5 LANGKAH PENYEMBUHAN HATI YANG TERLUKA (MAZMUR 147:3)

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.

Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” (Mazmur 34:19); “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (Mazmur 147:3)
5 LANGKAH PENYEMBUHAN HATI YANG TERLUKA
PROLOG: 

Akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa, citra Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Manusia telah rusak total (total depravity) yang artinya bahwa kerusakan akibat dosa asal menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk pikiran, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1 Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan bahwa secara natur tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12). 

Dosa juga mengakibatkan ketidakmampuan total (total inability) yang artinya bahwa seseorang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; dan bahwa tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah. 

Memang, orang yang belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakkan oleh kasih kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Allah.

Wayne Grudem menuliskan, “Dosa merusak segala sesuatu. Kita tidak hidup dalam tujuan hidup yang telah ditetapkan sejak semula bagi kita, dan kita tidak hidup di dalam dunia yang telah dirancang sejak semula untuk ditinggali. 

Dosa merusak gambar Allah di dalam diri kita; kita tidak lagi merefleksikan kesempurnaan sebagaimana yang dirancang Allah saat menciptakan kita. Karena dosa, berbagai hal tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan semula”. Saat ini kita hidup dalam dunia yang telah jatuh dan rentan terhadap kejahatan yang tidak akan terjadi jika manusia tidak memberontak melawan Allah (Roma 8:20-22). 

Kejahatan natural seperti gempa bumi, tsunami, badai, banjir dan lainnya, dan kejahatan moral seperti penindasan, kekerasan fisik, pembunuhan, pemerkosaan, perang, ketidakadilan, dan lain sebagainya, akan terus terjadi sampai Tuhan mengakhiri kejahatan itu untuk selama-lamanya (Wahyu 21:4). Jelaslah bahwa manusia memerlukan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh yang memampukannya untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Regenerasi adalah solusi yang disediakan Allah bagi manusia!

REGENERASI SOLUSI YANG DISEDIAKAN ALLAH BAGI KEBERDOSAAN MANUSIA

Regenerasi merupakan perubahan yang radikal, yaitu perubahan pada akar natur kita. Istilah radikal berasal kata Latin “radix” yang berarti “akar”. Lalu, apakah regenerasi itu? Pertama, regenerasi adalah penanaman (pemberian) kehidupan rohani yang baru. Pada dasarnya manusia telah mati secara rohani dan tidak mungkin dapat bekerja sama dengan Allah untuk menghidupkan dirinya sendiri (Efesus 2:5; Kolose 2:13; Roma 8:7-8). 

Karena itu, regenerasi merupakan tindakan Allah, dan manusia hanya menerimanya. Kedua, regenerasi adalah perubahan total. Regenerasi adalah perubahan total yang mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian, yaitu pikiran, hati nurani, kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru” (Yehezkiel 36:26). Hati adalah inti rohani dari satu pribadi, pusat dari seluruh aktivitas; sumber yang darinya mengalir semua pengalaman mental dan spiritual, berpikir, merasakan, menghendaki, mempercayai, dan sebagainya (Bandingkan dengan Amsal 4:23; Matius 15:18-19).

Selanjutnya, sebagai akibat dari regenerasi adalah: 

Pertama, memampukan seseorang untuk bertobat dan percaya. Seseorang dapat memberi respon di dalam pertobatan dan beriman hanya setelah Tuhan memberikan kehidupan yang baru kepadanya. Bertobat merupakan suatu keputusan sadar untuk berpaling dari dosa-dosa, sedangkan beriman berarti berpaling kepada Kristus untuk mengampuni dosa-dosa. 

Kedua, transformasi hati dan pikiran. Perubahan ini meskipun tidak disadari, menghasilkan hati (kardia) yang diubahkan yang memimpin kepada pikiran dan karakter yang diubahkan dan kemudian menghasilkan hidup yang diubahkan (2 Korintus 5:17). Paulus dalam Roma 12:2 mengatakan “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. Kata Yunani “nous” yang digunakan di sini berarti “akal budi atau pikiran”. Jadi, perubahan hati dan pikiran akan teraktualisasi dalam perubahan perilaku yaitu: sikap, tindakan dan perbuatan ( Efesus 4:17-32).

PERGUMULAN HIDUP ORANG PERCAYA

Walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-pribadi baru dalam Kristus, akan tetapi mereka belum mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa; mereka masih harus bergumul melawan dosa. Pembaharuan ini merupakan proses seumur hidup. Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan (apekdysamenoi) manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya, dan telah mengenakan (endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). 

Dalam ayat ini Paulus bukan bermaksud memberitahu orang-orang percaya di Kolose bahwa mereka sekarang atau setiap hari harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru berulang-ulang kali, tetapi Paulus menegaskan bahwa mereka telah mengalaminya pada saat regenerasi dan telah melakukannya ketika mereka di saat konversi menerima dengan iman apa yang telah dikerjakan Kristus bagi mereka. 

Kata Yunani “apekdysamenoi (menanggalkan)” dan “endysamneoi (mengenakan)” menggunakan bentuk aorist tense yang mendeskripsikan kejadian seketika. Jadi Paulus sedang merujuk kepada apa yang telah dilakukan orang percaya di Kolose ini di masa yang lalu. Ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. 

Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan”, yang bersifat dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika; yang memerlukan pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18).

Selanjutnya, Paulus dalam Efesus 4:23 mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui (ananeousthai) di dalam roh dan pikiranmu”. Bentuk infinitif “ananeousthai” yang diterjemahkan dengan “dibaharui” adalah bentuk present tense yang menunjuk kepada suatu proses yang berkelanjutan. Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka berupa keinginan-keinginan daging (Roma 8:13; Galatia 5:19-21; Kolose 3:5), serta menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2 Korintus 7:1).

HATI MANUSIA YANG TERLUKA

Hati manusia bisa terluka! Orang Kristen pun tidak luput darinya. Hati menurut Alkitab adalah inti rohani dari satu pribadi, pusat dari seluruh aktivitas; sumber yang darinya mengalir semua pengalaman mental dan spiritual, berpikir, merasakan, menghendaki, mempercayai, dan sebagainya (Bandingkan dengan Amsal 4:23; Matius 15:18-19).

Dunia kita dipenuhi dengan orang-orang yang menyimpan luka-luka yang tidak kelihatan (luka batin). Sebagian dibawa dari sejak kandungan, sebagian lagi berasal dari masa kecil mereka, tetapi ada juga yang terluka karena tekanan dan persoalan kehidupan modern. Ironisnya lagi, banyak di antara orang Kristen yang masih dalam keadaan “terluka” ini. 

Professor David J. Schawartz dalam bukunya Berpikir dan Berjiwa Besar mengutip apa yang telah diteliti oleh Dr. Schindler. Dia mengatakan bahwa “tiga dari empat orang yang terbaring di rumah sakit, mengidap penyakit Emosionally Induced IIliness yaitu semacam penyakit yang disebabkan oleh emosi. Selanjutnya dia juga mengatakan bahwa “sebenarnya tiga dari empat orang yang sakit sekarang ini akan sehat jika mereka belajar bagaimana menangani masalah emosi mereka”. 

Memang benar bahwa banyak penyakit bersifat psikosomatis, yaitu penyakit biologis yang disebabkan oleh faktor psikologis (kejiwaan). Stres dan depresi, misalnya menyebabkan beragam penyakit, mulai dari jerawat, maag, flu, jantung hingga kanker. Kitab suci mengatakan, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22).

Orang yang terluka di dalam jiwa bila mengenai pikirannya akan menyebabkan stres bahkan depresi yang pada akhir bisa menjadi berakibat stroke. Kalau luka itu mengenai perasaannya biasanya akan mengidap penyakit jantung, kanker, maag/tukak lambung, tumor dan sejenisnya. Sebab itu Alkitab berbicara secara khusus perlunya kesembuhan luka-luka batin ini.

Dosa, pencemaran rohani, ikatan dan hati yang terluka merupakan empat hal yang berbeda. Untuk dosa yang diperlukan adalah pengampunan melalui karya Kristus, untuk ikatan adalah pelepasan, untuk pencemaran rohani penyucian oleh darah Kristus dan untuk hati yang terluka yang diperlukan adalah kesembuhan. Kadang-kadang kita membutuhkan pertolongan dalam keempat bidang ini. 

Bagi orang percaya yang masih menyimpan luka-luka batin, perhatikan apa yang dikatakan oleh Cindy Jacobs berikut ini : ““Luka yang tidak tersembuhkan, bagaikan infeksi yang apabila tidak dirawat dapat menghancurkan panggilan hidup kita. Jika kita sungguh-sungguh ingin menjadi apa yang Allah inginkan atas hidup kita, kita harus mengizinkan Roh Kudus untuk menemukan semua tempat yang terluka di dalam diri kita dan menyembuhkan hati kita yang hancur”.

CIRI-CIRI ORANG YANG HATINYA TERLUKA

Floyd McClung mengindentifikasikan keadaan orang yang mengalami luka-luka batin karena keegoisannya, yaitu : Penarikan atau pengucilan diri, sifat ingin memiliki, mental kami versus/lawan mereka, manipulatif dan menolak kerja sama, tidak mau diajar, tidak sabar, berprasangka buruk atau curigaan terhadap orang lain, suka mengkritik atau menghakimi, tidak setia, tidak tahu berterima kasih dan idealisme yang tidak sehat yaitu suka memaksakan pendapatnya kepada orang lain.

Sementara itu, seorang lainnya mengembang ciri-ciri orang yang terluka tersebut secara lebih spesifik lagi, yaitu : Tidak peduli terhadap orang lain, perasaannya terlalu sensitif dan peka, kurang bisa bergaul, menjauhkan diri dari pertemuan dengan orang yang masih baru dikenal, tidak tahu berterima kasih, menyenangi perkara yang sia-sia, sulit mengampuni orang lain, keras kepala dan tegar tengkuk, keadaan jiwa labil, senang bergaul dengan teman senasib, suka menghakimi orang lain, mudah frustrasi dan stres, tidak pernah merasa puas, rendah diri/minder, suka mengasihani diri sendiri, sombong, suka berbohong, tidak jujur, dan munafik.

Seperti telah disebutkan di atas, dunia kita dipenuhi dengan orang-orang yang menyimpan luka-luka yang tidak kelihatan (luka batin). Sebagian dibawa dari sejak kandungan, sebagian lagi berasal dari masa kecil mereka, ada juga yang terluka karena tekanan dan persoalan kehidupan modern. Akan tetapi apabila diteliti maka akar penyebab luka-luka batin tersebut sebetulnya berasal dari keluarga dan sangat erat hubungannya dengan orang tua. Ada empat penyebab utamanya : 

(1) Tertolak dari orang tua, 

(2) Kurang kasih sayang dari orang tua 

(3) Dilukai oleh orang tua 

(4) Dimanjakan oleh orang tua (Baca : Yesaya 49:15,16: Mazmur 27:10; Amsal 29:17: Kolose 3:21; Efesus 6:4: Ibrani 12:5,6).


Sebab itu para orang tua terutama seorang ayah harus meminta hikmat dari Tuhan tentang apa dan bagaimana mendidik anak-anak kita, agar jangan sampai menyakitkan hati mereka. Teguran yang keras diberikan oleh Paulus kepada para ayah agar jangan menyakiti hati anak-anak mereka, melainkan mengajar mereka menurut nasihat dan ajaran Tuhan (Kolose 3:21). 

Demikian juga anak-anak seharunyalah menghormati ayah dan ibu mereka (Kolose 3:21). Kekecewaan, kepahitan dan rasa tertolak akan menyebabkan ketidakharmonisan dalam suatu keluarga. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh iblis untuk menghancurkan kehidupan seseorang. Sebab itu Yesus mengajarkan agar kita harus selalu mengampuni.

Secara khusus keluarga yang berantakan (broken home) karena perceraian mengakibatkan banyak yang terluka. Bagi orang-orang tertentu perceraian sepertinya adalah penyelesaian masalah, tetapi bagi orang lainnya justru merupakan masalah. Karena akan ada pihak yang terluka, tertekan, tersakiti dan dirugikan. Yang terkena dampak bukan hanya pasangan yang bercerai, tetapi juga anak-anak, pihak keluarga, serta orang lainnya. 

Lagu “Butiran Debu” yang dinyanyikan Rumor nampaknya mengekspresikan dengan tepat kebahagiaan cinta (keluarga) yang dirusak oleh pengkhianatan dan betapa dalam luka yang diakibatkannya. Ada harga mahal yang dibayar bagi sebuah pilihan untuk bercerai karena perceraian mengakibatkan luka yang tidak mudah untuk disembuhkan. Dan mungkin, bila luka tersebut disembuhkan tetap akan menyisakan goresan bekas luka tersebut.

DASAR ALKITAB BAGI PENYEMBUHAN HATI YANG LUKA

Kesembuhan, baik fisik maupun emosi dimungkinkan oleh karya pendamaian Kristus di kayu salib (Yesaya 53:3-4; Matius 8:16-17), sebab pengampunan dosa memungkinkan terjadinya kesembuhan (Matius 103:3; Yakobus 5:15-16). 

Rasul Petrus menerapkan Yesaya 53:5 pada pengampunan dosa. Rasul Petrus berkata mengenai Kristus, “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24). Seperti Yesaya melukiskan dosa sebagai penyakit (Yesaya 53:4-6), demikianlah rasul Petrus menggunakan perkataan Yesaya untuk menyampaikan kepada kita bahwa kesembuhan yang disebutkan dalam Yesaya 53:5 adalah terutama kesembuhan dari dosa. Itulah kesembuhan yang kita per oleh di dalam pendamaian. 

Dalam nada yang sama, Petrus mengutip Yesaya 53:6 saat ia berkata “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu” (1 Petrus 2:25). 

Jadi karya pendamaian adalah untuk menyembuhkan kita dari dosa dan untuk mengembalikan kita (domba) yang tersesat kepada Allah, sebagaimana yang dijelaskan Petrus ketika menerapkan Yesaya 53:5-6. Jadi memang pendamaian berhubungan dengan penyembuhan tetapi tidak berhubungan secara langsung. Pendamaian berhubungan secara langsung dengan masalah dosa, dan pendamaian tersebut memungkinkan terjadinya kesembuhan fisik maupun emosi (Yesaya 53:4; Matius 8:16-17). 

Alkitab menegaskan keinginan Allah untuk memulihkan orang-orang yang mengalami luka-luka batin. Yesaya menubuatkan bahwa Yesus Kristus sang Juru selamat akan “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara .. (dan) merawat orang-orang yang remuk hati” (Yesaya 61:1,3). 

Dalam Mazmur 34:19 dikatakan bahwa “Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” Selanjutnya Daud juga menulis bahwa “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (Mazmur 147:3). 

Yesus berkata : “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan ber-beban berat, Aku akan memberi kelegaan kepada-Mu” (Matius 11:28). Inilah kabar baik bagi dunia yang telah rusak, Yesus Kristus, Gembala yang baik datang untuk menyembuhkan, memulihkan dan menyegarkan jiwa kita (Yohanes 10:11; Mazmur 23:3).

BAGAIMANA DISEMBUHKAN DARI LUKA-LUKA BATIN ?

5 Langkah-langkah berikut ini sangat bermanfaat dan membantu dalam pemulihan dan atau penyembuhan hati yang terluka.

Pertama, pastikan bahwa kita telah berdamai dengan Allah dan dengan diri sendiri. Kristus telah mendamaikan manusia dengan Allah (Roma 5:1; Efesus 2:16-18; 2 Korintus 5:18-21). Inilah kebutuhan yang utama dan mendasar dari manusia berdosa, yaitu damai sejahtera dengan Allah. Tetapi orang-orang percaya juga atas dasar pengorbanan Kristus harus berdamai dengan dirinya sendiri. 

Kristus memberikan damai sejahtera dihati orang-orang yang percaya kepada-Nya. Damai sejahtera yang diberikan bersifat kekal, tidak dapat dirampas dan tidak dipengaruhi oleh situasi apa pun yang datang dari luar (Matius 11:28-30; Yohanes 14:27; Filipi 4:7).

Kedua, menyadari dan mengakui bahwa kita perlu disembuhkan. Ini merupakan bukti awal keseriusan kita untuk mengalami kesembuhan. Hanya orang yang sakit dan terluka yang membutuhkan dokter (Markus 5:26). 

Selanjutnya, kita perlu mengidentifikasi luka-luka hati kita dan mengakuinya. Banyak di antara kita tidak diajar untuk mengenali dan mengkomunikasikan perasaan kita. Sehingga kita mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Menimbun kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kepahitan dan lain-lain sehingga menumpuk menjadi timbunan sampah yang menghasilkan akibat-akibat tragis mulai dari tukak lambung (mag) hingga bunuh diri.

Ketiga, menerima kasih Allah karena Ia adalah Allah yang penuh kasih (Yohanes 3:16; Matius 10:30). Seringkali kita diajarkan tentang bagaimana kita seharusnya mengasihi orang lain. Meskipun ini tentu saja wajar dan merupakan ciri yang paling membedakan dari seorang Kristen sejati dan yang bukan (Yohanes 13:35). Tetapi, kita tidak akan pernah dapat memberikan apa yang belum kita terima. Hanya dengan menerima kasih Tuhan barulah kita bisa mengasihi dengan kasih sejati. 

Ketika kita datang pada Tuhan dan percaya pada Kristus, kita di satukan dengan Dia dan diselamatkan. Ini membawa kita dalam relasi yang telah diperbaharui dengan Tuhan, di mana kita mengasihi Tuhan, mengasihi sesama dan mengasihi (bukan mementingkan) diri sendiri dalam cara yang baru. Kasih ini kita terima dalam Kristus oleh anugerah Roh Kudus yang melahir-barukan kita (Roma 5:5). Sampai kita memiliki pengertian tentang seberapa besarnya Allah mengasihi kita, barulah kita bisa mengasihi dengan tulus.

Keempat, mengampuni mereka yang telah menyakiti atau membuat hati kita terluka (Matius 6:14,15). Mengampuni adalah sebuah proses, kita harus terus mengampuni sampai rasa sakit kita hilang dan kita dapat menerima orang lain tersebut, sebab mengampuni berarti menunjukkan kasih dan penerimaan meskipun disakiti. 

Selanjutnya, kita juga perlu menerima Allah dengan cara meminta ampun kepada-Nya atas setiap kesalahan kita kepada orang lain dan juga mengampuni diri kita sendiri. Ada kesembuhan di dalam pengampunan (1 Yohanes 1:7). Dan mulailah berpikir seperti yang dikehendaki Allah tentang diri kita dan sesama kita. (Filipi 2:5,6; 4:8; Galatia 5:15-17).


Kelima, mengizinkan Kristus hidup melalui kita. Kekristenan sejati bukan kita hidup bagi Kristus melainkan Kristus hidup melalui kita (Galatia 2:20.) Inilah rahasia kehidupan Kristen yang berkemenangan, “Kristus yang hidup melalui kita”. Bukan kita yang hidup bagi Yesus, tapi Yesus hidup melalui kita. ketika berfokus pada apa yang Kristus telah lakukan, kita berjalan dalam kekuatan supranatural kasih karunia. 

Kasih karunia memberitahu kita apa yang sudah selesai Yesus kerjakan di kayu salib bagi kita. Kehidupan Kristen tidak hanya sulit untuk dijalani, tetapi mustahil dijalani dengan kekuatan kita sendiri. Dan ini paling jelas kelihatan dalam mengasihi orang lain. Jenis kasih sejati Yesus perintahkan termasuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (Matius 5:39; Roma 12:17);mengampuni dan mendoakan mereka yang memusuhi kita (Luk 10:25-37); Jenis kasih ini mustahil secara manusia untuk kita lakukan. Kita dapat hidup seperti ini dengan berjalan dalam kasih sejati yang hanya berasal dari Allah dengan mengizinkan Kristus hidup melalui kita.

REFERENSI: 

1. Baskoro, Haryadi., 2011. All About Healing. Penerbit Andi: Yogyakarta.

2. Crabb, Larry., 1995. Konseling Yang Efektif dan Alkitabiah. Terjemahan, Penerbit Andi : Yogyakarta & Yayasan Kalam Hidup : Bandung.

3. Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., 2001. Kebutuhan Gereja Saat Ini. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

4. Wayne, Grudem A., 2009. Kebenaran Yang Memerdekakan. Terjemahan, Penerbit Metanonia Publising: Jakarta.

5. Gunarsa, Singgih D & Yulia., 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.

6. Gunawan, Samuel., 2014. Kharismatik Yang Kukenal dan Kuyakini. Penerbit Bintang Fajar Ministries: Palangka Raya.

7. Heath, W. Stanley., 1995. Psikologi Yang Sebenarnya. Edisi revisi. Yayasan Andi : Yogyakarta. 

8. Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah, Penerbit Momentum : Jakarta.

9. Jacobs, Cindy., 1999. Wanita Pilihan Allah. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.

10. Manohey, Ralph., 2009. Tongkat Gembala. Lembaga Pusat Hidup Baru: Jakarta.

11. McClung, Floyd., 1995. Mengenal Hati Bapa. Terjemahan, Metanoia : Jakarta.

12. Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary, volume 1,2,3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.

13. Piper, John., 2010. The Passion of Jesus Christ. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

14. Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.

15. Schwartz, David J., 1992. Berpikir dan Berjiwa Besar. Terjemahan, Bina Rupa Aksara : Jakarta.

16. Smalley, Gary & John Trent., 1997. Rahasia Hidup Dalam Berkat Allah. Yayasan ANDI : Yokyakarta.

17. Stamps, Donald. C, ed., 1994. Full Life Bible Studi. Penerbit Gandum Mas : Malang.

18. Stearns, Robert, Chuck Pierce & Larry Kreider., 2013. Today’s Church. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.

19. Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.

20. Tidball, Derek J., 1995. Teologi Penggembalaan: Suatu Pengantar. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Next Post Previous Post