Yesus Dimuliakan Di Atas Gunung: Eksposisi Matius 17:1-13

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Yesus Dimuliakan Di Atas Gunung: Eksposisi Matius 17:1-13. Matius 17:1-13 - “(1) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. (2) Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajahNya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang. (3) Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. (4) Kata Petrus kepada Yesus: ‘Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.’ (5) Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’ (6) Mendengar itu tersungkurlah murid-muridNya dan mereka sangat ketakutan. (7) Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: ‘Berdirilah, jangan takut!’ (8) Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri. (9) Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.’ (10) Lalu murid-muridNya bertanya kepadaNya: ‘Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?’ (11) Jawab Yesus: ‘Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu (12) dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.’ (13) Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis”
Yesus Dimuliakan Di Atas Gunung: Eksposisi Matius 17:1-13
gadget, bisnis, otomotif
Hal-hal yang di dapat dari: Yesus Dimuliakan Di Atas Gunung: Eksposisi Matius 17:1-13 

Matius 17:1: “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja”. 

1) ‘Enam hari kemudian’. 

Mari kita membandingkannya dengan ayat-ayat paralelnya dalam Injil Markus dan Lukas. 

Markus 9:2 - “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka”. 

Lukas 9:28 - “Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa”. 

Jadi, Markus 9:2 menggunakan kata-kata yang sama, tetapi Lukas 9:28 mengatakan ‘kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu’. 

Cara mengharmoniskan bagian-bagian yang kelihatannya bertentangan / kontradiksi ini: 

a) Lukas 9:28 mengatakan ‘kira-kira delapan hari ...’. 

NIV: ‘About eight days ...’ (= Kira-kira 8 hari ...). 

Kita menekankan kata-kata ‘kira-kira’ ini. 

b) Matius dan Markus hanya menghitung hari-hari yang ada di antara Mat 16:21-28 dan Matius 17:1, sedangkan Lukas juga menghitung hari-hari dimana Mat 16:21-28 dan Matius 17:1 terjadi (lihat gambar di bawah).

Mat 16:21-28             Matius / Markus                     Mat 17:1
     ║    ┌────────────┴────────────┐   ║
    ▼    │                                                                      │  ▼
|_____|__1__|__2__|__3__|__4__|__5__|__6__|_____|
|    1     |    2     |    3     |    4     |    5     |    6     |    7     |    8     |
│                                                                                            │
└────────────────┬────────────────┘
       Lukas
2) Yesus hanya membawa 3 orang murid, yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus. Mengapa?

a) Karena 3 orang murid ini adalah murid-murid yang paling dekat dengan Dia. Bandingkan dengan Markus 5:37 dan Matius 26:37 dimana juga hanya ketiga murid ini yang diijinkan untuk mengikuti Dia. 

Markus 5:37 - “Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus”. 

Matius 26:37 - “Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar”. 

b) Kitab Suci berulang-ulang menekankan perlunya 2-3 orang saksi supaya suatu perkara dianggap sah. 

Ulangan 17:6 - “Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati”. 

Ulangan 19:15 - “ ‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan”. 

Matius 18:16 - “Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan”. 

2Korintus 13:1 - “Ini adalah untuk ketiga kalinya aku datang kepada kamu: Baru dengan keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara sah”. 

1Timotius 5:19 - “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi”. 

Ibrani 10:28 - “Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi”. 

Yesus tidak mau membawa semua murid-muridNya, mungkin karena perahasiaan yang Ia inginkan (bdk. Matius 17: 9) akan sukar terlaksana. Jadi, supaya rahasia terjaga, Ia harus membawa sesedikit mungkin murid. Tetapi karena Kitab Suci menekankan 2-3 saksi, maka Ia tidak bisa membawa kurang dari itu. 

3) ‘gunung yang tinggi’. 

Banyak penafsir yang berusaha untuk mengetahui gunung apa yang dimaksud di sini. Tetapi ini merupakan usaha yang sia-sia dan bodoh. Kita tidak perlu / boleh berusaha untuk mengetahui tentang: 

a) Hal-hal yang memang Allah sembunyikan dari kita. 

b) Hal-hal yang tidak berguna; apa gunanya mengetahui gunung itu gunung apa? 

Dalam belajar Kitab Suci kita harus berani / mau belajar tentang hal-hal yang rumit, tetapi jangan belajar tentang hal-hal rumit yang tidak berguna. 

Matius 17: 2: “Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajahNya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang”. 

1) ‘Berubah rupa’. 

Kata bahasa Yunaninya: METEMORPHOTE. Mungkin saudara pernah mendengar kata yang mirip, yaitu METAMORFOSE (= perubahan bentuk pada binatang-binatang tertentu, seperti ulat berubah menjadi kupu-kupu). Tetapi perubahan yang Yesus alami, bukanlah perubahan bentuk seperti itu. Perubahan yang dimaksudkan di sini hanyalah yang digambarkan oleh Matius 17: 2, yaitu Yesus dan pakaianNya menjadi bersinar penuh kemuliaan. 

2) Ini menunjukkan keilahian Yesus. 

Ini membuktikan bahwa selama masa perendahan diri, Yesus tetap adalah Allah. Jelas bahwa teori Kenosis, yang didasarkan pada penafsiran salah tentang Filipi 2:5-7, yang mengatakan bahwa pada masa perendahan diri Yesus mengesampingkan sifat-sifat ilahiNya, tidak bisa dipertahankan. 

Doktrin yang benar tentang masa perendahan dari Yesus adalah bahwa Yesus / Logos tidak berubah dalam hakekat, sifat-sifat, maupun kegiatanNya! 

3) Dengan menunjukkan keilahianNya, terlihat dengan jelas bahwa pada saat Ia menderita dan mati, Ia melakukan semua itu bukan karena terpaksa, tetapi karena Ia memang rela. 

Matius 17: 3: “Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia”. 

1) Musa dan Elia. 

a) Merupakan sesuatu yang diperdebatkan apakah mereka berdua betul-betul muncul di gunung ini, atau itu hanya merupakan suatu penglihatan. 

1. Ada yang beranggapan bahwa ini hanya merupakan suatu penglihatan. 

Orang-orang yang mengatakan bahwa itu hanya merupakan penglihatan menggunakan Matius 17:9 sebagai dasar, karena di sana dikatakan: “Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.’”. 

Catatan: kata ‘penglihatan’ di sini, diterjemahkan oleh KJV/RSV/NASB sebagai ‘vision’. 

Tasker mengatakan bahwa terjemahan ‘the vision’ bukanlah terjemahan yang baik. Ia menganggap bahwa ‘what you have seen’ (= apa yang telah kaulihat) sebagai terjemahan yang lebih baik. Tetapi perlu diketahui bahwa kata Yunani yang dipakai di sini, yaitu HORAMA, muncul 13 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Matius 17:9 Kis 7:31 Kis 9:10,12 Kis 10:3,17,19 Kis 11:5 Kis 12:9 Kis 16:9,10 Kis 18:9 dan Wah 9:17 dan selalu diterjemahkan ‘vision’ (= penglihatan). 

Sekarang mari kita bandingkan dengan Kis 16:9-10 - “(9) Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’ (10) Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana”. 

Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘penglihatan’, baik dalam Matius 17:9 maupun Kis 16:9-10, adalah sama yaitu HORAMA. 

Bagaimana kita akan menafsirkan penglihatan Paulus tentang orang Makedonia ini? Tentu kita tidak akan menafsirkan bahwa orang Makedonia itu betul-betul dibawa oleh Tuhan ke hadapan Paulus, karena itu hanya merupakan penglihatan. 

Bandingkan juga dengan Kis 12:9 - “Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan”. 

Jelas bahwa ayat ini menunjukkan bahwa kalau sesuatu hanya merupakan vision / penglihatan, maka itu tidak sungguh-sungguh terjadi. Demikian juga dengan penampakan Musa dan Elia. Kalau itu memang hanya merupakan vision / penglihatan, maka itu berarti bahwa mereka berdua tidak betul-betul dipindahkan dari surga ke gunung itu. 

2. Ada juga yang beranggapan bhahwa hal ini merupakan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi. 

Ada orang-orang yang mengatakan bahwa penampakan Musa dan Elia tidak mungkin hanya merupakan suatu vision / penglihatan, karena: 

· kalau demikian maka transfigurasi / perubahan / pemuliaan Yesus juga tidak sungguh-sungguh terjadi. Tetapi tidak mungkinkah bahwa transfigurasinya betul-betul terjadi, tetapi Musa dan Elianya hanya merupakan suatu penglihatan? 

· karena dalam penampakan tersebut Tuhan Yesus bisa bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Tetapi vision / penglihatan memang bisa berbicara, seperti dalam Kis 16:9, dimana orang Makedonia itu berbicara kepada Paulus. 

Calvin menganggap bahwa mungkin sekali Musa dan Elia betul-betul datang. 

Calvin: “It is asked, Were Moses and Elijah actually present? or was it only an apparition that was exhibited to the disciples, as the prophets frequently beheld visions of things that were absent? Though the subject admits, as we say, of arguments on both sides, yet I think it more probable that they were actually brought to that place. There is no absurdity in this supposition; for God has bodies and souls in his hand, and can restore the dead to life at his pleasure, whenever he sees it to be necessary” (= Dipertanyakan apakah Musa dan Elia betul-betul hadir? atau apakah itu hanya merupakan suatu penampakan yang ditunjukkan kepada murid-murid, seperti nabi-nabi sering melihat penglihatan tentang hal-hal yang sebetulnya tidak berada di sana? Sekalipun persoalan ini memungkinkan argumentasi dari kedua belah pihak, tetapi saya menganggapnya lebih mungkin bahwa mereka betul-betul dibawa ke tempat itu. Tidak ada yang mustahil dalam anggapan ini; karena Allah memegang tubuh dan jiwa dalam tanganNya, dan bisa menghidupkan kembali orang yang mati sesuai kehendakNya, pada saat Ia menganggapnya perlu) - hal 310. 

b) Mengapa Tuhan menunjukkan Musa dan Elia bersama-sama dengan Yesus di gunung ini? Mengapa bukan nabi-nabi yang lain? 

Musa dan Elia mempunyai pengalaman-pengalaman hebat yang sama: 

· Pengalaman pribadi di atas gunung bersama Tuhan (Kel 31 1Raja 19:9-18). 

· Mereka berpuasa 40 hari (Keluaran 24:18 Keluaran 34:28 1Raja-Raja 19:8). 

Tetapi bagaimanapun bukan itu alasan yang menyebabkan mereka tampil bersama Yesus di sini. 

Tuhan menampakkan Musa dan Elia di dunia bersama-sama dengan Yesus, karena Ia mempunyai maksud khusus. Apakah maksud khusus itu? Bacalah kata-kata Calvin dan Hendriksen di bawah ini. 

Calvin: “why did these two appear rather than others who equally belonged to the company of the holy fathers? It was intended to demonstrate that Christ alone is the end of the Law and of the Prophets; ... Elijah was selected, in preference to others, as the representative of all the Prophets; because, though he left nothing in writing, yet next to Moses he was the most distinguished of their number, restored the worship of God which had been corrupted, and stood unrivalled in his exertions for vindicating the Law and true godliness, which was at that time almost extinct” (= mengapa dua orang ini yang muncul dan bukannya orang-orang lain yang termasuk dalam kumpulan bapa-bapa kudus? Itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Kristus sendiri adalah tujuan dari Hukum Taurat dan kitab para nabi; ... Elia dipilih lebih dari yang lain, sebagai wakil dari nabi-nabi, karena sekalipun ia tidak meninggalkan tulisan apapun, tetapi setelah Musa ia adalah yang paling terkenal dari kelompok mereka, ia memulihkan ibadah kepada Allah yang telah rusak, dan tak tertandingi dalam usahanya untuk membela Hukum Taurat dan kesalehan yang sejati, yang pada saat itu hampir punah) - hal 310,311. 

William Hendriksen: “Why just these two? Leaving aside all useless speculation, the simplest and best answer still seems to be that Moses and Elijah represented respectively the law and the prophets, both of which Jesus had come to fulfil (Matt. 5:17; Luke 24:27,44)” [= Mengapa hanya 2 orang ini? Mengesampingkan semua spekulasi yang tak berguna, jawaban yang paling sederhana dan paling baik kelihatannya adalah bahwa Musa dan Elia mewakili kitab taurat dan nabi-nabi, untuk mana Yesus telah datang untuk menggenapi (Mat 5:17; Luk 24:27,44)] - hal 667. 

Matius 5:17 - “‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”. 

Luk 24:27,44 - “(27) Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. ... (44) Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataanKu, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’”. 

Perjanjian Lama terdiri dari kitab-kitab Taurat dan kitab nabi-nabi. Musa mewakili kitab-kitab Taurat, dan Elia mewakili kitab nabi-nabi. Dan seluruh Perjanjian Lama menunjuk kepada Yesus dan digenapi dalam Yesus! Bandingkan dengan: 

· Roma 10:4 - “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya”. Sebetulnya ayat ini salah terjemahan. 

KJV: ‘For Christ is the end of the law for righteousness to every one that believeth’ (= Karena Kristus adalah tujuan / akhir dari hukum Taurat untuk kebenaran bagi setiap orang yang percaya). RSV/NIV/NASB juga menterjemahkan seperti KJV. 

· Efesus 2:15 - “sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera”. 

2) Musa dan Elia berbicara dengan Yesus. 

Mereka berbicara tentang apa? 

Lukas 9:31 - “Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”. 

NIV: ‘They spoke about his departure, which he was about to bring to fulfillment at Jerusalem’ (= Mereka berbicara tentang kepergianNya, yang akan segera Ia genapi di Yerusalem). 

Kata ‘kepergian’ jelas menunjuk pada ‘kematian Yesus’. Sekalipun tidak selalu, tetapi kata ‘pergi’ sering digunakan untuk menunjuk pada ‘kematian’. Bandingkan dengan: 

Yohanes 7:33 - “Maka kata Yesus: ‘Tinggal sedikit waktu saja Aku ada bersama kamu dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku”. 

Yohanes 8:21 - “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: ‘Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.’”. 

Jadi, mereka membicarakan tentang kematian Yesus yang akan segera terjadi. 

Leon Morris (Tyndale): “Only Luke tells us that the subject of the conversation was Jesus’ departure, i.e. His death (cf. 2Pet. 1:15). That such a topic was chosen at such time shows how central the death of Jesus is. The use of the word EXODOS for death is unusual and we should probably discern some Exodus typology. The Exodus had delivered Israel from bondage. Jesus by His ‘exodus’ would deliver His people from a far worse bondage” [= Hanya Lukas memberitahu kita bahwa pokok dari pembicaraan adalah kepergian Yesus, yaitu kematianNya (bdk. 2Petrus 1:15). Bahwa topik seperti itu dipilih pada saat seperti itu menunjukkan betapa sentralnya kematian Yesus. Penggunaan kata EXODOS untuk ‘kematian’ merupakan sesuatu yang tidak umum, dan mungkin kita harus melihat suatu typology Exodus / Keluaran. Exodus / Keluaran telah membebaskan Israel dari perbudakan. Yesus, oleh Exodus / KeluaranNya, akan membebaskan umatNya dari suatu perbudakan yang jauh lebih buruk] - ‘The Gospel According to St. Luke’, hal 172. 

Catatan: 2Pet 1:15 merupakan ayat lain yang menunjukkan bahwa kata ‘kepergian’ digunakan untuk menunjuk pada ‘kematian’. 

2 Petrus 1:15 - “Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu”. 

Yesus, melalui kematianNya, memang membebaskan kita dari perbudakan dosa. Bandingkan dengan:  

Yoh 8:34,36 - “(34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. ... (36) Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.’”. 

Ibrani 2:14-15 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut”. 

Matius 17: 4: “Kata Petrus kepada Yesus: ‘Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.’”. 

1) Bandingkan dengan Markus 9:5-6 dan Lukas 9:33 yang mengatakan bahwa Petrus tidak tahu apa yang ia katakan. 

Kata-kata ini memang bodoh sekali. Mengapa? 

ini menunjukkan bahwa ia tidak mengerti tujuan pemuliaan Yesus itu. 

ia menyejajarkan Yesus dengan Musa dan Elia. 

ia mau menahan Musa dan Elia, yang sudah berada dalam kemuliaan, di dunia ini. 

bdk. Lukas 9:31 - Musa dan Elia berbicara tentang kematian Yesus. Tetapi Petrus ingin menahan Yesus di dunia ini. 

Petrus mengeluarkan kata-kata bodoh karena ia tidak berpikir sebelum berbicara! Apakah saudara juga sering mengucapkan kata-kata tanpa dipikir? Bandingkan dengan: 

¨ Hakim 11:30-35 (nazar Yefta). 

¨ Matius 14:6-11 (sumpah Herodes kepada anak perempuan Herodias). 

2) Petrus adalah orang yang aktif; ia ingin berbuat sesuatu (mendirikan kemah). 

Tetapi ini adalah saat untuk berdiam diri di hadapan Tuhan! Ia seharusnya memperhatikan, merenung, dan sebagainya. Kita memang harus tahu kapan kita harus bertindak, dan kapan kita harus berdiam diri / merenung! 

Matius 17: 5: “Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’”. 

1) Allah tidak menunjukkan wujud. 

Bdk. Ulangan 4:15-16 - “(15) Hati-hatilah sekali - sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api - (16) supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan”. 

Awan menghalangi murid-murid untuk melihat kemuliaan Allah secara langsung. Hanya Firman Tuhan yang terdengar oleh mereka. Ini sesuatu yang penting bagi kita! Kita tidak bisa mengikut Tuhan dengan ‘melihat’ Tuhan! Tuhan telah memberikan Firman Tuhan / Kitab Suci kepada kita. Itulah yang harus kita pelajari dan melalui Firman Tuhan itulah kita mengikut Tuhan! 

2) Matius 17: 5b: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’”. 

a) Yesus adalah Anak. 

Jelas bahwa Ia jauh lebih besar dari pada Musa dan Elia yang adalah hamba / pelayan. 

Bdk. Ibr 3:1-6 - “(1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, (2) yang setia kepada Dia yang telah menetapkanNya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumahNya. (3) Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. (4) Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. (5) Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, (6) tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumahNya; dan rumahNya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan”. 

b) Kita harus mendengar dan taat hanya kepada Yesus. Bukan kepada yang lain! 

Kata-kata dalam Matius 17: 5b ini jelas meninggikan Yesus dan merendahkan yang lain, bahkan merendahkan Musa dan Elia. Ajaran yang benar memang selalu meninggikan Yesus dan merendahkan manusia, siapapun ia adanya! Karena itu jangan mendewakan / mengkultus-individukan pendeta / pengkhotbah yang hebat / top. 


Matius 17: 6-7: “(6) Mendengar itu tersungkurlah murid-muridNya dan mereka sangat ketakutan. (7) Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: ‘Berdirilah, jangan takut!’”. 

1) ‘Tersungkurlah murid-muridNya’! 

Jangan menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk membenarkan ajaran dan praktek tentang ‘nggeblak’ (slain of / by the Spirit)! Murid-murid di sini tidak sedang menerima / dipenuhi oleh Roh Kudus! Mereka hanya sangat ketakutan karena penglihatan itu; ini sangat berbeda dengan orang-orang nggeblak jaman sekarang, yang nggeblak / tersungkur sekalipun tidak mendapat penglihatan apa-apa. 

Juga perhatikan bahwa Yesus menyentuh mereka dan menyuruh mereka berdiri. 

Matius 17: 7: “Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: ‘Berdirilah, jangan takut!’”. 

Ini menunjukkan bahwa: 

a) Tuhan / Roh Kudus bukanlah penyebab nggeblak / tersungkurnya anakNya. 

Kalau orang-orang dari banyak gereja jaman sekarang mengatakan bahwa mereka dinggeblakkan oleh Roh, perlu diragukan, roh siapa itu gerangan? Roh Kudus atau roh setan? Yang senang membuat orang nggeblak memang adalah setan. 

Markus 9:17-27 - “(17) Kata seorang dari orang banyak itu: ‘Guru, anakku ini kubawa kepadaMu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. (18) Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-muridMu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.’ (19) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!’ (20) Lalu mereka membawanya kepadaNya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. (21) Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: ‘Sudah berapa lama ia mengalami ini?’ Jawabnya: ‘Sejak masa kecilnya. (22) Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.’ (23) Jawab Yesus: ‘Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!’ (24) Segera ayah anak itu berteriak: ‘Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!’ (25) Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kataNya: ‘Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!’ (26) Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: ‘Ia sudah mati.’ (27) Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri”. 

Dari text ini kita bisa melihat bukan hanya bahwa setan membanting-banting seseorang (Matius 17: 18,20,22), tetapi juga bahwa Yesus membangunkan orang itu (Matius 17: 27). 

b) Ia bahkan tidak senang melihat anakNya nggeblak / tersungkur. 

Ia menyentuh, memberikan keberanian / membuang ketakutan mereka, dan menyuruh mereka berdiri. Dalam kasus-kasus lain, Ia bahkan membangunkan / memberdirikan mereka, atau memberikan kekuatan kepada mereka sehingga mereka bisa bangun. Bandingkan dengan: 

· Yeh 1:28-2:2 - “(1:28) Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman. (2:1) FirmanNya kepadaku: ‘Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau.’ (2:2) Sementara Ia berbicara dengan aku, kembalilah rohku ke dalam aku dan ditegakkannyalah aku. Kemudian aku mendengar Dia yang berbicara dengan aku”. 

Bagian yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan. 

Dalam NIV, bagian yang saya garis bawahi itu diterjemahkan sebagai berikut: ‘the Spirit came into me and raised me to my feet’ (= Roh datang / masuk ke dalamku dan mendirikan aku pada kakiku). 

Yang dimaksud dari ‘Roh’ bukanlah ‘roh dari Yehezkiel’, tetapi ‘Roh Kudus’. Ialah yang menegakkan Yehezkiel. 

· Yeh 3:23-24 - “(23) Aku bangun dan pergi ke lembah; sesungguhnya di sana kelihatan kemuliaan TUHAN seperti kemuliaan yang telah kulihat di tepi sungai Kebar, dan aku sujud. (24) Tetapi masuklah Roh ke dalam aku dan ditegakkannya aku, lalu Ia berbicara dengan aku, kataNya: ‘Pergilah pulang, kurunglah dirimu di dalam rumahmu”. 

Kata yang saya cetak miring itu seharusnya dituliskan ‘Roh’, bukan ‘roh’, karena yang dimaksud adalah ‘Roh Kudus’. Jadi, lagi-lagi terlihat bahwa Roh Kudus yang menegakkan Yehezkiel. 

· Daniel 10:8-10,18-19 - “(8) demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (9) Lalu kudengar suara ucapannya, dan ketika aku mendengar suara ucapannya itu, jatuh pingsanlah aku tertelungkup dengan mukaku ke tanah. (10) Tetapi ada suatu tangan menyentuh aku dan membuat aku bangun sambil bertumpu pada lutut dan tanganku. ... (18) Lalu dia yang rupanya seperti manusia itu menyentuh aku pula dan memberikan aku kekuatan, (19) dan berkata: ‘Hai engkau yang dikasihi, janganlah takut, sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya, jadilah kuat!’ Sementara ia berbicara dengan aku, aku merasa kuat lagi dan berkata: ‘Berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau telah memberikan aku kekuatan.’”. 

· Wahyu 1:17-18 - “(17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, (18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut”. 

Bandingkan juga dengan ajaran jaman sekarang yang bukan hanya mengatakan bahwa orang-orang kristen dinggeblakkan oleh Roh Kudus, tetapi juga melarang untuk membangunkan orang yang nggeblak itu! 

2) Apa yang Yesus lakukan di sini sesuai dengan fungsi Kristus, yaitu memimpin kita supaya bisa / boleh datang ke hadirat Allah dengan keberanian. 

Bandingkan dengan: 

Efesus 3:12 - “Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya”. 

Ibrani 10:19-22 - “(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, (21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”. 

Saudara bisa menjadi anak Allah, saudara dibenarkan dan diterima oleh Allah, bukan karena kebenaran saudara sendiri, tetapi karena saudara ada di dalam Kristus! Ingat bahwa ini berlaku bukan hanya untuk saat pertama saudara datang kepada Allah, tetapi juga setelah saudara menjadi orang kristen! Setiap kali saudara mau berbakti, berdoa dsb, jangan mengandalkan kesucian / perbuatan baik saudara sendiri. Ingat bahwa keberadaan saudara di dalam Kristus yang menyebabkan saudara diterima oleh Allah! 

Penerapan: kalau kita mau berdoa, setan sering mengingatkan dosa-dosa kita (bukan dosa yang kita pegangi, tetapi dosa-dosa yang sudah kita sesali) dan berkata kepada kita bahwa kita tidak layak datang kepada Tuhan. Pernahkah saudara mengalami hal seperti itu? Ingat bahwa kata-kata itu pasti datang dari setan! Dan pada saat seperti itu, ingatlah bahwa saudara diterima oleh Allah, karena saudara ada di dalam Kristus, bukan karena perbuatan baik saudara! 

Matius 17: 8: “Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri”. 

Mereka hanya melihat Yesus saja; Musa dan Elianya hilang! 

Calvin: “When it is said that in the end they saw Christ alone, this means that the Law and the Prophets had a temporary glory, that Christ alone might remain fully in view. If we would properly avail ourselves of the aid of Moses, we must not stop with him, but must endeavour to be conducted by his hand to Christ, of whom both he and all the rest are ministers. This passage may also be applied to condemn the superstitions of those who confound Christ not only with prophets and apostles, but with saints of the lowest rank, in such a manner as to make him nothing more than one of their number” (= Ketika dikatakan bahwa pada akhirnya mereka hanya melihat Kristus saja, ini berarti bahwa kitab Taurat dan nabi-nabi mempunyai kemuliaan sementara, supaya Kristus sendiri tertinggal dalam pemandangan. Jika kita mau secara benar membantu diri kita sendiri dengan pertolongan Musa, kita tidak boleh berhenti pada dia, tetapi harus berusaha untuk dipimpin oleh tangannya kepada Kristus, terhadap siapa ia dan semua nabi yang lain adalah pelayan. Text ini juga bisa diterapkan untuk mengecam tahyul-tahyul dari mereka yang mencampur-adukkan Kristus bukan hanya dengan nabi-nabi dan rasul-rasul, tetapi juga dengan orang-orang kudus dari tingkat yang paling bawah, dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat Dia tidak lebih dari salah satu dari mereka) - hal 316. 

Matius 17: 9-13: “(9) Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.’ (10) Lalu murid-muridNya bertanya kepadaNya: ‘Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?’ (11) Jawab Yesus: ‘Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu (12) dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.’ (13) Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis”. 

1) Yesus berbicara tentang kebangkitanNya dari orang mati (Matius 17: 9). 

Dalam Markus 9:10 dikatakan bahwa murid-murid lalu berdebat tentang arti dari ‘kebangkitan dari antara orang mati’ itu. Mungkin mereka menafsirkan kata-kata itu secara salah. Yesus memaksudkan kata-kata itu secara hurufiah, mereka menafsirkannya secara simbolis / figurative, sehingga mereka berpikir bahwa saat pemerintahan Kristus akan segera dimulai. Karena itu mereka lalu menanyakan tentang Elia (Matius 17:10). Mereka merasa heran karena Mal 4:5 mengatakan Elia harus menjadi pendahulu Kristus. Sekarang Kristus sudah akan memerintah, tetapi Elianya kok belum muncul? (Ingat bahwa pemunculan Elia yang mereka pikirkan adalah semacam reinkarnasi dari Elia, jadi bukan sekedar penampakan seperti dalam ay 3 di atas). 

2) Hubungan Elia dan Yohanes Pembaptis. 

a) Dari Mal 4:5 Matius 11:14 Matius 17:10-13 kelihatannya Yohanes Pembaptis adalah Elia atau reinkarnasi dari Elia. 

Matius 17:10-13 - “(10) Lalu murid-muridNya bertanya kepadaNya: ‘Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?’ (11) Jawab Yesus: ‘Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu (12) dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.’ (13) Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis”. 

b) Tetapi Yohanes Pembaptis tidak mungkin adalah reinkarnasi dari Elia, karena: 

1. Kitab Suci jelas sekali menentang reinkarnasi, karena dalam Ibrani 9:27 dikatakan bahwa “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”. 

2. Yohanes Pembaptis sendiri dengan jelas berkata bahwa ia bukanlah Elia. 

Yoh 1:21a - “Lalu mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’”. 

c) Elia dan Yohanes Pembaptis memang mempunyai beberapa persa­maan seperti: 

· pakaian (2Raja 1:8 Matius 3:4). 

· semangat / keberanian (Matius 3:7-dst Mat 14:3-4 1Raja-raja 18:16-19). 

Karena itulah maka Lukas 1:17 mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis ‘berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia’. Perlu diketahui bahwa kata ‘roh’ bisa diartikan / diterjemahkan ‘semangat’. 

Jadi, kesimpulannya adalah: Yohanes Pembaptis bukanlah Elia / reinkarnasi dari Elia, tetapi hanyalah orang yang mempunyai banyak persamaan dengan Elia. 

-o0o-
Next Post Previous Post