NAMA ALLAH DAN NAMA YAHWEH

Pdt. Esra Alfred Soru,MPdK.
NAMA ALLAH DAN NAMA YAHWEH
NAMA ALLAH DAN NAMA YAHWEH (1)
Sudah sejak lama umat Kristen di Indonesia menggunakan nama “Allah” baik dalam kehidupan sehari-hari maupun juga dalam semua ritual ibadahnya tanpa ada yang mempersoalkannya. Istilah-teologia Kristen pun seringkali dikaitkan dengan nama “Allah” ini seperti : “Allah Tritunggal”, “Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus”, “Yesus Kristus adalah Allah”, dan istilah-istilah lainnya. Demikian juga dengan lagu puji-pujian Kristen yang menggunakan kata “Allah” seperti : ”Hormat bagi Allah Bapa”, ”Allah kuasa melakukan segala perkara”, dan lain-lain. Bahkan di dalam Kitab Suci Kristen yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) maupun Lembaga Biblika Indonesia (LBI) juga dipakai kata “Allah

Bahkan sebenarnya kata ”Allah” sudah dipakai dalam Alkitab Indonesia sejak tahun 1600-an yakni dalam Alkitab terjemahan Albert Corneliz Ruyl yakni (1629), terjemahan Melchior Leijdecker (1733) dan terjemahan Hillebrandus Cornelius Klinkert (1879). 

Namun demikian sejak beberapa tahun terakhir ini mulai muncul kelompok yang anti terhadap nama “Allah” ini. Kelompok ini dipelopori oleh seorang bernama dr. Suradi dari Yayasan Nehemia yang kemudian berlindung di belakang nama “Shiraathal Mustaqien” dan kemudian diganti dengan nama “Bet Jeshua Hamasiah”. Bagi mereka adalah haram bagi umat Kristen untuk memuji / menyembah “Allah” karena ”Allah” itu sebenarnya bukan Tuhannya umat Kristen / Yahudi.

Tuhannya umat Kristen / Yahudi bernama Yahweh dan karena itu maka orang Kristen seharusnya memuji dan menyembah Yahweh dan bukan ”Allah”. Karena itu aliran ini sering disebut kelompok Yahwehisme / Pengagung Nama Yahweh.

Kelompok ini sempat membuat heboh beberapa tahun yang lalu dengan menuntut Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) ke pengadilan karena menggunakan nama ”Allah” dalam terjemahan Alkitab Indonesia. Bagi mereka semua orang / semua gereja yang masih meng- gunakan nama ”Allah”, memuji dan menyembah ”Allah” adalah sesat dan merupakan penyembahan berhala yang tentu saja tidak akan diselamatkan.

Yakub Sulistyo – “…. jika Anda sudah diberi pengertian tentang siapakah Yahweh, dan siapakah Allah yang adalah Nama Dewa jaman Pra Islam dan juga telah dijadikan sebagai Tuhannya umat Islam, tetapi Anda menolak Yahweh, maka Firman Tuhan dalam kitab Ibrani 10:26 akan berlaku bagi Anda, yang bunyinya ‘Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.’ Artinya sudah diberitahu tetapi tidak mau tahu”.

Mereka lalu menerbitkan Alkitab sendiri yang diberi nama : ‘Kitab Suci Taurat dan Injil’ atau yang sering disebut KS-2000 (diterbitkan oleh Bet Yesua Hamasiah pada tahun 2000) dan ‘Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan’ (KS-UPT) yang diterbitkan oleh Jaringan Gereja-Gereja Pengagung Nama Yahweh (2002).

Kedua Alkitab ini mengembalikan nama Yehuwa / Yahweh. Belakangan muncul lagi Alkitab yang diberi nama ILT (Indonesian Literal Translation / Terjemahan Hurufiah Indonesia), dengan hanya mengubah semua kata ‘Allah’ dengan nama ‘YAHWEH’ dari Kitab Suci terbitan Lembaga Alkitab Indonesia tanpa ijin. Mereka mempublikasikan buku-buku mereka secara meluas.

Tapi buku-buku mereka juga ditanggapi oleh pihak-pihak yang pro penggunaan nama “Allah” sehingga ini menjadi kontroversi yang besar.Kontroversi ini melebar dalam beberapa tahun terakhir hingga diselenggarakan sejumlah debat teologia seputar masalah ini seperti yang terjadi antara saya dan Pdt. Budi Asali Vs Pdt. Teguh Hindarto dan Kristian Sugiyarto.

Bahkan saya lalu mengangkat persoalan ini menjadi tesis untuk program S2 saya dan mewawancarai sejumlah tokoh dari aliran ini sehingga saya sangat paham apa yang menjadi argumentasi mereka.

Memang dalam perkembangannya aliran ini tidak seheboh beberapa tahun lalu tetapi tapi saya melihat bahwa paham ini terus saja disebarkan (lewat buku-buku maupun juga internet / FB) dan banyak orang Kristen dibimbangkan dengan apa yang mereka percayai dan lakukan dan tidak mampu menjawab argumentasi dari aliran Yahwehisme / Pengagung Nama Yahweh ini.

Note : Aliran ini sudah masuk ke Kupang sejak tahun 2011 yang difasilitasi oleh beberapa Persekutuan Doa dan membuat seminar di Hotel Olive dengan pembicaranya Pdt Jahja Iskandar. Dan kelihatannya mulai mempengaruhi sejumlah orang Kristen, dan bahkan mereka berencana mendirikan gereja di kota Kupang ini.

Karena itu saya merasa perlu membahas aliran ini sehingga kita bisa memiliki pemahaman yang benar sehingga tidak mudah dipengaruhi apabila kita mendengar argumentasi-argumentasi mereka.

Karena ini adalah khotbah yang membahas suatu paham / aliran, maka khotbah ini bersifat apologetik sehingga khotbahnya tidak seperti yang biasa saya sampaikan yakni eksposisi teks-teks Alkitab sehingga tidak ada teks khusus yang perlu kita baca yang menjadi dasar pembahasan kita walaupun nanti ada ayat-ayat Alkitab yang dikutipkan dalam penjelasan khotbah ini.

Di atas sudah saya sampaikan bahwa aliran Yahwehisme / Pengagung Nama Yahweh ini menolak penggunaan nama “Allah” dalam lingkup ibadah Kristen dan sebaliknya mengharuskan penggunaan nama Yahweh. Karena itu kita akan membahas 2 hal dan memberikan tanggapan terhadapnya :

I. PERSOALAN NAMA ALLAH.

Hal pertama yang biasa dipersoalkan oleh aliran Yahwehisme ini adalah soal penggunaan nama “Allah” di mana menurut mereka orang Kristen tidak boleh mempergunakan, menyebut apalagi menyembah “Allah”. Alasan mereka ada banyak, tetapi yang paling utama ada 2 :

a. ‘Allah’ merupakan nama pribadi atau nama diri dari Tuhannya umat Islam.

Yakub Sulistyo - Allah itu Nama Tuhannya umat Islam, buktinya umat Islam di Amerika jika sembahyang akan mengucapkan “Allahhu akbar” bukan “God akbar”. (“Allah” Dalam Kekristenan Apakah Salah?, hal. 13).

Teguh Hindarto - Sebagaimana YAHWEH adalah nama diri sang pencipta dan sesembahan bangsa Israel turun temurun, maka ALLAH adalah juga nama diri. Allah adalah nama Tuhan orang muslim (Qs 20:14,98) yang berdiam di Mekah (Qs 27:91) khususnya Ka'bah (Qs 106:3). Jadi antara YAHWEH dan ALLAH adalah dua sesembahan yang berbeda. (openpdf.com/ebook/teguh-hindarto-pdf.html).

Kristian Sugiyarto - Dalam Hebrew-Bible (Alkitab Ibrani) tidak ada nama Allah melainkan nama Elohim, yaitu YHWH (yang dibaca Yahweh).

Karena itu bagi kelompok Yahwehisme ini, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) membuat kesalahan fatal dengan memasukkan nama “Allah” ini ke dalam Kitab Suci Indonesia sehingga orang Kristen akhirnya bukan menyembah Tuhannya yang bernama Yahweh melainkan menyembah Tuhannya orang Islam yang bernama ”Allah”.

Bahkan seorang dari kalangan Yahwehisme mengatakan bahwa pada waktu kita memanggil atau memuji ‘Allah’, maka ‘Allah’ yang dipanggil itu (yang berbeda dengan Yahweh) bisa memberikan respons terhadap panggilan orang-orang Kristen.

Anonim - Pernahkah anda bayangkan, apa yang terjadi dalam alam roh ketika kita menyanyikan lagu ini: Dari utara ke selatan, terdengar pujian bagi Allah .... pernahkah kita sadari bahwa sekalipun kita tidak bermaksud memanggil seseorang, namun apabila kita terus menerus menyebut nama pribadinya, bisa saja orang tersebut bereaksi terhadap panggilan kita. Contohnya: Seorang pendeta dalam khotbahnya bertanya kepada jemaat, ‘Ada Amin?’. Tiba-tiba ada sahutan, ‘Ada, Pak Pendeta!’. Rupanya datang jiwa baru yang bernama Amin dalam ibadah tersebut. Mengapa? Karena spirit dari nama Pribadi itu bisa merespon. Jadi, bisa saja ketika kita berulang-ulang nyanyikan baris pertama lagu tersebut, kemudian dalam alam roh ada respon dari ‘Allah’ nama pribadi (‘Allah muslim’) yang berkata (dalam alam roh), ‘Benar katamu, memang ada pujian bagi namaKu, perhatikanlah suara-suara azan yang berkumandang dari belahan bumi utara hingga ke selatan, itulah seruan pujian bagi namaKu’. (www.be-e.info/wancil).

b. ”Allah” merupakan nama pribadi atau nama diri seorang dewa pra Islam (dewa air / dewa bulan / dewa matahari).

Teguh Hindarto - Menurut kesaksian di bawah ini, dapat kita ketahui siapa ALLAH itu sebenarnya. Menurut Al Quran, Bahwa ALLAH adalah nama Tuhan (Qs 20 : 14, 98) yang berdiam di Mekah (Qs 27 : 91) yaitu Ka’bah (Qs 106 : 3) yang dipersonifikasikan dalam bentuk batu hitam Hajarul Aswad yang harus dicium sewaktu Haji sambil diteriaki ALLAHU AKBAR! (Hadits Shahih Muslim No 1190 dan Hadits Shahih Bukhari no 839). Menurut penulis Islam, Mohammad Wahyuni Nafis, Passing Over; Melintasi Batas Agama, PT Gramedia Pustaka Tama, 1998, Hal 85. Dijelaskan di sana bahwa ada periode pre-Islam, ALLAH adalah nama Dewa Air yang mengairi bumi Mekkah. Sedangkan menurut kesaksian Arkeologi yaitu Roberts Morrey, The Islamic Invasion, Harvest Publisher, 1992 dinyatakan bahwa ALLAH pre-Islam adalah nama Dewa Bulan.

Sedangkan menurut penulis Stephen Van Natan, ALLAH Devine or Demonic,1995, p.72, bahwasannya ALLAH adalah nama Dewa Matahari yang migrasi dari Babylon ke Mekkah. (Allah Dalam Islam Adalah Nama Berhala - indonesia.faithfreedom.org).

Traktat Bet Yeshua Hamasiah mengutip kata-kata Stephen van Nathan dari buku ”ALLAH, devine or demonic” sebagai berikut :

Bet Yeshua Hamasiah - Menurut penelitian selama enam tahun dan berdasarkan inskripsi-inskripsi yang terdapat di batu-batu memberikan bukti-bukti bahwa nama ”ALLAH” berasal dari Babilonia di mana penduduknya menyembah berhala. ”ALLAH” adalah nama dewa pengairan, disembah bersama isterinya ”ALLATA” dan bersama kedua anak perempuannya ”ALLUZZA” dan ”ALMANA” serta menantunya yaitu ”ALHUBAL”. Penyembahan terhadap dewa-dewa ini telah migrasi sejak 5000 tahun yang lalu ke selatan, sampai ke Arab Saudi dan kota Mekkah. (Siapakah Yang Bernama Allah Itu?; Seri 6, hal. 1).

Jadi kalau ”Allah” itu adalah nama berhala / dewa kafir, bagaimana mungkin orang Kristen memuji, menyembah, beribadah dan berdoa kepada “Allah” ini?

Jikalau apa yang dikatakan oleh para tokoh Yahwehisme ini benar, maka memang kita / gereja kita telah salah telah ratusan tahun terlibat dalam penyembahan berhala. Tetapi apakah kita memang salah karena menggunakan / menyembah ”Allah”? Menurut saya tidak! Lalu bagaimana tanggapan kita terhadap pandangan aliran Yahwehisme ini?

a. Tidak semua literatur setuju bahwa ”Allah” itu adalah nama diri dari Tuhan umat Islam / dewa kafir pra Islam.

Microsoft Encarta Reference Library – Sebutan bahasa Arab untuk God, Allah, menunjuk kepada God / Allah yang sama yang disembah oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang kristen. Ajaran pokok Islam adalah bahwa hanya ada satu Allah yang maha kuasa dan maha tahu, dan Allah ini yang menciptakan alam semesta. ... Kata bahasa Arab ‘Allah’ artinya ‘the God’, dan Allah ini dimengerti sebagai Allah yang menciptakan dunia / alam semesta dan menopangnya sampai pada akhirnya. ...

Encyclopedia Britannica – Dari sudut ilmu asal kata, sebutan ‘Allah’ mungkin merupakan suatu singkatan dari kata bahasa Arab ‘al-Ilah’, ‘the God’. Asal usul sebutan itu bisa ditelusuri jejaknya sampai pada tulisan-tulisan Semitik dalam mana kata untuk ‘god’ adalah Il atau El, yang terakhir ini merupakan kata Perjanjian Lama yang sama untuk Yahweh. Allah adalah kata standard bahasa Arab untuk ‘God’ dan digunakan oleh orang-orang kristen Arab maupun oleh orang-orang Islam.

Wikipedia Encyclopedia - Allah ... adalah kata standard bahasa Arab untuk ‘God’. Sementara istilah ini di Barat dikenal karena penggunaannya oleh orang-orang Islam berhubungan dengan God / Allah, kata ini digunakan oleh orang-orang yang berbicara dalam bahasa Arab dari semua iman Abrahamik, termasuk Kristen dan Yahudi, berhubungan dengan ‘God’.

Wikipedia Encyclopedia - Orang-orang yang berbicara dalam bahasa Arab DARI SEMUA IMAN Abrahamik, termasuk orang Kristen dan orang Yahudi, menggunakan kata ‘Allah’ untuk memaksudkan ‘God’. Orang-orang kristen Arab zaman sekarang tidak mempunyai kata lain untuk ‘God’ selain ‘Allah’. Sebagai contoh, orang-orang kristen Arab menggunakan istilah-istilah Allah al-ab yang berarti ‘God the Father / Allah Bapa’, Allah al-ibn berarti ‘God the Son / Allah Anak’, dan Allah al-ruh al qudus yang berarti ‘God the Holy Spirit / Allah Roh Kudus’.

Dan masih banyak sumber yang bisa diberikan, lebih banyak dari sumber-sumber yang dipunyai aliran Yahwehisme. Dari semua sumber yang telah dikutipkan di atas, kelihatannya “Allah” bukanlah suatu nama diri sebagaimana yang diyakini aliran Yahwehisme melainkan sebuah sebutan yang umum dalam bahasa Arab bagi pribadi yang diyakini sebagai Tuhan.

b. Kata ”Allah” sebenarnya adalah padanan kata ”Eloah” dalam bahasa Ibrani.
Salah satu nama dalam bahasa Ibrani untuk Sang Pencipta (YHWH) adalah ”Eloah” (jamaknya ”Elohim”).

Ulangan 32:15 – ”....dan ia meninggalkan Allah (Ibr. ELOAH) yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya.

Ayub 3:4 - Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah (Ibr. ELOAH) yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.

Nah, perlu juga diketahui bahwa di antara bahasa serumpun biasanya kata-kata mempunyai kemiripan bunyi (Corespondention Phonetic) tetapi mempunyai makna yang sama. Misalnya :

Kata ”Shalom” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Salam” dalam bahasa Arab yang juga menjadi ”Salam” dalam bahasa Indonesia (Karena Indonesia mengadopsinya dari Arab). Makanya ungkapan Ibrani ”Shalom Alaikhem” menjadi ”Assalamualaikum” dalam bahasa Arab.

Kata ”Abodah” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Ibadah” dalam bahasa Arab yang juga menjadi ”Ibadah” dalam bahasa Indonesia.

Kata ”Kadosh” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Qudus” dalam bahasa Arab yang menjadi ”kudus” dalam bahasa Indonesia.

Kata ”Mesiah” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Al Masih” dalam bahasa Arab. Makanya nama ”Jeshua Hamasiah” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Isa Al Masih” dalam bahasa Arab.

Nama ”Abraham” dalam bahasa Ibrani menjadi ”Ibrahim” dalam bahasa Arab.

Kata ”Melek” (artinya raja) dalam bahasa Ibrani menjadi ”Malik” dalam bahasa Arab yang juga menjadi ”Malik” dalam bahasa Indonesia. Makanya ada orang yang bernama Abdul Malik Ibrahim.

Karena itu maka nama ”Eloah” dalam bahasa Ibrani ini juga mempunyai kemiripan bunyi dalam bahasa-bahasa serumpun. Misalnya dalam bahasa Babylonia menjadi ”Ilu”, dalam bahasa Aram menjadi ”Elah” atau ”Allaha” dan dalam bahasa Arab menjadi ”Allah”.

W. E. Vine - ELAH, ‘god’ / ‘allah’. Kata bahasa Aram ini sama artinya dengan kata bahasa Ibrani ELOAH. Ini merupakan istilah yang umum untuk ‘God’ / ‘Allah’ dalam teks-teks Perjanjian Lama bahasa Aram, dan ini merupakan bentuk yang berhubungan / sama asal usulnya dengan kata ‘ALLAH’, kata yang digunakan oleh orang-orang Arab untuk menunjuk pada Allah).

A. Heuken - Kata ‘Allah’ merupakan perpaduan dua kata Arab : ‘al’ dan ‘ilah’, artinya ‘the God’ atau Yang (Maha) kuasa. Kata Semit ‘ilah’ sama arti dan akarnya dengan kata Ibrani ‘el’, yang berarti ‘yang kuat’, ‘yang berkuasa’ dan menjadi sebutan untuk ‘Tuhan”. (Ensiklopedi Gereja. Vol I, hal. 88).

Jadi sebenarnya kata ”Allah” ini adalah padanan kata Ibrani ”Eloah” yang sama artinya. Sama artinya dengan ”God” dalam bahasa Inggris, ”Got” dalam bahasa Belanda, ”Gott” dalam bahasa Jerman, ”Gud” dalam bahasa Norwegia, ”Theos” dalam bahasa Yunani, ” Deus” dalam bahasa Portugis, ”Deo” dalam bahasa Sabu, ”Puang Matua” dalam bahasa Toraja, ”Lamatua” dalam bahasa Rote, ”Uis Neno” dalam bahasa Timor, ”Hyang” dalam bahasa Jawa Kuno. Menolak ini sama dengan menolak bahwa kata”buku” dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan ”book” dalam bahasa Inggris. Jadi adalah ngawur kalau menolak kata ”Allah” dan menganggapnya sebagai nama diri dari Tuhannya orang Islam apalagi adalah nama dewa bulan / dewa matahari / atau dewa kafir lainnya.

c. Sebelum agama Islam muncul, orang-orang Kristen Arab sudah lebih dulu menggunakan kata ‘Allah’ ini dan bahkan kata ‘Allah’ dipakai dalam Alkitab bahasa Arab pra Islam.

Bambang Noorsena - Istilah Allah dipakai sebagai sebutan bagi Khaliq langit dan bumi oleh orang-orang Kristen Arab di wilayah Syria. Hal ini dibuktikan dari sejumlah inskripsi Arab pra-Islam yang semuanya ternyata berasal dari lingkungan Kristen”.

A. Heuken SJ - Sebelum masa Muhammad, kata ‘Allah’ sudah dipakai dalam bahasa Arab untuk Pencipta alam semesta yang terlalu jauh atau tinggi untuk disembah atau dimintai perhatian. Orang Kristen keturunan Arab pada waktu itu pun sudah memakai sebutan ‘Allah’ untuk Tuhan” (Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 88-89).

A. Heuken SJ - Mengingat sejarah terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Arab, peraturan beberapa negara bagian - Malaysia, yang melarang orang Kristen menggunakan kata-kata Arab seperti nabi, Allah ... adalah tidak adil. Sebab kata-kata itu sudah digunakan sebelum zaman nabi Muhammad oleh orang Kristen bangsa Arab” (Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 88).

Kata-kata Heuken ini benar sekali! Jadi “Allah” itu adalah bahasa Arab bukan bahasa Islam sehingga orang Arab dari agama apa saja berhak untuk menggunakan kata itu. Dan karena itu maka orang Kristen Arab sebelum Islam muncul sudah menggunakannya baik dalam ibadah mereka maupun dalam Alkitab mereka. Jadi adalah aneh kalau dikatakan bahwa “Allah” adalah Tuhannya orang Islam. Juga aneh kalau di Malaysia orang Kristen dilarang menggunakan nama “Allah” karena dianggap miliknya Islam seperti yang dialami Agnes Monica di mana lagunya “Allah peduli” dicekal dan juga majalah Katolik “The Heralds”

Koran Timex : LANTARAN menggunakan kata Allah dalam judul dan lirik, lagu Agnes Monica yang bertajuk Allah Peduli dicekal beredar oleh Pemerintahan Malaysia. Bahkan dengan tegas pemerintah Malaysia akan menghukum salah satu warganya bila ketahuan menyanyikan lagu yang dimaksudkan sebagai penggambaran Nabi Isa tersebut. Menurut Mohammad Adzib Mohd Isa, pengurus Majelis Agama Islam Selangor, Malaysia (Mais), larangan itu akan dikenakan kepada siapapun yang menyanyikan lagu tersebut di bagian Selangor, Malaysia. Mohammad mengatakan, penggunaan kata Allah hanya diperuntukkan bagi pemeluk agama Islam, sedangkan bagi yang non Muslim harus menggantinya dengan kata Tuhan. "Penyelidikan akan dilakukan oleh pegawai yang mempunyai wewenang dan jika terbukti mempunyai kesalahan akan dikenakan denda 1.000 ringgit (Rp 3,2juta) bagi yang ketahuan menyanyikannya," Mohammad Adzib'.

Selain Agnes, Pemerintah Malaysia juga melarang majalah mingguan Katolik, The Herald yang juga menggunakan kata Allah. Hingga kini, kasus tersebut dalam proses meja hijau.

Yang menarik adalah bahwa Majalah Katolik ”The Herald” menang gugatan tentang penggunaan kata ”Allah” ini.

Koran Jawa Pos – “Menang Gugatan Kata ‘Allah’. Kuala Lumpur - Surat kabar Katolik Roma di Malaysia The Herald memenangkan hak menggunakan kata ‘Allah’ dalam artikel mereka. Sidang yang diadakan kemarin (5/5) itu merupakan upaya mereka sebelum menggugat pemerintah yang melarang agama lain selain Islam menggunakan kata ‘Allah’. Menurut mereka, hal tersebut sah-sah saja. Sebab, ‘Allah’ merupakan sinonim dari ‘Tuhan’. Hakim Lau Bee Lan yang memimpin sidang memutuskan bahwa larangan pemerintah itu tidak pantas. Hakim pun mengizinkan media tersebut menggugat pemerintah atas larangan itu di pengadilan. Sidang tersebut merupakan buntut dari pernyataan pemerintah yang melarang media itu menggunakan kata ‘Allah’ dalam edisi bahasa Melayu mereka. Menurut pemerintah, kata tersebut hanya layak digunakan orang Islam. Pemerintah mengeluarkan larangan tersebut untuk mencegah timbulnya kebingungan pada umat muslim. Bahkan, pemerintah mengancam akan mencabut izin terbit media yang membangkang. The Herald menyatakan bahwa kata itu bukan semata hak eksklusif bagi muslim. (Selasa, 6 Mei 2008, hal 6).

Saya kira hakim itu memutuskan pasti tidak dengan sembarangan. Hampir bisa dipastikan bahwa fakta sejarah, yang menunjukkan bahwa sebelum Islam ada, kata ‘Allah’ sudah digunakan oleh orang-orang Kristen Arab, menjadi pertimbangannya untuk secara benar / adil / tepat memenangkan gugatan surat kabar Katolik itu.

Tapi kelihatannya problem nama “Allah” di Malaysia masih menjadi masalah hingga kini. Seorang teman saya di Malaysia mengirimkan pesan di via box FB saya :

Message From Malaysia - “Situasinya begini, kak. Sudah hampir 2-3 tahun ini Alkitab/Bible kita dipermasalahkan dengan penggunaan nama "ALLAH" oleh saudara/I muslim kita. Dan mereka mengklaim bahwa nama ALLAH itu hanya milik sah dan satu - satunya untuk Tuhannya mereka.

Dengan keadaan seperti ini, banyak orang Kristen di sini merasa sangat ketakutan. Bahkan tidak sedikit Gereja mulai menukar lagu-lagu yang ada sebutan penggunaan nama Allah diganti dengan nama Tuhan/Engkau/Dia. Salah satu contohnya : “Allah Itu Baik” menjadi “Tuhan itu Baik” atau “Engkau itu Baik” atau “Dia Itu Baik”. Hehehee...

d. Kalau pun nama “Allah” ada kaitannya dengan berhala atau kekafiran atau pernah dipakai untuk dewa kafir, itu tidak berarti kita tidak boleh menggunakannya karena konsep kita (Kristen) tentang pribadi yang kita sebut sebagai “Allah” itu jelas bukan konsep kafir.

Saya berikan contoh dari Alkitab!

Nama “EL”.

Kita tahu bahwa salah satu nama yang dipakai oleh Alkitab untuk menunjuk pada YHWH adalah nama “EL”. Makanya ada istilah “BET-EL” (Rumah Allah).

Keluaran 14:22 - Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: "Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi (Ibr. EL ELYON), Pencipta langit dan bumi.

Kejadian 16:13 - Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: "Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?"

Kejadian 17:1 - Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa (Ibr. EL SHADDAY), hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.

Tetapi ternyata nama “EL” itu tidak hanya dipakai untuk menyebut pencipta dari alam semesta (YHWH) tetapi juga dipakai untuk menyebut berhala-berhala dari bangsa-bangsa kafir.

Ulangan 32:12 - demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.
Kata-kata “allah asing” di sini jelas bukan menunjuk pada YHWH. Tetapi perhatikan kata Ibrani yang dipakai dalam ayat ini.

Contoh lain :

Keluaran 15:11 - Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah (Ibr. (ELIM, bentuk jamak dari EL), ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?

Keluaran 34:14 - Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah (Ibr. EL) lain, karena TUHAN, yang namaNya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu”.

Dari sini jelas bahwa nama “EL” selain dipakai untuk menyebut pencipta dari alam semesta ini (YHWH) tetapi juga dipakai untuk berhala-berhala.

Lalu siapa sebenarnya “EL” di dalam kebudayaan kafir ini?

Nelson’s Bible Dictionary - ‘Asherahs,’ (Hak 3:7) digambarkan sebagai istri dari El (atau kadang-kadang Baal) dalam mitologi Kanaan.

Unger’s Bible Dictionary - ‘Ashe'rah’ (a-she'ra). Jamak, Asherim, seorang dewi kafir yang ditemukan dalam teks kepahlawanan agamawi Ras Shamra yang ditemukan di Ugarit di Syria Utara (1929-1937) sebagai Asherat, ‘Nyonya dari Laut’, dan pasangan / istri dari El. ... Tetapi Asherah hanyalah salah satu dari manifestasi dari dewi kepala / utama dari Asia Barat, yang sekarang dianggap sebagai istri, dulu sebagai saudari, dari dewa Kanaan utama El.

Penekanan dari dua kutipan di atas ini hanyalah bahwa Asyera, yang adalah seorang dewi, dianggap sebagai istri dari dewa Kanaan utama yang namanya adalah El.

Bandingkan :

Eerdmans’ Family Encyclopedia of the Bible - Baal, dewa Kanaan. ... Baal, yang berarti ‘tuan’, merupakan gelar dari Hadad, dewa cuaca ... Istri Baal adalah Astarte, yang juga dikenal sebagai Anat, dewi dari cinta dan perang. Ayahnya adalah El, kepala dari dewa-dewa, ... Istri El adalah Asyera, ibu dewi dan dewi laut. (hal.152).

Menarik bukan bahwa ternyata “EL” yang adalah nama dewa utama Kanaan digunakan juga untuk menyebut YHHW. Apakah aliran Yahwehisme mau melarang penggunaan kata “EL” juga?

Nama “ELOHIM”.

“ELOHIM” adalah bentuk jamak dari “ELOAH”. Dan ini sebutan yang umum dalam PL bagi Tuhan pencipta alam semesta (YHWH).

Kejadian 1:1 - Pada mulanya Allah (Ibr. ELOHIM) menciptakan langit dan bumi.

Kejadian 3:1 - Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah (Ibr. ELOHIM). Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah (Ibrani. ELOHIM) berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

Tetapi ternyata kata ”ELOHIM” juga digunakan untuk dewa-dewa kafir.

Mazmur 95:3 - Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah (Ibr. ELOHIM)

Contoh lain :

Mazmur 96:4-5 – (4) Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah (Ibr. ELOHIM). (5) Sebab segala allah (Ibr. ELOHIM) bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi TUHANlah yang menjadikan langit.

Keluaran 12:12 - Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah (Ibr. ELOHIM) di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN.

Note : Di sini kata ‘ELOHIM’ jelas menunjuk kepada dewa-dewa Mesir yang terdiri dari binatang-binatang seperti sapi, dll.

Dari sini jelas bahwa nama “ELOHIM” selain dipakai untuk menyebut pencipta dari alam semesta ini (YHWH) tetapi juga dipakai untuk berhala-berhala kafir. Mengapa aliran Yahwehisme tidak melarang juga penggunaan “ELOHIM”?

Kata “THEOS”.

“THEOS” adalah kata Yunani yang dipakai untuk menunjuk pada Tuhan / YHWH.

Yohanes 1:1 - Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah (Yun. THEOS) dan Firman itu adalah Allah (Yun. THEOS).

Tetapi kalau ditelusuri, kata “THEOS” ini ada kemungkinan mempunyai kaitan dengan kekafiran.

Herman Bavinck – “… kata Yunani THEOS diturunkan dari TITHENAI, THEEIN, THEASTHAI. …beberapa ahli bahasa menghubungkannya dengan Zeus, Dios, Jupiter, Deus, Diana, Juno, Dio, Dieu. Ditafsirkan demikian, maka kata itu menjadi identik dengan kata Sansekerta ‘deva’, ‘langit / surga yang berkilau / bersinar’, dan berasal dari kata ‘div’ yang berarti ‘berkilau / bersinar’. (The Doctrine of God, hal 98).

Nama “YHWH”.

Tentu kita semua tahu bahwa nama diri dari Tuhan kita adalah “YHWH” / Yahweh. Dan kita semua juga tahu bahwa “BAAL” adalah salah satu nama dewa kafir yang terkenal di dalam Alkitab.

Hak 2:11 - Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN (YHWH) dan mereka beribadah kepada para Baal.

1 Raja-raja 18:21 - Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN (YHWH) itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun.

Tetapi menarik bahwa TUHAN (YHWH) sendiri dalam beberapa kasus menyebut diri-Nya dengan “BAAL”.

Yeremia 31:32 - bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN (YWH).

Yesaya 54:5 - Sebab yang menjadi suamimu (Ibr. BAAL) ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN (YHWH) semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.

Hos 2:15 - Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku!

The International Standard Bible Encyclopedia : BAAL ... III. Penyembahan Baal.: - Pada zaman awal dari sejarah Ibrani gelar ‘Baal’, atau ‘Tuhan’, diterapkan kepada Allah nasional dari Israel.

Dari ayat-ayat dan dari kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa kata ‘BAAL’ yang merupakan nama dewa kafir, pernah digunakan untuk menunjuk kepada Yahweh.

Sekalipun belakangan praktek menyebut Yahweh dengan sebutan ‘BAAL’ itu dibuang, tetapi ingat bahwa ayat-ayat dalam Kitab Suci yang menyebut Yahweh dengan sebutan “BAAL”, tidak dihapuskan / diubah!

Kesimpulan : Dari survei yang panjang ini sudah saya tunjukkan bahwa nama-nama / sebutan-sebutan bagi pencipta alam semesta ini yakni “EL”, “ELOHIM”, “THEOS” digunakan juga untuk dewa-dewa kafir. Bahkan YHWH sendiri dulunya dipanggil “BAAL” oleh Israel. Jikalau demikian seandainya nama “ALLAH” memang pernah dipakai untuk sebutan bagi dewa bulan, dewa matahari atau dewa-dewa kafir lainnya, kenapa tidak bisa digunakan untuk menyebut Tuhan pencipta alam semesta ini? Di sini konsep jauh lebih penting daripada sekedar istilah.

Empat argumentasi yang sudah saya berikan ini membuktikan bahwa paham anti ”Allah” dari aliran Yahwehisme ini sama sekali tidak berdasar dan karena itu adalah sangat sah orang Kristen tetap menggunakan nama ”Allah” dalam penyebutan ibadah dan Kitab Sucinya.

Karena itu janganlah iman saudara dibimbangkan dengan teori omong kosong dari aliran Yahwehisme ini yang kelihatannya pintar tapi sebenarnya tidak. Apalagi menjadi terseret dalam ajaran mereka dan ikut-ikutan anti nama ”Allah”.

NAMA ALLAH DAN NAMA YAHWEH (2)

Kita akan melanjutkan pembahasan kita seputar aliran Yahwehisme atau aliran Pengagung Nama Yahweh ini. Pada bagian pertama sudah saya jelaskan bahwa aliran Yahwehisme ini mempunyai 2 ajaran utama yakni :

Orang Kristen tidak boleh menggunakan (memuji, menyembah, melayani) nama “Allah”karena “Allah” adalah nama Tuhan umat Islam dan juga nama salah satu dewa kafir pra Islam. 
Orang Kristen harus menggunakan (memuji, menyembah, melayani) nama “Yahweh”.

Dan kita sudah membahas ajaran mereka yang pertama dengan beberapa argumentasi yaitu :

Tidak semua literatur setuju bahwa ”Allah” itu adalah nama diri dari Tuhan umat Islam / dewa kafir pra Islam. 

Kata ”Allah” sebenarnya adalah padanan kata ”Eloah” dalam bahasa Ibrani. 
Sebelum agama Islam muncul, orang-orang Kristen Arab sudah lebih dulu menggunakan kata ‘Allah’ ini dan bahkan kata ‘Allah’ dipakai dalam Alkitab bahasa Arab pra Islam. 
Kalau pun nama “Allah” ada kaitannya dengan berhala atau kekafiran atau pernah dipakai untuk dewa kafir, itu tidak berarti kita tidak boleh menggunakannya karena konsep kita (Kristen) tentang pribadi yang kita sebut sebagai “Allah” itu jelas bukan konsep kafir.

Sekarang kita akan membahas ajaran Yahwehisme yang kedua yakni tentang keharusan penggunaan nama “Yahweh” tetapi sebelumnya saya sampaikan sebuah info bahwa beberapa hari yang lalu Malaysia kembali bergolak terkait penggunaan nama Allah. Ini terlihat dari beberapa berita di internet :

Inilah.com – Sidang lanjutan perkara penggunaan nama Allah di Malaysia mulai digelar di gedung Mahkamah Agung, di Putrajaya, Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (10/9/2013). The Star melaporkan, pengadilan mendengarkan penjelasan dari para pengacara yang terlibat dalam kasus ini. Yakni para pengacara dari Keuskupan Gereja Katolik Roma di Kuala Lumpur, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang menggugat. Sidang ini menarik perhatian massa untuk turun ke jalan.

Mereka beraksi di halaman gedung pengadilan, mengenakan kaos merah bertuliskan “Allah : Just For Muslims. Fight No Fear” (Allah: Hanya untuk Muslim. Berjuanglah Jangan Takut).

Kasus itu bermula dari terbitnya aturan yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Malaysia pada 7 Januari 2009 yang melarang penggunaan kata ‘Allah’ untuk penyebutan kata Tuhan pada tabloid Katolik, Herald edisi Melayu. Namun demikian kata Allah tidak eksklusif hanya untuk agama Islam. Keputusan itu kemudian digugat oleh pihak Gereja Katolik dan pada 16 Februari 2009, Uskup Tan Sri Murphi Pakiam mengajukan gugatan ke pengadilan. Pada 21 Desember 2009, pengadilan memenangkan gugatan Gereja sekaligus membatalkan peraturan Menteri Dalam Negeri itu dengan alasan inkonstitusional. Namun, pemerintah tetap menolaknya dan mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi. Media Katolik, Herald edisi bahasa Melayu menggunakan kata ‘Allah’ dalam penulisan yang merujuk Tuhan. Namun, nama ‘Allah’ ini tidak digunakan oleh Herald edisi Bahasa Inggris. Warga Malaysia berpendapat bahwa ada tujuan ”misi Kristen” di balik penggunaan kata Allah tersebut. Umat Katolik di negeri itu beralasan tidak ada alasan untuk melarang penggunaan kata itu, seperti halnya di Indonesia. Jika di Indonesia boleh, mengapa Malaysia tidak. [tjs]

Sekarang mari kita bahas pandangan Yahwehisme tentang keharusan penggunaan nama “Yahweh”.

II. PERSOALAN NAMA “YAHWEH”.

Dalam point ini saya akan bahas beberapa hal :

a. Beberapa hal yang perlu diketahui.

Sebelum saya masuk pada inti ajaran Yahwehisme terkait keharusan penggunaan nama “Yahweh” ini, saya akan menjelaskan beberapa hal penting terlebih dahulu supaya saudara tidak bingung.

1. Perbedaan “Allah”, “Tuhan” dan “YHWH”.

Tiga kata ini akan sering muncul dalam pembahasan kita ini. Lalu apa bedanya? “YHWH” itu menunjuk pada nama pribadi (personal name) dari Sang Pencipta, “Allah” itu menunjuk pada hakikat dari Sang Pencipta dan “Tuhan” itu menunjuk pada kedudukan dari Sang Pencipta. Perhatikan perbandingan ini :

2. Persoalan penerjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).

Perlu saudara ketahui juga masalah penerjemahannya yang dipakai dalam Alkitab LAI di mana kata “Allah” dalam Alkitab Indonesia (PL) diterjemahkan dari kata Ibrani “El”, “Eloah” dan “Elohim” dan kata “Tuhan” diterjemahkan dari kata Ibrani “Adonay” sedangkan kata Ibrani “YWHH” diterjemahkan menjadi “TUHAN” atau “ALLAH”.

Jadi di dalam Alkitab LAI ada 2 macam kata ‘Tuhan’ (‘Tuhan’ dan ‘TUHAN’), dan juga 2 macam kata ‘Allah’ (‘Allah’ dan ‘ALLAH’), yang digunakan untuk menunjuk kepada Tuhan / Allah yang benar. Mengapa kata “YHWH” ini dalam Alkitab LAI tidak diterjemahkan dengan 1 kata saja yaitu “TUHAN” tetapi juga diterjemahkan dengan “ALLAH” juga yang dapat membingungkan kita?

Begini persoalannya! Kalau kita mengacu pada penerjemahan seperti gambar berikut ini :

maka “Adonay” diterjemahkan “Tuhan” sedangkan “YHWH” diterjemahkan “TUHAN”. Lalu kira-kira bagaimana kalau dalam Alkitab Ibrani muncul kata “Adonay YHWH”? Diterjemahkan bagaimana? Pasti akan menjadi “Tuhan TUHAN”. Ini pasti akan membingungkan sehingga akhirnya dalam kasus di mana 2 kata ini muncul bersama “Adonay YHWH” maka LAI menerjemahkannya menjadi “Tuhan ALLAH”. Jadi “YHWH” diterjemahkan “ALLAH”. Itulah sebabnya kata “YHWH” diterjemahkan dengan 2 kata dalam bahasa Indonesia yakni “TUHAN” dan “ALLAH”.

Tetapi ini juga perlu diwaspadai karena :

Jikalau dalam bahasa Ibraninya muncul kata “YHWH Elohim” maka itu pun diterjemahkan dalam Alkitab LAI menjadi “TUHAN Allah”.

Jikalau dalam bahasa Ibraninya muncul kata “Adonay Elohim” maka itu pun diterjemahkan dalam Alkitab LAI menjadi “Tuhan Allah”.

Jikalau dalam bahasa Ibraninya muncul kata “YAH YHHW” maka itu pun diterjemahkan dalam Alkitab LAI menjadi “TUHAN ALLAH”.

Jadi ada beda antara “Tuhan ALLAH”, “TUHAN Allah”, Tuhan Allah” dan “TUHAN ALLAH”. Semua bentuk ini muncul dalam penerjemahan LAI :

NAMA ALLAH DAN NAMA YAHWEH

Jadi penerjemahan LAI akan seperti ini :

NAMA ALLAH DAN NAMA YAHWEH

Terjemahan seperti ini juga terjadi dalam banyak versi Kitab Suci bahasa Inggris, yang pada umumnya menerjemahkan “Adonay” menjadi ‘Lord’ (Tuhan), dan “El”, “Eloah” atau “Elohim” menjadi ‘God’ (Allah), dan YHWH menjadi ‘LORD’ atau ‘GOD’. Juga pada saat muncul ungkapan ‘Adonay YHWH, maka diterjemahkan ‘Lord GOD’ (Tuhan ALLAH).

3. Nama YHWH.
Di atas sudah saya jelaskan bahwa “YHWH” adalah nama diri (personal name) dari Sang Pencipta. Dan Alkitab memang menyatakan bahwa Tuhan atau Allah kita itu mempunyai nama yakni “YHWH” (yang sering dibaca Yahweh). Dalam bahasa Ibraninya tertulis seperti ini :

Perhatikan ayat-ayat berikut :

Kel 3:13-15 - (13) Lalu Musa berkata kepada Allah: ‘Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang namaNya? - apakah yang harus kujawab kepada mereka?’ (14) Firman Allah kepada Musa: ‘AKU ADALAH AKU.’ Lagi firmanNya: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.’ (15) Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN (Ibrani: YHWH), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun”.

Keluaran 6:1-2 - (1) Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Akulah TUHAN (Ibrani: YHWH). (2) Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan namaKu TUHAN (Ibrani: YHWH) Aku belum menyatakan diri”.

Kata “TUHAN” (Ing. LORD) dalam ayat-ayat ini dalam bahasa Ibraninya adalah YHWH. Jadi jelas bahwa Tuhan kita bernama “YHWH”.

b. Argumentasi aliran Yahwehisme.

Sekarang mari kita masuk pada inti ajaran Yahwehisme di mana mereka beranggapan bahwa orang Kristen harus menggunakan nama “Yahweh”. Apa alasan mereka?

1. Yahweh itu adalah nama diri (personal name) dan dalam aturan penerjemahan, nama diri (personal name) tidak boleh diterjemahkan.

Gersom Ben Mose - “Kalau Tuhan atau Elohim itu memang bisa diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa ..., tapi kalau YAHWEH itu sebenarnya tidak bisa diterjemahkan, kenapa? Karena itu adalah sebuah nama” (‘YAHWEH atau ALLAH’, hal. 31).

Yakub Sulistyo - YHWH (YAHWEH) adalah NAMA PRIBADI YANG TIDAK BISA DITERJEMAHKAN. Buktinya, Kitab Suci berbahasa : Tagalog, Illokano, Amerika Latin, Arab, Inggris, Batak Karo, Batak Toba, dll Nama Yahweh tidak berubah, hanya logatnya yang berbeda, tetapi tidak masalah. Seperti orang yang bernama Yakub di Amerika dipanggil Jacob. Akan bermasalah jika berubah menjadi George atau Clinton. Namun sangat disayangkan karena nama YHWH (YAHWEH) diterjemahkan menjadi ALLAH itu mengubah PRIBADI dari sang penyandang Nama. (“Allah” Dalam Kekristenan Apakah Salah?, hal. 10-11).

Jahja Iskandar – Sekalipun YAHWEH adalah benar-benar Nama Diri, namun dalam proses penerjemahan Kitab Suci, para penerjemah telah terbiasa untuk menerjemahkannya (baca: menggantinya) dengan satu kata pilihan dalam bahasa sasaran, yang dianggap berasosiasi makna dengan Nama tersebut. Padahal, nama diri seharusnya tidak dapat diterjemahkan apalagi diganti. (”YAHWEH, Nama Tuhan yang Harus Diingat Kembali - www.yalensa.org).

Contohnya, jikalau kalimat : “Esra adalah seorang pendeta” diterjemahkan ke dalam bahasa lain, maka kalimat “adalah seorang pendeta” bisa diterjemahkan tetapi kata “Esra” tidak bisa dan tidak boleh diterjemahkan karena “Esra” adalah nama diri.

Misalnya kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris maka kalimat itu akan berbunyi : “Esra is a pastor”. Kalau diterjemahkan ke bahasa Sabu akan menjadi : “Esra heddau pedita”. Kalau diterjemahkan ke bahasa Rote akan menjadi “Esra lia pendeta esa lian” (Kata “pendeta” sama dengan bahasa Indonesia karena bahasa rote tidak mempunyai kata khusus untuk pendeta). Jadi terlihat bahwa “Esra” sebagai nama pribadi tidak bisa / tidak boleh diterjemahkan.

Nah, karena “Yahweh” adalah nama diri dari Tuhan kita maka seharusnya nama “Yahweh” tidak boleh diterjemahkan menjadi “TUHAN” apalagi “ALLAH” (karena “Allah” adalah nama Tuhannya Islam) sebagaimana yang dilakukan LAI maupun juga para penerjemah Alkitab-Alkitab Bahasa Inggris yang menerjemahkannya menjadi “LORD” atau “GOD”

2. Ada ayat-ayat Kitab Suci yang memerintahkan untuk menggunakan nama Yahweh.

Keluaran 3:15 - Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN (Ibr : YHWH), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun”.

1 Taw 16:8 - Bersyukurlah kepada TUHAN (Ibr: YHWH), panggillah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa!”.

Yesaya 12:4 - Pada waktu itu kamu akan berkata: ‘Bersyukurlah kepada TUHAN (Ibr: YHWH), panggillah namaNya, beritahukanlah perbuatanNya di antara bangsabangsa, masyhurkanlah, bahwa namaNya tinggi luhur!”.

Orang-orang dari kelompok Yahwehisme ini menggunakan ayat-ayat ini yang mereka tafsirkan sebagai suatu perintah dari Tuhan untuk menggunakan nama pribadiNya, yaitu “Yahweh”.

3. Keluaran 20:7 melarang menggunakan nama Yahweh dengan sembarangan.

Kel 20:7 - Jangan menyebut nama TUHAN (Ibr. YHWH), Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN (Ibr. YHWH) akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

Bagaimana ayat ini bisa mereka pakai sebagai argumentasi mereka?

Yakub Sulistyo – Kenapa HARUS YHWH (YAHWH)? Karena Tuhan sendiri mempermasalahkan Nama-Nya, agar jangan disebut dengan sembarangan (Keluaran 20:7) apalagi diganti-ganti dengan sembarangan dan nama sesembahan lain dilarang untuk disebut (Keluaran 23:13). (“Allah” Dalam Kekristenan Apakah Salah?, hal. 25).

Gersom Ben Mose - “... (Kel 20:7). Menyebut dengan sembarangan saja tidak boleh apalagi mengganti dengan nama sesembahan bangsa lain” (‘YAHWEH atau ALLAH’, hal. 4).

c. Bantahan terhadap argumentasi aliran Yahwehisme.

1. Soal nama tidak bisa diterjemahkan.

Biarpun secara umum nama memang tidak diterjemahkan, tetapi sebetulnya adalah salah kalau mengatakan bahwa suatu nama sama sekali tidak mungkin diterjemahkan karena dalam Kitab Suci sendiri ada nama-nama yang diterjemahkan ke bahasa lain.

Misalnya:

Kisah Para Rasul 9:36 - Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita – dalam bahasa Yunani Dorkas”….

NASB: ‘Now in Joppa there was a certain disciple named Tabitha (which translated in Greek is called Dorcas)’ (Di Yope ada seorang murid tertentu bernama Tabita (yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani disebut Dorkas).

Di sini untuk kata ‘translated’ / ‘diterjemahkan’, digunakan kata Yunani DIERMENEUOMENE, yang berasal dari kata Yunani DIERMENEUO, yang sebetulnya bisa berarti ‘menafsirkan’, ‘menjelaskan’, atau ‘menerjemahkan’.

Wahyu 9:11 - Dan raja yang memerintah mereka ialah malaikat jurang maut; namanya dalam bahasa Ibrani ialah Abadon dan dalam bahasa Yunani ialah Apolion”.

Adam Clarke - ‘Abadon’. Dari ABAD, ‘ia menghancurkan’. ‘Apolion’. Dari APO, ‘intensif’, dan OLLUO, ‘menghancurkan’. Artinya sama baik dalam bahasa Ibrani dan Yunani).

Yohanes 1:42 - Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: ‘Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).’”

Albert Barnes - ‘Kefas’. Ini adalah kata bahasa Aram, artinya sama dengan kata Yunani Petrus, sebuah batu. Dan ingat bahwa kedua nama ini tetap digunakan. Memang ‘Petrus’ yang lebih banyak digunakan, tetapi ‘Kefas’ tetap digunakan dalam 1Korintus 1:12 3:22 9:5 15:5 Galatia 1:18 2:9,11,14.

Tempat di mana Yesus disalibkan disebut ‘Golgota’ (dari bahasa Ibrani / Aram) atau Kalvari (dari bahasa Latin).

Matius 27:33 - Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak.

Yohanes 19:17 - Sambil memikul salibNya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.

Lukas 23:33 - Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kananNya dan yang lain di sebelah kiriNya”.

Kata ‘Tengkorak’ dalam Luk 23:33 ini dalam KJV diterjemahkan ‘Calvary’ (Kalvary).

Jadi memang secara umum nama tidak bisa diterjemahkan dalam kebudayaan kita, tetapi dalam kebudayaan Ibrani / Yunani / Aram, nama orang / tempat bisA diterjemahkan sepanjang arti katanya sama.

Dalam kebudayaan Sabu, orang-orang Sabu biasanya mempunyai nama suku mereka sendiri (nama Sabu). Biasanya itu dibentuk hanya dari persamaan / kedekatan bunyi nama aslinya. Misalnya orang bernama “Okto”, nama “Okto” ini mempunyai kemiripan bunyi dengan “oto” (mobil) dan mobil mempunyai roda sehingga akhirnya orang yang bernama “Okto” itu mempunyai nama Sabu yakni “Ma Roda”. Ini jelas berbeda dengan kebudayaan Ibrani, Yunani dan Aram yang menerjemahkan nama seseorang / suatu tempat dengan arti yang sama dalam bahasa terjemahan.

Misalnya, nama saya Esra (artinya penolong) dan Alfred (artinya bijaksana). Penolong dalam bahasa Portugis adalah “Ajudante” dan bijaksana dalam bahasa Portugis adalah “Sabio” sehingga di Portugis saya bisa bernama “Ajudante Sabio Soru”. Penolong dalam bahasa Jawanya adalah “Panglipur” dan bijaksana dalam bahasa Jawa adalah “Wicaksono” sehingga mengikuti kebudayaan Ibrani / Yunani / Aram, maka nama saya di Jawa bisA dipanggil “Penglipur Wicaksana” (Tidak memakai Soru karena orang Jawa tidak biasa menggunakan nama keluarga).

Penolong dalam bahasa Sabunya adalah “Mone Ruba Dara”. Jadi jika mengikuti kebudayaan Ibrani / Yunani / Aram, maka saya disebut “Mone Ruba Dara” yang kalau disingkat menjadi “Ma Dara”. Juga karena kebiasaan lidah Sabu yang menghilangkan / tidak bisa membunyikan huruf-huruf tertentu dalam suatu kata maka nama “Esra” bisa disebut/dibunyikan “Era” sehingga kalau “Era” digabungkan dengan “Ma dara” maka saya lengkapnya bernama “Ma Dara Era” (Artinya orang berada / kaya dan karena itu dapat menjadi penolong).

Nah, apabila nama diri memang bisa diterjemahkan dalam kebudayaan Ibrani / Yunani / Aram, mengapa nama YHWH tidak bisa diterjemahkan?

Kalau begitu apakah memang nama “TUHAN” atau “ALLAH” dalam bahasa Indonesia itu adalah nama hasil terjemahan dari nama Ibrani “YHWH”? Tidak!

Bahwa “YHWH” dijadikan “TUHAN” atau “ALLAH” dalam Alkitab bahasa Indonesia, itu sebenarnya bukan penerjemahan melainkan pengubahan. Jadi nama “YHWH” diubah menjadi “TUHAN” atau “ALLAH”. Apakah ini tidak lebih fatal?

Tidak! Nanti akan saya jelaskan dasarnya!

2. Soal ayat-ayat yang memerintahkan untuk menggunakan nama Yahweh.

Tadi sudah saya tunjukkan ayat-ayat yang dipakai aliran Yahwehisme di mana mereka berkesimpulan bahwa ada perintah untuk menggunakan nama Yahweh.

Kel 3:15 - Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN (Ibr : YHWH), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun”.

Saya tidak mempersoalkan ayat di atas ini, karena memang nama-Nya tentu tidak berubah-ubah, tetapi ini tidak berarti bahwa kita diharuskan untuk menggunakan nama tersebut.

Lalu bagaimana dengan 2 ayat ini?

1 Taw 16:8 - Bersyukurlah kepada TUHAN (Ibr: YHWH), panggillah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa!”.

Yesaya 12:4 - Pada waktu itu kamu akan berkata: ‘Bersyukurlah kepada TUHAN (Ibr: YHWH), panggillah namaNya, beritahukanlah perbuatanNya di antara bangsabangsa, masyhurkanlah, bahwa namaNya tinggi luhur!”

Perlu diketahui bahwa kata ‘nama’ sering bukan menunjuk pada nama pribadi / personal name, tetapi kepada diri orang itu. Misalnya dalam ayat-ayat di bawah ini, jelas bahwa kata ‘nama’ menunjuk kepada orang yang mempunyai nama itu.

2 Samuel 7:13 - Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya”.

Mazmur 20:2 - Kiranya TUHAN menjawab engkau pada waktu kesesakan! Kiranya nama Allah Yakub membentengi engkau!”

Tentu yang dimaksudkan oleh ayat ini bukanlah bahwa ‘nama Yahweh’ itu sendiri, tetapi bahwa Yahwehnya sendiri yang membentengi orang percaya.

Mazmur 52:11 - Aku hendak bersyukur kepadaMu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena namaMu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan orang-orang yang Kaukasihi!”

Yesaya 56:6 - Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hambahambaNya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjianKu”.

Kis 4:12 - Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.

Lagi-lagi, kata ‘nama’ di sini tidak mungkin betul-betul menunjuk pada nama pribadi. Kita tidak diselamatkan oleh ‘nama Yesus’, tetapi oleh ‘Yesus’nya sendiri!

Rom 10:13 - Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan”.

Ini tidak mungkin diartikan bahwa seseorang betul-betul berseru kepada ‘nama Tuhan’, dan ia lalu diselamatkan. Tentu yang dimaksudkan dengan ‘nama Tuhan’ adalah ‘diri Tuhan itu sendiri’.

The International Standard Bible Encyclopedia, vol II: “Dalam kebudayaan Barat zaman sekarang nama-nama pribadi tidak lebih dari sekedar label-label yang membedakan satu pribadi dari pribadi yang lain. ... zaman Alkitab, dalam mana nama seorang pribadi mempunyai arti yang jauh lebih dalam. Pentingnya nama pribadi mendapatkan pernyataan yang jelas dalam PL dalam cerita-cerita mengenai pemberian atau perubahan nama-nama. Nama mewakili / menggambarkan seluruh pribadi; dapat dikatakan bahwa nama adalah pribadi itu sendiri. (hal. 504).

Jadi, ayat-ayat yang digunakan oleh kelompok Yahwehisme di atas (1Taw 16:8 dan Yes 12:4) tidak berarti bahwa kita betul-betul harus memanggil nama Yahweh itu, tetapi kita harus memanggil diri dari YHWH itu, artinya kita harus mempercayai dan berdoa / beribadah kepada YHWH itu sendiri.

3. Soal Kel 20:7 (diganti dengan sembarangan).

Tentang Keluaran 20:7, aliran Yahwehisme berpandangan kalau nama Yahweh disebut sembarangan saja tidak boleh, apalagi diganti / diubah dengan sembarangan? Sebagaimana saya katakan tadi bahwa sebenarnya nama “YHWH” yang dalam Alkitab Indonesia (LAI) ditulis menjadi “TUHAN” atau “ALLAH” bukanlah penerjemahan melainkan pengubahan / penggantian. Jadi memang Alkitab LAI telah mengubah / mengganti nama YHWH dengan “TUHAN” atau “ALLAH” tetapi itu bukanlah pengubahan / penggantian dengan sembarangan. Pengubahan / penggantian ini ada dasarnya. Lalu apa dasarnya?

Dalam Alkitab Septuaginta / LXX (PL dalam bahasa Yunani), nama “YHWH” tidak dipertahankan melainkan diubah menjadi “KURIOS” (Tuhan).

Septuaginta ini dibuat sekitar tahun 200 SM dan dipakai secara luas pada zaman Yesus dan rasul-rasul. Jika memang nama “YHWH” tidak boleh diganti, mengapa sampai Yesus dan rasul-rasul sendiri tidak pernah memprotes / mengkritik Septuaginta yang mengganti / mengubah “YHWH” menjadi “KURIOS”, malah sebaliknya menggunakannya?

Dalam PB nama “YHWH” juga tidak dipertahankan melainkan diubah menjadi “KURIOS” (Tuhan) terutama pada saat PB mengutip ayat-ayat PL yang jelas-jelas mengandung nama “YHWH”.

Contoh :
Yesaya 61:1-2 - (1) Roh Tuhan ALLAH (Ibr: YHWH) ada padaku, oleh karena TUHAN (Ibr: YHWH) telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang- orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, (2) untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN (Ibr: YHWH) dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung”.

Perhatikan bahwa dalam Yesaya 61:1-2 ini nama “YHWH” itu muncul 3 kali.

Sekarang perhatikan bagaimana Yesus mengutip teks ini, atau bagaimana Lukas menceritakan peristiwa di mana Yesus mengutip ayat ini.

Lukas 4:18-19 - “(18) ‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku (19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan (Yun. KURIOS) telah datang.’”.

Terlihat dengan jelas bahwa dari 3 kali pemunculan nama ‘YHWH’ itu dalam Yesaya 61:1-2, untuk yang pertama Yesus membuangnya sama sekali, untuk yang kedua Yesus mengganti nama itu dengan kata ganti orang ‘Ia’, dan untuk yang ketiga Yesus mengganti nama itu dengan kata ‘Tuhan’ (Yunani: KURIOS).

Apakah kelompok Yahwehisme ini mau protes Yesus karena membuang nama “YHWH”, menggantinya dengan kata ganti “Ia” dan bahkan mengubahnya dengan kata Yunani “KURIOS”?

Contoh lain :
Ulangan 8:3 - Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan member engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN (Ibr: YHWH)”.

Sekarang perhatikan bagaimana Perjanjian Baru menceritakan bagaimana Yesus mengutip Ul 8:3 yang mengandung nama ‘YHWH’ itu.

Matius 4:4 - “Tetapi Yesus menjawab: ‘Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Yunani: THEOU).’”.

Jadi, Matius menceritakan bahwa Yesus mengubah nama ‘YHWH’ dalam Ul 8:3 menjadi ‘Allah’ (Yunani: THEOU).

Apakah kelompok Yahwehisme ini mau protes Yesus karena mengganti nama “YHWH” dengan kata Yunani “THEOU”? Atau mau menyalahkan Matius yang mengganti kata “YHWH” dengan kata Yunani “THEOU”?

Contoh lain lagi :
Ulangan 6:16 - “Janganlah kamu mencobai TUHAN (Ibr : YHWH), Allahmu, seperti kamu mencobai Dia di Masa”.

Sekarang perhatikan bagaimana Perjanjian Baru menceritakan bagaimana Yesus mengutip Ul 6:16 yang mengandung nama ‘Yahweh’ itu.

Mat 4:7 - “Yesus berkata kepadanya: ‘Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan (Yunani: KURION), Allahmu!’”.

Jadi Matius menceritakan bahwa Yesus mengubah nama ‘YHWH’ itu menjadi KURION (Tuhan).

Apakah kelompok Yahwehisme ini mau protes Yesus karena mengganti nama “YHWH” dengan kata Yunani “KURION”? Atau mau menyalahkan Matius yang mengganti kata “YHWH” dengan kata Yunani “KURION”?

Dan masih banyak contoh seperti ini misalnya : Ulangan 6:13 dan Matius 4:10; Mazmur 110:1 dan Matius 22:44; Ulangan 6:5 dan Matius 22:37

W. E. Vine - Dalam Septuaginta dan Perjanjian Baru, KURIOS adalah wakil dari kata Ibrani Yehovah (LORD / TUHAN dalam versi-versi Inggris), lihat Matius 4:7; Yakobus 5:11. (‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal. 688).

Ingat bahwa pengubahan nama “YHWH” ke dalam bahasa Yunani “KURIOS” atau “THEOS” dilakukan oleh Yesus atau para penulis Kitab Suci PB yang diilhami oleh Roh Kudus sehingga boleh dikatakan bahwa perubahan ini mempunyai otoritas ilahi. Menyalahkan PB sama saja dengan menyalahkan Roh Kudus atau Allah sendiri.

Nah, sekarang pikirkan, jika nama “YHWH” bisa diubah ke dalam bahasa Yunani dan itu tidak pernah bisa disalahkan, mengapa nama “YHWH” juga tidak bisa diubah / diganti dengan “TUHAN” atau “ALLAH” dalam bahasa Indonesia?

Dari bantahan-bantahan yang sudah saya berikan ini terlihat bahwa dasar yang dipakai oleh kelompok Yahwehisme ini untuk mengharuskan penggunaan nama “Yahweh” rapuh. Lebih daripada itu penggantian nama “YHWH” ke dalam bahasa terjemahan sangat didukung oleh Alkitab PB yang asli yang ditulis oleh para penulis Kitab Suci yang diilhami oleh Roh Kudus. Kita tidak anti nama “YHWH”, kita tidak menolak penggunaan nama “YHWH” tetapi kita menolak keharusan penggunaannya.

d. Argumentasi tambahan untuk menolak keharusan penggunaan nama “YHWH”.

Argumentasi tambahan ini adalah kalau kita harus menggunakan nama “Yahweh”, lalu bagaimana kita harus membunyikan / melafalkan nama itu? Perlu diingat bahwa nama ini ditulis dalam PL hanya terdiri dari 4 huruf mati “YHWH” tanpa huruf hidup. Ini memang ciri khas bahasa Ibrani di mana dalam penulisannya hanya terdiri dari huruf-huruf mati.

Kalau dibaca baru muncul huruf hidupnya. Tentunya huruf-huruf mati itu memungkinkan penyisipan huruf hidup yang berbeda-beda tetapi konteks biasanya menentukan.

Misalnya 2 huruf mati ‘DR’ bisa mempunyai beberapa kemungkinan membaca : DARA, DARI, DIRI, DERA, DERU, DURI, DORA. Untuk mengetahui yang mana yang dipakai harus dilihat dari konteks kalimatnya. Misalnya kalau kalimatnya berbunyi ‘Ia adalah seorang DR yang manis’ maka DR di situ harus dibunyikan ‘DARA’. Kalau kalimatnya berbunyi ‘Kaki saya sakit terkena DR’ maka DR di sini harus dibunyikan ‘DURI’. Kalau kalimatnya berbunyi ‘Seorang DR saya hadapi mereka’ maka DR di sini harus dibunyikan ‘DIRI’. Dan kalau kalimatnya berbunyi ‘I love you DR’ maka DR di sini harus dibunyikan ‘DORA’. Walaupun yang tertulis hanya huruf mati tapi orang Israel tidak mengalami kesulitan di dalam membacanya karena itu adalah bahasa mereka.

Bandingkan dengan kalau kita menulis / membaca SMS kita : “Jgn mrh kwn, sy sbk jd tdk bs dtg lthn skrg. Sy br bs dtg bsk. Slm tmn-tmn”. Kita pasti bisa membaca kalimat ini kan walaupun tidak ada satu huruf hidup pun di sana.

Karena aturan seperti ini maka nama itu dalam bahasa Ibrani tertulis hanya dengan 4 huruf mati saja (Tetragramaton) yakni “YHWH” dan mereka tahu bunyinya. Masalahnya (dimulai sekitar abad 6 SM), meskipun mereka tahu mengucapkannya tetapi mereka tidak berani mengucapkannya. Mengapa? Karena menganggap nama itu terlalu keramat dan ada ketakutan berdasarkan hukum ketiga yakni jangan menyebut nama TUHAN (YHWH) dengan sembarangan. Ancamannya adalah hukuman mati bagi pelanggaran hukum ketiga ini sehingga untuk amannya mereka mengharamkan pengucapannya dan setiap kali menemukan kata ini dalam Kitab Suci, mereka langsung menggantinya dengan “Adonay”. Karena hal semacam ini terus berlangsung sehingga pada akhirnya semua yang tahu mengucapkan nama itu mati dan generasi selanjutnya tidak tahu lagi bagaimana mengucapkannya. Mereka hanya tahu kalau nama “YHWH” muncul dalam Kitab Suci, harus dibaca “Adonay”.

Lalu bagaimana bunyi sebenarnya? Tidak ada yang tahu! Maka nama “YHWH” bisa jadi berbunyi : YAHAWAH, YAHAWIH, YIHOWAH, YOHEWAH, YUHAWEH, YOHEWIH, dll. Sekarang ini penyebutan yang populer adalah : YAHWEH, YEHUWA, JEHOVAH. JEHOVAH sudah pasti salah karena bahasa Ibrani tidak punya huruf J. Ada teori bahwa huruf-huruf hidup dari “Adonay” dan “Elohim” disisipkan pada “YHWH” sehingga menjadi “YEHOWAH” / “YEHOVAH”. Perhatikan gambar ini :
-
Tapi ini juga hanyalah teori yang sulit dipercaya. Bagaimana mungkin huruf hidup diambil dari kata yang lain?

Para pakar biblika mengatakan bahwa dugaan paling kuat adalah “YAHWEH”. Alasannya karena adanya kata Ibrani ‘YAH’, (50 kali dalam PL) yang dianggap merupakan singkatan / kependekan dari Yahweh.

Yesaya 12:2 - Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.

Kata yang diterjemahkan ‘TUHAN’ di sini adalah ‘YAH’, di mana kata ‘YAH’ dianggap sebagai kependekan dari ‘YAHWEH’.

Juga adanya kata Ibrani ‘HALELUYAH’, yang berasal dari kata “HALELU”, yang berarti ‘pujilah’, dan kata “YAH”, yang dianggap sebagai singkatan dari YAHWEH.

Lalu dari mana “WEH”-nya (Huruf E di antara WH) ? Ada yang mengatakan bahwa Clement dari Alexandria (pada abad 2) pernah menulis dan memakai kata “YAHWEH”.

Lalu dari mana Clement mendapatkannya? Lalu apakah di antara HW tidak ada huruf hidup ? Kita tidak tahu! Jadi kesimpulan saya dalam persoalan ini adalah nama ‘YAHWEH’ hanya merupakan suatu tebakan, yang sekalipun memungkinkan, tetapi tidak mempunyai kepastian.

Nah, kalau memang penyebutan nama ini saja tidak pasti, bagaimana kita diharuskan menggunakannya? Baik kalau tebakan / dugaan ini benar. Kalau tidak bagaimana? Juga kalau memang Tuhan menghendaki nama ini harus dipakai, mengapa Tuhan mengatur sejarah sedemikian rupa sehingga pengucapan yang benar dari nama ini menjadi hilang / minimal tidak pasti?

Kesimpulan : Ajaran kelompok Yahwehisme yang mengharuskan orang Kristen menggunakan nama “YHWH” adalah ajaran yang salah / tidak berdasar. Kiranya kita tidak mudah dipengaruhi oleh paham seperti ini.

III. APLIKASI.

Karena ini adalah sebuah khotbah maka saya berusaha untuk mencari aplikasi praktisnya bagi kita. Dan saya hanya akan memberikan satu aplikasi bagi kita yakni kita harus waspadalah terhadap berbagai angin pengajaran menjelang akhir zaman. Alkitab berkata bahwa kehidupan menjelang akhir zaman akan ditandai dengan munculnya berbagai pengajaran sesat dan aneh-aneh. (Mat 24:11,24; 1 Yohanes 2:18; 1 Yohanes 4:1; 2 Yohanes 1:7).

Yahwehisme adalah contohnya. Sebenarnya kalau mereka sekedar mempersoalkan nama “Allah” dan “YHWH” maka belum bisa dikatakan sesat, tetapi karena mereka mengaitkannya dengan keselamatan maka itu menjadi sesat. Untuk itu kita harus waspada sehingga kita tidak gampang diombang-ambingkan dengan semua angin pengajaran seperti ini.

Efesus 4:14 - sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan…..

Tetapi bagaimana kita bisa tidak diombang-ambingkan dengan berbagai macam pengajaran yang berkembang? Perhatikan konteks Efs 4:14 ini sejak dari ayat 11 :

Efesus 4:11-14 – (11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.

Jadi dalam Efs 4 ini Paulus menyatakan bahwa Allah memberikan gembala-gembala dan pengajar-pengajar untuk melengkapi jemaat dalam pengetahuan yang benar dan supaya jemaat menjadi dewasa sehingga mereka tidak diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran. Jadi kalau hamba-hamba Tuhan / gembala-gembala jemaat tidak mengajar jemaat dengan baik maka jemaat tidak akan bertumbuh menjadi dewasa dalam pengetahuan dan mereka akan dengan mudah diombang-ambingkan / disesatkan oleh berbagai angin pengajaran. Inilah yang terjadi dalam banyak gereja sekarang ini. Tidak ada pendidikan jemaat sehingga jemaat dengan gampangnya tersesatkan oleh berbagai macam pengajaran seperti Saksi-Saksi Yehuwa, Unitarian, Yahwehisme, dll.

Tetapi juga kalau gembala / hamba Tuhannya mau mengajar tetapi jemaatnya tidak mau belajar maka tetap saja jemaat tidak bisa bertumbuh dan menjadi dewasa dalam pengetahuan sehingga akhirnya dengan mudah terombang-ambingkan dengan berbagai macam angin pengajaran. Di gereja kita pengajaran ditekankan (kelas PA mingguan, bulanan, seminar, dll) tetapi semua tidak ada artinya kalau saudara tetap tidak mau datang. Yang hadir dalam kelas PA mingguan rata-rata hanya 30-40 orang saja. Ini hanya sekitar 10% dari kehadiran dalam ibadah minggu kita. Bahkan mayoritas majelis tidak aktif dalam kelas PA. Ini sesuatu yang buruk! Bagaimana saudara bisa bertumbuh dalam pengetahuan jika tidak mau belajar Firman Tuhan? Ingat, ibadah minggu saja tidak cukup untuk bertumbuh dalam pengetahuan.

2 Petrus 1:5 - Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan….

Saudara harus sadari satu hal bahwa biasanya orang-orang yang terseret ke dalam kelompok bidat-bidat menjadi sangat gigih dan tekun dalam pengajaran sesat mereka sehingga mereka menjadi militan. Bagaimana mungkin kita yang mempunyai ajaran benar tetapi justru acuh tak acuh dalam belajar Firman Tuhan? Kita pasti tidak akan sanggup menghadapi mereka kalau kita sendiri tidak lebih tekun daripada mereka.

Karena itu yang tidak pernah / jarang ikut kelas PA, ambillah komitmen untuk mau tekun ikut kelas PA. Yang pernah rajin tetapi sudah macet, kembalilah bersemangat untuk PA. Dan yang sedang aktif, bertekunlah dalam semuanya itu. Saudara pasti tidak akan goyang dengan berbagai macam ajaran sesat, bahkan sebaliknya saudara yang akan menggoyahkan mereka.

Wahyu 2:2 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.

BIS - Aku tahu apa yang kalian buat: Kalian bekerja keras dan kalian tabah sekali. Aku tahu bahwa kalian tidak memberi hati kepada orang jahat. Dan orang-orang yang mengaku dirinya rasul padahal bukan, sudah kalian uji, dan kalian dapati bahwa mereka pembohong.

Karena itu biarlah dengan pembahasan tentang aliran Yahwehisme ini merangsang kita untuk mau belajar lebih giat / tekun supaya kita bertumbuh dalam pengetahuan dan tidak mudah disesatkan oleh berbagai macam pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.NAMA ALLAH DAN NAMA YAHWEH

- AMIN -
Next Post Previous Post