DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY

Pdt.Budi Asali, M.Div.
DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY
DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (1) -Beberapa hal yang perlu diketahui tentang Eschatology.

1) Arti kata.

Kata Eschatology berasal dari kata Yunani ESKHATON dan LOGOS.

Kata ESKHATOS berarti:

· last (= akhir / terakhir).

· utmost (= terjauh / tertinggi).

· extreme (= akhir / terjauh).

Kata ini bisa digunakan tentang tempat, pangkat / kedudukan, waktu.

Kata LOGOS berarti ‘kata’ / ‘firman’ atau ‘ucapan’ atau ‘ajaran’.

Eschatology = ajaran / doktrin tentang akhir zaman.

2) Keingin-tahuan manusia tentang akhir segala sesuatu.

Pertanyaan tentang Eschatology / doktrin akhir zaman merupakan pertanyaan yang alamiah / umum. Orang-orang biasanya bukan hanya bertanya ‘dari mana semua hal ini berasal?’, tetapi juga ‘semua hal ini akan menuju kemana?’.

Herman Hoeksema: “everything in creation witnesses not only of a beginning but also of an end. ... No more than we can ever think the earth without a beginning, no more can we conceive of her without an end” (= segala sesuatu dalam ciptaan menyaksikan bukan hanya suatu permulaan tetapi juga suatu akhir. ... Sama seperti kita tidak bisa memikirkan bumi tanpa permulaan, maka demikian juga kita tidak bisa memikirkannya tanpa suatu akhir) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 737,738.

Apakah memang benar bahwa segala sesuatu dalam ciptaan ini menyaksikan suatu akhir? Saya kira ya. Contohnya:

· Binatang / orang yang lahir dan yang mati.

· Tanaman yang tumbuh dan yang mati.

· Matahari terus membakar dirinya sendiri, dan pada suatu saat pasti akan habis / padam.

· Herman Hoeksema mengatakan bahwa tempat / dunia ini terbatas, dan ini akan bertabrakan dengan makin bertambahnya jumlah makhluk hidup dalam dunia ini.

· Adanya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, yang akan menyebabkan bencana yang luar biasa bagi dunia ini.

Juga kalau kita melihat dari segi moral, adanya dosa dan ketidak-adilan dalam dunia ini, menuntut adanya suatu akhir dan penghakiman, tanpa mana Allah itu betul-betul tidak adil!

3) Boleh dikatakan semua agama, yang primitif sekalipun, mempunyai doktrin tentang eschatology.

Louis Berkhof (Systematic Theology, hal 662) mengutip kata-kata seseorang yang mengatakan bahwa kepercayaan bahwa jiwa manusia tetap ada / hidup setelah manusia itu mati merupakan sesuatu yang hampir bersifat universal, sehingga tidak ada catatan yang bisa dipercaya tentang adanya suatu bangsa / suku bangsa / agama yang tidak mempercayai hal tersebut. Kepercayaan itu mempunyai bermacam-macam wujud, seperti:

a) Kepercayaan bahwa roh orang mati itu masih bisa berada di sekeliling kita / gentayangan di dunia ini.

b) Penyembahan terhadap nenek moyang yang telah mati.

c) Praktek pemanggilan arwah, seperti jailangkung, cucing, Ouija Board, dan sebagainya.

d) Kepercayaan tentang adanya dunia orang mati dan sebagainya.

4) Doktrin ini sekalipun tidak dilupakan, tetapi tidak pernah ditekankan, padahal ini merupakan doktrin yang penting.

Louis Berkhof mengatakan bahwa Gereja / orang Kristen individu tak pernah tak memikirkan tentang Eschatology dan mendapatkan penghiburan darinya, tetapi ia menambahkan bahwa tidak pernah ada satu masa dalam sejarah Gereja Kristen dimana Eschatology / doktrin akhir zaman merupakan pusat pemikiran Kristen. Ia bahkan menambahkan bahwa sekarang Eschatology merupakan ‘logi’ yang paling tidak berkembang, dan sering menempati posisi yang rendah dengan Systematic Theology. Ia juga mengakui bahwa dalam Theologia Reformedpun hal itu terjadi. Dan para ahli theologia Reformed biasanya hanya membahas hal-hal tertentu dari Eschatology, dan mengabaikan hal-hal lainnya.

Pentingnya Eschatology ditunjukkan oleh Louis Berkhof dengan mengutip kata-kata Dr. Kuyper yang mengatakan bahwa semua ‘logi’ yang lain meninggalkan beberapa pertanyaan yang belum terjawab:

· Dalam Theology / doktrin tentang Allah, pertanyaannya adalah bagaimana Allah pada akhirnya dipermuliakan dalam pekerjaan tanganNya, dan bagaimana rencana Allah digenapi sepenuhnya.

· Dalam Anthropology / doktrin tentang manusia, pertanyaannya adalah bagaimana pengaruh yang mengacaukan / mengganggu dari dosa bisa diatasi sepenuhnya.

· Dalam Christology / doktrin tentang Kristus, pertanyaannya adalah bagaimana pekerjaan / karya Kristus dimahkotai dengan kemenangan yang sempurna.

· Dalam Soteriology / doktrin tentang keselamatan, pertanyaannya adalah bagaimana pekerjaan dari Roh Kudus pada akhirnya menghasilkan penebusan dan pemuliaan yang sempurna dari umat Allah.

· Dalam Ecclesiology / doktrin tentang gereja, pertanyaannya adalah tentang pemuliaan akhir dari gereja.

Semua pertanyaan ini mendapatkan jawabannya dalam Eschatology, yang membuat Eschatology sebagai puncak dari semua itu.

II) Apa yang dipelajari dalam Eschatology / doktrin akhir zaman.

Louis Berkhof membagi eschatology menjadi 2, yaitu:

1) Individual eschatology.

Orang-orang yang mati sebelum Kristus datang kedua-kalinya pindah dari zaman sekarang ke zaman yang akan datang, yang adalah kekekalan. Hal-hal yang menyinggung kondisi dari individu-individu antara kematian dan kebangkitan orang mati, termasuk dalam eschatology pribadi / individu. Hal-hal yang akan dibahas adalah:

· kematian jasmani.

· kekekalan / ketidak-bisa-binasaan jiwa (the immortality of the soul).

· intermediate state (keadaan antara kematian dan kebangkitan orang mati / kedatangan Kristus yang kedua-kalinya).

2) General eschatology.

Ini merupakan eschatology yang bersangkutan dengan semua manusia. Hal-hal yang akan dibahas adalah:

· tanda-tanda yang mendahului kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.

· kerajaan 1000 tahun.

· rapture / pengangkatan orang suci.

· kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

· kebangkitan orang mati.

· penghakiman terakhir.

· ‘the consummation of the Kingdom’ (= penyempurnaan / perwujudan Kerajaan).

· keadaan akhir dari orang-orang yang saleh / percaya dan yang jahat / tidak percaya.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (2) -INDIVIDUAL ESCHATOLOGY

I) Kematian jasmani.

A) Dalam Kitab Suci, kematian jasmani dibicarakan dengan berbagai cara:

1) Itu dikatakan sebagai kematian dari tubuh, dan ini dibedakan dari kematian dari jiwa.

Matius 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

2) Itu dinyatakan sebagai akhir dari jiwa, atau hilangnya jiwa.

Markus 3:4 - “Kemudian kataNya kepada mereka: ‘Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?’ Tetapi mereka itu diam saja”.

Yohanes 12:25 - “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”.

Yohanes 13:37-38 - “(37) Kata Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagiMu!’ (38) Jawab Yesus: ‘Nyawamu akan kauberikan bagiKu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’”.

Kisah Para Rasul 15:26 - “yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus”.

Kisah Para Rasul  20:24 - “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah”.

3) Itu digambarkan sebagai perpisahan tubuh dengan jiwa.

a) 1Raja 17:21-22 - “Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya NYAWA anak ini ke dalam tubuhnya.’ TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan NYAWA anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali”.

Catatan: kata ‘nyawa’ diterjemahkan dari kata bahasa Ibrani NEPHESH, yang artinya adalah ‘jiwa’.

Bahwa pada saat bangkit nyawa / jiwa anak itu pulang kembali ke tubuhnya, membuktikan bahwa pada saat mati terjadi perpisahan antara tujuh dan jiwa / roh.

Hal yang sama terjadi dalam Lukas 8:55 - “Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan”.

Catatan: Saya termasuk penganut Dichotomy, yang mempercayai bahwa manusia hanya terdiri dari 2 bagian, yaitu tubuh dan jiwa / roh. Jadi, saya tidak membedakan jiwa dan roh.

b) Mazmur 146:3-4 - “(3) Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. (4) Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya”.

Catatan: ay 4nya jelas menggambarkan kematian. Kata ‘nyawa’ dalam bahasa Ibrani adalah RUAKH, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘roh’. Jelas dari ay 4 ini bahwa kematian digambarkan sebagai perpisahan dari:

· ‘roh’, yang dikatakan ‘melayang’ [RSV/NIV/NASB: ‘departs’ (= pergi)].

· ‘tubuh’, yang dikatakan ‘kembali ke tanah’ (= dikuburkan).

c) Pkh 12:5-7 - “(5) juga orang menjadi takut tinggi, dan ketakutan ada di jalan, pohon badam berbunga, belalang menyeret dirinya dengan susah payah dan nafsu makan tak dapat dibangkitkan lagi - karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan, (6) sebelum rantai perak diputuskan dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan dihancurkan dekat mata air dan roda timba dirusakkan di atas sumur, (7) dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”.

Kata-kata yang saya garis-bawahi itu jelas menunjuk pada kematian, sedangkan kata-kata yang saya cetak miring menjelaskan bahwa kematian berarti bahwa roh itu kembali kepada Allah yang mengaruniakannya, dan ini jelas menunjukkan bahwa pada saat kematian itu terjadi, roh itu terpisah dari tubuhnya.

d) Markus 15:37 - “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawaNya”.

KJV: ‘and gave up the ghost’ (= dan menyerahkan rohNya).

RSV/NIV/NASB: ‘and breathed his last’ (= dan menghembuskan nafasNya yang terakhir).

Kata Yunani yang digunakan dalam Mark 15:37 ini berbeda dengan kata Yunani yang digunakan dalam ayat-ayat paralelnya (Matius 27:50 Lukas 23:46 Yohanes 19:30). Dalam Markus 15:37 ini digunakan kata Yunani EXEPNEUSEN. Kata Yunani yang persis sama sebetulnya juga digunakan dalam Mark 15:39, tetapi dalam Kitab Suci Indonesia terjemahannya jadi berbeda. Kata EXEPNEUSEN berasal dari kata dasar EKPNEO (‘Linguistic Key to the Greek New Testament’, hal 133), yang berarti ‘to breathe out, to expire, to die’.

Tetapi bandingkan dengan kata Yunani EXEPSUXEN / EKPSUCHO dalam point di atas (pembahasan tentang Kis 5:5,10 Kis 12:23). Kalau itu menunjukkan bahwa kematian merupakan perpisahan tubuh dengan jiwa, maka yang ini menunjukkan bahwa kematian merupakan perpisahan tubuh dengan roh.

e) Lukas 23:43,46 - “(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.

Bdk. Yohanes 19:30 - “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.

Baik dalam Luk 23:43,46, maupun dalam Yoh 19:20, kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’ (Yunani: PNEUMA).

f) Penceritaan tentang kematian Ananias dan Safira dalam Kis 5:5,10, dan tentang kematian Herodes dalam Kis 12:23.

· Kis 5:5,10 - ‘putuslah nyawanya’.

KJV: ‘gave up / yielded up the ghost’ (= menyerahkan roh).

RSV/NIV: ‘died’ (= mati).

NASB: ‘breathed his / her last’ (= menghembuskan nafas terakhir).

· Kis 12:23 - “ia mati dimakan cacing-cacing”.

Kata Yunani yang dipakai adalah EXEPSUXEN (dalam Perjanjian Baru kata ini hanya digunakan 3 x, yaitu dalam Kis 5:5,10 Kis 12:23), yang berasal dari kata dasar EKPSUCHO. Kata EKPSUCHO ini pasti berasal dari 2 kata Yunani yaitu EK [= from (= dari), out from (= keluar dari), away from (= jauh dari)] + PSUCHE [= soul (= jiwa)]. Kata Yunani ini menunjukkan bahwa ‘mati’ merupakan ‘perpisahan tubuh dengan jiwa’.

g) Kis 7:59 - “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’”.

Stefanus menyerahkan rohnya kepada Yesus, dan ini berarti rohnya pergi ke surga. Sedangkan tubuhnya dikuburkan (Kis 8:2). Jadi, jelas bahwa tubuh dan jiwa / rohnya terpisah pada saat ia mati.

h) 2Korintus 5:8 - “tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.

KJV: ‘to be absent from the body, and to be present with the Lord’ (= absen dari tubuh, dan hadir dengan Tuhan).

RSV: ‘be away from the body and at home with the Lord’ (= jauh dari tubuh dan di rumah dengan Tuhan).

NIV: ‘to be away from the body and at home with the Lord.’ (= jauh dari tubuh dan di rumah dengan Tuhan).

NASB: ‘to be absent from the body and to be at home with the Lord’ (= absen dari tubuh dan ada di rumah dengan Tuhan).

Yunani: EKDEMESAI EK TOU SOMATOS KAI ENDEMESAI PROS TON KURION.

Perhatikan kontras antara EKDEMESAI (= to go away from home / pergi dari rumah) dan ENDEMESAI (= to come home / pulang ke rumah). Jadi kematian digambarkan sebagai ‘pergi dari rumah menjauhi tubuh’, dan ‘pulang ke rumah kepada Tuhan’.

i) 2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).

RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).

Dalam bahasa Yunani memang digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.

Yang dimaksudkan oleh Paulus jelas adalah bahwa apa yang dihakimi nanti hanyalah apa yang dilakukan oleh seseorang pada saat ia masih hidup. Paulus menggambarkan ‘keadaan masih hidup’ itu dengan kata-kata ‘dalam tubuh’. Ini jelas menunjukkan bahwa pada saat mati, roh / jiwa seseorang meninggalkan / terpisah dari tubuhnya.

j) Yak 2:26 - “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.

Dalam ayat ini Yakobus mengatakan bahwa ‘mati’ adalah ‘tubuh tanpa roh’. Jadi, pada saat kematian terjadi, maka roh pasti meninggalkan tubuh.

k) 2Pet 1:14 - “Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.

Dalam ayat ini Petrus menggambarkan kematian dengan kata-kata ‘menanggalkan kemah tubuhku’, yang jelas menunjukkan perpisahan tubuh dengan jiwa / rohnya.

l) Kematian berulangkali digambarkan sebagai ‘pergi’ / ‘kepergian’.

· Filipi 1:23 - “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.

· Lukas 9:31 - “Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”.

· 2Pet 1:15-16 - “(15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu. (16) Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya”.

Dalam 3 text ini, kematian digambarkan sebagai ‘pergi’ / ‘kepergian’, dan tentunya yang ‘pergi’ adalah jiwa / rohnya. Karena itu, ini lagi-lagi menunjuk pada perpisahan tubuh dengan jiwa / roh.

m) Wah 20:4b - “Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; ...”.

Wahyu 6:9 - “Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki”.

Kedua ayat di atas ini menunjukkan bahwa orang-orang kristen yang mati dibunuh terlihat hanya sebagai ‘jiwa / roh’, dan itu jelas menunjukkan keterpisahan antara jiwa / roh mereka dengan tubuh mereka.

Dari semua ini harus disimpulkan bahwa kematian seseorang bukan berarti bahwa orang itu musnah sama sekali, dan tidak lagi mempunyai keberadaan.

Louis Berkhof: “In view of all this it may be said that, according to Scripture, physical death is a termination of physical life by the separation of body and soul. It is never an annihilation, though some sects represent the death of the wicked as such. ... Death is not a cessation of existence, but a severance of the natural relations of life. Life and death are not opposed to each other as existence and non-existence, but are opposites only as different modes of existence” (= Mengingat semua ini, bisa dikatakan bahwa, menurut Kitab Suci, kematian jasmani merupakan suatu pengakhiran dari kehidupan fisik oleh perpisahan tubuh dan jiwa. Itu tidak pernah merupakan suatu pemusnahan, sekalipun beberapa sekte menggambarkan kematian dari orang-orang jahat seperti itu. ... Kematian bukanlah suatu penghentian dari keberadaan, tetapi suatu pemutusan dari hubungan kehidupan yang alamiah. Kehidupan dan kematian tidak dikontraskan satu dengan yang lain seperti ‘ada’ dan ‘tidak ada’, tetapi bertentangan hanya sebagai perwujudan yang berbeda dari keberadaan) - ‘Systematic Theology’, hal 668.

Herman Hoeksema: “although death is the end as far as our existence in this present world is concerned, it is not the end of man in the absolute sense of the word” (= sekalipun kematian merupakan akhir sejauh keberadaan kita di dunia sekarang ini yang dipersoalkan, itu bukan akhir dari manusia dalam ati mutlak dari kata itu) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 750.

B) Hubungan antara dosa dan kematian.

Ada orang-orang yang beranggapan bahwa Adam diciptakan dalam keadaan mortal / bisa mati, dan membawa dalam dirinya benih kematian. Jadi, seandainya ia tidak jatuh ke dalam dosa, ia tetap akan mati.

Ini jelas salah, karena Kitab Suci menyatakan bahwa:

1) Kematian merupakan hukuman atas dosa.

Kejadian 2:17 - “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’”.

Kejadian 3:19 - “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’”.

Roma 5:12,17 - “(12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. ... (17) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus”.

Roma 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

1Korintus 15:21 - “Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia”.

Yak 1:15 - “Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut”.

2) Kematian tidak digambarkan sebagai sesuatu yang alamiah dalam kehidupan manusia, tetapi digambarkan sebagai sesuatu yang asing dan bersifat bermusuhan terhadap kehidupan manusia; kematian itu merupakan pernyataan dari kemurkaan ilahi, penghakiman / penghukuman, dan kutuk, dan ditakuti oleh manusia, karena bukan merupakan sesuatu yang alamiah.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

Maz 90:7,11 - “(7) Sungguh, kami habis lenyap karena murkaMu, dan karena kehangatan amarahMu kami terkejut. ... (11) Siapakah yang mengenal kekuatan murkaMu dan takut kepada gemasMu?”.

Roma 5:16 - “Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran”.

Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.

Louis Berkhof: “In strict justice God might have imposed death on man in the fullest sense of the word immediately after his transgression, Gen 2:17. But by His common grace He restrained the operation of sin and death, and by is special grace in Christ Jesus He conquered these hostile forces, Rom 5:17; 1Cor 15:45; 2Tim 1:10; Heb 2:14; Rev 1:18; 20:14. Death now accomplishes its work fully only in the lives of those who refuse the deliverance from it that is offered in Jesus Christ. Those who believe in Christ are freed from the power of death, are restored to communion with God, and are endowed with an endless life, John 3:36; 6:40; Rom 5:17,21; 8:23; 1Cor 15:26,51-57; Rev 20:14; 21:3,4.” (= Dalam keadilan yang ketat, Allah bisa menjatuhkan kematian kepada manusia dalam arti yang paling penuh dari kata itu, segera setelah pelanggarannya, Kej 2:17. Tetapi oleh kasih karuniaNya yang bersifat umum, Ia mengekang / menahan pekerjaan dari dosa dan kematian, dan oleh kasih karuniaNya yang khusus dalam Kristus Yesus, Ia mengalahkan kekuatan-kekuatan yang bermusuhan ini, Ro 5:17; 1Kor 15:45; 2Tim 1:10; Ibr 2:14; Wah 1:18; 20:14. Sekarang kematian menyelesaikan / menyempurnakan pekerjaannya hanya dalam kehidupan dari mereka yang menolak pembebasan darinya yang ditawarkan dalam Kristus Yesus. Mereka yang percaya kepada Kristus dibebaskan dari kuasa kematian, dipulihkan pada persekutuan dengan Allah, dan diberkati dengan kehidupan kekal, Yoh 3:36; 6:40; Ro 5:17,21; 8:23; 1Kor 15:26,51-57; Wah 20:14; 21:3,4) - ‘Systematic Theology’, hal 670.

C) Arti kematian bagi orang percaya.

Kitab Suci menyatakan kematian / maut sebagai upah / hukuman dari dosa. Tetapi ini berlaku hanya bagi orang-orang yang tidak percaya. Orang yang percaya kepada Kristus telah dibenarkan, sehingga tak lagi bisa dihukum.

Roma 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.

Jadi, jelas bahwa bagi orang-orang percaya, kematian (juga penderitaan) bukan lagi merupakan hukuman dosa.

Herman Hoeksema: “the death of believers is no longer to be considered a manifestation of the wrath of God, an execution of justice, a punishment for sin. It is changed into something else for them that are in Christ” (= kematian orang-orang percaya bukan lagi dianggap sebagai perwujudan dari murka Allah, pelaksanaan keadilan, hukuman dari dosa. Itu diubah menjadi sesuatu yang lain bagi mereka yang ada di dalam Kristus) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 752.

Herman Hoeksema: “even though, judging from outward appearances, their death appears the same as that of unbelievers, even though they too pass through the same struggle and suffer the same agony in departing from this present world, their death is essentially different” [= sekalipun, dinilai dari kelihatannya dari luar, kematian mereka (orang-orang percaya) kelihatannya sama seperti kematian orang-orang yang tidak percaya, sekalipun mereka juga melewati pergumulan yang sama, dan menderita penderitaan yang sama pada waktu meninggalkan dunia yang sekarang ini, kematian mereka berbeda secara hakiki] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 754.

Tetapi mengapa orang percaya tetap harus mati?

1) Ini perlu untuk pengudusan dari orang-orang percaya itu.

Louis Berkhof: “the death of the believers must be regarded as the culmination of the chastisements which God has ordained for the sanctification of His people. ... The very thought of death, bereavements through death, the feeling that sickness and sufferings are harbingers of death, and the consciousness of the approach of death, - all have a beneficial effects on the people of God. They serve to humble the proud, to mortify carnality, to check worldliness and to foster spiritual-mindedness. ... It completes the sanctification of the souls of believers, so that they become at once ‘the spirits of just men made perfect,’ Heb 12:23; Rev 21:27. Death is not the end for believers, but the beginning of a perfect life. They enter death with the assurance that its sting has been removed, 1Cor 15:55, and that it is for them the gateway of heaven” (= kematian dari orang-orang percaya harus dianggap sebagai puncak dari hajaran yang ditentukan Allah bagi pengudusan umatNya. ... Pemikiran tentang kematian, kehilangan melalui kematian, perasaan bahwa penyakit dan penderitaan merupakan pertanda dari kematian, dan kesadaran tentang mendekatnya kematian, - semua ini mempunyai akibat yang bermanfaat pada umat Allah. Hal-hal itu berguna untuk memberikan kerendahan hati kepada orang-orang yang sombong, mematikan kedagingan, mengurangi keduniawian, dan membantu perkembangan pemikiran yang rohani. ... Itu menyempurnakan pengudusan dari jiwa-jiwa orang percaya, sehingga mereka langsung menjadi ‘roh-roh orang benar yang disempurnakan’, Ibr 12:23; Wah 21:27. Kematian bukanlah merupakan suatu akhir bagi orang-orang percaya, tetapi permulaan dari suatu kehidupan yang sempurna. Mereka memasuki kematian dengan suatu kepastian / jaminan bahwa sengat dari kematian itu telah disingkirkan, 1Kor 15:55, dan bagi mereka itu merupakan pintu gerbang surga) - ‘Systematic Theology’, hal 670-671.

Ibr 12:22-23 - “(22) Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, (23) dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna”.

Wahyu 21:27 - “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu”.

Ada 2 hal yang perlu ditambahkan berkenaan dengan kata-kata Louis Berkhof di atas:

a) Berbicara tentang ‘hajaran’, perlu dicamkan bahwa ‘hukuman’ sangat berbeda dengan ‘hajaran’. Orang percaya tidak lagi bisa mendapatkan ‘hukuman’, baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang. Tetapi di dunia ini mereka masih selalu menerima ‘hajaran’.

Herman Hoeksema: “there is a great difference between punishment and chastisement. The former is the expression of God’s just and condemning wrath. The latter is the operation of His paternal love” (= ada perbedaan yang besar antara hukuman dan hajaran. Yang pertama merupakan perwujudan dari murka yang adil dan menghukum dari Allah. Yang terakhir merupakan pekerjaan dari kasih keBapaanNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 753.

Ibr 12:6-11 - “(6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya”.

b) Sekalipun mengatakan bahwa kematian merupakan puncak hajaran untuk menguduskan orang percaya, tetapi Louis Berkhof menambahkan bahwa itu bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada untuk menguduskan orang percaya.

Louis Berkhof: “It cannot be said that the destruction of the body is absolutely essential to a perfect sanctification, since that is contradicted by the examples of Enoch and Elijah” (= Tidak bisa dikatakan bahwa penghancuran tubuh merupakan sesuatu yang perlu secara mutlak untuk pengudusan, karena hal itu bertentangan dengan contoh Henokh dan Elia) - ‘Systematic Theology’, hal670.

2) Kristus sendiri mengalami kematian, dan karena itu pengikut Kristus juga mengalaminya.

Roma 6:5 - “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya”.

3) Kitab Suci mengatakan bahwa tubuh kita yang sekarang ini tidak bisa masuk surga.

1Korintus 15:50 - “Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang (bisa) binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak (bisa) binasa”.

Herman Hoeksema: “the death of believers is a passage into eternal life” (= kematian orang-orang percaya merupakan suatu jalan ke dalam hidup yang kekal) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 755.

D) Setiap orang ditentukan untuk mati hanya 1 x.

Ibrani 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”.

1) Ini bertentangan dengan reinkarnasi.

Ayat ini bukan hanya mengatakan bahwa manusia ditentukan untuk mati hanya satu kali saja, tetapi juga menambahkan bahwa setelah itu manusia itu akan dihakimi.

Karena itu, ayat ini jelas bertentangan dengan ajaran tentang reinkarnasi (Hindu / Buddha), yang mengatakan bahwa manusia bisa mati dan lalu menitis kembali / dilahirkan kembali, dan semua itu bisa terjadi ratusan kali.

2) Ada perkecualian terhadap Ibr 9:27 tersebut, yaitu:

a) Elia dan Henokh, yang tidak mengalami kematian.

b) Orang-orang percaya yang masih hidup pada saat Kristus datang kedua-kalinya. Mereka ini juga tidak akan mengalami kematian.

1Tes 4:16-17 - “(16) Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; (17) sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan”.

Jadi, dalam text ini dikontraskan 2 golongan orang percaya pada saat Yesus datang kedua-kalinya. Yang sudah mati, akan dibangkitkan dulu. Tetapi yang masih hidup, langsung diangkat dan akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Tetapi berdasarkan 1Kor 15:50, yang mengatakan bahwa ‘daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah’, maka harus disimpulkan bahwa orang-orang golongan ke 2 ini, sekalipun tidak mengalami kematian, tetapi diubahkan tubuhnya menjadi tubuh kebangkitan.

c) Orang-orang yang pernah mengalami kematian tetapi lalu dibangkitkan lagi.

Dalam Kitab Suci ada banyak peristiwa kebangkitan, yaitu:

1. 1Raja 17:17-24 - anak janda di Sarfat yang dibangkitkan oleh Elia.

2. 2Raja 4:18-37 - anak perempuan Sunem yang dibangkitkan oleh Elisa.

3. 2Raja 13:21 - mayat yang bangkit setelah terkena tulang Elisa.

4. Markus 5:21-43 - Anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus.

5. Lukas 7:11-17 - anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus.

6. Yohanes 11:1-44 - Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus.

7. Matius 27:52-53 - orang-orang kudus yang bangkit pada saat kematian Yesus.

8. Kisah Para Rasul  9:36-42 - Dorkas / Tabita yang dibangkitkan oleh Petrus.

9. Kisah Para Rasul  20:8-12 - Eutikhus yang dibangkitkan oleh Paulus.

Kebangkitan orang-orang ini berbeda dengan kebangkitan Yesus. Dalam peristiwa kebangkitan Yesus, tubuh lamanya dibangkitkan, tetapi langsung diubahkan menjadi tubuh kebangkitan. Karena itu sekalipun ada banyak orang bangkit sebelum Yesus, tetapi Yesus tetap disebut sebagai yang pertama / sulung yang bangkit dari antara orang mati.

Kisah Para Rasul  26:23 - “yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah YANG PERTAMA yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.’”.

1Kor 15:20-23 - “(20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai YANG SULUNG dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai BUAH SULUNG; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya”.

Kolose 1:18 - “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah YANG SULUNG, YANG PERTAMA bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu”.

Wah 1:5a - “dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, YANG PERTAMA bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini”.

Tetapi semua orang di atas, hanya bangkit dengan tubuh lamanya, tanpa mengalami perubahan menjadi tubuh kebangkitan. Karena itu tidak bisa tidak, mereka akan mengalami kematian lagi. Jadi, orang-orang ini mengalami kematian dua kali, dan ini merupakan perkecualian terhadap Ibr 9:27.

Tetapi perlu juga dicatat, bahwa selama ribuan tahun dalam sejarah Kitab Suci, hanya ada 9 peristiwa kebangkitan orang mati (10 peristiwa, kalau kebangkitan Yesus diperhitungkan). Jadi, ini merupakan peristiwa yang sangat jarang terjadi!

3) Adanya Ibrani 9:27 ini menyebabkan kita harus mempunyai sikap yang berbeda pada waktu menghadapi penyakit yang tidak bisa disembuhkan, dan pada waktu menghadapi kematian orang yang kita cintai.

Pada waktu kita atau orang yang kita cintai sakit berat, dan secara medis tidak bisa disembuhkan, kita boleh meminta (tetapi bukan memaksa / menuntut) Tuhan supaya melakukan mujijat, dan memberikan kesembuhan. Meminta seperti ini tidak bertentangan dengan firman Tuhan yang manapun, dan kalau Tuhan menuruti permintaan seperti ini, Ia juga tidak bertentangan dengan firman yang manapun dalam Kitab Suci.

Tetapi pada waktu kita menghadapi kematian orang yang kita cintai, kita harus berserah pada kehendak Tuhan. Meminta Tuhan membangkitkan orang yang kita cintai itu, sama dengan meminta Tuhan menabrak firmanNya dalam Ibr 9:27 itu. Sekalipun Tuhan memang membuat perkecualian, seperti dalam point c) di atas, tetapi kalau Tuhan terus menerus membuat perkecualian, itu akan membuat Ibr 9:27 itu salah.

4) Selain perkecualian dalam point no 2) di atas, yang boleh dikatakan tidak terlalu bisa diharapkan terjadi pada diri kita, maka semua kita, lambat atau cepat pasti akan mengalami kematian. Apakah saudara tua atau muda, laki-laki atau perempuan, sehat atau sakit-sakitan, menjaga kesehatan atau sembrono dengan kesehatan saudara, saudara pasti akan mati! Kematian ini bisa datang setiap saat, dan kalau sudah waktunya bagi saudara untuk mati, saudara tidak akan bisa menghindari kematian.

Illustrasi: ada dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya pergi ke pasar. Pelayan itu kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya: ‘Ada apa?’. Pelayan itu menjawab: ‘Tuan, aku bertemu dengan maut. Maut itu melihat aku, lalu menggerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku takut sekali, tolong pinjami aku kuda, supaya aku bisa lari’. Tuan itu bertanya: ‘Kamu mau lari kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra’. Tuan itu kasihan dan lalu meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke kota untuk mencari maut itu. Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya: ‘Hai maut, mengapa kamu menakut-nakuti pelayanku?’. Maut menjawab: ‘O, itu pelayanmu. Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku hanya heran melihat dia di pasar di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan dia malam ini di kota Samarra’.

Kalau kematian datang pada saudara malam ini, siapkah saudara?

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (3) -Ketidak-bisa-binasaan / kekekalan jiwa (The immortality of the soul).

Pada saat mati, atau terpisahnya tubuh dengan jiwa, maka terjadi pembusukan terhadap tubuh. Tetapi apa yang lalu terjadi dengan jiwa? Apakah jiwa itu musnah, atau tetap ada dan hidup terus setelah kematian / terpisahnya jiwa dengan tubuh? Kekristenan mempunyai keyakinan bahwa jiwa terus hidup setelah kematian atau setelah terpisahnya jiwa itu dengan tubuh. Ini disebut dengan ‘the immortality of the soul’ (= ketidak-bisa-binasaan jiwa / kekekalan jiwa).

1) Istilah ‘immortality’.

a) Dalam arti mutlak ‘immortality’ hanya merupakan milik dari Allah.

Louis Berkhof mengatakan bahwa dalam arti yang paling mutlak, istilah ‘immortality’ itu hanya ditujukan kepada Allah saja.

1Tim 6:15-16 - “(15) yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. (16) Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. BagiNyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin”.

KJV: ‘Who only hath immortality’ (= Yang adalah satu-satunya yang mempunyai kekekalan / ketidak-bisa-binasaan).

Tetapi Louis Berkhof menambahkan bahwa ayat ini tidak berarti bahwa dari antara makhluk-makhluk ciptaan Allah tidak ada satupun yang mempunyai ‘immortality’. Kata-kata Paulus dalam 1Tim 6:15-16 itu tentu tidak berarti bahwa malaikat-malaikat tidak immortal. Arti dari ayat ini adalah bahwa Allah adalah satu-satunya ‘makhluk’ yang memiliki ‘immortality’ sebagai milik yang orisinil, kekal dan harus ada (necessary). ‘Immortality’ apapun yang ada pada makhluk ciptaan, tergantung pada kehendak Allah, dan diberikan kepada mereka, dan karena itu mempunyai permulaan. Tetapi ‘immortality’ pada diri Allah bebas dari semua pembatasan waktu.

b) ‘Immortality’, dalam arti keberadaan tanpa akhir, juga adalah milik dari semua roh, termasuk jiwa / roh manusia.

Pada saat mati, jiwa manusia tetap mempertahankan keberadaannya, kehidupannya, dan identitasnya.

Sebetulnya, ‘immortality’ juga adalah milik dari manusia sebelum kejatuhannya ke dalam dosa. Pada saat belum ada dosa, manusia mempunyai ‘immortality’, atau tidak bisa mati, tetapi ia mempunyai kemungkinan untuk masuk dalam keadaan bisa mati, yaitu kalau ia berbuat dosa. Dan dalam faktanya, akhirnya manusia memang jatuh ke dalam dosa, sehingga manusia masuk dalam keadaan bisa mati (mortal).

Tetapi setelah manusia itu mati, maka jiwanya tidak bisa mati selama-lamanya.

2) Dasar kepercayaan terhadap ‘immortality’ dari jiwa manusia.

a) Jelas bahwa Allah itu ada dan Allah itu adil, tetapi juga jelas bahwa dalam kehidupan ini, keadilan itu belum terlaksana. Ada banyak kasus dimana ketidak-adilan merajalela, dan ada banyak dosa yang belum dihukum, dan ada banyak orang benar yang menderita / ditindas sedangkan orang jahat justru jaya, dan sebagainya. Kalau pada saat mati, jiwa musnah, dan tidak ada kehidupan setelah kematian, maka semua keadilan ini tidak pernah diluruskan. Itu berarti Allah tidak adil, dan itu tidak mungkin!

Louis Berkhof: “the demands of justice are not met in this present life. ... Hence, there must be a future state of existence, in which justice will reign supreme, and the inequalities of the present will be adjusted” (= tuntutan keadilan tidak dipenuhi dalam kehidupan sekarang ini. ... Karena itu, harus ada keadaan keberadaan yang akan datang, dalam mana keadilan akan memerintah sepenuhnya, dan ketidak-rataan / ketidak-samaan dari masa sekarang akan disesuaikan) - ‘Systematic Theology’, hal 674.

b) Dasar Kitab Suci.

Herman Hoeksema: “Apart from revelation, and that too, the revelation in Scripture, there is really no proof whatsoever that the soul of man continues to exist after physical death” (= Terpisah dari wahyu / penyataan, dan itupun, wahyu / penyataan dalam Kitab Suci, tidak ada bukti apapun yang sungguh-sungguh bahwa jiwa manusia terus ada setelah kematian jasmani) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 747.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah: sekilas pandang Kitab Suci tidak mengajarkan ‘immortality’ dari jiwa manusia, karena:

· Kitab Suci mengatakan bahwa hanya Allah yang mempunyai ‘immortality’ (1Tim 6:15-16).

· Kitab Suci tidak pernah memberikan pernyataan explicit bahwa jiwa manusia itu ‘immortal’.

Ini menyebabkan sekte-sekte sesat seperti Saksi Yehuwa sering menantang orang Kristen untuk menunjukkan satu ayat yang menunjukkan bahwa jiwa manusia itu ‘immortal’.

Tetapi sama seperti dalam kasus Allah Tritunggal, dimana tidak ada satu ayatpun yang mengajarkan seluruh doktrin ini, maka dalam kasus ini, sekalipun tidak ada satupun ayat yang secara explicit menyebutkan bahwa jiwa manusia itu immortal, tetapi itu tidak berarti bahwa pandangan itu tidak benar. Dalam banyak ayat Kitab Suci ditunjukkan bahwa jiwa manusia tetap hidup setelah kematian.

1. Dalam Perjanjian Lama.

Perjanjian Baru memberikan lebih banyak ayat yang menunjukkan immortal dari jiwa dibandingkan dengan Perjanjian Lama. Mengapa? Karena 2Tim 1:10 mengatakan: “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang TIDAK DAPAT BINASA”.

KJV: ‘and hath brought life and IMMORTALITY to light through the gospel’ (= dan telah membawa hidup dan KETIDAK-BISA-BINASAAN kepada terang melalui injil).

Jadi, kedatangan Yesus yang pertama / Injil menyatakan immortality / ketidak-bisa-binasaan itu. Karena itu tidak aneh kalau sebelum kedatangan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, yaitu dalam jaman Perjanjian Lama, ajaran ini tidak banyak diberikan.

Tetapi itu tidak berarti bahwa dalam Perjanjian Lama ajaran itu sama sekali tidak ada. Sekarang perhatikan hal-hal / ayat-ayat di bawah ini:

a. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Kej 1:26-27 - “(26) Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka”.

Karena itu, manusia pasti memiliki kekekalan / immortality.

b. Perjanjian Lama mengajarkan bahwa orang mati akan pergi ke SHEOL.

Arti dari SHEOL akan dibahas dalam pelajaran-pelajaran yang akan datang, tetapi apapun arti dari SHEOL, perginya orang mati ke SHEOL tetap menunjukkan bahwa jiwa manusia itu tetap ada setelah mati.

· Ul 32:22 - “Sebab api telah dinyalakan oleh murkaKu, dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati (SHEOL) yang paling bawah; api itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung”.

· Maz 9:18 - “Orang-orang fasik akan kembali ke dunia orang mati (SHEOL), ya, segala bangsa yang melupakan Allah”.

Catatan: kata-kata ‘akan kembali’ dalam KJV diterjemahkan ‘shall be turned into’ (= akan dibelokkan ke dalam).

· Mazmur 49:15 - “Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati(SHEOL) menjadi tempat kediaman mereka”.

Jelas bahwa orang-orang yang masuk ke dunia orang mati itu tetap ada, dan jelas juga bahwa keadaan mereka tidak menyenangkan.

Dan ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa seseorang hanya masuk ke tempat dengan kebahagiaan yang sempurna, kalau ia dibebaskan dari dunia orang mati (SHEOL) itu.

¨ Maz 89:49 - “Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati (SHEOL)? Sela”.

¨ Hos 13:14 - “Akan Kubebaskankah mereka dari kuasa dunia orang mati, akan Kutebuskah mereka dari pada maut? Di manakah penyakit samparmu, hai maut, di manakah tenaga pembinasamu, hai dunia orang mati (SHEOL)? MataKu tertutup bagi belas kasihan”.

Louis Berkhof: “Man enters upon the state of perfect bliss only by a deliverance from SHEOL. In this deliverance we reach the real core of the Old Testament hope of a blessed immortality. This is clearly taught in several passages, such as Ps. 16:10; 49:14,15” (= Manusia masuk ke dalam keadaan kebahagiaan yang sempurna hanya oleh pembebasan dari SHEOL. Dalam pembebasan ini kita mencapai inti sesungguhnya dari pengharapan Perjanjian Lama tentang suatu kekekalan yang diberkati. Ini diajarkan secara jelas dari beberapa text seperti Maz 16:10; 49:15-16) - ‘Systematic Theology’, hal 675.

Maz 16:9-11 - “(9) Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; (10) sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati(SHEOL), dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan. (11) Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa”.

Maz 49:16 - “Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati (SHEOL), sebab Ia akan menarik aku. Sela”.

c. Dalam Perjanjian Lama ada ajaran tentang kebangkitan orang mati.

1. Kel 3:6a - “Lagi Ia berfirman: ‘Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.’”.

Sekalipun ayat ini tidak secara explicit mengajarkan kebangkitan orang mati, tetapi Yesus menafsirkan ayat ini secara implicit untuk menghasilkan ajaran tentang adanya kebangkitan orang mati itu.

Matius 22:32 - “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.’”.

Maksudnya, tidak mungkin Allah menyebutkan dirinya sebagai ‘Allah dari Abraham, Ishak dan Yakub’ seandainya Abraham, Ishak dan Yakub, yang saat itu sudah mati, tidak lagi mempunyai keberadaan. Bahwa Allah menyebut diriNya sebagai ‘Allah dari Abraham, Ishak dan Yakub’ jelas menunjukkan bahwa sekalipun mereka sudah mati, tetapi mereka tetap mempunyai keberadaan. Jiwa mereka tetap hidup selama-lamanya.

2. Yes 26:19 - “Ya, TUHAN, orang-orangMu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun TUHAN ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan arwah kembali”.

Bagian yang saya beri garis bawah ganda diterjemahkan KJV sebagai berikut: ‘the earth shall cast out the dead’ (= bumi akan mengeluarkan orang mati).

3. Daniel 12:2 - “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal”.

Catatan:

· bagian yang saya beri garis bawah tunggal salah terjemahan.

NIV: ‘Multitudes who sleep in the dust of the earth’ (= Orang banyak yang tidur dalam debu dari bumi).

· kata-kata ‘akan bangun’ jelas menunjuk pada kebangkitan orang mati.

d. Ada banyak ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa orang-orang benar yang mati menikmati persekutuan dengan Allah.

Maz 16:9-11 - “(9) Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; (10) sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan. (11) Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa”.

Maz 17:15 - “Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajahMu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupaMu”.

Maz 73:24-26 - “(24) Dengan nasihatMu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. (25) Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. (26) Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya”.

Ayub 19:26-27 - “(26) Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah, (27) yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikanNya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu”.

e. Pkh 3:10-11 - “(10) Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. (11) Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan KEKEKALAN dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.

KJV: ‘the world’ (= dunia).

RSV/NIV/NASB: ‘eternity’ (= kekekalan).

2. Dalam Perjanjian Baru.

a. Dalam Perjanjian Baru jelas dikatakan bahwa jiwa orang mati tetap ada, dan ini berlaku untuk orang percaya / orang benar maupun untuk orang yang tidak percaya / orang jahat.

Matius 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

Mat 11:21-24 - “(21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.

Matius 12:41 - “Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”.

Lukas 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.

Yoh 11:25-26 - “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.

Yoh 14:2-3 - “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada”.

Roma 2:5-11 - “(5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. (9) Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. (11) Sebab Allah tidak memandang bulu”.

2Kor 5:1,10 - “(1) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. ... (10) Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

b. Dalam Perjanjian Baru diajarkan doktrin tentang kebangkitan orang mati.

Bagi orang-orang percaya, maka tubuh dibangkitkan dan bersama dengan jiwa masuk ke dalam kehidupan yang sempurna dalam persekutuan dengan Allah. Sedangkan bagi orang-orang yang tidak percaya, kebangkitan juga berarti suatu keberadaan yang diperbaharui dari tubuh, tetapi ini hampir tidak bisa disebut kehidupan. Kitab Suci bahkan menyebutnya sebagai kematian kekal.

Luk 20:35-36 - “(35) tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. (36) Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan”.

Yoh 5:25,28-29 - “(25) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. ... (28) Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.

Kis 24:15 - “Aku menaruh pengharapan kepada Allah, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar”.

1Kor 15:12-55 - “(12) Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? (13) Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (14) Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. (15) Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus - padahal Ia tidak membangkitkanNya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. (16) Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. (18) Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. (19) Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. (20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya. (24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. (25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya. (26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. (27) Sebab segala sesuatu telah ditaklukkanNya di bawah kakiNya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa ‘segala sesuatu telah ditaklukkan’, maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. (28) Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua. (29) Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal? (30) Dan kami juga - mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? (31) Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. (32) Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’. (33) Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. (34) Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu. (35) Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: ‘Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?’ (36) Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. (37) Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. (38) Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendakiNya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri. (39) Bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada daging ikan. (40) Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi. (41) Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain. (42) Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. (43) Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. (44) Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. (45) Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup’, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. (46) Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. (47) Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. (48) Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga. (49) Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi. (50) Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa. (51) Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, (52) dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. (53) Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. (54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: ‘Maut telah ditelan dalam kemenangan. (55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?’”.

1Tes 4:16 - “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit”.

Wahyu 20:12-15 - “(12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

c. Dalam Perjanjian Baru juga diajarkan bahwa setelah kematian, maka orang-orang percaya itu akan mendapatkan kehidupan yang diberkati dalam persekutuan dengan Allah.

Mat 13:43 - “Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!’”.

Mat 25:34 - “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan”.

Ro 2:7,10 - “(7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, ... (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani”.

Fil 1:21,23 - “(21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. ... (23) Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.

2Tim 4:8 - “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya”.

Wah 21:4 - “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.’”.

Wah 22:3,4 - “(3) Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya, (4) dan mereka akan melihat wajahNya, dan namaNya akan tertulis di dahi mereka”.

3) Keberatan terhadap kepercayaan tentang immortality of the soul (= kekekalan / ketidak-bisa-binasaan jiwa).

Pikiran / jiwa tidak mempunyai keberadaan / substansi yang tersendiri, tetapi sekedar merupakan hasil / fungsi dari aktivitas otak. Pada waktu tubuh hancur, otak juga hancur, sehingga otomatis pikiran / jiwa juga hilang / musnah.

Jawaban terhadap keberatan ini:

Sekalipun pikiran memang merupakan fungsi dari otak, itu tidak berarti bahwa pada saat otak hancur maka pikiran / jiwa itu musnah. Jadi, itu juga tidak berarti bahwa kita harus tidak mempercayai immortality dari jiwa.

Illustrasi: kaca berwarna atau prisma, bisa meneruskan sinar sedemikian rupa sehingga menentukan arah dan warna dari sinar itu. Tetapi kaca / prisma dan sinar tetap mempunyai keberadaannya sendiri-sendiri. Demikian juga otak meneruskan pikiran, tetapi otak dan pikiran / jiwa mempunyai keberadaannya sendiri-sendiri.

Yang jelas Kitab Suci tidak mengajarkan bahwa pada saat mati, otak / jiwa juga musnah. Bandingkan dengan cerita tentang Lazarus dan orang kaya, yang setelah matipun bisa berpikir, mempunyai keinginan, dan bahkan bisa bercakap-cakap (Lukas 16:19-31).

4) Penerapan.

Mengingat bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, sedangkan setelah itu jiwa hidup selama-lamanya, bukankah kita harus hidup sedemikian rupa sehingga berguna untuk hidup yang akan datang, bukan hidup di dunia ini?

1Timotius 4:8 - “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah [KJV/RSV/NIV/NASB: ‘godliness’ (= kesalehan)] itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”.

Matius 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.

Lukas 16:9 - “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.’”.

Amsal 11:4 - “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut”.

Amsal 27:24 - “Karena harta benda tidaklah abadi. Apakah mahkota tetap turun-temurun?”.

Kedua ayat terakhir ini perlu dicamkan oleh orang-orang yang hidup untuk uang. Sekalipun uang memang penting, tetapi ada saat dimana uang sama sekali tidak berguna. Bandingkan dengan kutipan di bawah ini.

What money cannot buy (= Apa yang uang tidak bisa beli).

“Money will buy a bed but not sleep; books but not brains; food but not appetite; finery but not beauty; a house but not a home; medicine but not health; luxuries but not culture; amusements but not happiness; religion but not salvation; a passport to everywhere but heaven” (= Uang bisa membeli ranjang tetapi tidak bisa membeli tidur; buku-buku tetapi tidak otak; makanan tetapi tidak nafsu makan; pakaian bagus / perhiasan tetapi tidak kecantikan; rumah tetapi tidak suasana rumah yang menyenangkan; obat tetapi tidak kesehatan; barang-barang lux / kemewahan tetapi tidak kebudayaan; hiburan tetapi tidak kebahagiaan; agama tetapi tidak keselamatan; sebuah paspor kemana saja kecuali ke surga).

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (4) -Intermediate state.

Intermediate state adalah keadaan di antara kematian seseorang dan kebangkitannya dari antara orang mati, atau keadaan di antara kematian seseorang dan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya. Ada bermacam-macam pandangan tentang apa yang terjadi dengan orang-orang mati pada intermediate state.

1) Doktrin Gereja Roma Katolik tentang keadaan dan tempat dari jiwa setelah kematian.

a) Limbus Patrum dan Limbus Infantum.

1. Kata bahasa Latin LIMBUS (= tepi / pinggiran) digunakan pada abad pertengahan untuk menunjuk pada 2 tempat yang mereka anggap ada di tepi / pinggiran neraka (tetapi api neraka tidak mencapainya), yaitu Limbus Patrum dan Limbus Infantum.

2. Yang pertama, yaitu Limbus Patrum, oleh Gereja Roma Katolik dianggap sebagai tempat penahanan orang-orang kudus jaman Perjanjian Lama sampai kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Mereka percaya bahwa sebelum Kristus betul-betul melakukan penebusan dosa umat manusia, surga belum terbuka, sehingga orang-orang kudus jaman Perjanjian Lama ditahan di Limbus Patrum ini. Pada waktu Kristus mati, mereka menganggap bahwa Kristus turun ke tempat ini, melepaskan mereka dari tempat penahanan ini, dan membawa mereka ke surga.

3. Sedangkan yang kedua, yaitu Limbus Infantum, merupakan tempat dari bayi-bayi yang mati tanpa dibaptiskan, tak peduli bayi itu adalah bayi dari orang-orang kafir atau Kristen.

Berdasarkan Yohanes 3:5 mereka beranggapan bahwa bayi-bayi ini tidak bisa masuk surga.

Yohanes 3:5 - “Jawab Yesus: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah”.

Catatan: mereka menafsirkan bahwa kata ‘air’ menunjuk pada baptisan; menurut saya ini jelas merupakan penafsiran yang salah.

Herman Hoeksema: “It is the Roman Catholic doctrine that without the sacrament of baptism, administered by the church, no one can enter into the kingdom of heaven” (= Merupakan doktrin Roma Katolik bahwa tanpa sakramen baptisan, yang dilakukan oleh gereja, tidak seorangpun bisa masuk ke dalam kerajaan surga) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 763.

Louis Berkhof: “while they are excluded from heaven, they are consigned to a place on the outskirts of hell, where its terrible fires do not reach. They remain in this place forever with any hope of deliverance. ... they suffer no positive punishment, no ‘pain of sense,’ but are simply excluded from the blessings of heaven. They know and love God by the use of their natural powers, and have full natural happiness” (= sementara mereka dilarang masuk ke surga, mereka dibuang ke suatu tempat pada pinggiran dari neraka, dimana apinya yang mengerikan itu tidak mencapainya. Mereka tinggal di tempat ini selama-lamanya tanpa pengharapan untuk dibebaskan. ... mereka tidak menderita hukuman yang bersifat positif, tidak ada rasa sakit, tetapi hanya dikeluarkan dari berkat-berkat surga. Mereka mengenal dan mengasihi Allah oleh penggunaan kekuatan alamiah mereka, dan mempunyai kebahagiaan alamiah yang penuh) - ‘Systematic Theology’, hal 687-688.

b) Purgatory / api penyucian (Katolik).

Setelah kematian, Gereja Roma Katolik menganggap bahwa manusia terbagi dalam 3 golongan:

1. Ada orang-orang yang langsung masuk ke neraka, yaitu:

· Orang yang tidak dibaptis / tidak berhubungan dengan gereja.

Tetapi kelihatannya dalam hal ini mereka belakangan melakukan perubahan doktrin, karena sekarang mereka percaya bahwa orang-orang non kristen / orang-orang yang tidak percaya kepada Kristuspun, bisa masuk surga!

· Orang yang sudah dibaptis tetapi yang lalu melakukan mortal sin (= dosa besar / mematikan).

2. Ada orang-orang yang langsung masuk surga, yaitu orang percaya yang sempurna (orang suci, martyr).

Contoh: Rasul Paulus (Fil 1:21,23).

Lucunya, Herman Hoeksema mengatakan (hal 764) bahwa menurut Gereja Roma Katolik, siapa-siapa yang termasuk dalam golongan orang suci (Santa / Santo) ditentukan oleh gereja di dunia ini.

3. Ada orang-orang yang akan pergi ke api penyucian, yaitu orang percaya yang tidak sempurna, dan ini merupakan kondisi dari orang-orang percaya pada umumnya!

Gereja Roma Katolik mempercayai bahwa jiwa orang-orang yang kurang sempurna ini harus mengalami suatu proses penyucian sebelum mereka bisa masuk surga. Jadi, mereka masuk api penyucian dulu.

Hal-hal yang perlu diketahui tentang ajaran Gereja Roma Katolik berkenaan dengan api penyucian:

a. Api penyucian bukanlah tempat pencobaan / ujian, tetapi tempat dimana jiwa-jiwa yang nantinya pasti akan masuk surga, tetapi belum siap untuk hal itu, disucikan dan dipersiapkan supaya bisa masuk surga.

b. Lamanya seseorang berada dalam api penyucian itu, dan juga tingkat penderitaan / rasa sakit yang ia alami, tergantung dari tingkat penyucian yang ia butuhkan.

c. Penderitaan dalam api penyucian.

Dalam api penyucian itu jiwa-jiwa ini terpisah dari Allah, dan betul-betul mengalami rasa sakit. Penderitaan dalam api penyucian ini sangat hebat, tidak berbeda dengan dalam neraka.

Loraine Boettner dalam bukunya ‘Roman Catholicism’, hal 220, mengutip Bellarmine, seorang ahli theologia Roma Katolik yang terkemuka, sebagai berikut:

· “The pains of purgatory are very severe, surpassing anything endured in this life” (= Rasa sakit dari api penyucian itu sangat hebat, melebihi apapun yang dialami / dirasakan dalam hidup ini).

· “According to the Holy Fathers of the Church, the fire of purgatory does not differ from the fire of hell, except in point of duration. ‘It is the same fire,’ says St. Thomas Aquinas, ‘that torments the reprobate in hell, and the just in purgatory. The least pain in purgatory,’ he says, ‘surpasses the greatest suffering in this life.’ Nothing but the eternal duration makes the fire of hell more terrible than that of purgatory” (= Menurut Bapa-bapa kudus dari Gereja, api dari api penyucian tidak berbeda dengan api dari neraka, kecuali dalam hal lamanya / waktunya. ‘Itu adalah api yang sama’, kata orang suci yang bernama Thomas Aquinas, ‘yang menyiksa orang jahat / orang yang ditetapkan untuk binasa dalam neraka, dan orang benar dalam api penyucian. Rasa sakit yang paling kecil di api penyucian’, katanya, ‘melebihi penderitaan yang paling besar dalam hidup ini’. Tidak ada sesuatu apapun kecuali lamanya yang kekal yang membuat api neraka lebih mengerikan / dahsyat dari pada api dari api penyucian).

d. Lamanya seseorang berada dalam api penyucian.

Loraine Boettner mengutip Bellarmine dari bukunya yang lain dimana ia berkata:

“There is absolutely no doubt that the pains in some cases endure for entire centuries” (= Sama sekali tidak ada keraguan bahwa dalam kasus-kasus tertentu rasa sakit itu berlangsung untuk berabad-abad).

Louis Berkhof bahkan mengatakan bahwa menurut Gereja Roma Katolik adalah mungkin bahwa seseorang harus terus berada dalam api penyucian sampai penghakiman akhir jaman! Herman Hoeksema juga mengatakan hal yang sama.

Herman Hoeksema: “This may be a very short period, or may last till the day of judgment” (= Ini bisa merupakan suatu periode yang sangat singkat, atau bisa berlangsung terus sampai hari penghakiman) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 764.

e. Hak Paus dan pastor atas api penyucian.

Paus dianggap mempunyai kekuasaan atas api penyucian. Merupakan hak istimewa dari Paus untuk memberkan pengampunan, meringankan penderitaan dalam api penyucian, atau bahkan mengakhirinya. Pastor, sebagai wakil Paus, mempunyai hak yang terbatas.

Bagaimana Paus bisa mengurangi atau mengakhiri masa penyucian dalam api penyucian ini? Roma Katolik percaya akan adanya saints / orang-orang suci. Mereka ini adalah orang-orang yang dianggap telah melakukan perbuatan baik lebih dari yang diperlukan untuk masuk surga. Kelebihan perbuatan baik itu lalu ‘ditabung’, dan Paus berhak memberikan ‘tabungan’ itu kepada orang dalam api penyucian, sehingga mereka lalu dibebaskan dari api penyucian dan masuk ke surga. Ini disebut dengan istilah indulgence (= pengampunan dosa).

f. Lamanya seseorang berada dalam api penyucian bisa diperpendek, dan tingkat penderitaan seseorang dalam api penyucian bisa dikurangi, oleh:

· doa-doa dan perbuatan-perbuatan baik dari orang-orang yang masih hidup.

· Pemberian uang (baik oleh orang yang mati itu pada waktu ia masih hidup, maupun oleh keluarganya setelah ia mati).

Loraine Boettner berkata: “The doctrine of purgatory has sometimes been referred to as ‘the gold mine of the priesthood’ since it is the source of such lucrative income” (= Doktrin api penyucian kadang-kadang disebut sebagai ‘tambang emas keimaman’ karena itu merupakan sumber penghasilan yang menguntungkan) - ‘Roman Catholicism’, hal 222.

· Pengadaan misa.

Untuk melaksanakan misa ini ada ‘ongkos’ yang harus dibayar! Besar kecilnya misa dipengaruhi oleh besar kecilnya ongkos, padahal besar kecilnya misa ini mempengaruhi ‘masa penyucian’.

Loraine Boettner berkata: “The Irish have a saying: ‘High money, high mass; low money, low mass; no money, no mass’” (= Orang Irlandia mempunyai pepatah: ‘Uang besar, misa besar; uang kecil, misa kecil; tidak ada uang, tidak ada misa’) - ‘Roman Catholicism’, hal 185.

· Doa pastor.

· Surat pengampunan dosa (letter of indulgence).

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang surat pengampunan dosa:

¨ Surat pengampunan dosa ini mulai ada pada tahun 1190.

¨ Menjelang Reformasi (1517) surat pengampunan dosa ini dijual. Seorang yang bernama Tetzel, pada waktu menjual surat pengampunan dosa ini berkata: “The moment the coin in the collection box rings, that moment the soul from purgatory springs” (= Pada saat koin berdenting di kotak kolekte, saat itu jiwa meloncat dari api penyucian) - Dr. Albert Freundt, ‘History of Modern Christianity’, hal 28.

Tetzel ini dengan begitu tidak tahu malu berkata bahwa ia menyelamatkan lebih banyak jiwa dari api penyucian dari pada apa yang dilakukan oleh Petrus melalui khotbahnya!

¨ Ini direstui oleh Council of Trent pada tahun 1593.

g. Dasar Kitab Suci yang digunakan oleh Gereja Roma Katolik untuk mengajarkan / mempercayai doktrin api penyucian ini:

· 2Makabe 12:38-45 - “(38) Kemudian Yudas mengumpulkan bala tentaranya dan pergilah ia ke kota Adulam. Mereka tiba pada hari yang ke tujuh. Maka mereka menyucikan diri menurut adat dan merayakan hari Sabat di situ. (39) Pada hari berikutnya waktu hal itu menjadi perlu pergilah anak buah Yudas untuk membawa pulang jenazah orang-orang yang gugur dengan maksud untuk bersama dengan kaum kerabat mereka mengebumikan jenazah-jenazah itu di pekuburan nenek moyang. (40) Astaga, pada tiap-tiap orang yang mati itu mereka temukan di bawah jubahnya sebuah jimat dari berhala-berhala kota Yamnia. Dan ini dilarang bagi orang-orang Yahudi oleh hukum Taurat. Maka menjadi jelaslah bagi semua orang mengapa orang-orang itu gugur. (41) Lalu semua memuliakan tindakan TUHAN, Hakim yang adil, yang menyatakan apa yang tersembunyi. (42) Merekapun lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya. Tetapi Yudas yang berbudi luhur memperingatkan khalayak ramai, supaya memelihara diri tanpa dosa, justru oleh karena telah mereka saksikan dengan mata kepala sendiri apa yang sudah terjadi oleh sebab dosa orang-orang yang gugur itu. (43) Kemudian dikumpulkannya uang ditengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. (44) Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka”.

Bagaimana text seperti ini, yang sama sekali tidak berbicara tentang api penyucian, bisa dijadikan dasar dari doktrin tentang api penyucian? Orang Roma Katolik berkata begini: Kalau orang-orang yang mati itu ada di surga ataupun neraka, maka tentu sia-sia mendoakan mereka. Bahwa mereka didoakan, itu menunjukkan bahwa mereka tidak berada di surga maupun di neraka, tetapi di api penyucian!

Jawab:

* Ini termasuk dalam Apocrypha / Deuterokanonika, dan Apocrypha / Deuterokanonika tidak kita akui sebagai Kitab Suci / Firman Tuhan.

Dalam 2Makabe ini terlihat dengan jelas pertentangan antara ajaran Kitab Suci dan Apocrypha / Deuterokanonika, karena kitab Apocrypha / Deuterokanonika ini memuji tindakan mendoakan orang mati (ay 42-44), bahkan yang mati dalam dosa!

Kitab Suci tidak pernah menyuruh mendoakan orang yang sudah mati! Bahkan dalam 1Yoh 5:16 dikatakan sebagai berikut: “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberi hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan bahwa ia harus berdoa”.

Ayat ini mengatakan bahwa kalau ada seorang yang melakukan dosa yang membawa maut (mungkin yang dimaksud adalah dosa menghujat Roh Kudus yang tidak bisa diampuni - bdk. Mat 12:31-32), maka sekalipun orang itu masih hidup, kita tidak perlu berdoa untuk orang itu. Lalu bagaimana mungkin sekarang kita harus berdoa untuk orang yang sudah ada di dalam maut / sudah mati?

Jadi, ayat ini jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci melarang doa untuk orang yang sudah mati!

* 2Makabe 12:38-45 tidak berkata apa-apa tentang api penyucian. Andaikatapun doa untuk orang-orang yang telah mati itu menunjukkan bahwa mereka tidak ada di surga ataupun neraka, lalu apa dasarnya mengatakan bahwa mereka ada di ‘api penyucian’?

* Mengapa dari text seperti itu mereka menyimpulkan bahwa ada tempat di antara surga dan neraka? Mengapa tidak ditafsirkan bahwa Yudas dalam 2Makabe itu yang memberikan ajaran sesat / melakukan praktek yang sesat? Juga, seandainya ada tempat di antara surga dan neraka, dari mana tahu-tahu bisa disimpulkan bahwa tempat itu adalah ‘api penyucian’? Text itu sama sekali tidak menunjukkan apa-apa tentang hal itu.

* Menurut ajaran Roma Katolik sendiri orang-orang yang mempunyai jimat seperti dalam 2Makabe itu, akan langsung masuk neraka, karena ini termasuk mortal sin (= dosa besar / mematikan).

Louis Berkhof mengatakan bahwa penggunaan text Makabe ini tidak cocok dengan ajaran Gereja Roma Katolik sendiri, karena dalam 2Makabe itu orang-orang mati yang didoakan itu mempunyai jimat, dan dengan demikian melakukan penyembahan berhala / mempunyai allah lain, sehingga jelas mereka melakukan mortal sin. Menurut ajaran Gereja Roma Katolik sendiri, orang-orang seperti itu seharusnya masuk neraka, bukan masuk api penyucian.

· 4 text Kitab Suci yaitu:

* Yes 4:4 - “apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar”.

* Mikha 7:8-9 - “(8) Janganlah bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku. (9) Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepadaNya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilanNya”.

* Zakh 9:11 - “Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair”.

* Mal 3:2-3 - “(2) Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatanganNya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. (3) Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN”.

Jawab:

Keempat text di atas saya jadikan satu kelompok karena semuanya ditafsirkan out of context / keluar dari kontextnya. Kalau kita membaca kontextnya jelaslah bahwa ayat-ayat ini sama sekali tidak berbicara tentang orang mati, tetapi tentang orang hidup. Kalau mau jelas, baca sendiri kontext dari ayat-ayat tersebut.

Yes 4:2-6 - “(2) Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput. (3) Dan orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, (4) apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar. (5) Maka TUHAN akan menjadikan di atas seluruh wilayah gunung Sion dan di atas setiap pertemuan yang diadakan di situ segumpal awan pada waktu siang dan segumpal asap serta sinar api yang menyala-nyala pada waktu malam, sebab di atas semuanya itu akan ada kemuliaan TUHAN sebagai tudung (6) dan sebagai pondok tempat bernaung pada waktu siang terhadap panas terik dan sebagai perlindungan dan persembunyian terhadap angin ribut dan hujan”.

Mikha 7:7-10 - “(7) Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku! (8) Janganlah bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku. (9) Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepadaNya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilanNya. (10) Musuhku akan melihatnya dan dengan malu ia akan menutupi mukanya, dia yang berkata kepadaku: ‘Di mana TUHAN, Allahmu?’ Mataku akan memandangi dia; sekarang ia diinjak-injak seperti lumpur di jalan”.

Zakh 9:11-12 - “(11) Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair. (12) Kembalilah ke kota bentengmu, hai orang tahanan yang penuh harapan! Pada hari ini juga Aku memberitahukan: Aku akan memberi ganti kepadamu dua kali lipat!”.

Mal 3:2-4 - “(2) Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatanganNya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. (3) Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN. (4) Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah”.

Catatan: bagian yang saya garis bawahi adalah bagian-bagian yang dikutip / digunakan oleh Gereja Roma Katolik untuk mendukung ajaran tentang api penyucian. Tetapi kalau dibaca seluruh kontext, terlihat dengan jelas bahwa bagian-bagian itu berbicara tentang orang-orang yang masih hidup, bukan tentang orang-orang yang sudah mati. Karena itu tidak mungkin bagian-bagian itu berbicara tentang api penyucian.

· Mat 12:32 - “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak”.

Gereja Roma Katolik menafsirkan bahwa kata-kata ‘di dunia yang akan datangpun tidak’ menunjukkan bahwa dalam kasus dosa menghujat Roh Kudus ini memang di dunia yang akan datangpun tidak ada pengampunan. Tetapi dalam kasus dosa yang lain, ada pengampunan di dunia yang akan datang. Dan ini menunjuk pada api penyucian.

Jawab:

Ayat ini sama sekali tidak berarti bahwa dalam kasus dosa lain, di dunia yang akan datang bisa ada pengampunan. Ajaran seperti itu bertentangan dengan seluruh Kitab Suci, yang bukan saja tidak pernah mengajarkan seperti itu, tetapi malahan mengajarkan sebaliknya.

Dan kalaupun di dunia yang akan datang ada pengampunan untuk dosa-dosa lain, lalu dari mana mereka menyimpulkan adanya tempat yang disebut api penyucian itu?

· 1Kor 3:13-15 - “(13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api”.

Jawab:

* Dalam text di atas ‘api’ itu jelas bersifat simbolis (bukan hurufiah); sedangkan ‘api’ dalam api penyucian merupakan api yang hurufiah.

* Dalam text di atas api itu menguji; tetapi dalam api penyucian apinya menghukum.

* Dalam text di atas api itu ditujukan pada pekerjaan / pelayanan seseorang; dalam api penyucian apinya ditujukan kepada orangnya sendiri!

· 1Kor 15:29 - “Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi (Yunani: HUPER) orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?”.

Jawab:

Adam Clarke menganggap ayat ini sebagai ayat tersukar dalam Perjan­jian Baru, dan Albert Barnes menyebutkan ayat ini sebagai ayat yang tafsirannya paling bervariasi dalam Perjanjian Baru.

Macam-macam penafsiran tentang ayat ini:

* Dalam ayat ini Paulus menunjuk pada praktek baptisan terhadap seseorang sebagai wakil dari orang yang sudah mati, yang tidak sempat dibaptis.

Dasar dari penafsiran ini adalah: kata ‘bagi’ dalam bahasa Yunani­nya adalah HUPER, yang artinya adalah ‘for’ (= bagi / untuk), ‘in behalf of’ / ‘for the sake of’ (= demi), ‘in place of’ / ‘instead of’ (= sebagai pengganti dari). Jadi, jelaslah bahwa orang itu dibaptis sebagai pengganti orang lain, yang sudah mati.

Praktek ini ada dalam golongan Marcionite pada abad ke 2 dan juga dalam golongan Cerinthians yang lebih awal lagi. Mungkin praktek ini ada di Korintus pada abad I, dan Paulus menggunakan hal ini untuk menunjukkan bahwa adanya praktek semacam ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa merekapun percaya akan adanya kebangkitan orang mati.

Catatan: ini tidak berarti bahwa Paulus menyetujui atau membenarkan praktek ini!

* Ayat ini menunjuk pada praktek untuk membaptis seseorang di atas kuburan para martir, untuk menyatakan iman pada kebangkitan orang mati.

Dasar penafsiran ini: kata HUPER bisa diterjemahkan ‘over’ / ‘above’ (= di atas).

* Calvin beranggapan bahwa kata HUPER bisa diartikan ‘as’ (= seperti / sebagai) dan karena itu ia menganggap bahwa ayat ini menunjuk pada praktek baptisan terhadap orang yang sakit dan hampir mati.

* Ada yang beranggapan bahwa kata-kata ‘orang mati’ menunjuk pada ‘tubuh kita yang fana ini’.

* Ada juga yang beranggapan bahwa kata-kata ‘orang mati’ menunjuk kepada Kristus.

* Ada lagi penafsir yang bukannya menafsirkan kata ‘HUPER’ atau kata ‘orang mati’, tetapi menafsirkan kata ‘baptis’. Dalam Mark 10:38 dan Luk 12:50 kata ‘baptisan’ diartikan secara simbolis dan menunjuk pada ‘penderitaan’.

Jadi ayat ini artinya: apa faedahnya orang mau menderita bagi orang mati (secara rohani)? Penafsiran ini membuat ay 29 ini searah dengan ay 30-32.

Apapun arti dari ayat ini, yang jelas, Paulus menggunakannya sebagai argumentasi untuk mendukung adanya kebangkitan orang mati (itu memang merupakan penekanan Paulus dalam seluruh 1Kor 15). Karena itu, jelas bahwa ayat ini sama sekali tidak berurusan dengan api penyucian.

· Yudas 22-23: “(22) Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, (23) selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa”.

Jawab:

Kata-kata yang saya garis bawahi itu sama sekali tidak berarti bahwa kita harus melepaskan orang-orang yang sudah mati dari api penyucian. Artinya adalah: kita harus berusaha supaya orang-orang (yang masih hidup, bukan yang sudah mati) tidak masuk ke neraka. Caranya? Jelas dengan memberitakan Injil kepada mereka!

Louis Berkhof: “It is perfectly evident, however, that these passages can be made to support the doctrine of purgatory only by a very forced exegesis. The doctrine finds absolutely no support in Scripture” (= Tetapi sangat jelas bahwa text-text ini bisa dijadikan dasar untuk mendukung doktrin api penyucian hanya dengan exegesis yang sangat dipaksakan. Doktrin ini secara mutlak tidak mempunyai dukungan dalam Kitab Suci) - ‘Systematic Theology’, hal 687.

Louis Berkhof menambahkan bahwa doktrin api penyucian ini juga berlandaskan pada ajaran-ajaran lain yang sebagai tidak Alkitabiah seperti:

¨ Gereja / Paus mempunyai kuasa yang mutlak dalam menyelamatkan seseorang dari api penyucian.

¨ Manusia bisa hidup sedemikian rupa sehingga melampaui tingkat kesucian yang dituntut oleh Allah (karena adanya orang-orang yang langsung masuk surga, tanpa melalui api penyucian, dan ini terjadi karena mereka melampaui tingkat kesucian yang dituntut oleh Allah). Ini bertentangan dengan banyak ayat, seperti Yes 64:6, yang mengatakan bahwa ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.

¨ Perbuatan baik kita betul-betul berjasa dalam penyelamatan diri kita sendiri. Ini bertentangan dengan Ef 2:8-9 dan banyak ayat lain yang menekankan keselamatan karena iman saja, sama sekali bukan karena perbuatan baik.

¨ Tidak cukupnya penebusan yang dilakukan oleh Kristus bagi dosa-dosa kita sehingga harus kita tambahi sendiri. Ini bertentangan dengan kata-kata ‘Sudah selesai’ di atas kayu salib (Yoh 19:30).

Doktrin tentang api penyucian ini juga bertentangan dengan cerita dalam Kitab Suci tentang penjahat yang bertobat di kayu salib, yang oleh Yesus dikatakan masuk Firdaus / surga (Luk 23:43), bukan neraka ataupun api penyucian. Padahal ia jelas bukan termasuk orang percaya yang sempurna! Bahkan hampir bisa dikatakan bahwa orang ini tidak pernah berbuat baik. Mungkin satu-satunya perbuatan baik yang ia lakukan adalah menegur penjahat satunya yang mengolok-olok Yesus (Luk 23:39-41). Ia bahkan belum sempat dibaptis ataupun pergi ke gereja. Menurut ajaran Roma Katolik, orang seperti ini bukan masuk api penyucian, tetapi langsung masuk neraka. Tetapi Yesus berkata kepada penjahat ini bahwa hari itu juga ia akan bersama Yesus di Firdaus / surga (Luk 23:43).

Cerita ini secara jelas menunjukkan betapa hebatnya kuasa dari penebusan dosa yang Yesus lakukan bagi kita! Bagaimanapun hebatnya dan banyaknya dosa saudara, hanya dengan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saudara akan diampuni, dan dijamin pasti masuk surga!

Dan jelas bahwa cerita ini juga menunjukkan secara meyakinkan bahwa doktrin Katolik tentang keselamatan, api penyucian dsb, adalah ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci / ajaran Yesus sendiri!

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (5) -Sleep of the soul.

a) Ada ajaran yang disebut sebagai ‘the doctrine of the sleep of the soul’ (= doktrin tentang jiwa yang tidur), atau disebut juga sebagai ‘Psychopannychy’. Mereka mengatakan bahwa sekalipun setelah kematian jiwa itu tetap ada, tetapi jiwa itu tidak mempunyai kesadaran, atau jiwa itu tertidur. Penganut-penganut dari ajaran ini dalam jaman sekarang adalah Saksi Yehuwa dan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Mungkin Saksi Yehuwa mendapatkan doktrin ini dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.

b) Dasar dari ajaran ini dan jawabannya:

1. Banyak orang beranggapan bahwa setelah kematian, jiwa tidak mempunyai kesadaran, karena mereka menganggap bahwa kesadaran dari jiwa tergantung pada otak, dan karena itu tidak bisa terus berfungsi setelah tubuh dan otak dihancurkan (Louis Berkhof, hal 688).

Jawab:

Louis Berkhof mengatakan bahwa sekalipun dalam hidup ini kesadaran jiwa tergantung pada otak, itu tidak berarti bahwa jiwa tidak bisa mempunyai kesadaran dengan cara lain / tanpa otak.

2. Kitab Suci sering menggambarkan ‘mati’ sebagai ‘tidur’, seperti dalam:

· Mat 9:24 - “berkatalah Ia: ‘Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.’ Tetapi mereka menertawakan Dia”.

· Yoh 11:11-15 - “(11) Demikianlah perkataanNya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: ‘Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.’ (12) Maka kata murid-murid itu kepadaNya: ‘Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.’ (13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: ‘Lazarus sudah mati; (15) tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.’”.

· Kis 7:60 - “Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia”.

KJV: ‘And when he had said this, he fell asleep’ (= Dan pada waktu ia telah mengetakan ini, ia jatuh tertidur).

· 1Kor 15:51 - “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah”.

KJV: ‘We shall not all sleep’ (= Kita tidak semuanya akan tertidur).

· 1Tes 4:13 - “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan”.

KJV: ‘concerning them which are asleep’ (= mengenai mereka yang tertidur).

Mereka beranggapan bahwa ini tidak mungkin menunjuk pada tidurnya tubuh, tetapi pasti pada tidurnya jiwa.

Jawab:

Kitab Suci memang menggambarkan mati sebagai tidur:

a. Karena adanya kemiripan antara mati dan tidur.

b. Untuk menunjukkan bahwa mereka yang mati akan ‘bangun’ / ‘bangkit kembali’.

Tetapi Kitab Suci jelas tidak memaksudkan bahwa pada saat mati jiwa seseorang tertidur.

3. Ayat-ayat Kitab Suci tertentu mengatakan bahwa orang-orang mati itu tidak sadar. Contoh:

· Mazmur 6:6 - “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepadaMu; siapakah yang akan bersyukur kepadaMu di dalam dunia orang mati?”.

· Mazmur 30:10 - “ ‘Apakah untungnya kalau darahku tertumpah, kalau aku turun ke dalam lobang kubur? Dapatkah debu bersyukur kepadaMu dan memberitakan kesetiaanMu?”.

· Mazmur 88:11-13 - “(11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.

· Mazmur 115:17-18 - “(17) Bukan orang-orang mati akan memuji-muji TUHAN, dan bukan semua orang yang turun ke tempat sunyi, (18) tetapi kita, kita akan memuji TUHAN, sekarang ini dan sampai selama-lamanya. Haleluya!”.

· Mazmur 146:4 - “Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya”.

· Pkh 9:10 - “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi”.

· Yesaya 38:18-19 - “(18) Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepadaMu, dan maut tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang turun ke liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaanMu. (19) Tetapi hanyalah orang yang hidup, dialah yang mengucap syukur kepadaMu, seperti aku pada hari ini; seorang bapa memberitahukan kesetiaanMu kepada anak-anaknya”.

Jawab:

Text-text Kitab Suci yang seolah-olah menunjukkan bahwa orang-orang mati tidak mempunyai kesadaran, hanyalah dimaksudkan untuk mengajarkan bahwa setelah mati seseorang tidak bisa ambil bagian dalam aktivitas dalam dunia ini (Louis Berkhof, hal 688).

4. Tidak ada orang-orang yang dibangkitkan dari antara orang mati yang menceritakan pengalaman mereka pada saat mati. Ini dijadikan bukti untuk mengatakan bahwa pada saat mereka mati, mereka tertidur / tidak sadar.

Jawab:

Tidak adanya orang yang dibangkitkan dari kematian yang bersaksi tentang pengalaman mereka pada saat mati, tidak bisa dijadikan bukti karena ini hanya merupakan ‘argument from silence’ (= argumentasi dari ke-diam-an). Bisa saja itu terjadi karena mereka tidak dijinkan untuk menceritakan pengalaman mereka (Louis Berkhof, hal 689-690).

Bdk. 2Kor 12:4 - “ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”.

Ada penafsir-penafsir yang beranggapan bahwa kata-kata yang saya garis-bawahi itu artinya adalah bahwa Paulus tak boleh mengucapkan / menceritakan kata-kata itu.

Kalau Paulus bisa mendapatkan pengalaman diangkat ke surga / Firdaus, tetapi tidak boleh menceritakan kata-kata yang ia dengar di sana, maka juga merupakan sesuatu yang memungkinkan bahwa orang-orang yang dibangkitkan dari antara orang mati, juga tidak boleh menceritakan pengalaman mereka selama mereka mati.

5. Herman Hoeksema (hal 765) memberikan ayat-ayat lain yang digunakan untuk mendukung doktrin dari jiwa yang tidur ini, yaitu:

a. Maz 17:15 - “Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajahMu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupaMu”.

Mereka menafsirkan bahwa kata-kata ‘pada waktu aku bangun’ menunjukkan bahwa tadinya ia / jiwa itu tertidur.

Jawaban saya: ini jelas salah, karena kata-kata ‘pada waktu aku bangun’ menunjukkan saat pada waktu ia masuk surga atau bangun dari kematian / dibangkitkan.

b. Maz 16:10 - “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati (SHEOL), dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan”.

KJV: ‘For thou wilt not leave my soul in hell; neither wilt thou suffer thine Holy One to see corruption’ (= Karena Engkau tidak akan meninggalkan jiwaku di neraka; juga Engkau tidak akan membiarkan Orang KudusMu melihat pembusukan).

Mereka mengatakan bahwa ayat ini mengatakan bahwa jiwa Daud ada di SHEOL / neraka sampai hari kebangkitan. Tetapi tidak mungkin Daud mengalami penderitaan di dalam neraka, dan karena itu ia pasti tidak mempunyai kesadaran sampai hari kebangkitan.

Jawaban saya:

Ini juga merupakan penafsiran yang salah, dan didasarkan pada penterjemahan / penafsiran KJV yang salah. Ayat ini dikutip dalam Kis 2:25-28 dan Kis 13:35-37 dan diterapkan kepada Kristus! Dan perhatikan terjemahan dari NASB untuk Maz 16:10 ini.

NASB: ‘For Thou wilt not abandon my soul to Sheol; Neither wilt Thou allow Thy Holy One to undergo decay’ (= Karena Engkau tidak akan meninggalkan jiwaku pada / di Sheol; juga Engkau tidak akan mengijinkan Orang KudusMu untuk mengalami pembusukan).

Kata SHEOL di sini harus diartikan bukan sebagai ‘neraka’ seperti dalam KJV, tetapi sebagai ‘kuburan’ seperti dalam NIV.

NIV: ‘because you will not abandon me to the grave, nor will you let your Holy One see decay’ (= karena Engkau tidak akan meninggalkan aku pada / di kuburan, ataupun akan membiarkan Orang KudusMu melihat pembusukan).

Herman Hoeksema menafsirkan secara agak berbeda. Ia mengatakan bahwa kata SHEOL di sini menunjuk pada ‘keadaan kematian’ (hal 765-766).

Arti yang manapun yang kita pilih, tak terlalu berbeda. Jadi, arti Maz 16:10 adalah: Kristus tidak dibiarkan untuk terus ada dalam kuburan / dalam keadaan kematian, juga Ia tidak dibiarkan membusuk (karena Ia dibangkitkan pada hari ke 3).

Catatan: terjemahan Kitab Suci Indonesia untuk Maz 16:10 ini juga salah. Kata-kata ‘Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati’ dan ‘tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan’ adalah salah. Kristus bukannya tidak diserahkan ke dunia orang mati. Juga Kristus bukannya tidak melihat kebinasaan. Faktanya Kristus memang mati! Tetapi Ia tidak ditinggalkan dalam dunia orang mati / kuburan. Ia tidak dibiarkan mati terus / selama-lamanya. Ia juga tidak mengalami pembusukan. Mengapa? Karena hari yang ke 3 Ia bangkit dari antara orang mati.

c) Argumentasi yang menentang ajaran ini:

1. Cerita tentang Lazarus dan orang kaya menunjukkan bahwa setelah kematian orang tetap mempunyai kesadaran, dan bahkan bisa berkomunikasi (Luk 16:19-31).

Dan dari fakta bahwa 5 saudara dari orang kaya itu masih hidup, jelas menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi sebelum kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.

2. Paulus mengatakan bahwa kalau mati, ia akan pulang ke rumah bersama Tuhan, dan itu merupakan sesuatu yang sangat ia inginkan.

2Kor 5:8 - “tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.

NASB: ‘to be at home with the Lord’ (= ada di rumah bersama Tuhan).

NIV: ‘at home with the Lord’ (= di rumah bersama Tuhan).

Literal / hurufiah: ‘to come home to the Lord’ (= pulang ke rumah kepada Tuhan).

Fil 1:23 - “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.

Pasti ia tidak akan mengatakan kata-kata dalam kedua ayat tersebut di atas, kalau setelah mati jiwanya tidak mempunyai kesadaran.

3. Kitab Suci mengatakan bahwa setelah kematian kita disempurnakan (Ibr 12:23), dan ini secara implicit menunjukkan adanya kesadaran.

Ibr 12:23 - “dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna”.

4. Kitab Suci mengatakan bahwa roh-roh orang benar berteriak menuntut pembalasan terhadap penganiaya-penganiaya gereja (Wah 6:9-10), dan ini tidak mungkin kalau roh-roh / jiwa-jiwa itu tidak sadar.

Wah 6:9-10 - “(9) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. (10) Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’”.

Catatan: jangan menafsirkan bahwa orang-orang ini mempunyai dendam pada saat mereka sudah ada di surga. Ini bukan soal dendam, tetapi soal keinginan mereka melihat keadilan dan kebenaran ditegakkan.

Bdk. 1Kor 13:4-6 - “(4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (6) Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran”.

5. Kitab Suci mengatakan bahwa jiwa-jiwa dari para martir memerintah bersama Kristus (Wah 20:4), dan ini lagi-lagi tidak mungkin kalau jiwa-jiwa itu tidak sadar.

Wahyu 20:4 - “Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun”.

3) Annihilation (= Pemusnahan).

a) Louis Berkhof (hal 690) mengatakan bahwa ajaran ini mempunyai beberapa bentuk:

1. Manusia diciptakan sebagai mahluk yang immortal, tetapi kalau ia terus hidup dalam dosa, maka Allah mencabut immortality itu, dan setelah mati ia akhirnya dimusnahkan sehingga tidak mempunyai keberadaan lagi, atau setelah mati ia tidak mempunyai kesadaran untuk selama-lamanya, dan ini sebetulnya tidak terlalu berbeda dengan non-existence (tak mempunyai keberadaan).

2. Manusia sebetulnya tidak mempunyai immortality, tetapi bagi yang percaya kepada Kristus lalu diberikan immortality itu. Sedangkan orang yang tidak percaya akhirnya musnah atau kehilangan kesadaran secara total untuk selama-lamanya.

3. Ada juga yang mempercayai bahwa orang-orang jahat akan mengalami hukuman dalam kehidupan yang akan datang, tetapi hanya bersifat sementara, dan sesudah itu mereka dimusnahkan.

b) Dasar Kitab Suci mereka dan jawabannya:

1. Kitab Suci mengatakan bahwa hanya Allah yang mempunyai immortality / ketidak-bisa-binasaan.

1Tim 6:16 - “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. BagiNyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin”.

KJV: ‘Who only hath immortality’ (= Yang adalah satu-satunya yang mempunyai kekekalan / ketidak-bisa-binasaan).

Ini sudah dibahas dalam pelajaran yang lalu, dan tidak akan saya ulang di sini.

2. Kitab Suci tidak pernah mengatakan adanya immortality dari jiwa manusia secara umum, tetapi hanya bagi orang-orang percaya saja.

Yoh 10:27-28 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu”.

Yohanes 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”.

Roma 2:7 - “yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan”.

Ro 6:22-23 - “(22) Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. (23) Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

Galatia 6:8 - “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu”.

Jawab:

Kitab Suci memang berbicara tentang pemberian hidup kekal kepada orang-orang percaya, tetapi ini tidak berarti bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa orang-orang yang tidak percaya akan musnah.

3. Kitab Suci mengancam orang-orang berdosa dengan kehancuran / kematian, yang ditafsirkan sebagai pemusnahan.

Mat 7:13 - “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya”.

Mat 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.

Ro 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

Ro 8:13 - “Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.

Jawab:

Kata-kata ‘mati’, ‘hancur’, ‘dihancurkan’, ‘binasa’, ‘dibinasakan’, ‘maut’ dsb, kalau ditujukan kepada manusia tidak pernah boleh diartikan sebagai ‘dimusnahkan’.

Bandingkan dengan:

· Wahyu 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

Para Saksi Yehuwa mengatakan bahwa yang dimaksud dengan neraka adalah kematian yang kedua (musnah), sedangkan kita berpendapat bahwa kematian yang kedua berarti masuk neraka selama-lamanya.

· 2Tesalonika 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.

Ayat ini menunjukkan bahwa ‘hukuman kebinasaan selama-lamanya’ itu maksudnya ‘dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya’. Kalau manusia itu dimusnahkan, apanya yang dijauhkan dari hadirat Tuhan?

c) Argumentasi-argumentasi yang menentang pandangan ini.

1. Kitab Suci mengajarkan bahwa orang-orang percaya maupun orang-orang yang tidak percaya akan terus ada selama-lamanya.

Pkh 12:7 - “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”.

Matius 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

Roma 2:8,10 - “(8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. ... (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani”.

2. Kitab Suci mengajarkan adanya tingkat-tingkat hukuman yang berbeda bagi orang-orang yang tidak percaya, dan ini memang sesuai dengan keadilan Allah yang menghukum setiap orang sesuai dengan dosanya.

Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.

Luk 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.

Tingkat-tingkat hukuman itu tidak mungkin ada kalau mereka dimusnahkan, dan pemusnahan seperti ini ini tidak bisa menunjukkan keadilan Allah.

3. Annihilation / pemusnahan bukanlah hukuman.

a. Tidak ada yang perlu ditakuti dari pemusnahan, dan ini akan mendorong orang-orang untuk berbuat jahat.

1Kor 15:32b - “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’”.

b. Bagi orang-orang yang lelah / bosan hidup, pemusnahan bahkan lebih merupakan berkat dari pada hukuman.

4. Kitab Suci secara sangat jelas mengajarkan adanya hukuman kekal bagi orang-orang yang tidak percaya.

Misalnya:

· Mat 25:41,46 - “(41) Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. ... (46a) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, ...”.

· Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya”.

· Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

Sedangkan hukuman yang hanya bersifat sementara, jelas bertentangan dengan:

¨ kata-kata ‘api yang tidak terpadamkan’ (Mat 3:12b Mark 9:43b,48).

¨ kata-kata ‘api yang kekal’ (Mat 25:41 Yudas 7).

¨ kata-kata ‘siksaan yang kekal’ (Mat 25:46).

¨ kata-kata ‘siang malam tidak henti-hentinya’ (Wahyu 14:11).

¨ kata-kata ‘siang malam sampai selama-lamanya’ (Wahyu 20:10).

¨ kata-kata ‘ulat-ulatnya tidak akan mati’ (Mark 9:44,46,48).

¨ tidak bisanya orang kaya menyeberang ke surga karena adanya jurang yang tidak terseberangi.

Luk 16:26 - “Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.

William G.T. Shedd: “Had Christ intended to teach that future punishment is remedial and temporary, he would have compared it to a dying worm, and not to an undying worm; to a fire that is quenched, and not to an unquenchable fire” (= Andaikata Kristus bermak­sud untuk mengajar bahwa hukuman yang akan datang itu bersi­fat memperbaiki dan sementara, Ia akan membandingkannya dengan ulat yang bisa mati, dan bukannya dengan ulat yang tidak bisa mati; dengan api yang bisa padam, dan bukannya dengan api yang tidak dapat dipadamkan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 681.

Jawaban dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh:

Penafsiran mereka tentang kata ‘kekal’ / ‘selama-lamanya’:

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Perjanjian Baru menggunakan istilah ‘kekal’ dan ‘selama-lamanya’. Istilah ini merupakan terjemahan dari Yunani AIONIOS, diterapkan kepada Tuhan dan juga kepada manusia. Untuk menghindarkan salah pengertian, seseorang harus mengingat bahwa AIONIOS adalah istilah relatif; maknanya ditentukan oleh obyek yang diterangkannya. Jadi, apabila Kitab Suci menggunakan kata AIONIOS (‘selama-lamanya,’ ‘kekal’) mengenai Allah, itu berarti bahwa Ia memiliki eksistensi yang baka - karena Tuhan itu abadi. Tetapi apabila kata ini digunakan untuk manusia yang fana atau makhluk yang dapat binasa, maka yang dimaksudkannya ialah selama orang itu hidup atau benda itu masih ada. ... Apabila hal itu berkaitan dengan Tuhan, maka maknanya adalah mutlak - karena Tuhan itu kekal; apabila itu berkaitan dengan manusia yang fana, maka maknanya terbatas” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 427,428.

Tanggapan saya:

a) Apa dasarnya untuk membedakan istilah itu pada saat diterapkan kepada Allah dan kepada manusia? Memang tidak diragukan bahwa kata ‘kekal’ atau ‘selama-lamanya’ sering digunakan dalam arti yang terbatas. Tetapi menurut saya, yang menentukan adalah kontext, bukan apakah kata itu diterapkan kepada Allah atau manusia.

b) Bagaimana kalau istilah itu diterapkan kepada api, setan dsb?

c) Mengapa kalau orang percaya dikatakan mendapat hidup kekal kok dianggap betul-betul kekal? Mengapa dibedakan penafsiran kata kekal itu untuk ‘hukuman / siksaan kekal’ dan untuk ‘hidup kekal’?

Catatan: Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh memang menafsirkan bahwa pada waktu Kitab Suci mengatakan bahwa orang percaya mendapatkan hidup kekal, maka kata ‘kekal’ betul-betul berarti kekal secara mutlak.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Yang dimaksudkan-Nya dengan ‘kehidupan yang kekal (yang akan dinikmati orang yang benar) akan berlangsung dari abad-abad kekekalan, yang abadi dan tidak berkesudahan” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 427.

Padahal dalam kutipan di atas mereka berkata bahwa kalau kata itu ditujukan untuk manusia, maka artinya adalah kekal yang terbatas. Bukankah ini menunjukkan bahwa kata-kata mereka saling bertentangan?

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Yudas 7, sekadar contoh, mengatakan bahwa Sodom dan Gomora menderita ‘siksaan api kekal.’ Namun demikian kota-kota itu toh tidak terbakar sampai sekarang ini. Petrus mengatakan bahwa api itu membakar kota tersebut menjadi debu, menghukum mereka dengan kebinasaan (2Ptr 2:6). ‘Api kekal’ membakar sampai tidak ada lagi yang tersisa, dan sesudah itu padam (lihat juga Yer 17:27; 2Taw 36:19). Begitu pula Kristus mengirimkan orang jahat masuk ke dalam ‘api kekal’ (Mat 25:41), api itu akan membakar orang jahat dengan ‘api yang tidak terpadamkan’ (Mat 3:12). Api itu padam bila tidak ada lagi sesuatu yang akan dibakarnya” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 427.

Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.

2Pet 2:6 - “dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian”.

Tanggapan saya:

Tentang Yudas 7 dan 2Pet 2:6 ada perbedaan. Yang 2Pet 2:6 memang menunjuk pada penghancuran Sodom dan Gomora dengan hujan api dan belerang. Tetapi yang Yudas 6 menunjuk pada masuknya orang-orang Sodom dan Gomora ke dalam neraka. Jadi, ‘api kekal’ dalam Yudas 6 betul-betul menunjuk pada api yang kekal.

Yer 17:27 - “Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, DAN YANG TIDAK AKAN TERPADAMKAN.’”.

Tanggapan saya:

a) Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘and it shall not be quenched’ (= dan itu tidak akan dipadamkan).

RSV: ‘and shall not be quenched’ (= dan tidak akan dipadamkan).

NIV: ‘an unquenchable fire’ (= suatu api yang tidak bisa dipadamkan).

NASB: ‘and not be quenched’ (= dan tidak akan dipadamkan).

Dalam bahasa Ibraninya kata-katanya hanyalah ‘tidak akan dipadamkan’, bukannya ‘tidak bisa padam’ seperti dalam terjemahan NIV. Api yang tidak dipadamkan memang bisa saja padam sendiri. Ini berbeda dengan ungkapan dalam Perjanjian Baru tentang api neraka yang dikatakan ‘tidak bisa padam’.

Mat 3:12b - “... debu jerami itu akan dibakarnya dengan api yang tidak terpadamkan”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘unquenchable fire’ (= api yang tidak bisa dipadamkan).

Bandingkan dengan ayat paralelnya dalam Luk 3:17 yang juga menggunakan kata yang sama.

b) Kitab Suci jelas mengatakan api yang tidak bisa padam, dan ulat yang tidak bisa mati (Mark 9:43-48 Mat 3:12), tetapi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh menafsirkan bahwa apinya akan padam kalau sudah tak ada lagi sesuatu yang dibakar.

Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”.

Catatan: sekalipun ay 44 dan ay 46 diletakkan dalam tanda kurung tegak, yang menunjukkan bahwa ayat-ayat itu diragukan keasliannya, tetapi ay 48, yang bunyinya boleh dikatakan persis sama, tidak berada dalam tanda kurung tegak.

Mat 3:12b - “... debu jerami itu akan dibakarnya dengan api yang tidak terpadamkan”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘unquenchable fire’ (= api yang tidak bisa dipadamkan).

Contoh lain yang mereka berikan adalah Yes 34:9-10 (‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 428).

Yes 34:9-10 - “(9) Sungai-sungai Edom akan berubah menjadi ter, dan tanahnya menjadi belerang; negerinya akan menjadi ter yang menyala-nyala. (10) Siang dan malam negeri itu tidak akan padam-padam, asapnya naik untuk selama-lamanya. Negeri itu akan menjadi reruntuhan turun-temurun, tidak ada orang yang melintasinya untuk seterusnya”.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Edom telah dibinasakan, akan tetapi tidak terus menyala sampai sekarang. Kata ‘selama-lamanya’ di sini digunakan untuk menyatakan sampai kehancuran itu sempurna betul” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 428.

Mereka lalu mengutip Keluaran 21:6 1Sam 1:22 Yunus 2:6 Filemon 15 Mazmur 92:7 dimana kata ‘selama-lamanya’ digunakan dalam arti terbatas.

· Kel 21:6 - “maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup”.

KJV: ‘for ever’ (= selama-lamanya).

· 1Samuel 1:22 - “Tetapi Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada suaminya: ‘Nanti apabila anak itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat TUHAN dan tinggal di sana seumur hidupnya.’”.

KJV: ‘for ever’ (= selama-lamanya).

· Yunus 2:6 - “di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku”.

· Filemon 15 - “Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya”.

· Mazmur 92:8 - “Apabila orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya”.

Tanggapan saya:

Seperti sudah saya katakan di atas, memang tidak diragukan bahwa kata ‘kekal’ atau ‘selama-lamanya’ sering digunakan dalam arti yang terbatas, seperti dalam ayat-ayat yang mereka gunakan di atas ini. Yang menentukan apakah kata ‘kekal’ atau ‘selama-lamanya’ itu harus diartikan dalam arti mutlak atau dalam arti terbatas, adalah kontext dari ayat itu.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Sekali orang jahat - Setan, malaikat-malaikat jahat umat yang tidak bertobat - dibinasakan oleh api, baik akar maupun cabangnya, maka tidak ada guna lagi maut maupun hades (baca bab 25). Ini juga akan dibinasakan Tuhan selama-lamanya (Why 20:14)” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 428.

Wah 20:14 - “Lalu maut dan kerajaan maut (Yunani: HADES) itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api”.

Tanggapan saya:

HADES dalam Wah 20:14 mungkin berarti kuburan / keadaan kematian, bukan neraka! Dan ayat itu hanya berarti bahwa setelah saat itu tidak ada lagi kematian. Yang ada hanyalah kematian yang kedua, dan ini berbeda dengan kematian yang dimusnahkan itu.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Oleh karena itu, Alkitab menjelaskan dengan tandas, bahwa hukuman, bukan penghukuman, yang kekal - adalah kematian yang kedua. Setelah hukuman ini tidak akan ada lagi kebangkitan; efeknya adalah kekal” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 428.

Tanggapan saya:

Saya tidak mengerti mengapa mereka membedakan ‘hukuman’ dan ‘penghukuman’. Tetapi yang saya tekankan adalah bagian akhir dari kutipan di atas.

Kitab Suci menggunakan istilah ‘siksaan yang kekal’ dan ‘disiksa siang malam sampai selama-lamanya’, dsb, dan ini tidak mungkin diartikan bahwa mereka sekedar dimusnahkan, dan efeknya kekal, sehingga tak ada lagi kebangkitan.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Apabila Kristus berbicara mengenai ‘siksaan yang kekal’ maka yang dimaksudkan-Nya bukanlah hukuman yang kekal. ... hukuman (bagi orang jahat) akan abadi juga - yang dimaksudkan bukanlah ketahanan yang abadi dengan kesadaran yang sempurna dan bersifat final. Tamatnya orang-orang yang mengalami siksa kematian yang kedua itu. Kematian ini untuk selama-lamanya, karena dari situ tidak akan ada lagi dan tidak akan dapat lagi kebangkitan yang bagaimanapun. Apabila Alkitab berbicara darihal ‘kelepasan yang kekal’ (Ibr 9:12) dan ‘hukuman kekal’ (Ibr 6:2), yang ditunjukkannya ialah akibat yang kekal dari penebusan dan penghakiman - bukanlah proses yang berkelanjutan tidak ada akhirnya dari penebusan dan penghakiman. Dengan cara yang sama, apabila yang dibicarakan mengenai hukuman yang abadi dan kekal, yang dimaksudkannya ialah hasil akhir dan bukan proses penghukuman itu. Kematian orang jahat itu merupakan kematian yang akhir dan selama-lamanya” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 427.

Ibr 9:12 - “dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal”.

Ibr 6:2 - “yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal”.

Tanggapan saya:

a) Kata-kata mereka ini jelas tidak cocok dengan:

· Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya”.

KJV: ‘they have no rest day nor night’ (= mereka tidak mendapat istirahat pagi atau malam).

· Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

b) Pengontrasan mereka tentang Ibr 9:12 dan Ibr 6:2 justru salah. Seharusnya diperhatikan bahwa kalau Ibr 9:12 mengatakan bahwa orang-orang percaya mendapatkan ‘kelepasan yang kekal’, itu berarti mereka tidak mungkin dihukum sampai selama-lamanya. Di sini kata ‘selama-lamanya’ / ‘kekal’ digunakan dalam arti mutlak, bukan dalam arti terbatas. Maka demikian juga dengan kata ‘kekal’ dalam Ibr 6:2.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Pandangan mengenai sifat Tuhan diputarbalikkan karena perbuatan jemaat ini, dan doktrin purgatori (api penyucian) dan siksaan yang kekal telah membuat orang menolak kekristenan” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 191.

Tanggapan saya:

a) Mereka bicara tanpa dasar apapun. Mana buktinya bahwa ajaran tentang siksaan kekal menyebabkan orang menolak kekristenan?

b) Doktrin tentang api penyucian (yang sifatnya sementara) justru sesuai / mirip dengan ajaran mereka tentang siksaan terbatas. Mengapa mereka menyerang doktrin ini? Apakah itu bukannya menampar muka mereka sendiri? Saya sendiri menolak kedua ajaran ini.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (6) -Tempat penantian (SHEOL / HADES).

a) Pandangan populer tentang arti dari SHEOL / HADES.

Banyak orang menganggap SHEOL / HADES sebagai tempat netral, bukan surga maupun neraka, dan bukan merupakan tempat dimana diberikan pahala ataupun hukuman.

Ada yang mengatakan bahwa tempat ini terbagi menjadi 2 bagian, untuk orang jahat dan orang baik, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa tidak ada pembagian seperti itu.

Ada juga yang beranggapan bahwa orang percaya yang masuk ke HADES mengalami kebahagiaan di sana, sedangkan orang yang tidak percaya mengalami penderitaan di sana. Tetapi tingkat kebahagiaan dan penderitaan itu berbeda dengan yang akan mereka alami di surga / neraka nanti. Dabney mengatakan bahwa yang terakhir ini merupakan pandangan Yahudi (‘Lectures in Systematic Theology’, hal 823-824).

b) Dasar pandangan ini:

1. Anggapan dari banyak orang Kristen bahwa orang baru masuk ke surga / neraka setelah penghakiman akhir jaman, mengharuskan mereka untuk mempercayai adanya suatu tempat netral / sementara, sampai Yesus datang untuk kedua-kalinya.

William G. T. Shedd: “the assumption that the real happiness, or the final misery of the departed, does not begin till after the general judgment and the resurrection of the body, appeared to necessitate the belief in an intermediate state, in which the soul was supposed to remain, from the moment of its separation from the body to the last catastrophe” (= anggapan / asumsi bahwa kebahagiaan yang sejati, atau kesengsaraan akhir dari orang-orang mati, tidak dimulai sampai setelah penghakiman umum danm kebangkitan tubuh, kelihatannya mengharuskan kepercayaan pada intermediate state, dalam mana jiwa dianggap tetap tinggal, dari saat keterpisahannya dengan tubuh sampai pada peristiwa puncak yang terakhir) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 598.

Tanggapan saya:

Nanti akan saudara lihat [pada point 5) di bawah dimana saya menjelaskan pandangan Reformed tentang intermediate state] bahwa masuk surga dan neraka tidak baru terjadi setelah kedatangan Kristus yang kedua-kalinya / penghakiman akhir jaman, tetapi segera terjadi pada saat seseorang mati. Pandangan ini mempunyai argumentasi yang sangat kuat, dan menurut saya bahkan ‘tak terbantah’. Karena itu asumsi di atas harus dibuang!

2. Dasar Kitab Suci.

· Kejadian 37:35 - “Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati!’ Demikianlah Yusuf ditangisi oleh ayahnya”.

· Kejadian 42:38 - “Tetapi jawabnya: ‘Anakku itu tidak akan pergi ke sana bersama-sama dengan kamu, sebab kakaknya telah mati dan hanya dialah yang tinggal; jika dia ditimpa kecelakaan di jalan yang akan kamu tempuh, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena dukacita.’”.

· 1Sam 28:11,14,19 - “(11) Sesudah itu bertanyalah perempuan itu: ‘Siapakah yang harus kupanggil supaya muncul kepadamu?’ Jawabnya: ‘Panggillah Samuel supaya muncul kepadaku.’ ... (14) Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan itu: ‘Bagaimana rupanya?’ Jawabnya: ‘Ada seorang tua muncul, berselubungkan jubah.’ Maka tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud menyembah. ... (19) Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin.’”.

Banyak orang berpendapat bahwa ini betul-betul adalah roh Samuel. Dan roh Samuel itu berkata kepada Saul bahwa besok Saul dan anak-anaknya akan bersama-sama dengan dia. Padahal Samuel dan Yonatan adalah orang beriman / saleh, sedangkan Saul adalah orang yang tidak beriman. Bahwa mereka semua akan bersama-sama setelah mati, dianggap sebagai dasar untuk mengatakan bahwa semua orang mati akan berkumpul di suatu tempat yang netral.

· Zakh 9:11 - “Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair”.

· Maz 6:6 - “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepadaMu; siapakah yang akan bersyukur kepadaMu di dalam dunia orang mati?”.

· Maz 88:11 - “Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepadaMu? Sela”.

· Maz 115:17 - “Bukan orang-orang mati akan memuji-muji TUHAN, dan bukan semua orang yang turun ke tempat sunyi”.

KJV: ‘The dead praise not the LORD, neither any that go down into silence’ (= orang mati tidak memuji TUHAN, demikian juga orang-orang yang turun ke tempat sunyi).

Tanggapan saya tentang ayat-ayat ini:

Dalam ayat pertama dan kedua kata SHEOL menunjuk pada kuburan. Dalam ayat ketiga roh Samuel itu hanyalah setan yang menyamar, jadi tak semua kata-katanya tak bisa dipercaya. Ayat keempat sama sekali tidak berbicara tentang orang yang sudah mati, tetapi orang yang masih hidup (lihat / baca sendiri kontext ayat itu). Sedangkan ayat ke 5-7 sama sekali tidak menunjukkan bahwa semua orang mati akan menuju suatu tempat yang netral.

Kesimpulan: ayat-ayat dasar dari pandangan ini sangat tidak kuat.

c) Theologia Reformed menolak pandangan populer tentang adanya tempat penantian ini.

Sekalipun pandangan di atas sekarang ini secara luas diterima sebagai suatu pandangan yang Alkitabiah, tetapi Louis Berkhof berkata sebagai berikut: “it plainly contradicts the Scriptural representation that the righteous at once enter glory and the wicked at once descend into the place of eternal punishment” (= itu secara jelas bertentangan dengan gambaran Kitab Suci bahwa orang benar segera / langsung masuk ke dalam kemuliaan dan orang jahat segera / langsung turun ke tempat hukuman kekal) - ‘Systematic Theology’, hal 682.

d) Beberapa keberatan terhadap pandangan populer tentang adanya tempat penantian ini:

1. Kalau semua orang mati akan menuju tempat netral seperti itu, bagaimana mungkin beberapa ayat dalam Kitab Suci menggunakan istilah SHEOL / HADES sebagai suatu peringatan / tempat hukuman? Contoh:

· Mazmur 9:18 - “Orang-orang fasik akan kembali (berbelok) ke dunia orang mati (SHEOL), ya, segala bangsa yang melupakan Allah”.

· Amsal 5:5 - “Kakinya turun menuju maut, langkahnya menuju dunia orang mati (SHEOL)”.

· Amsal 7:27 - “Rumahnya adalah jalan ke dunia orang mati (SHEOL), yang menurun ke ruangan-ruangan maut”.

· Amsal 9:18 - “Tetapi orang itu tidak tahu, bahwa di sana ada arwah-arwah dan bahwa orang-orang yang diundangnya ada di dalam dunia orang mati (SHEOL)”.

· Amsal 15:24 - “Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati (SHEOL) di bawah”.

· Amsal 23:14 - “Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati (SHEOL)”.

· Mat 11:23 - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati (HADES)! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini”.

· Luk 16:23 - “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut (HADES) ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya”.

2. Kalau SHEOL / HADES itu merupakan tempat netral, bagaimana mungkin ada ayat yang mengatakan bahwa murka Allah bernyala-nyala di sana?

Ul 32:22 - “Sebab api telah dinyalakan oleh murkaKu, dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati (SHEOL) yang paling bawah; api itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung”.

3. Bagaimana mungkin kata SHEOL bisa digunakan sebagai kata yang sama artinya dengan kata ABADDON, yang berarti ‘destruction’ (= penghancuran / kebinasaan)?

Contoh:

· Ayub 26:6 - “Dunia orang mati (SHEOL) terbuka di hadapan Allah, tempat kebinasaanpun tidak ada tutupnya”.

· Amsal 15:11 - “Dunia orang mati (SHEOL) dan kebinasaan terbuka di hadapan TUHAN, lebih-lebih hati anak manusia!”.

· Amsal 27:20 - “Dunia orang mati (SHEOL) dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manusia tak akan puas”.

4. Bagaimana mungkin kata Yunani HADES digambarkan sebagai bermusuhan dengan kerajaan Kristus / Gereja?

Matius 16:18 - “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat (gereja) Ku dan alam maut (Yunani: HADES) tidak akan menguasainya”.

5. Bagaimana mungkin Kitab Suci menggambarkan bahwa orang-orang percaya / saleh, mengharapkan kebahagiaan / sukacita pada saat mati?

a. Dalam Perjanjian Lama:

· Bilangan 23:10 - “Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’”.

· Mazmur 16:9,11 - “(9) Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; ... (11) Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa”.

· Maz 73:24,26 - “(24) Dengan nasihatMu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. ... (26) Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya”.

· Yes 57:1-2 - “(1) Orang benar binasa, dan tidak ada seorangpun yang memperhatikannya; orang-orang saleh tercabut nyawanya, dan tidak ada seorangpun yang mengindahkannya; sungguh, karena merajalelanya kejahatan, tercabutlah nyawa orang benar (2) dan ia masuk ke tempat damai; orang-orang yang hidup dengan lurus hati mendapat perhentian di atas tempat tidurnya”.

b. Dalam Perjanjian Baru:

· Luk 16:25 - “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.

· Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.

· 2Kor 5:1,8 - “(1) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. ... (8) tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.

· Fil 1:21,23 - “(21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. ... (23) Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.

· Wah 6:9,11 - “(9) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. ... (11) Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka”.

· Wah 14:13 - “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: ‘Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.’ ‘Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.’”.

6. Kalau SHEOL diartikan sebagai tempat netral, maka Perjanjian Lama tidak mempunyai kata untuk ‘neraka’; padahal Perjanjian Lama mempunyai kata untuk ‘surga’, yaitu SHAMAYIM. Dan kadang-kadang SHEOL dikontraskan dengan SHAMAYIM itu.

Contoh:

· Ayub 11:8 - “Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui?”.

· Maz 139:8 - “Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau”.

· Amos 9:2 - “Sekalipun mereka menembus sampai ke dunia orang mati, tanganKu akan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka naik ke langit, Aku akan menurunkan mereka dari sana”.

6. Dalam Perjanjian Baru kata HADES juga dikontraskan dengan ‘surga’ / ‘langit’.

Luk 10:15 - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!”. Bdk. Mat 11:23.

e) Arti yang benar dari kata SHEOL / HADES.

Kalau kita mempelajari semua ayat-ayat yang menggunakan kata SHEOL / HADES, maka dapat disimpulkan bahwa kata SHEOL / HADES itu tidak selalu mempunyai arti yang sama.

Ini terlihat dari beberapa Kitab Suci yang menterjemahkan kata-kata itu secara berbeda di tempat yang berbeda. Misalnya:

· KJV kadang-kadang menterjemahkan sebagai ‘grave’ (= kuburan), seperti dalam Kej 37:35; dan kadang-kadang sebagai ‘hell’ (= neraka), seperti dalam Ul 32:22; dan kadang-kadang sebagai ‘pit’ (= lubang), seperti dalam Ayub 17:16.

· Kitab Suci bahasa Inggris yang lain, ada yang tetap mempertahankan kata SHEOL / HADES itu, dan hanya mentransliterasikan ke dalam huruf-huruf Latin.

· Kitab Suci Indonesia pada umumnya menterjemahkan sebagai ‘dunia orang mati’, seperti dalam 1Sam 2:6; tetapi dalam beberapa ayat menterjemahkannya sebagai ‘alam maut’, seperti dalam Luk 16:23; dan sebagai ‘kerajaan maut’, seperti dalam Wah 6:8 Wah 20:13.

Louis Berkhof mengatakan bahwa SHEOL / HADES mempunyai beberapa kemungkinan arti, yaitu:

1. Kadang-kadang kata SHEOL / HADES itu tidak menunjuk pada suatu tempat, tetapi pada suatu keadaan kematian.

2. Kalau menunjuk pada suatu tempat, maka SHEOL / HADES mempunyai 2 kemungkinan, yaitu:

a. Kuburan.

b. Neraka.

Tetapi kalau saya melihat contoh-contoh ayat yang diberikan oleh Louis Berkhof, kelihatannya sukar membedakan antara ‘keadaan kematian’ dan ‘kuburan’.

Ini diakui oleh Louis Berkhof sendiri, karena ia berkata: “There are also several passages in which SHEOL and HADES seem to designate ‘the grave.’ It is not always easy to determine, however, whether the words refer to ‘the grave’ or to ‘the state of the dead.’” (= Ada juga beberapa text dimana SHEOL dan HADES kelihatannya menunjuk pada ‘kuburan’. Tetapi tidak selalu mudah untuk menentukan, apakah kata itu menunjuk pada ‘kuburan’ atau pada ‘keadaan dari orang mati’) - ‘Systematic Theology’, hal 686.

Karena itu bagi saya lebih baik untuk membedakan arti dari SHEOL / HADES hanya dalam 2 arti saja, yaitu:

1. Kuburan / keadaan kematian.

Secara umum, rumusnya adalah sebagai berikut: kalau ayatnya menunjukkan bahwa semua orang akan ke sana, maka harus dipilih arti ini. Juga kalau ayatnya menunjukkan bahwa orang benar / orang percaya pergi ke sana / akan ke sana, maka harus dipilih arti ini.

Contoh:

· Kejadian 42:38 - “Tetapi jawabnya: ‘Anakku itu tidak akan pergi ke sana bersama-sama dengan kamu, sebab kakaknya telah mati dan hanya dialah yang tinggal; jika dia ditimpa kecelakaan di jalan yang akan kamu tempuh, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena dukacita.’”.

· Ayub 7:9 - “Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali”.

· 1Samuel 2:6 - “TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana”.

· 1Raja-raja 2:6,9 - “(6) Maka bertindaklah dengan bijaksana dan janganlah biarkan yang ubanan itu turun dengan selamat ke dalam dunia orang mati. ... (9) Sekarang janganlah bebaskan dia dari hukuman, sebab engkau seorang yang bijaksana dan tahu apa yang harus kaulakukan kepadanya untuk membuat yang ubanan itu turun dengan berdarah ke dalam dunia orang mati.’”.

· Ayub 14:13 - “Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati, melindungi aku, sampai murkaMu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula!”.

· Ayub 17:13-14 - “(13) Apabila aku mengharapkan dunia orang mati sebagai rumahku, menyediakan tempat tidurku di dalam kegelapan, (14) dan berkata kepada liang kubur: Engkau ayahku, kepada berenga: Ibuku dan saudara perempuanku”.

· Maz 88:3-4 - “(3) Biarlah doaku datang ke hadapanMu, sendengkanlah telingaMu kepada teriakku; (4) sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati”.

· Maz 89:49 - “Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati? Sela”.

· Pkh 9:10 - “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi”.

· Yes 38:10,18 - “(10) Aku ini berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku. ... (18) Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepadaMu, dan maut tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang turun ke liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaanMu”.

· Hos 13:14 - “Akan Kubebaskankah mereka dari kuasa dunia orang mati, akan Kutebuskah mereka dari pada maut? Di manakah penyakit samparmu, hai maut, di manakah tenaga pembinasamu, hai dunia orang mati? MataKu tertutup bagi belas kasihan”.

· Kis 2:27,31 - “(27) sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan. ... (31) Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa dagingNya tidak mengalami kebinasaan”.

Dalam Kitab Suci Indonesia, sama seperti Maz 16:10 dari mana ayat ini dikutip, ayat ini salah terjemahan. Bandingkan dengan terjemahan bahasa Inggris di bawah ini.

NIV: ‘(27) because you will not abandon me to the grave, nor will you let your Holy One see decay. ... (31) Seeing what was ahead, he spoke of the resurrection of the Christ, that he was not abandoned to the grave, nor did his body see decay’ [= (27) sebab Engkau tidak meninggalkan / membiarkan aku di kuburan, atau membiarkan Orang KudusMu mengalami pembusukan. ... (31) Melihat apa yang ada di depan, ia berbicara tentang kebangkitan Mesias, bahwa Ia tidak ditinggalkan dalam kuburan, dan tubuhNya tidak mengalami pembusukan].

Catatan: jelas bahwa ayat ini bicara tentang Yesus, dan jelas bahwa Yesus mengalami kematian, tetapi Ia tidak dibiarkan / ditinggalkan di sana (artinya tidak mati untuk selama-lamanya). Jadi, saya lebih memilih terjemahan NIV yang menggunakan kata ‘abandon’ (= membiarkan / meninggalkan), dari pada Kitab Suci Indonesia yang menterjemahkan ‘menyerahkan’.

Juga pada waktu dikatakan bahwa daging / tubuhNya tidak mengalami ‘kebinasaan’. Kalau kata ‘kebinasaan’ diartikan sebagai ‘kematian’ maka jelas bahwa kata-kata itu salah. Karena itu, saya lebih setuju dengan NIV, yang menterjemahkan ‘decay’ (= pembusukan). Yesus memang mati / binasa, tetapi tubuhNya tidak mengalami pembusukan. Alasan pertama, karena adanya pemberian rempah-rempah dsb, dan alasan kedua, karena Ia bangkit pada hari ke 3.

· Wah 6:8 - “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut (HADES) mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi”.

· Wah 20:13 - “Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut (HADES) menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya”.

2. Neraka.

Secara umum, rumusnya adalah sebagai berikut: kalau ayatnya menunjukkan bahwa pergi ke tempat itu merupakan suatu yang tidak enak atau bahwa tempat itu merupakan suatu ancaman terhadap orang-orang jahat / orang yang tidak percaya, maka harus dipilih arti ini.

Louis Berkhof: “The warning and threatening contained in these passages is lost altogether, is SHEOL is conceived of as a neutral place whither all go” (= Peringatan dan ancaman yang ada dalam text-text itu hilang sama sekali, jika SHEOL dipahami sebagai suatu tempat netral kemana semua orang pergi) - ‘Systematic Theology’, hal 685.

Contoh:

· Maz 9:18 - “Orang-orang fasik akan kembali (berbelok) ke dunia orang mati, ya, segala bangsa yang melupakan Allah”.

· Maz 49:15 - “Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka”.

· Maz 55:16 - “Biarlah maut menyergap mereka, biarlah mereka turun hidup-hidup ke dalam dunia orang mati! Sebab kejahatan ada di kediaman mereka, ya dalam batin mereka”.

· Amsal 15:24 - “Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati di bawah”.

· Luk 16:23 - “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut (HADES) ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya”.

Karena kata SHEOL / HADES tidak selalu mempunyai arti yang sama, maka kontext harus menentukan arti mana yang diambil. Dan kalau salah mengambil arti, maka jelas bisa memunculkan ajaran yang salah atau bahkan sesat. Juga dari penjelasan tentang arti kata SHEOL / HADES di atas ini, jelas bahwa kata itu tidak pernah digunakan dalam arti ‘tempat penantian’.

f) Penginjilan dalam dunia orang mati.

Sebagian (tidak semua!) orang yang mempercayai adanya tempat penantian, mempunyai pandangan sesat yang cukup populer, yaitu bahwa dalam intermediate state / di tempat penantian itu akan ada kesempatan kedua. Artinya adalah bahwa jiwa / roh (yang belum percaya Yesus) yang telah masuk ke tempat penantian itu akan diinjili lagi, dan mereka bisa bertobat / percaya kepada Yesus di sana dan diselamatkan.

Pandangan ini sesat, tetapi cukup populer, bahkan dalam kalangan orang-orang yang sebetulnya cukup nggenah. Pandangan ini bukan hanya sesat, tetapi sangat membahayakan, karena bisa menyebabkan orang merasa tidak perlu memberitakan Injil, dan juga menyebabkan seseorang menunda pertobatan, karena semua itu toh bisa dilakukan setelah mati. Karena itu, saya menyediakan satu point khusus di sini untuk membahas pandangan ini secara panjang lebar.

Catatan: pandangan ini berbeda dengan ajaran / praktek penginjilan terhadap orang mati yang diajarkan / dilakukan oleh Andereas Samudera, karena dia menganggap bahwa jiwa / roh dari orang mati itu bisa gentayangan di dunia ini, dan merasuk orang yang masih hidup, dan menimbulkan problem dalam diri orang hidup yang dirasuknya itu. Dan jiwa / roh yang merasuk ini bisa diinjili dan bisa bertobat / percaya Yesus. Dan kalau jiwa / roh itu mau percaya Yesus, maka ia akan masuk surga, dan meninggalkan orang hidup yang tadi dirasuknya itu sehingga orang itu akan terbebas dari problemnya. Ajaran ini lebih sesat lagi dari yang di atas. Kalau mau tahu lebih banyak tentang ajaran ini bacalah buku saya yang berjudul ‘Penginjilan terhadap orang mati’, jilid 1 dan 2.

1. Orang-orang yang mempercayai adanya penginjilan dalam dunia orang mati ini biasanya mempunyai dasar anggapan sebagai berikut:

a. Keadaan kekal dari manusia baru tercapai pada saat Yesus datang kedua-kalinya / penghakiman akhir jaman, bukan pada saat orang itu mati.

b. Keputusan yang dilakukan seseorang pada masa intermediate state ini akan menentukan apakah ia akan selamat atau tidak.

c. Tentang siapa yang akan mendapatkan kesempatan kedua ini, tidak ada keseragaman pandangan. Ada yang mengatakan:

· orang-orang yang mati pada saat masih bayi.

· hanya orang-orang yang selama hidupnya belum pernah mendengar Injil.

· orang-orang yang sudah pernah mendengar Injil, tetapi tidak pernah dengan sungguh-sungguh memikirkan hal itu.

· semua orang.

d. Tentang siapa yang memberitakan Injil dan bagaimana caranya, juga tidak ada keseragaman pandangan.

2. Dasar pandangan adanya penginjilan terhadap orang mati ini dan jawabannya.

a. Tidak adil kalau ada orang yang harus masuk neraka tanpa pernah mendengar Injil.

Jawab:

Allah tidak pernah mempunyai kewajiban untuk membuat setiap orang mendengar Injil. Kalau kita bisa mendengar Injil, itu karena kasih karunia Allah, dan Ia tidak wajib memberikan kasih karuniaNya kepada seadanya orang. Allah tidak wajib berlaku sama rata terhadap semua orang.

Bdk. Mat 20:13-15 - “(13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? (14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”.

Jadi, Allah tetap adil kalau ia membuang orang-orang berdosa ke neraka tanpa memberi mereka kesempatan untuk mendengar Injil. Kepada orang-orang yang diselamatkan, Allah memberikan kemurahan / belas kasihan, sedangkan kepada orang-orang yang dibinasakan, Allah memberikan keadilan. Tidak ada orang yang mendapatkan ketidak-adilan.

b. Text-text Kitab Suci, khususnya 1Pet 3:18-20 dan 1Pet 4:6.

1Pet 3:18-20 - “(18) Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu”.

1Pet 4:6 - “Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah”.

Kedua text ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus turun ke SHEOL / HADES, dan memberitakan Injil di sana.

Jawab:

· Kedua text di atas termasuk dalam golongan ayat-ayat tersukar dalam seluruh Kitab Suci, dan ini terlihat dari banyaknya penafsiran yang berbeda-beda / saling bertentangan tentang text-text ini. Kalau suatu ajaran hanya mempunyai dasar ayat-ayat yang sukar seperti ini, maka ajaran itu perlu diragukan.

· Kalaupun text-text ini digunakan untuk mengatakan bahwa orang-orang di SHEOL / HADES bisa mendengar Injil, jelas bahwa itu hanya berlaku untuk orang-orang jaman Perjanjian Lama, bahkan orang-orang pada jaman Nuh (ay 20).

· Arti text-text ini menurut saya:

* 1Pet 3:18-20 menunjukkan bahwa orang-orang itu diinjili oleh Yesus melalui Nuh, dan itu terjadi pada saat mereka masih hidup. Mereka disebut ‘roh-roh yang di dalam penjara’, karena pada saat Petrus menuliskan suratnya ini, mereka sudah mati dan sudah ada di dalam neraka.

* 1Petrus 4:6 persamaan dengan 1Petrus 3:18-20, tetapi juga merupakan kebalikan / kontrasnya. ama dengan dalam 1Pet 3:18-20, orang-orang ini juga diinjili pada saat mereka masih hidup. Mereka disebut ‘orang-orang mati’, karena pada saat surat ini ditulis, mereka sudah mati. Tetapi berbeda / kontras dengan dalam 1Pet 3:18-20 dimana orang-orang itu menolak pemberitaan Injil itu, maka dalam 1Pet 4:6 itu orang-orang itu menerima pemberitaan Injil itu dan mereka diselamatkan.

Catatan: kalau saudara mau membaca pembahasan lengkap / mendetail tentang penafsiran dari kedua text sukar di atas, bacalah buku saya yang berjudul ‘Penginjilan terhadap orang mati’, jilid 2.

c. Text-text yang menunjukkan bahwa hanya ketidak-percayaan seseorang, atau penolakan seseorang terhadap Kristuslah yang menyebabkan ia masuk neraka.

Yoh 3:18,36 - “(18) Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. ... (36) Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.’”.

Yohanes 8:24 - “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’”.

2Tesalonika 2:12 - “supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”.

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

Jawab: Louis Berkhof mengatakan (hal 693) bahwa text-text ini hanya menunjukkan bahwa iman kepada Kristus merupakan jalan keselamatan, tetapi tidak menunjukkan bahwa penolakan terhadap Kristus merupakan satu-satunya dasar penghukuman. Dosalah yang merupakan dasar mengapa seseorang layak menerima hukuman, apakah itu dosa yang dilakukan orang itu sendiri (actual sins), atau bahkan dosa asal.

Louis Berkhof: “Man is lost by nature, and even original sin, as well as actual sins, makes him worthy of condemnation. The rejection of Christ is undoubtedly a great sin, but is never represented as the only sin that leads to destruction” (= Manusia terhilang secara alamiah, dan bahkan dosa asal, maupun dosa sungguh-sungguh / yang dilakukan orang itu sendiri, membuatnya layak untuk penghukuman. Tak diragukan bahwa penolakan terhadap Kristus merupakan dosa yang besar, tetapi itu tidak pernah digambarkan sebagai satu-satunya dosa yang membimbing pada kehancuran) - ‘Systematic Theology’, hal 693.

3. Hal-hal lain yang menunjukkan ketidak-mungkinan pandangan ini.

a. Nasib seseorang ditentukan berdasarkan apa yang ia lakukan dalam hidupnya di dunia ini, bukan berdasarkan apa yang ia lakukan dalam intermediate state.

2Korintus 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).

RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).

Dalam bahasa Yunani memang digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.

Ini ayat yang sangat jelas dan kuat dalam persoalan ini. Penghakiman Kristus nanti tergantung hanya pada apa yang dilakukan seseorang dalam hidupnya / dalam tubuhnya, bukan pada apa yang dilakukannya setelah ia mati / ada di luar tubuhnya.

Jadi, seandainya orang mati itu bisa diinjili, dan seandainya orang mati itu bisa bertobat dan percaya kepada Yesus, maka pertobatannya / imannya itu tetap tidak akan diperhitungkan dalam penghakiman akhir jaman. Yang diperhitungkan hanyalah tindakan-tindakannya selama ia berada dalam tubuhnya.

Louis Berkhof: “It (Scripture) also invariably represents the coming final judgment as determined by the things that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in any way on what occurred in the intermediate state” [= Itu (Kitab Suci) juga selalu menggambarkan bahwa penghakiman terakhir nanti ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging, dan tidak pernah berbicara bahwa hal ini tergantung dengan cara apapun pada apa yang terjadi pada intermediate state (saat antara kematian seseorang dan kedatangan Yesus yang kedua-kalinya)] - ‘Systematic Theology’, hal 693.

Hal ini terlihat dengan jelas dari cerita tentang Lazarus dan orang kaya dalam Luk 16:19-31. Dalam cerita itu jelas sekali bahwa orang kaya itu menyesal, tetapi penyesalan itu sama sekali tidak berguna, karena itu merupakan tindakan yang terjadi setelah kematiannya / di luar tubuh!

Illustrasi: kalau seseorang menghadapi ujian, maka ia mempunyai waktu untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian tersebut. Kalau ternyata ia menyia-nyiakan kesempatan itu, dan baru menyesal akan kemalasannya dan mulai rajin belajar setelah ujian, maka penyesalan dan kerajinannya itu tidak akan mempengaruhi nilai ujiannya, karena semua itu terjadi setelah ujian. Apa yang mempengaruhi nilai ujiannya hanyalah apa yang ia lakukan sebelum ujian!

‘Masa belajar’ bagi kita adalah hidup yang sekarang ini. Apapun yang kita lakukan dalam hidup ini mempengaruhi hidup yang akan datang. Tetapi apapun yang kita lakukan setelah kita mati, tidak akan mempengaruhi ‘nilai ujian’ kita!

William Hendriksen: “it will become clear that the one great truth here emphasized is that once a person has died, his soul having been separated from his body, his condition, whether blessed or doomed, is fixed forever. There is no such thing as a ‘second’ chance” (= akan menjadi jelas bahwa satu kebenaran besar / agung yang ditekankan di sini adalah bahwa sekali seseorang telah mati, setelah jiwanya terpisah dari tubuhnya, kondisinya, apakah diberkati atau dikutuk, tetap selama-lamanya. Tidak ada hal yang disebut ‘kesempatan kedua’) - hal 785.

b. Kitab Suci menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil akan masuk neraka.

· Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.

· Ro 2:12 - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat”.

Kalau orang yang tidak mempunyai hukum Taurat dikatakan ‘akan binasa tanpa hukum Taurat’, artinya ia tidak akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat, tetapi dihakimi berdasarkan suara hati / hati nurani mereka (bdk. Roma 2:14-15), tetapi mereka tetap akan binasa. Maka bisalah disimpulkan bahwa orang yang tidak mempunyai Injil atau tidak pernah mendengar Injil akan binasa tanpa Injil, artinya mereka tidak akan dihakimi berdasarkan Injil, tetapi mereka tetap akan binasa.

· Roma 10:13-14 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.

Text ini memberikan suatu rangkaian: orang yang berseru kepada Tuhan akan selamat, tetapi bagaimana bisa berseru kalau tidak percaya, dan bagaimana bisa percaya kalau tidak pernah mendengar, dan bagaimana bisa mendengar kalau tidak ada yang memberitakan? Kalau rangkaian ini dibalik, maka akan didapatkan: kalau tidak ada yang memberitakan, maka orangnya tidak bisa mendengar. Kalau orangnya tidak mendengar, ia tidak bisa percaya. Kalau ia tidak percaya, ia tidak bisa berseru. Dan kalau ia tidak berseru maka ia tidak bisa selamat. Jadi kalau tidak ada yang memberitakan Injil kepadanya, ia tidak bisa selamat!

Jadi, semua ayat-ayat di atas ini menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil akan mati dalam dosanya / masuk neraka.

c. Ada ayat-ayat Kitab Suci yang jelas menunjukkan ketidak-mungkinan bagi seseorang untuk mendengar Injil setelah mati.

Mazmur 88:11-13 - “(11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepadaMu? Sela. (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.

Yes 38:18-19 - “(18) Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepadaMu, dan maut tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang turun ke liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaanMu. (19) Tetapi hanyalah orang yang hidup, dialah yang mengucap syukur kepadaMu, seperti aku pada hari ini; seorang bapa memberitahukan kesetiaanMu kepada anak-anaknya”.

d. Kepercayaan bahwa orang mati masih bisa diinjili dan bisa bertobat / percaya kepada Kristus menghancurkan semangat penginjilan.

Kalau setelah mati orang masih bisa diinjili, apalagi kalau setelah mati orang diinjili oleh Yesus sendiri, untuk apa sekarang kita / orang-orang kristen memberitakan Injil? Kepercayaan seperti itu sangat bertentangan dengan ayat-ayat Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa rasul-rasul dan orang Kristen abad pertama mati-matian memberitakan Injil, bahkan pada saat mereka diancam dengan hukuman mati, yang menunjukkan betapa urgentnya / mendesaknya pemberitaan Injil itu.

e. Kitab Suci mengatakan bahwa setelah kematian hanya ada penghakiman, tidak ada kesempatan mendengar Injil / bertobat lagi.

Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, DAN SESUDAH ITU DIHAKIMI”.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (7) -Pandangan Reformed: orang mati langsung masuk surga atau neraka.

a) Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa surga dan neraka bukan sekedar merupakan suatu kondisi, tetapi juga merupakan suatu tempat / lokasi.

Bdk. Yoh 14:2-3 - “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada”.

Dalam Yoh 14:2-3 versi Kitab Suci Indonesia, kata ‘tempat’ muncul 5 x, dan ini menunjukkan bahwa surga betul-betul merupakan suatu tempat (dan konsekwensinya, demikian juga dengan neraka). Mengatakan bahwa surga dan neraka bukanlah ‘suatu lokasi’ tetapi hanya ‘suatu kondisi’ menunjukkan suatu kebodohan dan sikap tidak peduli pada Kitab Suci! Ini sebetulnya bukan pandangan khas dari orang-orang Reformed, tetapi merupakan pandangan dari semua orang Kristen yang waras otaknya!

Pulpit Commentary: “Heaven is a definite locality. Jesus is there in his glorified body” (= Surga adalah suatu tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang telah dimuliakan) - hal 232.

Herman Hoeksema: “This ascension must be conceived as consisting definitely in a change of place. In His human nature Christ departed from the earth and went into heaven both in body and soul. After His ascension He is according to His human nature no longer on earth, but in heaven only” (= Kenaikan ini harus dipahami sebagai perubahan tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus meninggalkan bumi dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di bumi tetapi hanya di surga) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 420.

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut: “It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place. ... If Christ has a true body, it must occupy a definite portion of space. And where Christ is, there is the Christian’s heaven” (= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat. ... Jika Kristus mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, tubuh itu harus menempati suatu ruangan / tempat tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah surga orang kristen) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630, 631.

b) Pandangan Reformed tentang intermediate state adalah: pada saat seseorang mati, jiwa / rohnya akan langsung masuk ke surga / neraka, tetapi tubuhnya harus menunggu kedatangan Yesus yang kedua-kalinya, pada saat mana tubuh itu akan dibangkitkan, dan dipersatukan kembali dengan jiwa / rohnya.

Westminster Confession of Faith Chapter XXXII, no 1: “The bodies of men, after death, return to dust, and see corruption: but their souls, which neither die nor sleep, having an immortal subsistence, immediately return to God who gave them: the souls of the righteous, being then made perfect in holiness, are received into the highest heavens, where they behold the face of God, in light and glory, waiting for the full redemption of their bodies. And the souls of the wicked are cast into hell, where they remain in torments and utter darkness, reserved to the judgment of the great day. Beside these two places, for souls separated from their bodies, the Scripture acknowledgeth none” (= Tubuh-tubuh manusia, setelah kematian, kembali menjadi debu, dan mengalami pembusukan: tetapi jiwa-jiwa mereka, yang tidak mati ataupun tidur, karena mempunyai keberadaan yang tidak bisa mati, langsung kembali kepada Allah yang memberikan jiwa-jiwa itu: jiwa-jiwa dari orang benar, pada saat itu disempurnakan dalam kekudusan, diterima ke dalam surga yang tertinggi, dimana mereka memandang wajah Allah, dalam terang dan kemuliaan, menunggu penebusan penuh dari tubuh-tubuh mereka. Dan jiwa-jiwa orang jahat dibuang ke dalam neraka, dimana mereka tinggal dalam penyiksaan dan kegelapan total, disimpan untuk penghakiman pada hari besar. Disamping kedua tempat ini, untuk jiwa-jiwa yang terpisah dari tubuh-tubuh mereka, Kitab Suci tidak mengakui adanya tempat yang lain).

Calvin (tentang 2Kor 5:8): “nothing is better than to quit the body, that we may attain near intercourse with God, and may truly and openly enjoy his presence” (= tidak ada yang lebih baik dari pada meninggalkan tubuh, supaya kita bisa mencapai hubungan yang dekat dengan Allah, dan bisa dengan sungguh-sungguh dan terbuka menikmati kehadiranNya) - hal 222.

Louis Berkhof: “The usual position of the Reformed Churches is that the souls of believers immediately after death enter upon the glories of heaven. ... If the righteous enter upon their eternal state at once, the presumption is that this is true of the wicked as well” (= Posisi yang umum dari Gereja Reformed adalah bahwa jiwa-jiwa dari orang-orang percaya setelah kematian segera / langsung masuk kepada kemuliaan dari surga. ... Jika orang benar segera masuk ke dalam keadaan kekal mereka, maka harus dianggap bahwa ini juga benar untuk orang jahat) - ‘Systematic Theology’, hal 679,680.

R. L. Dabney: “We have asserted it, as the doctrine of the Bible, that the souls of believers do pass immediately into glory” (= Kami telah menegaskan hal itu, sebagai doktrin dari Alkitab, bahwa jiwa-jiwa dari orang-orang percaya langsung masuk ke dalam kemuliaan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 823.

Charles Hodge: “The soul of the believer does not cease to exist at death. It does not sink into a state of unconsciousness. It does not go into purgatory; but, being made perfect in holiness, it does immediately pass into glory. As soon as it is absent from the body, it is present with the Lord” (= Jiwa dari orang percaya tidak musnah / berhenti mempunyai keberadaan pada saat kematian. Jiwa itu tidak tenggelam / terbenam ke dalam keadaan tidak sadar. Jiwa itu tidak pergi ke api penyucian; tetapi, setelah disempurnakan dalam kekudusan, jiwa itu langsung masuk ke dalam kemuliaan. Begitu jiwa itu absen dari tubuh, jiwa itu hadir bersama Tuhan) - ‘I & II Corinthians’, hal 488-489.

W. G. T. Shedd: “there is no essential difference between Paradise and Heaven. ... there is no essential difference between Hades and Hell” (= tidak ada perbedaan yang hakiki antara Firdaus dan surga. ... tidak ada perbedaan yang hakiki antara Hades dengan neraka) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 594.

W. G. T. Shedd: “The substance of the Reformed view, then, is, that the intermediate state for the saved is Heaven without the body, and the final state for the saved is Heaven with the body; that the intermediate state for the lost is Hell without the body, and the final state for the lost is Hell with the body. In the Reformed, or Calvinistic eschatology, there is no intermediate Hades between Heaven and Hell, which the good and evil inhabit in common. When this earthly existence is ended, the only specific places and states are Heaven and Hell. Paradise is a part of Heaven; Hades is a part of Hell” (= Maka, hakekat dari pandangan Reformed adalah bahwa keadaan antara kematian dan kebangkitan untuk orang yang diselamatkan adalah Surga tanpa tubuh, dan keadaan akhir untuk orang yang diselamatkan adalah Surga dengan tubuh; bahwa keadaan antara kematian dan kebangkitan untuk orang yang terhilang adalah Neraka tanpa tubuh, dan keadaan akhir untuk orang yang terhilang adalah Neraka dengan tubuh. Dalam doktrin tentang akhir jaman Reformed atau Calvinisme, tidak ada Hades di antara Surga dan Neraka, dimana orang baik dan orang jahat tinggal bersama-sama. Pada waktu keberadaan duniawi ini berakhir, satu-satunya tempat dan keadaan adalah Surga dan Neraka. Firdaus adalah suatu bagian dari Surga; Hades adalah suatu bagian dari Neraka) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 594-595.

Herman Hoeksema: “immediately after death the state and condition of both the godly and the ungodly are decided forever, and that the former enter into a state of conscious glory, while the latter descend into the pit of hell” (= segera setelah kematian keadaan dan kondisi dari baik orang saleh dan orang jahat ditentukan selama-lamanya, dan yang pertama masuk ke dalam keadaan kemuliaan yang disadari, sementara yang terakhir turun ke dalam lubang neraka) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 771.

Louis Berkhof: “The Bible sheds very little direct light on this subject. The only passage that can really come into consideration here is the parable of the rich man and Lazarus in Luke 16, where HADES denotes hell, the place of eternal torment. In addition to this direct proof there is also an inferential proof. If the righteous enter upon their eternal state at once, the presumption is that this is true of the wicked as well” (= Alkitab memberikan sangat sedikit terang langsung pada subyek ini. Satu-satunya text yang bisa betul-betul dipertimbangkan di sini adalah perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus dalam Luk 16, dimana HADES menunjuk kepada neraka, tempat penyiksaan kekal. Sebagai tambahan pada bukti langsung ini juga ada bukti tak langsung. Jika orang benar masuk ke dalam keadaan kekal mereka secara langsung / dengan segera, maka kita juga harus menganggap bahwa ini juga benar bagi orang jahat) - ‘Systematic Theology’, hal 680.

R. L. Dabney: “It is the glory of the gospel, that it gives a victory over death. Over the true man, the being who feels, and hopes and fears, it has no dominion. The body alone falls under its stroke; but when it does so, it is unconscious of that stroke. Whatever there may be in the grave, with its gloom and worm, that is repulsive to man; with all that the true EGO has no part. While the worms destroy the unconscious flesh, the conscious spirit has soared away to the light and rest of its Saviour’s bosom” (= Merupakan kemuliaan dari injil, bahwa injil itu memberikan kemenangan atas kematian. Atas / terhadap orang benar, makhluk yang mempunyai perasaan, dan yang berharap dan mempunyai rasa takut, kematian tidak berkuasa. Hanya tubuh yang jatuh ke bawah serangannya; tetapi ketika itu terjadi, tubuh itu tidak sadar akan serangan itu. Apapun yang ada dalam kubur, dengan kesuraman dan ulatnya, yang merupakan hal yang menjijikkan bagi manusia; dengan semua itu EGO / diri orang itu sendiri tidak mempunyai bagian. Sementara ulat-ulat menghancurkan daging yang tidak mempunyai kesadaran, roh yang sadar telah melayang kepada terang dan beristirahat di dada sang Juruselamatnya) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 829.

Bdk. Pkh 12:7 - “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”.

c) Dasar dari pandangan Reformed ini.

1. Paulus percaya bahwa begitu ia mati, ia langsung masuk surga.

a. 2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar (artinya: jika kita mati - bdk. Yes 38:12), Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.

NIV/NASB: ‘we have a building from God’.

Perhatikan kata ‘have’ yang ada dalam ‘present tense’ (= bentuk sekarang), bukan ‘future tense’ (= bentuk yang akan datang). Ini menunjukkan bahwa begitu kita mati, kita langsung mendapatkan rumah itu.

Charles Hodge: “The present tense, EKHOMEN, is used because the one event immediately follows the other; there is no perceptible interval between the dissolution of the earthly tabernacle and entering on the heavenly house. As soon as the soul leaves the body it is in heaven. ... The soul therefore at death enters a house whose builder is God” (= Present tense, EKHOMEN, digunakan karena peristiwa yang satu langsung mengikuti yang lain; di sana tidak ada selang waktu yang terlihat di antara hancurnya kemah duniawi dan masuknya ke rumah surgawi. Begitu jiwa meninggalkan tubuh, jiwa itu ada di surga. ... Karena itu pada saat mati, jiwa memasuki rumah yang pembangunnya adalah Allah) - ‘I & II Corinthians’, hal 489.

b. 2Kor 5:8b: ‘terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan’.

NASB: ‘to be at home with the Lord’ (= ada di rumah bersama Tuhan).

NIV: ‘at home with the Lord’ (= di rumah bersama Tuhan).

Literal / hurufiah: ‘to come home to the Lord’ (= pulang ke rumah kepada Tuhan).

Jadi ini menunjukkan bahwa bagi Paulus ‘mati’ sama dengan ‘pulang ke rumah Bapa’ dan ini menunjukkan bahwa begitu seorang kristen mati ia langsung masuk surga.

c. Filipi 1:23 - “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.

Kata ‘pergi’ di sini jelas menunjuk kepada ‘mati’. Jadi Paulus berkata kalau ia mati, ia diam bersama-sama dengan Kristus. Ini pasti sama dengan masuk surga.

2. Yesus menjanjikan bahwa penjahat yang bertobat di kayu salib akan masuk ke Firdaus (= surga) pada hari itu juga.

Lukas 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.

Charles Hodge: “There can, therefore, be no doubt that paradise is heaven, and consequently when Christ promised the dying thief that he should that day be in paradise, he promised that he should be in heaven. ... The fathers made a distinction between paradise and heaven which is not found in the Scriptures” (= Karena itu, tidak bisa ada keraguan bahwa firdaus adalah surga, dan karena itu pada waktu Kristus menjanjikan pencuri / penjahat yang sekarat itu bahwa hari itu ia akan berada di firdaus, Ia menjanjikan bahwa ia akan berada di surga. Bapa-bapa gereja membuat perbedaan antara firdaus dan surga, dan perbedaan ini merupakan sesuatu yang tidak ditemukan dalam Kitab Suci) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 727-728.

Louis Berkhof: “In the light of 2Cor. 12:3,4 ‘paradise’ can only be a designation of heaven” (= Dalam terang dari 2Kor 12:3,4 ‘Firdaus’ hanya bisa menunjuk pada surga) - ‘Systematic Theology’, hal 679.

2Korintus 12:2-4 - “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”.

3. Doa Stefanus pada saat mau mati menunjukkan bahwa ia mempunyai kepercayaan bahwa pada saat mati, ia langsung masuk surga.

Kis 7:59 - “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’”.

4. Beberapa ayat dalam kitab Wahyu menunjukkan adanya orang-orang yang sudah masuk surga padahal itu terjadi sebelum kebangkitan orang mati (Dabney, hal 828,829).

Wahyu 4:4 - “Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka”.

Wahyu 5:8 - “(8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus”.

Wah 6:9,11 - “(9) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. ... (11) Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka”.

5. Langsung masuk surga pada waktu mati ini tidak hanya berlaku untuk orang-orang percaya jaman Perjanjian Baru, tetapi juga untuk orang-orang percaya jaman Perjanjian Lama.

Louis Berkhof: “In connection with this clear representation of the New Testament, it has been suggested that the New Testament believers were privileged above those of the Old Testament by receiving immediate access to the bliss of heaven. But the question may well be asked, What basis is there for assuming such a distinction?” (= Sehubungan dengan penggambaran yang jelas dari Perjanjian Baru ini, telah diusulkan bahwa orang-orang percaya Perjanjian Baru diberi hak lebih dari orang-orang percaya Perjanjian Lama dengan langsung masuk ke dalam kebahagiaan surga. Tetapi bisa dipertanyakan: Apa dasarnya untuk menganggap adanya perbedaan seperti itu?) - ‘Systematic Theology’, hal 683.

Dari kutipan ini jelas bahwa Berkhof mempercayai bahwa bukan hanya orang percaya jaman Perjanjian Baru yang langsung masuk ke surga pada saat mati, tetapi juga orang percaya jaman Perjanjian Lama.

Dasar Kitab Suci untuk pandangan ini:

a. Elia dan Henokh dikatakan naik ke surga / diangkat (2Raja 2:1,11 Kej 5:24 Ibr 11:5). Abraham dikatakan ada di surga (Luk 16:22). Tidak ada alasan untuk membedakan orang-orang ini dengan orang-orang percaya Perjanjian Lama yang lain. Disamping itu, Lazarus juga langsung masuk surga (Luk 16:22), dan perlu dicamkan bahwa sebetulnya secara teologis cerita ini masih termasuk dalam Perjanjian Lama, karena Yesus belum mati dan bangkit.

b. Bil 23:10 - “Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!”.

Bahwa Bileam bisa menginginkan kematian orang jujur, itu menunjukkan bahwa orang jujur itu pasti langsung masuk surga pada saat mati.

c. Mazmur 17:15 - “Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajahMu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupaMu”.

Banyak penafsir menafsirkan bahwa kata ‘bangun’ di sini menunjuk pada kematian, dimana orangnya akan ‘bangun di surga’ dan ia merasa puas dengan rupa / wajah Tuhan.

d. Maz 49:14-16 - “(14) Inilah jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal orang-orang yang gemar akan perkataannya sendiri. Sela (15) Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka. (16) Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku. Sela”.

KJV: ‘But God will redeem my soul from the power of the grave: for he shall receive me. Selah.’ (= Tetapi Allah akan menebus jiwaku dari kuasa kubur: karena Ia akan menerima aku. Sela).

e. Maz 73:24,26 - “(24) Dengan nasihatMu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. ... (26) Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap (= pada saat aku mati), gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya”.

f. Amsal 14:32 - “Orang fasik dirobohkan karena kejahatannya, tetapi orang benar mendapat perlindungan karena ketulusannya”.

KJV: ‘The wicked is driven away in his wickedness: but the righteous hath hope in his death’ (= Orang jahat diusir dalam kejahatannya: tetapi orang benar mempunyai pengharapan dalam kematiannya).

g. Amsal 15:24 - “Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati di bawah”.

6. Cerita tentang Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31), bukan hanya menunjukkan bahwa orang percaya langsung masuk surga pada saat mati, tetapi juga menunjukkan bahwa orang tidak percaya juga akan langsung masuk neraka pada saat mati.

Bacalah cerita ini dan saudara akan melihat bahwa sekalipun orang kaya itu masih mempunyai 5 saudara yang masih hidup, yang menandakan bahwa Yesus belum datang untuk keduakalinya, tetapi ia sendiri sudah masuk ke alam maut / Hades (ay 23), yang digambarkan sebagai tempat penderitaan dengan nyala api (ay 23-25), sehingga jelas menunjuk pada neraka. Sedangkan Lazarus ada ‘di pangkuan’ (seharusnya ‘di dada’) Abraham, yang jelas menunjuk pada surga.

William G. T. Shedd (vol II, hal 599) membuktikan bahwa ‘dada Abraham’ menunjuk pada surga dengan cara yang menarik. Ia menunjuk pada Mat 8:11 - “Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga”.

Terjemahan hurufiah seharusnya adalah seperti dalam NASB.

NASB: ‘many shall come from east and west, and recline at the table with Abraham, and Isaac, and Jacob, in the kingdom of heaven’ (= banyak orang akan datang dari timur dan barat, dan bersandar / berbaring di meja dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub, di dalam Kerajaan sorga).

Memang ini cara orang-orang Yahudi makan, khususnya kalau mereka makan dalam Perjamuan Paskah. Mereka duduk miring ke kiri sehingga kepala bisa bersandar pada dada dari orang di sebelah kirinya. Karena itu, pada perjamuan terakhir yang dilakukan Yesus dan murid-muridNya, Yohanes yang berada di kanan Yesus bisa bertanya kepada Yesus (bdk. Yoh 13:23-25).

Semua ini menunjukkan bahwa keberadaan di dada Abraham menunjuk pada keberadaan di surga.

A. H. Strong: “Here many unanswerable questions may be asked: Had the rich man a body before the resurrection, or is this representation of a body only figuration? Did the soul still feel the body from which it was temporarily separated, or have souls in the intermediate state temporary bodies? However we may answer these questions, it is certain that the rich man suffers, while probation still lasts for his brethren on earth” (= Di sini bisa ditanyakan banyak pertanyaan yang tak bisa dijawab: apakah orang kaya itu mempunyai suatu tubuh sebelum kebangkitan orang mati, atau apakah gambaran tentang suatu tubuh ini hanya merupakan suatu kiasan? Apakah jiwa tetap merasakan tubuhnya dari mana jiwa itu dipisahkan sementara, atau apakah jiwa dalam intermediate statemempunyai tubuh sementara? Bagaimanapun kita menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, adalah jelas bahwa orang kaya itu menderita, sementara masa percobaan masih berlangsung bagi saudara-saudaranya di bumi / dunia) - ‘Systematic Theology’, hal 999-1000.

Catatan: Strong menyoroti kata-kata ‘lidah’ dan ‘ujung jari’ dalam Luk 16:24, yang seolah-olah menunjukkan bahwa baik Lazarus maupun orang kaya itu mempunyai tubuh. Juga istilah ‘dada Abraham’ dalam Luk 16:22,23 seolah-olah menunjukkan bahwa Abraham mempunyai tubuh.

Luk 16:22-24 - “(22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan (dada) Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuan (dada)nya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini”.

Kata-kata Strong selanjutnya di bawah ini merupakan jawab atas pertanyaan-pertanyaan yang ia berikan di atas.

A. H. Strong: “In the parable of the rich man and Lazarus, the body is buried, yet still the torments of the souls are described as physical. Jesus here accommodates his teaching to the conceptions of his time, or, better still, uses material figures to express spiritual realities” (= Dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus, tubuh dikuburkan, tetapi tetap siksaan terhadap jiwa digambarkan sebagai bersifat fisik. Di sini Yesus menyesuaikan ajaranNya dengan konsep-konsep dari jamanNya, atau lebih tepat, menggunakan kiasan yang bersifat materi untuk menyatakan kenyataan / fakta rohani) - ‘Systematic Theology’, hal 1000.

Catatan: ada pro dan kontra apakah cerita tentang Lazarus dan orang kaya itu merupakan suatu perumpamaan, atau cerita sungguh-sungguh. Saya menganggap itu bukan perumpamaan, tetapi cerita yang sungguh-sungguh.

7. Yudas 1:7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.

Perhatikan bahwa di sini digunakan kata-kata ‘telah menanggung’ bukan ‘akan menanggung’. Dalam bahasa Yunani digunakan kata HUPECHOUSAI, yang merupakan suatu ‘present participle’, sehingga bisa diartikan ‘sedang mengalami / menanggung’.

Jadi, pada saat Yudas menulis surat ini (abad pertama Masehi), orang-orang Sodom dan Gomora itu sedang menanggung / mengalami siksaan api kekal, dan istilah ‘api kekal’ ini jelas bukan menunjuk pada hujan api dan belerang yang menghancurkan Sodom, tetapi menunjuk pada neraka. Dengan demikian jelaslah bahwa orang jahat bukannya baru akan dimasukkan ke neraka pada saat Yesus datang untuk keduakalinya, tetapi langsung pada saat mereka mati.

8. Dalam Wah 20:10 dikatakan: “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

Bdk. Wah 19:20 - “Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang”.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari ayat-ayat ini:

a. Pada waktu Iblis dimasukkan ke neraka dalam Wah 20:10, ternyata neraka itu tidak kosong, tetapi binatang dan nabi palsu itu sudah ada di sana, karena mereka sudah dilemparkan ke sana dalam Wah 19:20. Saya tidak ingin mempersoalkan kata ‘binatang’ itu menunjuk kepada siapa, tetapi saya hanya ingin menekankan bahwa sudah ada manusia di neraka sebelum Iblis dibuang ke sana pada akhir jaman.

b. Iblis baru akan masuk ke neraka pada akhir jaman / kedatangan Yesus yang keduakalinya! Sekarang ini Iblis / setan tidak ada di neraka ataupun di Hades tetapi ada di dunia untuk menggoda manusia (bdk. Mat 8:29b - ‘Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’).

Karena itu jangan percaya orang-orang yang mengatakan mengalami mujijat dibawa ke neraka, dan melihat setan ada di sana, menyiksa orang-orang yang masuk ke neraka. Kitab Suci jelas menyatakan bahwa pada saat ini setan belum masuk neraka, dan kalau nanti pada akhir jaman ia masuk ke neraka, maka ia akan disiksa, bukan menyiksa!

Ada ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa setan sekarang sudah di neraka, yaitu 2Pet 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman”.

Untuk menafsirkan ayat ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

· Kata ‘neraka’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani TARTARUS yang hanya dipergunakan 1 x ini saja dalam Kitab Suci. Karena itu sukar diketahui artinya secara pasti.

· Bagian ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan setan sudah masuk neraka, karena ini akan bertentangan dengan Matius 8:29 Matius 25:41 Wahyu 20:10 yang menunjukkan secara jelas bahwa saat ini setan belum waktunya masuk neraka. Itu baru akan terjadi pada kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.

· Disamping itu, kalau ditafsirkan bahwa setan sudah masuk ke neraka, maka itu akan bertentangan dengan 2Petrus 2:4 itu sendiri, yang pada bagian akhirnya berbunyi: ‘dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman’.

Jadi, mungkin bagian ini hanya menunjukkan kepastian bahwa setan akan masuk neraka.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (8)

d) Setelah seseorang masuk ke surga / neraka, maka tidak bisa ada perubahan tempat.

Yang saya maksudkan dengan tidak bisa ada perubahan tempat, adalah bahwa orang yang masuk ke surga tidak bisa tahu-tahu pindah ke neraka, dan orang yang masuk ke neraka tidak bisa pindah ke surga.

Apa dasar dari pandangan ini?

1. Lukas 16:26 - “Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.

William Hendriksen: “it will become clear that the one great truth here emphasized is that once a person has died, his soul having been separated from his body, his condition, whether blessed or doomed, is fixed forever. There is no such thing as a ‘second chance’” (= akan menjadi jelas bahwa satu kebenaran besar / agung yang ditekankan di sini adalah bahwa sekali seseorang telah mati, setelah jiwanya terpisah dari tubuhnya, kondisinya, apakah diberkati atau dikutuk, tetap selama-lamanya. Tidak ada hal yang disebut ‘kesempatan kedua’) - hal 785.

Louis Berkhof: “Scripture represents the state of the unbelievers after death as a fixed state. The most important passage that comes into consideration here is Luke 16:19-31” (= Kitab Suci menggambarkan keadaan orang-orang yang tidak percaya setelah kematian sebagai suatu keadaan yang tetap. Text yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam persoalan ini adalah Luk 16:19-31) - ‘Systematic Theology’, hal 693.

2. Yudas 13 - “Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri; mereka bagaikan bintang-bintang yang baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman UNTUK SELAMA-LAMANYA”.

3. 2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan SELAMA-LAMANYA, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.

4. Kitab Suci mengatakan bahwa orang yang percaya mendapatkan ‘hidup yang kekal’, sedangkan orang yang tidak percaya mendapatkan ‘hukuman yang kekal’. Kalau bisa pindah, tentu tidak akan disebutkan sebagai ‘kekal’.

Bahwa hukuman di neraka bersifat kekal / tidak ada akhirnya digambarkan oleh:

· ‘api yang tidak terpadamkan’ (Mat 3:12b Mark 9:43b,48).

· ‘api yang kekal’ (Mat 25:41 Yudas 7).

· ‘siksaan yang kekal’ (Mat 25:46).

· ‘ulat-ulatnya tidak akan mati’ (Mark 9:44,46,48).

· ‘siang malam tidak henti-hentinya’ (Wah 14:11).

· ‘siang malam sampai selama-lamanya’ (Wah 20:10).

William G.T. Shedd: “Had Christ intended to teach that future punishment is remedial and temporary, he would have compared it to a dying worm, and not to an undying worm; to a fire that is quenched, and not to an unquenchable fire” (= Andaikata Kristus bermak­sud untuk mengajar bahwa hukuman yang akan datang itu bersi­fat memperbaiki dan bersifat sementara, Ia akan membandingkannya dengan ulat yang bisa mati, dan bukannya dengan ulat yang tidak bisa mati; dengan api yang bisa padam, dan bukannya dengan api yang tidak dapat dipadamkan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 681.

Saya ingin memberikan beberapa kutipan kata-kata Spurgeon dari khotbahnya tentang Luk 16:26 yang diberi judul ‘The Bridgeless Gulf’ (= Jurang pemisah yang tidak mempunyai jembatan).

Charles Haddon Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to bridge great gulfs. Scarcely has the world afforded a river so wide that its floods could not be overleaped; or a torrent so furious that it could not be made to pass under the yoke. High above the foam of Columbia’s glorious cataract, man has hung aloft his slender but substantial road of iron, and the shriek of the locomotive is heard above the roar of Niagara. This very week I saw the first chains which span the deep rift through which the Bristol Avon finds its way at Clifton; man has thrown his suspension bridge across the chasm, and men will soon travel where only that which hath wings could a little while ago have found a way. There is, however, one gulf which no human skill or engineering ever shall be able to bridge; there is one chasm which no wing shall ever be able to cross; it is the gulf which divide the world of joy in which the righteous triumph, from that land of sorrow in which the wicked feel the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed, so that there can be no passage from the one world to the other” (= Kepandaian manusia telah menjembatani banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar yang tidak bisa diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak bisa dilalui. Di atas air terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari besi, dan bunyi lokomotif terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan Clifton; manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga manusia segera bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi oleh burung yang bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh kepandaian dan teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan dunia sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam mana orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia yang lain) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 414.

Charles Haddon Spurgeon: “The lost spirits in hell are shut in for ever” (= Roh-roh yang terhilang dalam neraka dikurung untuk selama-lamanya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 418.

Charles Haddon Spurgeon: “You do not like the house of God; you shall be shut out of it. You do not love the Sabbath; you are shut out from the eternal Sabbath” (= Engkau tidak menyukai rumah Allah; engkau akan dihalangi untuk memasukinya. Engkau tidak mencintai Sabat; engkau dihalangi untuk memasuki Sabat yang kekal) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 419-420.

Catatan: kata-kata ini berhubungan dengan Ibr 4:1-11.

Charles Haddon Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so nothing heavenly can ever come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to dip the tip of his finger in water to administer the cooling drop to the fire-tormented tongue. Not a drop of heavenly water can ever cross that chasm. See then, sinner, heaven is rest, perfect rest - but there is no rest in hell; it is labour in the fire, but no ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet; everlasting storm; eternal hurricane; unceasing tempest. In the worst disease, there are some respites: spasms of agony, but then pauses of repose. There is no pause in hell’s torments” (= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa datang dari neraka ke surga, demikian juga tidak ada apapun yang bisa datang dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus tidak diijinkan untuk mencelupkan ujung jarinya dalam air untuk memberikan tetesan penyejuk kepada lidah yang disiksa oleh api. Tidak setetes air surgawipun bisa menyeberangi jurang itu. Maka, lihatlah orang berdosa, surga adalah istirahat, istirahat yang sempurna - tetapi tidak ada istirahat di neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada kesenangan, tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada adalah angin topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin ribut yang tidak henti-hentinya. Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat, kekejangan dari penderitaan, tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak ada istirahat dalam siksaan neraka) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 421.

Charles Haddon Spurgeon: “Heaven is the place of sweet communion with God ... There is no communion with God in hell. There are prayers, but they are unheard; there are tears, but they are unaccepted; there are cries for pity, but they are all an abomination unto the Lord” (= Surga adalah tempat persekutuan yang manis dengan Allah ... Tidak ada persekutuan dengan Allah dalam neraka. Di sana ada doa-doa, tetapi mereka tidak dijawab; ada air mata, tetapi tidak diterima; ada jeritan untuk belas kasihan, tetapi semuanya merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi Tuhan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 421.

Charles Haddon Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the celestial regions to the infernal prison-house. No, it is sorrow without relief, misery without hope, and here is the pang of it - it is death without end” (= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah surgawi ke rumah penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan, kesengsaraan tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian tanpa akhir) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.

Charles Haddon Spurgeon: “There is only one thing that I know of in which heaven is like hell - it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to come, the wrath to come,’ for ever and for ever spending itself, and yet never being spent” (= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu seperti neraka, yaitu bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka yang akan datang, murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan selama-lamanya menghabiskan dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.

Kalau ada saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, renungkanlah kata-kata Spurgeon yang mengerikan ini, dan cepatlah datang kepada Kristus sebelum terlambat!

e) Keberatan terhadap pandangan ini dan jawabannya.

Ada beberapa keberatan tentang pandangan Reformed bahwa orang akan langsung masuk surga / neraka pada saat mati.

1. Ada satu ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa orang jahat tidak langsung masuk ke neraka pada saat mati, yaitu 2Pet 2:9 - “maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman”.

Ayat ini kelihatannya menunjukkan bahwa orang-orang jahat itu tidak langsung dihukum, tetapi disimpan dulu, dan baru dihukum / disiksa setelah hari penghakiman.

Jawaban saya:

Perhatikan komentar Calvin tentang 2Pet 2:9 ini.

Calvin: “By this clause he shews that God so regulates his judgments as to bear with the wicked for a time, but not to leave them unpunished. Thus he corrects too much haste, by which we are wont to be carried headlong, especially when the atrocity of wickedness grievously wounds us, for we then wish God to fulminate without delay; when he does not do so, he seems no longer to be the judge of the world. Lest, then, this temporary impunity of wickedness should disturb us, Peter reminds us that a day of judgment has been appointed by the Lord; and that, therefore, the wicked shall by no means escape punishment, though it be not immediately inflicted. There is an emphasis in the word ‘reserve,’ as though he had said, that they shall not escape the hand of God, but be held bound as it were by hidden chains, that they may at a certain time be drawn forth to judgment. ... he bids us to rely on the expectation of the last judgment, so that in hope and patience we may fight till the end of life” [= Dengan kalimat ini (yang saya garis bawahi) ia menunjukkan bahwa Allah begitu mengatur penghakimanNya sehingga bersabar terhadap orang jahat untuk sementara waktu, tetapi tidak akan membiarkan mereka tidak dihukum. Demikianlah ia membetulkan ketergesa-gesaan, dengan mana kita biasa terbawa, khususnya pada waktu kekejaman / kekejian dari kejahatan melukai / menyakiti kita secara menyedihkan, karena pada saat itu kita berharap Allah mengguntur tanpa penundaan; dan pada waktu Ia tidak berbuat demikian, Ia kelihatannya bukan lagi Hakim dunia ini. Supaya kebebasan sementara dari hukuman kejahatan ini tidak mengganggu kita, Petrus mengingatkan kita bahwa suatu hari penghakiman telah ditetapkan oleh Tuhan; dan karena itu orang jahat tidak bakal akan lolos dari penghukuman., sekalipun penghukuman itu tidak langsung diberikan. Ada penekanan pada kata ‘menyimpan’, seolah-olah ia berkata bahwa mereka tidak akan lolos dari tangan Allah, tetapi seakan-akan diikat dengan rantai yang tersembunyi, sehingga pada saat tertentu mereka bisa ditarik kepada penghakiman. ... ia meminta kita untuk bersandar pada pengharapan tentang penghakiman akhir sehingga dalam pengharapan dan kesabaran kita bisa bertempur sampai mati] - hal 400.

Dari kata-kata Calvin ini kelihatannya ia memaksudkan bahwa Tuhan menyimpan orang-orang jahat itu bukan pada saat mereka mati atau setelah mereka mati, tetapi pada saat mereka hidup. Perhatikan bahwa:

a. Ayat itu tidak mengatakan bahwa orang-orang jahat itu sudah mati.

b. Ay 9a membicarakan tentang orang-orang saleh itu dalam keadaan hidup (karena mereka dicobai), dan karena itu jelas bahwa ay 9b juga membicarakan orang-orang jahat itu dalam keadaan hidup.

Kesimpulan: 2Pet 2:9 tidak menentang pandangan bahwa orang jahat yang mati akan langsung masuk neraka.

2. Kalau orang langsung masuk ke surga / neraka pada saat mati, apa gunanya penghakiman akhir jaman?

Jawaban saya:

Pada saat seseorang mati, terjadi penghakiman pribadi terhadap dirinya, sedangkan pada akhir jaman / kedatangan Kristus yang kedua-kalinya tetap ada penghakiman yang bersifat umum di hadapan semua malaikat dan manusia.

Louis Berkhof: “It is sometimes represented as if man’s eternal destiny depends upon a trial at the last day, but this is evidently a mistake. The day of judgment is not necessary to reach a decision respecting the reward or punishment of each man, but only for the solemn announcement of the sentence, and for the revelation of the justice of God in the presence of men and angels” (= Kadang-kadang digambarkan seakan-akan nasib kekal manusia tergantung pada penghakiman pada hari terakhir, tetapi ini jelas merupakan suatu kesalahan. Hari penghakiman tidak dibutuhkan untuk mencapai suatu keputusan mengenai pahala atau hukuman setiap orang, tetapi hanya untuk pengumuman keputusan yang khidmat, dan untuk menyatakan keadilan Allah di hadapan manusia dan malaikat) - ‘Systematic Theology’, hal 689.

Louis Berkhof: “Some regard the final judgment as entirely unnecessary, because each man’s destiny is determined at the time of his death. ... the underlying assumption on which this argument proceeds, namely, that the final judgment is for the purpose of ascertaining what should be the future state of man, is entirely erroneous. It will serve the purpose rather of displaying before all rational creatures the declarative glory of God in a formal, forensic act, which magnifies on the one hand His holiness and righteousness, and on the other hand, His grace and mercy. Moreover, it should be borne in mind that the judgment at the last day will differ from that at the death of each individual in more than one respect. It will not be secret, but public; it will not pertain to the soul only, but also to the body; it will not have reference to a single individual, but to all men” (= Sebagian orang menganggap bahwa penghakiman akhir sama sekali tidak perlu, karena nasib setiap orang ditentukan pada saat kematiannya. ... anggapan yang mendasari argumentasi ini, yaitu bahwa penghakiman akhir itu tujuannya untuk memastikan keadaan yang akan datang dari manusia, adalah sepenuhnya salah. Penghakiman akhir itu tujuannya adalah menunjukkan di hadapan semua makhluk rasionil kemuliaan yang dinyatakan dari Allah dalam suatu tindakan formil / resmi dan bersifat hukum / pengadilan, yang di satu sisi memuliakan kekudusan dan kebenaranNya, dan di sini lain kasih karunia dan belas kasihanNya. Selain itu, harus dicamkan bahwa penghakiman pada hari terakhir berbeda dengan penghakiman pada kematian dari setiap individu dalam lebih dari satu hal. Itu tidak akan terjadi secara rahasia, tetapi bersifat umum; itu tidak berkenaan dengan jiwa saja, tetapi juga dengan tubuh; itu tidak berhubungan dengan satu individu saja, tetapi dengan semua manusia) - ‘Systematic Theology’, hal 731.

R. L. Dabney: “It might seem that the purposes of God’s righteousness and government might, at first view, be sufficiently satisfied by a final distribution of rewards and punishment, to men, as they successively passed out of this life. But His declarative glory requires not only this, but a more formal, forensic act, by which His righteous, holy, and merciful dealing shall be collectively displayed before the Universe” (= Pada pandangan pertama, bisa terlihat bahwa tujuan / rencana dari kebenaran dan pemerintahan Allah dipuaskan secara cukup oleh pembagian akhir dari pahala dan hukuman kepada manusia, pada saat mereka secara berturut-turut meninggalkan kehidupan ini. Tetapi kemuliaanNya yang bersifat menyatakan / menerangkan tidak hanya membutuhkan hal ini, tetapi suatu tindakan penghakiman / pengadilan yang lebih formil, dengan mana penangananNya yang benar, kudus, dan penuh belas kasihan akan ditunjukkan secara bersama-sama di hadapan alam semesta) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 842.

Herman Hoeksema: “there is an individual, preliminary judgment immediately after death, that will be executed in the damnation of the wicked and in the intermediate glory of the saints with Christ. ... there will be a final judgment of all men and angels in the end of time” (= di sana ada penghakiman individu dan bersifat pendahuluan segera setelah kematian, yang akan dilaksanakan dalam penghukuman orang jahat dan dalam ‘kemuliaan antara’ dari orang-orang kudus bersama dengan Kristus. ... akan ada penghakiman akhir dari semua manusia dan malaikat pada akhir jaman) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 855.

Catatan: kelihatannya istilah ‘the intermediate glory’ (= kemuliaan antara) ia gunakan dalam arti bahwa kemuliaan ini merupakan kemuliaan yang diterima orang-orang percaya di surga sebelum penghakiman akhir jaman.

William G. T. Shedd: “According to Scripture, there is a private judgment at death, and a public judgment at the last day” (= Menurut Kitab Suci, akan ada suatu penghakiman pribadi pada saat kematian, dan suatu penghakiman umum pada hari terakhir) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 660.

Kelihatannya dasar Kitab Suci yang digunakan hanyalah bahwa orang-orang sudah masuk surga / neraka pada saat mereka mati, dan ini tidak mungkin kalau tidak ada penghakiman yang bersifat individuil. Tetapi Shedd memberikan beberapa ayat sebagai dasar, yaitu:

· Pkh 12:7 - “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”.

Ayat ini mengatakan bahwa pada saat mati, roh akan kembali kepada Allah. Untuk apa? Jelas untuk menerima penghakiman (pribadi).

· Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

Ayat ini tidak menunjukkan adanya hal-hal lain yang terjadi di antara kematian dan penghakiman. Jadi, ini membicarakan penghakiman pribadi yang terjadi segera setelah kematian seseorang.

Dan Shedd menambahkan (hal 660) bahwa penghakiman pribadi itu hasilnya akan sama dengan penghakiman pada akhir jaman.

William G. T. Shedd: “The private judgment at death and the public judgment at the last day coincide, because in the intermediate state there is no alteration of moral character, and consequently no alteration of the sentence passed at death” (= Penghakiman pribadi pada saat kematian dan penghakiman umum pada hari terakhir akan sama, karena dalam intermediate state tidak ada perubahan karakter moral, dan karena itu tidak ada perubahan dalam hal hukuman yang diberikan pada saat kematian) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 660.

Saya setuju dengan Shedd, tetapi berkenaan dengan alasannya saya ingin menambahkan sesuatu. Jelas bahwa hukuman yang diberikan dalam pengadilan pribadi pada saat kematian itu akan sama dengan hukuman yang diberikan pada akhir jaman dalam pengadilan umum, karena seperti yang telah kita pelajari di depan, apa yang dilakukan seseorang dalam intermediate state tidak diperhitungkan dalam pengadilan akhir jaman. Kita diadili hanya berdasarkan apa yang kita lakukan selama kita hidup di dunia ini (2Korintus 5:10).

John Murray: “Scripture offers no evidence that there will be a reversal of moral and spiritual conditions during the intermediate state. Men are to be judged at the last according to the things done in the body” (= Kitab Suci tidak memberikan bukti bahwa akan ada perubahan kondisi moral dan rohani dalam intermediate state. Manusia dihakimi pada akhirnya menurut hal-hal yang dilakukan di dalam tubuh) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 2, hal 402.

3. Kalau orang-orang sudah masuk surga / neraka langsung setelah mati, mengapa pada penghakiman akhir jaman ada orang-orang yang terkejut / merasakan suatu surprise terhadap penghakiman tersebut?

Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Mat 25:37,39,44 - “(37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? ... (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? ... (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?”.

Jawaban saya:

Louis Berkhof: “The surprise of which some of the passages give evidence pertains to the ground on which the judgment rests rather than to the judgment itself” (= Surprise / kejutan yang ditunjukkan oleh beberapa text berkenaan dengan dasar pada mana penghakiman itu diberikan dan bukan dengan penghakiman itu sendiri) - ‘Systematic Theology’, hal 689.

Jadi, mungkin pada penghakiman pribadi pada saat kematian itu hanya diberikan hukuman dan pahala, tetapi tidak diberikan dasarnya. Lalu pada penghakiman umum pada akhir jaman, baru diberikan dasar pemberian pahala dan hukuman itu. Ini memungkinkan, karena kalau kita melihat pada kitab Wahyu, dibukanya kitab terjadi pada penghakiman akhir jaman.

Wah 20:12 - “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”.

‘Kitab-kitab’ itu kelihatannya merupakan simbol dari pengetahuan Allah tentang kehidupan manusia, baik tentang perbuatan baik maupun dosa dari manusia.

4. Penghakiman kelihatannya diberikan pada akhir jaman.

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

· Yoh 5:28-29 - “(28) Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.

· 2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

· Wah 20:12 - “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”.

Jawaban saya:

Ini memang membicarakan pengadilan pada akhir jaman, yang tetap kita akui keberadaannya, tetapi ini tidak berarti bahwa tidak ada pengadilan pribadi pada saat kematian. Jadi, pandangan Reformed yang mempercayai bahwa seseorang akan langsung masuk surga / neraka pada saat kematian tidak menolak adanya penghakiman pada akhir jaman.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (9) -GENERAL ESCHATOLOGY

I) Kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

1) Perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam menggambarkan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

a) Dalam Perjanjian Lama nabi-nabi tidak membedakan secara jelas kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya, dan bahkan mencampur-adukkannya.

Misalnya:

1. Yoel 2:28-32 - “(28) ‘Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. (29) Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu. (30) Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. (31) Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu. (32) Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas.”.

2. Mal 3:17-4:6 - “(3:17) Mereka akan menjadi milik kesayanganKu sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia. (3:18) Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepadaNya. (4:1) Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka. (4:2) Tetapi kamu yang takut akan namaKu, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang. (4:3) Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu, firman TUHAN semesta alam. (4:4) Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hambaKu, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum. (4:5) Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. (4:6) Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah”.

Anthony A. Hoekema: “the Old Testament prophets intermingled items relating to the first coming of Christ with items relating to Christ’s second coming. Not until New Testament times would it be revealed that what was thought of in Old Testament days as one coming of the Messiah would be fulfilled in two stages; a first and a second coming. What was therefore not clear to the Old Testament prophets was made clear in the New Testament era” (= nabi-nabi Perjanjian Lama mencampur-adukkan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Kristus yang pertama dengan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya. Sampai jaman Perjanjian Baru barulah dinyatakan bahwa apa yang dipikirkan dalam jaman Perjanjian Lama sebagai satu kedatangan dari Mesias akan digenapi dalam dua tahap; kedatangan pertama dan kedatangan kedua. Karena itu, apa yang tidak jelas bagi nabi-nabi Perjanjian Lama dibuat menjadi jelas dalam jaman Perjanjian Baru) - ‘The Bible and The Future’, hal 12.

b) Tetapi dalam Perjanjian Baru, Yesus dan rasul-rasul berbicara secara jelas tentang kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

Contoh:

1. Mat 24:29-31 - “(29) ‘Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. (30) Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya. (31) Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikatNya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihanNya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain”.

2. Matius 25:31-32 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing”.

3. Matius 26:64 - “Jawab Yesus: ‘Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.’”.

4. Kis 1:11 - “dan berkata kepada mereka: ‘Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembalidengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.’”.

5. Filipi 3:20 - “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat”.

6. 1Tes 4:15-16 - “(15) Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. (16) Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit”.

7. 2Tes 1:7-10 - “(7) dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diriNya bersama-sama dengan malaikat-malaikatNya, dalam kuasaNya, di dalam api yang bernyala-nyala, (8) dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. (9) Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya, (10) apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudusNya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya, sebab kesaksian yang kami bawa kepadamu telah kamu percayai”.

8. Ibrani 9:28 - “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia”.

2) Istilah-istilah yang digunakan untuk menunjuk pada kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

a) APOKALUPSIS [= revelation / unveiling (= penyataan / penyingkapan)], yang menunjuk pada penyingkiran segala sesuatu yang sekarang ini menghalangi kita untuk melihat Kristus.

Kata ini digunakan dalam:

1. 1Korintus 1:7 - “Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus”.

2. 2Tesalonika 1:7 - “dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diriNya bersama-sama dengan malaikat-malaikatNya, dalam kuasaNya, di dalam api yang bernyala-nyala”.

3. 1Pet 1:7,13 - “(7) Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu - yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diriNya. ... (13) Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus”.

4. 1Pet 4:13 - “Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakankemuliaanNya”.

b) EPIPHANEIA [= appearance / manifestation (= penampilan / manifestasi)], yang merupakan suatu istilah yang menunjuk pada datangnya Kristus dari latar belakang yang tersembunyi.

Kata ini digunakan dalam:

1. 2Tes 2:8 - “pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali”.

NASB: ‘by the appearance of His coming’ (= oleh pemunculan / penampilan kedatanganNya).

2. 1Tim 6:14 - “Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diriNya”.

NIV/NASB: ‘the appearing’ (= pemunculan / penampilan).

3. 2Tim 4:1,8 - “(1) Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan demi KerajaanNya: ... (8) Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya”.

NIV/NASB menterjemahkan ‘appearing’ (= pemunculan / penampilan), baik untuk ay 1 maupun untuk ay 8.

4. Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”.

NIV/NASB: ‘appearing’ (= pemunculan / penampilan).

c) PAROUSIA [= presence (= kehadiran)], yang menunjuk pada kedatangan yang mendahului kehadiran, atau kedatangan yang menyebabkan kehadiran.

Kata ini digunakan dalam:

1. Mat 24:3,27,37 - “(3) Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-muridNya kepadaNya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: ‘Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia?’ ... (27) Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia. ... (37) ‘Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia”.

2. 1Kor 15:23 - “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya”.

3. 1Tesalonika 2:19 - “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatanganNya, kalau bukan kamu?”.

4. 1Tesalonika 3:13 - “Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudusNya”.

5. 1Tes 4:15 - “Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal”.

6. 1Tes 5:23 - “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita”.

7. 2Tes 2:1,8 - “(1) Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, ... (8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali”.

NASB: ‘by the appearance of His coming’ (= oleh pemunculan / penampilan kedatanganNya).

Catatan: dalam ayat ini, kata PAROUSIA dan EPIPHANEIA muncul kedua-duanya.

8. Yak 5:7-8 - “(7) Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. (8) Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!”.

9. 2Pet 1:16 - “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya”.

10. 2Pet 3:4,12 - “(4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ ... (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya”.

11. 1Yohanes 2:28 - “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diriNya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatanganNya”.

3) Kedatangan Kristus yang kedua-kalinya merupakan SATU peristiwa.

Louis Berkhof: “On the basis of Scripture it should be maintained that the second coming of the Lord will be a single event” (= Berdasarkan Kitab Suci harus dipertahankan bahwa kedatangan Tuhan yang kedua akan merupakan satu peristiwa) - ‘Systematic Theology’, hal 696.

Bdk. Ibrani 9:28 - “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya SEKALI LAGI tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia”.

Kalangan DISPENSATIONALISME mengatakan tentang kedatangan Kristus yang kedua-kalinya yang terdiri dari 2 bagian, yang mereka katakan sebagai 2 aspek dari satu kedatangan (Catatan:saya sebut saja sebagai kedatangan yang ke 2a dan ke 2b; ini istilah saya sendiri).

a) Kedatangan Kristus yang ke 2a, mereka sebut PAROUSIA [= presence (= kehadiran)], dan:

1. Bisa terjadi kapan saja, dan tidak didahului oleh tanda-tanda apapun.

2. Kristus hanya datang di awan-awan dan tidak sampai ‘mendarat’ di bumi.

3. Pada saat itu mereka yang telah mati dalam Tuhan (sebagai orang percaya) akan dibangkitkan, sedangkan orang percaya yang masih hidup akan diangkat (ini yang disebut sebagai rapture/ pengangkatan). Dan kedua kelompok ini akan bersama-sama bertemu dengan Tuhan Yesus di angkasa. Karena itu kedatangan ini disebut kedatangan untuk para orang kudusNya.

4. Herman Hoeksema menambahkan (hal 774) bahwa menurut pandangan Dispensationalisme, kedatangan ke 2a ini terjadi secara diam-diam / rahasia. Orang-orang yang tertinggal di bumi akan heran karena hilangnya orang-orang percaya (yang diangkat / mengalami rapture).

Dasar Kitab Suci yang digunakan: 1Tes 4:15-17 - “(15) Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. (16) Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; (17) sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan”.

b) Mereka mengatakan bahwa kedatangan Kristus yang ke 2a ini disusul dengan suatu selang waktu selama 7 tahun, dimana akan terjadi hal-hal ini:

1. Dunia akan diinjili.

Matius 24:14 - “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’”.

2. Israel akan bertobat.

Roma 11:26 - “Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: ‘Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub”.

3. Terjadi masa kesukaran besar (the great tribulation), dan juga penyesatan besar-besaran (the great apostasy).

Mat 24:21-22 - “(21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. (22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat”.

4. Anti Kristus akan dinyatakan.

2Tes 2:8-10 - “(8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. (9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka”.

c) Lalu mereka juga mengajarkan bahwa setelah masa 7 tahun itu maka terjadi kedatangan Kristus yang ke 2b, yang mereka sebut APOKALUPSIS [= revelation / unveiling (= penyataan / penyingkapan)], atau ‘hari Tuhan’ (the day of the Lord), dimana:

1. Pada saat ini Kristus akan datang bersama / dengan orang-orang kudusNya.

1Tes 3:13 - “Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudusNya”.

2. Kristus datang sampai ‘mendarat’ di bumi, bukan hanya di awan-awan seperti pada kedatangan yang ke 2a.

3. Kedatangan ini didahului oleh beberapa peristiwa yang sudah dinubuatkan.

4. Setelah kedatangan ini Kristus lalu melakukan penghakiman (Mat 25:31-46 - nubuat / perumpamaan tentang pemisahan domba dan kambing pada penghakiman akhir jaman), dan mendirikan / memimpin ke dalam kerajaan 1000 tahun.

Louis Berkhof mengatakan (hal 695), bahwa karena kedua kedatangan ini dalam kenyataannya betul-betul merupakan 2 peristiwa, yang dipisahkan oleh selang waktu 7 tahun, yang masing-masing mempunyai tujuannya sendiri-sendiri, maka keduanya tidak bisa dianggap sebagai SATU peristiwa kedatangan. Karena itu, Louis Berkhof beranggapan bahwa pada hakekatnya pandangan Dispensationalisme ini mempercayai 3 x kedatangan Yesus, dan ini jelas sekali bertentangan dengan Kitab Suci.

Juga Louis Berkhof mengatakan (hal 696) bahwa pandangan Dispensationalisme itu, yang menganggap kedatangan ke 2a sebagai PAROUSIA dan kedatangan ke 2b sebagai APOKALUPSIS, adalah pandangan yang salah karena:

a. Dalam 2Tes 2:1,2,8 istilah PAROUSIA [= presence (= kehadiran)] dan ‘hari Tuhan’ / ‘the day of the Lord’ digunakan secara interchangeable (bisa dibolak-balik).

2Tes 2:1,2,8 - “(1) Tentang kedatangan (Yunani: PAROUSIAS) Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, (2) supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah ‘hari Tuhan’ telah tiba. ... (8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang (Yunani: PAROUSIAS) kembali”.

b. Menurut 2Tes 1:7,10, APOKALUPSIS [= revelation / unveiling (= penyataan / penyingkapan)] yang disebutkan dalam ay 7, terjadi pada waktu yang bersamaan dengan ‘hari itu’, yang yang membawa pemuliaan kepada orang-orang kudus yang dibicarakan dalam ay 10, yang juga jelas merupakan PAROUSIA [= presence (= kehadiran)].

2Tes 1:7,10 - “(7) dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan (Yunani: APOKALUPSEI) diriNya bersama-sama dengan malaikat-malaikatNya, dalam kuasaNya, di dalam api yang bernyala-nyala, ... (10) apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudusNya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya, sebab kesaksian yang kami bawa kepadamu telah kamu percayai”.

Catatan: baik NIV maupun NASB menterjemahkan kata ‘di antara’ dalam ay 10 dengan kata ‘in’ (= dalam). Jadi, ay 10 menunjukkan Yesus dimuliakan dalam orang-orang kudusNya.

c. Mat 24:29-31 menggambarkan kedatangan Tuhan, pada saat mana orang-orang pilihan dikumpulkan bersama-sama, terjadi segera setelah masa kesukaran besar (the great tribulation), sementara dalam pandangan Dispensationalisme, hal itu terjadi sebelumnya.

Mat 24:29-31 - “(29) ‘Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. (30) Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langitdengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya. (31) Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikatNya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihanNya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain”.

Catatan: Louis Berkhof mengatakan bahwa jelas bahwa dalam sepanjang Mat 24 Yesus membicarakan kedatanganNya yang kedua-kalinya, karena Ia menggunakan kata Yunani PAROUSIA itu dalam Mat 24:3,37,39. Karena itu jelas bahwa dalam Mat 24:30 ini Ia juga membicarakan kedatangan yang sama, dan Matius 24:29 menunjukkan bahwa kedatangan itu adalah terjadi segera setelah masa kesukaran itu.

d. Pandangan Dispensationalisme ini mengatakan bahwa Gereja tidak akan mengalami masa kesukaran besar (the great tribulation) yang terjadi bersama-sama dengan penyesatan / kemurtadan besar-besaran (the great apostasy), karena Gereja sudah diangkat ke surga. Tetapi ini tidak cocok dengan gambaran Kitab Suci tentang hal itu, karena Kitab Suci menggambarkan bahwa Gereja akan mengalami kedua-duanya, dan ini terlihat dalam ayat-ayat ini:

1. Mat 24:21-22 - “(21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. (22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat”.

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa pada saat itu terjadi masa kesukaran besar (the great tribulation) yang menyebabkan penyesatan / kemurtadan besar-besaran (the great apostasy). Dan pada saat semua itu terjadi, Gereja (orang-orang pilihan) juga mengalaminya (sekalipun mereka tidak akan sesat / murtad).

2. Lukas 21:36 - “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.’”.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa Gereja mengalami penyesatan / kemurtadan besar-besaran (the great apostasy) itu, karena Gereja disuruh berdoa untuk menghadapi saat itu.

3. 2Tesalonika 2:3 - “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa”.

Lagi-lagi jelas bahwa Gereja mengalami penyesatan / kemurtadan besar-besaran (the great apostasy) itu.

4. 1Timotius 4:1-3 - “(1) Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (2) oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka. (3) Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran”.

Text ini menunjukkan bahwa pada masa penyesatan / kemurtadan besar-besaran (the great apostasy) itu ada orang-orang percaya (yang jelas masih hidup di dunia).

5. 2Timotius 3:1-5 - “(1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. (5) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”.

Text ini mengatakan bahwa akan terjadi masa yang sukar / masa kesukaran besar (the great tribulation), dan juga penyesatan / kemurtadan besar-besaran (the great apostasy). Dan orang Kristen disuruh menjauhi orang-orang sesat seperti itu. Jadi jelas bahwa Gereja mengalami semua itu!

6. Wah 7:14 - “Maka kataku kepadanya: ‘Tuanku, tuan mengetahuinya.’ Lalu ia berkata kepadaku: ‘Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba”.

Text ini menggambarkan orang Kristen di surga, dan orang-orang itu digambarkan sebagai orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar. Itu berarti mereka telah mengalami masa kesukaran besar (the great tribulation) itu!

Herman Hoeksema mengatakan bahwa pandangan Dispensationalisme yang mengatakan bahwa Gereja tidak akan mengalami masa kesukaran besar (the great tribulation) karena sudah diangkat merupakan suatu ajaran yang berbahaya karena akan menyebabkan orang-orang kristen tidak menyiapkan diri menghadapi masa kesukaran besar (the great tribulation) itu.

e. Herman Hoeksema menambahkan bahwa ajaran tentang kedatangan ke 2a yang bersifat diam-diam / rahasia itu bertentangan dengan 1Tesalonika 4:16 - “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit”.

f. Hal lain lagi yang diserang oleh Herman Hoeksema (hal 774) adalah bahwa ajaran Dispensationalisme yang mengatakan bahwa orang-orang percaya yang telah diangkat ke surga itu akan kembali ke bumi / dunia setelah 7 tahun. Menurut Herman Hoeksema ini bertentangan dengan 1Tesalonika 4:17 - “sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan SELAMA-LAMANYA bersama-sama dengan Tuhan”.

Catatan: Herman Hoeksema (hal 772,773) menambahkan lagi satu kesalahan dalam pandangan Dispensationalisme, yaitu bahwa mereka juga membedakan adanya 2 kebangkitan orang mati. Yang pertama adalah kebangkitan dari orang-orang percaya pada saat kedatangan Kristus yang ke 2a, dan yang kedua adalah kebangkitan orang yang tidak percaya setelah kerajaan 1000 tahun berakhir. Ini didasarkan pada 1Tes 4:14-17 - “(14) Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. (15) Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. (16) Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; (17) sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan”.

Herman Hoeksema mengatakan bahwa text ini tidak membicarakan kebangkitan orang percaya (pada kedatangan ke 2a) sebagai kontras dari kebangkitan orang yang tidak percaya (setelah kerajaan 1000 tahun). Text ini membicarakan orang benar yang masih hidup dan mengkontraskannya dengan orang benar yang sudah mati. Text ini sama sekali tidak membicarakan kebangkitan orang yang tidak percaya. Text ini juga tidak berbicara tentang kebangkitan yang pertama (dikontraskan dengan kebangkitan kedua yang akan datang). Text ini hanya mengatakan bahwa kebangkitan orang percaya yang mati akan terjadi lebih dulu dari pengangkatan dari orang percaya yang masih hidup.

Selain itu ajaran tentang adanya 2 kebangkitan yang terpisah dalam Dispensationalisme itu bertentangan dengan Yoh 5:28-29, yang jelas berbicara tentang adanya satu kebangkitan yang bersifat umum, baik untuk orang percaya maupun orang yang tidak percaya.

Yoh 5:28-29 - “(28) Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (10)

4) Apakah Kristus akan segera datang kembali, dan apakah Ia bisa datang kapan saja?

Memang ada ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa kedatangan Kristus yang kedua-kalinya akan terjadi segera / kapan saja, seperti:

· Matius 24:42 - “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang”.

· Mat 24:48-51 - “(48) Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: (49) Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, (49) maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, (50) dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.’”.

· Mat 25:13 - “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.’”.

· Ibrani 10:37 - “‘Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatanganNya”.

· Wah 16:15 - “‘Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya.’”.

· Wah 22:7 - “‘Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!’”.

Tetapi penafsiran ayat-ayat di atas harus dilakukan dengan memperhatikan fakta bahwa sampai sekarang sudah 2000 tahun berlalu dan Yesus belum datang untuk kedua-kalinya. Juga harus diperhatikan ayat-ayat lain seperti:

¨ Mat 24:5-14,21-22,29-31 - “(5) Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. (6) Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. (7) Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. (8) Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. (9) Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu, (10) dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. (11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. (12) Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. (13) Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. (14) Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’ ... (21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. (22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat. ... (29) ‘Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. (30) Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya. (31) Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikatNya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihanNya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain”.

Catatan: Kebanyakan, atau mungkin semua, ahli theologia Reformed, beranggapan bahwa Mat 24 ini mendapatkan penggenapan awal / sebagian pada peristiwa penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M., tetapi akan mendapatkan penggenapan lanjutan yang lebih sempurna / lengkap / penuh pada akhir jaman (menjelang kedatangan Kristus yang kedua-kalinya).

¨ 2Tes 2:2-4 - “(2) supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba. (3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, (4) yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah”.

¨ Mat 25:19 - “Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka”.

¨ Lukas 19:11 - “Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataanNya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan”.

Karena adanya orang-orang yang menyangka seperti itu, lalu Yesus menceritakan perumpamaan tentang uang mina dalam Luk 19:12-27.

¨ Mat 25:5 - “Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur”.

¨ 2Pet 3:3-9 - “(3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.

2Pet 3:8 merupakan kunci untuk mengharmoniskan. Kalau dikatakan bahwa Yesus akan segera datang, itu dari sudut pandang ilahi, dan bagi Dia satu hari sama seperti 1000 tahun dan 1000 tahun seperti satu hari, yang berarti bahwa Ia tidak terbatas waktu. Tetapi dari sudut pandang manusia, Yesus tidak akan segera datang. Kitab Suci mengatakan bahwa ada hal-hal yang harus terjadi sebelum kedatangan Kristus yang kedua-kalinya, dan karena itu kedatangan Kristus yang kedua-kalinya itu tidak bisa terjadi segera / kapan saja. Memang kalau hal-hal itu sudah terjadi, maka kedatangan Kristus yang kedua-kalinya itu bisa terjadi kapan saja. Tetapi kalau hal-hal itu belum terjadi, maka kedatangan Kristus yang kedua-kalinya itu tidak mungkin bisa terjadi.

5) Tanda-tanda yang harus mendahului kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

a) Tanda-tanda yang membuktikan / menunjukkan kasih karunia Allah.

1. Pemberitaan Injil ke seluruh dunia / kepada semua bangsa.

a. Dasar Kitab Suci.

Mat 24:14 - “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’”.

Ro 11:25 - “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk”.

b. Arti dari pemberitaan Injil ke seluruh dunia / segala bangsa.

Ini tidak boleh diartikan bahwa setiap individu di dunia harus sudah mendengar Injil, tetapi sebaliknya, adanya 1 misionaris di setiap negara / bangsa tidak bisa dijadikan alasan untuk mengatakan bahwa syarat ini sudah terpenuhi. Jadi, semua bangsa harus sudah mendengar Injil dalam arti bahwa dalam negara / bangsa itu Injil sudah tersebar secara umum, sehingga bangsa itu mendapat kesempatan untuk menerima ataupun menolak Kristus.

Dalam arti seperti ini boleh dikatakan tidak mungkin kita bisa tahu apakah tanda yang satu ini sudah terjadi atau belum. Allah yang mengetahui hal itu, bukan kita.

c. Pandangan Dispensationalisme dalam hal ini.

Louis Berkhof mengatakan (hal 698) bahwa dalam persoalan ini ajaran Dispensationalisme tidak mempercayai bahwa penginjilan terhadap dunia harus terjadi lebih dulu sebelum Kristus datang kembali (kedatangan ke 2a). Menurut mereka, penginjilan itu justru akan dimulai setelah kedatangan Kristus yang ke 2a itu.

Lalu bagaimana mereka menafsirkan Matius 24:14?

· Mereka mengatakan bahwa Injil yang dimaksudkan dalam Mat 24:14 ini, bukan Injil kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus, tetapi Injil kerajaan, dan kedua hal itu berbeda. Injil kerajaan hanya merupakan kabar baik bahwa kerajaan itu sudah dekat.

· Setelah kedatangan Kristus yang ke 2a, Gereja diangkat dari bumi / dunia ini, dan bersama itu penghunian oleh Roh Kudus juga telah hilang. Ini berarti kondisi Perjanjian Lama dipulihkan. Pada saat itulah Injil dengan mana Yesus memulai pelayananNya (Injil kerajaan), akan diberitakan lagi.

· Injil kerajaan itu akan diberitakan:

* Oleh orang-orang yang dipertobatkan oleh pengangkatan Gereja.

* Belakangan, oleh Israel yang bertobat.

* Seorang utusan khusus.

Khususnya dalam masa kesukaran besar (the great tribulation) Injil akan diberitakan oleh sisa Israel, yang termasuk orang-orang percaya.

· Pemberitaan ini akan sangat efektif, jauh lebih efektif dari pemberitaan Injil kasih karunia Allah. Pada masa inilah terjadi pertobatan dari 144.000 dan orang banyak yang tak terhitung jumlahnya dalam Wah 7.

Dengan cara inilah nubuat Yesus dalam Matius 24:14 itu tergenapi.

Komentar Louis Berkhof tentang ajaran Dispensationalisme di atas ini.

Louis Berkhof: “The distinction between a twofold gospel and a twofold second coming of the Lord is an untenable one. The gospel of the grace of God in Jesus Christ is the only gospel that saves and that gives entrance to the Kingdom of God” (= Pembedaan 2 macam Injil dan 2 macam kedatangan Tuhan yang kedua-kalinya, merupakan sesuatu yang tidak bisa dipertahankan. Injil dari kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus adalah satu-satunya Injil yang menyelamatkan dan memberikan jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah) - ‘Systematic Theology’, hal 698.

Louis Berkhof juga menambahkan bahwa merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab bahwa pengembalian ke kondisi Perjanjian Lama, termasuk absennya Gereja dan penghunian Roh Kudus, akan lebih efektif dari pemberitaan Injil kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus dan karunia Roh Kudus.

d. Ini mengharuskan orang Kristen untuk lebih rajin / tekun / bersungguh-sungguh dalam memberitakan Injil!

Charles Hodge: “This ingathering of the heathen is the special work of the Church. It is a missionary work. It was so understood by the Apostles. Their two great duties were the propagation and defence of the truth” (= Pengumpulan dari orang-orang kafir merupakan pekerjaan khusus dari Gereja. Itu merupakan suatu pekerjaan yang bersifat misionaris. Itu dimengerti demikian oleh Rasul-rasul. Dua kewajiban besar / agung mereka adalah penyebaran dan pembelaan dari kebenaran) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 803.

Dengan memberitakan Injil, boleh dikatakan kita ‘mempercepat’ kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

2Pet 3:12a - “yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah”.

Memang ada yang menafsirkan bahwa kata-kata ini hanya berarti ‘sangat menginginkan kedatangan hari Allah’. Tetapi ada juga yang menafsirkan ‘mempercepat kedatangan hari Allah’.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2Pet 3:12): “‘Hasting unto.’ ... The Greek may mean ‘hastening onward the day of God;’ not that God’s time is changeable, but God appoints us as instruments of accomplishing those events which must be first before the day can come. By praying for His coming, furthering the preaching of the Gospel for a witness to all nations, and bringing in those whom ‘the long-suffering of God’ waits to save, we hasten the coming of the day of God” (= ‘Mempercepat’. ... Kata Yunaninya bisa berarti ‘mempercepat kedatangan hari Allah’; bukan bahwa waktu Allah itu bisa berubah, tetapi Allah menetapkan kita sebagai alat-alat untuk mengerjakan peristiwa-peristiwa yang harus terjadi lebih dulu sebelum hari itu bisa datang. Dengan berdoa untuk kedatanganNya, melanjutkan / memajukan pemberitaan Injil sebagai suatu kesaksian bagi semua bangsa, dan membawa masuk mereka yang ditunggu untuk diselamatkan oleh ‘kepanjangsabaran Allah’, kita mempercepat kedatangan hari Allah).

Pulpit Commentary (tentang 2Petrus 3:12): “Here the translation ‘hastening’ is most appropriate. ... St. Peter seems to represent Christians as ‘hastening the coming (literally, ‘presence’) of the day of God’ by ... helping to spread the knowledge of the gospel (Matt. 24:14)” [= Di sini penterjemahan ‘mempercepat’ adalah yang paling tepat. ... Santo Petrus kelihatannya menggambarkan orang-orang kristen sebagai ‘mempercepat kedatangan (secara hurufiah, ‘kehadiran’) hari Allah’ dengan ... membantu menyebarkan pengetahuan Injil (Matius 24:14)] - hal 69.

e. Injil yang dimaksudkan adalah Injil yang sungguh-sungguh, bukan ‘Injil yang lain / berbeda’. Kitab Suci memang mengatakan adanya Injil yang seperti itu, yaitu dalam:

· Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

· 2Korintus 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima”.

Sekarang, ada banyak gereja yang memberitakan ‘Injil yang lain / berbeda’, yaitu Injil yang sudah diselewengkan, seperti:

¨ Social Gospel (= Injil sosial), dimana penekan penginjilannya adalah pada bantuan sosial, bukan pada pemberitaan Injil. Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal. Mereka mempunyai komisi Pekabaran Injil, tetapi apa yang dilakukan oleh komisi Pekabaran Injil tersebut hanyalah mendatangi panti asuhan, tempat yang terkena bencana alam, dsb, dimana mereka lalu membagi-bagikan uang, makanan, pakaian, dan lalu pulang. Perlu diingat bahwa fungsi gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai pemberita Injil / Firman Tuhan! Juga perlu diingat bahwa orang-orang yang dilayani dengan pelayanan seperti itu, sekalipun mereka merasa senang karena mendapatkan pertolongan yang bersifat jasmani dan sementara, tetapi pada akhirnya tetap akan masuk ke neraka, karena tidak percaya kepada Kristus, yang tidak pernah diberitakan kepada mereka!

¨ Yesus ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat jasmani / kekayaan, tetapi tidak sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini banyak terdapat dalam gereja Pentakosta / Kharismatik.

Ingat bahwa nama ‘Yesus’ berarti ‘Juruselamat dosa’, dan karena itu, dalam memberitakan Injil, itulah yang harus ditekankan.

Matius 1:21 - “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.’”.

Bagian yang saya garis-bawahi menunjukkan alasan mengapa Ia dinamakan ‘Yesus’.

2. Keselamatan / pertobatan Israel (yang termasuk orang pilihan).

Sebetulnya Perjanjian Lama juga berbicara / menubuatkan tentang akan terjadinya pertobatan dari Israel.

Zakh 12:10 - “‘Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”.

Zakh 13:1 - “‘Pada waktu itu akan terbuka suatu sumber bagi keluarga Daud dan bagi penduduk Yerusalem untuk membasuh dosa dan kecemaran”.

Tetapi text yang paling diperdebatkan dalam persoalan ini adalah text Perjanjian Baru di bawah ini.

Roma 11:25-29 - “(25) Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. (26) Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: ‘Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. (27) Dan inilah perjanjianKu dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka.’ (28) Mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. (29) Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya”.

Louis Berkhof mengatakan (hal 699) bahwa orang-orang yang menganut Premillenialisme menggunakan text-text ini untuk mengatakan bahwa akan terjadi pemulihan terhadap Israel sebagai bangsa dan juga pertobatan Israel, dan ini akan terjadi persis sebelum, atau pada saat pemerintahan 1000 tahun dari Yesus Kristus.

Louis Berkhof menhatakan bahwa ada beberapa alasan untuk menolak penafsiran ini, yaitu:

a. Adanya text-text Kitab Suci yang menunjukkan secara jelas tentang perlawanan dari orang-orang Yahudi terhadap kekristenan, dan tentang kepastian bahwa mereka kehilangan kedudukan mereka sebagai anak-anak Kerajaan.

Matius 8:11-12 - “(11) Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, (12) sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

Mat 21:28-46 - “(28) ‘Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. (29) Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. (30) Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. (31) Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: ‘Yang terakhir.’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. (32) Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.’ (33) ‘Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. (34) Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. (35) Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. (36) Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. (37) Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. (38) Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. (39) Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. (40) Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?’ (41) Kata mereka kepadaNya: ‘Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.’ (42) Kata Yesus kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. (43) Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. (44) [Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.]’ (45) Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkanNya. (46) Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi”.

Mat 22:1-14 - “(1) Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: (2) ‘Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. (3) Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. (4) Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. (5) Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, (6) dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. (7) Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. (8) Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. (9) Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. (10) Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. (11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. (12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. (14) Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’”.

b. Penafsiran dari Ro 11:26 harus disesuaikan kontextnya, yaitu Ro 9-11.

Louis Berkhof mengatakan bahwa penafsiran dari Ro 11:26, yang banyak dipakai orang-orang kristen tertentu sebagai dasar pandangan bahwa seluruh Israel akan bertobat, harus ditafsirkan sesuai dengan kontextnya, yaitu Ro 9-11. Dalam Ro 9-11 itu Paulus sebetulnya mendiskusikan pertanyaan, bagaimana janji Allah kepada Israel bisa diharmoniskan dengan penolakan sebagian besar orang Israel. Paulus pertama-tama menunjukkan dalam Ro 9-10 bahwa janji itu berlaku bukan bagi Israel secara daging, tetapi kepada Israel rohani. Dan selanjutnya, Paulus mengatakan bahwa Allah tetap mempunyai orang-orang pilihanNya dalam kalangan bangsa Israel, dan di antara mereka tetap ada suatu sisa menurut pilihan kasih karunia (Ro 11:1-10). Dan bahkan pengerasan terhadap Israel bukanlah tujuan akhir Allah, tetapi merupakan cara untuk membawa keselamatan kepada orang-orang non Yahudi. Ini akan menyebabkan kecemburuan orang-orang Yahudi. Louis Berkhof mengatakan bahwa pengerasan terhadap Israel bukan pengerasan total, tetapi hanyalah pengerasan sebagian (Ro 11:25b), karena dalam setiap jaman selalu ada orang-orang Yahudi yang percaya kepada Yesus / menerima Yesus. Allah akan terus mengumpulkan orang-orang pilihanNya dari kalangan orang-orang Yahudi sampai seluruh orang-orang pilihan dalam kalangan non Yahudi diselamatkan, dan dengan demikian ‘seluruh Israel’ (Ro 11:26), artinya jumlah yang penuh dari orang-orang Israel yang sesungguhnya, akan diselamatkan.

Jadi, istilah ‘seluruh Israel’ tidak menunjuk kepada seluruh bangsa Israel, tetapi Israel rohani, atau orang-orang pilihan dari kalangan orang Israel.

Bdk. Ro 11:26 - “Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: ‘Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub”.

Catatan: Herman Hoeksema (hal 788-793) memberikan penguraian panjang lebar tentang Ro 11:26, dan ia akhirnya sampai pada kesimpulan yang sama seperti Louis Berkhof. Kata-kata ‘seluruh Israel’ ia tafsirkan menunjuk kepada orang-orang pilihan dari kalangan Israel / Yahudi.

c. Anthony A. Hoekema menambahkan (hal 144) bahwa kalau pertobatan bangsa Israel hanya akan terjadi pada akhir jaman, maka itu hanya berlaku untuk generasi dari bangsa Israel yang hidup pada saat itu, dan ini hanya merupakan sebagian kecil dari ‘seluruh Israel’ dan karena itu tidak cocok untuk disebut sebagai ‘seluruh Israel’!

d. Anthony A. Hoekema juga mengatakan (hal 144-145) bahwa Ro 11:26a mengatakan “Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan”.

Anthony A. Hoekema: “The text does not say, ‘And then all Israel will be saved.’ If Paul had wished to convey this thought, he could have used a word which means ‘then’ (like TOTE or EPEITA). But he used the word HOUTOS, which describes not temporal succession but manner, and which means ‘thus,’ ‘so,’ or ‘in this way.’ In other words, Paul is not saying, ‘Israel has experienced hardening in part until the full number of the Gentiles has come in, and then (after this has happened) all Israel will be saved.’ But he is saying, ‘Israel has experienced a hardening in part until the full number of the Gentiles has come in, and in this way all Israel will be saved.’” [= Textnya tidak mengatakan, ‘Dan lalu seluruh Israel akan diselamatkan’. Seandainya Paulus ingin menyampaikan pemikiran ini, ia bisa menggunakan suatu kata yang berarti ‘lalu’ (seperti TOTE dan EPEITA). Tetapi ia menggunakan kata HOUTOS, yang tidak menggambarkan penggantian yang berhubungan dengan waktu tetapi cara, dan yang berarti ‘’demikianlah’, ‘begitulah’, atau ‘dengan cara ini’. Dengan kata lain, Paulus bukan berkata, ‘Israel telah mengalami pengerasan sebagian sampai jumlah yang penuh dari orang-orang non Yahudi telah masuk, dan lalu (setelah hal ini telah terjadi) seluruh Israel akan diselamatkan’. Tetapi ia mengatakan, ‘Israel telah mengalami pengerasan sebagian sampai jumlah yang penuh dari orang-orang non Yahudi telah masuk, dan dengan cara ini seluruh Israel akan diselamatkan’] - ‘The Bible and The Future’, hal 144-145.

Jadi, Anthony A. Hoekema menafsirkan (hal 145) bahwa yang dimaksudkan oleh Paulus adalah sebagai berikut: Ia sudah mengajarkan bahwa melalui ketidak-percayaan Israel, keselamatan sampai kepada bangsa-bangsa lain. Dan ini menyebabkan kecemburuan Israel. Semua ini sudah terjadi, dan tetap terjadi, dan masih akan terjadi terus.

Jadi, Allah menggenapi janjiNya kepada Israel dengan cara sebagai berikut: sekalipun Israel dikeraskan dalam ketidak-percayaan, tetapi yang dikeraskan itu hanyalah sebagian dari Israel, bukan seluruh Israel. Dengan kata lain, Israel akan terus berbalik kepada Tuhan sampai kedatangan Kristus yang kedua-kalinya, sementara pada saat yang sama orang-orang non Yahudi juga akan dikumpulkan. Dan dengan cara ini maka seluruh Israel akan diselamatkan.

Ada pandangan yang lain, yang menganggap bahwa istilah ‘seluruh Israel’ dalam Ro 11:26 menunjuk kepada ‘semua orang-orang pilihan dari Israel + non Israel’. Pandangan ini dianut antara lain oleh Calvin.

Anthony A. Hoekema mengatakan (hal 144) bahwa keberatan terhadap pandangan ini adalah bahwa dalam Ro 9-11 istilah ‘Israel’ muncul 11 x. Dan selain dalam Ro 11:26 itu, istilah ini selalu menunjuk kepada ‘bangsa Israel / Yahudi’, dan mengkontraskannya dengan ‘bangsa-bangsa non Israel / Yahudi’. Jadi, tak ada alasan untuk menganggap bahwa dalam Ro 11:26 istilah itu menunjuk kepada ‘bangsa Israel / Yahudi + non Israel / Yahudi’.

Anthony A. Hoekema lalu menyimpulkan:

· Dengan penafsiran seperti itu, kita tidak akan bisa mengetahui kapan tanda ini betul-betul sudah tergenapi (karena kita tidak tahu jumlah orang-orang pilihan baik dari kalangan Israel maupun non Israel), dan karena itu kita juga tidak bisa menentukan kapan Yesus akan datang kedua-kalinya.

· Gereja harus tetap memikirkan penginjilan terhadap Israel.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (11)

b) Tanda-tanda yang menunjukkan permusuhan terhadap Allah.

1. Masa kesukaran besar (the great tribulation).

Mat 24:9,15-21 - “(9) Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu, ... (15) ‘Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel - para pembaca hendaklah memperhatikannya - (16) maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. (17) Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, (18) dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. (19) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. (20) Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat. (21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi”.

Mark 13:9-20 - “(9) Tetapi kamu ini, hati-hatilah! Kamu akan diserahkan kepada majelis agama dan kamu akan dipukul di rumah ibadat dan kamu akan dihadapkan ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja karena Aku, sebagai kesaksian bagi mereka. (10) Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa. (11) Dan jika kamu digiring dan diserahkan, janganlah kamu kuatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus. (12) Seorang saudara akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah terhadap anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. (13) Kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat.’ (14) ‘Apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat yang tidak sepatutnya - para pembaca hendaklah memperhatikannya - maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. (15) Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun dan masuk untuk mengambil sesuatu dari rumahnya, (16) dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. (17) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. (18) Berdoalah, supaya semuanya itu jangan terjadi pada musim dingin. (19) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia, yang diciptakan Allah, sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. (20) Dan sekiranya Tuhan tidak mempersingkat waktunya, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan yang telah dipilihNya, Tuhan mempersingkat waktunya”.

Luk 21:12-24 - “(12) Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena namaKu. (13) Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. (14) Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. (15) Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. (16) Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh (17) dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu. (18) Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang. (19) Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.’ (20) ‘Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. (21) Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, (22) sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. (23) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, (24) dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.’”.

Yang menjadi problem adalah bahwa Mat 24 / Mark 13 / Luk 21 merupakan suatu text yang sangat sukar penafsirannya. Untuk melihat itu, perhatikan beberapa komentar yang penting dari Anthony A. Hoekema tentang penafsiran dari Mat 24:3-51 / Mark 13:3-37 / Luk 21:5-36.

Anthony A. Hoekema: “This is, however, a very difficult passage to interpret. What makes it so difficult is that some parts of the discourse obviously refer to the destruction of Jerusalem which lies in the near future, whereas other parts of it refer to the events which will accompany the Parousia at the end of the age” [= Tetapi ini merupakan suatu text yang sangat sukar untuk ditafsirkan. Apa yang membuatnya begitu sukar adalah bahwa beberapa bagian dari percakapan / pelajaran itu jelas menunjuk pada kehancuran Yerusalem yang terletak di masa depan yang dekat, sementara bagian-bagian lain dari percakapan / pelajaran itu menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang akan menyertai PAROUSIA (= kehadiran / kedatangan) pada akhir jaman] - ‘The Bible and The Future’, hal 148.

Sekarang perhatikan awal dari percakapan / pelajaran dalam Mat 24 tersebut.

Matius 24:1-3 - “(1) Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-muridNya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. (2) Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.’ (3) Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-muridNya kepadaNya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: ‘Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia?’”.

Anthony A. Hoekema mengatakan (hal 148) bahwa pertanyaan dari para murid memang berkenaan dengan 2 topik. Alasannya:

a. Kata-kata “bilamanakah itu akan terjadi” jelas berhubungan dengan kata-kata Yesus bahwa Bait Allah akan diruntuhkan, dan karena itu, pertanyaan ini berhubungan dengan kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M.

b. Kata-kata “apakah tanda kedatanganMu dan tanda kesudahan dunia” jelas berhubungan dengan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya / akhir jaman.

Jadi, karena pertanyaannya memang terdiri dari 2 topik, tidak aneh kalau dalam jawaban Yesus kedua hal itu (kehancuran Yerusalem dan akhir jaman) juga tercakup kedua-duanya.

Anthony A. Hoekema: “As we read the discourse, however, we find that aspects of these two topics are intermingled; matters concerning the destruction of Jerusalem (epitomized by the destruction of the temple) are mingled together with matters which concern the end of the world - so much so that it is sometimes hard to determine whether Jesus is referring to the one or the other or perhaps to both. Obviously the method of teaching used here by Jesus is that of prophetic foreshortening, in which events far removed in time and events in the near future are spoken of as if they were very close together”[= Tetapi pada waktu kita membaca percakapan / pelajaran itu, kita mendapati bahwa kedua topik ini dicampur-aduk; hal-hal mengenai kehancuran Yerusalem (dilambangkan oleh kehancuran Bait Allah) dicampur-aduk dengan hal-hal yang berkenaan dengan akhir dunia ini - sedemikian banyak sehingga kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah Yesus menunjuk pada yang satu atau yang lain atau mungkin pada keduanya. Jelas bahwa metode pengajaran yang digunakan di sini oleh Yesus adalah metode penyingkatan masa depan yang bersifat nubuatan, dalam mana peristiwa-peristiwa yang berada jauh di depan dan peristiwa-peristiwa yang ada di masa depan yang dekat dibicarakan seakan-akan mereka sangat dekat] - ‘The Bible and The Future’, hal 148.

Catatan: ini cara yang sama seperti yang digunakan nabi-nabi Perjanjian Lama pada waktu menggambarkan / menubuatkan tentang kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan Kristus yang kedua, yang kelihatannya bukan hanya tidak dibedakan, tetapi bahkan dicampur-adukkan.

Mat 24:4-44 - “(4) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! (5) Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. (6) Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. (7) Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. (8) Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. (9) Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu, (10) dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. (11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. (12) Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. (13) Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. (14) Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’ (15) ‘Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel - para pembaca hendaklah memperhatikannya - (16) maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. (17) Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, (18) dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. (19) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. (20) Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat. (21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. (22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat. (23) Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. (25) Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. (26) Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. (27) Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia. (28) Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun.’ (29) ‘Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. (30) Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya. (31) Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikatNya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihanNya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain. (32) Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. (33) Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. (34) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. (35) Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu. (36) Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’ (37) ‘Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (40) Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; (41) kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. (42) Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. (43) Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. (44) Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.’”.

Catatan: yang saya beri garis bawah tunggal kelihatannya menunjuk pada kehancuran Yerusalem, sedangkan yang saya beri garis bawah ganda kelihatannya menunjuk pada akhir jaman, sedangkan yang lain membingungkan, karena bisa menunjuk pada kehancuran Yerusalem ataupun pada akhir jaman atau keduanya.

Anthony A. Hoekema: “The destruction of Jerusalem which lies in the near future is a type of the end of the world; hence the intermingling. The passage, therefore, deals neither exclusively with the destruction of Jerusalem nor exclusively with the end of the world; it deals with both - sometimes with the latter in terms of the former. ... In this discourse Jesus seems to be describing events associated with his Second Coming in terms of the people of Israel and of the life in Judea. These details, however, should not be interpreted with strict literalness” (= Kehancuran Yerusalem yang terletak di masa depan yang dekat merupakan TYPE dari akhir dunia; dan karena itu keduanya dicampur-aduk. Karena itu, text tersebut tidak hanya membicarakan kehancuran Yerusalem ataupun akhir dunia ini; itu membicarakan keduanya - kadang-kadang membicarakan yang terakhir dengan istilah-istilah dari yang terdahulu. ... Dalam pembicaraan / pelajaran ini Yesus kelihatannya menggambarkan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan kedatanganNya yang kedua-kalinya dengan istilah-istilah tentang bangsa Israel dan kehidupan di Yudea. Tetapi, detail-detail ini tidak boleh ditafsirkan dengan penghurufiahan yang ketat) - ‘The Bible and The Future’, hal 149.

Anthony A. Hoekema: “Though the tribulation, persecution, suffering, and trials here predicted are described in terms which concern Palestine and the Jews, they must not be interpreted as having to do only with the Jews. Jesus was describing future events in terms which would be understandable to his hearers, in terms which had local ethnic and geographic color. We are not warranted, however, in applying these predictions only to the Jews, or in restricting their occurrence only to Palestine” (= Sekalipun kesukaran, penganiayaan, penderitaan, dan ujian yang diramalkan di sini digambarkan dengan menggunakan istilah-istilah yang berkenaan dengan Palestina dan Yerusalem, hal-hal itu tidak boleh ditafsirkan sebagai berkenaan hanya dengan orang-orang Yahudi. Yesus sedang menggambarkan peristiwa-peristiwa di masa depan dengan menggunakan istilah-istilah yang bisa dimengerti bagi para pendengarNya, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai warna bangsa dan geografik setempat) - ‘The Bible and The Future’, hal 149.

Yang dimaksud dengan penggunaan istilah-istilah tentang bangsa Israel dan kehidupan di Yudea dan berkenaan dengan Palestina dan Yerusalem, adalah bagian-bagian di bawah ini.

Mat 24:9,15-20 - “(9) Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci SEMUA BANGSA oleh karena namaKu, ... (15) ‘Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel - para pembaca hendaklah memperhatikannya - (16) maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. (17) Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, (18) dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. (19) Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. (20) Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat”.

Anthony A. Hoekema: “We conclude, then, that the sign of tribulation is not restricted to the end-time, but characterizes the entire age between Christ’s two comings. ... On the basis of Jesus’ words in Matthew 24:21-30, however, it would appear that there will also be a final, climactic, tribulation just before Christ returns” (= Maka kami menyimpulkan bahwa tanda masa kesukaran besar ini tidaklah dibatasi pada akhir jaman, tetapi menjadi ciri / karakter dari seluruh jaman di antara dua kedatangan Kristus. ... Tetapi berdasarkan kata-kata Yesus dalam Mat 24:21-30, kelihatannya juga akan ada suatu kesukaran terakhir yang merupakan klimax, persis sebelum Kristus kembali) - ‘The Bible and The Future’, hal 150-151.

Louis Berkhof mengatakan bahwa tidak diragukan bahwa kata-kata Yesus dalam Mat 24 ini mendapatkan ‘penggenapan sebagian’ dalam peristiwa kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M., tetapi kata-kata Yesus ini akan mendapatkan ‘penggenapan lebih lanjut / sepenuhnya’ di masa yang akan datang dimana akan terjadi masa kesukaran yang jauh melebihi apapun yang pernah dialami / pernah terjadi (Mat 24:21 Mark 13:19).

Anthony A. Hoekema: “The sign of tribulation, like the other signs of times already discussed, does not enable us to date the Second Coming of Christ with exactness. The people of God must suffer tribulation throughout this era; when the final, intensified form of this tribulation will occur is hard to say” (= Tanda kesukaran, seperti tanda-tanda jaman yang lain yang sudah dibicarakan, tidak memampukan kita untuk mengetahui kapan persisnya kedatangan Kristus yang kedua-kalinya itu akan terjadi. Umat Allah harus menderita kesukaran dalam sepanjang jaman ini; kapan bentuk kesukaran terakhir dan yang meningkat itu akan terjadi sukar untuk dikatakan) - ‘The Bible and The Future’, hal 151.

Anthony A. Hoekema: “In any event, this sign should put us all on guard. When Christians suffer tribulation or persecution, this is to be recognized as a sign of the approaching return of Christ. The question is, Is our faith strong enough to withstand tribulation?” (= Bagaimanapun juga, tanda ini harus membuat kita semua berjaga-jaga. Pada waktu orang-orang kristen menderita kesukaran atau penganiayaan, ini harus dikenali sebagai suatu tanda dari mendekatnya kembalinya Kristus. Pertanyaannya, Apakah iman kita cukup kuat untuk menahan kesukaran?) - ‘The Bible and The Future’, hal 151.

Penerapan: kalau sekarang, hanya pada waktu mengalami kesukaran yang relatif kecil saja iman kita sudah goncang, dan kita sudah mundur dari Tuhan, bagaimana kalau nanti masa kesukaran besar (the great tribulation) itu terjadi?

2. Masa penyesatan / kemurtadan besar (the great apostasy).

a. Terjadinya masa penyesatan / kemurtadan besar (the great apostasy) bisa disebabkan karena terjadinya masa kesukaran besar (the great tribulation), tetapi juga karena munculnya banyak nabi-nabi palsu, dan Mesias / Kristus palsu, yang akan menyesatkan banyak orang dengan mujijat-mujijat palsu mereka.

Mat 24:9-10,24 - “(9) Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu, (10) dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. ... (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

Anthony A. Hoekema: “Since, as we have seen, Jesus in this discourse speaks both of the impending destruction of Jerusalem and of the end-time - often of the latter in terms of the former - we may conclude that these words describe apostasies associated with both of the events just mentioned” (= Karena, seperti yang telah kita lihat, Yesus dalam pembicaraan ini berbicara baik tentang kehancuran Yerusalem yang mendatang maupun tentang akhir jaman - sering tentang yang terakhir dengan menggunakan istilah-istilah tentang yang terdahulu - kita bisa menyimpulkan bahwa kata-kata ini menggambarkan kemurtadan berhubungan dengan kedua peristiwa yang baru dibicarakan) - ‘The Bible and The Future’, hal 152.

b. Tentang masa penyesatan / kemurtadan besar (the great apostasy) itu, Paulus membicarakannya dalam:

· 2Tesalonika 2:3 - “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa”.

· 1Timotius 4:1 - “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan”.

· 2Tim 3:1-5 - “(1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. (5) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”.

Paulus pasti sudah melihat kemurtadan itu pada jamannya, tetapi jelas bahwa ia menunjukkan bahwa akan datang suatu kemurtadan yang jauh lebih besar pada akhir jaman.

c. Orang-orang yang disesatkan / murtad adalah orang-orang dari kalangan Kristen, tetapi bukan orang kristen yang sejati. Sedangkan orang kristen yang sejati akan dijaga oleh Tuhan sehingga tidak akan disesatkan. Itu bisa terlihat dari banyak ayat seperti:

· Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga SEKIRANYA MUNGKIN, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

Kata-kata ‘sekiranya mungkin’ menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Mengapa tidak mungkin? Bukan karena kehebatan dari orang-orang pilihan / orang-orang kristen itu sendiri, tetapi karena campur tangan dari Tuhan.

Bdk. Mat 24:21-22 - “(21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. (22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat”.

· Yohanes 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.

· Yohanes 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.

· 1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.

Ayat-ayat di atas ini menjamin bahwa tidak akan ada orang kristen yang sejati yang murtad, dan sekaligus menjamin bahwa keselamatan tidak bisa hilang!

d. Penyesatan dan kemurtadan itu ada sejak abad pertama, tetapi menjelang kedatangan Kristus yang kedua-kalinya akan terjadi penyesatan dan kemurtadan dengan intensitas yang sangat meningkat.

Anthony A. Hoekema: “In the New Testament, however, we find predictions both of a continuing or recurring apostasy from the true worship of God throughout the history of the church and of a final apostasy which will precede the Parousia” (= Tetapi dalam Perjanjian Baru, kita mendapati ramalan-ramalan tentang kemurtadan yang terus menerus dan berulang dari penyembahan yang benar terhadap Allah dalam sepanjang sejarah gereja dan tentang kemurtadan akhir yang akan mendahului Parousia) - ‘The Bible and The Future’, hal 152.

Anthony A. Hoekema berpendapat bahwa yang Paulus maksudkan dengan 1Tim 4:1 dan 2Tim 3:1-5 di atas terjadi pada sepanjang jaman antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya. Dan memang pada abad pertama itu saja jelas sudah tercatat adanya kemurtadan dalam Kitab Suci, seperti dalam Ibr 6:6 Ibr 10:29 2Pet 2:20 1Yoh 2:19 dan sebagainya.

Tetapi tentang 2Tes 2:3-dst itu ia berpendapat bahwa Paulus betul-betul berbicara tentang masa penyesatan / kemurtadan besar (the great apostasy) yang terjadi menjelang kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

Ini merupakan sesuatu yang ‘mengerikan’, karena kalau saat ini saja sudah begitu banyak ajaran sesat, nabi palsu, mujijat-mujijat palsu, dan juga sudah ada begitu banyak orang-orang yang sesat / murtad, bagaimana keadaan gereja kalau semua ini meningkat?

e. Ini menyebabkan tidak mungkin bagi kita untuk bisa meramalkan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya dengan persis dari tanda ini.

Anthony A. Hoekema: “As in the case of the other signs of the times, neither is this a sign which enables us to date Christ’s Second Coming with exactness. Certainly there has been apostasy in the church since New Testament times; undeniably there is apostasy in the church now. ... Yet who is to say exactly when or how the final apostasy will come? It may come very soon, or it may still be years away - we must be always ready, praying for grace that we may continue to stand fast in the faith” (= Seperti dalam kasus dari tanda-tanda jaman yang lain, tanda inipun tidak memampukan kita untuk mengetahui saat kedatangan Kristus yang kedua-kalinya dengan tepat. Pasti sudah ada penyesatan / kemurtadan dalam gereja sejak jaman Perjanjian Baru; dan tidak bisa disangkal juga ada penyesatan / kemurtadan dalam gereja saat ini. ... Tetapi siapa yang bisa mengatakan dengan tepat kapan atau bagaimana penyesatan / kemurtadan akhir itu akan datang? Itu bisa datang segera, atau masih bertahun-tahun lagi - kita harus selalu siap sedia, berdoa untuk kasih karunia supaya kita bisa terus berdiri teguh dalam iman) - ‘The Bible and The Future’, hal 153-154.

3. Kedatangan sang Anti Kristus.

a. Definisi dari ‘Anti Kristus’.

William E. Cox: “According to Greek lexicons ‘anti’ not only means to oppose Christ, it also means ‘for, instead of’ Christ (the anointed One). When antichrist comes he will claim that he is the Messiah and that this is his (Messiah’s) second advent. He will oppose Christ while acting as Christ” [= Menurut lexicon-lexicon bahasa Yunani kata ‘anti’ tidak hanya berarti menentang Kristus, itu juga berarti ‘menggantikan, sebagai ganti’ Kristus (Orang yang diurapi). Pada saat Anti Kristus datang ia akan mengclaim bahwa ia adalah sang Mesias dan bahwa ini adalah kedatanganNya (dari Mesias) yang kedua. Ia akan menentang Kristus sementara bertindak sebagai / seperti Kristus] - ‘Biblical Studies in Final Things’, hal 109.

b. Ayat-ayat Kitab Suci yang membicarakan Anti Kristus.

· Dalam Perjanjian Lama sebetulnya sudah ada ayat-ayat yang membicarakan Anti Kristus, yaitu:

* Dan 7:8,23-26 - “(8) Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu itu tercabut; dan pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong. ... (23) Maka demikianlah katanya: Binatang yang keempat itu ialah kerajaan yang keempat yang akan ada di bumi, yang akan berbeda dengan segala kerajaan dan akan menelan seluruh bumi, menginjak-injaknya dan meremukkannya. (24) Kesepuluh tanduk itu ialah kesepuluh raja yang muncul dari kerajaan itu. Sesudah mereka, akan muncul seorang raja; dia berbeda dengan raja-raja yang dahulu dan akan merendahkan tiga raja. (25) Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa. (26) Lalu Majelis Pengadilan akan duduk, dan kekuasaan akan dicabut dari padanya untuk dimusnahkan dan dihancurkan sampai lenyap”.

* Dan 11:35-39 - “(35) Sebagian dari orang-orang bijaksana itu akan jatuh, supaya dengan demikian diadakan pengujian, penyaringan dan pemurnian di antara mereka, sampai pada akhir zaman; sebab akhir zaman itu belum mencapai waktu yang telah ditetapkan. (36) Raja itu akan berbuat sekehendak hati; ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali, dan ia akan beruntung sampai akhir murka itu; sebab apa yang telah ditetapkan akan terjadi. (37) Juga para allah nenek moyangnya tidak akan diindahkannya; baik pujaan orang-orang perempuan maupun allah manapun juga tidak akan diindahkannya, sebab terhadap semuanya itu ia akan membesarkan diri. (38) Tetapi sebagai ganti semuanya itu ia akan menghormati dewa benteng-benteng: dewa yang tidak dikenal oleh nenek moyangnya akan dihormatinya dengan membawa emas dan perak dan permata dan barang-barang yang berharga. (39) Dan ia akan bertindak terhadap benteng-benteng yang diperkuat dengan pertolongan dewa asing itu. Siapa yang mengakui dewa ini akan dilimpahi kehormatan; ia akan membuat mereka menjadi berkuasa atas banyak orang dan kepada mereka akan dibagikannya tanah sebagai upah”.

Sekalipun kedua nubuat ini sudah digenapi dalam diri raja Syria / Aram yang bernama Antiochus Epiphanes, tetapi Anthony A. Hoekema mengatakan (hal 154-155) bahwa kebanyakan penafsir menganggap bahwa kedua nubuat ini juga merupakan penggambaran dari sang Anti Kristus yang dibicarakan dalam Perjanjian Baru. Ia bahkan mengatakan bahwa ada penafsir Reformed, yaitu E. J. Young yang menganggap bahwa Dan 11:36 sama sekali tidak menunjuk kepada Antiochus Epiphanes, tetapi semata-mata kepada sang Anti Kristus.

Bahwa nubuat Daniel ini mempunyai penggenapan lain setelah digenapi dalam diri Antiochus Epiphanes merupakan sesuatu yang jelas dari kata-kata Yesus dalam Mat 24:15-16 - “(15) ‘Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel - para pembaca hendaklah memperhatikannya - (16) maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan”.

Pada saat Yesus mengucapkan kata-kata ini, peristiwa Antiochus Epiphanes itu sudah terjadi, dan itu membuktikan bahwa nubuat Daniel itu pasti mempunyai penggenapan lanjutan / yang lebih jauh dari pada sekedar dalam diri Antiochus Epiphanes. Penggenapan yang kedua jelas terjadi pada diri Titus yang menghancurkan Yerusalem pada tahun 70 M. dan karena kita telah mempelajari bahwa kata-kata Yesus dalam Mat 24 itu mencakup kehancuran Yerusalem maupun akhir jaman, maka kita bisa mengharapkan akan adanya penggenapan ketiga dari nubuat Daniel itu, yaitu dalam diri sang Anti Kristus.

Anthony A. Hoekema: “both Antiochus Epiphanes and Titus were types of the antichrist who is to come” (= baik Antiochus Epiphanes maupun Titus merupakan TYPE-TYPE dari Anti Kristus yang akan datang) - ‘The Bible and The Future’, hal 156.

· Istilah ‘Anti Kristus’ muncul hanya dalam surat Yohanes, yaitu dalam:

* 1Yoh 2:18,22 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. ... (22) Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak”.

* 1Yohanes 4:3 - “dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.

* 2Yoh 7 - “Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus”.

Istilah ‘Anti Kristus’ ini menunjuk kepada orang-orang yang menyamar sebagai Kristus tetapi sebetulnya menentang Kristus. Dan dari kata-kata Yohanes ini, khususnya dalam 1Yoh 2:18, kelihatannya sekalipun pada jamannya sudah ada banyak anti Kristus, tetapi mereka semua hanyalah semacam pendahulu, dan masih akan datang seorang Anti Kristus yang tertinggi (The Anti Christ).

Anthony A. Hoekema: “We can thus expect to continue to find antichristian powers and persons in every era of the church of Jesus Christ until his Second Coming. This sign of the times, therefore, like the others, is one that marks the entire era of the church between Christ’s two comings, and one that has relevance for the church today. We must be constantly on our guard against antichrists, and against antichristian teachings and practices” (= Maka kita bisa mengharapkan untuk terus menerus mendapati kekuatan-kekuatan dan pribadi-pribadi yang anti Kristen dalam setiap jaman dari gereja Yesus Kristus sampai kedatanganNya yang kedua-kalinya. Karena itu, tanda jaman ini, sama seperti yang lainnya, adalah tanda yang menandai seluruh jaman dari gereja di antara dua kedatangan Kristus, dan merupakan tanda yang berhubungan dengan gereja pada saat ini. Kita harus selalu berjaga-jaga terhadap Anti Kristus - Anti Kristus, dan terhadap ajaran-ajaran dan praktek-praktek anti Kristen) - ‘The Bible and The Future’, hal 158.

· Dalam bagian Kitab Suci lain (selain surat Yohanes), sekalipun istilah ‘Anti Kristus’ itu tidak digunakan, tetapi ajaran tentang Anti Kristus itu jelas ada. Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

* Matius 24:5,24 - “(5) Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. ... (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

* 2Tesalonika 2:3-12 - “(3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, (4) yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah. (5) Tidakkah kamu ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu, ketika aku masih bersama-sama dengan kamu? (6) Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya. (7) Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, (8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. (9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”.

Catatan: Perhatikan kata-kata dalam ay 4 yang saya beri garis bawah ganda, dan perhatikan kemiripannya dengan kata-kata dalam Dan 11:36 di atas.

Anthony A. Hoekema menganggap bahwa text dalam 2Tes 2 ini merupakan ajaran Perjanjian Baru yang paling jelas tentang sang Anti Kristus.

Anthony A. Hoekema: “Needless to say, this demand to be worshipped on the part of the man of lawlessness will involve severe persecution for God’s true people, who will refuse this demand. This will then be the ‘great tribulation’ predicted by our Lord. In other words, the climactic intensification of the tribulation which is one of the signs of the times will coincide with the appearance of the man of lawlessness” (= Tak perlu dikatakan, tuntutan untuk disembah dari manusia durhaka ini akan melibatkan penganiayaan yang hebat bagi umat Allah yang sungguh-sungguh, yang akan menolak tuntutan ini. Maka ini akan merupakan ‘masa kesukaran besar’ yang telah dinubuatkan oleh Tuhan kita. Dengan kata lain, klimax dari peningkatan kesukaran yang merupakan salah satu tanda jaman akan bertepatan dengan pemunculan dari manusia durhaka) - ‘The Bible and The Future’, hal 160.

* Wahyu 13:1-18 - “(1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat. (2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar. (3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. (4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: ‘Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?’ (5) Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya. (6) Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat namaNya dan kemah kediamanNya dan semua mereka yang diam di sorga. (7) Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka; dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa. (8) Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih. (9) Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! (10) Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus. (11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga. (12) Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh. (13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (14) Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu. (15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh. (16) Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, (17) dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. (18) Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam”.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (12)

c. Siapakah Anti Kristus itu?

Dari semua ayat-ayat Kitab Suci di atas bisa disimpulkan bahwa:

· Anti Kristus itu sudah ada pada jaman rasul Paulus dan Yohanes.

· Anti Kristus itu akan mencapai kekuatan puncaknya pada saat-saat mendekati akhir jaman.

· Daniel menggambarkan Anti Kristus itu dalam dunia politik, Paulus menggambarkannya dalam dunia Gereja, dan Yohanes dalam keduanya.

· Mungkin kekuatan Anti Kristus itu akhirnya akan terkonsentrasi dalam seorang pribadi, perwujudan dari semua kejahatan.

Hal ini, yaitu apakah akan muncul seorang pribadi yang merupakan sang Anti Kristus, sangat diperdebatkan. Sebagian orang menganggap bahwa Anti Kristus itu bukan pribadi, tetapi hanya merupakan penggambaran dari orang-orang jahat dan prinsip-prinsip yang menentang kekristenan, yang terus-menerus menentang Allah dan KerajaanNya dalam sepanjang jaman, kadang-kadang melemah dan kadang-kadang menguat, tetapi mendekati akhir jaman akan sangat menguat. Tetapi sebagian lain menganggap bahwa sang Anti Kristus itu nanti pasti adalah seorang pribadi. Pandangan kedua ini lebih umum, dan menurut Louis Berkhof pandangan kedua inilah yang merupakan pandangan yang Alkitabiah.

Alasannya:

* penggambaran Anti Kristus dalam kitab Daniel itu kelihatannya menunjuk kepada satu pribadi.

* Paulus, dalam 2Tes 2:3, menyebut sang Anti Kristus itu dengan sebutan ‘the man of sin’ (= manusia dosa / durhaka) dan ‘the son of perdition’ (= anak kebinasaan / neraka), dan seluruh kontext menunjukkan bahwa sang Anti Kristus itu adalah seorang pribadi.

2Tesalonika 2:3 - “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa”.

KJV: ‘and that man of sin be revealed, the son of perdition’ (= dan bahwa manusia dosa / durhaka dinyatakan, anak kebinasaan / neraka).

* sekalipun rasul Yohanes berbicara tentang banyak Anti Kristus yang sudah muncul pada jamannya, ia tetap berbicara tentang akan datangnya ‘seorang Anti Kristus’ (1Yoh 2:18).

* dalam kitab Wahyu, binatang yang dibicarakan oleh Yohanes dalam Wah 13 itu, terlihat sebagai seorang pribadi, yang akhirnya dimasukkan ke neraka.

Wahyu 19:20 - “Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang”.

Wahyu 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

* karena Kristus adalah seorang pribadi, maka adalah sesuatu yang wajar kalau sang Anti Kristus itu juga adalah seorang pribadi.

William E. Cox: “Antichrist might be defined as a demonic-human adversary of Christ who will appear before the second advent as the last oppressor and persecutor of Christians” (= Anti Kristus bisa didefinisikan sebagai musuh Kristus yang merupakan manusia-setan, yang akan muncul sebelum kedatangan yang kedua-kalinya sebagai penindas dan penganiaya terakhir dari orang-orang kristen) - ‘Biblical Studies in Final Things’, hal 108.

Louis Berkhof mengatakan (hal 702) bahwa dalam sejarah ada banyak pandangan tentang siapa sang Anti Kristus itu.

¨ Dalam Gereja mula-mula ada anggapan bahwa Anti Kristus itu adalah seorang Yahudi, yang berpura-pura menjadi Mesias / Kristus, dan memerintah di Yerusalem.

¨ Banyak penafsir menganggap bahwa Paulus memaksudkan seorang kaisar Romawi sebagai Anti Kristus.

¨ Juga ada penafsir-penafsir yang menganggap, berdasarkan Wahyu 13:18, bahwa rasul Yohanes memaksudkan kaisar Nero sebagai Anti Kristus.

¨ Pada jaman Reformasi banyak orang Kristen Protestan yang beranggapan bahwa kepausan Roma, adalah Anti Kristus itu. Bahkan ada yang beranggapan bahwa Paus-Paus tertentu adalah Anti Kristus itu.

Anthony A. Hoekema menambahkan (hal 161) bahwa ada orang-orang yang menganggap Stalin dan Hitler sebagai Anti Kristus.

Anthony A. Hoekema: “when people in the past identified certain individuals as the antichrist, they were not entirely wrong, since there have been manifestations of antichristian thought and action throughout the history of the church. Previously, we have noted that there have been precursors or forerunners of the antichrist, and that there will continue to be such. ... every age will provide its own particular form of antichristian activity. But we look for an intensification of this sign in the appearance of the antichrist shortly before Christ’s return” (= pada waktu orang-orang di masa lampau mengidentifikasi orang-orang tertentu sebagai sang Anti Kristus, mereka tidak sepenuhnya salah, karena memang sudah ada manifestasi-manifestasi dari pemikiran dan tindakan anti Kristen dalam sepanjang sejarah Gereja. Sebelumnya, kita telah memperhatikan bahwa sudah ada pelopor-pelopor dan pendahulu-pendahulu dari sang Anti Kristus, dan akan terus ada orang-orang seperti itu. ... setiap jaman akan menyediakan bentuk khusus dari aktivitas anti Kristennya sendiri. Tetapi kita mencari suatu penguatan / peningkatan dari tanda ini dalam pemunculan dari sang Anti Kristus sebelum kembalinya Kristus) - ‘The Bible and The Future’, hal 161-162.

Anthony A. Hoekema: “This sign, too, does not enable us to date the return of Christ with precision. We simply do not know how the final antichrist will rise or what form his appearance will take”(= Tanda ini, juga, tidak memampukan kita untuk menentukan kembalinya Kristus dengan tepat. Kita tidak tahu bagaimana sang Anti Kristus yang terakhir akan muncul atau apa bentuk pemunculannya) - ‘The Bible and The Future’, hal 162.

d. Pembahasan Wah 13.

Catatan: ini bukan exposisi lengkap. Yang saya bahas hanya hal-hal yang berhubungan dengan Anti Kristus, penyaniayaan yang dilakukannya, dan sikap orang Kristen terhadap hal itu.

William Hendriksen: “This is, perhaps, the most difficult paragraph in the entire book of Revelation. The main ideas are clear; the details are obscure” (= Mungkin ini merupakan pasal yang paling sukar dari seluruh kitab Wahyu. Gagasan-gagasan utamanya jelas; tetapi detail-detailnya kabur) - ‘More Than Conquerors’, hal 148.

Wah 13:1-10 - “(1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat. (2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar. (3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. (4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: ‘Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?’ (5) Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya. (6) Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat namaNya dan kemah kediamanNya dan semua mereka yang diam di sorga. (7) Dan ia diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka; dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa. (8) Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih. (9) Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! (10) Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus”.

· Penafsiran Herman Hoeksema (‘Behold He Cometh’, hal 452-dst) tentang Wah 13:1-10.

Herman Hoeksema mengatakan (hal 454) bahwa binatang yang keluar dari dalam laut itu adalah sang Anti Kristus.

Herman Hoeksema menafsirkan ‘laut’ itu sebagai orang-orang / bangsa-bangsa yang hidup di dunia di bawah kuasa dosa. Alasannya:

Yesaya 57:20 - “Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur”.

Wahyu 17:15 - “Lalu ia berkata kepadaku: ‘Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa”.

Binatang itu digambarkan sebagai monster berkepala 7 dan bertanduk 10. Di atas tanduk-tanduknya ada 10 mahkota, dan pada kepalanya ada nama-nama hujat. Herman Hoeksema mengatakan bahwa penggambaran binatang itu jelas merupakan sesuatu yang bersifat simbolis. Binatang / monster itu berhubungan dengan binatang-binatang dalam Dan 7.

Herman Hoeksema menyimpulkan bahwa binatang atau monster dalam Wah 13 itu menyimbolkan kuasa politik dunia yang sangat besar, bersama-sama dengan pemerintahnya sebagai kepala. Ini bukan hanya satu negara / bangsa dengan pemerintahnya, tetapi gabungan dari banyak negara / bangsa. Herman Hoeksema mengatakan bahwa bekas luka yang membahayakan, tetapi yang telah sembuh menunjuk pada jaman pembangunan menara Babel (Kej 11), yang sebetulnya merupakan suatu usaha untuk mempersatukan bangsa-bangsa di dunia. Tetapi pada saat itu usaha itu digagalkan oleh Tuhan yang mengacaukan bahasa-bahasa mereka. Ini digambarkan dengan luka yang membahayakan jiwa binatang itu. Tetapi luka itu sekarang telah sembuh, dalam arti apa yang tadi gagal dilakukan dalam Kej 11, sekarang menjadi kenyataan.

Jangan membayangkan bahwa negara-negara / bangsa-bangsa akan mempunyai keinginan untuk bebas dari kuasa binatang itu. Sebaliknyalah yang benar. Sang Anti Kristus itu sangat menarik, dan seluruh dunia akan senang dengan pemerintahannya (ay 3b-4). Tetapi ada 1 kelompok yang tidak senang, yaitu orang-orang kristen yang sejati (ay 8).

Naga (setan / Iblis) memberikan kuasa kepada binatang itu (ay 4). Ia anti Allah, Anti Kristus, dan anti Kristen (ay 5-7). Dan ia diijinkan memerangi orang-orang kudus dan mengalahkan mereka (ay 7). Ini menunjukkan bahwa Gereja harus mengalami masa kesukaran besar (the great tribulation). Tetapi ada satu penghiburan di sini, yaitu bahwa biarpun kuasa binatang itu sangat besar, tetapi kuasa itu didapatkan dari setan, yang dirinya sendiri mempunyai kuasa yang terbatas. Jadi, sang Anti Kristus, biarpun sangat berkuasa, tidak mempunyai kuasa yang tidak terbatas. Kristusnya sendiri tetap jauh melebihinya!

· Penafsiran William Hendriksen tentang Wahyu 13:1-10.

Mirip dengan penafsiran Herman Hoeksema, William Hendriksen mengatakan bahwa ‘laut’ menggambarkan bangsa-bangsa dan pemerintah-pemerintah mereka, dan ini ia dasarkan pada:

Yesaya 17:12 - “Wahai! Ributnya banyak bangsa-bangsa, mereka ribut seperti ombak laut menderu! Gaduhnya suku-suku bangsa, mereka gaduh seperti gaduhnya air yang hebat!”.

Wahyu 17:15 - “Lalu ia berkata kepadaku: ‘Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa”.

Binatang ini menyimbolkan kuasa menganiaya dari setan yang diwujudkan dalam semua bangsa dan pemerintahan dalam dunia sepanjang sejarah. Sekalipun bentuknya bisa berbeda-beda, tetapi hakekatnya tetap sama, yaitu pemerintahan duniawi yang diarahkan menentang Gereja.

Binatang ini mempunyai kemiripan dan perbedaan dengan penggambaran tentang naga dalam Wah 12:3 - “Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota”.

Jadi, binatang maupun naga / setan itu sama-sama berkepala 7 dan bertanduk 10, tetapi bedanya adalah bahwa binatang itu mahkotanya ada pada tanduk-tanduknya, sedangkan naga itu mahkotanya ada pada kepala-kepalanya. Perbedaan ini menurut dia menunjukkan bahwa naga, atau Setan, itulah yang memerintah / berkuasa. Rencananya dilaksanakan oleh pemerintah-pemerintah yang anti Kristen dari dunia ini.

William Hendriksen menganggap bahwa bekas luka yang membahayakan itu menunjuk pada matinya kaisar Nero, yang tadinya menganiaya gereja habis-habisan. Pada waktu ia mati (dengan cara bunuh diri), maka kekaisaran Romawi mendapat luka yang membahayakan itu. Tetapi lalu muncul kaisar Domitian, dan penganiayaan terhadap orang Kristen dilanjutkan. Ini digambarkan oleh sembuhnya luka itu.

Tentang ay 8-10, William Hendriksen berkata: “Let believers wait patiently for this time of severest tribulation, knowing that all things are included in God’s decree; ... It is not Satan but God who rules supreme” (= Hendaklah orang-orang percaya menunggu dengan sabar untuk waktu / masa kesukaran yang paling hebat ini, karena mengetahui bahwa segala sesuatu tercakup dalam penetapan Allah; ... Bukan Setan / Iblis, tetapi Allahlah yang adalah pemerintah tertinggi) - hal 147.

· Penafsiran William Barclay tentang Wah 13:1-10.

Binatang yang keluar dari laut itu menunjuk pada kekaisaran Romawi, dan sama seperti Herman Hoeksema, Barclay menghubungkan Wah 13 ini dengan Dan 7.

Binatang itu mempunyai 7 kepala dan 10 tanduk. Ini menggambarkan penguasa-penguasa dan kaisar-kaisar Roma. Ada 7 kaisar yang dimaksud, yaitu Tiberius (14-37 M), Caligula (37-41 M), Claudius (41-54 M), Nero (55-68 M), Vespasian (69-79 M), Titus (79-81 M), Domitian (81-96 M). Barclay menganggap bahwa ke 7 kaisar ini adalah ke 7 kepala dari binatang ini. Lalu apa arti dari 10 tanduk? Barclay mengatakan bahwa setelah kematian Nero ada waktu yang pendek dimana terjadi kekacauan. Dalam 18 bulan ada 3 orang yang berbeda yang menguasai kekaisaran. Mereka adalah Galba, Otho dan Vitellius. Mereka tidak termasuk dalam daftar 7 kepala, tetapi mereka termasuk dalam daftar 10 tanduk.

Lalu Barclay menganggap bahwa nama-nama hujat yang ada pada kepala binatang itu menunjuk pada gelar-gelar dari para kaisar itu. Setiap kaisar disebut DIVUS atau SEBASTOS, yang artinya ‘ilahi’. Sering nama ‘God’ / ‘Allah’ atau ‘Son of God’ / ‘Anak Allah’ diberikan kepada kaisar-kaisar itu, dan Nero menyebut dirinya sendiri ‘Juruselamat dunia’. Juga ada kaisar-kaisar yang menyebut dirinya ‘Lord’ / ‘Tuhan’. Ini semua jelas merupakan suatu penghujatan.

Lalu bagaimana pandangan Barclay tentang luka yang membahayakan yang ada pada salah satu kepala, tetapi yang sudah sembuh itu? Ia menganggap itu menunjuk kepada Nero, yang telah mati, tetapi lalu ‘hidup kembali’.

Barclay: “Here is symbolized the Nero redivivus, or Nero resurrected, legend which the Christians fused with the idea of Antichrist. ... the Antichrist whom John expected was the resurrected Nero” (= Di sini disimbolkan Nero redivivus, atau Nero dibangkitkan, legenda yang digabungkan dengan gagasan tentang Anti Kristus. ... sang Anti Kristus yang diharapkan oleh Yohanes adalah Nero yang dibangkitkan) - hal 90,92.

Tentang ay 10, Barclay mengatakan: “The idea there is that there is no escaping the decree of God” (= Gagasan di sini adalah bahwa tidak ada kemungkinan untuk lolos dari ketetapan Allah) - hal 97.

· Penafsiran Homer Hailey tentang Wahyu 13:1-10.

Ia mengatakan bahwa ‘laut’ menyimbolkan masyarakat-masyarakat / bangsa-bangsa dengan pergolakan mereka, dari mana kekaisaran-kekaisaran dunia muncul.

Binatang ini bertanduk 10 menyimbolkan kekuasaan yang penuh, dan berkepala 7 menyimbolkan kepandaian dan hikmat yang lengkap. Sedangkan mahkota menunjukkan bahwa ia memerintah.

Kemiripannya dengan gambaran naga dalam Wah 12:3 menunjukkan bahwa binatang ini sepenuhnya seperti setan; ia mempunyai sifat dan kwalitet dari setan.

Pada kepalanya ada nama-nama hujat menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak menghormati Allah dan semua yang keramat / kudus. Seluruh kepandaian, hikmat dan kehendaknya, diarahkan menentang Allah. Contohnya adalah gelar-gelar ilahi yang digunakan kaisar-kaisar Romawi terhadap dirinya sendiri.

Binatang ini menyimbolkan semua oposisi yang anti Allah yang kekerasan yang dibawa terhadap umat Allah.

Tentang luka membahayakan pada kepala tetapi yang sembuh, ia menafsirkan sama seperti penafsiran Barclay, bahwa ini menunjuk pada matinya Nero, dan munculnya Domitian, sehingga seakan-akan Nero hidup kembali.

Orang-orang non kristen akan mengikuti / menyembah binatang itu. Mereka menolak Kristus yang telah disembelih dan mati dan bangkit lagi, tetapi mereka sekarang menyembah / mengikuti binatang, yang kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi yang lalu sembuh!

Tetapi orang-orang kristen yang sejati, tidak akan mengikutinya (ay 3b,4,8). Ini akan menyebabkan mereka dianiaya, dan bahkan dibunuh (ay 7). Pada saat itu, orang Kristen tidak boleh melawan dengan kekerasan (bdk. Mat 26:52 Ro 13:2 1Pet 2:13), tetapi melawannya dengan senjata rohani (ay 10b bdk. 2Kor 10:3-5 Ef 6:10-18 1Yoh 5:4). Dan perlu diingat bahwa hal tersebut tidak mungkin bisa dihindarkan (ay 10).

Matius 26:52 - “Maka kata Yesus kepadanya: ‘Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang”.

Roma 13:2 - “Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya”.

1Petrus 2:13 - “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi”.

2Korintus 10:3-5 - “(3) Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, (4) karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. (5) Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus”.

Efesus 6:10-18 - “(10) Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya. (11) Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; (12) karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (13) Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. (14) Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, (15) kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; (16) dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, (17) dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, (18) dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus”.

1Yohanes 5:4 - “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”.

· Penafsiran Leon Morris (Tyndale) tentang Wahyu 13:1-10.

Leon Morris mengatakan bahwa Perjanjian Baru menunjukkan bahwa pada akhir jaman akan muncul kuasa kejahatan secara khusus (1Yoh 2:18 2Tes 2:3). Dan dalam kitab Wahyu ini Yohanes menyatakan hal itu dalam bentuk ‘binatang yang keluar dari laut’ ini. Ia berhubungan sangat dekat dengan setan dan boleh dikatakan merupakan inkarnasi dari setan. Banyak penafsir modern yang menghubungkan binatang ini dengan kekaisaran Romawi, tetapi Leon Morris menganggap ini terlalu sederhana. Memang dalam kekaisaran Romawi ada manifestasi awal dari kejahatan tetapi pada akhir jaman ini akan diwujudkan sepenuhnya dalam diri sang Anti Kristus.

Leon Morris menganggap bahwa ‘laut’ dihubungkan dengan kejahatan.

Ia juga mengatakan bahwa text ini sangat sedikit bicara tentang ‘naga’ / setan (ay 4), dan ini menunjukkan cara kerja setan. Ia selalu ada di latar belakang, dan tidak bekerja secara terang-terangan, tetapi melalui manusia.

Tentang siapa binatang itu, Leon Morris mengambil tafsiran William Hendriksen, yang mengatakan bahwa binatang itu adalah pemerintahan duniawi yang menentang Gereja.

Leon Morris menekankan bahwa binatang itu diberi kuasa untuk melakukan hal itu 42 bulan lamanya. Ini menunjukkan bahwa Allah membatasi dia, dan ia hanya bisa mempunyai kuasa selama Allah mengijinkannya.

Leon Morris (Tyndale): “Even the horrible and irresistible beast can exercise authority only during the time God permits. The saints are encouraged by the thought that the duration of their suffering has already been determined by God. It is not the beast who decides this point” (= Bahkan binatang yang mengerikan dan tidak bisa ditahan ini bisa menjalankan otoritas hanya selama waktu yang diijinkan oleh Allah. Orang-orang kudus dikuatkan / diberi semangat oleh pemikiran bahwa waktu dari penderitaan mereka telah ditentukan oleh Allah) - hal 168.

Leon Morris juga menyoroti kata ‘diperkenankan’ (ay 7). Leon Morris mengatakan bahwa dalam bahasa Inggris digunakan kata ‘was given’ (= diberikan) muncul 4 x dalam ay 5-7, dan ini menunjukkan bahwa “even the antichrist can function only by divine permission” (= bahkan sang Anti Kristus bisa bekerja hanya oleh ijin ilahi) - hal 169.

Leon Morris juga menyoroti kata-kata ‘kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa’. Ia mengatakan bahwa di sini ada yang lebih dari penganiayaan pada jaman kaisar Nero, karena yang itu tidak bersifat universal.

Leon Morris juga menekankan kata-kata ‘setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba’ (ay 8), dan lalu mengatakan sebagai berikut: “But the significant thing is that their names are not written in the book of life. John wants his little handful of persecuted Christians to see that the thing that matters is the sovereignty of God, not the power of evil. When a man’s name is written in the book of life he will not be forgotten. His place is secure” (= Tetapi hal yang penting adalah bahwa nama-nama mereka tidak tertulis dalam kitab kehidupan. Yohanes ingin sedikit orang-orang kristen yang dianiaya itu melihat bahwa hal yang berarti adalah kedaulatan Allah, bukan kuasa jahat. Kalau nama seseorang tertulis dalam kitab kehidupan, ia tidak akan dilupakan. Tempat / kedudukannya adalah aman / pasti) - hal 169.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (13)

Wahyu 13:11-18 - “(11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga. (12) Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh. (13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (14) Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu. (15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh. (16) Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, (17) dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. (18) Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam”.

· Penafsiran Herman Hoeksema (‘Behold He Cometh’, hal 452-dst) tentang Wah 13:11-18.

Mulai ay 11 diceritakan tentang binatang yang kedua. Jelas ada hubungan yang pasti antara kedua binatang ini. Keduanya bersama-sama membentuk gambaran dari kuasa Anti Kristus yang penuh dan lengkap. Binatang pertama dalam aspek politik, binatang kedua dalam aspek agama / religius.

Ini mirip dengan pandangan Matthew Poole (hal 985) yang mengatakan bahwa penulis-penulis Protestan pada umumnya menganggap binatang kedua ini sebagai sang Anti Kristus sendiri.

Binatang kedua muncul dari dalam bumi. Jadi, berbeda dengan binatang pertama yang muncul dari laut yang bergelora, maka binatang kedua ini muncul dari dalam bumi yang lebih tenang.

Binatang kedua ini kelihatan seperti domba, menunjukkan bahwa ia kelihatan seperti orang Kristen. Tetapi pada waktu berbicara ia seperti naga (ay 11), menunjukkan bahwa ia mengajarkan ajaran sesat. Bdk. Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.

Jadi, berbeda dengan binatang pertama yang menindas dengan menggunakan kekuasaan politik, maka binatang kedua ini menggunakan kata-kata / tipuan / ajaran sesat. Ia tidak memaksa, tetapi meyakinkan. Ia juga menggunakan tanda-tanda dan mujijat-mujijat (ay 13-15).

Tentang ay 13 yang mengatakan bahwa binatang itu akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, Matthew Poole mengatakan: “Prophets were to be judged true or false not from any signs or wonders which they did, but from the doctrine they taught” (= Nabi-nabi harus dinilai benar atau palsu bukan dari tanda-tanda dan mujijat-mujijat apapun yang mereka lakukan, tetapi dari doktrin / ajaran yang mereka ajarkan) - hal 985.

Tuhan memberikan nabi-nabi dan rasul-rasul kemampuan untuk melakukan mujijat-mujijat (sekalipun tak semua mereka bisa melakukan mujijat, bdk. Yoh 10:41), untuk membuktikan kebenaran ajaran mereka.

Bdk. 2Korintus 12:12 - “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa”.

Dan setan, yang memang adalah seorang pemalsu ulung, juga memperlengkapi nabi-nabi palsunya / Anti Kristusnya dengan kemampuan untuk melakukan mujijat-mujijat palsu!

Jadi, jelas bahwa binatang kedua ini melambangkan nabi palsu. Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:

* Wahyu 19:20 - “Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang”.

* Wahyu 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

Dalam kedua text ini jelas bahwa yang dimaksud dengan ‘binatang’ adalah ‘binatang pertama’ dalam Wah 13, dan yang dimaksud dengan ‘nabi palsu’ adalah ‘binatang kedua’ dalam Wah 13.

Herman Hoeksema menganggap bahwa binatang kedua ini tidak menunjuk kepada satu pribadi, tetapi pada semua kuasa dari gabungan filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama. Jadi, pada masa yang akan datang akan muncul suatu agama baru, yang bersifat universal. Semua agama, pengakuan iman, aliran, sekte akan bergabung menjadi satu. Saya tidak setuju dengan penafsiran Herman Hoeksema dalam hal ini, dan saya lebih setuju dengan tafsiran dari William R. Newell (hal 198), yang mengatakan bahwa kedua binatang ini pasti adalah ‘orang’. Alasannya: keduanya nanti dibuang ke dalam neraka (Wah 19:20 20:10), dan karena itu mereka pasti adalah orang.

Herman Hoeksema menganggap (hal 472) bahwa kalau dikatakan bahwa binatang kedua ini akan melakukan tanda-tanda dan mujijat-mujijat yang hebat, itu bukan benar-benar mujijat-mujijat. Menurut saya, penafsirannya di sini ini aneh, dan tidak masuk akal. Kalau Kristus betul-betul melakukan mujijat-mujijat yang hebat, apakah mungkin Mesias palsu / sang Anti Kristus tidak betul-betul melakukan mujijat-mujijat yang hebat?

Anehnya, tentang ay 14b dimana binatang kedua itu menyuruh mendirikan patung untuk menghormati binatang pertama, Herman Hoeksema menganggapnya sebagai sesuatu yang hurufiah. Ia tidak tahu bagaimana binatang kedua bisa menghidupkan patung itu dan menyebabkannya berbicara.

Lalu tentang ay 15-17 Herman Hoeksema mengatakan bahwa orang-orang yang mau menyembah patung itu akan diberi tanda, tetapi ia tak tahu apa tanda itu.

· Penafsiran William Hendriksen tentang Wah 13:11-18.

William Hendriksen: “Two beasts are described. The first is a monster of indescribable horror. The second has a harmless appearance and for that very reason is even more dangerous than the first. The first beast comes up out of the sea. The second arises from the land. The first is Satan’s hand. The second is the devil’s mind. The first represents the persecuting power of Satan operating in and through the nations of this world and their governments. The second symbolizes the false religions and philosophies of this world” (= Dua binatang digambarkan. Binatang pertama adalah monster yang sangat menakutkan. Binatang kedua mempunyai penampilan yang tidak berbahaya, dan karena alasan itu ia bahkan lebih berbahaya dari binatang yang pertama. Binatang pertama keluar dari laut. Binatang kedua muncul dari tanah / bumi. Binatang pertama adalah tangan Iblis. Binatang kedua adalah pikiran Iblis. Binatang pertama mewakili kuasa Iblis yang menganiaya yang bekerja di dalam dan melalui bangsa-bangsa dari dunia ini dan pemerintahan mereka. Binatang kedua menyimbolkan agama-agama palsu dan filsafat-filsafat dari dunia ini) - ‘More Than Conquerors’, hal 144.

William Hendriksen: “we immediately feel that this monster is the devil’s imitation of the true Lamb of God” (= kita langsung merasakan bahwa monster ini adalah tiruan setan tentang Anak Domba yang benar dari Allah) - ‘More Than Conquerors’, hal 148 (footnote).

William Hendriksen mengatakan bahwa tanda itu diberikan pada dahi dan tangan kanannya (ay 16b). Ini ia artikan secara simbolis, bukan hurufiah. Pada dahi menyimbolkan pikiran / kepercayaan orang itu, dan pada tangan kanannya menyimbolkan tindakan-tindakan orang itu. Jadi, dari pikiran, kata-kata, tulisan, dan tindakan seseorang, bisa terlihat bahwa ia anti Kristen. Apapun tanda itu, yang jelas, dengan adanya tanda itu, akan bisa dibedakan siapa yang Kristen dan siapa yang bukan. Dan orang Kristen, yang tidak mempunyai tanda itu tidak bisa melakukan bisnis, membeli kebutuhan hidupnya, dan sebagainya. Mereka dikucilkan, diejek, dianiaya dan bahkan dibunuh! Pada saat ini terjadi masa kesukaran besar (the great tribulation) dan sekaligus masa penyesatan / kemurtadan besar (the great apostasy). Banyak orang Kristen (KTP) yang murtad. Dan untuk orang kristen yang sejatipun, mereka akan murtad, seandainya waktunya tidak dipersingkat oleh Tuhan.

Bdk. Mat 24:21-24 - “(21) Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. (22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat. (23) Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

Ini menunjukkan hebatnya penderitaan orang-orang kristen pada saat itu.

· Penafsiran Homer Hailey tentang Wah 13:11-18.

Homer Hailey: “A second beast of the same genus as the first arises to serve the purpose of the dragon; ... It could be said that the one was to serve as his right hand and the other as his left” (= Seekor binatang kedua dari jenis yang sama seperti binatang yang pertama muncul untuk melayani tujuan dari sang naga; ... Bisa dikatakan bahwa yang satu melayani sebagai tangan kanannya dan yang lain sebagai tangan kirinya) - ‘Revelation’, hal 292.

Homer Hailey: “This second beast has the ouward appearance of a docile, probably inoffensive creature, having two horns like a lamb” (= Binatang yang kedua ini mempunyai penampilan luar dari makhluk yang jinak, mungkin tidak mengganggu, mempunyai dua tanduk seperti seekor anak domba) - ‘Revelation’, hal 292.

Kalau dikatakan bahwa binatang kedua ini berbicara seperti seekor naga, maka artinya bukan bahwa kata-katanya menakutkan, tetapi bahwa kata-katanya dusta, karena setan memang bapa segala dusta (Yohanes 8:44).

Homer Hailey: “Later references to him as ‘the false prophet’ (16:13; 19:20; 20:10) indicate that this beast represents some aspect of false religion, one of the devil’s means of deceiving and seducing people” [= Keterangan-keterangan belakangan menunjukkan dia sebagai ‘sang nabi palsu’ (16:13; 19:20; 20:10) menunjukkan bahwa binatang ini menggambarkan / mewakili beberapa aspek dari agama palsu, salah satu cara Iblis untuk menipu dan membujuk / menggoda manusia] - ‘Revelation’, hal 292.

Bandingkan dengan:

* Matius 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.

* 2Korintus 11:14-15 - “(14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. (15) Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka”.

Homer Hailey: “To the people of John’s day, this beast represented paganism, or the sacerdotal system of paganism, in one of its most repulsive forms - emperor worship. However, a representation of this form of paganism probably does not exhaust its significance, for its spirit is reflected in all forms of false worship which followed, including the papacy and many other systems of false religion” (= Bagi orang-orang pada jaman Yohanes, binatang ini menggambarkan kekafiran, atau sistim imamat dari kekafiran, dalam salah satu bentuk yang paling menjijikkan - penyembahan kaisar. Tetapi penggambaran dari bentuk kekafiran ini bukanlah satu-satunya arti, karena roh / semangatnya digambarkan dalam semua bentuk dari penyembahan palsu yang berikutnya, termasuk kepausan dan banyak sistim agama-agama palsu yang lain) - ‘Revelation’, hal 293.

· Penafsiran Leon Morris tentang Wah 13:11-18.

Leon Morris (Tyndale): “His origin in the familiar earth makes him less mysterious than the first which came from the sea” (= Asal usulnya dari bumi yang akrab / familiar membuatnya kurang misterius dari binatang pertama yang keluar dari laut) - hal 171.

Penafsiran Leon Morris tentang kata-kata ‘dari dalam laut’ dan ‘dari dalam bumi’ tak terlalu berbeda dengan penafsiran Herman Hoeksema di atas, dan bagi saya rasanya terlalu abstrak. Ada penafsiran lain tentang hal ini yang diberikan oleh Pulpit Commentary, hal 334, yang mengatakan bahwa Yohanes bermaksud untuk menunjukkan sifat universal dari pencobaan yang menyerang orang-orang kristen. Dunia hanya terbagi atas darat / bumi dan laut. Satu binatang keluar dari dalam laut dan satunya dari dalam bumi, menunjukkan bahwa serangan terhadap orang-orang kristen ada di seluruh dunia!

Leon Morris (Tyndale): “He is less fearsome than the first” (= Ia kurang menakutkan dibandingkan binatang pertama) - hal 171.

Leon Morris (Tyndale): “‘Like a lamb’ may indicate a parody of true religion, which is further brought out later when this beast is described as ‘the false prophet’ (16:13 19:20 20:10)” [= ‘Seperti anak domba’ mungkin menunjukkan suatu tiruan dari agama yang benar, yang belakangan ditunjukkan lebih jauh pada waktu binatang ini digambarkan sebagai ‘sang nabi palsu’ (16:13 19:20 20:10)] - hal 171.

Leon Morris (Tyndale): “‘great wonders’ (SEMEIA). This noun is sometimes used in Revelation of the visions John sees (12:1,3 15:1), but a number of times also for miracles. In this sense it always denotes miracles wrought by evil powers (so here and in verse 14, 16:14, 19:20), a sharp contrast with the Fourth Gospel where it is a characteristic word for the miracles of Jesus. Perhaps this is a further example of the parodying of the good. The term indicates that the miracles are not aimless wonders. They have deep significance and are part of Satan’s plan (cf. Mk. 13:22, 2Thes. 2:9). An example is the making of ‘fire come down from heaven.’ This is not said to have destroyed the beast’s enemies or the like. It is apparently simply meant to arouse admiration” [= ‘tanda-tanda yang dahsyat’ (SEMEIA). Kata benda ini kadang-kadang digunakan dalam kitab Wahyu tentang penglihatan yang dilihat oleh Yohanes (12:1,3 15:1), tetapi banyak kali juga digunakan untuk mujijat-mujijat. Dalam arti ini kata itu selalu menunjuk pada mujijat-mujijat yang dilakukan oleh kuasa-kuasa jahat (demikianlah di sini dan dalam ay 14, 16:14, 19:20), suatu kontras yang tajam dengan Injil yang keempat dimana itu merupakan suatu kata yang khas untuk mujijat-mujijat Yesus. Mungkin ini merupakan suatu contoh lebih lanjut dari peniruan hal-hal yang baik / benar. Istilah ini menunjukkan bahwa mujijat-mujijat bukanlah tanda-tanda yang tidak mempunyai tujuan. Mereka mempunyai arti yang dalam dan merupakan bagian dari rencana Iblis (bdk. Mark 13:22, 2Tes 2:9). Contohnya adalah ‘menurunkan api dari langit’. Ini tidak dikatakan untuk menghancurkan musuh-musuh dari binatang itu atau sejenisnya. Itu kelihatannya hanya dimaksudkan untuk membangkitkan kekaguman] - hal 171.

Markus 13:22 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan”.

2Tesalonika 2:9 - “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu”.

Leon Morris (Tyndale): “‘Them that dwell on the earth’ in this book seems to mean unregenerate mankind ... The beast can deceive only unbelievers. There is an important spiritual truth here. If a man serves God with all his heart he will not be taken in by the empty miracles of the deceiver. But if he turns from God he predisposes himself to believe the lies of the second beast” (= ‘Mereka yang diam di bumi’ dalam kitab ini kelihatannya berarti umat manusia yang tidak percaya ... Binatang ini bisa menipu hanya orang-orang yang tidak percaya. Ada suatu kebenaran penting di sini. Jika seseorang melayani / menyembah Allah dengan segenap hatinya ia tidak akan ditipu oleh mujijat-mujijat kosong dari sang penipu. Tetapi jika ia berbalik dari Allah ia memberikan kecenderungan kepada dirinya sendiri untuk mempercayai dusta-dusta dari binatang kedua) - hal 172.

Bdk. 2Tes 2:9-12 - “(9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”.

Ay 15: “Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh”.

Leon Morris mengatakan bahwa kalau kalimat ini ditinjau secara gramatika, maka patung yang dihidupkan itulah yang membunuh orang-orang yang tidak mau menyembahnya. Tetapi ia juga mengatakan bahwa mungkin di sini ada suatu pergantian subyek, sehingga artinya menjadi: binatang kedua itulah yang membunuh orang-orang yang tak mau menyembah patung binatang pertama. Menurut saya tak terlalu jadi soal siapa yang membunuh. Yang menjadi penekanan adalah bahwa orang-orang yang menolak untuk menyembah patung itu akan dibunuh.

Leon Morris (Tyndale): “The choice of right hand or forehead is presumably for conspicuousness. It could not be hidden. ... The precise significance of the mark is uncertain. ... no one could engage in trade without the mark. ... It points to a total prohibition, which would make it impossible for people without the mark to get even necessities like food. It is thus impossible for those who oppose the beast even to live” (= Pemilihan tentang tangan kanan atau dahi mungkin menunjuk pada sesuatu yang menyolok. Itu tidak bisa disembunyikan. ... Arti yang persis dari tanda itu tidak pasti. ... tak seorangpun bisa ikut serta dalam perdagangan tanpa tanda itu. ... Ini menunjuk pada suatu larangan total, yang membuat mustahil bagi orang-orang tanpa tanda itu bahkan untuk mendapatkan kebutuhan hidup seperti makanan. Begitu tidak mungkin bagi mereka yang menentang binatang itu bahkan untuk hidup) - hal 172-173.

William R. Newell: “Satan’s Steel trap: ‘Worship My Christ, or Starve!’” (= Jebakan / jerat baja dari Iblis: ‘Sembahlah Kristusku, atau mati kelaparanlah!’) - hal 192.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

* tidak bisa mendapatkan makanan ini tidak mungkin diartikan secara mutlak, karena kalau demikian, akan bertentangan dengan Mat 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.

* bukankah ay 15 mengatakan bahwa orang-orang yang tak mau menyembah patung binatang itu dibunuh? Lalu mengapa ay 16-17 mengatakan orang-orang yang tak mempunyai tanda itu tak bisa membeli atau menjual? William Barclay (hal 98) mengatakan bahwa hukuman mati itu tak selalu dilaksanakan, tetapi kalaupun seorang Kristen tidak dihukum mati pada waktu ia menolak untuk menyembah patung binatang itu, ia tidak akan bisa membeli atau menjual. Jadi, ia akan bangkrut secara ekonomi.

William Barclay: “It remains true that the world knows how to bring pressure to bear on those who will not accept its standards. Often still a man has to choose between material success and loyalty to Jesus Christ” (= Tetap merupakan sesuatu yang benar bahwa dunia tahu bagaimana memberi tekanan untuk dipikul kepada mereka yang tidak mau menerima standardnya. Tetap sering seseorang harus memilih antara kesuksesan secara materi dan kesetiaan kepada Yesus Kristus) - hal 98.

· Penafsiran Lenski tentang Wah 13:11-18.

Lenski: “The dragon stood on the sand of the sea, where the sea and the earth meet, and thus he has one beast on one side of him, the second on his other side. They are almost like two arms” (= Sang naga berdiri di pantai laut, dimana laut dan tanah bertemu, dan dengan demikian ia mempunyai satu binatang di sisinya dan binatang yang kedua di sisinya yang lain. Mereka hampir seperti 2 lengan) - hal 403.

Bdk. Wahyu 12:18 - “Dan ia tinggal berdiri di pantai laut”.

KJV (Rev 13:1): ‘And I stood upon the sand of the sea’ (= Dan aku berdiri di tanah di pantai).

RSV (Rev 12:17b): ‘And he stood on the sand of the sea’ (= Dan ia berdiri di tanah di pantai).

NASB (Rev 13:1): ‘And he stood on the sand of the seashore’ (= Dan ia berdiri di tanah di pantai).

NIV (Rev 13:1): ‘And the dragon stood on the shore of the sea’ (= Dan sang naga berdiri di pantai laut).

NIV memberikan footnote / catatan kaki yang menyatakan bahwa ada manuscripts yang mengatakan ‘And I ...’ (dan aku ...) seperti dalam KJV.

Lenski: “This wild beast has an innocent, harmless appearance. ... It is not at all like the other wild beast which appears as a monstrosity with its many heads and many horns, ... But despite its lamblike little horns this second beast kept speaking ‘as a dragon,’ ... ‘Like to a lamb’ and ‘as a dragon,’ state the resemblance in a general though decidedly unmistakable way since we know that Christ is the Lamb of God and that Satan is the dragon ...” (= Binatang liar ini mempunyai penampilan yang tidak berdosa, tidak berbahaya. ... Ia sama sekali tidak seperti binatang liar yang satunya yang kelihatan sebagai monster dengan banyak kepala dan banyak tanduk, ... Tetapi sekalipun kelihatan seperti anak domba dengan tanduk yang kecil, binatang kedua ini tetap berbicara ‘seperti seekor naga’, ... ‘Seperti anak domba’ dan ‘seperti naga’ menyatakan kemiripan-kemiripan itu dengan suatu cara yang umum tetapi tidak bisa salah, karena kita tahu bahwa Kristus adalah Anak Domba Allah dan Iblis adalah sang naga) - hal 403.

· Penafsiran tentang bilangan 666 dalam Wah 13:18.

Wahyu 13:18 - “Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam”.

Catatan: untuk ay 18 ini ada manuscripts yang menuliskan bukan ‘666’ tetapi ‘616’, tetapi ini pada umumnya tidak dipercaya.

Apa artinya bilangan ‘666’? Herman Hoeksema mengatakan bahwa ada suatu metode penafsiran yang sangat populer tentang hal ini, disebut dengan istilah GEMATRIA, yang dimulai oleh seorang bapak gereja kuno, yang bernama Irenaeus. Ia mengatakan bahwa huruf-huruf dari bahasa Yunani digunakan sebagai bilangan.

Memang dalam bahasa Ibrani maupun Yunani, setiap huruf dalam abjad mempunyai angka equivalen.

George Eldon Ladd: “Neither the Greek nor Hebrew tongues used a system of numbers. Instead of numbers, the letters of the alphabet stood for numbers; e.g. A=1, B=2, C=3, etc.” (= Baik bahasa Yunani maupun bahasa Ibrani tidak menggunakan suatu sistim bilangan / angka. Sebagai ganti dari bilangan / angka, huruf-huruf dari alfabet digunakan sebagai bilangan / angka; misalnya A=1, B=2, C=3, dst) - ‘Revelation’, hal 186.

Dalam bahasa Ibrani, abjad dan angka-angka equivalennya adalah sebagai berikut:

x - ahleph - 1

b - beth / veth - 2

g - geemel - 3

d - dahleth - 4

h - heh - 5

v - vaw / waw - 6

z - zahyin - 7

H - kheth - 8

F - teht - 9

y - yodh - 10

k - kahf - 20

l - lahmed - 30

m - mem - 40

n - nun - 50

s - sahmekh - 60

f - ahyin - 70

p - peh / feh - 80

c - tsahdee - 90

q - kofh - 100

r - resh - 200

w - sheen - 300

W - seen - 300

t - taw - 400

Catatan: w (sheen) dianggap sama dengan W (seen).

Dalam bahasa Yunani, abjad dan angka-angka equivalennya adalah sebagai berikut:

a - Alpha - 1

b - Beta - 2

g - Gamma - 3

d - Delta - 4

e - Epsilon - 5

z - Zeta - 6

h - Eta - 7

q - Theta - 8

i - Iota - 9

k - Kappa - 10

l - Lambda - 20

m - Mu - 30

n - Nu - 40

c - Xi - 50

o - Omicron - 60

p - Pi - 70

r - Rho - 80

s - Sigma - 90

t - Tau - 100

u - Upsilon - 200

f - Phi - 300

x - Chi - 400

y - Psi - 500

w - Omega - 600

Sedangkan dalam bahasa Latin, abjad dan angka equivalennya adalah sebagai berikut:

a - 1

b - 2

c - 3

d - 4

e - 5

f - 6

g - 7

h - 8

i - 9

j - 10

k - 20

l - 30

m - 40

n - 50

o - 60

p - 70

q - 80

r - 90

s - 100

t - 200

u - 300

v - 400

w - 500

x - 600

y - 700

z - 800

Leon Morris (Tyndale): “The problem then is to find a name which gives a total of 666 when the numbers signifed by its letters are added together” (= Maka problemnya adalah mendapatkann suatu nama yang memberikan jumlah 666 pada waktu angka-angka yang ditunjuk oleh huruf-huruf dari nama itu dijumlahkan) - hal 174.

Barclay memberikan contoh-contoh berdasarkan angka equivalen dari abjad Latin, seperti:

* Kata LATEINOS (= Latin) ® L=30; A=1; T=300 (bukan 200?); E=5; I=10 (bukan 9?); N=50; O=70 (bukan 60?); S=200 (bukan 100?), dan jumlahnya = 666. Dan karena itu binatang itu dianggap menunjuk pada Kerajaan orang-orang Latin, atau kekaisaran Romawi.

* Kata TEITAN ® T=300 (bukan 200?); E=5; I=10 (bukan 9?); T=300 (bukan 200?); A=1; N=50, dan jumlahnya = 666.

Barclay: “Teitan could be made to yield two meanings. First, in Greek mythology the Titans were the great rebels against God. Second, the family name of Vespasian and Titus and Domitian was Titus, and possibly they could be called the Titans” (= TEITAN bisa mempunyai dua arti. Pertama, dalam mitologi Yunani orang-orang Titan adalah pemberontak-pemberontak terhadap Allah. Kedua, nama keluarga dari Vespasian dan Titus dan Domitian adalah Titus, dan mungkin mereka bisa disebut ‘the Titans’) - hal 101.

* Kata ARNOUME ® A=1; R=100 (bukan 90?); N=50; O=70 (bukan 60?); U=400 (bukan 300?); M=40; E=5, dan jumlahnya = 666.

Barclay: “It is just possible that ARNOUME could be a form of the Greek word ARNOUMAI, ‘I deny.’ In this case the number would stand for the denial of the name of Christ” (= Juga mungkin bahwa ARNOUME merupakan suatu bentuk dari kata Yunani ARNOUMAI, ‘Aku menyangkal’. Dalam hal ini bilangan / angka itu berarti penyangkalan terhadap nama Kristus) - hal 101.

Catatan: Jelas bukan abjad Latin biasa yang digunakan, karena tak cocok. Apakah pada jaman itu abjad Latinnya berbeda? Atau urut-urutannya berbeda? Saya tidak tahu, dan saya tidak bisa menemukan buku tafsiran / encyclopedia yang menjelaskan hal ini.

Lenski menganggap (hal 416-417) bahwa bilangan 666 sengaja diubah menjadi 616, untuk menyesuaikan dengan nama Caligula, yang namanya sebenarnya adalah Cajus Caesar [dalam Yunani: Gaioj Kaisar (GAIOS KAISAR)]. Kalau huruf-huruf dari namanya dijumlahkan maka didapatkan bilangan 616. Tetapi dalam hal ini saya juga tidak mengerti bagaimana huruf-huruf dari nama tersebut dijumlahkan bisa didapat 616. Dalam perhitungan saya, jumlahnya hanya 354 (3+1+9+60+90 + 10+1+9+90+1+80).

Barclay menceritakan tentang seseorang yang pada masa perang dunia II, menghitung nama HITLER dengan asumsi bahwa A = 100, B = 101, C= 102 dst, mendapatkan bilangan 666.

a - 100

b - 101

c - 102

d - 103

e - 104

f - 105

g - 106

h - 107

i - 108

j - 109

k - 110

l - 111

m - 112

n - 113

o - 114

p - 115

q - 116

r - 117

s - 118

t - 119

u - 120

v - 121

w - 122

x - 123

y - 124

z - 125

HITLER = 107 + 108 + 119 + 111 + 104 + 117 = 666.

Barclay: “The suggestion as to the meaning of 666 are endless. ... everyone has twisted it to fit his own arch-enemy; and so 666 has been taken to mean the Pope, John Knox, Martin Luther, Napoleon and many another” (= Usul berkenaan dengan arti dari 666 tak ada akhirnya. ... setiap orang telah membengkokkannya untuk mencocokkan dengan musuh bebuyutannya; dan dengan demikian 666 telah diartikan sebagai Paus, John Knox, Martin Luther, Napoleon, dan banyak yang lain) - hal 100.

Barclay menganggap semua usul-usul di atas itu tidak meyakinkan. Ia yakin bahwa yang dimaksud dengan 666 adalah Kaisar Nero (nama ‘Nero’ bisa dieja ‘Neron’).

Barclay: “None of these suggestions is convincing. The chapter itself gives us by far the best clue. There recurs again and again the mention of the head that was wounded to death and then restored. We have already seen that that head symbolizes the Nero redivivus legend. We might well, therefore, act on the assumption that the number has something to do with Nero. Many ancient manuscripts give the number as 616. If we take Nero in Latin and give it its numerical equivalent, we get: N=50; E=5; R=500; O=60; N=50. The total is 666; and the name can equally well be spelled without the final N which would give the number 616. In Hebrew the letters of Nero Caesar also add up to 666.” (= Tidak ada dari usul-usul ini yang meyakinkan. Pasal itu sendiri memberikan kepada kita petunjuk yang terbaik. Di sana muncul berulang-ulang penyebutan tentang kepala yang terluka sehingga membahayakan hidupnya, tetapi yang lalu sembuh. Kita telah melihat bahwa kepala itu menyimbolkan legenda tentang Nero yang bangkit kembali. Karena itu, kita bisa bertindak berdasarkan anggapan bahwa bilangan ini berhubungan dengan Nero. Banyak manuscripts kuno memberikan bilangan 616. Jika kita mengambil nama Nero dalam bahasa Latin dan memberikan angka equivalennya, kita mendapatkan N=50; E=5; R=500; O=60; N=50. Jumlahnya adalah 666; dan nama itu bisa dengan sama baiknya dieja tanpa huruf N yang terakhir yang akan memberikan bilangan 616. Dalam bahasa Ibrani huruf-huruf dari Kaisar Nero juga berjumlah 666) - hal 101-102.

Catatan: lagi-lagi saya tidak mengerti dari mana R kok bisa = 500.

Bruce M. Metzger menduga bahwa perubahan dari 666 menjadi 616 itu disengaja karena melihat bahwa bentuk Yunani dari ‘Kaisar Neron’ kalau ditulis dalam huruf-huruf Ibrani berjumlah 666, sedangkan bentuk Latinnya, ‘Kaisar Nero’, berjumlah 616 (‘A Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 750)

Barclay: “There is little doubt that the number of the beast stands for Nero; and that John is forecasting the coming of Antichrist in the form of Nero, the incarnation of all evil, returning to this world” (= Hanya sedikit keraguan bahwa bilangan dari binatang itu berarti Nero; dan bahwa Yohanes sedang meramalkan kedatangan Anti Kristus dalam bentuk Nero, inkarnasi dari semua kejahatan, kembali ke dunia ini) - hal 102.

Pulpit Commentary (hal 337) memberikan penjelasan yang lebih jelas bagaimana bilangan 666 bisa cocok dengan nama Nero. Ia mengatakan bahwa kalau ‘kaisar Neron’, ditulis dalam bahasa Ibrani maka didapatkan rsq Nvrn, yang kalau angka equivalennya dijumlahkan (dari belakang ke depan) adalah: 50+200+6+50 + 100+60+200 = 666.

Catatan:

* Untuk nama ‘kaisar Nero / Neron’, pada waktu ditulis dalam bahasa Ibrani, semua huruf hidup dihilangkan, karena bahasa Ibrani tidak mempunyai huruf hidup.

* Sebetulnya ada sedikit modifikasi terhadap kata-kata ‘kaisar Neron’ itu, karena tulisan Ibraninya sebenarnya adalah rsyq Nvrn. Jadi ada huruf Ibrani y (yod) yang dibuang [lihat Robert H. Mounce (NICNT) hal 264 (footnote) dan Leon Morris (Tyndale) hal 174].

Saya kira, penafsiran dengan metode GEMATRIA ini, dimana kita harus mencari nama orang yang jumlah dari angka equivalennya sama dengan 666, merupakan metode penafsiran yang salah. Perhatikan kata-kata dari William Hendriksen dan Pulpit Commentary di bawah ini.

William Hendriksen: “The attempts to arrive at an interpretation by adding the numerical values in the name Nero, Plato and so on, lead to nothing just because they lead to everything” (= Usaha-usaha untuk sampai pada suatu penafsiran dengan menjumlahkan angka-angka dalam nama Nero, Plato, dsb, tidak membawa kemana-mana justru karena mereka membawa kepada segala sesuatu) - ‘More Than Conquerors’, hal 151 (footnote).

Pulpit Commentary: “There are three rules by the help of which I believe an ingenious man could find the required sum in any given name. First, if the proper name by itself will not yield it, add a title; secondly, if the sum cannot be found in Greek, try Hebrew, or even Latin; thirdly, do not be too particular about the spelling” (= Ada tiga peraturan dengan pertolongan mana saya percaya seorang yang banyak akal bisa mendapatkan jumlah yang diinginkan dalam nama apapun yang diberikan. Pertama, jika nama itu sendiri tidak sesuai, tambahkan suatu gelar; kedua, jika jumlah itu tidak bisa didapatkan dalam bahasa Yunani, cobalah bahasa Ibrani, atau bahkan bahasa Latin; ketiga, jangan terlalu teliti tentang ejaan) - hal 337.

Bilangan 666 dibandingkan dengan 777 dan dengan nama ‘Yesus’ yang berjumlah 888.

Leon Morris (Tyndale): “If we take the sum of the values represented by the letters of the name IESOUS, the Greek name of ‘Jesus’, it comes to 888. Each digit is one more than seven, the perfect number. But 666 yields the opposite phenomenon, for each digit falls short. The number may be meant to indicate not an individual, but a persistent falling short. All the more is this likely to be correct if we translate ‘it is the number of man’ rather ‘a man’. John will then be saying that unregenerate man is persistently evil. He bears the mark of the beast in all he does. Civilization without Christ is necessarily under the dominion of the evil one” (= Jika kita mengambil jumlah dari nilai-nilai yang digambarkan oleh huruf-huruf dari nama IESOUS, nama Yunani dari ‘Yesus’, hasilnya adalah 888. Setiap digit lebih satu angka dari 7, bilangan yang sempurna. Tetapi 666 menghasilkan fenomena yang sebaliknya, karena setiap digit kurang satu. Bilangan itu bisa dimaksudkan untuk menunjuk bukan pada seorang individu, tetapi suatu kekurangan yang terus menerus. Lebih-lebih lagi ini memungkinkan untuk benar jika kita menterjemahkan ‘bilangan itu adalah bilangan manusia’ dan bukannya ‘seorang manusia’. Jadi, Yohanes mengatakan bahwa orang yang tidak percaya akan terus menerus jahat. Ia membawa tanda dari binatang itu dalam semua yang ia lakukan. Kebudayaan tanpa Kristus pasti berada di bawah kekuasaan si jahat) - hal 174.

Lagi-lagi saya tidak mengerti bagaimana menghitungnya kok bisa menjadi 888. Menurut perhitungan saya nama IESOUS = 9 + 7 + 90 + 60 + 200 + 90 = 456.

George Eldon Ladd mengatakan (hal 186) bahwa IESOUS = 10 + 8 + 200 + 70 + 400 + 200 = 888. Tetapi bagaimana bisa berbeda dengan angka equivalen yang saya berikan di atas, saya tidak tahu.

Lenski: “666, three times falling short of the divine 7. In other words, not 777, but competing with 777, seeking to obliterate 777, but doing so abortively, its failure being as complete as was its expansion by puffing itself up from 6 to 666” (= 666, 3 x kekurangan dari bilangan ilahi 7. Dengan kata lain, bukan 777, tetapi bersaing dengan 777, berusaha untuk menghapuskan 777, tetapi melakukannya dengan begitu gagal, kegagalannya begitu sempurna / lengkap sama seperti perluasan / pengembangannya dengan menggembungkan / menyombongkan dirinya sendiri dari 6 menjadi 666) - hal 412.

Lenski: “Those who stamped with ‘666’ are marked as being outside of God’s and Christ’s kingdom, as being the property of the monster beast, as being the slaves of the antichristian power that is symbolized by this monstrosity and is thus revealed as what it really is. The mark they bear, this ‘666,’ is that of complete, and not merely of partial, opposition of Christ; it marks them as being at war with Christ, yet at the same time as being doomed to the completest defeat” (= Mereka yang dicap dengan ‘666’ ditandai sebagai berada di luar kerajaan Allah dan Kristus, sebagai milik dari binatang monster itu, sebagai budak-budak / hamba-hamba dari kuasa Anti Kristus yang disimbolkan oleh makhluk yang berbentuk monster ini, dan dengan demikian dinyatakan sebagaimana adanya. Tanda yang mereka miliki, ‘666’ ini, merupakan oposisi lengkap / sempurna, bukan hanya sebagian, terhadap Kristus; itu menandai mereka sebagai berperang melawan Kristus, tetapi pada saat yang sama sebagai ditentukan pada kekalahan yang paling lengkap / sempurna) - hal 412.

Penafsiran Herman Hoeksema tentang bilangan 666: Ia berkata bahwa 6 merupakan bilangan dari makhluk ciptaan, karena Allah menciptakan alam semesta / seluruh ciptaan dalam 6 hari. Tetapi seluruh minggu bukan terdiri dari 6 hari, tetapi 7 hari. Dan hari ke 7 merupakan hari yang dikuduskan untuk digunakan bagi Tuhan untuk kemuliaanNya. Bahwa di sini digunakan bilangan 6, bukan 7, menunjukkan bahwa ini hanya membicarakan tentang ciptaan, tetapi tanpa Allah dan tanpa pelayanan / ibadah kepada Allah, dan juga tanpa usaha untuk memuliakan Allah.

Herman Hoeksema: “The world with all its fulness, with all its powers, but without God, under the influence of sin, - that is the symbolism of the number six. Ten ... is the number that denotes a complete measure of anything according to the decree of God, ... Ten times six would denote the world and all its fulness, without God, developed according to the measure of God’s plan. And ten times ten times six denotes that same development in the highest degree, coming to its fullest consummation” (= Dunia dengan seluruh kepenuhannya, dengan seluruh kekuasaannya, tetapi tanpa Allah, di bawah pengaruh dosa, - itulah yang disimbolkan oleh bilangan 6. 10 ... adalah bilangan yang menunjukkan suatu ukuran yang lengkap / sempurna dari apapun menurut ketetapan Allah, ... 10 x 6 menunjukkan dunia dengan seluruh kepenuhannya, tanpa Allah, berkembang menurut ukuran rencana Allah. Dan 10 x 10 x 6 menunjukkan perkembangan yang sama dalam tingkat yang tertinggi, mencapai puncaknya yang paling penuh) - ‘Behold He Cometh’, hal 475-476.

Herman Hoeksema: “The idea, therefore, is not very difficult. God has created a world, in order that this world should glorify Him and be consecrated to Him. But that world tore itself loose from Him, refused to glorify Him; and man now developed the kingdom of the world without God. ... And that kingdom we have in this antichristian beast. These beasts represent the highest development of the sovereignty of man apart from God, developing all the powers of creation without God and under the devil. It is the climax of development of the Man of Sin. It is the kingdom of man, of the creature, without God, without the seven” (= Karena itu, gagasan / artinya tidak terlalu sukar. Allah telah menciptakan suatu dunia, supaya dunia ini memuliakan Dia dan dikuduskan bagiNya. Tetapi dunia itu merobek dirinya sendiri lepas dari Dia, menolak untuk memuliakan Dia; dan manusia sekarang mengembangkan kerajaan dunia tanpa Allah. ... Dan kerajaan itu kita dapatkan dalam binatang Anti Kristus ini. Binatang-binatang ini menggambarkan perkembangan yang tertinggi dari kedaulatan manusia terpisah dari Allah, mengembangkan semua kuasa-kuasa dari penciptaan tanpa Allah dan di bawah setan. Itu merupakan klimax dari perkembangan dari manusia durhaka. Itu adalah kerajaan manusia, dari makhluk ciptaan, tanpa Allah, tanpa sang tujuh) - ‘Behold He Cometh’, hal 476.

William Hendriksen: “Six, moreover is not seven and never reaches seven. It always fails to attain to perfection; that is, it never becomes seven. Six means missing the mark, or failure. Seven means perfection or victory. Rejoice, O Church of God! The victory is on your side. The number of the beast is 666, that is, failure upon failure upon failure! It is the number of man, for the beast glories in man; and must fail!” (= 6, lebih-lebih bukan 7 dan tidak pernah mencapai 7. Itu selalu gagal untuk mencapai kesempurnaan; artinya, itu tidak pernah menjadi 7. 6 berarti gagal mencapai target, atau kegagalan. 7 berarti kesempurnaan atau kemenangan. Bersukacitalah, O Gereja Allah! Kemenangan ada di pihakmu. Bilangan dari binatang itu adalah 666, yaitu, kegagalan di atas kegagalan di atas kegagalan! Itu adalah bilangan dari manusia, karena binatang itu bermegah dalam manusia; dan pasti gagal!) - ‘More Than Conquerors’, hal 151.

George Eldon Ladd: “The most we can say is that if the number of the beast is a prophecy of a future situation, no one yet has solved the meaning of the number, but its meaning will be plain when the time comes” (= Yang terbaik yang bisa kita katakan adalah bahwa bilangan dari binatang itu merupakan suatu nubuat dari suatu situasi yang akan datang, tak seorangpun telah memecahkan arti dari bilangan itu, tetapi artinya akan menjadi jelas pada saat waktunya tiba) - hal 187.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (14)

e. Pembahasan 2Tesalonika 2:1-12.

2Tes 2:1-12 - “(1) Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, (2) supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba. (3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, (4) yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah. (5) Tidakkah kamu ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu, ketika aku masih bersama-sama dengan kamu? (6) Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya. (7) Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, (8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. (9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”.

Ay 1-2: “(1) Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, (2) supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba”.

Apa sebabnya Paulus mengatakan hal ini? Karena surat 1Tes menyebabkan jemaat Tesalonika menganggap bahwa hari Tuhan akan segera tiba. Dalam surat 1Tes Paulus berbicara tentang hari Tuhan / hari kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.

1Tes 4:13-5:8 - “(4:13) Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. (4:14) Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. (4:15) Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. (4:16) Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; (4:17) sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. (4:18) Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini. (5:1) Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, (5:2) karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam. (5:3) Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman - maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin - mereka pasti tidak akan luput. (5:4) Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, (5:5) karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. (5:6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. (5:7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. (5:8) Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan”.

Matthew Henry mengatakan bahwa rupanya hal ini menyebabkan orang-orang Tesalonika mengira bahwa Kristus akan segera datang kedua-kalinya. Juga rupanya juga muncul orang-orang yang mengaku mendapatkan petunjuk dari Roh Kudus atau dari Paulus sendiri tentang kedatangan Kristus itu. Itu sebabnya ia menulis surat 2Tes, khususnya 2Tes 2:1-2 - “(1) Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, (2) supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba”.

KJV: ‘the day of Christ is at hand’ (= hari Kristus sudah dekat).

RSV: ‘the day of the Lord has come’ (= hari Tuhan sudah tiba).

Dari sini jelas terlihat bahwa pemberitaan Firman Tuhan sebaik apapun, bahkan dari seorang rasul seperti Paulus, bisa menimbulkan tanggapan yang salah dan bahkan penyesatan.

Matthew Henry: “We have a subtle adversary, who watches all opportunities to do mischief, and will sometimes promote errors even by means of the words of scripture” (= Kita mempunyai seorang musuh yang licik / cerdik, yang mengamati semua kesempatan-kesempatan untuk melakukan kejahatan / kerusakan, dan kadang-kadang akan memajukan / mengembangkan kesalahan-kesalahan bahkan dengan menggunakan kata-kata / firman dari Kitab Suci).

Bdk. Matius 4:5-6 - “(5) Kemudian Iblis membawaNya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepadaNya: ‘Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diriMu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kakiMu jangan terantuk kepada batu.’”.

Dalam Mat 4:6 ini, Iblis mengutip ayat Kitab Suci, dari Maz 91:11-12, tetapi menafsirkannya secara salah, dan menggunakannya untuk mencobai Yesus! Jadi:

· Jangan terlalu cepat percaya pada suatu ajaran, hanya karena pengajarnya memberikan dasar Kitab Suci. Harus diperhatikan apakah dasar Kitab Sucinya ditafsirkan secara benar atau tidak. Untuk itu semua orang Kristen memang harus belajar Hermeneutics / ilmu penafsiran Kitab Suci.

· Banyaklah membaca dan belajar Kitab Suci, supaya otak saudara dipenuhi ayat-ayat Kitab Suci, yang bisa saudara gunakan untuk menyensor / mengecheck ajaran yang saudara terima / dengar.

Kesalahan tafsir dari jemaat Tesalonika ini menyebabkan Paulus menulis bagian ini untuk meluruskan hal itu. Dan Matthew Henry juga mengatakan bahwa dari fakta bahwa Paulus segera menanggapi hal itu untuk meluruskannya, dapat disimpulkan bahwa hamba Tuhan juga harus melakukan hal itu.

Selain kesalahan tafsir tentang 1Tes, rupanya ada juga hal-hal lain yang menyebabkan jemaat Tesalonika menganggap Yesus akan segera datang. Hal-hal itu adalah (ay 2):

¨ Ilham roh. Ini mungkin menunjukkan bahwa ada orang-orang yang berpura-pura mendapatkan ilham dari Roh Kudus, menyampaikan nubuat seolah-olah nubuat itu datang dari Tuhan, bahwa hari Tuhan sudah dekat.

¨ Pemberitaan. Nabi-nabi palsu itu juga melakukan pengajaran tentang hal ini.

¨ Surat yang dikatakan dari kami. Kata-kata ‘surat dari kami’ kelihatannya menunjukkan ada pemalsuan. Orang-orang tertentu mengatakan mendapatkan surat dari Paulus, atau menulis surat yang lalu mereka katakan berasal dari Paulus. Karena itu dalam 2Tes 3:17 Paulus memberi tahu bagaimana mengenali keaslian suratnya.

2Tes 3:17 - “Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku”.

Memang sejak jaman dulu sudah banyak pemalsuan seperti ini, dan karena itu muncul kitab-kitab seperti Injil Barnabas, Injil Yudas, dan sebagainya.

Penerapan: banyak orang kurang ajar yang sengaja memfitnah hamba Tuhan, dengan mengatakan bahwa pendeta itu mengajar begini, padahal sebenarnya tidak.

Contoh: banyak orang mengatakan bahwa Budi Asali mengajarkan Hyper-Calvinisme!

Tetapi sering juga hal itu terjadi bukan karena mereka memfitnah secara sengaja, tetapi karena mereka salah menafsirkan ajaran pendeta itu, atau salah dalam menyampaikan ajaran pendeta tersebut.

Apa yang diakibatkan oleh pemikiran / pengertian yang salah ini?

Ay 2: “supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah”.

KJV: ‘ye be not soon shaken in mind, or be troubled’ (= jangan engkau digoncangkan dalam pikiran, atau dikacaukan).

Memang ajaran sesat / salah bisa membuat seseorang menjadi bingung dan kacau dalam pikiran / hatinya.

Contoh:

* keharusan berbahasa roh bagi orang yang sudah mempunyai Roh Kudus menimbulkan kebingungan bagi orang yang sekalipun sudah percaya Kristus tetapi belum menerima bahasa Roh.

* ajaran yang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang pasti membingungkan / membuat takut / kuatir orang-orang kristen yang mempercayai ajaran ini. Adalah sangat aneh kalau seseorang tahu betapa mengerikannya neraka itu, dan ia percaya bahwa adalah mungkin baginya untuk murtad dan lalu masuk ke neraka, tetapi ia tidak takut / kuatir.

* ajaran / nubuat tentang kedatangan Kristus yang kedua-kalinya juga sudah banyak kali menimbulkan kebingungan, kekuatiran, dan bahkan tindakan-tindakan yang salah.

Albert Barnes mengatakan bahwa dalam satu tahun, yaitu tahun 1843, ada 17 orang yang masuk rumah sakit jiwa di Worcester, yang telah menjadi kacau pikirannya / gila karena mengharapkan Tuhan Yesus akan segera datang.

Ay 3-4: “(3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, (4) yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah”.

· “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga!”.

Matthew Henry mengatakan bahwa ada banyak cara yang bisa digunakan oleh penyesat-penyesat / nabi-nabi palsu untuk menyesatkan orang-orang. Ada yang berpura-pura mendapatkan wahyu yang baru, ada juga yang tetap menggunakan Kitab Suci tetapi menafsirkannya secara salah, dan ada yang melakukan pemalsuan terhadap ajaran dari nabi-nabi asli.

Albert Barnes mengatakan bahwa jaman sekarang ada banyak nabi palsu / penyesat yang mengclaim telah mendapatkan hikmat yang luar biasa untuk menafsirkan Kitab Suci.

Contoh: drg. Yusak yang mengaku diajar langsung oleh Tuhan sendiri selama 40 hari tentang arti dari seluruh Kitab Suci.

Karena itu kita sebagai orang-orang kristen harus sangat waspada supaya tidak ada yang bisa menyesatkan kita.

· “Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa”.

KJV: ‘except there come a falling away first, and that man of sin be revealed, the son of perdition’ (= kecuali datang lebih dahulu kemurtadan, dan manusia dosa dinyatakan, anak kebinasaan / kehancuran / neraka).

NIV: ‘for that day will not come until the rebellion occurs and the man of lawlessness is revealed, the man doomed to destruction’ (= karena hari itu tidak akan datang sampaipemberontakan terjadi dan manusia tanpa hukum dinyatakan, orang yang ditentukan untuk kehancuran).

NASB: ‘for it will not come unless the apostasy comes first, and the man of lawlessness is revealed, the son of destruction’ (= karena itu tidak akan datang kecuali kemurtadan datang dulu, dan manusia tanpa hukum dinyatakan, anak kehancuran).

Dengan mengatakan ‘sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka’, Paulus ingin meluruskan pandangan salah yang mengatakan bahwa Kristus sudah datang atau akan segera datang. Ia mengatakan bahwa Kristus tidak mungkin bisa datang kedua-kalinya sebelum:

¨ Terjadi kemurtadan / masa kemurtadan besar.

Adam Clarke mengatakan bahwa istilah murtad menunjukkan bahwa seseorang meninggalkan ajaran-ajaran dasari dari Kristen, baik itu meninggalkan Kristen secara total (lalu pindah ke agama lain), ataupun terjadi kerusakan kepercayaan berkenaan dengan ajaran dasar sehingga seluruh kepercayaan itu tidak memungkinkan untuk menyelamatkannya.

¨ ‘manusia durhaka / tanpa hukum’ / ‘anak kebinasaan / neraka / kehancuran’ dinyatakan.

* Arti dari istilah yang aneh ini.

Matthew Henry: “He is called the man of sin, to denote his egregious wickedness; not only is he addicted to, and practises, wickedness himself, but he also promotes, countenances, and commands sin and wickedness in others; and he is the son of perdition, because he himself is devoted to certain destruction, and is the instrument of destroying many others both in soul and body” (= Ia disebut manusia dosa / durhaka, untuk menunjukkan kejahatannya yang menyolok; bukan hanya bahwa ia kecanduan pada kejahatan dan mempraktekkannya sendiri, tetapi ia juga memajukan, menyetujui, dan memerintahkan dosa dan kejahatan dalam diri orang-orang lain; dan ia adalah anak kehancuran / kebinasaan, karena ia sendiri disediakan untuk kehancuran, dan merupakan alat untuk menghancurkan banyak orang lain baik dalam jiwa maupun tubuh).

Istilah ‘the son of perdition’ (= anak kebinasaan / neraka), selain ditujukan kepada sang Anti Kristus di tempat ini, hanya diterapkan kepada Yudas Iskariot dalam Yoh 17:12.

Yoh 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.

KJV: ‘but the son of perdition’ (= kecuali anak kebinasaan / kehancuran / neraka).

* Boleh dikatakan semua penafsir mengarahkan istilah ini kepada sang Anti Kristus.

Wycliffe Bible Commentary: “In the NT only John uses the term ‘antichrist’ (1 Jn 2:18,22; 4:3; 2 Jn 7), but there can be no doubt as to whom Paul had in mind” [= Dalam Perjanjian Baru hanya Yohanes menggunakan istilah ‘Anti Kristus’ (1Yoh 2:18,22; 4:3; 2Yoh 7), tetapi tidak ada keraguan siapa yang ada dalam pikiran Paulus].

A. T. Robertson: “He seems to be the Antichrist of 1 John 2:18. The terrible phrase, ‘the son of perdition,’ is applied ... here to the lawless one (HO ANOMOS), 2 Thes 2:8, who is not Satan, but some one definite person who is doing the work of Satan” [= Ia kelihatannya adalah sang Anti Kristus dari 1Yoh 2:18. Istilah yang mengerikan ‘anak kehancuran’, diterapkan ... di sini kepada orang tanpa hukum (HO ANOMOS), 2Tes 2:8, yang bukanlah setan, tetapi seseorang tertentu yang melakukan pekerjaan setan].

* Kebanyakan penafsir Protestan menganggap bahwa Gereja Roma Katolik merupakan penggenapan dari nubuat ini. Ada yang menganggapnya sebagai penggenapan penuh, ada yang menganggapnya sebagai penggenapan sebagian.

· “yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah”.

¨ Istilah-istilah dalam ay 4 tentang sang Anti Kristus inilah yang menyebabkan banyak orang Protestan yang menganggap bahwa sang Anti Kristus itu adalah Gereja Roma Katolik / Paus / ke-Paus-an.

Calvin: “every one that has learned from Scripture what are the things that more especially belong to God, and will, on the other hand, observe what the Pope claims for himself - though he were but a boy of ten years of age - will have no great difficulty in recogniizing Antichrist

” (= setiap orang yang telah belajar dari Kitab Suci tentang hal-hal apa yang secara khusus adalah milik Allah, dan pada saat yang sama memperhatikan apa yang diclaim oleh Paus bagi dirinya sendiri - sekalipun ia adalah seorang anak berusia 10 tahun - tidak akan mendapatkan problem dalam mengenali Anti Kristus).

Apa hubungannya kata-kata dalam ay 4 ini dengan Gereja Roma Katolik / kepausan?

Barnes’ Notes: “The following expressions, applied to the Pope of Rome by Catholic writers, without any rebuke from the papacy, will show how entirely applicable this is to the pretended Head of the Church. He has been styled ‘Our Lord God the Pope; another God upon earth; king of kings and lord of lords. The same is the dominion of God and the Pope. To believe that our Lord God the Pope might not decree as he decreed is heresy. The power of the Pope is greater than all created power, and extends itself to things celestial, terrestrial, and infernal. The Pope doeth whatsoever he listeth, even things unlawful, and is more than God;’ see the authority for these extraordinary declarations in Dr. Newton book on the Prophecies, Dissertations xxii.” (= Ungkapan-ungkapan berikut, diterapkan kepada Paus dari Roma oleh penulis-penulis Katolik, tanpa teguran dari kepausan, akan menunjukkan betapa hal ini cocok sepenuhnya dengan orang-orang yang berpura-pura menjadi Kepala dari Gereja. Ia telah disebut ‘Tuhan Allah kami sang Paus; Allah yang lain di bumi; raja atas segala raja dan tuhan atas semua tuhan. Kekuasaan Allah sama dengan kekuasaan Paus. Mempercayai bahwa Tuhan Allah kita sang Paus tidak boleh menetapkan seperti ia menetapkan merupakan bidat / kesesatan. Kuasa dari sang Paus lebih besar dari semua kuasa yang diciptakan, dan memperluas dirinya sendiri pada hal-hal yang berkenaan dengan surga, bumi, dan neraka. Sang Paus melakukan apapun kemana ia condong, bahkan hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh hukum, dan adalah lebih dari Allah’; lihat otoritas dari pernyataan-pernyataan yang luar biasa ini dalam buku Dr. Newton tentang Nubuat-nubuat, Dissertations xxii).

Matthew Henry: “the antichrist here mentioned is some usurper of God’s authority in the Christian church, who claims divine honours; and to whom can this better apply than to the bishops of Rome, to whom the most blasphemous titles have been given, as Dominus Deus noster papa - Our Lord God the pope; Deus alter in terr - Another God on earth; Idem est dominium Dei et papae - The dominion of God and the pope is the same?” (= sang Anti Kristus yang disebutkan di sini adalah seorang perebut kuasa dari otoritas Allah dalam Gereja Kristen, yang mengclaim kehormatan ilahi; dan bagi siapa ini bisa diterapkan dengan lebih baik dari pada uskup-uskup Roma, kepada siapa gelar-gelar yang paling bersifat menghujat telah diberikan, seperti DOMINUS DEUS NOSTER PAPA - Tuhan Allah kami sang Paus; DEUS ALTER IN TERR - Allah yang lain di bumi; Idem est dominium Dei et papae - Kekuasaan Allah dan Paus adalah sama?).

Perhatikan kepercayaan Roma Katolik tentang Paus dalam New York Catechism ini: “The pope takes place of Jesus Christ on earth ... By divine right the pope has supreme and full power in faith and morals over each and every pastor and his flock. He is the true vicar of Christ. He is the infallible ruler, the founder of dogmas, the author of and the judge of councils; the universal ruler of truth, the arbiter of the world, the supreme judge of heaven and earth, the judge of all, being judged by no one, God himself on earth” (= Paus menggantikan Yesus Kristus di bumi ... Oleh hak ilahi Paus mempunyai kuasa tertinggi dan penuh dalam iman dan moral atas setiap gembala dan domba gembalaannya. Ia adalah wakil yang benar / sejati dari Kristus. Ia adalah pemerintah / pemimpin yang tidak bisa salah, pendiri dari dogma-dogma, pengarang / sumber dan hakim dari sidang-sidang gereja, pemimpin kebenaran di seluruh dunia, penengah / wasit dunia ini, hakim tertinggi dari surga dan bumi, hakim dari semua, tidak dihakimi oleh siapapun, Allah sendiri di bumi ini) - Loraine Boettner, ‘Roman Catholicism’, hal 127.

Loraine Boettner lalu menambahkan:

“Thus the Roman Catholics holds that the pope, as the vicar of Christ on earth, is the ruler of the world, supreme not only over the Roman Church itself but over all kings, presidents, and civil rulers, indeed over all peoples and nations” [= Demikianlah orang Roma Katolik beranggapan bahwa Paus, sebagai wakil Kristus di bumi, adalah pemerintah dunia, mempunyai kedudukan / otoritas tertinggi bukan hanya atas gereja Roma (Katolik) sendiri tetapi atas semua raja, presiden, dan pemerintah sipil, bahkan atas semua orang dan bangsa] - ‘Roman Catholicism’, hal 127-128.

¨ Tetapi ada juga yang menganggap, seperti Jamieson, Fausset & Brown, bahwa Gereja Roma Katolik / kepausan tidak mungkin merupakan penggenapan utama dari nubuat ini. Jadi Gereja Roma Katolik / kepausan bukanlah sang Anti Kristus itu sendiri, tetapi hanya merupakan pendahulu darinya.

Saya sendiri berpendapat bahwa paling-paling Gereja Roma Katolik hanya bisa disebut sebagai penggenapan sebagian dari nubuat ini, atau merupakan pendahulu dari sang Anti Kristus itu. Alasannya:

* Sudah lewat ratusan / lebih dari 1000 tahun sejak adanya Gereja Roma Katolik, tetapi Kristus tetap belum datang.

* Dalam ay 9 maupun Wah 13:13-14, dikatakan bahwa kedatangan sang Anti Kristus itu akan disertai dengan mujijat-mujijat palsu, dan ini tidak ada dalam Gereja Roma Katolik.

Ay 9: “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu”.

Wah 13:13-14 - “(13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. (14) Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu”.

c) Kalau ada orang Katolik yang marah karena penafsiran ini, perlu mereka ketahui bahwa salah seorang Paus mereka berbicara dengan nada serupa.

Jamieson, Fausset & Brown: “Gregory the Great declared against the patriarch of Constantinople, that whosoever should call himself ‘Universal Bishop’ would be ‘the forerunner of Antichrist.’ The Papacy fulfilled this” (= Gregory yang Agung menyatakan terhadap kepala-kepala / bapa-bapa dari Konstantinople, bahwa siapapun yang menyebut dirinya sendiri ‘Uskup Universal’ merupakan ‘pendahulu dari Anti Kristus’. Kepausan menggenapi hal ini).

Catatan:

· Gelar ‘Uskup Universal’ sama saja dengan gelar ‘Paus’.

· Gregory the Great adalah seorang ‘Paus’ pada tahun 590-604, yang menolak gelar Paus itu waktu diberikan kepadanya oleh Kaisar pada saat itu. Tetapi Paus yang menggantikan dia, yaitu Boniface III, menerima gelar itu pada tahun 607. Jadi, ini berarti bahwa menurut Gregory yang Agung, Boniface III dan Paus-Paus lain setelahnya, adalah pendahulu-pendahulu dari sang Anti Kristus.

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (15)

2Tes 2:1-12 - “(1) Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, (2) supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba. (3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, (4) yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah. (5) Tidakkah kamu ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu, ketika aku masih bersama-sama dengan kamu? (6) Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya. (7) Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, (8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. (9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”.

Ay 5: “Tidakkah kamu ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu, ketika aku masih bersama-sama dengan kamu?”.

· William Hendriksen mengatakan bahwa ini merupakan suatu teguran halus. Seandainya mereka lebih memperhatikan ajaran / kata-kata Paulus, maka mereka tidak akan mempunyai pengertian yang salah seperti ini!

· Paulus telah berulangkali memberi tahu mereka tentang hal ini.

Baik KJV maupun RSV menterjemahkan ‘I told you’, tetapi William Hendriksen mengatakan bahwa seharusnya diterjemahkan ‘I used to tell’ (seperti dalam terjemahan NIV), yang menunjukkan bahwa pada masa lalu itu Paulus telah berulangkali mengajarkan hal ini.

Wycliffe Bible Commentary: “‘I told you.’ The imperfect tense indicates that more than once Paul had discussed these events” (= ‘Aku memberi tahu kamu’. Tensa imperfect menunjukkan bahwa Paulus mendiskusikan peristiwa-peristiwa ini lebih dari sekali).

Jadi dalam hal ini terjemahan Kitab Suci Indonesia lebih benar (‘hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu’).

· Jadi, rupanya sekalipun dulu sudah diajarkan, dan bahkan sering diajarkan, mereka lupa / mengabaikan sebagian ajaran itu, dan ini menyebabkan mereka lalu mempunyai pandangan yang salah.

Calvin mengatakan bahwa hal ini menunjukkan betapa mudah lupanya manusia tentang hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan kekal (hal-hal rohani).

Ini mengajar kita untuk sangat berhati-hati dan berkonsentrasi penuh dalam mendengar ajaran, dan juga untuk memperhatikan semua, tanpa mengabaikan apapun juga.

Bandingkan dengan:

* Yos 1:8 - “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung”.

* Yos 1:13 - “‘Ingatlah kepada perkataan yang dipesankan Musa, hamba TUHAN itu, kepadamu, yakni: TUHAN, Allahmu, mengaruniakan keamanan kepadamu dan memberikan kepadamu negeri ini”.

* Mazmur 119:52 - “Aku ingat kepada hukum-hukumMu yang dari dahulu kala, ya TUHAN, maka terhiburlah aku”.

* Amsal 4:5 - “Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku”.

* Mal 4:4 - “Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hambaKu, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum”.

* Yoh 2:19-22 - “(19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ (20) Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’ (21) Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri. (22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus”.

* Yohanes 15:20 - “Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firmanKu, mereka juga akan menuruti perkataanmu”.

* Yoh 16:4a - “Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.’”.

* Yakobus 1:22-25 - “(22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (23) Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (24) Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. (25) Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.

Ay 6-8: “(6) Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya. (7) Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, (8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali”.

· ‘Sekarang’ (ay 6).

Perhatikan kata ‘sekarang’. William Hendriksen mempersoalkan, apakah kata ‘sekarang’ itu berhubungan dengan kata-kata ‘kamu tahu’ atau dengan kata-kata ‘menahan dia’.

William Hendriksen lebih setuju kalau kata ‘sekarang’ dihubungkan dengan kata ‘menahan dia’.

RSV: ‘And you know what is restraining him now so that he may be revealed in his time’ (= Dan kamu tahu apa yang menahan dia sekarang, sehingga ia akan dinyatakan pada waktunya). NASB»RSV.

Alasannya, kalimat ini memang mengkontraskan antara ‘sekarang masih ada yang menahan dia’ dan ‘ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang ditentukan baginya’ (nanti).

Tetapi Pulpit Commentary menafsirkan sebaliknya, dan menghubungkan kata ‘sekarang’ itu dengan ‘kamu tahu’ seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia dan KJV.

KJV: ‘And now ye know what withholdeth that he might be revealed in his time’ (= Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan sehingga ia bisa dinyatakan pada waktnya). NIV»KJV.

Pulpit Commentary memberikan kemungkinan penafsiran yang lain, yaitu kata ‘sekarang’ itu hanya dianggap sebagai partikel penghubung, dan karena itu dalam penterjemahan boleh dihapuskan.

Saya lebih setuju dengan William Hendriksen.

· ‘kamu tahu’ (ay 6).

Jemaat Tesalonika tahu / mengerti apa yang Paulus maksudkan, tetapi kita tidak, karena ada hal-hal yang mereka tahu yang sekarang ini tidak kita ketahui.

· ‘apa yang menahan dia .... sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, ...’ (ay 6,7).

Kata ‘dia’ pasti menunjuk kepada sang Anti Kristus, tetapi kata-kata ‘yang menahan dia’ menunjuk kepada apa / siapa? Mengapa saya menyebut ‘apa / siapa’? Ini menunjuk kepada ‘sesuatu’ atau ‘seseorang’? Sebetulnya menunjuk kepada kedua-duanya, karena ay 6 menunjuk pada ‘sesuatu’, tetapi ay 7 menunjuk kepada ‘seseorang’.

Wycliffe Bible Commentary: “the change from neuter (v. 6) to masculine (v. 7) suggests that the restrainer can be spoken of as a thing or person” [= perubahan dari jenis kelamin netral (ay 6) menjadi jenis kelamin maskulin / laki-laki (ay 7) menunjukkan bahwa si penahan itu bisa dibicarakan sebagai sesuatu atau seseorang].

Ay 6: “apa yang menahan dia”. Kata ‘apa’ menunjuk pada ‘sesuatu’.

Ay 7: “Kalau yang menahannya telah disingkirkan”. Ini kurang tepat terjemahannya.

KJV: ‘until he be taken out of the way’ (= sampai ia disingkirkan). Kata ‘he’ / ‘ia’ menunjuk kepada ‘seseorang’.

Ada bermacam-macam penafsiran tentang apa / siapa yang menahan sehingga sang Anti Kristus itu belum menyatakan diri.

¨ Ada yang menganggap ini menunjuk kepada Roh Kudus. Dan nanti Roh Kudus disingkirkan. Kapan itu terjadi? Setelah gereja mengalami rapture / pengangkatan. Baru pada saat itu sang Anti Kristus itu akan menyatakan diri. Ini pandangan dari Dispensationalisme, dan menurut saya ini pasti salah, karena seharusnya orang-orang kristen akan mengalami masa dari sang Anti Kristus itu.

Wycliffe Bible Commentary: “Dispensationalist interpreters (e. g., C. I. Scofield, L. S. Chafer, and J. Walvoord) have identified the restrainer as the Holy Spirit, a view supported by the fact that the Spirit may be described in both neuter and masculine genders. Removal of the Spirit takes place when the Church, his temple, is raptured (1 Thes 4:13-17). However, why would Paul speak of the Spirit in such veiled terms? Furthermore, how can the revelation of Antichrist be a sign to the church that has already been raptured?” (= Penafsir-penafsir Dispensationalisme (misalnya, C. I. Scofield, L. S. Chafer, dan J. Walvoord) mengenali sang penahan itu sebagai Roh Kudus, suatu pandangan yang didukung oleh fakta bahwa Roh Kudus bisa digambarkan baik oleh jenis kelamin netral maupun maskulin / laki-laki. Penyingkiran Roh Kudus terjadi pada waktu Gereja, BaitNya, diangkat (1Tes 4:13-17). Tetapi, mengapa Paulus berbicara tentang Roh dengan istilah-istilah yang begitu terselubung? Selanjutnya, bagaimana penyataan dari sang Anti Kristus bisa merupakan suatu tanda bagi gereja yang telah diangkat?].

¨ Calvin menganggap itu menunjuk pada Injil. Saya tak setuju dengan penafsiran ini, karena kalau ini benar, kapan saatnya Injil itu akan disingkirkan?

¨ Ada juga yang menganggap ini menunjuk pada pemerintahan Romawi. Tetapi karena Romawi sudah hancur selama ratusan tahun dan sang Anti Kristus belum juga menyatakan diri, maka pandangan ini lalu dimodifikasi, dan diartikan sebagai ‘seadanya pemerintahan di dunia’. Ini mungkin merupakan penafsiran yang paling populer.

William Hendriksen memberikan banyak alasan yang mendukung bahwa ‘yang menahan’ itu adalah pemerintah, seperti:

* Ini merupakan pandangan umum dari bapa-bapa gereja.

* Merupakan sesuatu yang cocok kalau ‘the man of lawlessness’ (= orang yang tanpa hukum / tak peduli hukum) ditahan oleh pemerintah / hukum. Catatan: istilah ‘lawlessness’ (= tanpa hukum) itu muncul beberapa kali dalam sepanjang 2Tesalonika 2:1-12, yaitu pada ay 3,7,8.

* Merupakan sesuatu yang cocok kalau dalam ay 6 Paulus menyebutnya sebagai ‘sesuatu’, dan dalam ay 7 sebagai ‘seseorang’. Pemerintahan adalah ‘sesuatu’, sedangkan pimpinan pemerintahan itu adalah ‘seseorang’.

* Dalam Roma 13:1-5 Paulus berkata: “(1) Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. (2) Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. (3) Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. (4) Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. (5) Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita”.

Kata-kata ini cocok dengan penafsiran ini, karena dalam Ro 13 ini Paulus menyatakan bahwa pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan kita, dan juga untuk menentang / menahan kejahatan.

* Pada waktu kekaisaran Romawi jatuh, pemerintahan tidak hilang. Dimana-mana di dunia ini tetap ada pemerintahan.

* Ada penafsir yang memberikan tambahan argumentasi yang menarik.

Geoffrey B. Wilson: “Not only would it have been dangerous for Paul to have spoken more plainly of the removal of Roman rule, but the intervening centuries since the disappearance of that Empire have also proved that his vague allusion to the Restrainer was far more appropriate than any specific reference to the contemporary scene. Not was this accidental, for like all prophets inspired of God, the apostle spoke better than he knew at the time” (= Bukan hanya berbahaya bagi Paulus untuk berbicara dengan lebih jelas tentang penyingkiran dari pemerintahan Romawi, tetapi abad-abad yang telah berlalu sejak musnahnya kekaisaran itu juga telah membuktikan bahwa ibarat / kiasannya yang samar-samar terhadap sang Penahan itu jauh lebih tepat dari pada petunjuk yang spesifik pada suasana pada jamannya. Juga hal ini bukanlah suatu kebetulan, karena seperti semua nabi-nabi yang diilhami oleh Allah, sang rasul berbicara lebih baik dari pada yang ia ketahui pada saat itu) - hal 102.

Catatan: sekalipun Paulus memaksudkan seadanya pemerintahan, tetapi pada saat itu di sana, pemerintahan yang sah adalah kekaisaran Romawi, dan karena itu merupakan sesuatu yang berbahaya bagi Paulus untuk mengatakan hal itu secara terang-terangan.

Tetapi Geoffrey B. Wilson juga menambahkan (pada bagian akhir kutipan di atas itu) bahwa bukan suatu kebetulan kalau Paulus berbicara secara samar-samar. Mungkin ia menduga kekaisaran Romawi, tetapi seandainya ia berbicara terang-terangan dan menunjuk pada kekaisaran Romawi, maka nubuat itu akan meleset. Jadi, Tuhan memang membimbing dia dalam menulis, dan tulisannya mempunyai arti lebih dari yang ia sendiri ketahui. Ini tidak berbeda dengan nabi-nabi yang bernubuat. Nubuat mereka mempunyai arti lebih tinggi dari yang mereka ketahui. Bandingkan dengan:

1Petrus 1:10-12 - “(10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. (11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. (12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat”.

Matius 13:16-17 - “(16) Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. (17) Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya”.

Dari ayat-ayat di atas ini jelas bahwa pada waktu nabi-nabi bernubuat, mereka tidak mengerti seluruh kata-kata mereka sendiri.

Yohanes 11:47-53 - “(47) Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. (48) Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepadaNya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.’ (49) Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa-apa, (50) dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.’ (51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. (53) Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia”.

Jelas bahwa kata-kata Kayafas mempunyai arti lebih tinggi dari yang ia ketahui / pikirkan.

Saya sendiri mengambil pandangan ini. Yang menahan sehingga munculnya sang Anti Kristus itu tertunda, adalah pemerintah.

· ‘secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja’ (ay 7).

Sekarang kedurhakaan itu telah mulai bekerja, tetapi tetap akan muncul sang Anti Kristus itu. Ini sesuai dengan kata-kata rasul Yohanes dalam:

* 1Yohanes 4:3 - “dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.

* 2Yoh 7 - “Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus”.

* 1Yohanes 2:18 - “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir”.

Kalau sekarang saja ajaran sesat dan nabi palsu sudah begitu banyak, sedangkan ini hanya dilakukan oleh pendahulu-pendahulu dari sang Anti Kristus, bisakah dibayangkan apa yang terjadi pada saat sang Anti Kristus itu sendiri muncul? Karena itu, rajin dan tekunlah dalam belajar Firman Tuhan!

· “sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya. ... Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya” (ay 6,7,8).

Kalau ‘sang penahan’ itu memang menunjuk kepada pemerintahan, lalu kapan pemerintahan disingkirkan? Pada saat anak buah setan menjadi penguasa dunia / bangsa-bangsa. Setelah itu maka muncullah sang Anti Kristus itu. Ini cocok dengan Wahyu 13:1-18 yang sudah kita bahas di atas.

Sesuatu yang menghibur di sini, adalah kata-kata ‘pada waktu yang telah ditentukan baginya’ (ay 6).

Sebetulnya kata-kata ‘telah ditentukan baginya’ terlalu kuat terjemahannya.

KJV/RSV: ‘in his time’ (= pada waktunya).

Tetapi secara implicit ini memang menunjukkan bahwa waktu itu ditentukan oleh Allah, dan ini menunjukkan bahwa Allahlah yang berkuasa dan mengontrol segala sesuatu! Jadi, bagaimanapun kepinginnya setan memunculkan sang Anti Kristus itu itu cepat-cepat, kalau waktu / belum sampai, itu tidak akan terjadi. Artinya, setan maupun sang Anti Kristusnya ada di bawah kontrol Allah sepenuhnya!

William Hendriksen: “This, of course happens under God’s direction. Hence, for the time being, the worst Satan can do is to promote the spirit of lawlessness. But this does not satisfy him. It is as if he and his man of sin bide their time. At the divinely decreed moment (‘the appropriate season’) when, as a punishment for man’s willingness to cooperate with this spirit, the ‘some one’ and ‘something’ that now holds back is removed, Satan will begin to carry out his plans” [= Ini tentu terjadi di bawah pengarahan dari Allah. Karena itu, pada saat sekarang ini, yang paling buruk yang bisa dilakukan oleh Iblis adalah memajukan roh / semangat dari manusia tanpa hukum. Tetapi ini tidak memuaskan dia. Seolah-olah ia dan manusia-tanpa-hukum-nya itu menunggu waktu mereka. Pada saat yang ditentukan oleh Allah (pada waktu yang tepat) pada saat, sebagai suatu penghukuman bagi kemauan manusia untuk bekerja sama dengan roh ini, ‘seseorang’ dan ‘sesuatu’ yang sekarang ini menahannya disingkirkan, Iblis akan mulai melaksanakan rencana-rencananya] - hal 183.

Geoffrey B. Wilson: “the purpose of the prophecy is not to provide believers with a time-table. It is to let them see that not even Satan’s final master-stroke is an independent development. Indeed it assures them that nothing is beyond the control of the sovereign God who makes all things work together for the good of His people (Rom. 8:28)” [= tujuan dari nubuat ini bukanlah menyediakan orang-orang percaya dengan suatu jadwal waktu. Tujuannya adalah supaya mereka melihat bahwa bahkan pencobaan / pukulan Iblis yang terahir bukanlah suatu perkembangan yang bebas / tak tergantung. Sebaliknya itu menjamin mereka bahwa tidak ada yang berada di luar kontrol dari Allah yang berdaulat yang membuat segala sesuatu berkerja bersama-sama untuk kebaikan umatNya (Ro 8:28)] - hal 102.

· ‘pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali’(ay 8).

Geoffrey B. Wilson mengatakan bahwa tanpa berhenti untuk mengatakan apakah selang waktunya akan panjang atau pendek, Paulus langsung menyatakan bahwa kekalahan yang sempurna dari sang Anti Kristus terjadi pada saat Tuhan Yesus datang. Karena memang sang rasul tidak ingin membicarakan khronology dari manusia tanpa hukum itu. Yang ia ingin bicarakan dan tekankan adalah kemenangan mutlak dari Tuhan Yesus pada saat Ia datang kedua-kalinya. Tujuannya supaya orang-orang kristen sabar dalam penderitaan dan berharap pada hal itu.

‘Pertarungan’ Tuhan Yesus melawan sang Anti Kristus itu bukanlah suatu pertarungan yang hebat dan lama. Itu merupakan suatu pertarungan yang sama sekali tidak seimbang. Tuhan Yesus akan menang dengan sangat mudah dan dengan sangat cepat. Dari mana terlihat hal ini?

* Perhatikan kata-kata ‘Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya’.

Ada yang menafsirkan bahwa kata ‘nafas mulutNYa’ menunjuk pada Firman Tuhan. Tetapi ada yang menafsirkan secara hurufiah.

A. T. Robertson: “It is a powerful picture how the mere breath of the Lord will destroy this arch-enemy” (= Merupakan suatu gambaran yang sangat kuat bagaimana semata-mata nafas dari Tuhan akan menghancurkan sang musuh bebuyutan).

Pulpit Commentary: “With the spirit (or, breath) of his mouth. Various interpretations have been given to this clause. Some refer it to the Word of God, and others to the Holy Spirit, and suppose that the conversion of the world is here predicted; but this is evidently an erroneous interpretation, as the doom of antichrist is here announced. Others refer the term to a cry or word, and think that the sentence of condemnation pronounced by the Lord Jesus on the wicked is intended. But the words are to be taken literally as a description of the power and irresistible might of Christ at his coming - that the mere breath of his mouth is sufficient to consume the wicked (comp. Isa 11:4, ‘He shall smite the earth with the rod of his mouth, and with the breath of his lips shall he slay the wicked’).” [= Dengan roh (atau, nafas) dari mulutNya. Bermacam-macam penafsiran telah diberikan kepada anak kalimat ini. Sebagian mengarahkan kepada Firman Allah, dan yang lain kepada Roh Kudus, dan menduga bahwa pertobatan dari dunia diramalkan di sini; tetapi ini jelas merupakan penafsiran yang salah, karena ajal dari sang Anti Kristus yang diumumkan di sini. Yang lain mengarahkan istilah ini pada teriakan atau firman, dan berpikir bahwa yang dimaksudkan adalah kalimat penghukuman yang diucapkan oleh Tuhan Yesus terhadap orang jahat. Tetapi kata-kata ini harus diartikan secara hurufiah sebagai suatu penggambaran dari kuasa dan kekuatan dari Kristus pada kedatanganNya - sehingga semata-mata nafas dari mulutNya cukup untuk menghancurkan orang jahat (bdk. Yes 11:4 - ‘Ia akan menghajar bumi dengan perkataanNya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutNya Ia akan membunuh orang fasik’).].

* Perhatikan kata-kata ‘dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali’.

NASB: ‘and bring to an end by the appearance of His coming’ (= dan mengakhiri dengan penampilan dari kedatanganNya).

Untuk kata ‘appearance’ (= penampilan) digunakan kata Yunani EPIPHANEIA, dan untuk kata ‘coming’ (= kedatangan) digunakan kata Yunani PAROUSIA.

Pulpit Commentary: “the meaning is that the mere appearance of Christ’s presence will annihilate the wicked” (= artinya adalah bahwa semata-mata pemunculan / penampilan dari kehadiran Kristus akan memusnahkan orang jahat).

Memang ini hanya sang Anti Kristus, bukan setan sendiri. Tetapi setan sendiri waktu konfrontasi dengan Yesus bukan main takutnya, dan terlihat bahwa ia memang bukan tandingan Yesus. Bdk. Mat 8:28-32.

Bandingkan dengan malaikat pada waktu menghadapi setan dalam Daniel 10, bahkan bandingkan dengan Mikhael waktu hadapi setan.

Dan 10:12-14 - “(12) Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. (13) Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. (14) Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu.’”.

Yudas 9 - “Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’”.

Karena itu, pandangan Saksi Yehuwa / Unitarianisme bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael merupakan suatu kegilaan yang tidak Alkitabiah.

Kesimpulan: sekarang sudah banyak antikristus-antikristus, tetapi akan datang sang Anti Kristus. Sekarang ia belum datang karena masih ada yang menahannya. Tetapi pada waktu Tuhan, yang menahannya akan disingkirkan dan pada saat itulah sang Anti Kristus itu akan menyatakan dirinya. Kita tidak tahu berapa selang waktunya, tetapi yang jelas setelah sang Anti Kristus itu menyatakan diri, maka Tuhan Yesus sendiri akan datang kedua-kalinya, dan pada saat itu dengan mudah Ia akan menghancurkan sang Anti Kristus itu. Karena itu, pada saat kita mengalami penderitaan gara-gara sang Anti Kristus itu, kita harus tetap sabar, dan berharap pada kedatangan Yesus yang kedua-kalinya!

DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY (16)

2Tesalonika 2:1-12 -“(1) Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, (2) supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba. (3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, (4) yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah. (5) Tidakkah kamu ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu, ketika aku masih bersama-sama dengan kamu? (6) Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya. (7) Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, (8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. (9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”.

· ‘Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa2 perbuatan ajaib, tanda2 dan mujizat2 palsu’ (ay 9).

Kisah Para Rasul 2:22 - “Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan2 dan mujizat2 dan tanda2 yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah2 kamu, seperti yang kamu tahu”.

2Korintus 12:12 - “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda2, mujizat2 dan kuasa2”.

Ibrani 2:4 - “Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda2 dan mujizat2 dan oleh berbagai2 penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi2kanNya menurut kehendakNya”.

2Tesalonika 2:9 - ‘all power’ (KJV) - bentuk tunggal, ‘signs and wonders’ - bentuk jamak.

Kis 2:22 2Kor 12:12 Ibr 2:4 - ketiga kata - bentuk jamak.

Jamieson, Fausset & Brown: ‘Mujijat2 palsu / dusta’. ... Mat 24:24 menunjukkan bahwa mujijat2 itu akan sungguh2, sekalipun berhubungan dengan setan.

Matius 24:24 - “Sebab Mesias2 palsu dan nabi2 palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda2 yang dahsyat dan mujizat2, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang2 pilihan juga”.

· ‘dengan rupa-rupa tipu daya jahat’ (ay 10a).

· ‘orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. ... supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan’ (ay 10b,12).

2Tesalonika 2:13 - “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai”.

Calvin: Ia membatasi kuasa setan, sehingga tidak bisa melukai orang2 pilihan Allah, sama seperti Kristus juga mengeluarkan / mengecualikan mereka dari bahaya ini (Mat 24:24). Dari sini kelihatan bahwa Anti Kristus tidak mempunyai kuasa yang begitu besar lebih dari yang diijinkan olehNya.

Matius 24:24 - “Sebab Mesias2 palsu dan nabi2 palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda2 yang dahsyat dan mujizat2, sehingga SEKIRANYA MUNGKIN, mereka menyesatkan orang2 pilihan juga”.

Hendriksen: Memang benar bahwa dengan kekuatannya sendiri tak ada orang yang bisa mengasihi kebenaran. Tetapi bukan itu yang ditekankan di sini. Di sini yang ditekankan adalah kesalahan dari manusia. Pada waktu manusia itu terhilang, itu selalu adalah kesalahannya sendiri, tidak pernah karena kesalahan Allah.

Calvin: Dan dari sini terlihat dengan lebih jelas apa yang telah saya nyatakan - bahwa injil harus diberitakan kepada dunia sebelum Allah memberi setan ijin begitu banyak, karena Ia tidak akan pernah mengijinkan BaitNya dinajiskan seperti itu, kalau Ia tidak diprovokasi oleh rasa tidak tahu terima kasih yang begitu extrim dari manusia. Singkatnya, Paulus menyatakan bahwa Anti Kristus akan menjadi pelayan dari pembalasan yang benar dari Allah terhadap mereka yang telah dipanggil pada keselamatan, tetapi menolak Injil, dan lebih memilih untuk menyesuaikan pikiran mereka pada kejahatan dan kesalahan2.

Calvin: Karena sekalipun penguasaan Anti Kristus itu kejam, tidak ada yang binasa kecuali mereka yang layak mendapatkannya, bahkan lebih lagi, yang dengan persetujuan mereka sendiri memilih kematian (Amsal 8:36). Dan tidak perlu dipertanyakan, sementara suara dari Anak Allah telah terdengar di mana-mana, tetapi suara itu mendapatkan telinga manusia yang tuli, bahkan keras kepala, dan sekalipun orang2 yang mengaku Kristen itu banyak, tetapi hanya sedikit yang dengan sungguh2 dan dengan segenap hati telah menyerahkan diri mereka sendiri kepada Kristus.

Amsal 8:36 - “Tetapi siapa tidak mendapatkan aku, merugikan dirinya; semua orang yang membenci aku, mencintai maut.’”.

Calvin: Karena kita harus memperhatikan apa yang dinyatakan dalam Ul 13:3, bahwa hati manusia menjadi sasaran dari ujian, pada waktu ajaran palsu datang, karena ajaran2 palsu itu tidak mempunyai kekuatan kecuali di antara mereka yang tidak mengasihi Allah dengan hati yang tulus.

Ulangan 13:1-5 - “(1) Apabila di tengah2mu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh2 mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah2mu”.

Matthew Henry: Mereka adalah orang-orang yang tidak mengasihi kebenaran yang bisa menyelamatkan mereka. Mereka mendengar kebenaran itu (itu bisa saja), tetapi mereka tidak mengasihinya; mereka tidak tahan terhadap ajaran yang sehat, dan karena itu dengan mudah meminum ajaran2 palsu; mereka mempunyai sedikit pengetahuan yang bersifat khayalan tentang apa yang benar, tetapi mereka menuruti prasangka2 yang kuat, dan dengan demikian menjadi mangsa dari pembujuk2. Seandainya mereka mengasihi kebenaran, mereka akan bertekun di dalamnya, dan dipelihara / dijaga olehnya; tetapi tidak mengherankan jika mereka dengan begitu mudah berpisah dengan apa yang tidak pernah mereka kasihi. Dan tentang orang-orang ini dikatakan bahwa mereka binasa atau terhilang; mereka berada dalam kondisi terhilang, dan ada dalam bahaya untuk terhilang selama-lamanya.

Jamieson, Fausset & Brown: Kita bukan hanya harus menyetujui, tetapi mengasihi, kebenaran (Maz 119:97).

Mazmur 119:97 - “Betapa kucintai TauratMu! Aku merenungkannya sepanjang hari”.

Geoffrey B. Wilson: Mereka yang tanpa kasih terhadap kebenaran akan selalu senang dengan ketidak-benaran, karena di antara 2 perasaan / kecintaan yang bertentangan ini tidak ada daerah netral.

Yoh 3:19-20 - “(19) Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan2 mereka jahat. (20) Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak”.

Pulpit: Orang-orang yang menolak Alkitab kadang2 siap untuk mempercayai apapun kecuali Alkitab; mereka akan dengan rakus menerima dongeng apapun, hipotesa ilmiah manapun, sekalipun itu jelas tidak lebih dari hipotesa sementara / bersyarat, yang kelihatannya bertentangan dengan Alkitab.

Wycliffe: ‘Mereka yang binasa’. Penggunaan bentuk present participle APOLLUMENOIS menunjukkan bahwa proses itu sudah berjalan (bdk. 1Kor 1:18).

Hendriksen: Orang percaya yang sejati tidak pernah boleh takut termasuk dalam golongan minoritas. Hanyalah ‘sisa’nya yang akan diselamatkan. Semua yang lain akan dihukum.

Bdk. 2Timotius 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru2 menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.

· “Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta” (ay 11).

Kata ‘kesesatan’ diterjemahkan berbeda-beda.

KJV: ‘strong delusion’ (= tipuan yang kuat).

RSV: ‘a strong delusion’ (= tipuan yang kuat).

NIV: ‘a powerful delusion’ (= tipuan yang kuat).

NASB: ‘a deluding influence’ (= pengaruh yang menipu).

Lenski: ‘error’s working’ (= pekerjaan kesalahan).

Lenski: Kesalahan bekerja, dan pekerjaannya selalu menghancurkan jiwa2. Gagasan / kepercayaan bahwa kesalahan itu tidak berbahaya merupakan sesuatu yang bersifat menipu. Banyak orang mempunyai kesalahan2 yang dikasihi; tetapi setiap kesalahan itu berbahaya.

Geoffrey B. Wilson: Satu saatpun Paulus tidak akan membiarkan pembacanya untuk mengkhayalkan bahwa kemenangan setan ini dicapai dengan mengorbankan kuasa tertinggi dari Allah di atas semua peristiwa. Penghindaran yang sering dilakukan dengan mengatakan bahwa Allah hanya ‘mengijinkan’ keberadaan dari kejahatan, atau bahwa penghukumannya hanyalah merupakan pekerjaan dari suatu hukum yang tidak berpribadi, tidak mendapatkan tempat dalam pemikiran sang rasul. Sekalipun dari ay 9 kelihatan bahwa setan bertanggung jawab bagi suksesnya manusia durhaka / tanpa hukum dalam menipu pengikut-pengikutnya, di sini ditunjukkan bahwa kontrol tertinggi dari Allah atas seluruh proses tidak bisa dikesampingkan.

Geoffrey B. Wilson: Dalam alam semesta yang diciptakan dan dikontrol oleh Allah, bahkan kejatuhan (ke dalam dosa) dan semua konsekwensinya ditentukan untuk melanjutkan rencana kekalNya. Sekalipun ini berarti bahwa Allah adalah penyebab tertinggi dari apapun yang terjadi, itu tidak membuatNya menjadi pencipta dosa karena setiap tindakan jahat merupakan akibat / hasil dari kehendak yang sengaja untuk mana orang itu bertanggung jawab.

Roma 9:10-18 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak2 itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.

Wycliffe: ‘Allah akan mengirimkan / Allah mendatangkan’ menunjukkan kedaulatan Allah, yang mengontrol tujuan2, bukan hanya dari milikNya, tetapi dari musuh2Nya. Penolakan terhadap terang menghasilkan kegelapan yang lebih hebat, seperti yang ditunjukkan oleh Mat 13:10-dst dan Ro 1:24-32.

Roma 1:24,26,28 - “(24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. ... (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri2 mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. ... (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran2 yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas”.

1Sam 16:14-16,23 - “(14) Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN. (15) Lalu berkatalah hamba-hamba Saul kepadanya: ‘Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah mengganggu engkau; (16) baiklah tuanku menitahkan hamba2mu yang di depanmu ini mencari seorang yang pandai main kecapi. Apabila roh jahat yang dari pada Allah itu hinggap padamu, haruslah ia main kecapi, maka engkau merasa nyaman.’ ... (23) Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya”.

1Samuel 19:9 - “Tetapi roh jahat yang dari pada TUHAN hinggap pada Saul, ketika ia duduk di rumahnya, dengan tombaknya di tangannya; dan Daud sedang main kecapi”.

1Raja 22:22-23 - “(22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’”.

Ayub 12:16 - “Pada Dialah kuasa dan kemenangan, Dialah yang menguasai baik orang yang tersesat maupun orang yang menyesatkan”.

Yeh 14:9 - “Jikalau nabi itu membiarkan dirinya tergoda dengan mengatakan suatu ucapan - Aku, TUHAN yang menggoda nabi itu - maka Aku akan mengacungkan tanganKu melawan dia dan memunahkannya dari tengah-tengah umatKu Israel”.

Tambahan:

c) Tanda-tanda yang menunjukkan penghakiman / penghukuman ilahi.

1. Perang.

2. Gempa bumi.

3. Kelaparan.

4. Tanda-tanda di langit pada benda-benda angkasa.

Matius 24:29-30 - “”.

Markus 13:24-25 - “”.

Lukas 21:25-26 - “”.

Yang memusingkan adalah: tanda-tanda ini merupakan hal-hal yang sudah banyak terjadi, sehingga sukar untuk menentukan apakah yang sedang terjadi betul-betul merupakan tanda dari akhir jaman tersebut. Dikatakan bahwa menjelang akhir jaman tanda-tanda ini akan meningkat dalam jumlah / banyaknya dan intensitasnya. Tetapi pada saat hal-hal itu meningkat dalam jumlah dan intensitasnya, kita tetap tidak akan tahu apakah itu memang tanda akhir jaman, ataukah tanda-tanda itu masih akan meningkat lagi sebelum akhir jaman tiba.

Catatan: di antara tanda-tanda kedatangan Kristus yang kedua-kalinya ini jelas ada hal-hal yang sangat tidak menyenangkan bagi orang-orang percaya, seperti adanya masa kesukaran besar (the great tribulation), nabi-nabi palsu, mujijat-mujijat palsu, dan khususnya sang Anti Kristus itu sendiri. etapi Anthony A. Hoekema (‘The Bible and The Future’, hal 135) mengatakan bahwa tanda-tanda yang tidak menyenangkan itu bisa menjadi hal-hal yang menyenangkan bagi orang-orang percaya, kalau mereka memandangnya secara benar. Pada waktu nubuat-nubuat berkenaan dengan hal-hal itu terjadi, mereka bisa mengingat bahwa itu telah dinubuatkan, dan karena itu terjadinya hal-hal itu menunjukkan bahwa semua itu ada dalam kontrol dari Allah sendiri. Semua itu bukan saja tak bisa mengalahkan tujuan / rencana Allah yang kekal, tetapi bahkan menggenapinya. Juga bahwa tanda-tanda itu menunjukkan bahwa Kristus sedang dalam perjalanan untuk datang kedua-kalinya.

Anthony A. Hoekema: “believers pay attention to them. When they do so, the signs become for them joyful tidings: indications that the Lord is on the throne, and that his return is near. Even when he sees the unpleasant signs, therefore (like apostasy, false prophets and false Christ, persecution and tribulation), the believer is not discouraged. For he knows that antichristian forces are always under God’s control, and can never defeat God’s ultimate purpose. He knows, too, that even these unpleasant signs are to be expected, and are indications that Christ’s return is on the way” (= ) - ‘The Bible and The Future’, hal 135.

6) Beberapa kesalahan yang umum berkenaan dengan tanda-tanda akhir jaman ini.

a) Menganggap bahwa tanda-tanda ini hanya berkenaan dengan saat-saat menjelang kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

Anthony A. Hoekema: “One such mistaken understanding is to think of the signs of times as referring exclusively to the end-time, as if they had to do only with the period immediately preceding the Parousia and had nothing to do with the centuries preceding the Parousia” (= ) - ‘The Bible and The Future’, hal 130.

b) Menganggap bahwa tanda-tanda ini haruslah berupa sesuatu yang betul-betul bersifat spektakuler.

Anthony A. Hoekema: “Another mistaken understanding of these signs is to think of them only in terms of abnormal, spectacular, or catastrophic events. ... Instead of looking for spectacular signs, therefore God’s people should be on the alert to discern the signs of Christ’s return primarily in the nonspectacular processes of history” (= ) - ‘The Bible and The Future’, hal 130,131.

c) Meramalkan saat kedatangan Kristus yang kedua-kalinya berdasarkan sudah terjadinya tanda-tanda tersebut.

Anthony A. Hoekema: “A third wrong understanding of the signs of the times is to attempt to use them as a way of dating the exact time of Christ’s return. Such attempts have been made throughout Christian history” (= ) - ‘The Bible and The Future’, hal 131.

Anthony A. Hoekema: “Christ himself, however, condemned all such attempts when he told us that no one knows the day or the hour of his return, not even the Son (Mark 13:32 Mat 24:36). If Christ himself did not know the day, who are we that we should try to know more than Christ? The signs of the times tell us about the certainty of the Second Coming, but do not divulge its precise date” (= ) - ‘The Bible and The Future’, hal 131.

Bdk. Mat 24:36,44 - “(36) Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’ ... (44) Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.’”.

Catatan: DOKTRIN AKHIR ZAMAN: ESCHATOLOGY

· kata-kata ‘Anakpun tidak’ harus diartikan bahwa sebagai manusia Yesus tidak tahu hari Tuhan. Tetapi sebagai Allah Ia maha tahu, sehingga tidak mungkin Ia tidak tahu hari Tuhan.

· perhatikan kata-kata ‘pada saat yang tidak mau duga’ dalam Mat 24:44 itu! Jadi, kalau ada orang-orang menduga bahwa Kristus akan datang kembali pada suatu tanggal / saat tertentu, justru itu menunjukkan Kristus tidak mungkin datang pada saat itu!

d) Membuat / meramalkan urut-urutan yang pasti tentang terjadinya tanda-tanda akhir jaman itu.

Anthony A. Hoekema: “A fourth wrong use of the signs culminates in the attempt to construct an exact timetable of future happenings. This attempts has been characteristic of many eschatologically oriented sectarian movements; it continues to be characteristic of certain types of dispensationalism” (= ) - ‘The Bible and The Future’, hal 131-132.

Di sini diperlukan sikap hati-hati dalam menafsirkan nubuat; dalam hal ini, khususnya yang berhubungan dengan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya.

Charles Hodge (‘Systematic Theology’, vol III, hal 790-792) memberikan suatu pengajaran tentang penafsiran nubuat yang sangat penting diperhatikan.

Ia mengatakan bahwa nubuat diberikan supaya kita mengerti tentang hal-hal tertentu yang akan datang, tetapi dengan suatu cara yang berbeda dengan kalau kita menafsirkan cerita-cerita sejarah tentang hal-hal pada masa lampau.

Charles Hodge: “Prophecy is very different from history. It is not intended to give us a knowledge of the future, analogous to that which history gives us of the past. This truth is often overlooked. We see interpreters undertaking to give detailed expositions of the prophecies of Isaiah, of Ezekiel, of Daniel, and of the Apocalypse, relating to the future, with the same confidence with which they would record the history of the recent past. Such interpretations have always been falsified by the event” (= ) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 790.

Dalam persoalan nubuat, hal itu diberikan hanya supaya orang-orang tahu dengan pasti bahwa nubuat itu akan terjadi, dan mereka bersiap-siap untuk hal itu.

Charles Hodge: “In prophecy, instruction is subordinate to moral impression. The occurrence of important events is so predicted as to produce in the minds of the people of God faith that they will certainly come to pass. Enough is made known of their nature, and of the time and mode of their occurrence, to awaken attention, desire, or apprehension, as the case may be; and to secure proper effort on the past of those concerned to be prepared for what is to come to pass” (= ) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 790-791.

Sebelum nubuat itu terjadi, biasanya ada banyak penafsiran yang berbeda-beda, dan bahkan penafsiran-penafsiran yang salah, berkenaan dengan nubuat itu. Tetapi pada saat nubuat itu terjadi, orang akan tahu dengan pasti bahwa peristiwa itu merupakan penggenapan sebenarnya dari nubuat itu.

Contohnya adalah nubuat-nubuat tentang kedatangan Kristus yang pertama. Jauh sebelum Kristus datang untuk pertama kalinya, jelas sudah dinubuatkan bahwa Mesias / seorang Penebus akan datang, dan Ia adalah seorang Raja, Imam dan Nabi, dan bahwa Ia akan membebaskan umatNya dari dosa, dan dari bencana / kejahatan (evil), dan bahwa Ia akan mendirikan Kerajaan yang akan menguasai kerajaan-kerajaan di dunia ini, menundukkan bangsa-bangsa dan sebagainya. Juga bahwa Ia akan menjadikan umatNya bahagia dan diberkati. Juga dinubuatkan bahwa Elia akan datang kembali, untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan / Mesias itu.

Nubuat-nubuat ini membuat bangsa Israel / orang-orang Yahudi mengarahkan pikiran mereka ke depan, mendoakan hal itu dan mengharap-harapkan kedatangan Mesias itu. Tidak ada seorangpun dari mereka yang menafsirkan kedatangan Kristus yang pertama itu dengan benar. Mereka bahkan salah menafsirkannya. Tetapi pada waktu kedatangan Kristus yang pertama itu betul-betul terjadi, kita tahu bahwa itu pasti merupakan penggenapan dari nubuat-nubuat itu.

Kristus memang adalah Raja yang mempunyai kerajaan, tetapi secara rohani, bukan seperti yang mereka harapkan / perkirakan. Kristus memang adalah Imam, tetapi Ia juga adalah Korbannya, dan tak ada yang menduga seperti ini. Ia membebaskan umatNya, tetapi bukan seperti yang mereka harapkan (dari penjajahan Romawi dsb). Ia memang menundukkan bangsa-bangsa, tetapi bukan dengan kekerasan / pedang, tetapi dengan kebenaran dan kasih (Injil). Elia memang datang untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan, tetapi ia datang dalam diri Yohanes Pembaptis, suatu cara yang tak pernah dipikirkan siapapun.

Charles Hodge: “It follows, from what has been said, that prophecy makes a general impression with regard to future events, which is reliable and salutary, while the details remain in obscurity” (= ) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 791.

Charles Hodge: “The utter failure of the Old Testament Church in interpreting the prophecies relating to the first advent of Christ, should teach us to be modest and diffident in explaining those which relate to his second coming. We should be satisfied with the great truths which those prophecies unfold, and leave the details to be explained by the event” (= ) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 791-792.

Ini perlu diterapkan dalam menentukan sang Anti Kristus, masa kesukaran besar (the great tribulation), kemurtadan besar, pertobatan seluruh Israel, tanda-tanda di langit, dan sebagainya.

Anthony A. Hoekema: “We are confident that all predictions about Christ’s return and the end of the world will be fulfilled, but we do not know exactly how they will be fulfilled” (= ) - ‘The Bible and The Future’, hal 133.

7) Kedatangan Kristus yang kedua-kalinya itu sendiri.

a) Itu bersifat pribadi dan bisa terlihat (personal dan visible).

1. Jangan campur-adukkan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya dengan kedatangan Kristus yang lain, seperti dalam:

· Matius 16:28 - “”.

· Yohanes 14:18-19 - “”.

· Yoh 14:22-23 - “”.

· Wahyu 2:16 - “”.

2. Kita tidak mempercayai kedatangan Kristus yang kedua-kalinya secara rohani, yang tak terlihat dan sebagainya, seperti yang diajarkan oleh banyak orang sesat, dengan Saksi Yehuwa / Charles Taze Russell sebagai contoh utama.

3. Bahwa kedatangan Kristus yang kedua-kalinya bersifat pribadi dan bisa terlihat, dinyatakan oleh banyak ayat Kitab Suci, seperti:

· Matius 24:30 - “”.

· Matius 26:64 - “”.

· Lukas 21:27 - “”.

· Kis 1:11 - “”.

· Wahyu 1:7 - “”.

4. Hal-hal lain berkenaan dengan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya mengharuskan penafsiran bahwa kedatangan Kristus yang kedua-kalinya itu bersifat pribadi dan bisa terlihat. Hal-hal lain apa?

· Ia dikatakan datang di awan-awan, dengan segala kuasa dan kemuliaannya, disertai para malaikat dan dimuliakan di antara orang-orang kudusNya (Mat 16:27 Mat 24:30 Mat 26:64 2Tesalonika 1:10)

· Semua orang (yang tak percaya) akan ketakutan, bersembunyi, dan meminta bukit-bukit / gunung-gunung rubuh menimpa mereka (Wah 6:15-17).

Tetapi Hodge juga punya pandangan tambahan sebagai berikut: “after the second coming of Christ, and the resurrection of the dead, the state of the soul will be still more exalted and blessed” (= setelah kedatangan Kristus yang kedua-kalinya, dan kebangkitan orang mati, keadaan dari jiwa itu akan lebih ditinggikan / dimuliakan dan diberkati lagi) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 724.

Louis Berkhof: “Dr. Kuyper correctly points out that every other locus left some question unanswered, to which eschatology should supply the answer. In theology, it is the question, how God is finally perfectly glorified in the work of His hands, and how the counsel of God is fully realized; in anthropology the question, how the disrupting influence of sin is completely overcome; in christology the question, how the work of Christ is crowned with perfect victory; in soteriology the question, how the work of the Holy Spirit at last issues in the complete redemption and glorification of the people of God; and in ecclesiology, the question of the final apotheosis of the Church. All these questions must find their answer in the last locus of dogmatics, making it the real capstone of dogmatic theology” (= ) - ‘Systematic Theology’, hal 665.

Herman Hoeksema: “By the doctrine of the last things, therefore, we strictly understand the final consummation and realization of the counsel of God, which along the way of sin and grace, death and the curse, as well as the wonder of salvation in Christ, is finally realized in the eternal kingdom and the everlasting covenant of God, where the tabernacle of God will be with men” (= ) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 744.

Herman Hoeksema: “the consummation of all things presupposes a willing and decreeing God, Who is before all things, and Who made all things according to His own counsel unto a definite end and purpose, and Who by that counsel controls and guides all things unto the end He had in mind. Without the presupposition of this counsel of a personal God the world can have no purpose and no destination unto which it was called into being. And without an all-ruling providence, according to which God controls all things according to His good pleasure, there cannot possibly be any definite line or stability in the development of all things, and there is no guarantee that they will attain to the purpose unto which they were called into being” (= ) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 737.


Herman Hoeksema: “behind and before all things stands the decreeing God, Who performs all His good pleasure. In that counsel of God the end of all things was proposed before the beginning. The counsel of the intelligent and willing God proposed for all things a teloj, a purpose, and end, a destination. To that end and purpose all things are adapted, and unto that end all things hasten with infallible certainty under the almighty control and direction of the living God” (= ) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 738.

Herman Hoeksema: “The name Eschatology, which is derived from e]sxatoj (ESKHATOS) and legein (LEGEIN), in itself denotes only that which must still take place in order to bring to an end all that has reference to the present world. It does not refer to the eternal things whatsoever. It refers indeed to the end of the world and to the things that immediately precede the end and that must lead to the end; but it does not apply to the new and eternal creation of God; where the tabernacle of God will be with men” (= ) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 729.

Berkhof tak percaya seadanya bayi mati masuk surga.

Louis Berkhof: “Man is lost by nature, and even original sin, as well as actual sins, makes him worthy of condemnation” (= ) - ‘Systematic Theology’, hal 693.

Louis Berkhof: “There is no Scripture evidence on which we can base the hope that adult Gentiles, or even Gentile children that have not yet come to years of discretion, will be saved” (= ) - ‘Systematic Theology’, hal 693.
Next Post Previous Post