda betapa tidak enaknya diperlakukan seperti itu padahal tidak ada dasarnya / alasannya. Kalau memang ada dasarnya untuk menggunakan kata-kata keras, itu lain ceritanya. Disamping itu seperti sudah saya jelaskan di atas, sudah menjadi prinsip saya untuk menggunakan kata-kata keras terhadap seorang penyesat. Sikap anti dari anda terhadap saya hampir pasti menunjukkan bahwa anda adalah penyesat juga, dan karena itu saya menggunakan kata-kata seperti itu.
Heran anda begitu perhatian terhadap nabi-nabi palsu macam Bambang Noorsena dan Yesaya Pariadji. Dari sikap ini saja saya bisa menyimpulkan bahwa kerohanian maupun pengetahuan Kitab Suci anda pasti brengsek. Atau anda mau menjadi pembela mereka dan membela mereka terhadap serangan saya. Saya akan ladeni siapapun yang membela orang-orang sesat itu.
‘Diam’ belum tentu berarti ‘memilih diam’. Bisa juga karena tahu bahwa mereka tidak mungkin bisa menghadapi argumentasi saya. Buku maupun kaset khotbah saya yang menyerang Bambang Noorsena saya berikan kepadanya melalui seorang anak buahnya, dan anak buah Bambang Noorsena itu mengatakan bahwa tulisan saya pasti dibahas oleh Bambang Noorsena, tetapi ngomong tinggal ngomong, sampai sekarang tidak ada pembahasan apapun. Jadi menurut saya, diamnya mereka adalah diamnya seorang pengecut yang tidak alkitabiah, karena 1Pet 3:15 jelas memerintahkan kita untuk mempertahankan pandangan kita pada waktu diserang.
Anda memang bukan hanya bodoh, tetapi juga soknya luar biasa. Anda kira saya pusing karena disebut ‘naif’? Lucu bukan main! Saya tidak pusing dengan kata ‘naif’, karena saya tahu yang menyebutkan kata itu ‘lebih naif’ lagi. Saya memang pasti akan susah kalau ada orang kristen yang sejati yang memaki saya tidak karu-karuan, tetapi saya tidak pernah pusing kalau ada orang sesat memberikan penghinaan kepada saya, karena Yesus sendiri mengatakan bahwa seorang murid tidak lebih dari tuannya. Kalau Ia sendiri disebut kerasukan setan / Beelzebul, bagaimana mungkin saya sebagai pengikutNya tidak dimaki2 orang sesat? Baca Yoh 15:18-21 Mat 10:25.
Dan 1Pet 4:14 menunjukkan bahwa kalau saya dinista karena nama Kristus, itu justru membuktikan bahwa saya mempunyai Roh Allah. Sebaliknya saya susah kalau ada orang sesat atau nabi palsu yang menyanjung saya, karena itu berarti bahwa saya segolongan dengan mereka.
Luk 6:22,23,26 - “Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. ... Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."”.
Yang membuat saya menggunakan kata-kata keras terhadap anda hanyalah karena anda menyerang saya tanpa alasan.
============
ESRA SORU :
--------------- --
Untuk hal ini, biarlah saya memberi nasihat kepada anda :
“Apa pun yang engkau kehendaki diperbuat bagimu, perbuatlah itu kepada orang lain...” (Mat 7:12)
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Sudahkan anda terapkan kepada diri anda sendiri? Saya yakin belum. Anda cuma semacam combe, yang dirinya sendiri cuma gentong kosong. Saya juga tidak butuh nasehat dari orang bodoh dan sesat dan sok pinter seperti anda. Beranikah anda menyuruh Yesus melakukan Mat 7:12 itu, mengingat Dia juga menggunakan kata-kata keras terhadap nabi-nabi palsu?
============
ESRA SORU :
--------------- --
3. Satu kata “naif” yang diberikan pada anda membuat anda menjadi berang dan membalasnya dalam kualitas dan kuantitas yang lebih daripada yang anda terima. (Lihat kembali surat anda pada saya dan bagian kedua dari surat saya ini).
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
O sudah barang tentu, karena kalau saya membayar hutang, saya sertakan bunganya!
============
ESRA SORU :
--------------- --
Sayang sekali hal itu sampai terjadi dan yang lebih menyedihkan adalah kalimat-kalimat itu keluar dari seorang Kristen. Anda mungkin berkata bahwa anda hanya membalas kata-kata saya saja. Dengan kata lain apa yang anda buat hanyalah sebuah “reaksi” terhadap sebuah “aksi” tetapi anda lupa bahwa kata-kata saya pada anda hanyalah sebuah “reaksi” juga dari kata-kata anda yang pedas terhadap pihak lain yang adalah aksi pertama dari anda.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Lucu dan sinting, dengan hak apa ANDA membalas tindakan yang saya lakukan kepada ORANG LAIN? Coba berikan saya satu ayat Kitab Suci saja yang memberikan seseorang hak untuk membalas orang yang ‘berbuat jahat’ kepada orang lain. Kitab Suci justru berkata:
Ams 26:17 Orang yang ikut campur dalam pertengkaran orang lain adalah seperti orang yang menangkap telinga anjing yang berlalu.
Kalau anda memang begitu senang untuk membalas seseorang yang ‘berbuat jahat’ kepada orang lain, lalu mengapa anda tidak menyerang para teroris, yang melakukan kejahatan? Mengapa anda tidak menyerang orang-orang yang membakar gereja? Anda cuma seorang pembual besar, yang pinter ngomong tanpa logika sedikitpun. Di samping, serangan yang saya lakukan terhadap nabi-nabi palsu anda anggap sebagai suatu ‘kejahatan’, dan anda yang berhak membalasnya? Luar biasa hebatnya theologia anda!
============
ESRA SORU :
--------------- --
Tidak usahlah berang terhadap seorang kafir, tetapi bagi anda seorang Kristen, anda harus ingat bahwa Firman Tuhan menentang setiap dosa baik itu bersifat “aksi” maupun “reaksi”.
Aksi : “Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik…....” (Efs 4:29)
Reaksi : “Mata ganti mata dan gigi ganti gigi, tapi Aku berkata kepadamu janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Mat 5:38-39).
Apa yang anda perbuat ternyata sangat berbeda dengan apa yang dibuat oleh Paulus : “Kalau kami dimaki, kami memberkati” (Baca lengkap I Kor 4:12-13).
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Anda kelihatannya ingin saya tetap sabar dan kasih sekalipun diperlakukan seperti itu. Lucu dan bodoh. Anda pikir saya anak usia 5 tahun yang tidak bisa menggunakan otak dan bisa dibodohi seenaknya? Kalau ada orang menampar saya, lalu saya marah dan saya tampar kembali, saya memang salah. Dan kalau ada orang luar menegur saya, saya bisa terima. Tetapi kalau orang yang menampar saya itu sendiri yang lalu menyalahkan saya karena saya membalas, dan menggunakan Mat 5:39,44 untuk menegur saya, maka itu betul-betul sikap yang memuakkan, SANGAT TIDAK TAHU MALU dan tidak punya logika. Dan itulah anda. Yang nomer satu harus dia salahkan adalah dirinya sendiri yang menampar duluan, bukan orang yang membalas tamparannya! Cobalah menampar pendeta anda, dan waktu dia marah, lalu kutipkan ayat-ayat di atas! Saya ingin tahu bagaimana reaksinya.
============
ESRA SORU :
--------------- --
4. Kalau anda cukup mempunyai kerendahan hati dan tidak terlalu sombong (seperti saya), saya ingin memberi saran kepada anda secara khusus dalam hal kritik mengkritik. Adalah baik dan perlu sebuah aktivitas “kritik” namun yang perlu anda perhatikan bukan saja kritik itu sendiri tetapi juga cara menyampaikan kritik. Seringkali kritik kita tidak diterima bukan karena kritik kita tidak baik atau tidak benar tetapi kita salah dalam memilih cara untuk menyampaikan kritik itu. Ingatlah bahwa kekuatan sebuah kritik tidaklah terletak pada pedasnya kata-kata yang anda gunakan. Seandainya anda cukup bijaksana dalam menyampaikan kritik-terhadap lawan-lawan anda, mungkin bukan hanya kritik anda yang dapat diterima dengan baik tetapi juga orang yang anda kritik juga dapat berbalik ke jalan yang benar sambil tetap menghargai anda dan berterimakasih kepada anda. Cobalah anda belajar dari John Stott ketika hendak mengkritik ajaran Kharismatik dimana dengan penuh kerendahan hati dan penuh penghargaan terhadap kaum Kharismatik, kritik itu disampaikan (Baca bagian pendahuluan dari buku John Stott : “BAPTISAN DAN KEPENUHAN ROH KUDUS” terbitan Yayasan Bina Kasih/OMF).
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Anda rendah hati? Itu kalimat yang bertentangan. Tidak ada kebenaran yang lebih jauh dari hal itu. Saya hampir muntah mendengarnya!
Anda memberi nasehat kepada saya dalam hal mengkritik, bahwa mengkritik tidak usah dengan cara yang pedas? Rupanya anda tidak punya cermin untuk melihat kejelekan anda sendiri. Coba baca lagi surat anda kepada saya, dan nilai diri sendiri apakah anda sendiri mempraktekkan nasehat anda itu!
Anda memang memuakkan dan bodoh. Kalau barang yang hitam saya sebut sebagai abu-abu, supaya nabi-nabi palsu itu tidak marah, maka akibat yang akan terjadi adalah makin banyak orang yang ikut kesesatan mereka. Lalu anda yang bertanggung jawab? Saya ingatkan lagi, bahwa kalau saya membuat tulisan, tujuannya lebih kepada orang-orang lain yang belum disesatkan oleh ajaran sesat itu, dan bukan para penyesatnya atau orang yang sudah disesatkan oleh ajaran tersebut. Kalau saya menggunakan kata-kata lunak, orang akan menganggap ajaran itu sebagai ‘kurang berbahaya’ sehingga mereka akan lebih mudah disesatkan. Jadi silahkan menggunakan metode anda untuk diri anda sendiri, saya tidak akan mengubah metode saya.
Disamping itu, kalau para nabi palsu itu memang peduli kepada Kitab Suci, tidak peduli betapa pedasnya kata-kata saya, kalau kata-kata itu memang sesuai dengan Kitab Suci, mereka harus tunduk!
Pada waktu Stefanus menyerang para tokoh Yahudi, apakah ia menggunakan kata-kata yang lembut? Para tokoh Yahudi itu sampai merasa tertusuk hatinya, dan lalu merajam dia. Tetapi Kitab Suci tidak pernah menyalahkan Stefanus!
Saya mengkritik Kharismatik dengan keras dimana? Coba berikan kutipannya, jangan asal menuduh, karena tanpa kutipan saya tidak bisa tahu yang mana yang harus saya ‘sesuaikan dengan nasehat anda’!
John Stott menghargai orang Kharismatik? Anda pikir saya tidak punya bukunya dia sehingga bisa didustai seenaknya?
============
ESRA SORU :
--------------- --
Efs 5:29 : Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia” (Efs 4:29)
Mungkin anda melihat bahwa dalam surat saya yang pertama justru tidak mencerminkan nasihat saya ini tapi perlu anda ketahui bahwa dengan hal itu saya ingin menguji anda untuk mengetahui siapa anda sebenarnya. Itulah umpan saya dan ternyata anda “memakan” umpan saya. Saya jadi tahu siapa anda sebenarnya bahwa anda adalah orang yang cepat marah dan sangat emosional, orang yang tidak siap menerima kritik yang pedas dan juga cepat bereaksi dan lupa kontrol diri (Self control). Maaf karena ini wajar dilakukan oleh seorang kafir
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
He he he, sekarang ternyata bahwa anda bukan hanya bodoh dan tidak tahu malu, tetapi juga adalah seorang munafik dan pendusta. Dan kelihatannya lagi-lagi anda menganggap saya sebagai anak ingusan yang bisa didustai seenaknya sendiri. Anda seperti seseorang yang memukul orang lain, dan pada waktu dibalas, lalu mengatakan bahwa tadi anda cuma menguji dia. Coba lakukan hal itu kepada orang lain, saya ingin tahu apa yang terjadi. Anda juga seperti seorang pelacur yang setelah berhasil mengajak seseorang untuk berzinah dengan dia lalu mengatakan bahwa ia cuma menguji lelaki itu. LAGI-LAGI, COBA TUNJUKKAN SAYA SATU AYAT KITAB SUCI SAJA YANG MEMBENARKAN ‘TINDAKAN MENGUJI’ SEPERTI ITU. Saya sendiri punya ayat Kitab Suci yang menentang tindakan gila seperti itu.
Ams 26:19 - demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: "Aku hanya bersenda gurau."
Kalau mau menuruti kegilaan anda, saya juga bisa bilang bahwa kata-kata keras saya itu cuma untuk menguji anda, dan anda memakan umpan saya. Saya juga bisa mengatakan bahwa kata-kata keras saya terhadap nabi-nabi palsu itu cuma suatu ujian.
Kata ‘kafir’ itu juga untuk menguji? Jadi sekarang masih menguji? Kapan saya lulus ujian? Atau berhenti ujian? Dan siapa yang mengangkat anda menjadi penguji saya?
Anda berani menujukan Ef 5:29 itu kepada Yesus?
============
ESRA SORU :
--------------- --
Baiklah kita akan akan membahas topik kita yakni apakah manusia diluar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik?
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Sebetulnya tidak usah debat Kitab Suci, doktrin bahwa manusia di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik itu sudah terlihat dengan jelas. Terlihat dengan jelas dari mana? Dari hidup, tingkah laku, dan kata-kata anda sendiri. Kalau saja anda bisa bercermin, anda pasti melihat hal itu. Tetapi ‘sama sekali tidak bisa berbuat baik’ juga diwujudkan dengan ‘ketidak-mampua n untuk bercermin’.
============
ESRA SORU :
--------------- --
I. Dalam balasan anda, anda menuduh saya kurang ajar, ceroboh dan bodoh. Anda berkata bahwa saya mengutip kata-kata anda secara ngawur dengan membalik urutan kata-kata anda serta memotong kata-kata anda seenak sendiri. Untuk itu saya katakan bahwa anda salah kaprah.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Kata ‘salah kaprah’ ini sangat tidak sesuai. Jangan gunakan kata kalau tidak mengerti artinya.
============
ESRA SORU :
--------------- --
Mudah-mudahan ini tidak disengaja. Yang saya kritik adalah bagian lain tetapi anda menuduh saya membalik kata-kata anda dengan memperlihatkan bagian yang lain. Kalimat yang saya kutip adalah bagian awal dari tulisan anda yakni :
“Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa. Mengapa? Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik. Karena kita lahir sebagai orang yang berdosa, maka kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa.” (Exodus Paper; Bisakah Orang Kristen Kehilangan Keselamatan Bagian I : Keselamatan).
Jadi di sana yang saya maksudkan dengan kalimat pertama adalah : “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa” (Ini adalah alasan kedua dari pernyataan pertama anda “Setiap Orang Membutuhkan Keselamatan) dan kalimat kedua adalah “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.” (Ini adalah alasan pertama dari alasan kedua “Setiap Orang Membutuhkan Keselamatan” yaitu “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa”). Jadi saya tidak salah mengutip kata-kata anda. Andalah yang salah lihat dan memperlihatkan bahwa kalimat pertama menurut anda adalah “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik” dan kalimat kedua menurut anda adalah “Kalaupun ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa menghapuskan dosa.”
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Kata-kata ‘perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa’ ini menunjuk kepada ‘doktrin keselamatan karena perbuatan baik’. Jadi saya menggunakan istilahnya sesuai pengertian mereka. Anda tidak bisa melihat tujuan globalnya. Dalam bagian ini saya berusaha mati-matian untuk menyerang ajaran sesat ‘Keselamatan karena perbuatan baik’. Lalu di bawahnya saya jelaskan secara lebih rinci. Masih tidak mengerti? Kalau masih tidak mengerti, saya anjurkan untuk tidak membaca buku itu, mungkin agak terlalu sukar untuk anda. Ada buku-buku yang lebih mudah dimengerti, dan mungkin lebih cocok untuk anda, seperti KKR 1, Fondasi kekristenan, dan sebagainya.
============
ESRA SORU :
--------------- --
Ingatlah baik-baik bahwa saya tidak pernah menyinggung kalimat “Kalaupun ia bisa berbuat baik…” sungguh disesalkan bahwa yang saya maksudkan adalah bagian lain tetapi anda menjawab dan menuduh saya sembrono dengan memperlihatkan bagian yang lain. Karena saya tidak menyoroti bagian yang anada maksudkan, maka saya tidak berurusan dengan “garis bawah” dari kalimat itu. Kalimat pertama “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa” adalah sebuah pernyataan dan kalimat kedua adalah alasannya “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.”. Karena saya yang mengkritik anda, maka anda harus melihat bagian mana yang saya maksudkan dan bukan bagian yang anda maksudkan. Mudah-mudahan ini bukanlah suatu cara yang halus dan licik untuk menghindar.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Bagaimana anda bisa mengkritik satu bagian tulisan, tetapi mengabaikan bagian selanjutnya yang justru menjelaskan bagian yang dikritik itu? Anda kritikus terbodoh yang saya pernah jumpai!
============
ESRA SORU :
--------------- --
Kalimat pertama “Perbuatan baik tidak bisa menghapus dosa” sebenarnya sudah mengindikasikan adanya perbuatan baik lalu mengapa pada kalimat kedua (yang merupakan alasan anda yang pertama dari pernyataan “Perbuatan tidak bisa menghapus dosa”) justru berkata bahwa “Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat baik.”.
Saya ingin meminjam kata-kata anda yang anda tujukan pada saya : Sekarang siapa yang naif / bodoh? Jangan terlalu cepat menuduh dan memaki, anda menjadi terlihat dungu / bebal. Amsal 29:20- “Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu”. (Maaf jika orang kafir hanya dapat meminjam kata-kata orang Kristen).
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Eh, rupanya ujian bagi saya masih belum selesai juga. Ini menunjukkan belangnya anda. Anda bukan menguji atau apapun seperti dusta anda di atas. Itu memang nature anda!
Saya sudah jelaskan, dan dari penjelasan itu, saya tetap berpendapat, anda bodoh dan tidak becus menganalisa buku. Tetapi tidak ada orang yang lebih sukar dibetulkan dari pada orang idiot yang menganggap diri jenius seperti anda.
Buku saya itu sudah dibaca banyak orang dan tidak ada yang menganggap hal itu sebagai kontradiksi; hanya ‘kejeniusan’ anda yang bisa menemukan kontradiksi yang sebetulnya tidak pernah ada dalam tulisan saya itu.
Saya tidak mau melanjutkan pembahasan tentang persoalan ini, karena toh tidak ada gunanya. Bagi saya berlaku pepatah: ‘Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu’.
Anda tanya siapa yang naif / bodoh? Pertanyaan itu sendiri sudah menunjukkan kenaifan dan kebodohan anda. Perlukah saya menjawabnya lagi?
============
ESRA SORU :
--------------- --
II. Setelah saya mengkritik ayat-ayat yang anda pakai yakni Kejadian 6:5 dan
8:21b anda lalu menjawab :
“Memang kedua ayat dalam Kejadian itu menggambarkan manusia pada saat itu. Tetapi dengan membandingkan dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, jelas terlihat bahwa keadaan itu berlaku umum.”
Anda lalu mengutipkan ayat-ayat Roma 6:20, Yeremia 13:23, Yeremia 4:22, Matius
7:16-18, dll. Hal itu memang baik, tetapi mengapa dalam web site anda, anda tidak memakai semua ayat yang baru anda sebutkan diatas? Apakah karena anda telah saya kritik? Beberapa kali anda menyebutkan bahwa anda menuliskanya dalam sebuah buku :
“Untuk menunjukkan hal itu saya berikan di sini kutipan lengkap dari buku
saya itu.”
“Bukankah dalam kontext dari buku saya itu,…..”
padahal saya tidak tahu menahu dengan buku anda. Tulisan anda saya temukan di internet. Hal ini mempunyai 2 kemungkinan :
1. Tulisan di web site anda tidak sama persis dengan tulisan di buku anda, Kalau betul, mengapa? Periksa kembali! Mungkin ini yang membuat anda menuduh saya salah mengutip sebab saya mengutip dari web site anda, dan anda menanggapinya berdasarkan buku anda.
2. Kalau ternyata tidak ada beda antara web site dan buku anda, sangat
disayangkan karena ayat-ayat yang baru saja anda sebutkan tidak anda
cantumkan dalam buku anda padahal itu adalah sebuah buku yang seharusnya membutuhkan kekuatan argumentasi dalam penulisannya.
Ketika saya mengkritik ayat-ayat yang bersifat descriptif yang anda pakai,
anda lalu mengutipkan ayat-ayat lain yang sama sifatnya seperti Yer 13:23
dan Yer 4:22.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Buku ‘Keselamatan tidak bisa hilang’ itu sebetulnya saya susun cepat2an, dan tidak / belum disusun secara mendetail. Sebetulnya itu merupakan sambungan dari buku ‘Calvinisme yang difitnah’ jilid I dan II. Jilid III sedang saya kerjakan, dan tahu-tahu ada hal yang mendesak saya untuk langsung meloncat ke jilid V, yaitu ‘Keselamatan tidak bisa hilang’ ini. Karena itu saya kerjakan cepat2an, sehingga ayat-ayatnya tidak lengkap. Juga bahan itu saya khotbahkan dalam suatu seminar yang tujuannya adalah penginjilan. Kalau terlalu mendetail, maka penginjilannya justru akan tidak tercapai. Dan sebetulnya ayat-ayat yang saya berikan sudah cukup, asal yang membaca tidak membutakan dirinya sendiri seperti anda. Bahwa ayat-ayat yang saya berikan itu sudah ada dalam tulisan saya, bisa anda lihat pada buku ‘Calvinisme yang difitnah jilid I’ (bagian tentang Total Depravity / Kebejatan total)
Saya tidak tahu menahu tentang website ini, karena yang mengatur bukan saya. Minta saja kepada pengasuhnya (Steve Wijoyo) buku yang baru saya sebutkan ini.
Memang bisa ada perbedaan antara buku yang di website dan buku yang di komputer saya sendiri, karena yang dikomputer saya sering saya revisi, tambahi, bahkan ubah. Tetapi biasanya kalau itu menyangkut sesuatu yang penting, itu saya berikan kepada Steve untuk juga merevisinya di website. Saya kira dalam persoalan ini tidak ada perbedaan tersebut. Hanya anda tidak melihat buku ‘Calvinisme yang difitnah’ itu. Kalau mau, minta saja kepada saudara Steve.
Anda selalu menyebut ayat-ayat seperti itu sebagai descriptive. Menurut saya itu salah. Suatu ayat memang kadang-kadang berlaku hanya untuk seseorang kepada siapa ayat itu diucapkan. Misalnya waktu malaikat mengatakan bahwa Maria akan mengandung dan sebagainya. Atau waktu Yesus mengatakan kepada Petrus untuk jalan di atas air. Tetapi seringkali suatu ayat berlaku umum, sekalipun pada pengucapannya itu hanya ditujukan kepada satu / sekelompok orang. Lalu bagaimana menilainya? Dengan menggunakan seluruh Kitab Suci. Ini yang disebut ‘Scripture interprets Scripture’, suatu istilah yang dipopulerkan oleh Calvin.
Tentang 2 ayat dalam Yeremia itu, menurut saya, harus dianggap berlaku umum, karena banyaknya ayat yang saya berikan itu, yang mendukung penafsiran umum dari text tersebut. Kalau anda menganggap ayat-ayat seperti itu descriptive, itu bisa berbahaya. Konsekwensinya anda juga harus menganggap ayat seperti Mat 28:19 sebagai descritive, jadi yang disuruh memberitakan Injil hanyalah rasul-rasul saja, bukan semua orang kristen.
============
ESRA SORU :
--------------- --
III. Menarik untuk menyimak bersama 1 ayat yang anda pakai yakni Roma 7:18-19 yang berbunyi:
“Sebab aku tahu bahwa di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat”.
Mengomentari ayat ini, anda berkata :
Dari ayat ini kelihatan sepintas bahwa dalam diri manusia ada kehendak yang baik. Tetapi jelas bahwa ayat ini tidak boleh ditaf-sirkan bahwa dalam diri manusia berdosa di luar Kristus itu sendiri bisa ada kehendak yang baik, karena:
• penafsiran ini akan bertentangan dengan Ro7:18nya yang mengatakan ‘tidak ada sesuatu yang baik’.
• penafsiran ini juga akan bertentangan dengan Fil2:13 yang berbunyi:
Fil2:13 berbunyi: ”karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik
kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.
Selanjutnya anda mengutip Fil 2:13 dalam berbagai terjemahan seperti KJV, RSV, NASB dan NIV. Dan anda sampai pada sebuah kesimpulan bahwa :
“Ini menunjukkan bahwa baik keinginan maupun kemampuan untuk melakukan apa yang baik itu datang dari Tuhan. Jadi, Ro7:18-19 ini bukan menggambarkan Paulus pada waktu belum kristen, tetapi sesudah ia menjadi kristen (perhatikan bahwa ayat itu menggunakan present tense, bukan past tense). Karena itu ia sudah mempunyai kemauan / kehendak yang baik (dari Roh Kudus), tetapi bagaimanapun apa yang ia capai / lakukan jauh lebih rendah dari apa yang ia kehendaki, dan berdasarkan penga-laman itu ia menuliskan ayat itu.
Ro8:7-8 - “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah”.
Ro3:10,11,18 yang menunjukkan bahwa orang berdosa itu semuanya tidak berakal budi, tidak mencari Allah dan tidak mempunyai rasa takut kepada Allah.”
Untuk memahami Roma 7:18-19 kita tidak bisa hanya melihat dari ayat itu saja tetapi harus melihat keseluruhan konteksnya. (Saya kira anda cukup paham tentang hal ini). Tidak bisa membantah adanya kehendak baik dari manusia diluar Kristus hanya dengan memperlihatkan satu penggalan kalimat dalam ayat itu “tidak ada sesuatu yang baik” ditambah dengan satu ayat diluar konteks Roma 7:18-19 yakni Fil 2:13. JIKA YANG KITA LIHAT HANYA AYAT ITU SAJA, maka
:
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Perhatikan bagian kata-kata anda yang saya garis bawahi itu. Itu sudah salah! Tidak pernah kita boleh menafsirkan suatu ayat dengan hanya melihat ayat itu sendiri. Kalau metode penafsiran itu diterapkan pada ayat seperti Luk 14:26 - ‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudara nya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu’, lalu artinya menjadi bagaimana?
Karena itu dalam menafsirkan suatu ayat, kita HARUS melihat pada ayat-ayat lain dalam Kitab Suci yang berhubungan dengan ayat itu.
============
ESRA SORU :
--------------- --
1. Kalau kita berkesimpulan bahwa ada kehendak yang baik dari orang diluar Kristus maka ini bertentangan dengan Roma 7:18 “tidak ada sesuatu yang baik” (menurut kata anda).
2. Kalau kita berkesimpulan bahwa tidak ada kehendak yang baik dari orang diluar Kristus maka bukannya ini juga bertentangan dengan ayat 19 “bukan apa yang aku kehendaki yaitu yang baik…” dan juga “apa yang tidak aku kehendaki yaitu yang jahat….:”. Itu berarti bahwa di dalam diri Paulus ada kehendak yang baik (untuk berbuat yang baik) dan ada kehendak untuk tidak melakukan yang tidak baik.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Memang Kitab Suci mengajarkan ada pertentangan dalam diri orang kristen yang sejati. Ada tarikan dari Roh Kudus kearah yang baik, tetapi juga masih ada kedagingan yang menarik ke arah yang berdosa. Baca Mat 26:41 Gal 5:17.
============
ESRA SORU :
--------------- --
Persoalannya sekarang adalah apakah Paulus sementara menceritakan masa lalunya (diluar Kristus) atau masa kininya (didalam Kristus)/ Lebih
jelasnya Paulus sebelum Kristen atau sesudah Kristen.
Anda berkesimpulan bahwa Rom 7:18-19 bukan menggambarkan Paulus pada waktu belum Kristen tetapi sesudah menjadi Kristen. Namun sayangnya adalah untuk menarik kesimpulan seperti ini anda tidak meneliti konteks Roma 7 tapi justru membahas Fil 2:13 lalu mengambil kesimpulan untuk Roma 7:18-19. (Perhatikan baik-baik jangan sampai anda menuduh saya salah kutip lagi).
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Saya sudah membahas Ro 7 itu, bukan tidak membahasnya. Saya memberikan argumentasi mengapa saya beranggapan bahwa Paulus memaksudkan dirinya pada saat ia sudah adalah orang kristen. Yaitu karena Paulus menggunakan present tense dalam Ro 7 itu.
Saya harus membahas Fil 2:12-13 itu karena ayat itu menunjukkan bahwa manusia berdosa itu dalam dirinya sendiri bukan hanya tidak bisa berbuat baik, tetapi juga tidak mau berbuat baik. Padahal dalam Ro 7 itu kelihatannya Paulus mau berbuat baik tetapi tidak bisa.
Anda menganggap bahwa pada waktu saya membahas Fil 2:12-13 itu saya keluar dari kontext Roma? Itu justru harus dilakukan. Kita harus membahas semua ayat dalam Kitab Suci yang topiknya berhubungan! Justru anda salah karena cuma mau melihat Roma 7 tetapi tidak peduli pada Fil 2:12-13 dan ayat lain yang mendukung pandangan saya, seperti Ro 6:20, dan sebagainya.
============
ESRA SORU :
--------------- --
Baiklah kita melihat konteks dari Roma 7:18-19 ini.
Dalam ps 6:15-23, Paulus berbicara ttg 2 macam perhambaan yakni perhambaan pada dosa (ayat 17) dan perhambaan kepada kebenaran (ayat 19). Jika seorang menjadi hamba dosa, ia bebas dari kebenaran (ayat 20). Hal menjadi hamba dosa ini diokaitkan dengan hukum Taurat dimana HT dilihat sebagai sesuatu yang kudus , baik dan benar (Roma 7:12) namun oleh HT itu juga manusia mengenal dosa.Dalam ps 7 ini Paulus mulai berbicara ttg HT dalam hubungnnya dengan dosa. Keseluruhan bagian ini dibahas dalam suatu perbandingan antara
keselamatan oleh HT dan keselamatan oleh kasih karunia (seperti dibahas
dalam pasal-pasal sebelumnya). Marilah kita lihat ungkapan-ungkap an Paulus :
1. “Apakah Hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya justru oleh Hukum Taurat aku telah mengenal dosa…” (ayat 7).
2. “Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan dalam diriku rupa-rupa keinginan sebab tanpa Hukum Taurat dosa ma…(ayat 8)
3. “…..akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, …… aku mati” (ayat 9)
4. “Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk memperdaya aku, dan oleh perintah itu ia membunuh aku…” (ayat 11)
5. “…dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku…” (ayat 13)
6. “Aku bersifat daging terjual dibawah kuasa dosa” (ayat 14)
7. “Kalau demikian, bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku…” (ayat 17)
Dari konteks ini kita dapat melihat bahwa Paulus sementara berbicara
tentang keadaan dimana ia masih menjadi hamba dosa dimana ia bebas dari kebenaran (Roma 6:20).
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Salah, Paulus tidak membicarakan dirinya sebagai hamba dosa / sebelum ia jadi Kristen. Ia membahas dirinya sebagai orang kristen, TETAPI TERPISAH DARI PEKERJAAN TUHAN YANG MEMAMPUKAN IA MELAKUKAN HAL YANG BAIK.
Ay 24 menunjukkan bahwa Paulus begitu sedih dengan keadaannya yang berdosa itu, dan tidak ada orang kafir yang bisa sedih karena dosa dengan cara seperti itu. Hanya orang kristen yang sejati yang bisa sedih karena dosa seperti itu.
============
ESRA SORU :
--------------- --
Karena status sebagai hamba dosa yangh takluk dibawah
dosa (Rm 6:19) dan bebas dari kebenaran inilah maka Paulus mengalami
rentetan pengalaman hidup dibawah tekanan dosa . Itulah sebabnya ia berkata :
“Apa yang aku perbuat aku tidak tahu karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat tetapiu apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui bahwa Hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya tapi dosa yang ada di dalam aku, sebab aku tahu bahwa di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat”. (Roma 7:17-19)
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Kata-kata anda bertentangan satu dengan yang lain. Kalau Paulus memang hamba dosa / orang non kristen, bagaimana ia bisa ingin berbuat baik? Hamba dosa selalu menuruti dosa. Ro 6:20 mengatakan ‘bebas dari kebenaran’. Kalau ada keinginan berbuat baik, tentu tidak bisa dikatakan seperti itu.
============
ESRA SORU :
--------------- --
Itulah keadaan Paulus sewaktu berstatus hamba dosa. Jadi sebenarnya ayat ini tidak berbicara tentang Paulus setelah menjadi Kristen. Kalau begitu mengapa ayat ini ditulis dalam bentuk present tense?
Pertama-tama ada kemungkinan bahwa “aku” didalam ayat tersebut bersifat tipikal dimana Paulus berbicara mewakili pengalaman semua manusia diluar Kristus yang selalu ada pada “masa kini”.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
William Hendriksen mengatakan bahwa Paulus memang bukan hanya membicarakan dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang lain, tetapi semua yang dibicarakan adalah orang kristen yang sejati.
============
ESRA SORU :
--------------- --
Kemungkinan lain adalah bahwa Paulus didalam mebangun argumentasinya, ia menggunakan “Rabinic Argumentation” yaitu maju 2 langkah, mundur selangkah, lalu maju 2 langkah lagi dan mundur selangkah lagi. Dengan argumentasi semacam ini maka Paulus dapat saja bercerita tentang masa lalu seperti benar-benar terjadi pada masa
kini.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Ini teori dari mana? Ciptaan anda sendiri?
============
ESRA SORU :
--------------- --
Konteks umum dalam pembicaraan ini adalah perbandingan keselamatan
oleh Hukum Taurat dan oleh kasih karunia. Ketika Paulus telah meninggalkan pembahasan semacam itu pada pasal-pasal sebelumnya, ia terus melangkah maju dengan kembali kebelakang. Sosok Paulus dengan argumentasinya kadang-kadang harus dilhat melampaui struktur bahasa.
Jika kita berkata bahwa Rm 7:18-19 itu berbicara ttg keadaan Paulus setelah menjadi Kristen (seperti kesimpulan anda) maka :
a. Bagaimana mungkin seorang Kristen seperti Paulus yang telah dimerdekakan (Rm 6:18) dan telah menjadi hamba kebenaran (Rm 6:19) memperliohatkan dirinya yang sungguh-sungguh takluk dibawah kuasa dosa? Perhatikan kembali kata-kata :
• Dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan dalam diriku rupa-rupa keinginan (ayat 8)
• “…dosa mulai hidup (ayat 9)
• “Dosa mendapat kesempatan menipu aku…” (ayat 11)
• dosa…mendatangk an kematian bagiku (ayat 13)
• aku…terjual dibawah kuasa dosa (ayat 14)
• …yang jahat yang aku perbuat (ayat 19)
• dosa yang diam di dalam aku (ayat 20)
Jawab pertanyaan saya : “Apakah ini keadaan seorang Kristen (hamba kebenaran)? Semuanya ini menunjukkan keadaan Paulus sebelum menjadi Kristen.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
NO way! Sudah saya katakan bahwa sekalipun Paulus meninjau dirinya sebagai orang kristen yang sejati tetapi ia meninjau dirinya terpisah dari pekerjaan Allah yang memampukan dirinya untuk berbuat baik. Karena itu ada kata-kata ‘di dalam aku sebagai manusia’ dalam ay 18!
===========
ESRA SORU :
--------------- --
b. Anda berkata bahwa ini adalah keadaan Paulus setelah Kristen.
“…tetapi bagaimanapun apa yang ia capai/lakukan jauh lebih rendah dari apa yang ia kehendaki”
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Kita memang selalu demikian. Saya sekali anda bukan orang kristen, sehingga anda tidak bisa merasakan apa yang Paulus rasakan dan tuliskan. Saya sendiri merasakan apa yang Paulus katakan. Saya selalu mencapai lebih rendah dari pada yang saya inginkan!
===========
ESRA SORU :
--------------- --
Perlu anda buka mata dan hati anda untuk melihat bahwa keadaan Paulus yang digambarkan dalam Rom 7 ini bukan hanya sebuah kelemahan tetapi sebuah perhambaan. (Roma 8:34b).
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Jangan ngawur saja kalau memberi ayat? Roma 8:34 tidak ada hubungannya!
Memang perhambaan, tetapi karena apa? Karena seperti yang saya katakan di atas, ia meninjau dirinya tanpa pertolongan / pekerjaan Allah yang memampukan dirinya untuk melakukan apa yang baik.
ESRA SORU :
---------------
Kalau apa yang ia lakukan tidak mencapai apa yang ia kehendaki berarti ia belum mencapai sasaran. Bukankah pengertian dosa dalam bahasa aslinya adalah meleset atau tidak mencapai sasaran? Dalam hubungan dengan Fil 2:13 lengkap dengan KJV, RSV, NASB dan NIV yang anda kutipkan, anda sampai pada kesimpulan bahwa :
“baik keinginan maupun kemampuan untuk melakukan apa yang baik itu datang dari Tuhan”.
Kalau Rom 7:18-19 berbicara tentang keadaan paulus setelah Kristen, dimana kehendak yang baik dari Paulus datangnya dari Tuhan, maka seharusnya kemampuan untuk berbuat yang baik itu juga datang dari Tuhan. Tapi anehnya Tuhan mampu menimbulkan kehendak baik dalam diri Paulus tetapi tidak mampu membuat Paulus mengalahkan kuasa dosa dalam dirinya sehingga ia tidak bisa berbuat apa yang ia kehendaki dan malah berbuat apa yang tidak ia kehendaki. Mungkin anda berkata bahwa itu adalah kelemahan paulus? Tapi bukankah anda baru membuktikan panjang lebar bahwa kemauan dan kemampuan itu datangnya dari Tuhan? Secara teoritis, jika kemauan dan kemampuan itu datangnya dari Tuhan tetapi secara empiris dan praktis Paulus tidak bisa melakukan yang baik seperti yang ia kehendaki, malah berbuat yang jahat, maka konsekuensiya adalah Allah terlihat lemah dan tak berdaya disini. Ini konsekuensi logis yang sangat berbahaya. Anda mungkin menolak hal ini, tetapi itu adalah konsekuensi logis dari kesimpulan anda. Allah tidak lemah dan tak berdaya tetapi teori anda menjadikan-Nya seperti itu.
Izinkan saya mengutip kata-kata anda : “anda menjadi terlihat dungu / bebal.
Amsal 29:20- “Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu”.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
1) Bukannya Tuhan tidak mampu. Ini kan peninjauan Paulus saja. Dalam faktanya Tuhan memang memberikan kemauan dan kemampuan kepada Paulus sehingga ia menjadi rasul yang bagus dalam pengudusan. Tetapi di sini Paulus bukan meninjau fakta. Ia cuma mengandaikan. Seandainya tidak ada pertolongan / pekerjaan Tuhan yang memampukan dia untuk berbuat baik, maka inilah keadaannya.
2) Sebetulnya memang ada pro dan kontra tentang penafsiran ayat itu. Ada yang menganggap Paulus sudah kristen ada yang menganggap belum. Orang Arminian tentu senang dengan yang kedua, dan Calvinisme senang dengan yang pertama. Saya sendiri seorang Calvinist, dan saya memilih yang pertama. Dalam Ro 7:15-20 dia memisahkan antara dosa dengan dirinya, juga ia mengatakan ia mempunyai kemauan berbuat baik, dan dalam ay 22 ia mengatakan bahwa ‘dalam batinku aku suka akan hukum Allah’. Semua ini tidak mungkin menunjukkan bahwa ia membicarakan dirinya sebagai orang yang belum Kristen. Orang non kristen tidak akan suka pada apapunn yang rohani yang berasal dari Roh Allah (1Kor 2:14!!!!).
Tetapi sekalipun Paulus membicarakan diri sebagai orang kristen, tetap ia menilai dirinya tanpa pertolongan Roh Kudus dalam melakukan perbuatan baik itu. Ini menyebabkan ia cuma bisa ‘mau’ tetapi tidak bisa ‘melakukan’ perbuatan baik itu. Ini terlihat dari tambahan kata-kata ‘di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia’ pada ay 18. Kalau ia menilai diri sebagai orang kristen yang mendapatkan pengudusan dari Roh Kudus, tentu akan berbeda ceritanya. Paulus melakukan ini, karena di sini ia mau menekankan bahwa manusia, dalam dirinya sendiri tidak mampu untuk berbuat baik. Tetapi dalam Fil 2:12-13 ia menekankan bahwa manusia tidak mau dan tidak mampu untuk berbuat baik.
3) Jadi kesimpulan saya: anda terlalu cepat dalam menarik kesimpulan. Tetapi memang begitulah cara berpikir orang kafir yang bodoh / bebal. Saya tidak bisa terlalu menyalahkan anda, karena anda memang bisa begitu.
===========
ESRA SORU :
--------------- -
c. Kalau ayat itu berbicara ttg Paulus setelah Kristen, itu berarti bahwa seorang yang telah berada di dalam Kristus masih bisa berbuat yang jahat. Dengan kata lain seorang hamba kebenaran ternyata masih bisa dipengaruhi bahkan diperbudak oleh dosa (ini konsekuensi dari kesimpulan anda), untuk melakukan hal-hal yang jahat. Kalau begitu, terbuka kemungkinan juga untuk seorang hamba dosa (diluar Kristus) dipengaruhi bahkan diperbudak untuk melakukan hal-hal yang baik. Kalau seorang yang telah berada di dalam Kristus bisa berkata : “aku mau melakukan yang baik tertapi ternyata yang jahat yang aku perbuat” maka mungkin juga bagi seorang diluar Kristus berkata : “aku mau melakukan yang jahat tetapi ternyata yang baik yang aku perbuat”. Bagaimana menurut anda? Sungguh saya sangat kaget melihat betapa bahayanya kesimpulan anda.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Tentu saja orang kristen yang sejati masih bisa berbuat dosa, bahkan pasti masih berbuat dosa (1Yoh 1:8,10). Orang kristen diperbudak sungguh-sungguh , tidak mungkin terjadi. Diperbudak berarti ia terus berdosa dan senang dalam dosa itu. Sekalipun dari luar kelihatannya bisa sama dengan orang kafir yang betul-betul diperbudak dosa, tetapi sebetulnya ada bedanya.
Juga jangan lupa bahwa tadi sudah saya katakan bahwa Paulus tidak menceritakan fakta, tetapi hanya mengandaikan. Ia mengandaikan dirinya sebagai orang kristen yang sejati terpisah dari pekerjaan Allah. Tujuannya apa? Mungkin sekali untuk meninggikan pekerjaan Allah itu.
Calvinisme memang mempercayai bahwa kalai kita berdosa itu karena diri kita sendiri. Tetapi kalau kita baik, itu karena kasih karunia Allah. Dan itulah theologia Paulus di sini!
ESRA SORU :
--------------- -
Jadi, dari semua segi ternyata lebih dapat diterima bahwa Rm 7:18-19 bercerita ttg keadaan Paulus sebelum menjadi Kristen. Dengan demikian maka jelaslah sudah bahwa ternyata di dalam diri seorang diluar Kristus pun ada kehendak untuk berbuat yang baik.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Anda boleh menyimpulkan semau anda, saya sendiri tetap pada pandangan saya.
Perlu anda ketahui bahwa penyimpulan seperti itu tidak bisa dilakukan pada satu ayat tanpa menghiraukan ayat-ayat lainnya. Saya menghiraukan, sementara anda mengabaikan Fil 2:12-13 itu, yang secara jelas mengatakan bahwa ‘to will and to do’ datang dari Tuhan. Sekarang coba tunjukkan bagaimana anda menafsirkan Filipi 2:12-13 itu.
Juga kalau kesimpulan anda benar, seperti sudah saya katakan di atas, maka seorang hamba dosa (di luar Kristus) masih bisa menghendaki sesuatu yang baik, dan ini menunjukkan ia bukan hamba dosa. Kalau hamba dosa beneran, ia akan senang dengan dosa, dan tidak pada kebaikan. Itu yang dimaksud dengan ‘bebas dari kebenaran’ dalam Roma 6:20 itu.
Juga bagaimana anda menafsirkan kata2 Yesus dimana pohon yang tidak baik tidak bisa mengeluarkan buah yang baik? Matius 7:16-20. Kalau ada kehendak yang baik, itu berarti buah yang baik.
ESRA SORU :
--------------- -
Selanjutnya tentang ayat Yoh 14:15 yang anda pakai untuk menolak adanya perbuatan baik dari manusia diluar Kristus.
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.
Menjawab kritik saya, anda menulis :
“Ayat ini memang mengatakan bahwa orang yang mengasihi Yesus akan mentaati Dia. Tetapi saya berpendapat bahwa secara implicit melalui ayat itu Yesus ingin mengajarkan bahwa ketaatan yang benar adalah ketaatan yang muncul dari hati yang mengasihi Dia. Orang yang ‘mentaati’ tanpa mengasihi Yesus sebetulnya ‘melakukan perbuatan baik’ tanpa mempedulikan Yesus / Tuhan, dan ini tidak baik! ‘Perbuatan baik’ yang tidak berhubungan dengan Yesus bukanlah perbuatan baik (di hadapan Allah)”.
Kelihatannya anda tidak dapat melihat maksud dari keberatan saya. Saya akui bahwa ketaatan yang benar adalah ketaatan yang lahir dari hati yang mengasihi Yesus, tetapi konteks dari ayat ini berbicara tentang orang-orang yang sudah mengenal dan mengasihi Yesus. Jadi ketaatan mereka harus bersumber dari kasih mereka pada Yesus. Tetapi masalah yang kita bahas ini adalah menyangkut orang-orang diluar Kristus. Jadi perbuatan baik yang mereka lakukan tidak boleh dilihat sebagai “ketaatan” apalagi “ketaatan tanpa kasih” sebab mereka tidak tahu menahu dengan perintah Yesus. Bagaimana mungkin seseorang dikatakan taat terhadap sesuatu atau seseorang padahal ia tidak pernah mengenal; apalagi mengasihi sesuatu atau seseorang itu?
Kutipan-kutipan anda dari William Hendrikson, Pulpit Comentary dan Spurgeon itu benar tetapi tidak pas sasaran atau tidak relevan. Ingat bahwa perbuatan baik orang-orang diluar Kristus tidak punya hubungan dengan ketaatan dan kasih terhadap Kristus jadi perbuatan baik mereka tidak dapat dilihat sebagai dosa dengan alasan ketaatan tanpa kasih atau ketaatan tanpa mempedulikan Tuhan. Anda berkata bahwa orang yang mentaati tanpa mengasihi sebenarnya melakukan perbuatan baik tanpa mempedulikan Yesus / Tuhan dan itu tidak baik. Yang perlu anda ketahui adalah bahwa sesuatu itu bisa dipedulikan dan bisa tidak dipedulikan kalau sesuatu itu diketahui atau dikenal. Sedangkan orang-orang diluar Kristus sama sekali tidak mengenal Kristus maka mereka tidak bisa disebut tidak mempedulikan Kristus.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Anda kelihatannya lagi-lagi menganggap bagian ini sebagai descriptive. Ini bukan descriptive; ini berlaku umum. Pada waktu Yesus mempersoalkan hukum kasih dalam Mat 22:37-39 ia lalu berkata bahwa pada kedua hukum ini bergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Apa artinya menurut anda?
Jemaat Efesus dalam Wah 2 dicela oleh Kristus padahal mereka melakukan banyak hal yang baik, tetapi kehilangan kasih semula. Jelas bahwa Tuhan tidak mau ketataan lahiriah tanpa hati yang mengasihi Dia. Ini berlaku umum, untuk kafir / kristen.
Mengasihi Yesus bisa diidentikkan dengan mengasihi Allah. Orang-orang yang belum mendengar tentang Yesus, tetap wajib mengasihi Allah. Kalau mereka hanya ‘taat’ tetapi mereka tidak mengasihi Allah, itu namanya tidak peduli Allah. Dan Kitab Suci memang mengatakan bahwa tidak ada orang yang mencari Allah ataupun takut kepada Allah (Roma 3:11,18). Ini ayat yang pasti berlaku umum bukan?
Apakah anda menganggap Allah mempunyao double standard? Standardnya hanya satu, yaitu Kitab Suci. Apalagi jaman sekarang, kalau orang tidak tahu Kitab Suci itu salahnya sendiri. Kalau saudara melanggar rambu lalu lintas, padahal anda tidak melihatnya, apakah anda akan dibebaskan oleh polisinya? Kalau anda melanggar Undang-undang yang tidak anda ketahui, apakah anda bebas? Dalam negara ini ada Undang-undang, dan setiap warga negara diwajibkan untuk tahu. Demikian juga Allah mempunyai Kitab Suci / Firman Tuhan dan setiap orang diwajibkan untuk mempelajarinya. Kalau mereka salah karena tidak mengetahuinya, itu tetap dianggap sebagai salah.
Orang di luar Kristus, kalau ia sudah mendengar tentang Kristus harus dianggap sebagai orang yang bukan hanya tidak mempedulikan Kristus, tetapi bahkan sebagai lawan Kristus! Matius 12:30 hanya memberikan 2 kemungkinan, lawan atau kawan. Tidak ada daerah netral!
ESRA SORU :
--------------- -
Saya ingin meminjam kata-kata anda lagi : Saya harap semua ini cukup untuk meyakinkan anda kecuali anda adalah orang tegar tengkuk yang membutakan dirinya sendiri.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Orang sombong selalu menganggap kata2nya meyakinkan. Bagi saya kata-kata anda SAMA SEKALI tidak meyakinkan. Saya sendiri berpendapat sebaliknya: kalau jawaban saya ini tidak mempertobatkan anda, anda bukan cuma tegar tengkuk, tetapi juga kafir dan sesat.
Mau tahu bagaimana sistim saya untuk menghancurkan argumentasi orang secara meyakinkan? Saya hancurkan ayat-ayat dasarnya semuanya, dan lalu saya tunjukkan ayat-ayat dari saya yang menyerang pandangannya. Apa yang anda lakukan ini, hanyalah berusaha memberikan penafsiran yang berbeda tentang ayat yang saya gunakan, dan anda tidak membahas ayat-ayat dasar saya yang lain, dan juga tidak memberikan ayat-ayat lain yang menyerang posisi saya secara kuat. Dan anda mengharapkan saya diyakinkan oleh argumentasi murahan seperti ini? Jangan mimpi di siang bolong!
ESRA SORU :
--------------- -
V. Dasar lain yang anda pakai adalah I Kor 10:31 : “: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Menanggapi kritik saya terhadap penggunaan ayat ini, anda menjawab :
“1Kor 10:31 itu merupakan suatu perintah! Baca ayat itu sekali lagi! Kalau itu perintah, dan ada orang yang tidak melakukan perintah itu, apakah ia tidak berbuat dosa?”
Sekali lagi ternyata pikiran anda terlalu sederhana. I Korintus 10:31 itu memang sebuah perintah. Tapi pikiran kita tidak boleh cukup sampai disitu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah “perintah untuk siapa?” Dengan demikian, setiap orang yang kepada mereka perintah itu diperuntukkan dan mereka tidak mentaatinya maka merekalah yang berdosa.
Sebuah asrama sekolah teologia memberi perintah agar semua mahasiswanya harus bekerja bakti setiap jam 6 pagi. Ternyata pada jam 6 pagi seorang dosen malah asyik berolah raga. Apakah dosen itu bersalah? Tentu tidak! Sebab perintah itu didak ditujukan pada dosen tetapi pada mahasiswa.
Dengan demikian, jika suatu perintah tidak dilakukan belum tentu itu salah/ dosa. Masih bergantung pada apakah perintah itu ditujukan pada orang yang tidak melakukan perintah itu atau bukan. Dalam kritik saya pertama kali tentang ayat ini, telah saya jelaskan bahwa konteks ayat ini ditujukan kepada sesama orang percaya agar saling menghargai dan menjaga sehingga tidak ada yang tersandung hati nuraninya karena tindakan saudara-saudara yang lain. Jadi sebenarnya perintah dalam ayat ini ditujukan bagi orang-orang percaya agar dalam hal makan, minum dan melakukan hal yang lain, semuanya dilakukan untuk kemuliaan Allah dan bukan untuk orang-orang diluar Kristus. Jadi walaupun itu adalah perintah, tapi jika perintah itu tidak dilakukan oleh orang diluar Kristus maka itu tidak dapat dilihat sebagai dosa sebab mengenal Allah saka tyidak apalagi melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya? Aneh sekali bahwa pikiran anda tidak sampai pada hal ini.
Anda mempertanyakan kata “seharusnya” yang saya gunakan. Tapi anda lupa bahwa kata “seharusnya” itu ditujukan bagi orang-orang percaya, jadi bukan untuk orang-orang diluar Kristus. Jadi penggunaan kata “seharusnya” masih cocok sesuai dengan konteks. Dengan demikian saya tidak menentang kata-kata sendiri seperti yang anda tuduhkan. Saya juga tidak berbicara secara bodoh. Bukankah andalah yang memperlihatkan kebodohan dengan tidak bisa melihat kepada siapa kata “seharusnya” itu ditujukan?
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Rupanya problem terbesar dalam diri anda dan cara anda melakukan penafsiran adalah persoalan dengan kata ‘descriptive’ tersebut. ADAKAH HAL YANG ANDA ANGGAP SEBAGAI TIDAK DESCRIPTIVE? COBA BERI SAYA CONTOH BEBERAPA AYAT YANG ANDA ANGGAP BERLAKU UMUM. Orang-orang Liberal yang sesat menganggap bahkan Yohanes 14:6 ditujukan oleh Yesus kepada orang-orang kristen saja. Kalau anda berkeras dengan sistim anda ini anda bisa mengikuti kesesatan mereka.
Yoh 3:16 itu descriptive atau tidak? Semua surat Paulus ditujukan kepada gereja tertentu, orang tertentu dsb, dan demikian juga surat-surat Petrus, Yohanes, Yakobus, Yudas, sehingga kalau menurut pemikiran anda, semuanya harus dianggap sebagai ‘descriptive’. 10 hukum Tuhan itu descriptive atau umum? Bukankah hanya untuk bangsa Israel? Kalau begitu kita boleh berzinah dan sebagainya?
Dari tadi anda mengutip hukum-hukum seperti Mat 7:12 Ef 5:29 dsb dan menujukannya kepada saya. Mengapa ayat-ayat ini dianggap berlaku untuk saya? Kalau menurut metode ‘descriptive’ anda, bukankah Matius 7:12 itu juga diucapkan oleh Yesus kepada orang-orang yang saat itu ada di sana, bukan kepada kita? Dan bukankah Efesus 5:29 diucapkan Paulus kepada jemaat gereja Efesus, bukan kepada kita?
Kalau dari hal ini anda belum bisa melihat ketidak-konsist enan anda dalam menggunakan dan menafsirkan ayat, anda memang keterlaluan. Seperti dikatakan oleh Barclay: “tidak ada yang lebih buta dari pada orang yang tidak mau melihat!”
Dan kalau semua ayat ‘descriptive’, lalu mana Firman Tuhan yang untuk anda?
Paulus sering membicarakan sesuatu dengan seseorang / sekelompok orang, tetapi ia tahu-tahu memberikan pernyataan yang bersifat umum. Saya berpendapat bahwa 1Korintus 10:31 adalah salah satu contohnya. Dan itu adalah perintah. Itu bukan berpikir sederhana, tetapi tunduk kepada ajaran sederhana dari Kitab Suci. Mau contoh lain? 1Korintus 15:19, dan banyak lagi yang lain.
Mungkin anda harus lebih banyak belajar, untuk menyingkapkan sedikit saja kebutaan yang sekarang ini ada pada anda.
ESRA SORU :
--------------- -
Selanjutnya anda berkata :
“…tetapi Paulus dalam memberi kesimpulan dalam 1Kor 10:31 itu menjadikannya sebagai hukum / keharusan yang bersifat umum, bukan hanya berkenaan dengan makan persembahan berhala. Ini nyata dari kata-kata ‘atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain’ yang ia tambahkan dalam 1Kor 10:31 itu , yang jelas bisa diarahkan pada tindakan apapun!”
Saya memang menyinggung konteks ttg memakan makanan berhala tetapi tidak pernah berkata bahwa I Kor 10:31 hanya untuk kasus memakan makanan berhala. Jadi sebenarnya jawaban dan penjelasan anda ini tidak pada tempatnya dan tidak berhubungan dengan apa yang menjadi persoalan dalam diskusi ini. Untuk semuanya itu, biarlah saya memberi nasihat pada anda agar di dalam berdebat / menjawab sebuah pertanyaan, anda harus bisa melihat bagian mana yang menjadi titik persoalan sehingga jangan sampai yang ditanyakan/ yang dipersoalkan adalah hal lain tapi anda menjawab hal yang lain seperti yang anda buat sekarang ini. Sudilah orang Kristen punya kerendahan hati untuk menerima nasihat orang kafir ini.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
a) Saya tidak mengerti bagaimana anda bisa mengatakan kata-kata saya tidak berhubungan dengan pembicaraan. Anda maunya membatasi kata-kata Paulus dalam kontext penyembahan berhala, saya menghendakinya berlaku umum. Apanya yang tidak cocok? Anda cuma kurang cerdas sehingga tidak bisa melihat hal itu.
b) Orang kristen tidak butuh nasehat orang kafir, apalagi yang bodoh dan sesat seperti anda!
ESRA SORU :
--------------- -
VI. Setelah saya mengkritik hermeneutika anda, anda lalu melihat saya sebagai orang yang sombong dan menganggap diri luar biasa pandai.
Ingatlah bahwa kita masih dalam rangka berdiskusi dan berdebat dan masing-masing masih menganggap bahwa pendapatnyalah yang benar dan pandangan pihak lawan adalah keliru. Karena itu wajar jika saya tidak dapat menerima hermeneutika anda demikian pula sebaliknya. Lalu apakah hanya karena hal itu saya dilihat sebagai orang yang sombong dan menganggap diri luar biasa pandai? Lalu bagaimana dengan klaim anda tentang hermeneutika dari lawan-lawan anda?
“Jaman sekarang, khususnya dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, karena kurangnya / tidak adanya pengertian tentang Hermeneutics, yang menyebabkan mereka tidak membedakan antara bagian yang bersifat Descriptive dan bagian yang bersifat Didactic, maka ada banyak pengajaran salah yang ditimbulkan, karena mereka menggunakan bagian yang bersifat descriptive sebagai rumus / hukum / norma, seolah-olah itu adalah bagian yang bersifat didactic” ((Exodus Paper; Pembahasan mengenai ajaran Yesaya Pariadji dari GBI Tiberias Bagian II : Ajaran-jaran Pdt. Yesaya Pariadji).
Melihat kalimat anda itu, maka dengan memakai logika anda, apakah itu tidak menunjukkan bahwa anda juga adalah orang yang sombong dan menganggap diri luar biasa pandai? Mungkin anda berkata bahwa mereka memang salah dalam menafsir dan andalah yang benar, tapi ingat bahwa itu masih menurut anda. Bukankah dalam diskuis dengan anda, saya merasa bahwa sayalah yang benar dan andalah yang salah dalam menafsir? Dan itu masih menurut saya (karena anda belum mengakuinya). Kalau karena hal itu saya dianggap sombong, seharusnya anda menganggap diri anda juga demikian.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
a) Anda tahu tentang diri saya, aliran saya dan sebagainya, tetapi saya buta tentang anda. Saya tidak senang debat dengan orang yang menyembunyikan identitas. Jadi sekarang saya tanya: anda dari gereja / aliran mana? Mengapa anda membela semua ‘musuh’ saya?
b) Tentang orang-orang Kharismatik, Yesaya Pariadji dsb, mereka adalah orang-orang yang tidak pernah sekolah theologia, sehingga tidak pernah tahu hermeneutics. Memang sekarang dalam kalangan Pentakosta dan Kharismatik ada sekolah theologia, tetapi sekolah itu dimulai / diajar oleh pendeta-pendeta yang dulunya tidak pernah sekolah. Jadi seperti orang buta menuntun orang buta.
Yesaya Pariadji waktu saya serang tidak punya gelar theologia, tahu-tahu sekarang bisa ada S. Th.nya. Lucu, gelar karbitan? Juga Bethany bisa memberikan gelat S. Th. hanya dalam 3 bulan. Alex sendiri tahu-tahu punya gelar Ph. D. dan D. D. tanpa pernah sekolah. Hebat bukan? Lalu dari mana gerangan orang-orang seperti itu bisa tahu Hermeneutics? Mungkin kata ‘Hermeneutics’ itu saja mereka tidak mengerti arti ataupun asal usulnya.
c) Menurut saya Hermeneutics tidak banyak, tetapi hanya ada satu rumusan. Jadi tinggal orang itu tahu atau tidak. Dan pada umumnya mereka tidak mengerti sama sekali! Misalnya orang-orang Kharismatik menggunakan Kis 2:1-4 sebagai dasar keharusan bahasa Roh. Itu lucu atau tidak? Itu penafsiran orang yang tahu hermeneutics atau tidak? Kalau tahu sedikit saja, pasti tidak menafsir begitu.
Mereka yang berbahasa roh ratusan orang berbarengan, itu jelas-jelas bertentangan dengan 1Kor 14:27-28. Tanpa Hermeneuticspun orang akan tahu hal itu. Yesaya Pariadji menggunakan Perjamuan Kudus dan MINYAK URAPAN untuk melakukan kesembuhan. Tanpa pun orang tahu hal itu. Ayo coba bela orang-orang sesat itu! Dengan Hermeneutics apapun anda tidak bakalan menang.
ESRA SORU :
--------------- -
Di atas telah saya kemukakan tanggapan-tangg apan saya terhadap bagian-bagian/ ayat-ayat yang anda gunakan. Ternyata sekali lagi ayat-ayat itu tidak relevan dengan topik yang dibahas. Salahkah saya jika saya meragukan dan menolak hermeneutika anda? Anda menuduh mata saya yang banyak kotoran karena saya melihat anda melakukan eisegesis dan bukan eksegesis. Dengan semua penjelasan saya di atas, sekarang biarlah saya bertanya : apakah mata saya yang kotor? Ataukah ‘kaca jendela’ saya yang kotor? Ataukah memang ‘pakaian’ yang anda jemur itu masih kotor? Periksa kembali ‘pakaian’ yang anda jemur karena saya sudah memperlihatkan bahwa dengan semua argumentasi bahwa ‘kaca jendela’ dan ‘mata’ saya tidak kotor.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Saya selalu memeriksa pakaian saya, tetapi saya yakin anda tidak pernah memeriksa kaca jendela anda. Atau anda mungkin bahkan menggunakan jendela kayu, sehingga sama sekali tidak bisa melihat. Atau anda memang memeriksa, tetapi mata anda buta sehingga percuma memeriksa.
ESRA SORU :
--------------- -
Matius 7:3-5 : “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Eh, anda ternyata tahu ayat ini! Padahal ayat ini cocok untuk anda, dan bahkan di seluruh dunia ini tidak ada orang untuk siapa ayat itu lebih cocok dari pada untuk anda. Mengapa tidak dilakukan? Hanya untuk pajangan?
ESRA SORU :
--------------- -
VII. Menyangkut masalah kebaikan yang bersifat relasional (relasi vertikal dan horisontal).
Anda membantah apa yang saya katakan tentang kisah Yusuf dimana ia memakai 2 kata yakni “kejahatan” dan “dosa”. Mungkin betul seperti yang anda katakan dalam contoh Daud bahwa kedua kata itu ditujukan kepada Tuhan (Maz 51:6) tetapi anda juga harus sadar bahwa “dosa” adalah sebuah terminologi teologis sedangkan kata “kejahatan” dipakai dalam terminologi ganda yakni teologis maupun sosial.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Mau jadi orang yang alkitabiah bukan? Jadi, beri dasar Kitab Suci untuk pandangan anda ini, jangan asal ngomong! Saya memberi dasar Kitab Suci Maz 51 itu; tetapi anda hanya beri teori, yang sekalipun menggunakan kata-kata yang muluk, tetapi berbau busuk, karena tidak ada dasar Kitab Sucinya!
ESRA SORU :
--------------- -
Dengan demikian sebenarnya pengakuan Daud seperti itu tidak dapat meruntuhkan kesimpulan saya sebab bukankah “kejahatan” itu adalah “dosa” kepada Tuhan? Jika kita berkata bahwa sesuatu itu “jahat” (dalam terminologti sosial), maka secara otomatis hal itu adalah dosa kepada Tuhan (dalam terminologi teologis). Jadi sekali lagi, setiap kejahatan kepada sesama adalah dosa kepada Tuhan. Daud dengan berzinah dan membunuh Uria membuat dia berdosa kepada Tuhan (secara vertikal) dan juga berbuat jahat kepada Uria (secara horisontal). Ia berdosa karena melanggar hukum Tuhan tentang perzinahan dan pembunuhan, ia berbuat jahat karena merampas isteri orang dan membunuh. Kalau begitu bukankah kejahatan Daud juga adalah dosa dihadapan Tuhan. Karena itulah Daud berdoa seperti dalam Mazmur 51:6.
Perlu ditambahkan pula bahwa doa Daud : “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah …” tidak boleh dilihat dalam pengertian kuantitas melainkan finalitas. Maksudnya adalah bahwa dengan doa semacam itu Daud tidak menyangkali kejahatannya terhadap Uria tetapi ia mengakui bahwa pada akhirnya semuanya itu menjadi dosa dan kejahatan di hadapan Tuhan. Dengan demikian doa Daud dan juga contoh-contoh yang anda berikan tidak dapat menghapus fakta bahwa baik kejahatan/dosa maupun kebaikan itu bersifat relasional yakni relasi vertikal dan horisontal.
Sebenarnya anda telah mengakui hal ini dengan berkesimpulan bahwa :
“Dari semua ini, dan juga masih ada banyak sekali contoh-contoh lain terlihat dengan jelas bahwa sekalipun dosa / perbuatan baik kepada sesama itu ada, tetapi Kitab Suci jauh lebih menekankan dosa / perbuatan baik kepada Tuhan!”
Kesimpulan ini dapat diterima, dan saya setuju! Tetapi sekali lagi anda tidak dapat melihat titik masalah yang sementara kita bahas. Semua argumentasi anda itu menjelaskan bahwa kitab suci lebih menekankan dosa/perbuatan baik kepada Tuhan dan bukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbuatan baik secara horisontal. Bukankah dengan kesimpulan itu berarti anda setuju bahwa ternyata ada perbuatan baik yang bersifat horisontal.
Lihat kembali kalimat anda :
“…..jelas bahwa sekalipun dosa / perbuatan baik kepada sesama itu ada…”
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Anda memang bodoh, sehingga sukar bicara dengan anda.
Pertama saya tidak mengatakan subyek dari kalimat itu, ia kristen atau bukan?
Kedua, saya sering (Kitab Suci juga) menggunakan istilah bukan dalam arti strict, tetapi seperti yang digunakan orang-orang pada umumnya. Semua orang menggunakan kata dalam arti yang berbeda-beda. Kadang-kadang saya menggunakan istilah ‘perbuatan baik’ dari sudut pandang Allah, dan kadang-kadang dari sudut pandang manusia. Tetapi memang bagi orang ber-IQ rendah seperti anda, itu pasti memusingkan.
===========
ESRA SORU :
--------------- -
Jadi anda mengakui bahwa itu ada kan? Kalau itu ada, mengapa anda menutup kemungkinan bahwa hal itu bisa ada/dilakukan oleh orang-orang diluar Kristus? Dosa dan kebaikan itu bersifat relasional karena dosa dan kebaikan itu ada baik dalam relasi vertikal maupun relasi horisontal. Lihatlah contoh-contoh :
*) Raja Koresy mengijinkan dan membantu dalam pembangunan rumah Allah (Ezra 1:1-11). Tapi semuanya itu terjadi karena Allah lah yang menggerakkan hatinya. Ez 1:1 : “…Tuhan menggerakkan hati Koresy, untuk menggenapkan Firman yang diucapkan oleh Yeremia…”. Coba anda jawab : apa yang dibuat Koresy ini adalah kebaikan (horisontal) atau dosa (menurut teori anda). Kalau ini kebaikan, berarti teori anda gugur. Kalau ini bukan kebaikan bahkan menurut anda adalah dosa, apakah itu berarti bahwa Allah menggerakkan hati Koresy untuk berbuat dosa? Jelas-jelas dikatakan bahwa hal itu dilakukan Allah untuk menggenapkan firman-Nya yang dinubuatkan oleh Yeremia. Jadi jelas ini adalah kebaikan. Dengan kata lain Allah dapat memakai orang kafir untuk melakukan apa yang baik.
*) Raja Firaun yang memberi kedudukan bagi Yusuf di Mesir (Kejadian 41:37-57). Apakah ini dosa atau kebaikan? Ini jelas kebaikan sebab Allahlah yang bekerja di balik semuanya itu.
*) Orang-orang Mesir yang bermurah hati untuk memberikan harta benda bagi orang Israel yang akan keluar dari Mesir (Kel 12:35-36) : Ayat 35 : “Dan Tuhan membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga mereka memenuhi permintaan mereka…” Itu kebaikan atau dosa? Sebelum anda mengatakan itu dosa, ingatlah bahwa dalam semua kasus itu, Allah lah yang ada dibaliknya.
*) Yesus sendiri secara implisit menyatakan bahwa orang jahat pun dapat berbuat kebaikan. Mat 7:9-11 : “Adakah seorang dari apdamu yang memberi batu kepada anaknya jika ia meminta roti, atau memberi ular jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu…..”
Semua contoh di atas memperlihatkan adanya perbuatan baik dari orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan Allah yang menggerakkan mereka. Kalau begitu ini selaras juga dengan kata-kata anda bahwa kemauan untuk berbuat baik itu datang dari Tuhan. Contoh-contoh ini memberi kesimpulan bahwa di dalam diri orang di luar Kristus pun ada perbuatan baik dan kemauan untuk berbuat yang baik itu bisa datang dari Allah. Kalau begitu betapa celakanya jika anda mengklaim itu sebagai dosa.
Pinjam kata-kata anda : Saya harap semua ini cukup untuk meyakinkan anda kecuali anda adalah orang tegar tengkuk yang membutakan dirinya sendiri.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
‘Cukup untuk meyakinkan’? Anda seharusnya menjadi pelawak, pasti lebih sukses dari kalau menjelajahi internet. Anda cuma melihat ayat-ayat tertentu tetapi mengabaikan ayat-ayat lain, tetapi menginginkan bahwa argumentasi anda itu meyakinkan? Ayat seperti Roma 6:20 dan sederetan ayat lain yang saya berikan tempo hari, bagaimana anda membahasnya? Anda abaikan begitu saja, tetapi berharap saya diyakinkan?
Anda memberikan beberapa ayat, tetapi satupun tidak ada yang meyakinkan. Saya akan tunjukkan:
*) Dalam persoalan Koresy, anda mengatakan Tuhan tidak mungkin menggerakkan orang untuk berdosa? Coba baca ayat-ayat seperti Keluaran 7:3 dimana Tuhan mengeraskan hati Firaun, Ul 2:30 dimana Tuhan mengeraskan hati Sihon. Juga 1Sam 2:25b, dan banyak ayat lain. Memang kalau dikatakan ‘menggerakkan untuk berbuat dosa’ itu harus diartikan bahwa Tuhan bekerja secara pasif. Caranya: Ia tidak memberikan kasih karunia yang memungkinkan orang itu bisa tidak berbuat dosa, dan Ia membiarkan / mengijinkan setan atau orang-orang lain untuk menggoda orang itu, sehingga akhirnya orang itupun jartuh ke dalam dosa. Kalau mau tahu ajaran saya yang mendetail tentang hal ini, baca buku saya dalam website ini berjudul ‘Providence of God’.
*) ‘Firaun memberi kedudukan’ memang merupakan pekerjaan Allah, tetapi belum tentu kalau itu pekerjaan Allah maka orangnya pasti melakukan dengan benar. Dalam Yes 10:5 Asyur disebut cambuk murka Tuhan. Jadi Tuhan memakai mereka untuk menghukum Israel, tetapi akhirnya mereka sendiri dihukum, karena dalam mereka melakukan kehendak Tuhan itu mereka mempunyai motivasi sendiri, yang bertentangan dengan kehendak Tuhan (Yes 10:6-7). Kalau Firaum melakukan itu semata-mata demi negera, bangsa dan dirinya, tanpa menghiraukan Tuhan, ia tetap melakukan dosa. Tetapi Tuhan yang maha kuasa bisa menggunakan dosa seseorang untuk kebaikan umatNya pada saat itu, yaitu Israel.
*) Orang-orang Mesir memberikan dengan terpaksa, dan itu anda anggap baik? Sekalipun Tuhan yang menggerakkan, tidak berarti itu baik. Tuhan menggerakkan demi umatNya, bukan demi orang Mesir. Coba baca Kel 22:13 - orang itu tangannya ditentukan Tuhan untuk membunuh, tetapi ia tetap dianggap salah dan dihukum. Juga Yudas Iskariot ditentukan untuk mengkhianat, tetapi Ia dituntut untuk bertanggung jawab (Luk 22:22). 2Sam 24:1 ‘Tuhan menghasut Daud’. Baca juga 2Sam 16:10-11 tentang Simei ‘yang diperintahkan untuk mengutuk’. Roh Tuhan turun atas Saul sehingga menyebabkan ia lalu telanjang seharian dan semalaman (1Sam 19:24). Bagaimana anda menafsirkan ayat-ayat ini? Cocokkah dengan pandangan anda bahwa kalau Allah yang menggerakkan, maka pasti orang itu bisa dikatakan melakukan sesuatu yang baik?
*) Matius 7:9-11 Yesus menyebut orang ‘jahat’ hanya untuk mengkontraskan dengan Tuhan yang ‘baik’. Dalam menafsirkan perumpamaan, kita tidak bisa mengurek-urek detail-detail yang bukan merupakan tujuan perumpamaan.
ESRA SORU :
--------------- -
Jadi sekali lagi walaupun Allah lebih menekankan yang vertikal, ingatlah bahwa kita tidak membahas yang mana yang ditekankan Allah tetapi apakah itu ada atau tidak. Alkitab berkata “kesalehan manusia seperti kain yang kotor”.
Itu berarti bahwa kesalehan manusia itu ada, hanya saja Allah melihatnya sebagai kain yang kotor dan dengan demikian tidak mempunyai nilai keselamatan.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Kesimpulan yang sama sekali ngawur. Yesaya mengatakan ‘kesalehan’, ia memaksudkan hal-hal yang biasanya disebut saleh, tetapi di hadapan Tuhan itu tidak saleh, tetapi seperti kain kotor. Kalau saya katakan anda adalah orang yang paling ngganteng di kebun binatang, apakah itu berarti anda ngganteng? Kalau saya katakan anda adalah orang yang paling pandai di sekolah anak-anak yang terbelakang, apakah itu berarti anda pandai? Kalau saya katakan anda orang yang paling baik dari antara para narapidana apakah itu berarti anda baik? Demikian juga kalau Yesaya mengatakan bahwa di hadapan Allah kesalehannya seperti kain kotor, itu pasti tidak bisa dianggap bahwa ia bisa betul-betul melakukan kesalehan. Pikiran andalah yang terlalu sederhana, bukan pikiran saya!
Anda dan saya satu sama lain saling menuduh sombong. Sebetulnya dari perdebatan ini sudah bisa terlihat siapa yang sombong. Saya mempunyai pandangan yang ‘rendah hati’, yaitu pandangan bahwa semua manusia (termasuk saya) sama sekali tidak bisa berbuat baik, kecuali Tuhan bekerja dalam diri kita. Anda mempunyai pandangan yang ‘sombong’, karena anda tidak bisa menerima bahwa manusia (termasuk anda) tidak bisa berbuat baik sama sekali, kecuali Tuhan menolongnya.
===========
ESRA SORU :
--------------- -
Dengan demikian sebenarnya ‘perbuatan baik’ dari orang diluar Kristus dilihat sebagai kebaikan itu sendiri (secara horisontal) yang memang ada (anda telah mengakuinya) walaupun Alkitab memberi tekanan pada yang vertikal. Jadi kesimpulan anda benar dan berarti anda membenarkan pendapat saya. Terima kasih!
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Ams 12:15 : Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.
Anda cuma memutarbalikkan ayat Kitab Suci maupun omongan saya. Anda betul-betul suatu hopeless case! Saya pikir mungkin lebih baik saya mendidik seekor anjing dari pada mendidik anda. Dan saya bersyukur saya tidak mempunyai jemaat bodoh tetapi sok pinter seperti anda.
===========
ESRA SORU :
--------------- -
VIII. Masalah konteks tulisan.
Anda menulis :
“Anda tidak melihat kontext yang sedang saya bahas. Bukankah dalam kontext dari buku saya itu, saya sedang membahas tentang keselamatan karena perbuatan baik? Saya bukannya sedang membahas kehidupan moral. Karena itu saya menyoroti perbuatan baik dari sudut Tuhan! Penyorotan anda tentang perbuatan baik dalam pandangan manusia tidak relevan di sini!”
Memang konteks yang anda bahas adalah “Keselamatan karena Perbuatan baik?” dan karena itu anda menyoroti “perbuatan baik” dari sudut Tuhan. Saya tahu hal itu, tetapi maksud saya adalah bahwa Tuhan tidak mempertimbangka n perbuatan baik manusia, itu tidak berarti bahwa perbuatan baik manusia diluar Kristus itu tidak ada. Kalau anda membahas “perbuatan baik” dari sudut Tuhan, seharusnya anda berkesimpulan bahwa sekalipun perbuatan baik manusia diluar Kristus itu ada, tapi Allah tidak memperhitungkan nya sama sekali dan dengan demikian itu sama sekali tidak mempunyai nilai keselamatan. Dan bukannya anda mengatakan bahwa manusia di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik. Kalau anda menyoroti dari sudut Tuhan, mengapa anda membangun argumen dari sisi manusia dengan berkata “manusia diluar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik”. Jadi disini anda memperlihatkan inkonsistensi sendiri. Lebih dari itu saya tambahkan bahwa saya sangat setuju dengan anda bahwa perbuatan baik manusia itu tidak bisa menyelamatkanny a.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Anda tambah lama tambah mbulet. Kan yang saya maksudkan adalah tidak ada perbuatan baik di hadapan Tuhan. Saya setuju bahwa menurut manusia ada perbuatan baik dalam diri orang kafir, tetapi standard manusia beda dengan standard Tuhan. Dan saya tidak peduli pandangan manusia, saya hanya peduli pandangan Tuhan, dan menurut Tuhan orang kafir tidak bisa berbuat baik sama sekali.
===========
ESRA SORU :
--------------- -
IX. Menyangkut “Total Depravity” (Kebejatan total).
Bagi saya, ketotalan dari kebejatan manusia berdosa tidak terletak pada keseluruhan potensi manusia untuk berbuat baik tetapi pada keseluruhan aspek dari manusia itu sesuai dengan “rupa dan gambar” Allah (Imago Dei) dalam dirinya. Dengan kata lain “Total Depravity” menunjuk pada terjadinya distorsi dalam keseluruhan aspek manusia dan bukan pada “kepunahan” seluruh potensi manusia untuk berbuat kebaikan. Penyembahan berhala menunjukkan bahwa sebenarnya di dalam diri manusia itu masih ada sifat religius (manusia sebagai makhluk rohani) walaupun yang disembah bukanlah Tuhan yang benar. Mengapa? Karena sifat itu telah mengalami distorsi. Yang dimaksud dengan “distorsi” disini adalah tidak digunakan untuk tujuan yang sebenarnya. Masih banyak aspek manusia yang masih ada (walau distortif) seperti pengetahuan, moral, dsb.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Jangan berkata “‘Total Depravity’ bagi saya” . Total Depravity itu suatu istilah dalam Calvinisme, dan anda bukan seorang Calvinist.
Dalam Calvinisme, Total Depravity (= Kebejatan total) memang dibedakan dari Utter Depravity. Yang terakhir ini berarti bahwa manusia bejadnya sudah mentok, tidak bisa lebih bejad lagi. Calvinisme menolak hal itu, karena memang bertentangan dengan Kitab Suci maupun fakta. Sebagai contoh, sekalipun anda bejad, tetapi saya bisa membayangkan anda lebih bejad dari pada anda sekarang ini (sekalipun untuk itu saya harus membayangkan dengan susah payah). Misalnya, anda memperkosa dan lalu membunuh dan memakan ibu anda sendiri. Ini tidak anda lakukan, dan karena itu sekalipun anda bejad, tetapi belum mentok. Yang dimaksud dengan ‘total’ adalah bahwa tidak ada satu bagianpun dari manusia yang tidak dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Calvinisme juga menganggap bahwa tanpa pekerjaan Tuhan manusia berdosa tidak bisa berbuat baik ataupun percaya kepada Kristus. Memang naluri akan adanya Allah ditanamkan dalam diri manusia oleh Tuhan, dan itu tetap ada. Tetapi dirusaknya manusia oleh dosa menyebabkan manusia lalu menyembah Tuhan dengan cara yang salah. ‘Salah’ ini bukan cuma caranya, tetapi juga motivasinya (seperti karena takut, bukan karena kasih, dsb).
Hanya tahu adanya Tuhan, bukan suatu kebaikan. Itu anugerah Tuhan yang bersifat umum. Dalam mencari Tuhan, menyembahNya dsb baru terlihat baik atau tidak. Dan manusia tidak bisa melakukan hal itu, kecuali Tuhan bekerja dalam dirinya.
===========
ESRA SORU :
--------------- -
Jadi ternyata sebejat-bejatny a manusia, tetapi ia masih adalah manusia yang memiliki “Imago Dei” di dalam dirinya (walau distortif). Ini jelas membedakan manusia berdosa dengan monyet seperti dalam ilustrasi anda.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Lutheran menganggap bahwa gambar dan rupa Allah dalam diri manusia hancur total. Calvinisme tidak demikian. Rusak tetapi masih ada. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia bisa berbuat baik, dari dirinya sendiri.
===========
ESRA SORU :
--------------- -
X. Sedikit nasihat Untuk Anda.
Jika anda masih mempunyai keberatan, kita dapat melanjutkan diskusi ini, tetapi khusus untuk pribadi anda (bukan teologia anda) yang penuh dengan amarah, cepat emosional dan kalimat-kalimat kotor anda yang tidak memuliakan Tuhan (Ingat I Kor 10:31?) serta makian-makian anda, biarkanlah saya memberi sedikit nasihat yang juga adalah pinjaman dari anda :
“Datanglah dan percayalah kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat supaya anda diampuni, mendapatkan keselamatan / hidup kekal dan maju dalam pengudusan sehingga anda berhenti menjadi ORANG YANG BRENGSEK seperti sekarang ini!”
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Mungkin anda sebaiknya mendaftar sebagai pelawak. Dari tadi yang memaki-maki lebih dulu siapa? Disamping itu, anda memfitnah kalau mengatakan saya menggunakan kata-kata ‘kotor’. Saya tidak menggunakannya. Mengatakan bodoh, tolol dan sejenisnya bukan kata-kata kotor. Yesus sendiri menggunakannya! Dan menggunakan kata bodoh dsb tetap bisa memuliakan Allah, kalau tidak Yesus sendiri tidak akan menggunakannya.
He, nasehat untuk datang kepada Yesus itu anda ambil dari ayat mana? Apakah ayat itu bukan descriptive? Dan mengapa menujukan 1Kor 10:31 untuk saya padahal anda sendiri katakan ayat itu sebagai ‘descriptive’? Anda betul-betul konyol!
Hebat sekali, baru menasehati orang, lalu langsung memaki sebagai orang brengsek (perhatikan kata-kata anda yang saya cetak besar itu). Anda kelihatannya adalah orang yang betul-betul tidak mempunyai hati nurani.
Saya setuju mengakhiri tindakan saling memaki, kalau anda juga mengakhirinya. Ingat bahwa anda yang memulainya, bukan saya. Saya bukan pendeta yang mau memberikan diri saya dijadikan keset kaki dari orang-orang yang kurang ajar. Kalau anda sopan, saya layani dengan sopan. Setuju?
===========
ESRA SORU :
--------------- -
NB.
*) Terima kasih untuk kesediaan menerima tantangan saya, dan saya tetap menunggu anda juga.
*) Ijinkanlah saya mengucapkan “SELAMAT HARI NATAL DAN TAHUN BARU” Semoga Tuhan Yesus memampukan anda untuk melakukan yang baik seperti yang anda inginkan.
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Saya tidak terima ucapan Selamat Hari Natal dari orang kafir. Apa gunanya? Dia sendiri belum selamat, kok mau ucapkan selamat kepada orang lain. Saya juga tidak mengucapkan Selamat Hari Natal kepada orang kafir, karena dia toh tidak ada urusannya dengan kelahiran Kristus.
===========
ESRA SORU :
--------------- -
Salam
Orang Kafir
TANGGAPAN BUDI ASALI:
--------------- --------------- ------
Salam kembali,
Orang kristen.
Bukan cuma saling memaki yang harus diakhiri, tetapi juga saling berbicara sinis. Sebetulnya saya tidak sinis, anda yang sinis dengan menyebut diri sendiri kafir. Kalau saya sebut ‘kafir’, itu memang pandangan saya tentang anda. Jadi bukannya mau sinis atau memaki. Mengapa saya menganggap anda kafir? Karena anda menyerang ajaran saya yang justru merupakan dasar penginjilan. Anda menyerang serangan-serang an saya terhadap orang-orang sesat. Seandainya anda menyerang doktrin predestinasi dsb, itu tidak akan menyebabkan saya beranggapan bahwa anda itu kafir. Juga sikap anda yang tanpa hujan dan angin memaki-maki saya, saya anggap memang cocoknya untuk orang kafir. Karena itu saya menggunakan sebutan ‘anda’ bukan ‘saudara’. Kalau saya menghadapi orang-orang yang saya anggap sebagai kristen, saya menggunakan sebutan ‘saudara’. Jadi bertobatlah dan terimalah Yesus sebagai Juruselamat anda, supaya anda selamat, dan kita menjadi saudara seiman, dan saya akan menyebut anda ‘saudara’. Sebejad-bejadny a anda, saya lebih senang anda masuk surga dari pada masuk neraka. Tetapi itu tidak mungkin terjadi kalau anda tidak betul-betul percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat anda. Kalau anda berkata bahwa anda sudah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka saya ingin tanya satu pertanyaan: kalau detik ini anda mati, yakinkah anda bahwa anda pasti masuk surga? Kalau tidak, yakin, anda belum percaya!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
AMIN_