KEJADIAN 1:1-2:3 (FAKTA SEJARAH)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
KEJADIAN 1:1-2:3 (FAKTA SEJARAH). Kejadian 1:1-2:3 - “(1:1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (1:2) Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (1:3) Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi. (1:4) Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkanNyalah terang itu dari gelap. (1:5) Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. (1:6) Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.’ (1:7) Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. (1:8) Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. (1:9) Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.’ Dan jadilah demikian. (1:10) Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamaiNya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (1:11) Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.’ Dan jadilah demikian. (1:12) Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (1:13) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. (1:14) Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, (1:15) dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.’ Dan jadilah demikian. (1:16) Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. (1:17) Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, (1:18) dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (1:19) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat. (1:20) Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.’ (1:21) Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (1:22) Lalu Allah memberkati semuanya itu, firmanNya: ‘Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.’ (1:23) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. (1:24) Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.’ Dan jadilah demikian. (1:25) Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. (1:26) Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ (1:27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka. (1:28) Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’ (1:29) Berfirmanlah Allah: ‘Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. (1:30) Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.’ Dan jadilah demikian. (1:31) Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (2:1) Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (2:2) Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatNya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatNya itu. (2:3) Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu”.
PEMBUKAAN:
I) Allah dan Penciptaan pada Kejadian 1.
1) Allah dan Kejadian 1 merupakan fakta sejarah.
Ada orang-orang (golongan Liberal) yang mengatakan bahwa Kejadian 1-11 bukanlah fakta sejarah, tetapi sekedar suatu dongeng, illustrasi, perumpamaan dsb. Ini salah, dan bahkan sesat! Karena itu hati-hatilah dengan semua pengkhotbah / pendeta / gereja yang mempunyai pandangan demikian. Perlu diperhatikan bahwa pada awal dari Kej 1 tidak digunakan kata-kata ‘once upon a time’ / ‘pada suatu waktu’ / ‘pada jaman dahulu’ seperti yang digunakan dalam dongeng-dongeng pada umumnya! Tetapi di sini digunakan kata-kata ‘in the beginning’ / ‘pada mulanya’ (Kejadian 1:1). Ini menunjukkan bahwa Kej 1 itu bukanlah suatu dongeng atau illustrasi, tetapi merupakan fakta sejarah. Disamping itu:
a) Kejadian 2:1 yang berbunyi: “Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya” jelas menunjukkan bahwa Kejadian 1 adalah fakta sejarah.
b) Keluaran 20:11 - “Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya”, jelas juga menunjukkan bahwa Kejadian 1 merupakan fakta sejarah. Kalau Kejadian 1 itu hanyalah dongeng, illustrasi, dsb, maka itu berarti bahwa Allah menetapkan hari ke 7 sebagai hari Sabat berdasarkan suatu dongeng! Ini betul-betul tidak masuk akal.
2) Alkitab menyatakan Allah adalah pencipta.
Pada awal dari Alkitab, pada Kejadian 1:1 sudah dikatakan tentang ‘Allah’. Alkitab memang menyatakan Allah kepada kita. Jadi, pada waktu menghampiri Alkitab, kita harus mempunyai keinginan untuk mengenal Allah.
Penerapan: Apakah saudara mempunyai keinginan untuk mengenal Allah? Dan apakah saudara belajar Firman Tuhan dengan tujuan supaya mengenal Allah atau lebih mengenal Allah? Kalau tidak, tidak ada gunanya saudara belajar Alkitab!
3) Allah adalah pencipta segala sesuatu.
Allah yang disebut dalam Kejadian 1:1 itu adalah Pencipta! Ini salah satu bagian Kitab Suci yang mendasari kalimat pertama dari 12 Pengakuan Iman Rasuli yang berbunyi: “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, khalik langit dan bumi”.
Matthew Henry: “atheism is folly, and atheists are the greatest fools in nature; for they see there is a world that could not make itself, and yet they will not own there is a God that made it” (= atheisme adalah kebodohan, dan orang-orang yang atheis adalah orang-orang tolol yang terbesar dalam alam; karena mereka melihat adanya suatu dunia / alam semesta yang tidak bisa membuat dirinya sendiri, tetapi mereka tidak mau mengakui bahwa ada Allah yang menciptakannya).
II) Penciptaan yang dilakukan oleh Allah.
A) Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1-2).
Ada suatu teori / penafsiran yang salah tentang Kej 1:1-2 ini, yang disebut ‘Gap Theory’. Teori ini mengatakan bahwa di antara Kejadian 1:1 dan Kejadian 1:2 terdapat ‘gap’ (= celah / selang waktu) yang lamanya jutaan tahun atau bahkan ratusan juta tahun. Mereka menganggap bahwa dalam Kejadian 1:1, langit dan bumi dan segala isinya sudah sempurna. Lalu terjadilah pemberontakan Iblis (yang juga sering disebut secara salah dengan nama Lucifer), sehingga bumi menjadi tidak berbentuk dan kosong seperti dalam Kejadian 1:2. Lalu dalam Kejadian 1:3-dst, Allah melakukan penciptaan ulang.
Dasar dari ‘gap theory’ ini adalah:
1) Mereka berpendapat bahwa Allah tidak mungkin mencipta sesuatu yang kacau seperti yang tertulis dalam Kejadian 1:2 - ‘bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya’. Karena itulah mereka beranggapan bahwa penciptaan dalam Kejadian 1:1 sudah sempurna, tetapi lalu menjadi rusak / kacau karena pemberontakan Iblis.
2) Dengan adanya ‘gap’ jutaan tahun ini maka Alkitab menjadi cocok dengan ilmu Geologia yang mengatakan bahwa umur bumi sudah jutaan tahun.
3) Kejadian 1:2 berbunyi: ‘Bumi belum berbentuk dan kosong’.
NIV menterjemahkan sebagai berikut: ‘Now the earth was formless and empty’ (= Bumi adalah tidak berbentuk dan kosong).
Ditinjau dari sudut bahasa Ibrani, kata ‘HAYETAH’ yang diterjemahkan ‘was / adalah’, juga bisa diterjemahkan ‘became / menjadi’. Kalau dipilih terjemahan ini, maka Kejadian 1:2 menjadi: ‘Dan bumi menjadi tidak berbentuk dan kosong’. Terjemahan ini cocok dengan ‘gap theory’.
Saya berpendapat bahwa ‘Gap theory’ ini harus ditolak dengan alasan / penjelasan sebagai berikut:
a) Kejadian 1:1-2 tidak berarti bahwa Allah menciptakan sesuatu yang kacau, tetapi bahwa Ia menciptakan yang baik dan teratur secara bertahap.
Penganut ‘gap theory’ tidak mau mempercayai bahwa Allah melakukan penciptaan secara bertahap, tetapi dalam teori mereka sendiri mereka berpendapat bahwa pada waktu Allah melakukan ‘penciptaan kembali’ dalam Kejadian 1:3-dst, maka Allah melakukannya secara bertahap. Ini menunjukkan ketidak-konsekwenan teori ini.
b) Ilmu Geologia sama sekali tidak mempunyai kepastian dalam menentukan umur bumi.
Perlu diketahui bahwa ada banyak metode yang bisa digunakan untuk menentukan umur bumi, dan ternyata metode-metode ini menghasilkan hasil yang sangat bervariasi. Misalnya metode pertama menghasilkan bilangan 100 juta tahun, maka metode kedua ternyata menghasilkan bilangan 20 ribu tahun, dsb. Disamping itu perlu diketahui bahwa para ahli ilmu pengetahuan itu kebanyakan adalah orang yang bukan kristen, bahkan anti kristen. Karena itu, kalau dengan metode tertentu mereka menemukan bahwa umur bumi adalah jutaan tahun, maka hasil itu dipublikasikan, sedangkan kalau dengan metode yang lain menghasilkan bilangan ribuan atau puluhan ribu tahun (sehingga cocok dengan Alkitab), maka hasil itu mereka sembunyikan.
Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa pada waktu Allah menciptakan segala sesuatu dalam Kejadian 1, maka semua itu diciptakan dalam keadaan sudah mempunyai umur tertentu (yang tidak kita ketahui). Misalnya:
1. Pada waktu Adam diciptakan pada hari ke 6, ia tidak diciptakan sebagai seorang bayi yang baru lahir, tetapi sebagai manusia dewasa. Karena itu, andaikata pada hari ke 7 seorang ilmuwan memeriksa Adam, maka mungkin sekali ia mendapatkan bahwa Adam sudah berumur 30 tahun, atau 50 tahun, padahal Adam baru berumur 1 hari!
2. Pada waktu pohon-pohonan diciptakan oleh Allah pada hari ke 3, mereka tidak diciptakan sebagai tunas yang baru tumbuh, tetapi sebagai pohon yang sudah besar. Karena itu, andaikata pada hari ke 4 seorang ilmuwan memeriksa sebuah pohon, maka mungkin sekali ia akan mendapatkan bahwa pohon itu sudah berumur 100 tahun, padahal sebetulnya baru berumur 1 hari.
3. Demikian juga pada waktu Allah menciptakan bumi dengan lapisan batu-batuannya, Allah menciptakannya dalam keadaan sudah mempunyai umur tertentu. Dan kita tidak tahu berapa umur bumi pada waktu diciptakan. Bisa saja 1000 tahun, atau satu juta tahun, atau bahkan ratusan juta tahun!
Karena itu, kalaupun para ilmuwan jaman sekarang bisa menemukan suatu metode penentu umur bumi yang betul-betul dapat dipercaya, dan dengan metode itu didapatkan bahwa umur bumi sudah 5 juta tahun, maka itu tidak menunjukkan bahwa Kitab Sucinya salah. Siapa tahu bahwa Allah memang menciptakan bumi ini dalam keadaan sudah berumur mendekati 5 juta tahun?
c) Kalau ‘gap theory’ mau mencocokkan Alkitab dengan Ilmu Geologia dalam persoalan umur bumi, lalu bagaimana dengan umur dari tulang-tulang manusia yang jutaan tahun (ini menurut ‘ilmu pengetahuan’; tetapi inipun tidak bisa dipercaya!)? Apakah mereka mau berkata bahwa dalam Kejadian 1:1 itu juga sudah ada manusia (sebelum Adam)?
1. Kalau dikatakan bahwa dalam Kejadian 1:1 sudah ada manusia, maka:
a. Itu berarti bahwa Adam bukan manusia pertama, dan ini bertentangan dengan 1Kor 15:45a yang berbunyi: “Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk hidup’”.
b. Perlu dipertanyakan: bagaimana manusia sebelum Adam itu bisa mati, padahal belum ada dosa?
2. Kalau mereka berkata bahwa dalam Kejadian 1:1 itu belum ada manusia, maka mereka tetap tidak bisa mencocokkan Alkitab dengan ‘ilmu pengetahuan’.
d) Kalaupun di antara Kejadian 1:1 dan Kejadian 1:2 ada pemberontakan setan, mengapa alam semesta harus menjadi kacau / rusak? Iblis memang kuat, tetapi ia jelas sama sekali bukan tandingan Allah, sehingga ‘pertempuran’ antara Iblis dan Allah sama sekali ‘tidak seru’ dan tidak perlu sampai menghancurkan alam semesta. Pandangan yang mengatakan bahwa pertempuran Iblis melawan Allah itu sampai harus menghancurkan ciptaan Allah, adalah pandangan yang terlalu merendahkan Allah, karena secara tidak langsung mereka beranggapan bahwa kekuatan Iblis dan Allah itu tidak terlalu berbeda jauh.
e) ‘Gap theory’ ini muncul bukan sebagai hasil dari Exegesis terhadap Kejadian 1:1-2, tetapi sebagai hasil dari Eisegesis terhadap Kejadian 1:1-2. Exegesis berarti kita menggali ayat sedemikian rupa sehingga dari ayat tersebut keluar suatu ajaran. Ini adalah cara yang benar dalam menangani Kitab Suci. Tetapi Eisegesis berarti kita memasukkan pandangan kita ke dalam ayat Kitab Suci, dan ini jelas merupakan cara penafsiran yang salah.
B) Allah melakukan penciptaan selama 6 hari (Kejadian 1:3-31).
1) Hari pertama (Kejadian 1:3-5).
a) Allah menciptakan ‘terang’ (Kejadian 1:3).
Ada yang mengatakan ‘terang’ itu sebagai ‘ketertiban dan kemungkinan untuk hidup’. Penafsiran ini bukan hanya tidak berdasar, tetapi juga tidak sesuai dengan kontex! Bacalah Kejadian 1:3-5 yang menghubungkan terang itu dengan gelap, juga dengan pagi dan petang. Jadi ‘terang’ di sini harus diartikan secara hurufiah, yaitu betul-betul adalah ‘terang’.
Keberatan yang sering diajukan terhadap penafsiran hurufiah ini adalah: bagaimana bisa ada terang, siang dan malam, padahal belum ada matahari?
Jawabnya: Tidak ada yang mustahil bagi Allah! (Lukas 1:37). Memang setelah ada matahari maka Allah memberikan terang dengan menggunakan matahari, tetapi sebelum ada matahari Allah bisa memberi terang tanpa matahari.
b) Ada pertanyaan: Mengapa dalam ay 5b ‘night / petang / malam’ disebut dulu baru ‘day / pagi / siang’?
Jawab: Yang menulis Kitab Kejadian adalah Musa yang adalah orang Israel. Berbeda dengan kita yang mempunyai pergantian hari pada pukul 12 malam, maka orang Israel / Yahudi mempunyai pergantian hari pada pukul 6 sore. Jadi, bagi mereka suatu hari dimulai dengan ‘night / petang / malam’ dan baru sesudah itu ‘day / pagi / siang’. Karena itu tidak aneh kalau Musa menyebut ‘petang / malam’ dulu, baru ‘pagi / siang’.
Saudara mungkin berkata: ‘Tetapi yang melakukan penciptaan adalah Allah, bukan Musa’. Memang ya, tetapi Tuhan, yang sudah merencanakan untuk mewahyukan hal itu kepada Musa, menyesuaikan penciptaan dengan pemikiran Musa, supaya tidak membingungkan. Ini sama saja dengan nama-nama malaikat Gabriel, Mikhael, dsb yang ada dalam bahasa Ibrani. Mengapa digunakan bahasa Ibrani? Karena itu dinyatakan kepada orang Israel / Yahudi, maka namanya diberikan dalam bahasa mereka!
c) Pertanyaan: Apakah 1 hari di sini sama dengan 24 jam?
1. Ada yang mengatakan 1 hari di sini sama dengan 1 masa yang lamanya jutaan tahun. Penafsiran ini lagi-lagi ingin menyesuaikan Alkitab dengan ‘ilmu pengetahuan’.
2. Ada yang menganggap bahwa sebelum ada matahari, 1 hari sama dengan 1 masa, tetapi setelah ada matahari (hari ke 4), maka 1 hari sama dengan 24 jam.
3. Ada yang menganggap semua hari dalam Kej 1 adalah 24 jam. Saya setuju dengan pandangan ketiga ini. Alasannya: dalam Kitab Suci tidak ada ‘hari’ yang berarti ‘masa’. Juga istilah ‘jadilah petang dan jadilah pagi’ menunjukkan bahwa 1 hari di sini sama dengan 24 jam.
Catatan: Perlu juga diketahui bahwa pandangan pertama dan kedua muncul lagi-lagi karena manusia ingin menyesuaikan Kitab Suci dengan ‘ilmu pengetahuan’, padahal yang disebut ‘ilmu pengetahuan’ itu belum tentu benar!
2) Hari kedua (Kejadian 1:6-8).
Allah menciptakan cakrawala. Cakrawala adalah segala sesuatu yang terbuka di atas kita. Jadi cakrawala ini bukannya sesuatu yang tipis, tetapi tebal sekali. Bandingkan dengan Kej adian 1:14 yang mengatakan bahwa Allah meletakkan benda-benda penerang ‘pada cakrawala’. Ini tentu tidak mungkin terjadi kalau cakrawala itu tipis.
Cakrawala ini berfungsi untuk memisahkan air di atas dan air di bawah (Kejadian 1:7). Ada yang mengatakan bahwa dalam peristiwa banjirnya Nuh, air di atas cakrawala inilah yang diturunkan ke bumi oleh Tuhan (bdk. Kej 7:11b - ‘terbukalah tingkap-tingkap di langit’).
Dalam Kejadian 1:8a dikatakan bahwa ‘Allah menamai cakrawala itu langit’, mungkin karena tidak ada batas antara cakrawala dengan langit
3) Hari ketiga (Kejadian 1:9-13).
Allah memisahkan antara lautan dengan daratan dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Perhatikan bahwa tumbuh-tumbuhan sudah ada sebelum matahari ada! Kita tahu bahwa tumbuh-tumbuhanmembutuhkan matahari untuk bisa hidup. Tetapi sebetulnya matahari bukanlah sumber hidup tumbuh-tumbuhan! Allahlah yang adalah sumber hidup dari tumbuh-tumbuhan! Ini Ia buktikan dengan menciptakan tumbuh-tumbuhan sebelum matahari. Demikian juga dengan terang. Kita selalu menganggap bahwa matahari sebagai sumber terang. Tetapi sebetulnya Allahlah yang merupakan pemberi terang dan ini Dia buktikan dengan menciptakan terang lebih dahulu dari pada matahari.
Penerapan: Kalau Allah selalu memberi kepada kita melalui sesuatu / seseorang, maka kita lalu punya kecenderungan untuk menganggap sesuatu / seseorang itu sebagai pemberinya. Contoh:
a) Saudara biasa menerima uang dari orang tua / suami / majikan. Apakah saudara selalu menganggap orang-orang itu sebagai pemberi uang? Kalau hubungan saudara dengan orang-orang itu terputus karena kematian / gegeran, bagaimana sikap saudara? Takut? Kuatir? Ingat, bahwa Tuhanlah yang sebetulnya merupakan pemberi uang tersebut. Orang-orang itu hanya alat belaka dan Tuhan bisa memberi tanpa menggunakan mereka. Kalau Tuhan bisa memberi terang tanpa matahari, atau menumbuhkan tumbuh-tumbuhan tanpa matahari, tidak bisakah Ia memberi uang kepada saudara tanpa melalui orang tua / suami / majikan?
b) Saudara biasanya disembuhkan dari penyakit oleh obat / dokter tertentu. Jangan lalu beranggapan bahwa obat / dokter itu adalah sumber pemberi kesembuhan. Mereka hanyalah alat yang dipakai oleh Tuhan untuk memberikan kesembuhan. Tuhanlah pemberi / sumber kesembuhan! Saudara tetap boleh memakai obat / dokter, tetapi berharaplah kepada Tuhan!
c) Saudara biasa menerima berkat rohani (Firman Tuhan) melalui pendeta tertentu. Jangan menganggap pendeta itu sebagai sumber / pemberi berkat. Ingat, pendeta hanyalah alat Tuhan. Pemberi berkat rohani itu adalah Tuhan sendiri. Saudara memang harus memilih pengkhotbah yang baik karena sekalipun Tuhan bisa memberi berkat firmanNya melalui pengkhotbah yang jelek atau yang sesat sekalipun, tetapi Ia tidak biasanya melakukan hal itu. Tetapi janganlah saudara berharap dari / kepada pengkhotbahnya. Berharaplah kepada Tuhan!
4) Hari keempat (Kejadian 1:14-19).
a) Tuhan menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang.
b) Kejadian 1:16 menyebutkan ‘matahari dan bulan’ sebagai benda penerang yang besar. Ada 2 hal yang perlu dipertanyakan di sini:
1. Bukankah bulan itu bukan benda penerang? Bulan adalah benda gelap yang hanya memantulkan sinar matahari!
2. Bukankah bintang-bintang jauh lebih besar dari matahari dan bulan?
Jawab: Alkitab bukanlah buku ilmu pengetahuan. Alkitab sering menulis dari sudut pandang manusia. Dari sudut pandang manusia bulan itu bersinar / memberi terang, dan matahari dan bulan kelihatan lebih besar dari bintang-bintang. Jadi lalu ditulis demikian. Seandainya Musa menuliskan berdasarkan fakta / pengetahuan modern, maka Kejadian 1:16 kira-kira akan berbunyi sebagai berikut: “Maka Allah menjadikan 2 benda yang kecil, yang satu adalah benda terang untuk menguasai siang dan yang lain adalah benda gelap yang memantulkan sinar untuk menguasai malam. Dan Allah juga menjadikan banyak bintang yang jauh lebih besar dari kedua benda tadi”.
Coba pikirkan: mungkinkah orang-orang jaman dahulu bisa mengerti ayat ini? Apakah mereka tidak menjadi bingung semua dan menganggap Kitab Suci sebagai suatu omong kosong yang bertentangan dengan fakta?
Karena itulah Musa tidak menuliskan menurut fakta / pengetahuan modern, tetapi menurut kelihatannya. Dan lagi-lagi ini tidak bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Kitab Suci salah atau bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Hal yang sama terjadi pada penulisan Mazmur 19:6-7 dan Yosua 10:12-13 (cerita tentang Yosua yang menghentikan matahari), yang selah-olah mengajarkan bahwa matahari mengelilingi bumi. Ini juga ditulis bukan berdasarkan fakta / ilmu pengetahuan modern, tetapi dari sudut pandang manusia, dan karena itu kita tidak boleh menyimpulkan bahwa Alkitab mengajarkan bahwa matahari mengelilingi bumi.
William G. T. Shedd: “The inspired writers were permitted to employ the astronomy and physics of the people and age to which they themselves belonged, because the true astronomy and physics would have been unintelligible. If the account of the miracle of Joshua had been related in the terms of the Copernican astronomy; if Joshua had said, ‘Earth stand thou still,’ instead of, ‘Sun stand thou still’; it could not have been understood” (= Penulis-penulis yang diilhami diijinkan untuk menggunakan ilmu perbintangan dan fisika dari orang dan jaman mereka sendiri, karena ilmu perbintangan dan fisika yang benar tidak akan dimengerti pada saat itu. Jika cerita tentang mujijat Yosua diceritakan dengan istilah-istilah dari ilmu perbintangan Copernicus; jika Yosua berkata: ‘Bumi berhentilah engkau’, dan bukannya ‘Matahari berhentilah engkau’; itu tidak bisa dimengerti pada saat itu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 104.
William G. T. Shedd lalu menambahkan: “The modern astronomer himself describes the sun as rising and setting” (= Ahli ilmu perbintangan modern sendiri menggambarkan matahari sebagai terbit dan terbenam) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 104.
William G. T. Shedd menambahkan lagi: “The purpose of the scriptures, says Baronius, is ‘to teach man how to go to heaven, and not how the heavens go.’” (= Tujuan dari Kitab Suci, kata Baronius, adalah ‘untuk mengajar manusia tentang jalan ke surga, dan bukannya bagaimana surga / langit berjalan’) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 104.
c) Kejadian 1:17-18.
Tadi sudah ada terang tanpa matahari, tetapi sekarang setelah ada matahari dan benda-benda penerang yang lain maka Allah menggunakan mereka untuk memberikan terang. Jadi jelas bahwa Allah sebetulnya tidak membutuhkan mereka, tetapi Allah mau menggunakan mereka.
Calvin: “We may learn from the order of creation itself, that God acts through the creatures not as if he needed external help, but because it was his pleasure” (= Kita bisa belajar dari urut-urutan penciptaan, bahwa Allah bertindak melalui ciptaanNya bukan seakan-akan Ia membutuhkan pertolongan dari luar, tetapi karena itu adalah kehendakNya / keinginanNya).
Penerapan: Allah bisa menyembuhkan saudara tanpa dokter / obat, tetapi pada umumnya Ia memberikan kesembuhan melalui obat / dokter. Allah tidak membutuhkan hamba Tuhan untuk memberikan berkat FirmanNya kepada saudara, tetapi Ia biasanya memberikan berkat FirmanNya melalui hambaNya. Jadi, gunakanlah apa yang bisa Allah pakai sebagai saluran! Jangan menjadi orang kristen yang selalu mau menerima langsung dari Allah!
5) Hari kelima (Kejadian 1:20-23).
Allah menciptakan burung-burung dan ikan-ikan.
6) Hari keenam (Kejadian 1:24-31).
Dalam Kejadian 1:24-25 Allah menciptakan binatang darat, dan dalam Kejadian 1:26-31 Allah menciptakan manusia. Jelas bahwa penciptaan binatang darat dan manusia adalah 2 penciptaan yang berbeda / terpisah, tetapi terjadi dalam satu hari! Ini jelas bertentangan dengan teori evolusi, yang mengatakan bahwa manusia berasal dari binatang / monyet yang mengalami evolusi / perubahan sedikit demi sedikit sehingga akhirnya (setelah jutaan tahun) menjadi manusia! Kalau saudara adalah orang Kristen yang percaya pada kebenaran Alkitab / Firman Tuhan, saudara harus menolak teori evolusi!
Ingat bahwa teori evolusi ini hanyalah suatu hipotesa / dugaan, tetapi tidak punya bukti, dan karenanya sebetulnya tidak bisa disebut sebagai ilmu pengetahuan. Tetapi dimana-mana, baik dalam siaran TV, majalah, dan bahkan dalam pelajaran sekolah, teori evolusi diperlakukan seakan-akan teori ini betul-betul merupakan ilmu pengetahuan.
BACA JUGA: BUKU KATA ALKITAB TENTANG MANUSIA
Dalam Koran ‘Surya’ hari Minggu, tanggal 22 November 1998, ada sebuah artikel yang berjudul “Coelacanth ‘ikan fosil’ yang masih hidup”. Dikatakan bahwa di perairan Indonesia (sekitar Manado) ditemukan ikan Coelacanth (baca: silakan), yang disebutkan sebagai ‘mbahnya komodo’, dan yang oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dianggap sudah punah pada sekitar 70 atau 80 juta tahun yang lalu. Ternyata pada waktu tulang-tulang dari ikan yang baru ditangkap itu dibandingkan dengan fosil ikan yang dianggap sudah berumur 80 juta tahun itu, ternyata bahwa: “kita hampir tidak dapat membedakan kerangka tulang mana yang purba (80 juta tahun lalu) dengan yang sekarang. Dan ini menimbulkan pertanyaan mengapa? Mengapa organ ikan ini tetap statis untuk jangka waktu yang demikian lamanya tanpa mengalami evolusi?”.
Saya berpendapat pertanyaan ini mudah sekali jawabannya, yaitu: karena evolusi tidak pernah ada!
C) Allah beristirahat pada hari ketujuh (Kejadian 2:1-3).
Setelah melakukan penciptaan selama 6 hari, maka pada hari ke 7 Allah beristirahat (Kejadian 2:2-3). Ini tidak berarti bahwa Ia menganggur secara total! Ia hanya beristirahat dari pekerjaan penciptaan (Kejadian 2:3), tetapi Ia terus memelihara ciptaanNya itu.
III) Hal-hal yang penting dalam penciptaan.
1) Kasih Allah kepada manusia. Ini terlihat dari
a) Manusia diistimewakan:
1. Allah berunding dulu sebelum menciptakan manusia (Kejadian 1:26-27).
Kejadian 1:26-27 - “(26) Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka”.
Ini adalah perundingan ilahi, karena dilakukan antar pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal. Ini tidak pernah Ia lakukan sebelumnya, pada waktu Ia menciptakan ciptaan yang lain.
2. Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya (Kejadian 1:26-27).
Apa arti ‘Kita’ dalam Kejadian 1:26? Ada yang mengartikan ‘Kita’ sebagai ‘Allah + malaikat’. Tetapi ini tidak mungkin. Mengapa?
a. Tidak mungkin Allah berunding dengan ciptaanNya / minta nasehat dari ciptaanNya, karena kalau demikian maka akan bertentangan dengan ayat-ayat di bawah ini.
Yesaya 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?”.
Roma 11:34 - “Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.
b. Kalau kata ‘Kita’ menunjuk kepada ‘Allah dan malaikat’, maka itu berarti bahwa:
• Allah adalah pencipta / creator dan malaikat adalah rekan pencipta (co creator).
• Manusia dicipta menurut gambar dan rupa malaikat.
Kedua kesimpulan ini jelas tidak alkitabiah.
c. Kejadian 1:26 mengatakan ‘gambar dan rupa Kita’; Kejadian 1:27 mengatakan ‘gambarNya’ dan ‘gambar Allah’. Jadi jelas bahwa kata ‘Kita’ dan ‘Nya’ menunjuk kepada Allah sendiri.
Kejadian 1:26-27 - “(26) Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka”.
BACA JUGA: NAMA ALLAH DAN NAMA YAHWEH
Kejadian 1:26 ini menjadi salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal. Karena kita mempunyai Allah Tritunggal, maka untuk diri Allah bisa digunakan kata ganti orang bentuk tunggal mau-pun bentuk jamak.
Apa artinya manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah?
• Manusia adalah makhluk intelek / cerdas.
• Manusia adalah makhluk bermoral. Ini berarti bahwa bagi manusia ada baik atau jahat, suci atau berdosa. Bagi binatang hal ini tidak ada, karena binatang bukanlah makhluk bermoral.
• Manusia adalah makhluk kekal. Manusia memang tidak kekal ke belakang, karena ia mempunyai titik awal. Tetapi manusia mempunyai sifat kekal ke depan, karena sesudah mati ia akan tetap ada, atau di surga atau di neraka.
• Manusia adalah penguasa (Kejadian 1:26,28).
Penerapan: Semua ini menunjukkan bahwa manusia adalah ciptaan yang mulia / tinggi. Karena itu janganlah menjadi orang yang rendah diri! Saudara adalah makhluk yang istimewa!
b) Allah mencipta / mengatur segala sesuatu untuk manusia, sebelum manusia diciptakan!
1. Tempat sudah diatur dengan baik.
Bayangkan andaikata Tuhan menciptakan manusia sebelum Ia memisahkan air dengan daratan!
2. Makanan yaitu tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan (Kejadian 1:29), sudah disediakan lebih dulu.
Penerapan: Banyak orang hidup dengan penuh ketakutan / kekuatiran, seolah-olah Allah menciptakan manusia pada hari pertama. Tetapi ini tidak benar! Allah menciptakan manusia pada hari ke 6 setelah semuanya siap untuk menerima kehadiran manusia. Ini menunjukkan bahwa Ia sangat memperhatikan kebutuhan hidup manusia. Karena itu, janganlah kuatir akan kebutuhan hidup saudara, baik rumah, pakaian, maupun makanan (bdk. Matius 6:25-34). Memang dalam kasus Adam dan Hawa, Allah tidak memberi mereka pakaian, karena pada saat itu mereka tidak membutuhkannya. Tetapi pada saat mereka membutuhkannya, Allah memberi mereka pakaian (Kejadian 3:21).
2) Semua ciptaan Allah itu baik.
Untuk itu perhatikan Kejadian 1:4,10,12,18,21,25,31.
PENUTUP:
Memang sekarang ada banyak hal-hal yang tidak baik seperti perang, bencana alam, kejahatan, penindasan, dan sebagainya. Melihat hal-hal itu banyak orang lalu menganggap bahwa Allah itu tidak ada, atau bahwa Allah itu tidak baik. Tetapi hal-hal jelek itu ada bukan karena salahnya Allah, tetapi karena salahnya manusia sendiri. Semua itu ada karena dosa manusia. Jadi, jangan menyalahkan Allah kalau ada hal-hal yang tidak baik yang saudara alami!!
Semuanya ini seharusnya menyebabkan kita terus bersyukur dan memuji Tuhan!
KEJADIAN 1:1-2:3 (FAKTA SEJARAH)
-AMIN-