KERAJAAN ALLAH, GEREJA DAN PELAYANAN YANG SETIA

Pdt. DR. Stephen Tong.

Tema “Kerajaan Allah” adalah satu tema yang sangat besar, demikian juga tema “Gereja” dan tema “Pelayanan” merupakan tema yang sangat luas dan mencakup banyak aspek di dalamnya. Oleh karena itu, kita tidak melihat semuanya secara menyeluruh dan mendetail. Namun, kita akan lebih menyoroti prinbsip-prinsip penting dari setiap tema, lalu melihat hubungan satu persatu dengan sebaik mungkin.
KERAJAAN ALLAH, GEREJA DAN PELAYANAN YANG SETIA
Tidak banyak kesempatan untuk kita bisa melihat relasi antara ketiga tema besar ini dengan teliti dan mendalam. Kita hidup di dunia ini dengan banyak anugerah yang bukan merupakan pilihan kita sendiri. Kita tidak bisa meminta dilahirkan di dunia ini dan kita pun tidak bisa mengetahui alasan mengapa kita dilahirkan di zaman ini. Tidak ada orang yang tahu berapa lama kita hidup dan bilamana kita harus pergi dari dunia ini. Kita berada di dalam satu masyarakat dan zaman di mana waktu dan ruang membatasi kita. Kita berada di dalam masyarakat, zaman, dan lingkungan yang bukan merupakan hasil pilihan kita. Di lain pihak, kita justru dipengaruhi oleh masyarakat di sekeliling kita. Dalam hal ini, akhirnya terbentuk suatu kekuasaan, suatu pemerintahan, suatu negara, suatu kerajaan.

Di dalam dunia ini, kita harus mencari kerajaan yang dari Tuhan Allah sendiri. Itu sebabnya, di dalam dunia ini, kita bukan sekedar menanti Kristus datang kembali, lalu kita berubah, dijemput dan masuk ke sorga untuk menikmati segala kemuliaan dan segala kenikmatan sorgawi untuk selama-lamanya saja, tetapi kita harus menjadi saksi Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya, karena kita adalah warga negara Sorga, yang telah mengirim kita menjadi wakil-Nya di dunia ini. Itu sebabnya, setiap orang Kristen harus mengerti apa itu Kerajaan Allah, apa hubungannya antara Kerajaan Allah dengan Gereja.

Gereja sering dihubungkan hanya dengan sebuah gedung di mana di dalamnya ada mimbar, ada koor, ada pendeta, ada majelis, dan ada orang-orang yang berbakti. Itulah yang sering dimengerti sebagai gereja.

Apakah artinya Gereja? Apa artinya Dunia? Apa hubungan antara Gereja dengan Kerajaan Allah? Apa hubungan Kerajaan Allah dan kerajaan Dunia? Dan apa hubungan antara manusia yang ada di dalam kerajaan Dunia, namun pada saat yang sama bisa berdoa dan berada di dalam Kerajaan Sorga? Semuanya ini merupakan pertanyaan yang sangat penting.

Sebagai seorang Kristen, kita tidak boleh menjadi orang yang hanya sekedar mengikuti kebaktian. Begitu banyak orang Kristen yang hanya menerima pengajaran di Gereja satu kali dalam satu minggu, di mana terkadang khotbahnya sedemikian dangkal dan singkat, sehingga sepanjang tahun mendengarkan khotbah, tidak banyak hal penting sebenarnya yang telah ia pelajari dari Kitab Suci.

BAB I : KERAJAAN ALLAH, GEREJA dan PELAYANAN.

KERAJAAN ALLAH

Setiap kali kita merenungkan istilah-istilah “Kerajaan Allah”, “Gereja”, dan “Pelayanan”, kita perlu menyadari betapa serius dan pentingnya makna yang terkandung di balik istilah-istilah tersebut. Kita harus menghadapi dan memikirkannya dengan gentar. Barangsiapa berani menghina dan mencemooh pemerintah Indoensia, pastilah ia tidak akan dibiarkan oleh pemerintah yang berdaulat di negara ini. Memang di dalam kerajaan dunia, banyak hal yang sekalipun tidak perlu dicemooh, sebenarnya telah menghina dirinya sendiri, dan tidak bermakna. Banyak kerusakan dan ketidak-beresan yang kita tahu dan alami di dalam negara dunia. Tetapi di dalam negara dunia yang penuh dengan korupsi, penghinaan, penyelewengan kekuasaan pun tidak boleh dihina dengan sembarangan, apalagi terhadap Kerajaan Allah.

Membicarakan tentang Kerajaan Allah adalah hal yang sangat serius. Kita perlu memikirkan dengan sangat hormat, dengan penuh hikmat, dengan hati yang takut akan Tuhan, tentang tema Kerajaan Allah ini.

A. SIGNIFIKASI KERAJAAN ALLAH

Mengapa tema ini sedemikian penting untuk kita pelajari? Kita tidak boleh lupa bahwa salah satu tema di dalam Alkitab adalah tema tentang “Kerajaan Allah di dunia ini”. Berita dari Tuhan Yesus Kristus yang paling penting bukan Yohanes 3:16, seperti yang banyak didengungkan oleh kaum Injili, tetapi tema yang paling sering diberitakan dan ditekankan oleh Kristus adalah tentang “Kerajaan Allah”.

Kita yang sudah terbiasa di dalam gereja Injili menerima Yohanes 3:16 sebagai fokus dan pusat seluruh pemberitaan Kitab Suci. Akibatnya, seluruh pemberitaan Yesus yang lain, yang dinyatakan oleh Alkitab, kita anggap kurang penting. Tetapi kita tidak boleh mengabarkan bahwa perkataan pertama yang Yesus teriakkan ketika Ia mulai menjalankan tugas pelayanan-Nya di dunia ini adalah, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 4:17). Sebelum Ia naik ke sorga, maka kalimat terakhir yang ditanyakan murid-murid-Nya adalah, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” dan Yesus menjawab, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:6-8).

Di sini kita melihat bahwa dari sejak permulaan pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menekankan bahwa Kerajaan itu akan datang dan pada akhir pelayanan-Nya, Yesus kembali menekankan bahwa Kerajaan ini akan diberitakan mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Kita melihat adanya benang mereah dari awal sampai akhir rencana Allah bagi dunia ini, untuk menegakkan suatu kuasa, suatu pemerintahan, suatu takhta, suatu kerajaan, yang disebut sebagai Kerajaan Sorga.

Namun, kini kita perlu mempelajari apa tujuan pokok Allah di dalam berlangsungnya proses pembentukan Kerajaan Allah. Kebanyakan orang hanya melihat dunia ini, mementingkan masyarakjat pada saat ini, dan hanya mengejar materi yang diperoleh dari dunia yang dicipta secara material dan fana ini. Sedikit sekali orang yang mencari, menuntut dan berdoa bagi Kerajaan Allah. Oleh karena itu orang Kristen diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk berdoa mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya terlebih dahulu, maka semua yang ia perlukan baru akan ditambahkan kepadanya oleh Tuhan (Matius 6:33). Kalimat-kalimat seperti ini sudah terlalu lama kita abaikan. Marilah saat ini kita berdoa, minta Tuhan membawa dan menarik kita kembali ke arah dan tujuan yang ditetapkan oleh Tuhan dan bukan oleh diri kita sendiri.

B. ALLAH DAN KERAJAAN-NYA

Bagaimana kita bisa mengenal Kerajaan Allah? Pertama-tama kita harus mengerti Allah itu Raja adanya. Ia adalah Raja yang lebih besar dari raja-raja mana pun juga. Allah Yehovah adalah Raja, begitu banyak dinyatakan di dalam Alkitab. [Di dalam Alkitab terbitan LAI, maka kata “Yehovah” diterjemahkan sebagai “TUHAN” dengan huruf besar yang dikecilkan; lihat: Mazmur10:16; 24:7-8; 29:10; 47:8; 74:12; 95:3; dll.]. Kalimat yang muncul dari mulut manusia ini menunjukkan bahwa orang itu telah melihat suatu fakta yang tidak atau belum dilihat oleh banyak orang lain. Banyak orang melihat takhta dunia, kerajaan dunia; tetapi siapakah yang bisa melihat takhta yang di atas dunia dan Raja di atas semua raja di dunia? Di dalam dunia ini ada raja kecil, ada raja besar. Raja-raja yang besar menaklukkan raja-raja kecil dengan dua cara, yaitu: (1) yang setuju menaklukkan diri diperbolehkan menjadi raja boneka, raja di bawah kekuasaan raja besar, memberikan emas dan upeti, serta menjalankan kehendak raja yang besar; atau (2) yang tidak setuju akan diserbu, ditaklukkan, dibunuih dan seluruh milik serta kerajaannya akan dirampas, termasuk ratu, harta benda, tanah, dan semua miliknya. Raja yang besar dan sudah menaklukkan raja-raja kecil ini di sebut sebagai raja di atas raja-raja (Inggris: king of kings). Istilah ini dipakai di dalam Alkitab untuk Nebukadnezar.

Raja Nebukadnezar di zamannya mempunyai kekuasaan yang sangat besar, dengan ambisinya ia menaklukkan semua kerajaan-kerajaan di sekelilingnya, sehingga wilayah kekuasaannya meluas dan semua raja di sekelilingnya takluk kepadanya. Dengan ini ia disebut sebagai raja di atas segala raja (king of kings). Tetapi justru raja di atas segala raja ini, dari mulutnya mengaku bahwa Yehovah adalah Raja di atasnya, dan Yehovah memiliki kekuasan yang tertinggi (Daniel 4:34-37). Hal seperti ini seringkali dilupakan oleh orang Kristen.

Pada saat kita melihat satu pemerintahan berganti dengan pemerintahan yang lain, satu presiden berganti dengan presiden yang lain, kita akan menyadari bahwa tidak ada takhta yang kekal di dunia ini. Raja yang ada di dunia ini tidak bisa tidak tergoncangkan. Tetapi seharusnya orang Kristen menyadari apa yang diajarkan oleh Alkitab, bahwa Tuhan Allah telah memakai mulut raja di atas segala raja yang lain untuk membuktikan bahwa Yehovah adalah Allah yang tertinggi, dan kuasa-Nya melampaui semua kuasa di dunia ini.

Mengapa banyak orang Klristen di dunia hidup berkompromi? Mengapa banyak orang Kristen ketika harus menghadapi banyak kesulitan, mereka takluk kepada jalan dunia? Mengaqpa ketika dianiaya kita tidak lagi berani mengakui Tuhan? Mengapa ketika berada di dalam situasi terjepit tidak mau bersandar pada kuasa Tuhan? Bahkan untuk uang saja, di dalam kesulitan kita cenderung seperti Yudas, yang mau menjual Tuhan kita? Hal ini kita lakukan karena kita tidak sadar bahwa Ia adalah Raja Yehovah yang memiliki kuasa tertinggi.

Ketika kita membicarakan tentang Kerajaan Allah, marilah kita terlebih dahulu menyadari bahwa Tuhan kita adalah Raja yang tertinggi. Diperlukan mata rohani yang menembus awan, menembus pembatasan dunia, menembus segala kuasa-kuasa yang fana ini, untuk bisa terus melihat dan menemukan takhta di atas yang tak tergoncangkan tersebut. Di sini kita melihat rahasia pada nabi dan para rasul, mengapa mereka bisa berdiri tegak dan tidak berkompromi, sampai mati pun mereka tetap setia, karena mereka mampu melihat menembus awan, menuju ke takhta yang tertinggi, di mana “Rajaku bertakhta di sana, dan Tuhanku adalah Raja atas alam semesta ini.”

Siapakah Stalin? Siapakah Napoleon? Siapakah Mao Ze Dong? Siapakah Soeharto? Siapakah Marcos? Mereka hanyalah manusia yang suatu hari pasti harus turun dari takhta mereka, tetapi Tuhan adalah Raja yang bertakhta selama-lamanya. Kerajaan-Nya tidak pernah berakhir dan tidak bisa tergoncangkan, karena Ia adalah Allah yang kekal. Melalui pijakan ini, iman kita mulai bisa ditegakkan untuk hidup sebagai orang Kristen yang bertanggung jawab.

Kita harus hidup di dalam dunia ini? Ya.

Kita harus menghadapi masalah-masalah pemerintahan dan politik? Ya.

Tetapi, apa yang harus kita lakukan jika pada saat kita harus patuh pada penguasa-penguasa pemerintahan, tetapi iman kita diganggu oleh kuasa pemerintahan?

Di sini kita harus mempunyai prinsip, bagaimana kita harus berespon menghadapi kesulitan-kesulitan dalam diri kita. Dan pada saat demikian, bagaimana iman kita bekerja? Bekerja dengan cara apa? Apakah bekerja menurut prinsip wahyu Tuhan atau bagaimana? Dan seberapa jauh kita patuh pada prinsip firman Tuhan yang telah diwahyukan kepada kita?

C. PERANAN ALLAH DALAM KERAJAAN-NYA

Kini kita perlu melihat hal-hal apa yang menjadikan Tuhan Allah berhak dan layak disebut sebagai Raja di atas segala raja di dalam Kerajaan yang lebih tinggi dari kerajaan dunia manapun.

1. Pencipta Alam

Alkitab mengatakan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Tuhan adalah Tuhan yang menciptakan yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Ia adalah Pencipta segala sesuatu. Ia menciptakan yang berwujud dan yang tidak berwujud.

Seorang bertanya kepada saya, “Apakah benar Tuhan adalah Pencipta waktu dan ruang; dan Ia sendiri berada di luar waktu dan ruang?” Saya sadar ini pertanyaan yang sangat penting. Jika Allah melampaui ruang dan waktu, maka Ia berada di luar ruang dan waktu; dan itu berarti Allah berposisi di atas dan lebih tinggi dari ruang dan waktu. Namun, jika kita mengatakan bahwa ruang dan waktu juga diciptakan oleh Tuihan, di Alkitab tidak ada satu ayat pun yang mengatakan “Tuhan menciptakan ruang”. Kalau dikatakan Allah menciptakan waktu, tidak ada ayat mengatakan “Tuhan menciptakan waktu”. Di sini kita kesulitan untuk mendapatkan ayat-ayat yang menunjang konsep itu secara langsung.

Saya menjawab dengan pertanyaan kembali: “Selain Tuhan Allah, apakah ada hal lain yang tidak perlu diciptakan?” Saya menantang kembali persoalan penciptaan ini. Di sini kita melihat bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada (creatio-ex-nihilo). Di dalam Kitab Suci kita mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya Oknum yang menciptakan dari ketiadaan menjadi ada.

Apakah “ruang” itu ada? Ruang dianggap tidak ada karena “yang ada” selalu berada di dalam ruang. Misalnya: “Kitab Suci” berada di dalam ruang. Maka, yang ada adalah :”Kitab Suci”, sementara ruang di nabna Kitab Suci itu berada dianggap tidak ada. Hal ini tidak tepat, karena “ruang” menjadi lokasi di mana Kitab Suci itu dapat ditemukan. Jadi “ruang” itu merupakan kurun (container) di mana Kitab Suci atau benda-benda lain bisa berlokasi. Maka ”ruang” itu harus ada, dan jika tidak ada ruang, maka semua benda tadi tidak bisa diletakkan. Jadi ruang merupakan keberadaan, tetapi di dalam kategori yang tidak bisa dilihat atau tidak berwujud.

Waktu lebih rumit lagi, karena selain tidak bisa dilihat, waktu juga tidak bisa dijamah atau dimengerti seperti ruang. Namun keduanya itu ada. Maka tempat (container) ini dibutuhkan untuk meletakkan benda.

Ketika benda yang berbentuk tiga dimensi bergerak, maka ruang menjadi suatu yang ada dalam format tiga dimensi, dan untuk bergerak dibutuhkan dimensi yang keemp-at, yaitu waktu. Einstein mengatakan bahwa “waktu adalah dimensi ke-empat.” Seorang yang sudah mendapoatkan gelar Doktor dari Harvard University dan belajar di Reformed Institute di Washington DC., mengatakan bahwa berbagai dimensi di dunia ini terus dipelajari dan ada yang mengusulkan sampai 76 dimensi. Saya sangat terkejut karena pada umumnya kita hanya mengenal tiga dimensi. Einstein melihat dimensi ke-empat sebagai suatu keharusan mutlak (absolute necessity) bagi pergerakan benda. Gerak merupakan proses yang membutuhkan waktu. [Yonggi Cho dari Korea mengatakan bahwa “hal-hal rohani atau iman merupakan dimensi yang ke-empat” menunjukkan bahwa ia mempunyai pengertian yang sangat dangkal, karena waktu di dalam dunia ilmu pengetahuan telah dimengerti sebagai dimensi ke-empat. Ia menyangka telah menemukan suatu dimensi yang baru dan sangat hebat, padahal sangat sederhana pandangan itu].

Waktu merupakan wadah dan dimensi yang Allah ciptakan, sehingga gerakan dan proses dimungkinkan terjadi di dalam ruang. Dan jika Allah tidak menciptakan hal ini, maka tidak mungkin ada proses di dalam sejarah dan dunia ini.

Ruang dan waktu merupakan ciptaan Allah, dan kemudian Ia menciptakan manusia, serta menempatkannya di trmpat yang akan Ia kunjungi dan waktu yang Ia tetapkan. Dengan demikian, Allah juga menciptakan ruang dan waktu untuk manusia. Hal ini terlihat dalam perdebatan antara Paulus dengan para filsuf di Athena. Di Aeropagus, Paulus menekankan bahwa “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya.....Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.....Ia telah menetapkan satu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang.....” (Kisah Para Rasul 17:24, 26, 31).

Jadi, ruang dan waktu memang merupakan wadah atau kurun di mana manusia ditempatkan. Di situlah manusia hidup, manusia berproses. Manusia ada. Namun, apakah manusia hanya berada di dalam kedua wadah ini saja? Tidak. Kedua wadah atau kurun ini hanya berlaku bagi hidup sementara manusia di dalam dunia ini saja. Manusia akan memasuki kekekalan. Tetapi, kekekalan Tuhan bukan merupakan perpanjangan waktu, dan ketidak-terbatasan Tuhan bukan perpanjangan dari ruang. Kekekalan Tuhan jauh lebih tinggi secara kualitas dibandingkan dengan ruang dan waktu. Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah Raja, dan Dia menciptakan langit dan bumi. Allah Pencipta ruang dan waktu. Ia menciptakan segala sesuatu, maka Ia adalah Raja Penguasa dan Tuhan atas alam semsta ini.

Kitab Suci orang Kristen dari sejak awal, dari ayat yang pertama pasal pertama, sudah mengatakan bahwa “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Kalimat ini kemudian dikutip oleh orang yang pertama kali menginjakkan kakinya di bulan. Jika Allah adalah Pencipta, maka pasti tidak ada yang lebih tinggi dari Allah.

Konsep Allah orang Kristen sangat jauh berbeda dari konsep Allah orang Yunani dan Romawi. Konsep Allah Yudaisme dan Kekristenan berbeda dari konsep Allah dari Hinduisme, Konfusianisme, Buddhisme, Sintoisme, dan agama Timur lainnya. Konsep Allah orang Kristen juga sangat berbeda dari konsep Allah Zoroasterisme, yang percaya ada dua dewa yang saling bertentangan. Kita hanya percaya Satu Allah, dan Ia adalah Pencipta alam semesta ini.

Konsep Allah Pencipta tidak muncul di dalam konsep Allah dalam agama-agama Timur, baik dalam Hinduisme atau Buddhisme. Memang Hinduisme percaya Dewa Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara, dan Syiwa adalah perusak. Tetapi konsep pencipta berbeda dengan yang dikenal di dalam Kekristrenan, yaitu menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada.

Di dalam bahasa Ibrani dipakai kata ‘bara’, yang menekankan bahwa penciptaan ini dari yang tidak ada menjadi ada (Kejadian 1:1; 26-27). Ini dibedakan dari kata ‘asah’ dan ‘yashah’, yang berarti dibuat atau dirancang dari yang sudah ada.

Ketika seorang pelukis menciptakan lukisan, konsep ini berbeda dari konsep bara di dalam Perjanjian Lama. Ketika seseorang melukis sebuah lukisan, ia menyampaikan gagasan tertentu untuk menjadi suatu realita di dunia materi, melalui pena, kuas, dan kanvas yang sudah ada terlebih dahulu. Ini bukan ciptaan. Ciptaan adalah dari yang tidak ada menjadi ada. Di sini kita melihat konsep yang sedemikian jernih dan mendalam dari Kekristenan. Karena Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, maka Allah adalah Pemilik dari semua yang diciptakan-Nya.

2. Pemerintah Semesta

Allah juga adalah Allah yang memerintah dan menguasai segala sesuatu. Konsep ini tidak ada pada agama-agama sekitar Israel. Ketika orang Israel menyembah kepada Yehovah, mereka berada di sekitar orang-orang Filistin, Kanaan, dll., di mana agama-agama mereka tidak memiliki konsep adanya Allah yang tertinggi, yang menguasai seluruh alam semesta. Konsep sedemikian tidak mereka miliki. Mereka memiliki allah-allah atau dewa-dewa suku yang hanya membela suku dan bangsa mereka saja. Maka suku Filistin memiliki dewa Filistin, dan suku yang lain punya dewa yang berbeda, dan tidak ada konsep Allah yang Tunggal, yang menguasai seluruh alam semesta. Di dalam Mazmur 47:3-4,9 dikatakan Allah Yehovah adalah Allah yang menguasai dan memerintah seluruh alam semesta.

3. Pemberi Berkat

Allah bukan hanya saja Pencipta, Pemerintah dan Penguasa alam semsta, tetapi Ia juga adalah Allah Pemberi berkat dan menjadi sumber anugerah bagi seluruh ciptaan-Nya.

Di dalam Mazmur dituliskan satu kalimat, bahwa “ketika Engkau mengulurkan tangan, hewan sudah mendapatkan makanannya.” Saya teringat artikel tentang kesulitan sebuah negara yang sudah miskin lalu kena krisis moneter. Keadaan kebun binatang mereka sangat menyedihkan dan terancam akan tutup. Ketika menghitung-hitung kembali biaya makanan untuk harimau, singa, dll., yang membutuhkan berkilo-kilo daging setiap hari, sungguh merupakan kebutuhan yang memberatkan yang sulit mereka penuhi. Hal ini dapat menyebabkan binatang-binatang mereka mati kelaparan . Tetapi kebun binatang yang besar sekali, di hadapan Tuhan Allah sangatlah kecil. Terlalu mudah bagi-Nya untuk mengulurkan tangan dan memberikan makan kepada semua isinya. Seluruh alam semesta ini mendapoatkan anugerah hanya dari Tuhan.

Siapakah yang membuat seluruh alam semesta bisa berkecukupan? Siapakah yang membuat ekologi bisa berjalan dengan begitu baik? Siapakah yang membuiat alam semesta ini berkelimpahan segala sesuatu? Jawabnya: Tuhan, dengan segala kekayaan dan kelimpahan anugerah-Nya. Allah adalah Pemberi berkat. Ia adalah Pelimpah anugerah yang mengisi seluruh kebutuhan semua yang Ia ciptakan.

4. Penghakim Seluruh Bumi

Allah juga adalah Allah yang tidak membiarkan dunia ini begitu saja. Bukan seperti ajaran Deisme yang dimulai sejak abad 18. Deisme dimuilai oleh Herbert of Churbury (1583-1648), dari Inggris, dikembangkan oleh William Paley (1743-1805) di Perancis. Deisme mengajarkan bahwa kita bisa mempercayai Allah Pencipta, yang hanya mencipta. Seperti seorang tukang jam yang membuat jam. Waktu itu belum ada jam tangan yang kecil seperti saat ini, di mana setiap orang bisa memiliki beberapa jam. Saat itu jam berukuran besar dan diletakkan di atas gedung tinggi di mana seluruh warga kota bisa melihat jam tersebut. Lalu pembuat jam itu mengatur waktunya, memutar per yang ada di dalamnya dan membiarkannya berjalan, tidak mempedulikan jam itu lagi sampai jam itu rusak dan berhenti.

Allah seperti itu adalah Allah yang tidak perlu lagi memelihara, tidak perlu providensia, tetapi membiarkan semua berjalan dengan sendirinya sampai nanti tiba pada hari kiamat. William Paley melihat kesamaan antara kerja jam, yang dikendalikan oleh hukum mekanika, maka di dalam alam ada hukum alam. Jika jam itu dibuat oleh pembuat jam, maka alam ini dibuat oleh Allah. Orang Deisme tetap percaya ada Allah. Mereka bukan atheisme. Mereka menekankan bahwa jika segala keteraturan yang begitu rumit bisa ada di dunia ini, pasti ada yang merancang. Ada sesuatu yang merancang, bahkan memberikan tenaga di dalamnya dengan suatu kekuatan yang disebut sebagai hukum alam. Hukum alam dan kekuatan alam yang tersimpan di dalam alam semesta ini, menggerakkan segala sesuatu di dalamnya. Ketika tenaga alam semesta ini habis, maka dunia kiamat.

Alkitab melawan pandangan sedemikian. Alkitab tidak pernah mengajarkan konsep Deisme. Alkitab, di dalam Ibrani 4:13 mengatakan: “Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” Saya melihat ayat ini sebagai ayat yang langsung melawan konsep Deisme, karena setiap apa pun di dunia ini harus berhubungan dengan Allah.

Alkitab mengatakan bahwa Allah bukan saja mencipta, memelihara dan memberikan berkat, tetapi Allah juga memberikan kutukan kepada dunia ini. Pada saat-saat tertentu di dalam sejarah, Tuhan mengintervensi hukum alam. Hal ini yang kita kenal sebagaiu mujizat. Mujizat berarti “tangan Tuhan” yang dari luar alam, telah masuk ke dalam dunia alam, dan mengatur kembali atau mengintervensi kembali alam yang berjalan berdasarkan hukum yang telah ditetapkan oleh-Nya, kini berdasarkan kuasa yang ditetapkan-Nya untuk melakukan perubahan sesaat. Apakah Anda percaya mujizat?

Saya tidak melihat mujizat seperti kebanyakan orang Kristen Kharismatik melihat mujizat. Di dalam banyak kebaktian kesembuhan, seringkali terjadi mujizat palsu. Mujizat yang saya tegaskan di sini adalah mujizat-mujizat yang berasal dari Tuhan Allah, mujizat yang murni, seperti inkarnasi Tuhan Yesus Kristus. Mengapa anak dara yang perawan bisa melahirkan anak? Ini membuktikan bahwa kuasa Allah melampaui hukum alam. Ini adalah tindakan supra-alam.

Banyak mujizat yang kita temui, seperti kebangkitan Kristus, bahkan ketika kita melihat orang-orang yang berdosa, yang selama ini mengeraskan hatinya, tidak mau mengakui dosanya, melawan Tuhan dan kebenaran-Nya, tiba-tiba dia bisa menyadari dosanya, menangis sedih dan mengerti bahwa ia adalah obyek murka Allah. Ia bisa berlutut dengan rendah hati, mau menyadari kecelakaan dirinya, dan minta pengampunan Tuhan. Ini mujizat luar biasa yang Tuhan kerjakan di dalam hati seseorang. Tidak mungkin orang bisa bertobat tanpa Tuhan menyentuh hatinya, sehingga ia bisa berubah menjadi orang baik. Mujizat seperti ini jauh lebih penting dari sekedar sakit disembuhkan, atau dulu miskin sekarang kaya.

Banyak orang bukan Kristen yang dulu miskin sekarang kaya, atau orang bukan Kristen yang sakit sekarang sembuh, sehingga keadaan sedemikian bukan mutlak hasil pekerjaan mujizat Tuhan. Marilah kita melihat muijizat tidak dengan kerangka pikir yang sudah dicemarkan oleh pandangan yang sesat. Saya bukan tidak percaya adanya kesembuhan ilahi, dan itu terjadi dalam beberapa kali pelayanan yang saya lakukan. Ini bukan hal yang paling penting. Mujizat yang paling penting adalah kematian dan kebangkitan Kristus yang membawa orang berdosa bertobat dan kembali kepadsa Tuhan. Mujizat-mujizat mermbuktikan bahwa Tuhan Allah masih menguasai dan mengontrol seluruh alam semesta. Bukan saja demikian. Tuhan Allah telah mengutuk seluruh dunia ini, karena dunia ini telah berdosa., Hal ini disingkapkan pada ayat terakhir Perjanjian Lama, yaitu Maleakhi 4:6, “Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” Kalimat ini menunjukkan kepada kita bahwa ada satu kuasa yang bisa menjatuhkan laknat, mendatangkan kemalangan dan menghancurkan seluruh dunia. Adakah raja yang mempunyai kuasa seperti itu? Tidak ada, kecuali Dia yang memiliki kuasa atas alam semesta. Ini adalah kutukan Allah. Allah adalah Allah yang menghakimi seluruh muka bumi.

Kejadian 18:25 mengatakan: “Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?"

Kalimat di atas menunjukkan bahwa Allah adalah Hakim atas segenap alam semsta. Pernyataan yang sangat dini di dalam Alkitab ini menunjukkanh pengenalan yang jelas akan siapa Allah itu. Pernyataan ini muncul dari bapa segala orang beriman, yaitu Abraham. Di dalamnya terungkap prinsip keadilan dikaitkan dengan Allah. Saya sangat terkejut ketika menggumulkan ayat ini. Adalah mustahil bagi Hakim segenap bumi untuk melakukan penghakiman dan penghukuman tanpa keadilan.

Ada dua konsep teologis yang sangat penting di sini:

(1) Allah akan menghakimi seluruh isi dunia. Percuma Anda mau lari kemana pun, karena Allah akan menghakimi seluruh dunia, dan anda tidak bisa bersembunyi di mana pun. Konsep ini adalah konsep keadilan universal, konsep kosmik yang sangat luas dan kuasa yang terbesar. Tidak ada agama di zaman kuno yang mempunyai konsep seperti ini. Mereka tidak pernah bisa memikirkan ada hakim yang sedemikian besar kuasa dan lingkup wilayahnya sampai bisa menghakimi seluruh dunia. Konsep dewa-dewa mereka merupakan konsep dewa suiku, yang berbeda dari Yehovah, Pencipta dan Pemilik alam semesta. Terkadang kita membaca Alkitab tidak mengerti karena hanya untuk mau adu cepat baca, sehingga kita tidak mendalami maknanya yang terdalam. Ayat ini harus dibandingkan dengan Wahyu, bahwa semua manusia, orang yang berjabatan penting, harus berteriak gentar dan meminta gunung untuk runtuh menimpa, daripada dihakimi oleh Tuhan Allah. (2) Allah berkuasa di dalam kerajaan manusia. Di dalam Daniel 4: 43-34 dikatakan, “Pada saat itu juga terlaksanalah perkataan itu atas Nebukadnezar, dan ia dihalau dari antara manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti kuku burung. Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun.” Kalimat ini sangat penting karena diucapkan setelah ‘raja di atas segala raja” yaitu Nebukadnezar dijadikan seperti sapi.

Ketika Nebukadnezar diberi hak oleh Tuhan untuk berkuasa, termasuk mengalahkan Israel, maka ia menjadi raja yang sangat berkuasa. Ia begitu berkuasa di mana Tuhan mengizinkan umat-Nya sendiri boleh dikuasai olehnya. Sementara itu orang Israel merasa begitu sombong dan yakin akan menang karena mereka memiliki Bait Allah, memiliki nabi dan memiliki Allah yang berkuasa universal, sedangkan bangsa-bangsa kafir ini hanya mempunyai dewa-dewa yang bersifat kesukuan.

Namun nabi Yeremiua dengan tangisan mengatakan kepada mereka: “Engkau mengatakan bahwa inilah bait Yehuvah, tetapi Tuhan berkata bahwa bait ini akan dirampas, dirobohkan dan dihancurkan.” Berita ini membuat orang Israel marah. Mereka menganggap Yeremia tidak membela bangsanya, dianggap pemfitnah dan dianggap melecehkan Allah. Yeremia tidak memberitakan kemenangan orang Israel, maka ia dianggap sebagai orang yang tidak sungguh-sungguh cinta negara. Akibatnya, Yeremia ditangkap, dibuang dan dimasukkan ke dalam sumur. Di dalam sumur yang lembab dan mungkin penuh dengan berbagai serangga, nabi Yeremia yang sudah tua disiksa siang dan malam, karena ia berkata jujur.

Sementara nabi-nabi palsu yang membawa berita yang menyenangkan bagi orang Israel, walupun berita itu palsu, justru disukai oleh orang Israel. Nabi-nabi palsu mengatakan bahwa Nebukadnezar adalah raja kafir, pasti akan dikalahkan oleh umat Allah. Bait Allah tidak mungkin bisa dikalahkan dan dirobohkan, karena Allah sendiri pasti akan menjaganya. Akhirnya, apa yang dikatakan Yeremia benar. Yerusalem akhirnya diruntuhkan dan mereka semua dibunuh atau ditawan ke Babel. Di antara tawanan ada Daniel, yang kemudian menjadi nabi di pengasingan.

Setelah menang atas Israel, Nebukadnezar merasa begitu berkuasa dan besar, karena tidak ada negara yang tidak tunduk di bawah kekuasaannya. Pada saat Nebukadnezar menjadi raja atas segala raja, ia bermimpi dan Daniel yang bisa menjelaskannya. Kemudian dalam mimpi yang kedua, kembali dijelaskan oleh Tuhan melalui Daniel. Satu kali ia melihat seluruh kekayaannya dan menjadi sombong. Ia merasa begitu hebat dan berkuasa, maka Tuhan menjatuhkan hukuman atas dia. Setelah ia dipulihkan, ia mengeluarkan pengakuan bahwa Tuhan Yehovah lebih tinggi daripada dia. Maka Daniel mengatakan bahwa sampai pada akhirnya Nebuikadnezar harus mengaku bahwa ada kuasa di atas kuasa manusia, kuasa dirinya itu.

D. KERAJAAN DUNIA DAN KERAJAAN ALLAH

Penguasa-penguasa dunia tidak mau mengakui kuasa Allah, mereka mempermainkan dunia, mempermainkan dan memperalat sistem-sistem agama, menipu rakyat. Pada saat pemerintah-pemerintah berkuasa mutlak membanggakan diri, mereka merasa berperan seperti Allah, dan menantang semua kekuasaan. Mereka merasa kalau mereka mau menindas rakyat, tidak ada siapa pun yang akan membela rakyat. Mereka tidak mengakui adanya Allah dan kuasa-Nya yang lebih besar dari mereka. Pada saat penguasa bejat berperan seperti Allah, maka Allah yang sejati akan membiarkan untuk sementara, karena waktunya belum tiba. Dan setelah waktunya tiba, maka ia kan dijatuhkan dan kehabisan seluruh kekuatannya.

Ketika Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina, hampir jatuh, berulang kali ia meneriakkan: “Hai rakyat Filipina, belalah saya, dan curahkanlah darah kalian hingga penghabisan untuk membela saya!” Bagi saya, kalimat ini bukan kalimat pemimpin. Tuhan Yesus justru mencurahkan darah-Nya untuk membela dan menyelamatkan umat-Nya, sementara Marcos justru minta rakyatnya mencurahkan darah untuk membela dia. Mendengar kalimat teriakan dari Marcos itu, maka saya sudah membayangkan bahwa tidak lama lagi pasti ia jatuh. Dan benar, beberapa hari kemudian ia jatuh.

Beberapa hari sebelum Soeharto, mantan presiden Indonesia jatuh, saya sudah berteriak dengan air mata dan hati yang berat bahwa Soeharto dan keluarganya harus bertobat. Kalau ia berpikir bahwa kekuasaan ada ditangannya, dan dia boleh memberikan kuasa sewenang-weenang kepada anak-anaknya, dan lupa bahwa Tuhan jauh lebih berkuasa dari dia, maka ia akan jatuh.

Sampai kapankah para penguasa dunia menyadari bahwa ia bukan raja tertinggi dan terakhir? Masih ada Tuhan sebagai Allah, Raja di atas segala raja. Kerajaan dunia tidak terlalu tinggi, karena ada Kerajaan Allah yang jauh lebih tinggi. Ada dua ayat yang jelas menyatakan hal ini, yaitu: Keluaran (dalam peristiwa Firaun dan 10 Tulah), dan Daniel (dalam kasus hukuman terhadap Nebikadnezar dan Belsyazar).

Dalam peristiwa Firaun dan 10 Tulah di Mesir, kita melihat bahwa kuasa Kerajaan Allah jauh berada di atas kuasa kerajaan manusia mana pun, termasuk kuasa Mesir dan Firaun. Dalam Alkitab, kedua ayat ini membicarakan bahwa Kerajaan Allah dan Kuasa Allah berada di atas kerajaan manusia dan kuasa manusia. Maka Allah adalah Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan, yang sejati.

Jika anda menangkap, menghayati dan menerima hal ini, bukan sekedar sebagai suatu pengetahuan, tetapi sebagai suatu daya iman yang berakar dengan sungguh-sungguh di dalam hatimu, maka engkau akan berubah, sehingga seluruh sisa hidup anda akan bergeser, tidak lagi mudah berkompromi, tidak lagi merasa berkuasa, dan kemudian menjadi kacau dan hancur.

E. PEMERINTAHAN TEOKRASI

Kini kita perlu mengerti akan sifat Kerajaan Allah, khususnya dalam kaitan dengan ide bahwa bangsa Israel adalah identik dengan Kerajaan Allah. Apakah bani Israel adalah Kerajaan Allah? Kalau bani Israel identik dengan Kerajaan Allah, mengapa Yohanes Pembaptis berteriak kepada orang Israel, “Bertobatlah karena Kerajaan Allah sudah dekat!” yang mengindikasikan Kerajaan ini belum datang?

Orang Israel merasa begitu tinggi dan menganggap bahwa Kerajaan Allah adalah identik dengan kerajaan Israel. Jika memang demikian, mengapa bangsa Israel bisa kalah melawan pasukan Babel di bawah Nebukadnezar? Masakan ada Kerajaan Allah yang bisa dikalahkan oleh kerajaan dunia? Dan masakan Allah bisa dikalahkan oleh dunia ini? Tidak mungkin Allah Pencipta bisa dikalahkan oleh ciptaan yang Ia ciptakan. Maka kita mengetahui bahwa Israel tidak identik dengan Kerajaan Allah.

Tetapi, Allah ingin agar Israel menjadi umat-Nya dan Allah mau menjadi Raja atas orang Israel. Dari mana kita mengetahui? Allah mengatakan, “Aku akan menjadikan engkau umat-Ku, dan Aku akan menjadi Bapamu.” Tuhan Allah sendiri ingin memerintah umat Israel. Inilah pemerintahan Teokrasi.

Selama lima belas tahun terakhir ini kita sudah terlalu banyak membicarakan masalah demokrasi, tetapi mungkin sangat jarang kita membicarakan Teokrasi. Demokrasi dari kata demos (=rakyat) dan kratia (=kekuasaan), sehingga demokrasi berarti: kekuasan pemerintahan berada di tangan rakyat. Pemerintah dipilih dan diberi mandat oleh rakyat. Tetapi istilah ini tidak pernah muncul dalam Alkitab, dan istilah ini bukanlah kehendak Allah yang kekal. Demokrasi diizinkan oleh Allah ada di dalam dunia sementara dalam sejarah. Allah justru menghendaki Teokrasi, yaitu kata theos (=Allah) dan kratia
, yang berarti: Allah mempunyai kekuasaan yang penuh.

Memang bibit demokrasi tidak ada di dalam Hinduisme atau Buddhisme, tidak ada di dalam konsep Sintoisme, Konfusianisme, atau Taoisme, juga tidak ada dalam konsep Islam. Bibit demokrasi datang dari Kekristenan. Tetapi di dalam Kitab Suci yang menunjang konsep demokrasi berdasarkan ide bahwa raja-raja atau pemerintah-pemerintah harus menghormati rakyat dengan hak azasi manusia, ditunjang kuat oleh konsep Alkitab bahwa manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah. Maka manusia yang hormat tidak boleh diremehkan dan dilecehkan oleh siapa pun juga termasuk penguasa atau pemerintah. Tetapi kehendak Allah bukan demokrasi tetapi teokrasi. Sekalipun manusia dicipta dengan hormat dan mulia, tetapi manusia tetap harus menghormati dan memuliakan Tuhan Allah, karena Tuhan lebih tinggi dari manusia. Maka, “Aku akan menjadi Tuhanmu, Aku akan menjadi Rajamu.” Kerajaan Allah lebih tinggi dari kerajaan dunia. Karena itu kita harus memandang kepada Kerajaan-Nya. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengajar kita berdoa: “Bapa kami yang ada di sorga, dipermuliakanlah nama-Mu; Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga....; Karena Engkaulah yang Empunya Kerajaan, dan Kuasa, dan Kemuliaan, sampai selama-lamanya.” Tidak ada kuasa dunia yang bisa selama-lamanya. Tidak ada kerajaan yang berdiri selama-lamanya. Hanya kerajaan Kristus dan kuasa-Nya yang selama-lamanya. Orang Kristen harus mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang kerajaan dan kuasa-Nya untuk selama-lamanya. Puji Tuhan!

Pengertian sedemikian membuat orang Kristen bisa berdiri tegak. Maka ketika orang Israel merasa bahwa mereka adalah kerajaan Allah, mereka salah. Mereka telah menggeser dari Teokrasi menuju kepada demokrasi, yang Tuhan izinkan terjadi atas permintaan mereka. Ini terjadi ketika pada mulanya Allah menjadi Tuhan dan Raja atas mereka, tetapi mereka minta kepada Samuel agar mereka juga mempunyai raja seperti bangsa-bangsa kafir. Inilah teriakan demokrasi pertama di dalam Alkitab, di mana rakyat bersama-sama berteriak dan memaksa meminta pemerintahan seperti yang mereka inginkan. Dan teriakan demokrasi pertama ini justru adalah teriakan demokrasi untuk mematikan demokrasi; karena mereka minta raja, yang justru akan mengekang, menekan, memaksa mereka bekerja dan memanipulasi mereka untuk kepentingan sang raja. Lalu Samuel datang kepada Tuhan dan mempertanyakan tentang hal ini, dan Tuhan mengizinkan itu terjadi.

Di sini Tuhan sangat menghargai demokrasi, sekalipun itu justru akan menghancurkan diri mereka sendiri. Tuhan memerintahkan Samuel untuk mengingatkan bangsa Israel tentang resiko teriakan demokrasi mereka, tetapi mereka tetap bersikukuh pada permintaan mereka. Akibatnya, teriakan demokrasi mereka justru membunuh demokrasi. Karena mereka tetap bersikukuh sekalipun Tuhan sudah membukakan apa yang akan mereka alami, maka akhirnya Tuhan membiarkan dan mengizinkan mereka mengalami dan mempunyai raja.

Di dunia kita sulit mendapatkan raja yang bersih dan sungguh-sungguh memikirkan kepentingan rakyat. Kebanyakan pemerintah dunia justru akan memanipulasi rakyat untuk kepentingannya sendiri. Orang yang mengkritik pemerintah yang ada dan ingin menjatuhkannya, seringkali tidak lebih baik dari orang yang dikritiknya. Yang mengkritik korupsi, seringkali justru ingin agar ia juga mendaoat bagian. Dunia ini sulit mempunyai pengharapan. Orang Israel justru menolak pemerintahan Tuhan, dan mau memilih raja, padahal raja itu akan menarik pajak dari mereka, akan memakai mereka menjadi prajurit dan harus mati untuk raja, dan gadis-gadis cantik mereka akan diambil menjadi isteri-isterinya. Tetapi mereka tetap meminta raja. Maka Tuhan tidak lagi memerintah mereka dan membiarkan mereka diperintah oleh raja. Tuhan memberikan demokrasi dengan suatu syarat atau resiko.

Tuhan kemudian menakai Yohanes Pembaptis untuk berseru-seru di padang gurun: “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat!” Ini menunjukkan bahwa Kerajaan Israel bukan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yang tidak kelihatan itu apa? Apakah benar-benar bisa diwujudkan? Apakah Kerajaan Allah ini juga akan diwujudkan di Indonesia?

Ketika Kerajaan Romawi mengalahkan orang Israel dan menjajah wilayah Yehuda, maka orang Israel berbantah, memberontak dan marah. Selama 400 tahun setelah kitab Maleakhi selesai, sebelum Injil Matius dituliskan, adalah masa peperangan antara orang Israel dengan bangsa-bangsa yang mau menaklukkan mereka. Di dalam masa-antara tersebut (intertestamental-periode), ada sebuah keluarga, yaitu keluarga Makabes dari suku Yehuda, yang berjuang melawan musuh Israel yaitu Romawi. Mereka terdesak dan bertahan di Masada. Masada adalah sebuah dataran tinggi di pegunungan, sehingga sulit diserang. Orang Romawi mengepung dan menyerang mereka. Ketika akhirnya mereka berhasil meruntuhkan Masada sekitar tahun 72 SM, mereka terkejut dan sangat kecewa, karena ternyata orang Yahudi yang ada di Masada sudah bunuh diri semua. Mereka lebih rela bunuh diri daripada ditawan oleh Romawi. Itu berarti kerajaan Israel bukan Kerajaan Allah. Lalu apa yang dimaksud dengan Kerajaan Allah oleh Yohanes Pembaptis dan Kristus? Kerajaan Allah yang didirikan di sini adalah Kerajaan Kristus. Kerajaan Allah ini kemudian juga disebur sebagai Kerajaan Kristus. Maka jika Kristus tidak bersifat ilahi, tidak mungkin Ia memiliki Kerajaan tersebut. Jadi Kerajaan Allah adalah kerajaan Kristus. Kerajaan Allah adalah kerajaan yang didirikan oleh Kristus sendiri. Oleh sebab itu, barangsiapa percaya kepada-Nya diselamatkan. Barangsiapa yang menyebut Dia Tuhan akan diselamatkan. Ia adalah Tuhan, karena Ia adalah Allah. Allah adalah Allah yang tertinggi, yang mencipta, yang memelihara dan menguasai., Ia juga adalah Allah yang menguasai dan memberikan penghakiman.

Allah ini dengan kerajaan-Nya menegakkan Kerajaan Rohani di dalam dunia ini dengan Kristus sebagai Raja di atas segala Raja. Manusia menanti hadirnya Kerajaan Allah melalui kehadiran Kristus di dunia ini. Kristuslah yang mendirikan Kerajaan Allah dan sekaligus Raja di dalam Kerajaan tersebut.

Kalau demikian, apa hubuingan antara Kerajaan Allah dengan Gereja dari Tuhan Yesus Kristus? Dan apa ciri dari Gereja dalam hubungan dengan gedung gereja yang biasa kita lihat dan ketahui? Serta bagaimana kita boleh melayani di dalam gereja?

BAB II : KERAJAAN ALLAH, GEREJA dan PELAYANAN.

GEREJA

A. GEREJA DAN MAKNANYA

Gereja sudah berada di dalam rencana kekal Tuhan Allah. Oleh karena itu, gereja bukanlah gedung. Gereja juga bukan organisasi atau administrasi. Gereja bukan upacara atau tradisi. Gereja adalah tubuh Kristus. Gereja adalah umat Tuhan. Seluruh umat Tuhan disebut sebagai bait Allah yang hidup di dalam dunia. Gereja adalah kaum pilihan, hasil tebusan Allah. Gereja adalah bangsa yang kudus dan imamat yang rajani. Gereja adalah garam dan terang dunia. Gereja adalah saksi Kristus di dunia, di tengah orang berdosa.

Kita seringkali melihat gereja lebih kepada gedungnya. Apakah ketika Kristus datang kembali, gedung gereja akan diangkat oleh Kristus ke sorga? Tentu bukan, melainkan orang-orang percaya. Jadi gedung gereja bukan gereja. Di dalam gedung gereja terdapat orang-orang yang dipilih, yang digerakkan hatinya, dan disucikan. Siapakah yang memilih? Allah Bapa. Siapa yang menggerakkan? Allah Roh Kudus. Disucikan dengan apa? Dengan darah Yesus Kristus, Allah Anak. Maka, Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus, - Allah Tritunggal – lah yang mengerjakan sehingga muncul anggota-anggota gereja yang sejati.

1. GEREJA YANG KELIHATAN DAN YANG TAK KELIHATAN

Di masa reformasi, bapak Reformasi, John Calvin, memperkenalkan dua macam gereja, yaitu : (1) Gereja yang kelihatan (visible-church), dan 2) Gereja yang tak kelihatan (invisible-church). Gereja yang kelihatan adalah gereja yang kita lihat secara organisasi di mana gereja itu punya anggota, punya gedung, punya pengurus, seperti gereja GKI, GPIB, GpdI, Methodist, HKBP, Anglikan, Katolik, Kharismatik, dll. Inilah gereja-gereja yang kelihatan . Tetapi gereja yang tak kelihatan lebih besar dari gereja yang kelihatan, karena mencakup semua umat Allah, di segala bangsa, di segala waktu, termasuk yang sudah meninggal pada masa lampau dari antara segala suku dan bangsa, dan juga termasuk orang-orang percaya di masa yang akan datang, yang saat ini masih belum dilahirkan. Mereka semua termasuk gereja yang tak kelihatan.

Gereja yang kelihatan di dalamnya terdapat “gereja yang tidak kelihatan”. Gereja yang tidak kelihatan, yang tersimpan di dalam gereja-gereja yang kelihatan, adalah gereja yang sesungguhnya, karena di dalam gereja yang kelihatan terdapat juga anggota-anggota yang palsu. Di dalam gereja yang kelihatan ada anggota yang sejati dan ada anggota yang palsu. Tuhan Yesus mengatakan bahwa biarlah untuk sementara waktu, gandum dan lalang tumbuh bersama-sama. Sampai nanti tiba masanya, barulah akan dipisahkan gandum dengan gandum dan lalang dengan lalang. Berarti ada yang sejati dan ada yang palsu. Di satu tempat gereja yang sejati lebih kecil dari gereja yang kelihatan.

Gereja yang kelihatan menggabungkan semua orang semua orang yang mengaku diri sebagai orang Kristen. Gereja yang tidak kelihatan adalah gereja yang merupakan totalitas dari seluruh orang-orang percaya yang sungguh-sungguh menjadi milik Kristus. Inilah yang disebut sebagai Gereja yang kudus dan am. Kudus berarti suci, am berarti umum atau universal. Dalam bahasa Latin, disebut katholik. Sehingga gereja katholik berarti gereja semua bangsa, yang merupakan gereja universal, yang dimiliki oleh semua orang Kristen di segala zaman dan segala tempat. Jadi, harus dibedakan antara Gereja Roma Katholik dengan Gereja Katholik (am).

2. GEREJA : HASIL KARYA TRITUNGGAL

Definisi gereja yang terbaik tercantum di dalam 1 Petrus 1:2, “Yaitu orang-orang yang dipilih sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya.”

Gereja adalah orang yang dipilih sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Orang-orang itu dikuduskan oleh Roh Kudus, agar bisa taat kepada Kristus. Dan orang tersebut dibersihkan oleh darah Kristus. Jika ketiga pengalaman ini belum engkau alami, maka engkau belum menjadi umat pilihan atau gereja yang sesungguhnya.

Pernahkah kita sadari bahwa kita menjadi percaya itu bukan rencana dan berdasarkan kehebatan kita, tetapi sungguh-sungguh merupakan anugerah Allah yang telah memilih kita? Lalu kapankah kita dipilih oleh Allah? Apakah pemulihan itu mendadak, karena Allah tiba-tiba merasa kesepian? Tidak. Allah sudah memilih sesuai rencana kekal Allah. Sejak dunia belum diciptakan, di dalam kekekalan, di luar waktu, Allah sudah merencanakan keselamatan manusia.

Tetapi mengapa kita harus mempercayai bahwa kita diselamatkan di dalam rencana kekal Allah? Ada dua alasan, yaitu: (1) Allah itu kekal, sehingga Ia tidak mungkin berubah-ubah; dan (2) Tidak ada yang mendadak bagi Allah, akibat dari kurangnya pengetahuan atau hikmat Allah.

Allah yang kekal merencanakan di dalam kekekalan apa yang digenapkan di dalam sejarah. Setelah rencana kekal Allah, maka Allah menciptakan dunia, dan dunia ini bersifat kontinggen (tidak mutlak bersifat kekal). Hanya Allah yang bersifat inkontinggen (muylak bersifat kekal). Dunia ini dicipta secara creatio-ex-nihilo, sehingga pasti mempunyai awal proses. Keberadaan dunia dan manusia dulu tidak ada. Jika kita tidak ada, juga tidak ada masalah. Tidak ada keharusan yang mengharuskan kita ada atau dunia ada. Allah mutlak harus ada, tetapi kita tidak. Dunia ini juga suatu saat akan lenyap. Hanya orang percaya yang tidak ikut binasa dengan dunia. “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:17). Di sini terjadi kontras antara kontinggen dan inkontinggen.

[Inkontinggen (incontingent) adalah kondisi yang mutlak harus ada dan tidak mungkin tidak ada. Ia berada pada dirinya saendiri dan menjadi pendorong dan awal segala sesuatu. Kontinggen (contingent) adalah lawan dari inkontinggen. Jadi, di dalam sifat kontinggen adalah sifat di mana boleh ada boleh tidak ada, dan keberadaannya bukan keberadaan mutlak. Sifat kontinggen selalu merupakan sifat yang bergantung, karena harus ada penyebab yang menyebabkan keberadaannya, dan juga akhir dari keberadaannya (The Combridge Dictionary of Philosophy, Robert Audi (gen.ed.), Cambridge; Cambridge Univ.Press, 1995)]

Hanya Allah yang inkontinggen karena Allah tidak perlu bergantung pada siapa pun di atas Dia untuk keberadaan-Nya. Ia berada di dalam diri-Nya sendiri dari kekal sampai kekal. Allah tidak memerlukan permulaan. Ia menyebabkan permulaan semua yang lain, sementara Ia sendiri tidak ada yang menyebabkan keberadaan-Nya. Ketika Allah berbicara kepoada dunia, “Akulah Alfa dan Omega”, Allah mau memberitahukan bahwa Dialah sumber segala sesuatu, tidak ada yang mendahului dan tidak ada yang ada dibelakang-Nya. Allah tidak membutuhkan permulaan dan Allah tidak mempunyai akhir. Ini sifat inkontinggen.

[Huruf Alfa dan Omega adalah huruf peretama dan terakhir dalam deretan abjad Yunani] Ciptaan bersifat kontinggen, sehingga keberadaan mnanusia tidak kekal. Namun ayat di atas memberikan kekuatan kepada kita bahwa kita memiliki anugerah kekal di akhir hidup orang percaya. Kita dipilih seturut kehendak kekal Allah. Kemudian kita dicipta di dalam sejarah. Sebelum sebuah gedung dibangun, sebenarnya ia sudah ada terlebih dahulu di dalam pemikiran arsiteknya. Kita memang belum ada di dalam sejarah, tetapi itu sudah ada di dalam kekekalan dalam pikiran Allah.

3. KARYA ROH KUDUS DALAM GEREJA

a. Karya Pengudusan

Seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan, lalu suatu hari ia mulai mendengar firman dan tergerak mau kembali dikuduskan, maka ini adalah pekerjaan Roh Kudus. Ketika suatu saat seseorang merasa digerakkan untuk menjadi suci, itu pun bukan kekuatan manusia, tetapi cara Roh Kudus bekerja. Roh Kudus bekerja bukan membuat orang kesurupan, tetapi orang digerakkan untuk mau menjadi kudus. Itulah pekerjaan utama Roh Kudus. Saat ini banyak orang berkhotbah tentang Roh Kudus, tetapi justru hidupnya tidak mengejar kekudusan. Hidupnya penuh dengan kenajisan, mengejar kepentingan diri sendiri, mengejar keuntungan materi dan bukan hal yang rohani. Kalau Roh Kudus, yang juga Roh Suci, pasti akan menggerakkan orang untuk hidup suci. Jika kita dipenuhi oleh Roh Suci, maka pasti kita menjadi suci.

b. Karya Kesaksian Kristus

Ketika kita dikuduskan oleh Roh Kudus, kita bukan menjadi kudus, tetapi 1 Petrus 1:2 mengatakan bahwa kita menjadi taat kepada Kristus. Kita taat kepada Kristus dan menerima percikan darah Kristus. Kekudusan bukan sekedar status, tetapi kita dibasuh oleh percikan darah Kristus.

Di dalam bagian ini, kelihatannya urutannya terbalik, yaitu: Allah Bapa, Allah Roh Kudus, baru Allah Anak. Mengapa? Urutan ini berkaitan dengan ordo atau urutan keselamatan. Jadi di sini bukan urutan Allah Tritunggal, tetapi urutan karya keselamatan Allah. Allah Bapa yang merencanakan, sehingga berada di urutan pertama. Tetapi kita tidak akan mengenal Yesus Kristus, kecuali Roh Kudus menggerakkan hati kita terlebih dahulu. Jadi Roh Kudus bekerja barulah kita bisa taat kepada Kristus. Dari hal ini kita melihat bahwa Roh Kudus akan membawa orang kepada Kristus. Ini adalah tanda pekerjaan dan kehadiran Roh Kudus.

Jika dalam suatu kebaktian ada Roh Kudus, maka pastilah kebaktian tersebut memuliakan Kristus. Jika kebaktian itu mengarahkan orang kepada pengalaman manusia, pada karunia-karunia yang bisa diperoleh dari Roh Kudus, maka itu bukan kebaktian yang benar. Kebaktian yang benar di mana Roh Kudus bekerja, pasti akan memuliakan Kristus.

c. Karya Pengaktifan Fungsi Rasio

Roh Kudus akan mengingatkan kita, sehingga fungsi rasio kita akan dibangkitkan dan diperkembangkjan. Tidak benar ajaran yang mengatakan bahwa ketika Roh Kudus datang, rasio kita akan dipadamkan dan tidak difungsikan. Itu bukan Roh Kebenaran. Itu berlawanan mutlak dengan ajaran Alkitab. Seorang Kristen sejati jika ia begitu rindu untuk mengerti kebenaran firman Tuhan dengan baik, untuk itu ia akan mengaktifkan seluruh fungsi rasio yang Tuhan karuniakan padanya untuk mengerti firman.

Sebelumnya manusia tidak bisa mengaktifkan rasio yang sudah rusak akibat dosa. Pada saat manusia jatuh ke dalam dosa, fungsi rasio juga mengalami kerusakan. Akibatnya, rasio manusia tidak bisa berfungsi dengan benar, sehingga ia tidak dapat mengerti kebenaran firman Tuhan. Ia akan menolak pengertian firman yang benar. Roh Kuduslah yang memperbaharui dan mengaktifkan kembali fungsi rasio yang rusak tersebut. Dengan pekerjaan Roh Kudus inilah manusia bisa kembali mengerti kebenaran firman, diperbaharui dan menjadi bagian di dalam Kerajaan Allah.

d. Karya Mempertobatkan Manusia

Dan jika Roh Kudus bekerja, manusia akan disadarkan akan dosanya, akan kebenaran dan penghakiman. Kalau seorang dipenuhi Roh Kudus, ia tidak menjadi bangga dan sombong, tetapi justru menjadi rendah hati dan sangat menyadari diri berdosa. Ia sadar bahwa ia telah melawan Tuhan dan sadar bahwa raja dunia ini sudah dihakimi. Kesadaran sedemikian akan membuat orang tersebut bertobat. Inilah pekerjaan Roh Kudus yang benar.

e. Karya Memimpin pada Kebenaran

Roh Kudus juga akan memimpin kita masuk ke dalam seluruh kebenaran. Jika Saudara mengikuti banyak kebaktian, tetapi tidak membawa engkau semakin masuk ke dalam kebenaran, maka seluruhnya menjadi sia-sia. Tidak ada gunanya ikut banyak kebaktian. Banyak orang Kristen yang ikut banyak kebaktian, tetapi semakin banyak ikut, imannya semakin kacau. Ini disebabkan karena ia ditarik-tarik ke dalam berbagai kebaktian yang tidak mempunyai pengajaran yang stabil tentang firman Tuhan. Akibatnya ia malah diombang-ambingkan oleh berbagai macam pengajaran palsu yang jauh dari kebenaran. Bersyukurlah jika suatu kebaktian mengajarkan firman Tuhan dengan serius, karena jika tidak demikian, hal itu akan sangat mengganggu iman Saudara.

Banyak isteri orang kaya yang kurang pekerjaan, akhirnya ikut banyak kebaktian di sana-sini, dan imannya menjadi kacau. Ketika saya mengatakan hal ini di Jakarta, ada banyak isteri orang kaya yang tersinggung. Tetapi beberapa wakltu kemudian ada seorang yang datang kepada saya dan mengatakan bahwa pada awalnya ia memang sangat tersinggung dengan perkataan saya, karena ia memang sering pergi ke banyak persekutuan. Ia merasaa tindakannya sangat baik, tetapi ternyata saya kecam. Namun, setelah beberapa lama ia merenungkan kembali, ia menyadari bahwa apa yang saya katakan benar. Imannya menbjadi semakin kacau, karena banyak kebaktian yang tidak sungguh-sungguh memberitakan firman dengan benar. Akhirnya, ia mulai sadar dan mulai kembali kepada pengajaran firman Tuhan yang baik. Roh Kudus memimpin pikiran manusia untuk masuk ke dalam seluruh kebenaran yang diwahyukan di dalam Kitab Suci. Dan Roh Kudus mengakibatkan kita taat pada Pribadi satu-satunya, yaitu Yesus Kristus. Roh Kudus tidak mau kita ikut dan taat pada sembarang otoritas. Ia ingin kita hanya taat kepada Kristrus. Inilah tugas dan panggilan utama setiap orang percaya, yaitu taat kepada Kristus.

Bagaikan seorang yang belajar menulis, di mana tangan murid itu dibimbing oleh tangan guru. Untuk menulis dengan baik, maka tangan murid itu harus lemas dan lembut mengikuti pimpinan guru. Kalau tangan murid itu mau jalan sendiri, pasti hasilnya akan buruk. Satu-satunya hal yang harus kita lakukan adalah taat! Taat berarti lembut kepada Tuhan. Dengan hati yang lembut dan menurut kepada Tuhan.

Ketika Roh Kudus membawa kita taat kepada Kristus dan kita dikuduskan dengan percikan darah Kristus, maka inilah gereja. Gereja bukan administrasi, bukan gedung, bukan toga, bukan sistem dan pengaturan manajemen, juga bukan sakramen, tetapi gereja adalah orang-orang yang telah menerima keselamatan dari Tuhan Allah Tritunggal dan menjadi milik Kristus.

B. KERAJAAN ALLAH DAN GEREJA

Kita telah membahas bahwa Allah sudah mempunyai Kerajaan yang terkadang tidak terlalu kelihatan, sehingga kita berharap Kerajaan itu segera datang. Jika kita berdoa agar “Datanglah Kerajaan-Mu”, maka itu belum datang. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa itu “sudah dekat”. Tetapi sampai saat ini sudah melewati 2000 tahun. Tentu ini bukan waktu yang sudah dekat. Jadi kita perlu mengerti “sudah dekat” dengan lebih mendalam lagi. Yohanes Pembaptis mengatakan, “Kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlah kamu.” Dan sampai ia dipenggal seolah dia belum melihat Kerajaan Allah itu datang. Tuhan Yesus meneriakkan “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat” dan Ia dipakukan di atas kayu salib. Dan kini 2000 tahun kemudian, kita masih berdoa “Bapa kami yang di sorga......Datanglah Kerajaan-Mu.” Jadi bilakah Kerajaan Allah datang?

Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus memberitahukan murid-murid-Nya bahwa Kerajaan Allah itu sudah ada di tengah-tengah mereka dan Kerajaan Allah ada di dalam hati mereka. Jadi kalau begitu Kerajaan Allah sudah ada. Dan kalau sudah ada, mengapa dikatakan sudah dekat?

Apakah itu berarti, di awal pelayanan Tuhan Yesus, Kerajaan Allah itu belum datang, lalu di pertengahan pelayanan-Nya Kerajaan Allah itu datang, dan datangnya diam-diam, sehingga tidak ada seorang pun yang mengetahuinya? Apakah demikian? Alkitab tidak mengatakan demikian. Tidak ada momen yang bisa kita ketahui tentang kedatangan Kerajaan Allah. Masakan Kerajaan Allah tiba tanpa ada momennya, tidak ada upacara yang memisahkan sebelum dan sesudahnya? Ini tidak mungkin. Jika Roh Kudus turun ada momennya, dan Taurat turun juga ada momennya, sangat mustahil jika Kerajaan Allah datang tanpa momen.

Jadi ada dua hal penting: Pertama, ketika Tuhan Yesus mengatakan “Kerajaan Allah itu sudah datang dan sudah ada di dalam hatimu,” kita perlu lebih serius memikirkan mengapa kita bisa tidak mengetahuinya; dan kedua, mengapa ketika Tuhan Yesus diminta untuk mengajarkan berdoa, Dia mengajarkan berdoa “Datanglah Kerajaan-Mu” dan juga “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya”? Kalau memang Kerajaan Allah itu sudah datang, mengapa di suruh untuk mengundang lagi” Dan kalau memang belum datang, mengapa dikatakan sudah datang? Terkadang kita tidak selalu memikirkan hal seperti itu secara teliti, dan kita acuh-tak acuh terhadap kebenaran firman Tuhan.

Jawaban kehadiran Kerajaan Allah adalah: Sudah dan belum (already and not yet). Mengapa dua kata yang berlawanan ini bisa dipadukan? Kerajaan Allah secara status sudah ada, tetapi wujud konkritnya belum ada. Secara status dan adanya orang yang berada di dalam Kerajaan Allah sudah terjadi, tetapi keberadaan Kerajaan Allah secara konkrit dan penuh sempurna masih belum terjadi. Itu sebabnya, di setiap zaman kita masih melihat penduduk Kerajaan Allah masih terus bertambah. Dan setiap orang yang sudah berada di dalam Kerajaan Allah masih tetap harus menanti perwujudan akhir kehadiran Kerajaan Allah itu secara sempurna. Jadi kita diperhitungkan ke dalam keanggotaan Kerajaan Allah, sementara kita tetap masih menantikan hadirnya Kerajaan Allah secara penuh kelak. Ini suatu pemahaman paradoks yang sangat perlu kita mengerti dengan tepat.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah ada di tengah mereka, dan Paulus mengatakan bahwa mereka yang berada di dalam Kerajaan Allah tidak lagi mementingkan makan dan minum, tetapi lebih mengejar sukacita rohani. Orang yang berada di dalam Kerajaan Allah sudah pasti tidak akan hidup mengejar hawa nafsunya. Mereka akan taat pada pimpinan Roh Kudsus dan menanti hadirnya Kerajaan Allah secara sempurna.

Maka kita perlu mengerti beberrapa aspek Kerajaan Allah. Kerajaan Allah berarti Allah berkuasa sebagai Raja, dan menguasai semua umat yang dipimpin-Nya. Ini adalah masalah Raja yang berkuasa atas rakyatnya. Jika kalimat definisi ini sudah dimengerti dengan baik, maka kita akan segera mengerti elemen-elemennya, yaitu ada Rajanya, yaitu Allah sendiri dan ada rakyatnya yaitu umat pilihan yang telah ditebus dari dosa.

Barangsiapa, entah berkulit putih ata kuning, hitam atau merah, di mana pun di seluruh duniua, yang berada di bawah pemerintahan Allah, dan yang menjadi anggota keluarga dari Kerajaan Allah, yang dipilih oleh Tuhan, merupakan warga Kerajaan Allah di mana Allah menjadi Rajanya (Wahyu 5:8-10). Inilah yang disebut sebagai anggota Kerajaan Allah yang ditebus oleh Tuhan Yesus Kristrus dan diserahkan kembali kepada Tuhan Allah.

Jadi, Kerajaan Allah ada di atas bumi dengan mencakup segala bangsa dan suku dan kaum. Ini adalah rencana kekal Allah sebelum dunia diciptakan, tetapi baru dilaksanakan setelah dunia diciptakan.

Oleh karena itu, kita perlu menggunakan dua istilah, yaitu: (1) Rencana kekal Allah, dan (2) Pelaksanaan di dalam dinamika sejarah. Kita yang berada di dalam sejarah, tidak bisa melintasi wilayah ini dan masuk ke dalam transendensi dan kekekalan, karena kita memang terkurung, dibatasi oleh ruang dan waktu. Allah yang sudah berencana di dalam kekekalan, mengirim Tuhan Yesus untuk masuk menerobos ke dalam sejarah, berinkarnasi dan melaksanakan keselamatan. Lalu Roh Kudus menggenapkan hal itu di dalam diri orang percaya. Maka rencana kekal itu digenapkan di dalam proses dinamis sejarah.

Di dalam perwujudan ini kita melihat tahapan-tahapan pekerjaan Allah, yaitu:

1. Israelkah Kerajaan Allah?

Allah memilih bangsa Israel sebagai lambang Kerajaan Allah. Orang Israel berbeda dari bangsa-bangsa lain, karena bangsa-bangsa lain tidak dikuasai oleh pemerintahan Tuhan Allah. Bangsa Israel dikuasai oleh pemerintahan Tuhan Allah, sampai ketika mereka menolak teokrasi dan menuju kepada kehidupan kerajaan dunia. Bangsa ini unik, dan disebut sebagai bangsa imamat. Itu berarti di dalam bangsa ini terdapat pelayanan imam. Imam adalah orang yang berdiri di antara Allah dan manusia dan membawakan aspirasi manusia kepada Allah. Jadi bangsa Israel sebenarnya mempunyai tugas untuk mewakili Tuhan di hadapan semua bangsa, dan mewakili semua bangsa di hadapan Allah. Tugas ini adalah tugas yang sangat mulia. Keluaran 19:6 mengatakan, “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kau katakan kepada orang Israel.”

Ada satu bangsa yang Tuhan tetapkan sebagai Kerajaan Allah untuk menyatakan kesucian Allah di tengah bangsa-bangsa yang najis. Bangsa Israel adalah bangsa yang penting sekali, yang disebut sebagai kerajaan imamat, bangsa yang kudus, di mana Allah menjadi Allah mereka. Mereka harus hidup kudus, karena Allah yang memanggil mereka kudus adanya. Perintah yang ditegakkan di Perjanjian Lama ini terus diberitakan sampai Perjanjian Baru. Orang Lewi sebelum melayani Tuhan di dalam bait Allah, harus membersihkan diri dan pakaiannya, kalau tidak ia tidak layak untuk melayani Tuhan. Umat Israel harus menjadi umat yang suci. Imam harus menjadi imam yang suci, dan semua yang engkau lakukan harus suci, sehingga engkau layak disebut sebagai bangsa-Ku.

Imam juga berarti pengantara. Orang yang menjadi imam berarti ia menjadi perantara antara Tuhan dan rakyat. Ia mewakili Tuhan memberitakan kebenaran kepada rakyat, dan ketika ia berdoa, ia membawakan aspirasi rakyat kepada Tuhan.

Itulah sebabnya, di dalam kitab Ibrani, Tuhan Yesus disebut sebagai Imam Besar yang telah melampaui semua lapisan batasan, sehingga Ia mengerti semua pergumulan dan kesulitan kita, karena Ia pernah diuji hanya Ia tidak jatuh ke dalam dosa. Itu sebabnya, Yesus berhak menjadi pengantara antara Allah dan manusia, karena Ia adalah imam. Jika kita mempunyai Iamm Besar seperti ini, kita harus bersyukur kepada Tuhan. Di sini Israel melambangkan Kerajaan Allah yang berfungsi imam, dan ber-esensi kekudusan.

Kerajaan Allah akan diwakili oleh Israel dengan tiga hal penting:

Pertama, Israel adalah satu-satunya bangsa yang percaya kepada Allah Yang Esa. Di zaman itu tidak ada satu bangsa manapun yang percaya kepada Allah Yang Esa. Ini adalah sumbangsih terbesar Israel di dalam sepanjang sejarah umat manusia.

Iman kepercayaan monotheisme datang hanya dari satu-satunya bangsa, yaitu Israel. Dimulai dari Allah Yehovah yang memanggil Israel: “Akulah Allah Yehovah, satu-satunya Allah yang Esa, maka kasihilah Aku dengan segenap hatimu, segenap pikiranmu, segenap akal budimu, dan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:4). Tuhan itu Allah (Elohim, berbentuk jamak), dan Tuhan itu Esa (Tunggal, yaitu satu kesatuan dan bukan gabungan). Melalui konsep ini, kita melihat konsep Tritunggal.

Di dalam bahasa Ibrani, ada konsep tunggal, dual (pasangan), dan ganda. Jadi bentuk ganda bukan dua keatas, tetapi tiga keatas, karena jika dua, memakai bentuk dual. Apakah bisa lebih dari tiga untuk Tuhan Allah ini? Tentu secara angka bisa, namun di dalam mengerti Allah di seluruh Alkitab, kita melihat Allah yang dinyatakan oleh Alkitab tetap berformat tiga, bukan empat atau lima atau yang lain.

Apakah konsep Elohim di sini boleh dimengerti seperti konsep agama kafir, di mana ilah mereka memang disebut secara jamak? Tidak. Kita tidak menerima pandangan sedemikian, karena dalam pandangan agama kafir, ilah mereka memang jamak, sehingga sebutan jamak diberikan kepada ilah yang memang jamak. Alkitab justru memberikan penekanan bahwa Allah itu Esa dan bukan seperti konsep agama kafir. Jadi pengertian kata “Elohim” di sini sama sekali berbeda.

Kalimat Ulangan 6:4-5 ini dimulai dengan kata Syema, yang berarti mendengar. Maksudnya adalah agar orang Israel mendengar apa yang Allah nyatakan. Orang Israel dijadikan oleh Tuhan Allah sebagai bangsa yang mendengar. Saudara tidak perlu heran jika selama Stephen Tong hidup, ia terus berkhotbah dan berceramah yang panjang, karena saya juga ingin Anda mau menjadi bangsa yang mendengar. Saat ini, banyak gereja yang jemaatnya tidak suka mendengarkan firman Tuhan. Mereka mau berbicara berjam-jam kepada Tuhan, tetapi mereka tidak mau belajar Firman Tuhan yang baik berjam-jam. Mereka menjanyi berdiri selama satu jam dalam kebaktian, lalu ketika waktu pemberitaan firman, mereka tertidur karena sudah terlalu lelah menyanyi. Inilah model gereja-gereja masa kini. Itu salah satu cara setan membuat orang Kristen tidak bisa mendengar firman Tuhan dengan baik.

Allah menjadikan bangsa Israel sebagai bangsa yang mendengar. Allah mewahyukan firman. Allah memberikan berjuta—juta huruf agar kita mendengar. Namun, terkadang kita pun tidak membacanya. Akibatnya, yang berkhotbah, sembarangan berkhotbah, dan yang mendengar juga mendengar dengan sembarangan. Bagaimana umat Tuhan bisa menjadi syema dan bagaimana umat Tuhan bisa menjadi Kerajaan Allah? Kita harus menjadi jemaat yang kudus, yang mengerti firman. Jika firman tidak dikhotbahkan dengan baik, jika firman tidak dipelajari dengan tuntas, bagaimana iman kita bisa menjadi kuat? Berpuluh tahun saya melayani, saya melihjat orang yang mendengar firman dengan baik, iman mereka menjadi kuat luar biasa dan kebenaran Tuhan berada di dalam hati mereka.

Setiap miunggu saya keliling ke lima negara berkhotbah eksposisi kitab Ibrani. Setelah satu tahun lebih, rata-rata masih satu pasal 4 atau 5. Setiap kali saya berkhotbah satu jam lamanya. Padahal di tempat lain di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia, gereja-gereja, termasuik banyak gereja Reformed di Amerika, yang khotbahnya hanya singkat, dangkal, dan tidak lebih seperti sebuah pidato singkat, lalu pulang. Apalagi sekarang ditambah dengan menyanyi selama satu jam terlebih dahulu, yang membuat banyak orang menjadi lelah untuk mendengar firman Tuhan. Jika gereja tidak sungguh-sungguh memberitakan firman, gereja akan menjadi apa dan orang Kristen akan bagaimana masa depannya?

Apa bedanya iman setelah mendengar firman dengan iman tanpa mendengar firman? “Aku percaya pasti sembuh”, ini adalah iman berdasarkan kepercayaan sendiri. Ini bukan iman kepada Tuhan, tetapi iman kepada iman kita sendiri. Ini namanya iman antroposentris. Iman seperti ini bukan iman yang diajarkan Alkitab. Iman harus berdasarkan janji dan perkataan Tuhan. Bagaimana kita tahu Tuhan sudah berbicara? Jawabnya adalah mendengar firman. Jika berdasarkan firman, maka kita akan bertumbuh menjadi orang Kristen yang berdiri tegak dan betul-betul gigih melayani Tuhan. Bangsa Israel adalah bangsa yang unik, karena bangsa-bangsa lain tidak mempunyai Kitab Suci. Bangsa-bangsa Filistin, Het, Kanaan, Babel, tidak memiliki Kitab Suci. Allah memberikan Kitab kepada bangsa Israel. Ini membuktikan bahwa Allah ingin bangsa Israel menjadi bangsa yang mendengar.

Kedua, pengorbanan darah. Bangsa Israel mempunyau ciri yang kedua, yaitu persembahan yang mengalirkan darah. Hal ini berarti suatu saat akan tiba Korban yang berdarah, yang memperdamaikan manusia dengan Tuhan Allah, yaitu Yesus Kristus. Hal ini dilambangkan oleh Taurat. Di dalam Taurat ada lima macam persembahan korban, dan persembahan korban ini menjadi perjanjian. Perjanjian (Covenant) ini dibagi dua yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama adalah perjanjian di mana Allah mengikat janji dengan Isael, sedangkan Perjanjian Baru adalah perjanjian di mana Allah mengikat janji dengan umat-Nya di seluruh dunia. Jadi Israel adalah lambang dari Kerajaan Allah, sementara umat-Nya di seluruh dunia adalah konkritnya Kerajaan Allah tersebut. Perjanjian Lama didirikan dengan tanda janji yaitu darah binatang, dan Perjanjian Baru didirikan denganb tanda janji yaitu darah Anak Tunggal Allah. Ini beda Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Maka Tuhan Yesus mengatakan: “Inilah tubuh-Ku yang dipecahkan bagimu......inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan......” (Matius 26:26,28). Israel melambangkan Kerajaan Allah dengan konsep monotheisme dan lambang darah. Ketiga, bangsa Israel satu-satunya bangsa yang patuh kepada pemerintahan Tuhan sendiri. Dengan ini, maka bangsa Israel menjadi satu-satunya bangsa teokrasi yang sejati. Ketiga hal ini menjadikan Israel menjadi lambang Kerajaan Allah.

2. Kehadiran Kerajaan Allah : Inkarnasi

Kerajaan Allahg tiba di dunia dimulai dengan inkarnasi Kristus. Setelah periode bangsa Israel, tibalah Kerajaan Allah di atas bumi ini. Ini merupakan awal kedatangan Kerajaan Allah di dunia ini. Sebelumnya, kerajaan Israel adalah lambang, semua pengorbanan darah adalah darah lambang, umat Israel juga merupakan umat lambang; juga sunat merupakan lambang dari baptisan, di mana baptisan merupakan lambang Roh Kudus yang turun ke atas kita. Darah domba lambang darah Krsitus dialirkan.

Di dalam Perjanjian Baru, semuanya menjadi konkrit, dan ini dimulai dengan inkarnasi Kristus. Yesus Kristus mengatakan, “Kerajaan Allah sudah dekat” karena Kerajaan Allah memang sudah dimulai sejak inkarnasi. Tetapi wujud Kerajaan Allah dimulai dengan digenapinya karya keselamatan dengan ada orang-orang yang menerima penebusan dan menjadi anggota Kerajaan Allah. Itu sebabnya hanya dikatakan “sudah dekat”. Kerajaan Allah sudah disiapkan. Raja itu sudah datang, korban yang akan dipersembahkan sudah ada, dan darah yang akan dialirkan sudah dipersiapkan, tetapi semua itu belum terjadi secara riil.

Namun, kuasa Kerajaan Allah sudah mengikuti ketika inkarnasi terjadi. Maka Yesus Kristus satu-satunya manusia yang mempunyai kuasa Kerajaan Allah yang dibuktikan dengan tindakannya mengusir setan, membangkitkan orang mati, menegakkan orang timpang, dan menyembuhkan orang sakit. Inilah tanda-tanda dari kehadiran Kerajaan Allah.

Tanda ini penting karena sebelumnya dan sesudahnya, tidak pernah ada orang yang melakukan mujizat lebih banyak dari Yesus Kristus. Di zaman sebelum Yesus, hanya ada satu orang yang dibangkitkan satu orang. Dan hanya dua peristiwa seperti itu yaitu Elia dan Elisa yang masing-masing membangkitkan satu orang. Setelah mati, tulang Elisa membangkitkan dua orang, sekali pada saat masih hidup dan sekali sesudah ia sendiri mati. Tuhan Yesus melakukan 35 kali mujizat yang dicatat oleh Alkitab. Tidak pernah satu kali pun Ia melakukannya demi kepentingan diri-Nya sendiri. Tidak pernah satu kali pun Ia menyalah-gunakan kemampujan mujizat sebagai suatu hak istiomewa sebagai Anak Allah untuk kepentingan diri sendiri. Dari seluruhnya, tiga kali Dia membangkitkan orang mati. Satu orang baru meninggal dibangkitkan, yang kedua pada saat diusung ke kuburan, dan yang ketiga setelah mati tiga hari di dalam kuburan. Maka betul-betul tidak ada orang sebelumnya dan sesudahnya yang seperti Yesus Kristus.

Ketika Yesus Kristus datang ke dalam dunia, Ia memberikan dan menyatakan “tanda”. Istilah “tanda” di dalam bahasa Yunani berarti mujizat. Dengan tanda-tanda ini Yesus menyatakan bahwa Ia mempunyai kuasa ilahi. Ketika Ia melakukan mujizat berbeda dari yang dilakukan oleh para nabi, karena waktu itu Ia berperan sebagai Allah dan bukan sebagai nabi. Apa bedanya?

Nabi adalah manusia, bukan Allah, sehingga ketika melakukan mujizat, mereka sadar bahwa itu bukan kuasa dari dirinya senidir, tetapi kuasa yang diberikan oleh Tuhan Allah. Ia hanya menjadi agen kuasa Allah. Maka ketika nabi melakukan mujizat, ia tidak berani berperan sebagai Allah. Ia hanya akan minta tolong pada Tuhan dan berharap kuasa-Nya menolong dia. Ketika Elia mau menolong membangkitkan anak yang sudah mati, ia harus berdoa terlebih dahulu, baru ia mendekatkan dirinya pada anak itu, dan minta kuasa Tuhan supaya jiwa anak itu dikembalikan. Demikian pula rasul-rasul di dalam Perjanjian Baru. Ketika rasul melakukan mujizat, ia harus minta tolong pada Allah, demi nama Yesus, baru orang itu mengalami mujizat.

Ketika Yesus melakukan mujizat, Ia tidak perlu demi nama siapa. Ia melakukan mujizat demi kuasa-Nya sendiri. Ia berperan Allah. Maka Ia melakukan mujizat dengan kuasa yang keluar dari diri-Nya sendiri. Ia tidak perlu meminta-minta kuasa kepada siapa pun, termasuk pada Allah Bapa. Maka ketika Yesus berteriak “Talita kum” maka anak itu bangkit, dan Yesus berteriak “Hai Lazarus, keluarlah!” maka Lazarus bangkit sekalipun sudah empat hari dalam kuburan. Di sini kita mempelajari Kristologi secara mendalam, sehingga kita mengerti bahwa Yesus bukan berperan nabi, tetapi Ia adalah Allah sendiri. Yesus bertanda Allah.

Ketika Yesus berinkarnasi, itu berarti turunnya Kerajaan Allah kepada kita di dalam Dia. Konsep ini berbeda jauh dari orang Israel di Perjanjian Lama. Orang Israel di Perjanjian Lama hanya melambangkan Kerajaan Allah, tetapi kehadiran Yesus di dunia merupakan wujud dari Kerajaan Allah itu sendiri. Yesus Kristus berani mengatakan bahwa “Kerajaan Allah telah ada di dalam hatimu.”

Yesus pernah akan dijadikan raja setelah Ia memberi makan 5000 laki-laki dengan lima roti dan dua ikan. Ketika Yesus ditawari menjadi raja, Ia menolak. Bukan karena Ia tidak berbakat jadi raja, tetapi karena Ia mengetahui bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Inilah kuncinya. Kerajaan Allah sudah datang, tetapi belum berwujud nyata di dalam dunia ini. Jadi “sudah dan sekaligus belum” (already and not yet). Hal ini dinyakatakan dengan tanda kuasa yang Kristus lakukan untuk menyatakan siapa diri-Nya. Raja dari Kerajaan itu sedang menjalankan kuasa-Nya untuk mengalahkan segala sesuatu, dan kelak Dia akan menghakimi segala sesuatu.

Yesus meneduhkan angin dan ombak dengan begitu tenang. Murid-Nya sampai bertanya, “Siapakah Dia?” Aneh bukan? Murid-Nya sudah mengikut Yesus begitu lama, tetapi tetap tidak mengenal siapa Gurunya. Banyak murid teologi menjadi bodoh, termasuk Paulus. Paulus, yang bernama Saulus saat itu, adalah murid Gamaliel, profesor yang begitu top saat itu. Tetapi ketika ia bertemu dengan Tuhan Yesus, ia bertanya: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kalau sudah tahu Tuhan, mengapa masih bertanya siapa Dia? Sungguh saat itu pikiran Saulus menjadi kacau total. Seluruh studi teologinya harus mengalami perubahan total, karena selama ini apa yang ia pelajari sama sekali tidak beres. Sampai saat ini, jika seorang yang mempelajari teologi tetapi tidak sungguh-sungguh sudah mengenal Tuhan, akan mengalami seperti yang Saulus alami. Inilah keadaan yang saat ini kita alami masa kini. Semua yang dia ketahui hanyalah pengetahuan belaka, tanpa pengenalan yang konsisten dan dengan sifat perjuangan yang benar.

Yesus telah mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu telah hadir di tengah mereka dan memberikan tanda kepada mereka, hanya sayangnya, mereka tidak mengerti tanda tersebut. Justru ketika mereka membayangkan Yesus menjadi raja, mereka berpikir bagaimana mereka menjadi menteri-menterinya dan Yudas ingin menjadi Menteri Keuangan. Di gereja juga seringkali banyak orang yang terus menunggu untuk mau jadi bendahara. Kalau memang Tuhan menginginkan Anda menjadi bendahara, silahkan; tetapi jangan Saudara yang ingin menjadi bendahara dengan motivasi yang salah.

Tuhan membiarkan semua itu diwujudkan di dalam diri Kristus. Tetapi mengapa tidak terdapat Kerajaan yang kelihatan, di mana terlihat Kristus yang naik dan duduk di takhta? Itu karena Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Kalimat ini disebutkan kepada Pilatus. Sudah datang secara rohani, sudah berada di dunia ini, tetapi tidak terlihat; tidak ada organisasi, karena memang bukan dari dunia ini.

Gereja Reformed Injili Indonesia yang saya dirikan baru dua bulan yang lalu meresmikan badan kemajelisan yang pertama. Banyak orang mengecam saya dan menganggap saya tidak mengerti Alkitab, dengan mendirikan gereja yang tidak ada majelisnya. Saya bukan bodoh seperti itu. Saya tahu, tetapi saya bergerak lambat. Sudah 10 tahun kami menunggu dan menyeleksi, sehingga saya harap majelis yang terbentuk akan jauh lebih kokoh dan lebih mengerti dibandingkan dengan majelis dari banyak gereja yang terkadang tidak tahu apa-apa. Terkadang orang Kristen terlalu pragmatis dan mau cepat. Akibatnya, tidak mempunyai akar yang kokoh dan pengertian yang mendalam. Juga banyak yang mau cepat menjadi hamba Tuhan dan tidak mau baik-baik belajar terlebih gahulu. Setiap saya berkhotbah, Anda akan mendapatkan pengajaran dan alur yang jelas, sehingga bisa membentuk fondasi yang kuat.

Yesus Kristus bertindak untuk Kerajaan Allah, tetapi sampai naik ke sorga belum ada gereja secara organisasi, belum mempunyai dana misi, belum mempunyai apa-apa. Tetapi itu tidak terlalu masalah, karena Kristus tahu itu akan datang dengan sendirinya. Yang terpenting adalah pembangunan pondasi yang kokoh, yaitu firman dan iman, serta membangun Kerajaan Allah dengan kuasa Roh Kudus. Baru di Kisah Para Rasul 6 dibicarakan dibentuknya majelis agar pembagian makanan diakonia merata. Tetapi sebelumn dibentuk majelis, firman sudah terlebih dahulu ada, Perjamuan Suci sudah ada, doktrin sudah diajarkan dengan serius. Ini yang perlu, already and not yet! Pelihara kualitas, maka kuantitas akan mengikuti. Pelihara visi dan arah yang jelas dan benar, maka perlahan dukungan akan tiba. Pelihara iman dan pengertian kehendak Tuhan, maka uang akan datang. Sekarang banyak gereja yang bergerak secara terbalik. Kalau tidak ada tabungan yang cukup tidak berani mengerjakan apa-apa.

Selama 43 tahun melayani, saya selalu menjalankan kehendak Tuhnan dulu, setelah itu biarlah Tuhan yang mencukupi segala keperluan untuk itu. Selalu diatur agar visi mendahului organisasi, panggilan mendahului keuangan, dan orang yang bermutu mendahului akan pengalaman. Prinsip ini tidak boleh berubah dan tidak boleh dikompromikan. Jangan menakut-nakuti saya dengan merasa lebih kuat organisasi dan lebih kuat secara keuangan. Saya tidak akan tergoyahkan oleh hal itu. Saya tahu saat ini banyak gereja yang sudah tidak ada visi, tidak ada arah, tidak ada pondasi, tidak ada motivasi yang murni untuk melayani Tuhan, tidak ada firman dan tidak ada pimpinan Roh Kudus yang jelas.

Di manakah Kerajaan Allah? Kerajaan Allah itu sudah tiba di dalam hati kita. Sudah datang tetapi tidak terlihat. Juga Kerajaan Allah itu belum genap. Ini konsep paradoks. Kerajaan Allah dilambangkan oleh Israel, dan sekarang dinyatakan oleh tanda-tanda oleh kedatangan Kristus. Dan kini kita memasuki tahap yang ketiga.

3. Kenyataan Kerajaan Allah : Gereja

Tahap yang ketiga, Kerajaan Allah tersimpan dalam rahasia Gereja. Gereja menyimpan dan mengandung rahasia Kerajaan Allah, karena setiap orang yang berada di dalam gereja yang sejati (invisible-church) adalah orang-orang yang langsung takluk kepada Tuhan, mengakui Tuhan sebagai Raja, dan langsung berada di bawah pemerintahan kerajaan Tuhan Allah sendiri. Inilah kesulitan orang Kristen. Orang Kristen di dunia ini adalah anggota atau warga negara dari sebuah negara dunia. Saya adalah warga negara Indonesia. Tetapi di dalam hati saya, saya adalah anggota warga negara Kerajaan Allah. Jikalau kita berada di tengah kedua status ini, saya harus menyadari bahwa saya mempunyai kewarganegaraan ganda. Saya warga negara Indonesia, sekaligus warga negara Sorga.

Kesulitan saya adalah adanya ketegangan di antara kedua status warga negera ini. Kalau suatu saat, negara dunia di mana saya berada mulai menganiaya orang Kristen dan melarang orang Kristen untuk beribadah kepada Tuhan Allah, bagaimana iman saya? Kalau saya setia kepada Tuhan, lalu harus melanggar undang-undang negara, bagaimana? Atau saya harus mentaati undang-undang negara dan tidak setia kepada kerajaan Sorga? Di sini terjadi konflik di antara kedua Kerajaan (Kingdom in Conflict).

Untuk menyelesaikan secara tuntas tema ini, dibutuhkan pembahasan yang meluas dan menyeluruh. Tetapi di sini tidak kita lakukan hal itu. Seringkali banyak orang Kristen tidak cukup belajar, sehingga hal-hal seperti ini seringkali tidak cukup dimengerti dengan baik. Sering orang Kristen hanya mau yang “praktis”. Kita perlu menyadari bahwa di dalam gerakan Reformed, istilah “praktis” mempunyai pengertian yang berbeda. Semua yang dicatat di dalam Alkitab, baik pengajaran maupun janji yang bisa dialami secara konkrit oleh orang Kristen, itu disebut “praktis”. Kita seringkali menggunakan istilah “praktis” secara terlalu sederhana.

Gereja menyimpan rahasia Kerajaan Allah, karena di situlah satu-satunya tempat di mana terkandung semua orang yang menjalankan kehendak Allah dan taat kepada Kerajaan Allah. Orang dunia tidak bisa melihat hal ini, karena bagi orang dunia semua orang menjadi sama secara fenomenal. Namun, di dalam pengertian orang Kristen, kita menyadari bahwa di dalam diri orang Kristen terdapat pengertian yang berbeda, yaitu ketaatan kepada pemerintahan Kerajaan Allah, tunduk pada kedaulatan Allah. Orang-orang ini mempunyai visi dan tujuan hidup untuk mau mempermuliakan Allah. Maka, di dalam diri orang Kristen tersimpan rahasia Kerajaan Allah.

1 Petrus 2:7-10 mengatakan: “Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan." Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan. Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.”

Di sini Perjanjian Baru mewujudkan apa yang telah tertulis di dalam Keluaran 19:6. Istilah dan pengertian kerajaan imamat dan umat yang kudus, yang telah menjadikan Israel lambang Kerajaan Allah, dan kini orang Kristen, Gereja, menjadi wujud aslinya. Di dalam Keluaran 19:6 tidak dicantumkan tiga hal, yaitu: umat pilihan, bangsa kepunyaan Allah. Dan tujuan yang jelas untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah kita. Maka orang Kristen menyimpan rahasia firman Tuhan dan menyimpan rahasia Kerajaan Allah. Kita adalah warga negara Sorga, yang berfungsi sebagai imamat yang rajani, dan merupakan umat pilihan Allah, yang bertujuan untuk memberitakan karya Allah yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.

Juga dalam Matius 5 dinyatakan bahwa : “Berbahagialah orang yang rendah hatinya, karena merekalah yang empunya Kerajaan Allah.” Jadi Kerajaan Allah diberikan kepada mereka yang rendah hati, dan yang rela dianiaya demi kebenaran. Orang yang rendah hati adalah orang yang selalu merasa miskin secara rohani. Penerjemahan “rendah hati” di sini sangat tepat, karena rendah hati bukanlah sikap yang terus menyetujui atau yes-men. Rendah hati juga bukan sikap menjilat atau pura-pura. Rendah hati adalah sikap tidak pernah puas diri, tetapi terus-menerus menuntut diri untuk hidup di bawah kebenaran. Rendah hati adalah suatu perasaan untuk terus-menerus mau mencari kebenaran.

Suatu kali saya berada di dalam bis kota yang mau berangkat, ada seorang anak muda yang bertanya dengan sopan, apakah bis tersebut adalah bis yang menuju ke Hongkong. Saya mengiyakan, sambil mengagumni anak yang sopan ini. Ternyata ia sedang transit menuju ke Perancis, dan sementara waktu transit yang panjang, yaitu 11 jam, ia memutuskan untuk berjalan-jalan ke Hongkong. Ketika saya bertanya, mengapa ia mau ke Hongkong, jawabannya sangat mengejutkan, yaitu dia mau mencari pengetahuan sebanyak mungkin di situ. Ini seperti kebiasaan saya juga. Kalau masih ada waktu sejenak, saya selalu berupaya mencari sesuatu yang bisa saya pelajari, sehingga sebelum usia 25 tahun, sudah banyak pengetahuan yang saya kuasai. Persamaan ini membuat saya tertarik untuk berbincang-bincang dengannya.

Ia mempelajari bahasa Perancis selama setengah tahun, dan mendapat nilai yang baik. Ia memilih belajar di Perancis karena di sana lebih murah dibandingkan dengan AS. Saya menawarkan diri untuk mengantarnya berjalan-jalan. Pertama-tama saya mengajaknya ke toko buku Kristen. Ia mengatakan bahwa ia tidak terlalu mengerti Kekristenan, karena baginya semua agama sama. Kemudian saya mulai menginjilinya. Saya memberikan sebuah Kitab Suci dan sebuah buku. Dia sangat senang dan berjanji akan mempelajarinya. Dia juga meminta alamat saya. Inilah sikap rendah hati.

Seringkali orang yang yes-men justru tidak mengerjakan tugas yang sudah disetujuinya. Jadi rendah hati adalah orang yang mau terus merasa tidak cukup dan merasa miskin akan kebenaran, sehingga ia terus akan mengejar kebenaran. Orang-orang seperti inilah yang akan memperoleh Kerajaan Allah. Kerajaan Allah hanya akan diperoleh oleh orang-orang yang rajin dan giat berjuang. Sayangnya begitu banyak orang di dunia yang mau masuk sorga dengan santai-santai dan semaunya sendiri, mau masuk sorga dengan naik limousin.

Saya mendidik anak-anak saya dengan keras. Saya juga mendidik para asisten pendeta saya dengan keras. Mungkin mereka yang tidak tahan akan lepas. Hanya mereka yang berani menghadapi kesulitan dengan semangat juang yang besar, kelak akan jadi. Orang yang punya banyak bakat dan pandai berkhotbah, belum tentu akan menjadi seorang hamba Tuhan yang baik. Yang jadi adalah dia yang puluhan tahun berada di dalam kesulitan dan berani menghadapinya dengan jiwa yang konsisten dan pantang menyerah. Saya sedang menunggu orang-orang seperti ini dari antara para pendengar dan pembaca saya di negara-negara yang saya kunjungi. Kalau tidak saya temukan dalam sekolah teologi yang saya dirikan, saya kecewa, dan saya akan terus mencari ke semua tempat. Saya tahu, setiap tahun ada ratusan orang yang mau menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan, dan yang paling giat belum tentu berasal dari sekolah teologi yang saya dirikan.

Kerajaan Allah tersimpan di dalam diri orang-orang yang percaya yang seharusnya lebih unggul dari orang dunia. Mengapa orang dunia sekolahnya lebih baik dari orang Kristen? Mengapa pelayanan kita kalah dibandingkan dengan orang beragama lain? Mengapa doa kita juga kalah dengan mereka? Mengapa kita justru melihat gejala aneh, di mana yang palingtakut melihat orang Kristen mendirikan gereja adalah gereja. Mengapa kalian melihat orang agama lain mendirikan tempat ibadah mereka, engkau tidak bereaksi apa-apa, sementara kalau melihat gereja didirikan engkau marah? Bukankan engkau dipakai setan? Saya heran, mengapa begitu banyak orang takut kalau Stephen Tong mendirikan gereja di suatu kota? Manakah yang lebih baik, mendirikan gereja atau mendirikan toko kue? Bukankah kita harus mendirikan sebanyak mungkin gereja, asal doktrinnya beres dan pengajarannya setia kepada firman Tuhan. Orang yang berdoktrin benar berhak mendirikan sebanyak mungkin gereja, sedangkan orang yang pengajarannya tidak beres tidak berhak mendirikan gereja. Kini yang terjadi terbalik. Justru kini banyak orang Kristen membiarkan gereja-gereja yang tidak karuan tetap berdiri, sementara itu menjadi sangat ketakutan kalau ada gereja yang benar mau didirikan. Justru di dalam gereja yang benar di situ tersimpan rahasia Kerajaan Allah.

Di dalam gereja ada takhta Tuhan Allah, di dalam gereja ada kebenaran Allah yang harus dipatuhi, di dalam gereja ada umat yang mengakui kedaulatan Tuhan Allah. Jadi Kerajaan Allah ini sudah datang.

Ibrani 12:25-29 mengatakan, “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.”

Berita ini sangat menakutkan, karena di sini diungkapkan perbedaan antara Kerajaan Allah dengan kerajaan dunia ini. Kerajaan dunia ini diwakili oleh Israel, yaitu pada waktu Taurat diturunkan. Pada waktu itu bumi goncang dan bangsa Israel sangat ketakutan. Saat itu seluruh gunung Horeb tertutup asap, di mana Musa sedang menerima dua loh batu yang berisi 10 Hukum Allah. Inilah permulaan dari lambang Kerajaan Allah yang diwujudkan di dalam diri umat Israel. Saat itu dengan segala kedahsyatan Tuhan menyatakan kedaulatan-Nya. Yang mendekati Dia akan mati dihanguskan oleh kesaucian Allah. Dan kini dikatakan bahwa akan terjadi satu kali lagi, di mana bukan hanya bumi saja yang goncang, tetapi sampai ke langit akan goncang. Maksudnya, jika Kerajaan Allah yang sejati itu tiba, tidak ada satu pun manusia atau alam yang bisa bertahan. Ini adalah kehadiran Kerajaan Allah yang abadi.

Saat ini dunia kita sangat berbahaya. Lapisan Ozon sudah berlubang besar. Lebih besar dari benua Eropa; juga panas bumi terus meningkat suhunya. Dunia ini tidak akan menjadi rumah manusia yang baik. Dulu banyak sungai yang memiliki ikan kecil tetapi enak dimakan, tetapi sekarang ikannya gemuk-gemuk namun mengandung banyak racun yang membahayakan manusia yang memakannya, akibat polusi.

Lingkungan dunia kita sudah semakin rusak. Setiap detik, 4000 meter persegi hutan terbakar atau rusak, bisa dibayangkan berapa hektar setiap jam, setiap bulan, setiap tahun. Bencana alam semakin hari semakin sering terjadi, bukan hanya di negara berkembang tetapi di negara super-maju. Setiap tahun, tingkat kemandulan pasangan subur terus meningkat. Mungkin dalam sepuluh tahun lagi, bisa mencapai puluhan persen yang mandul. Stephen Hawkins, seorang fisikawan kondang saat ini, mengatakan bahwa 100 tahun lagi, dunia ini sudah tidak bisa ditinggali manusia. Satu kali lagi, Tuhan Allah, Pencipta langit dan bumi, akan menggoncangkan bumi dan langit. Ini berarti dunia ini akan dihancurkan dan Kerajaan Allah akan ditegakkan di dunia ini secara riil.

Siapa yang mengerti kehendak Allah ini? Siapa yang berada di dalam Kerajaan-Nya ketika Kerajaan Allah itu datang? Jawaban di dalam ayat di atas adalah setiap orang yang menerima Kerajaan-Nya tersebut. Itu berarti hanya bagi orang Kristen, orang yang percaya kepada Kristus, orang-orang yang ditebus oleh Tuhan Allah. Inilah gereja yang sejati, gereja yang tak kelihatan. Inilah orang Kristen yang sungguh-sungguh.

Lalu sebagai gereja yang sejati, anggota Kerajaan Allah yang benar, apakah yang harus kita lakukan? Tentu kita harus melayani Dia dengan sungguh, dengan takut, dengan hormat, dan menuruti semua kehendak-Nya.

Lukas 12:32 mengatakan, “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kepada kamu Kerajaan itu.” Kerajaan Allah telah diberikan kepada “kawanan kecil”, suatu kelompok mionoritas di tengah dunia, orang-orang yang mengenal Kristus sebagai Raja di atas segala raja. Jika kita memang mengharapkan Kerajaan Allah datang, apakah Kristus sudah sungguh-sungguh menguasai hidup Anda? Ketika engkau menyebut Yesus, Tuhan, itu berarti Yesus menjadi Tuhan Anda, menjadi Tuan di atas segala tuan bagi hidup Anda. Ia adalah Raja di atras segala raja. Orang yang sudah mengakui Yesus sebagai Tuhan, tidak akan mengakui diri sendiri sebagai Tuhan, atau orang lain sebagai Tuhan. Hanya Kristus Tuhan yang sejati. Hanya Kristus yang berhak mengontrol kehidupan kita sepenuhnya.

Ketika kita mengharapkan Kerajaan Allah datang, apakah kita sungguh-sungguh membiarkan Kristus menguasai hidup kita? Apakah kita membiarkan Kristus memiliki seluruh hidup kita? Siapakah yang berseru dan menyebut Dia Tuhan, akan diselamatkan. Gereja berada di dalam Kerajaan Allah karena Kerajaan Allah yang akan datang terwujud di dalam diri semua orang Kristen di seluruh dunia di segala zaman, yang mengakui Kristus sebagai Tuhannya; dan Gereja menyimpan rahasia seluruh Kerajaan Allah dan menantikan Kerajaan Allah itu terjadi secara sepenuhnya. Itu sebabnya Gereja berdoa, “Bapa kami yang di sorga.....datanglah Kerajaan-Mu.” Jadilah orang Kristen yang sungguh-sungguh berada di dalam Kerajaan Allah.

BAB III : KERAJAAN ALLAH, GEREJA dan PELAYANAN.

PELAYANAN

A. SYARAT PELAYAN YANG MUTLAK : KELAHIRAN KEMBALI

Kita telah membicarakan tentang Kerajaan Allah, yang dilambangkan oleh Israel dan kemudian dinyatakan oleh Gereja. Israel sebagai lambang, memberikan tiga makna penting, yaitu: monoteisme, pengorbanan darah dan teokrasi. Hal ini memperngaruhi dan berdampak besar dalam pemikiran agama-agama di dunia. Tiga konsep ini sangat penting dalam pembentukan konsep Kerajaan Allah. Di dalam Kerajaan Allah hanya ada satu Raja dan satu Tuhan yang berkuasa dan berdaulat atas seluruh dunia secara universal. Inilah Perjanjian Lama.

Perjanjian Baru diberikan kepada Gereja, melalui beberapa tanda, yaitu darah Yesus Kristus, dan Sakramen. Ini merupakan janji yang kekal (Eternal Covenant) - Ibrani 12. Semuanya dikaitkan di dalam Kristus, di mana orang-orang suci disempurnakan rohnya (bukan secara aktif, tetapi pasif). Ini menunjukkan bahwa penyucian bukan melalui api penyucian di mana manusia harus dibersihkan untuk bisa menghadap Tuhan, tetapi justru Tuhan yang membersihkan melalui darah Kristus.

Dengan ini kita mendapatkan Kerajaan yang tak tergoncangkan. Dengan demikian, kita melihat adanya kaitan yang sangat erat antara Gereja dan Kerajaan Allah. Di dalam konsep Teokrasi, maka Allah yang berdaulat dan memegang perintah tertinggi, sehingga manusia harus taat kepada-Nya. Setiap warga Kerajaan Allah seharusnya melayani Rajanya, yaitu Tuhan Allah.

Matius 18:3 mengatakan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi sepertia anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Perkataan ini merupakan perkataan Tuhan Yesus sendiri, berarti orang yang berada di dalam Kerajaan Allah adalah orang yang bertobat, dan orang yang bertobat adalah orang-orang yang seperti anak-anak kecil. Mengapa pertobatan menjadi syarat yang mendahului kita masuk ke dalam Kerajaan Allah?

Pertobatan menyatakan sifat berubah total dengan keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengalami anugerah di dalam Kerajaan Allah. Ketika Nikodemus bertemu dengan Tuhan Yesus, dan menanyakan, apakah ia harus kembali masuk ke dalam rahim ibunya untuk dilahirkan kembali, maka Tuhan Yesus menjawab, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang dan ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” (Yohanes 3:4-8). Itu berarti, kelahiran kembali bukan berarti kita masuk ke dalam rahim ibu lagi. Itu sesuatu yang mustahil. Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yohanes 3:3).


Orang yang mendapat bagian dalam Kerajaan Allah adalah orang yang dilahirkan kembali. Dalam bahasa Yunani, kata ini juga diartikan sebagai “dilahirkan dari atas”. Maka ayat kunci di sini adalah ayat 6, “apa yang dilahirkan dari daging adalah daging, dan yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” Berarti, kalau manusia menjadi anggota warganegara kerajaan dunia ini, hanya perlu dilahirkan satu kali, yaitu dilahirkan secara daging. Tetapi jikalau engkau mau dilahirkan sebagai warganegara Kerajaan Allah, engkau perlu dilahirkan satu kali lagi, yaitu dilahirkan oleh Roh. Ini bukan dilahirkan secara jasmani, bukan dilahirkan dari dunia ini, tetapi dilahirkan dari atas, dilahirkan dengan air dan Roh. Air melambangkan penyucian, pembersihan melalui pertobatan, sedangkan Roh Kudus melambangkan hidup baru yang datang dari Tuhan Allah sendiri, bukan dari manusia. Ayat ini sangat berkaitan erat dengan Yohanes 1:12-13, di mana dinyatakan perbedaan antara lahir dari dunia dan lahir dari atas: “Tetapi semua yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya, orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”

Jelas bahwa orang yang diberi hak dan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, tidak dilahirkan oleh daging, bukan dari tahim ibu. Mereka tidak dilahirkan oleh keinginan laki-laki. Jadi bukan merupakan hasil hubungan manusia dengan manusia, sehingga kelahiran rohani itu terjadi. Di sini dinyatakan bahwa orang itu dilahirkan oleh Roh Kudus, oleh Tuhan Allah sendiri. Maka istilah “diperanakkan pula” di dalam Alkitab mempunyai empat sinonim, yaitu:

1. Dilahirkan dari Allah

2. Dilahirkan oleh Roh Kudus

3. Dilahirkan melalui Firman

4. Dilahirkan melalui Injil.

Ke-empat istilah di atas menunjuk pada peristiwa yang sama. Orang yang diperanakkan pula adalah orang-orang yang dilahirkan oleh Allah sendiri. Orang yang diperanakkan pula adalah orang-orang yang dilahirkan oleh Roh Kudus, orang yang diperanakkan pula adalah orang-orang yang dilahirkan melalui proses mendengarkan firman Allah, dan oirang yang diperanakkan pula adalah orang yang dilahirkan melalui jasa Kristus yang mati dan bangkit, yang dinyatakan dalam Injil, yang menyebabkan kita mendapatkanhidup yang baru. Jika kita sudah melihat keutuhan dari ke-empat pengertian ini, kita baru mengerti apa yang disebut sebagai diperanakkan pula (dilahirkan kembali). Setiap kali saya mengajar Soteriologi (Doktrin Keselamatan Kristen), saya selalu memberikan pertanyaan ujian: “Silahkan memberikan definisi tentang diperanakkan pula!” Dan saya melihat setelah satu semester belajar topik ini, tetapi banyak mahasiswa yang masih belum mampu membuat definisi dengan jelas dan tepat.

1. Dilahirkan dari Allah.

Inisiatif “diperanakkan pula” datangnya dari Allah, bukan dari manusia. Sebagaimana kita dilahirkan di dalam dunia bukan atas kehendak kita, demikian pula kelahiran baru kita. Kita dilahirkan bukan atas keinginan atau permintaan kita untuk dilahirkan. Kita hanya dilahirkan secara pasif yang memungkinkan kita untuk mempunyai kuasa aktif.

Ketika manusia mempunyai kekuatan aktif untuk mengerjakan sesuatu atau memilih dan memutuskan sesuatu, semuanya itu tersimpan di dalam suatu hidup yang datangnya dari suatu kepasifan. Kita tidak ingin dan minta dilahirkan, dan ketika orang tua kita menikah dan kita dilahirkan secara pasif tanpa punya kekuatan untuk menentukan sama sekali. Demikian pula dalam keluarga Kerajaan Allah.

2. Dilahirkan oleh Roh Kudus

Kita dilahirkan di dalam Kerajaan Allah bagaikan angin yang bertiup menurut yang dikehendakinya. Hal ini jelas bukan ingin membicarakan masalah geografi, cuaca atau meteorologi, tetapi tentang keterbatasan manusia, di mana angin memiliki kemauannya sendiri yang melampaui keinginan manusia. Di dalam bagian ini, Alkitab menggunakan dua simbol untuk menyatakan Roh Kudus, yaitu seperti api, dan seperti angin. Angin bertiup menurut kemauannya sendiri, berarti menurut kedaulatan Roh Kudus. Ia memberikan hidup kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan bukan tergantung jasa manusia atau syarat manusia atau keinginan manusia tersebut. Kelahiran kembali mutlak menurut inisiatif dan kedaulatan Tuhan Allah sendiri.

Pada saat pertama kali anda digerakkan begitu hebat oleh suatu bagian firman Tuhan, di mana sejak saat itu Anda mengalami perubahan yang drastis dalam hidup Anda. Anda yang tadinya berkeras melawan Kristus, tiba-tiba saat itu engkau menyadari kesalahanmu dan mulai mau bertekad untuk mengikut Kristus. Firman Tuhan itu menggugah konsep dan cara berpikir Anda, membentuk wawasan dan arah baru bagi hidup Anda, sehingga Anda tidak lagi pernah kembali ke jalan yang lama. Saat itu, jika Anda sadari, maka firman Tuhan atau khotbah yang Anda terima itu bukanlah pilihan atau kehendak Anda. Ketika khotbah atau bagian firman itu menyentuh hati Anda, itu bukan kehendak Anda, tetapi itu adalah kehendak Allah. Mungkin sekali, pada saat itu sebenarnya Anda tidak ingin mengikuti atau datang di kebaktian, tetapi ada orang yang mengajak Anda dan mendorong Anda untuk hadir. Akhirnya Tuhan bekerja justru melalui kebaktian tersebut untuk merubah hidup Anda. Seandainya engkau tidak hadir, maka perubahan itu tidak terjadi. Ini semua bukan karena pilihan dan kehendak kita, tetapi mutlak karena Tuhan yang menghendakinya.

Maka, angin bertiup menurut kehendaklnya sendiri, sama seperti juga Roh Kudus bekerja menurut kedaulatan, bijaksana dan inisiatif-Nya sendiri. Akibatnya, engkau menyesali dosamu, engkau menyadari semua tingkah lakumu, dan engkau merubah arah hidupmu. Itu adalah akibat dari inisiatif Tuhan yang mendorong manusia itu untuk menjadi aktif, Inilah kuasa dan kedaulatan aktif Tuhan yang menggerakkan manusia dari posisi pasif menjadi berkuasa dan berkemauan aktif untuk bertindak dan mengambil keputusan. Manusia dilahirkan kembali, diberi hidup baru, sehingga kini ia bisa aktif untuk hidup bagi Tuhan, hidup menghadap kepada Tuhan dan mau memuliakan Tuhan.

Kemauan sehingga Anda mempunyai kehidupan yang baru, disebut sebagai “diperanakkan pula”. Maka diperanakkan pula bukanlah inisiatif manusia, tetapi inisiatif Tuhan Allah sendiri. Yohanes 1:12-13 menyatakan hal itu, bahwa kelahiran itu dari Allah. Allah Bapa memilih, Allah Anak menebus, dan Allah Roh Kudus memperanakkan kita.

3. Dilahirkan melalui Firman Tuhan

Paulus berkata: “Aku sedang menanti dengan sabar sampai Kristus berbentuk di dalam hati kalian.” Di sini Paulus bagaikan seorang wanita yang hamil, yang sedang menantikan matangnya buah kehamilan itu, sampai melahirkan. Di dalam kehamilan itu terbentuk urat, tulang, daging, setiap organ tubuh, sampai seluruhnya jadi, maka setelah semuanya ada, terjadilah proses kelahiran baru. Melalui pembahasan ini, saya ingin Anda mempunyai konsep kelahiran kembali atau diperanakkan pula dengan lebih jelas dan tepat.

Kita perlu menyadari bahwa sebelum kita sadar diperanakkan pula, Roh Kudus sudah bekerja di dalam hati kita untuk waktu yang cukup lama. Ada orang-orang yang telah mendengar firman dan mendengar firman, semakin hari semakin mengerti kebenaran, sampai suatu saat ia baru sadar akan dosanya, dan bertobat. Jadi jika ada orang Kristen yang tidak tahu persis bilamana ia diperanakkan pula, Anda tidak perlu kuatir. Memang ada orang yang tahu persis kapan dia menerima Tuhan Yesus, dilahirkan kembali, sampai tanggal, jam menitnya tahu. Jangan Anda rendah diri karena Anda tidak bisa mengetahui seperti itu, lalu meragukan keselamatan Anda.

Paulus sangat jelas tahu waktu ia diselamatkan, yaitu pada saat perjalanan ke Damsyik. Tetapi Petrus atau Yohanes tidak jelas kapan waktu tepatnya ia diselamatkan. Apakah Petrus diselamatkan setelah ayam berkokok dua kali? Atau ketika ia memberikan pengakuan imannya? Tidak jelas. Jadi memang ada dua macam orang Kristen. Di RRC ada aliran yang selalu mempertanyakan keselamatan orang Kristen. Bagi mereka, jika orang Kristen tidak menangis cukup lama untuk menangisi dosa, maka dianggap belum diselamatkan. Akibatnya, banyak orang ketakutan, dan demi untuk dianggap selamat, jadi menangis berhari-hari. Ini menimbulkan doktrin yang menyesatkan.

Saya sendiri bertobat pada 1 Januari 1957, 16.13 wib. Saya sedang berjalan dari stasiun Semut ke Baluwerti di Surabaya. Sampai di dekat tugu Pahlawan, firman Tuhan yang pernah saya dengar di sebuah kamp pemuda, tiba-tiba bekerja begitu dahsyat. Dan mendadak saat itu saya sadar bahwa Kristus mati untuk Stephen Tong. Di tengah jalan itu saya sadar bahwa saya adalah orang berdosa, dan saat itu saya bersyukur kepada Kristus yang telah menjadi Juruselamat bagi saya, mati bagi saya, menebus dosa saya. Saat itu hidup saya diubah dengan jelas. Tetapi ada orang lain yang tidak jelas saatnya. Yang jelas saatnya tidak boleh sombong, dan yang tidak jelas saatnya tidak boleh rendah diri.

Tetapi kalau pada hari itu saya disadarkan sebagai orang yang diselamatkan, proses keselamatan bagi saya tidak terjadi pada hari itu saja. Dari sejak kecil Tuhan telah mempersiapkan saya dengan membuat saya bisa mendengar firman. Tuhan mempersiapkan saya di dalam masa yang panjang, bagaikan suatu masa kehamilan, sampai suatu saat saya dilahirkan.

Ketika 2 tahun saya dibaptiskan anak, dan pada usia 5 tahun mengikuti sekolah minggu, lalu di kota Xia Men, saya ikut orang tua saya ke bukit doa untuk berdoa di sana. Sejak usia 8 tahun, setiap kebaktian kebangunan rohani saya ikuti. Antara 12-13 tahun, setiap kali ada kebaktian kebangunan rohani, saya maju ke depan untuk menerima Tuhan. Mungkin lebih dari 50 kali saya maju ke depan, karena tidak terlalu tegas panggilan itu bagi saya. Terkadang saya meragukan lagi panggilan saya. Sampai satu hari, saya betul-betul sadar Kristus mati bagi saya. Firman Tuhan begitu berbicara di dalam hati saya. Saat itu saya tidak bisa tahan. Saya berlari ke rumah yang masih 2 km jauhnya, ingin memberitahu ibu saya bahwa saya sudah diselamatkan.

Momen ini menjadi begitu berarti bagi saya, karena satu tahun sebelumnya saya jatuh dalam dosa. Bukan dosa berzinah atau menipu atau licik, karena saya berjuang dari sejak muda, dan berhasil menjadi pemuda teladan. Saya berdosa, karena khususnya selama satu tahun terakhir itu, saya tidak lagi sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Saya mulai percaya pada komunisme, pada ateisme, pada evolusi, pada dialektikal-materialisme. Saya percaya bahwa Allah itu sebenarnya tidak ada dan hanya merupakan penghiburan jiwa belaka.

Saya memang tetap ke gereja karena ibu saya begitu cinta Tuhan, sehingga kalau saya tidak ke gereja, pasti ibu saya akan susah luar biasa. Saya hanya memikirkan bahwa ibu saya itu kuno dan sudah ketinggalan zaman. Saya ke gereja hanya untuk menyenangkan ibu saya. Di gereja, saya tidak sungguh-sungguh mendengarkan dan lebih menantang khotbah para pendeta. Ketika pendeta khotbah dengan keras dari mimbar, saya di bawah hanya memikirkan dan melawan dalam hati, apakah dia bisa meyakinkan saya untuk jadi Kristen.

Sekarang setelah saya jadi pendeta, saya merasakan bahwa pada saat saya berkhotbah, banyak juga orang yang datang ke kebaktian dengan sikap seperti saya dulu. Tetapi heran sekali, ketika saya melihat orang-orang seperti itu, saya bisa lebih mengerti mereka. Tentu karena saya sudah dipersiapkan oleh Tuhan melalui bagaimana saya dulu seperti mereka. Dan hal itu membuat saya terdorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menjadi kesulitan banyak orang. Oleh sebab itu sejak tahun 1961 saya bertekad untuk mulai menjawab pertanyaan di setiap kebaktian yang saya pimpin, sehingga menolong orang yang mengalami kesulitan seperti yang saya alami dulu. Setiap pertanyaan yang saya bisa jawab akan saya jawab.

Jadi kita melihat bahwa ketika seseorang bertobat pada suatu saat, sebenarnya kita harus menyadari bahwa proses pertobatan itu sudah berjalan sebelumnya, yaitu melalui firman Tuhan yang berulang kali kita dengar. Sama seperti ketika seorang anak lahir, sebenarnya sudah ada 9½ bulan proses kehamilan yang terjadi. Maka Paulus berkata. “Aku menanti Kristus terbentuk di dalam hatimu sampai engkau betul-betul bertobat.” Cara Roh Kudus bekerja di dalamn diri seseorang adalah dengan memakai firman untuk membentuk orang tersebut. Ketika firman Tuhan bekerja di dalam otak atau rasio Anda, ia akan membentuk pikiran Anda. Itulah tujuan pewahyuan firman Tuhan bagi kita.

“Allah menciptakan otak. Allah mewahyukan Kitab, supaya Kitab menjadi pedoman otak.” Jika mimbar sungguh-sungguh memberitakan firman, maka kebaktian itu akan berbeda hasilnya. Pada saat itu, Kitab akan menguasai dan memimpin otak. Demikian juga, ketika Anda sungguh-sungguh memperhatikan dan mempelajari firman, maka kebenaran itu bagaikan kilatan api yangmenerangi pikiran Anda. Ini yang menyebabkan pikiran kita terbentuk. Firman akan menjadi suatu jaringan yang saling berkait satu demi satu membentuk pemikiran kita. Salah satu penekanan di dalam Teologi Reformed adalah: “Berpikir seturut dengan pikiran Allah.” (To think after God’s thinking). Juga kita harus berperasaan seturut perasaan Allah, dan berkehendak seturut kehendak Tuhan. Inilah wawasan Kristiani, di mana firman Tuhan sudah memimpin pikiran kita.

Pembentukan sedemikian menyebabkan manusia memiliki pengertian firman yang mendahului cinta dan kerinduan kita untuk terus bertumbuh di dalam pengertian firman. Kalau ia baru mengerti sebagian firman, ia tidak mau berhenti di situ. Ia akan terus mau mengerti lebih banyak lagi.

Seperti seorang kolektor yang ketika mendapatkan satu barang, dia akan mengejar barang-barang lainnya untuk menjadikan koleksinya semakin lengkap. Jika Saudara mengerti satu simphoni yang begitu indah dari Beethoven dan sangat menyukainya, maka Saudara akan mulai mencari tahu berapa banyak simphoni yang dibuat oleh Beethoven dan mulai berupaya untuk mendapatkannya satu per satu. Setelah dapat semua, Anda mulai lagi mencoba mencari tahu bahwa selain simphoni apa lagi yang digubah oleh Beethoven, maka Anda mulai mencari concerto, sonata, fidelio (satu-satunya opera), double-concerto. Setelah itu, Anda mulai mencari penggubah lainnya, seperti Mozart, dan mulai mengejar satu-persatu, lalu yang lain lagi.

Orang yang sungguh-sungguh mengerti firman Tuhan akan juga bersikap sedemikian. Ia akan terus harus belajar firman Tuhan dan mau mengerti kebenaran firman Tuhan. Ia tidak mungkin akan mengatakan, “Saya hanya mau Yohanes 3:16, maka yang lain saya tidak perlu lagi”. Itu bukan orang Kristen yang sunggguh. Itulah sebabnya di mana Roh Kudus sebenarnya sedang memimpin Anda untuk masuk ke dalam seluruh kebenaran.

Kita dilahirkan oleh Allah, oleh Roh Kudus, dan oleh firman. Firman dapat melahirkan kita karena Firman adalah firman yang hidup. Maka ada hidup Tuhan yang terkandung di dalam firman Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan bahwa “Perkataan-perkataan yang Kukakatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” (Yohanes 6:63).

4. Dilahirkan melalui Injil

Di sebutkan dilahirkan melalui Injil karena Firman itu juga adalah Injil. Seluruh firman itu terkandung Injil yang konkrit di dalam sejarah. Yesus dilahirkan secara inkarnasi merupakan peristiwa sejarah yang sejati. Yesus ditangkap dan dipaku di kayu salib, merupakan peristiwa sejarah yang sejati. Yesus dikuburkan juga merupakan peristiwa sejarah yang konkrit. Yesus bangkit dari kematian dan naik ke sorga juga merupakan peristiwa sejarah yang sungguh-sungguh terjadi, dan Yesus akan datang kembali, jiuga merupakan peristiwa yang pasti akan terjadi juga. Inilah yang disebut sebagai Injil. Berita yang sangat nyata terjadi. Injil seperti ini berbeda dari semua pandangan agama dunia.

Tidak ada Juruselamat yang riil dalam sejarah di dalam konsep agama-agama, karena yang mereka miliki hanya pemimpin agama yang riil dalam sejarah. Berbeda dengan Yesus Kristus yang sungguh-sungguh hidup, yang disalibkan dan bangkit pada hari yang ketiga, lalu naik ke sorga. Melalui Injil, kita mendapatkan hidup yang baru di dalam Kristus.

Inilah ke-empat hal makna kita diperanakkan pula yang membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Allah. Jadi apakah setiap anggota gereja yang kelihatan sudah diselamatkan? Jawabnya: Tidak tentu semua sudah diselamatkan. Oleh karena itu, penginjilan tidak hanya dilakukan untuk orang-orang di luar gereja, tetapi juga harus dilakukan di dalam gereja, agar banyak orang Kristen yang ikut-ikutan, atau karena iseng, atau karena diajak teman, atau mempunyai banyak motivasi lain yang salah ke gereja, bisa mendengar Injil dan diperanakkan pula.

Sebagian orang diselamatkan bukan di dalam sebuah kebaktian kebangunan rohani, tetapi justru di dalam kebaktian minggu yang memberitakan Injil. Sebagian orang diselamatkan melalui penginjilan pribadi, dan sebagian orang dalam suatu peristiwa khusus yang tak terulang lagi. Saya diselamatkan melalui sebuah retreat atau kamp penginjilan, tetapi terjadinya perasaan berdosa dan diselamatkan justru bukan dalam kamp tersebut, namun dalam perjalanan pulang. Saat itu udara begitu cerah dengan langit yang biru. Saya memandang ke langit dan bersyukur mengerti bagaimana Tuhan memelihara dan menolong saya. Setelah saya mnemandang ke bawah, saya melihat manusia-manusia yang berjalan di jalan tersebut, dan hati saya pedih karena melihat mereka sedang berjalan menuju ke neraka; mereka belum diselamatkan. Muncullah suara dalam hati saya: “Maukah engkau menyelamatkan mereka? Maukah engkau menjadi hamba Injil untuk menyelamatkan mereka?” Lalu saya ingat 5 tahun yang lalu saya pernah berdiri menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, yang telah saya lupakan. Hari itu saya segera pulang dari kamp karena malam itu ada latihan konser untuk terakhir kali sebelum tampil. Saya salah seorang anggota koor, di mana kami akan menyanyikan salah satu karya yang paling sulit dari Haydn, Die Jahreszeiten. Malam itu saya berdoa, ”Kehendak-Mu jadilah.”

Tiga hari kemudian, 8 Januari 1957, saya betul-betul sadar bahwa Tuhan memanggil saya. Saya sadar, bahwa angin bertiup ke mana, itu berdasarkan kehendaknya, demikian juga pekerjaan Roh Kudus. Orang yang berbagian dalam Kerajaan Allah adalah orang yang telah diperanakkan pula.

Di dalam Gereja tersimpan rahasia Kerajaan Allah. Di dalam Gereja terkandung gereja yang tidak kelihatan, yaitu orang-orang yang telah sungguh-sungguh diperanakkan pula. Gereja yang kelihatan, terkadang beranggota banyak, padahal tidak tentu semua dari mereka sudah diselamatklan. Maka Gereja yang kelihatan tetap tidak identik dengan Kerajaan Allah, tetapi Gereja yang tidak kelihatan identik dengan Klerajaan Allah. Orang Kristen yang sejati adalah identik dengan anggota Kerajaan Allah.

B. SYARAT PELAYANAN YANG PENTING : HIDUP KRISTEN

Jika demikian, mengapa orang percaya harus menjadi seperti anak-anak? Orang percaya yang sunggguh-sungguh, polos dan tulus seperti anak kecil. Mereka tidak bisa licik dan pura-pura. Orang Kristen harus polos dan tulus, tetapi tidak boleh bodoh. Kita harus tulus seperti merpati, tetapi cerdik seperti ular. Jadi orang Kristen itu harus menjadi orang yang baik dan pandai. Celakanya, orang pandai jarang yang baik, dan yang baik jarang pandai.

Di New York ada orang yang begitu mendesak mengajak saya makan, sehingga saya menyangka dia ingin bertanya beberapa hal atau ingin konseling. Tetapi ternyata tidak ada hal serius yang dibicarakan. Setelah itu saya pergi berkhotbah. Lalu seorang penatua memberitahu saya bahwa dia mengundang saya karena ingin tahu apakah saya cukup pandai atau tidak. Dari khotbah saya, dia menduga saya cukup pandai; tetapi dia ingin diyakinkan melalui berbicara langsung dengan saya. Sekaligus mau menguji sifat saya. Kesannya pada penatua yang masih keluarga dekatnya, “Setelah bertemu dengan Stephen Tong, ternyata di dunia ini masih ada orang pandai yang polos seperti dia. Di dunia sekarang ini, apalagi seperti di New York begini, sulit mencari orang yang pandai dan baik. Kebanyakan yang pandai tidak baik dan yang baik bodohnya luar biasa.” Saya baru sadar bahwa saya sedang dijebak dan diuji orang. Tetapi itu menyadarkan saya bahwa di setiap saat, sebagai orang Kristen kita harus bisa menampilkan sifat sebagai warga Kerajaan Allah, yang berbeda dari mereka yang berada di dalam kerajaan dunia.

Manusia selalu mengintai apa yang saudara katakan dan lakukan. Dari situ mereka akan mencatat dan menilai apa yang kita lakukan. Dari situ seringkali orang bukan Kristen sulit menjadi Kristen, karena mereka melihat reaksi Anda. Mereka tidak melihat anak-anak dalam Kerajaan Allah lebih baik daripada anak-anak dalam kerajaan dunia. Jika orang Kristen berdagang lebih licik dan lebih jahat dari orang dunia, maka meskipun Anda diperlengkapi dengan banyak teori penginjilan, mulut Anda tidak bisa berkuasa, karena tidak ada ‘buah’ hidup yang menyertainya. Oleh karena itu kita yang berada di dalam Kerajaan Allah harus berbeda total dengan orang yang hidup dalam kerajaan setan. Apa perbedaannya?

Di dalam Kerajaan Allah hanya ada satu prinsip yang dipakai Tuhan untuk memerintah seluruh umat-Nya, yaitu prinsip kebenaran (Yunani: diakaiosunh). Di dalam kerajaan setan hanya ada satu prinsip untuk memerintah seluruh umat yang ada di bahwa tangannya, yaitu prinsip dosa. Di dalam kerajaan setan, sifat dosa menjadi sangat menonjol dan menjadi ciri utama. Sedangkan di dalam Kerajaan Allah sifat kebenaran menonjol dan menjadi ciri utama. Apa yang dikatakan dan dilakukan mempunyai “kompas”, sehingga apa yang tidak harus dikatakan tidak dikatakan, dan yang tidak boleh dilakukan tidak dilakukan. Semua itu dikontrol oleh kebenaran. Kebenaran menjadi “kompas” yang mengontrol,. Mengarahkan dan memimpin seseorang untuk apa yang dikatakan dan dilakukannya. Inilah ciri yang membedakan kita yang berada di dalam Kerajaan Allah dengan yang berada di dalam kerajaan setan.

Apakah kita sudah sempurna benar? Tidak! Kita melihat seperti Paulus, bahwa di dalam dunia ini kita tidak menganggap sudah sempurna atau sudah mencapai garis akhir, tetapi berjuang, berusaha sekuat tenaga untuk mencapai apa yang Tuhan telah janjikan ketika memanggil kita (Filipi 3:12-14). Itulah sebabnya kita menunggu sambil merubah diri. Di dalam transformasi melalui reformasi, kita menuju kepada kesempurnaan yang dijanjikan dan diwujudkan oleh Kristus. Ini merupakan doa dari anak-anak Tuhan di dalam Kerajaan Allah, yang terungkap dalam Matius 6:33, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.”

Doa adalah suatu keinginan mendasar di dalam hidup seseorang, yang diutarakan dari sedalam-dalamnya diri kita. Doa merupakan pernyataan keterbatasan diri kita, ketidak-mampuan kita, yang menyebabkan kita datang kepada Dia. Doa juga merupakan suatu pengakuan bahwa Allah satu-satunya sumber kehidupan dan kecukupan berkat. Doa juga merendahkan diri di bawah takhta Tuhan. Doa bukan keras-keras berteriak memaksa Tuhan, atau memukul-mukul meja atau membanting kursi. Melalui doa sekarang kita harus mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, dan melalui doa kita menantikan langit baru dan bumi baru akan tiba ke dalam dunia di mana di dalamnya terdapat kebenaran (2Petrus 3:13).

C. PELAYANAN KRISTEN BERWAWASAN KERAJAAN ALLAH

Di dalam dunia ini, kita melihat di dalam Gereja Tuhan, banyak orang yang palsu di dalamnya. Biarlah gandum dan lalang sama-sama bertumbuh, tetapi biarlah mereka yang sungguh-sungguh umat Tuhan berada di dalam Kerajaan Allah. Mereka yang berada di dalam Kerajaan Allah sungguh-sungguh mencari kebenaran Allah, takluk pada kuasa Allah, takluk pada kehendak Allah, menanti datangnya langit baru dan bumi yang baru, di mana di dalamnya ada kebenaran-keadilan Allah.

Mulai saat ini, hendaklah kita senantiasa sadar bahwa kita adalah milik Kerajaan Allah. Jika kita melihat dunia yang semakin hari semakin terpecah-belah, setiap bagian mau memerdekakan diri, Alkitab mengatakan bahwa dunia ini akan goncang. Kerajaan Allah adalah Kerajaan yang tak tergoncangkan. Dan jika kita adalah warga Kerajaan Allah, maka kita harus mematuhkan diri untuk takluk kepada Raja di atas segala raja itu. Orang Kristen sejati akan melihat Kerajaan Allah melampaui semua kerajaan dunia. Orang Kristen sejati akan melihat Kerajaan Allah lebih dari semua denominasi gereja. Orang yang hanya mau melayani denominasimu sendiri dan tidak peduli dengan seluruh pekerjaan Allah secara global, hanyalah orang denominasi dan bukan orang Kerajaan Allah.

Gereja kita yang berdenominasi hanya merupakan salah satu pos penginjilan dari Kerajaan Allah yang besar dan universal. Jadi jika kita hanya melayani satu denominasi dan tidak memikirkan seluruh Kerajaan Allah, maka kita tidak melayani Kerajaan Allah. Kita harus mencari Kerajaan Allah lebih dari sekedar denominasi atau gereja lokal kita saja.

Terkadang saya mengeluh atas sikap murid-murid saya, yang ketika mengundang saya untuk kebaktian kebangunan rohani, hanya memikirkan gereja mereka sendiri. Mereka hanya peduli dengan gereja di mana mereka melayani, dan mereka tidak mempunyai pemikiran untuk seluruh kita, seluruh dunia, seluruh orang Kristen yang sesungguhynya dari semua denominasi.

Jangan letakkan saya ke dalam program Anda, kalau program Anda hanya memikirkan kepentingan lokal saja. Kalau itu menjadi beban Anda, silahkan kerjakan sendiri. Saya mengerti bahwa beban yang diberikan Tuhan kepada saya jauh lebih besar dari sekedar sebuah gereja lokal. Saya harus melayani ke semua kota, ke semua negara. Saya mengerti apa yang harus saya khotbahkan, tidak perlu menetapkan tema untuk saya melakukan Seminar Pembinaan Iman Kristen.

Saya menekankan kepada jemaat di Gereja Reformed Injili Indonesia yang saya dirikan, bahwa jangan menganggap kalau mereka semakin mencintai GRII sampai lebih daripada mencintaiTuhan, itu baik. Kalau orang lebih cinta gereja ketimbang cinta Tuhan, ia sedang berdosa sambil mencintai gereja. Ketika saya mengatakan ini di sebuah gereja, maka jemaat dan majelis gereja itu marah. Saya bukan mengatakan tidak boleh mencintai gereja di mana kita berada, tetapi kalau sudah lebih daripada mencintai Tuhan dan Kerajaan Allah, itu berdosa. Kerajaan Allah lebih besar dari gereja kita sendiri. Jika Anda tidak mengerti konsep seperti ini, maka Anda akan terikat dan diikat menjadi budak dari denominasi, administrasi, organisasi yang sangat kecil dan tidak bisa menjadi berkat bagi banyak orang.

Pada tahun 2000, gereja kami memberikan dukungan keluar dari berbagai bahan pelayanan dan penginjilan sebesar Rp.1,8 milyar. Tidak ada gereja yang mau melakukan seperti in. Setiap tahun kami menyisihkan dana untuk menjalankan kepentingan Kerajaan Allah secara umum, bukan untuk denominasi sendiri. Kalau ada orang yang betul-betul melayani, kami mengirimkan dukungan. Ada yang melihat hal itu. Langsung kirim surat dan minta dukungan, saya tidak pedulikan sama sekali. Itu justru menunjukkan orang yang hanya mencari kepentingan sendiri dan bukan mau menjadi berkat buat orang lain.

Dari mana datangnya uang tersebut? Dari persembahan. Persembahan yang masuk ke gereja, disisihkan sebagian untuk mendukung pekerjaan Tuhan di luar gereja sendiri. Padahal gereja sendiri saat itu tidak punya gedung sendiri. Sekalipun demikian, pekerjaan Kerajaan Allah tidak boleh ditunda.

Terkadang saya dalam keadaan lelah harus pergi ke berbagai negara untuk melayani. Tidak ada alasan untuk tidak pergi. Mengapa? Karena Kerajaan Allah lebih besar dari gerejaku. Konsep dan berita seperti ini mungkin sangat tidak menyenangkan telinga banyak pendeta dan majelis, tetapi saya tetap harus mengkhotbahkan dan memberitakannya, karena ini merupakan kebenaran Alkitab. Banyak orang melihat Kerajaan Allah hanyalah diidentikkan dengan tempat pelayanannnya. Marilah kita punya pemikiran yang lebih global.

Jika Anda berdoa, berdoalah untuk misi Kerajaan Allah yang lebih besar. Jangan berdoa hanya untuk lingkup yang kecil. Di dalam persekutuan doa penginjilan, saya selalu menggumulkan berdoa untuk orang-orang yang sangat melawan Tuhan, bagi yang dipengaruhi oleh filsafat yang keras melawan Tuhan, atau berbagai konsep agama lain. Ini adalah misi Kerajaan Allah yang melampaui wilayah dan negara.

D. JABATAN GEREJAWI YANG FUNDAMENTAL

Gereja, bukan hanya gereja saat ini, tetapi gereja sepanjang zaman, sejak mulai dari wahyu diberikan, yaitu kitab Kejadian dan berakhir pada saat Kristus datang kembali, di mana “mempelai wanita” itu akan diangkat dan dipertemukan dengan Kristus sebagai mempelai prianya. Inilah gereja am, yang melampaui tempat dan waktu. Gereja meliputi semua orang yang ditebus di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Ibrani 9:14-15). Orang Perjanjian Baru ditebus setelah Yesus mati, dan orang Perjanjian Lama ditebus sebelum Yesus mati. Jadi khasiat penebusan Kristus melampaui waktu, karena persembahan penebusan Kristus bersifat kekal.

Orang-orang Perjanjian Lama menerima penebusan melalui menanti dan berharap. Mereka menanti dan berharap kehadiran Juruselamat yang menebus dosa mereka (Ayub 19:25-26). Dalam ungkapan Ayub, dinyatakan pengharapan Ayub akan hadirnya Penebus yang hidup dan bangkit. Dan Ayub mengerti bahwa setelah tubuh duniawinya rusak, di dalam kondisi tanpa tubuh, Ayub akan melihat dan memandang Kristus. Saat itu pandangan Ayub memandang pada hari kiamat, di mana ia akan diangkat untuk bertemu dengan Dia. Inilah kepercayaan orang saleh yang sebenarnya belum mengerti secara tepat apa yang terjadi. Tuhan Yesus belum datang, belum lahir, belum dipecahkan tubuh-Nya dan belum tercurah darah-Nya; namun Ayub sudah melihat. Ayub justru hidup sebelum Musa, sebelum Taurat dituliskan.

Di dalam Ibrani 11:8-13 diungkapkan tentang iman Abraham. Melalui apa yang dinyatakan di sini, membuktikan bahwa orang dalam Perjanjian Lama memandang ke depan dan menanti kedatangan Penebus mereka. Mereka yang di Perjanjian Lama memang belum mengetahui akan Kristus, tetapi secara iman mereka memandang ke depan kepada Kristus. Sekali pun sampai mati mereka belum sempat melihat Kristus, tetapi justru hidup mereka tidak dibatasi oleh kematian. Janji Kristus juga tidak dibatasi oleh kematian.

Dari jauh Abraham melihat Yesus Kristus. Ini terlihat di dalam Yohanes 6:56-57. Di sini Tuhan Yesus sendiri mengkonfirmasikan apa yang dipandang secara iman oleh Abraham. Orang-orang Yahudi marah sekali ketika Tuhan Yesus mengatakan hal itu dan mau membunuh Yesus, tetapi Yesus menyingkir dari mereka. Ini suatu sindiran bagi orang-orang Yahudi, karena Abraham yang lahir begitu jauh waktunya bisa melihat Yesus, tetapi mereka yang justru berhadapan muka, begitu dekat, tidak diperkenankan untuk melihat dan mengerti Yesus.

Jadi, gereja bukan sekedar gereja lokal, tetapi gereja yang kudus dan am. Ia melampaui ruang dan waktu, melampaui segala batasan wilayah dan denominasi. Lalu apa yang harus kita lakukan di dalam gereja am ini?

Pelayanan gerejawi meliputi 3(tiga) lapisan: (1) Meliputi jabatan-jabatan gerejawi yang langsung dipilih oleh Tuhan Allah; (2) Meliputi pelayanan jabatan-jabatan yang dipilih dari jemaat; dan (3) Meliputi pelayanan dari semua anggota yang tidak perlu dipilih oleh siapapun. Setiap orang percaya harus mulai mengerti di mana bagian pelayanannya. Dan setelah mengetahui bagian pelayanan yang Tuhan kehendaki, kita harus mencari di mana ladang tempat kita melayani, dan prinsip-prinsip pelayanan yang harus kita tegakkan.

1. Lima Jabatan Yang Dikaruniakan Allah

Pelayanan ini meliputi jabatan rasul, nabi, pemberita Injil (penginjil), gembala (pendeta) dan pengajar (Efesus 4:11). Tuhan Yesus memberikan lima jabatan bagi gereja-Nya.

a. Rasul dan Nabi

Di sini kita melihat urutan rasul diletakkan mendahului nabi, padahal nabi dari Perjanjian Lama dan rasul dari Perjanjian Baru. Apakah ini kesalahan tulis? Tidak! Jika kita bandingkan 1 Korintus 12:28, kita menemukan urutan yang sama. Jadi kita melihat bahwa penempatan rasul justru di tempat pertama, baru kemudian nabi di tempat ke-dua.

Di dalam Perjanjian Baru memang ada nabi, tetapi Tuhan Yesus mengatakan bahwa nabi bernubuat sampai pada Yohanes Pembaptis. Jadi Yohanes Pembaptis yang terakhir. Namun di pihak lain kita melihat ada orang-orang yang disebut nabi di dalam Perjanjian Baru. Jadi siapakah yang dimaksud nabi di sini?

Mari kita melihat perbandingan lagi dalam Efesus 2:19-20. Gereja dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, di mana Kristus sebagai batu penjuru. Istilah nabi di sini jelas mewakili Perjanjian Lama, dan rasul mewakili Perjanjian Baru. Maka istilah “nabi” di sini menunjuk pada nabi Perjanjian Lama. Nabi menuliskan Perjanjian Lama dan rasul menuliskan Perjanjian Baru. Tidak ada gereja didirikan di atas dasar nabi Perjanjian Baru. Nabi-nabi Perjanjian Baru tidak ada yang menubuatkan penulisan Kitab Suci dan menjadi dasar gereja. Jadi kita harus melihat bahwa nabi yang bernubuat untuk firman Tuhan adalah nabi Perjanjian Lama. Kita perlu jelas dengan konsep nabi di sini. Pusat seluruhnya adalah Kristus, sehingga Kristus menjadi penggabung dan pemersatu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Mengapa urutannya dibaliik? Karena Perjanjian Lama mempersiapkan Perjanjian Bnaru. Perjanjian Baru menggenapi dan mengkonkritkan apa yang dibicarakan Perjanjian Lama. Perjanjian Lama menyatakan bahwa Yesus akan datang, dan Perjanjian Baru menyatakan bahwa Yesus sudah datang. Penebus akan disengsarakan, akan dibunuh, akan dikubur di tempat orang kaya dinyatakan oleh Perjanjian Lama, dan Penebus itu sudah disengsarakan, dibunuh dan dikuburkan di tempat Yusuf dari Arimatea, dinyatakan oleh Perjanjian Baru. Semua di Perjanjian Lama merupakan nubuat nabi, dan Perjanjian Baru adalah tulisan rasul.

Jadi, jabatan rasul dan nabi dari lima jabatan yang diberikan oleh Tuhan Allah, menunjuk pada nabi Perjanjian Lama dan rasul Perjanjian Baru. Tetapi mengapa urutannya sengaja dibalik? Hal ini karena ajaran rasul yang menjadi kunci untuk membuka rahasia ajaran nabi. Jika tidak ada penggenapan di dalam Perjanjian Baru, maka tidak mungkin manusia dapat mengerti apa yang dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama.

Jadi semua rahasia di dalam Perjanjian Lama tidak mendapatkan pengertian yang jelas dan benar kecuali kita mengertinya dari sudut Perjanjian Baru. Maka salah satu prinsip penting di dalam Kekristenan adalah bagaimana gereja harus memelihara ajaran para rasul untuk menjadikan gereja tersebut tetap benar. Saat ini banyak gereja-gereja mulai meninggalkan ajaran para rasul, ajaran mereka jauh dari Alkitab. Sekali pun mereka punya anggota beribu-ribu orang, tetapi jika ajaran mereka menyimpang dari ajaran Alkitab, saya tidak akan menganggap itu sebagai gereja yang benar. Dan memang pada akhir zaman, yang setia tidak banyak. Setia pada siapa? Bukan asal gereja bertumbuh secara kuantitas dan menjadi banyak, tetapi gereja yang setia pada ajaran para rasul.

Kisah Para Rasul 2:41-42 mengatakan, ”Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptiskan dan jumlah mereka pada hari itu bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun di dalam pengajaran rasul-rasul, dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”

Inilah hari lahirnya gereja, dan pada hari itu pertama kali gereja didirikan. Cirinya jelas, yaitu: (1) bertekun pada ajaran rasul; (2) persekutuan; (3) memecahkan roti; dan (4) berdoa. Gereja yang sejati harus mendasarkan iman mereka dan pengajaran khotbah mereka pada ajaran para rasul. Gereja yang sejati harus bersekutu dengan sungguh-sungguh saling mengasihi. Gereja yang sejati harus memecahkan roti, mengingat kematian Kristus untuk penebusan dosa, dan gereja yang sejati berdoa dengan sungguh kepada Tuhan. Ciri ini juga sekaligus menjadi ciri dari orang Kristen yang sejati.

Di dalam ayat ini, tidak dibicarakan tentang pengajaran nabi. Hal ini karena kita baru bisa mengerti pengajaran dari nabi dari ajaran para rasul. Yesaya 53 menubuatkan tentang kesengsaraan Kristus dan keadaan manusia. Tanpa Perjanjian Baru dan ajaran rasul, tidak mungkin kita bisa mengerti, bahwa apa yang dibicarakan di dalam Yesaya 53 menunjuk kepada Kristus. Ajaran nabi tidak akan bisa kita mengerti dengan tepat tanpa pencerahan dari Perjanjian Baru.

Sampai hari ini, orang Israel tidak percaya bahwa apa yang dikatakan di dalam Yesaya 53 adalah nubuat untuk Yesus. Mereka beranggapan bahwa Yesaya 53 itu menunjuk pada orang-orang Israel sendiri yang mengalami kesengsaraan dan dibunuh di masa Perang Dunia II sebanyak 6,5 juta orang. Mereka melihat bahwa orang-orang Israel itulah yang menebus dosa mereka. Maka tafsiran para rabbi Israel tetap tidak beres tanpa pencerahan ajaran rasul dalam Perjanjian Baru.

Kita mengetahui bahwa Yesaya 53 menunjuk pada Yesus karena dinyatakan di dalam Kitab Para Rasul. Pada saat itu ada seorang sida-sida dari Ethiopia yang sedang berkendaraan sambil membaca kitab Yesaya. Ia begitu bingung mencoba mengerti apa yang diungkapkan dalam Yesaya 53 tersebut. Maka saat itu Roh Kudus memerintahkan Filipus untuk menemuinya. Filipus yang baru sukses besar melakukan KKR di Samaria, kini diperintahkan dan dibawa ke padang belantara untuk menemui sida-sida ini dan menjelaskan bahwa apa yang dinyatakan Yesaya 53 menunjuk pada Kristus yang mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia (Kisah Para Rasul 8:26-40). Maka Perjanjian Baru adalah kunci untuk mengerti Perjanjian Lama. Itulah sebab yang tepat mengapa di dalam urutan nabi dan rasul, selalu rasul diletakkan di depan.

Jadi di dalam Efesus 4:11, urutan yang pertama adalah rasul, baru nabi. Setelah itu barulah penginjil, gembala dan guru. Jabatan nabi tetap dicantum di sini agar gereja tidak melupakan pengajaran Perjanjian Lama. Sekarang ini rasul dan nabi tidak ada, karena pondasi ini sudah selesai dengan lengkap tertulisnya Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Rasul dan nabi merupoakan pondasi gereja. Jika sampai saat ini masih ada, maka pondasi itu terus berubah, dan itu juga berarti Kitab Suci juga belum lengkap. Ini tidak mungkin dan tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab.

b. Penginjil, Gembala dan Pengajar

Kini ada tiga jabatan lain: penginjil, pendeta dan guru. Ketiganya sederajat, jadi penginjil tidak lebih rendah dari pendetra. Sekarang banyak gereja yang membalikkan posisi penginjil. Yang terpenting justru pendeta. Bahkan posisi penginjil dianggap lebih rendah. Di Alkitab penginjil diletakkan di depan, karena tanpa ada penginjil yang memberitakan Injil, tidak ada orang yang akan percaya dan mengenal Tuhan. Jika tidak ada orang percaya, maka tidak ada orang yang akan digembalakan, jadi tugas gembala tidak diperlukan. Jadi gereja banyak yang tidak bertumbuh karena tidak ada penginjil yang memberitakan Injil. Mereka hanya menggembalakan domba-domba yang melahirkan domba kecil. Maka gereja akhirnya mati. Jika dalam satu gereja ada orang atau hamba Tuhan yang betul-betul giat memberitakan Injil, saya akan sangat menghargai, karena itu adalah prinsip Alkitab. Banyak gereja Reformed yang justru melupakan tugas dan panggilan ini.

Itu alasan saya sangat menyerang gereja-gereja Reformed di seluruh dunia. Gereja Reformed dari Stephen Tong bukan cabang dari Amerika. Saya tidak diutus oleh gereja di Amerika untuk ikut-ikutan buka cabang di Indoensia. Tidak ada satu sen pun gereja Reformed di Amerika yang menunjang atau memberikan subsidi bagi kami. Kalau saya mengundang dosen-dosen dari Amerika, kami membayar tiket pesawat dan memberikan honor kepada mereka. Saya tidak mau Indonesia dihina oleh orang-orang luar negeri. Kalau saya menjadi pembicara utama di dalam sebuah kongres internasional, maka saya membawa uang untuk memberikan persembahan kepada mereka. Bagi saya, orang Indonesia tidak boleh dihina.


Dengan demikian, penginjil mendahului pendeta dan pendeta mendahului guru. Seperti rasul lebih penting dari nabi, karena dari ajaran rasul kita mengerti ajaran nabi, maka penginjil kunci bagi adanya orang yang bisa digembalakan, dan setelah digembalakan baru bisa diajar.

Penginjil sangat penting di dalam gereja, tetapi saya sedih karena banyak gereja tidak lagi mementingkan penginjilan. Lebih menyedihkan lagi, banyak pemuda-pemudi yang menyerahkan diri mau memberitakan Injil, setelah selesai sekolah teologi, justru tidak mau menginjil lagi. Banyak sekolah teologi merupakan pabrik-pabrik yang memusnahkan jiwa penginjilan. Ini dosa besar sekolah teologi. Mengapa? Menjadi penginjil kehidupannya seolah tidak terjamin. Orang yang belum percaya tidak mau menghidupi penginjil, tetapi gereja-gereja mempersiapkan banyak uang dan fasilitas untuk pendeta.

Dalam Amsterdam 86, diselidiki bahwa tidak ada satu pun penginjil Tionghoa yang bisa hidup dari penginjilan. Mereka harus jadi pendeta dan sekaligus menginjil, karena tidak tahu darimana nafkah hidupnya. Semua keadaan ini merupakan penyelewengan dari Alkitab. Saya berharap jika Anda terpanggil untuk menjadi penginjil, maka gereja tempat Anda berbakti sadar dan mendukung sepenuhnya panggilan itu. Gereja harus menguatkan dan menghidupkan orang-orang yang memberitakan Injil.

Saya bertemu dengan seorang pendeta di Singapore, yang sedang giat memberitakan Injil di Malaysia. Dia mengatakan bahwa di Malaysia banyak orang yang begitu responsif terhadap firman Tuhan dan mereka mau percaya. Tetapi orang ini harus jadi pendeta di Singapore, walaupun tidak sukses, karena kalau tidak jadi pendeta, tidak ada nafkah yang bisa didapatkannya. Hal ini menjadikan saya mulai bergumul: apakah STEMI akan dipakai Tuhan untuk menjamin kehidupan pendeta ini, agar ia bisa memberitakan Injil dengan lebih efektif dan giat tanpa perlu menjadi pendeta. Ada orang-orang yang memang Tuhan panggil untuk menjadi penginjil.

Billy Graham sudah menjadi rektor sebuah sekolah teologi, ketika pada suatu malam ia membaca Kitab Suci dan menguji kembali pelayanannya, dan akhirnya ia mengerti bahwa ia terpanggil untuk menjadi penginjil. Ia taat dan akhirnya seumur hidup diabadikan untuk memberitakan Injil. Ia menemukan bahwa ia dikaruniakan panggilan jabatan penginjil. Ia jelas posisinya di hadapan Tuhan. Saat ini banyak pendeta tidak tahu posisinya.

Billy Braham mulai dengan menyewa dan mendirikan tenda yang sangat besar di Los Angeles. Di sana ia berkhotbah berhari-hari dan setiap kali semakin banyak orang yang mendengar khotbahnya. Akhirnya peristiwa ini menggemparkan Amerika Serikat. Sampai satu hari seorang aktor terkenal di Amerika mengetuk pintu hotelnya dan bertobat. Ia mau menjadi orang Kristen, tetapi Billy Graham menolak. Kalau mau bersaksi tidak malam-malam di kamar hotel, tetapi besok di kebaktian, di depan semua orang harus bersaksi dan menyatakan bahwa ia bertobat. Aktor Hollywood ini bersaksi dan ia menyadarkan banyak orang yang tergila-gila pada Hollywood, bahwa bintang film yang dianggap sangat sukses akhirnya harus kembali kepada Kristus. Mereka mulai mengenal Billy Graham. Seorang bom-sex Hollywood, Jane Russell, juga akhirnya bertobat. Hal ini membuat Billy Graham menjadi sangat terkenal. Khotbahnya dihadiri oleh puluhan ribu orang. Billy Graham mengetahui dengan pasti jabatan yang seharusnya.

Setelah banyak orang bertobat, dibawa ke gereja, baru pendeta punya pekerjaan. Pendeta bagaikan suster yang mengurus orang sakit. Lalu yang perlu diajar, akan diajar oleh guru. Kelima jabatan ini merupakan jabatan yang ditentukan oleh Tuhan Allah sendiri, bukan hasil organisasi gereja atau pilihan manusia.

2. Dua Jabatan Yang Dipilih Jemaat

Di sini ada dua jabatan, yaitu: (1) penatua; dan (2) diaken. Sebenarnya posisi mereka tidak lebih tinggi dari pendeta atau penginjil atau guru. Mereka dipilih oleh jemaat. Tidak benar kalau pendeta-pendeta kemudian diatur dan ditekan oleh penatuia-penmatua atau diaken. Maka teologi Reformed mengajarkan bahwa pendeta, penginjil dan beberapa penatua yang mahir dan terlatih membentuk konsistorium, untuk menetapkan strategi gereja, kebijakan dan rencana, sesuai kehendak Allah, dan melaksanakan misi Kerajaan Allah. Diaken melakukan pelayanan administrasi untuk jemaat yang memerlukan.


Penatua bukan dipilih jkarena kaya atau karena tua, tetapi dipilih karena: (1) mengerti firman; (2) jiwanya memiliki kesetiaan untuk memelihara iman; dan (3) mencintai jemaat. Diaken dipilih karena mereka memiliki pengertian yang lebih mahir dalam hal administrasi untuk melayani jemaat. Mereka bukan dipilih secara tekhnis. Mereka harus beriman besar, dipenuhi Roh Kudus, dan memiliki bijaksana, serta mempunyai nama baik di dalam gereja dan di luar gereja. Ada orang yang di dalam gereja mempunyai nama besar, tetapi di luar gereja ia dicaci-maki karena cara berdagangnya yang sangat licik dan tidak mau membayar hutang. Orang-orang yang menjadi penatua dan diaken harus bisa menguasai rumah tangganya. Kalau dia tidak mampu mengurus rumah tangganya sendiri, ia tidak berhak mengurus rumah Tuhan. Kalau ia tidak bisa mendidik anak-anaknya sendiri dengan baik, ia tidak berhak mendidik orang lain.

Lapisan ke-dua ini (penatua dan diaken) tidak pernah lebih penting dari lapisan yang pertama. Prinsip ini harus dipegang dengan keras.

3. Jabatan Awam

Setiap orang Kristen tidak pernah perlu dipilih untuk melayani. Setiap orang Kristen melayani berdasarkan karena ia sudah diselamatkan. Kita terpanggil untuk melayani. Kita diselamatkan untuk bersaksi dan berbagi anugerah. Kita diberi hidup baru untuk menyatakan kehidupan yang sesuai dengan hidup yang baru tersebut.

Kita diberikan bakat untuk melayani. Oleh karena itu, kita harus menemukan semua bakat yang Tuhan berikan itu untuk kita bisa melayani dengan baik. Jikalau Anda bisa memerintah dan mengatur administrasi, mungkin Anda tepat menjadi diaken. Kalau Saudara mempunyai jiwa yang suka menolong orang lain, dan banyak orang merasa mendapat banyak berkat dari bimbingan Anda, munghkin Saudara bisa menjadi penatua atau majelis. Kalau Anda terampil mengajar dan orang merasa belajar banyak dari Anda, mungkin anda terpanggil menjadi seorang guru.

Pelayanan lapisan ke-tiga ini tidak pernah lebih penting dari lapisan ke-dua. Prinsip ini juga perlu kita pegang dengan baik.

E. JADI PELAYAN YANG SETIA

Yang disebut pelayanan gereja Tuhan meliputi tiga lapisan pelayanan dengan masing-masing lapisan mempunyai jabatannya masing-masing. Maka sebagai seorang Kristen, hendaklah kita masing-masing mencari dan mengerti posisi kita seturut panggilan Tuhan, sehingga kita bisa melayani Tuhan secara bertanggung jawab. Saya tidak tahu berapa banyak hal yang Anda pelajari sampai saat ini, tetapi saya berdoa agar setiap Anda bisa semakin menjalankan bagian Anda sesuai fungsi tubuh Kristus di dalam Kerajaan Allah. Kiranya Anda boleh mewujudkan ciri-ciri khas anggota Kerajaan Allah di dalam dunia ini.

Amin.
Next Post Previous Post