YESUS MENGAJAR DENGAN PERUMPAMAAN: LUKAS 8:4-21

Pdt.Budi Asali, M.Div.
YESUS MENGAJAR DENGAN PERUMPAMAAN: LUKAS 8:4-21. Lukas 8:4-21 - “(4) Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: (5) ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. (6) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.’ Setelah berkata demikian Yesus berseru: ‘Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!’ (9) Murid-muridNya bertanya kepadaNya, apa maksud perumpamaan itu. (10) Lalu Ia menjawab: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. (11) Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. (12) Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. (13) Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. (14) Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. (15) Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.’ (16) ‘Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. (17) Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. (18) Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.’ (19) Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepadaNya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. (20) Orang memberitahukan kepadaNya: ‘IbuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.’ (21) Tetapi Ia menjawab mereka: ‘IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.’”.
YESUS MENGAJAR DENGAN PERUMPAMAAN: LUKAS 8:4-21
otomotif, gadget, bisnis
I) Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan.

1) Banyak orang datang kepada Yesus dari tempat-tempat yang jauh (Lukas 8: 4).

Lukas 8: 4: “Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus,”.

a) Sekalipun kelihatannya ada banyak orang datang kepada Yesus, tetapi sesuai dengan perumpamaan ini, yang sungguh-sungguh cuma sedikit.

Dalam Lukas 9:10-17 ada cerita tentang Yesus memberi makan 5000 orang, dan dari cerita ini terlihat bahwa yang ‘mengikut’ Yesus ada ribuan orang. Dalam Injil Yohanes cerita tersebut ada dalam Yoh 6:1-14, dan pada akhir dari Yoh 6 diceritakan bahwa banyak murid yang mengundurkan diri dan tidak mengikuti Yesus lagi (Yohanes 6:66). Jadi jelas bahwa pengikut sejati memang hanya sedikit. Apakah saudara termasuk yang sedikit itu?

b) Bahwa mereka mau datang dari tempat yang jauh, tidak membuktikan bahwa mereka betul-betul berniat mencari Yesus dan firmanNya.

Bisa saja mereka datang hanya karena ingin tahu, hanya ikut-ikutan, atau untuk mencari kesembuhan, dan berkat-berkat jasmani yang lain.

Bdk. Yohanes 6:26-27 - “(26) Yesus menjawab mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. (27) Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.’”.

Bahwa Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang penabur ini untuk mereka, dan tidak menjelaskannya untuk mereka, jelas menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka bukanlah ‘tanah yang baik’ (Lukas 8: 8).

Calvin: “if those who ran from distant places to Christ, like hungry persons, are compared to an unproductive and barren soil, we need not wonder if, in our own day, the Gospel does not yield fruit in many, of whom some are lazy and sluggish, others hear with indifference, and others are scarcely drawn even to hear” (= jika mereka yang datang dari tempat yang jauh kepada Kristus, seperti orang-orang yang lapar, dibandingkan dengan tanah yang tidak produktif dan gersang, kita tidak perlu heran jika, pada jaman kita, Injil tidak memberikan buah dalam banyak orang, yang sebagian di antaranya malas dan pasif / lamban, sedangkan yang lain mendengar dengan sikap acuk tak acuh, dan yang lain hampir-hampir tidak mendengar) - hal 101.

2) Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan.

a) Persamaan dan perbedaan antara perumpamaan dengan dongeng.

Baik perumpamaan maupun dongeng menekankan suatu kebenaran moral, tetapi dalam dongeng ceritanya hanya merupakan khayalan yang tidak masuk akal, seperti binatang berbicara dsb, sedangkan dalam perumpamaan ceritanya bukan khayalan tetapi betul-betul bisa terjadi (Pulpit Commentary, hal 201-202).

b) Sebetulnya sebelum saat ini Yesus sudah pernah mengajar dengan menggunakan perumpamaan, misalnya dalam Matius 7:24-27. Tetapi sebelum saat ini, Yesus tidak banyak mengajar dengan menggunakan perumpamaan, dan perumpamaan-perumpamaan yang Ia berikan pendek-pendek, dan cukup jelas artinya. Tetapi mulai saat ini Yesus mengajar dengan banyak perumpamaan, dan perumpamaan-perumpamaan itu panjang-panjang, dan tidak bisa dimengerti kecuali dijelaskan.

3) Mengapa Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan?

a) Apakah Lukas 8: 9 bertentangan dengan Matius 13:10?

Lukas 8: 9: “Murid-muridNya bertanya kepadaNya, apa maksud perumpamaan itu.”.

Matius 13:10 - “Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’”.

Ini bukan kontradiksi, tetapi saling melengkapi. Jadi sebetulnya mereka menanyakan kedua pertanyaan ini; Matius menceritakan yang satu, Lukas menceritakan yang lain. Lukas 8:10 / Matius 13:11-17 menjawab pertanyaan dalam Matius 13:10; sedangkan penjelasan arti perumpamaan ini (Lukas 8:11-15 / Matius 13:18-23) menjawab pertanyaan dalam Lukas 8:9.

b) Alasan / tujuan Yesus mengajar dengan perumpamaan ada dalam Lukas 8:10 - “Lalu Ia menjawab: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.”.

1. ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah’.

a. ‘diberi karunia’.

Calvin: “Christ, by declaring that it was ‘given’ to them, excludes all merit. Christ declares that there are certain and elect men, on whom God specially bestows this honour of revealing to them his secrets, and that others are deprived of this grace. No other reason will be found for this distinction, except that God calls to himself those whom he has gratuitously elected” (= Kristus, dengan menyatakan bahwa hal itu ‘diberikan’ kepada mereka, membuang semua jasa / kebaikan. Kristus menyatakan bahwa ada orang-orang tertentu dan pilihan, kepada siapa Allah secara khusus memberikan kehormatan dengan menyatakan kepada mereka rahasia-rahasiaNya, dan orang-orang yang lain tidak diberi kasih karunia ini. Tidak ada alasan lain akan ditemukan untuk pembedaan ini, kecuali bahwa Allah memanggil kepada diriNya sendiri, mereka yang telah dipilihNya dengan murah hati / penuh kasih karunia) - hal 104.

David Gooding mengatakan (hal 140) bahwa mula-mula para murid sama tidak mengertinya dengan orang-orang lain. Tetapi mereka mempunyai keinginan / kerinduan untuk mengerti, dan karena itu mereka bertanya kepada Yesus, dan mendapatkan penjelasan (ay 9-dst).

Tetapi kita tetap tidak bisa mengatakan bahwa para murid diberi pengertian karena mereka lebih baik dari pada orang banyak tersebut. Orang banyak itu tidak rindu pada Firman Tuhan, sedangkan mereka rindu. Mengapa? Karena kerinduan itu merupakan pemberian Tuhan (bdk. Kis 16:14b)! Dan Tuhan memberikannya hanya kepada orang-orang pilihanNya.

Bandingkan dengan komentar Calvin tentang ay 8b: “Setelah berkata demikian Yesus berseru: ‘Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”, dimana Calvin berkata sebagai berikut: “he makes distinction among the hearers, by pronouncing some to have ears, and others to be deaf. If it is next inquired, how it comes to pass that the former have ears, Scripture testifies in other passages, that it is the Lord who pierces the ears, (Psalm 40:7,) and that no man obtains or accomplishes this by his own industry” [= Ia membedakan para pendengar, dengan menyatakan bahwa sebagian mempunyai telinga, dan yang lain tuli. Jika selanjutnya ditanyakan: bagaimana bisa terjadi bahwa yang pertama mempunyai telinga, Kitab Suci menyaksikan dalam text-text yang lain, bahwa Tuhanlah yang menusuk / membuka telinga (Mazmur 40:7), dan bahwa tidak seorangpun mendapatkan atau mencapai hal ini oleh kerajinannya sendiri] - hal 101.

Mazmur 40:7 - “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut”.

b. ‘rahasia’.

Leon Morris (Tyndale): “To them are revealed ‘the secrets of the kingdom of God.’ ‘Secrets’ (MUSTERIA) are truths which man could never discover for himself, but which God has revealed” [= Kepada mereka dinyatakan ‘rahasia dari Kerajaan Allah’. ‘Rahasia’ (MUSTERIA) adalah kebenaran-kebenaran yang tidak pernah bisa ditemukan oleh manusia untuk dirinya sendiri, tetapi yang telah dinyatakan oleh Allah] - hal 151-152.

David Gooding: “God’s way of salvation, that is, his way of establishing his kingdom, is admittedly a mystery; though the word ‘mystery’ has a somewhat different meaning on the lips of Christ from what it has in our normal modern parlance. He means that God’s was of salvation is a plan devised by God which no-one would ever have known anything about if God had not revealed it” (= Jalan keselamatan Allah, yaitu caraNya untuk menegakkan kerajaanNya, diakui merupakan suatu misteri / rahasia; sekalipun kata ‘rahasia / misteri’ mempunyai arti yang agak berbeda di bibir Kristus dari artinya dalam percakapan modern yang normal. Ia memaksudkan bahwa jalan keselamatan Allah merupakan suatu rencana yang direncanakan oleh Allah yang tak akan pernah diketahui oleh siapapun seandainya Allah tidak menyatakannya) - hal 140.

William Hendriksen: “By no means has this mystery been revealed to all. That it was made known to us was pure grace. Hence, all the more we should, with gratitude to God, share what we have freely received. ‘Woe to me if I do not preach the gospel’ (1Cor. 9:16)” [= Rahasia / misteri ini sama sekali tidak dinyatakan kepada semua orang. Bahwa itu dinyatakan kepada kita, itu merupakan kasih karunia yang murni. Jadi, kita harus lebih membagikan apa yang kita dapat dengan cuma-cuma, dengan rasa syukur kepada Allah. ‘Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil’ (1Korintus 9:16)] - hal 432.

2. ‘tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.’.

Kata Yunaninya: HINA (= ‘that’ / ‘supaya’). Ini menunjukkan tujuan penggunaan perumpamaan.

Markus 4:11-12 - “(11) JawabNya: ‘Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, (12) supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.’”.

Jadi, Markus juga menggunakan kata Yunani HINA.

Matius 13:13 - “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karenasekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.”.

Matius menggunakan kata Yunani HOTI (= ‘because’ / ‘karena’). Ini menunjukkan alasan penggunaan perumpamaan.

A. T. Robertson: “Jesus speaks in parables because the multitudes see without seeing and hear without hearing. But He also speaks in parable in order that they may see without seeing and hear without hearing” (= Yesus berbicara dalam perumpamaan-perumpamaan karena orang banyak memandang tanpa melihat dan mendengar tanpa menanggap. Tetapi Ia juga berbicara dalam perumpamaan supaya mereka memandang tanpa melihat dan mendengar tanpa menanggap) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 113.

Jadi, yang salah pertama-tama adalah para pendengar yang brengsek ini. Karena itu, sebagai hukuman, Yesus mengajar dalam perumpamaan, supaya mereka makin tidak mengerti ajaranNya.

William Hendriksen: “It was because by their own choice these impenitent Pharisees and their followers had refused to see and hear, that, as a punishment for this refusal, they are now addressed in parables, that (or in order that) seeing, they may not see; and hearing, they may not understand” (= Adalah karena pilihan mereka sendiri orang-orang Farisi yang tidak bertobat dan para pengikut mereka telah menolak untuk melihat dan mendengar, sehingga, sebagai hukuman untuk penolakan ini, sekarang mereka diajar dalam perumpamaan-perumpamaan, supaya mereka memandang tetapi tidak melihat; dan mendengar tetapi tidak mengerti) - hal 425.

Calvin: “all whom God does not enlighten with the Spirit of adoption are men of unsound mind; and that, while they are more and more blinded by the word of God, the blame rests wholly on themselves, because this blindness is voluntary” (= semua yang tidak diterangi oleh Allah dengan Roh adopsi adalah orang-orang dengan pikiran yang tidak sehat; dan bahwa sementara mereka makin lama makin dibutakan oleh firman Allah, kesalahan sepenuhnya berada pada diri mereka sendiri, karena kebutaan ini terjadi secara sukarela) - hal 108.

Jadi jelas bahwa bagi para pendengar yang brengsek itu, pengajaran menggunakan perumpamaan merupakan sesuatu yang bersifat penghakiman / penghukuman, dan ini memisahkan pencari firman yang sungguh-sungguh dan yang sambil lalu / asal-asalan.

Leon Morris (Tyndale): “The crowds were thronging about Jesus. He was becoming a popular preacher. But He looked for more than a superficial adherence, so He intensified His use of parables, stories which yielded their meaning only to those who were prepared to search for them. The parables demand thought and spiritual earnestness. They separate the sincere seeker from the casual hearer” (= Orang banyak berdesak-desakan di sekitar Yesus. Ia menjadi pengkhotbah yang populer. Tetapi Ia mencari sesuatu yang lebih dari sekedar kesetiaan yang dangkal / lahiriah, jadi Ia meningkatkan penggunaan perumpamaan-perumpamaan, cerita-cerita yang memberikan artinya hanya kepada mereka yang siap untuk mencarinya. Perumpamaan-perumpamaan ini menuntut pemikiran dan kesungguhan rohani. Mereka memisahkan pencari yang sungguh-sungguh dari pendengar yang sambil lalu) - hal 150.

Leon Morris (Tyndale): “Parables both reveal and conceal the truth; they reveal it to the genuine seeker who will take the trouble to dig beneath the surface and discover the meaning, but they conceal it from him who is content simply to listen to the story. ... Parables are a mine of information to those who are in earnest, but they are a judgment on the casual and careless” (= Perumpamaan menyatakan dan menyembunyikan kebenaran; perumpamaan menyatakannya kepada pencari yang sungguh-sungguh yang mau berjerih payah untuk menggali di bawah permukaan dan menemukan artinya, tetapi perumpamaan menyembunyikannya dari dia yang puas dengan sekedar mendengarkan ceritanya. ... Perumpamaan adalah suatu tambang informasi bagi mereka yang sungguh-sungguh, tetapi merupakan suatu penghakiman bagi orang-orang yang sambil lalu dan ceroboh) - hal 152.

Pulpit Commentary mengutip kata-kata Godet: “The veil which it (the parable) throws over the truth becomes transparent to the attentive mind, while it remains impenetrable to the careless”(= Selubung yang dilemparkan ke atas kebenaran oleh perumpamaan itu menjadi transparan bagi pikiran yang penuh perhatian, sementara itu tetap tidak bisa ditembus bagi orang-orang yang ceroboh / sembarangan) - hal 203.

Pulpit Commentary: “The element of judgment in parabolic teaching. ... While to a docile and childlike spirit a parable sets truth in its most attractive aspect, to a proud, self-sufficient spirit it veils and hides the truth. It is light or darkness according to our spiritual attitude” (= Elemen penghakiman dalam pengajaran yang menggunakan perumpamaan. ... Sementara bagi roh / semangat yang patuh dan seperti anak suatu perumpamaan menyatakan kebenaran dalam aspeknya yang paling menarik, bagi roh / semangat yang sombong dan merasa dirinya cukup perumpamaan itu menyelubungi dan menyembunyikan kebenaran. Itu adalah terang atau gelap menurut sikap rohani kita) - hal 228,229.

Pulpit Commentary: “Those who did not wish to learn were sent away with the feeling, A dark saying has been uttered: who can hear it?” (= Mereka yang tidak ingin belajar akan pergi dengan perasaan: Suatu kata-kata yang gelap telah diucapkan: siapa bisa mendengarnya?) - hal 211.

Pernahkah setelah mendengar suatu khotbah saudara berpikir dalam hati: ‘Ngomong apa sih pengkhotbah itu?’. Ini memang bisa terjadi karena kesalahan pengkhotbah, yang berkhotbah secara ruwet / tidak jelas. Tetapi ini juga bisa terjadi karena kesalahan pendengar, yang karena memang tidak rindu terhadap Firman Tuhan, tidak diberi pengertian oleh Tuhan.

3. Tuhan punya cara lain untuk membuat orang tidak mengerti firmanNya.

Calvin: “the word of God is not obscure, except so far as the world darkens it by its own blindness. And yet the Lord conceals its mysteries, so that the perception of them may not reach the reprobate. There are two ways in which he deprives them of the light of his doctrine. Sometimes he states, in a dark manner, what might be more clearly expressed; and sometimes he explains his mind fully, without ambiguity and without metaphor, but strikes their senses with dulness and their minds with stupidity, so that they are blind amidst bright sunshine” (= firman Allah tidaklah merupakan sesuatu yang kabur / tidak jelas, kecuali dunia menggelapkannya dengan kebutaan mereka sendiri. Dan Tuhan menyembunyikan misteri-misterinya, sehingga pengertian tentang hal itu tidak mencapai orang-orang yang ditetapkan untuk binasa. Ada 2 jalan dengan mana Ia tidak memberi mereka terang dari doktrin / ajaranNya. Kadang-kadang Ia menyatakan, dengan cara yang gelap, sesuatu yang bisa dinyatakan secara lebih jelas; dan kadang-kadang Ia menjelaskan pikiranNya secara penuh, tanpa arti ganda dan tanpa kiasan, tetapi Ia memukul pengertian mereka dengan ketumpulan dan pikiran mereka dengan kebodohan, sehingga mereka buta di tengah-tengah matahari yang terang) - hal 102-103.


4. Ketidak-mengertian terhadap Firman Tuhan ini mempunyai resiko yang sangat hebat!

Ini tidak terlihat dalam Injil Lukas, tetapi terlihat dalam Injil Matius dan Markus, karena dalam Matius dan Markus ada tambahan kata-kata yang tidak ada dalam Lukas.

Matius 13:15 - “Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.

Markus 4:12 - “supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.’”.

Kesembuhan yang dibicarakan oleh Matius jelas tidak mungkin diartikan sebagai kesembuhan jasmani, tetapi harus diartikan sebagai kesembuhan rohani. Dan kalau diartikan demikian, menjadi sama dengan Markus yang menggunakan kata ‘mendapatkan ampun’.

Jadi, ketidak-mengertian terhadap Firman Tuhan berhubungan dengan keselamatan kekal!

Kesimpulan: kerinduan terhadap Firman Tuhan merupakan sesuatu yang sangat penting. Memang bagi orang-orang yang bukan pilihan, Allah tidak akan memberikannya, sehingga mereka tidak akan pernah bisa rindu dengan sungguh-sungguh. Tetapi bagi orang-orang pilihan / orang kristen yang sejati, yang sudah rindu Firman Tuhan, kerinduan itu perlu dijaga / ditingkatkan dengan cara betul-betul belajar Firman Tuhan, mempercayainya dan mentaatinya. Perlu diketahui bahwa:

a) Berbeda dengan rasa lapar secara jasmani, yang kalau tidak dituruti akan makin lama makin hebat, maka rasa lapar rohani justru akan pudar kalau tidak dituruti!

b) Dosa / ketidak-taatan, apalagi yang disadari / disengaja, dan yang dipertahankan dengan sikap tegar tengkuk, dalam waktu singkat akan menghancurkan kerinduan terhadap Firman Tuhan!

Karena itu, rajin dan tekunlah dalam belajar Firman Tuhan, dan taatlah kepada Firman Tuhan!

YESUS MENGAJAR DENGAN PERUMPAMAAN: LUKAS 8:4-21.
_AMIN_
Next Post Previous Post