ARTI MENJADI SEORANG REFORMED
Pdt. Effendi Susanto, STh.
ARTI MENJADI SEORANG REFORMED. Minggu terakhir bulan Oktober ini adalah minggu yang penting kita merayakan hari Reformasi, hari dimana Gereja Protestan mulai berada.
Kira-kira 500 tahun yang lalu beberapa anak Tuhan walaupun mengalami aniaya, mengalami ketersendirian, tetapi karena tahu apa yang mereka ajarkan adalah kebenaran Alkitab, mereka rela mengorbankan hidup demi untuk kebenaran Tuhan itu. Itu sebab Reformasi menjadi satu gerakan yang tidak bisa ditolak oleh dunia ini.
Walaupun ada tekanan, walaupun ada kekerasan ingin mematikan orang Kristen, tetap Tuhan memberkati gerakan itu. Gereja kita memakai nama “Reformed Injili” sebab kita ingin bahwa tradisi 500 tahun yang lalu, yang sudah dibuktikan oleh jaman, kerinduan untuk kembali kepada kebenaran Alkitab, menafsir Alkitab dengan setia dan menjunjung tinggi kebenaran yang disampaikan oleh Alkitab merupakan dasar dari Reformasi.
Timbul pertanyaan ini: Apakah Reformasi masih relevan bagi jaman ini? Apakah ajaran Reformasi menjadi ajaran penting yang harus kita bawa dan kita pertanggung-jawabkan di tahun-tahun yang akan datang? Jawabannya adalah YA!
Hari ini saya akan membahas beberapa topik yang penting : Mengapa kita menjadi orang Reformed, apa yang penting, yang harus kita pertahankan, apa yang kita bela? Walaupun jumlah kita tidak besar tetapi kita harus memegang prinsip bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat, bahwa Alkitab adalah firman Allah yang sejati, harus menjadi kebenaran yang kita pertahankan dan kita bela.
Apa artinya menjadi orang Reformed? Apa saja kebenaran yang penting yang harus dipertahankan di dalam tradisi Reformasi itu? Martin Luther yang menjadi tokoh mengawali gerakan Reformasi sebenarnya tidak sadar bahwa 95 theses yang ia paku di depan gereja Wittenberg itu akhirnya menjadi benih api yang menjalar dan membakar sehingga timbullah gerakan Reformasi.
Keinginannya cuma satu yaitu sebagai seorang pengajar teologi, dia ingin mendiskusikan dan memperdebatkannya dengan para imam Katolik yang lain karena ada beberapa ajaran yang diajarkan di gereja pada waktu itu ternyata berbeda dengan Alkitab. Salah satu point yang penting di situ adalah ajaran bahwa dosa bisa dihapus dengan cara membeli surat pengampunan dosa yang dikeluarkan oleh gereja yaitu surat indulgences itu tidak diajarkan oleh Alkitab.
Dia paku 95 theses itu, tetapi tidak disangka-sangka menjadi percik api yang membakar dan menjalar. DI dalam pernyataannya Martin Luther menekankan satu hal yang penting, jatuh bangunnya Gereja berdasarkan satu doktrin yang tidak boleh dikompromikan yaitu kita dibenarkan bukan karena usaha dan jasa kita tetapi semata-mata karena kasih karunia Allah. Justified by faith alone.
Maka Paus Leo X mengambil keputusan untuk mendisplin Luther di depan satu pertemuan yang dinamakan the Edict of Worms dimana para pemimpin dan imam-imam bertemu di situ untuk mengadili Martin Luther. Di sana Luther mengeluarkan satu kalimat yang sangat terkenal, “Jika apa yang aku ajarkan ada yang berbeda dengan Alkitab, aku rela untuk membuangnya.
Tetapi kalau tidak ada, ‘here I stand, I can do no other. God help me.’” Dia siap untuk mati. Sebenarnya para imam sudah bersepakat untuk membunuh Luther di dalam perjalanan pulang dari kota Worms, tetapi ada seorang pangeran yang mengetahui rencana ini dan menyembunyikan Luther di castle-nya selama satu tahun lamanya. Selama satu tahun itu Luther menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke dalam bahasa Jerman. Karena usahanya itu maka Alkitab bisa dibaca dan dipelajari oleh orang-orang awam.
Jauh sebelum gerakan Reformasi muncul, ada seorang teolog bernama Pelagius mengajarkan bahwa keselamatan itu terjadi kepada seseorang karena orang itu berusaha melakukan suatu kebaikan. Jadi keselamatan itu adalah hasil usaha manusia. Tetapi belakangan, murid-murid Pelagius memperhalus ajaran Pelagian menjadi Semi Pelagian. Keselamatan adalah hasil kerja sama antara anugerah Allah dan usaha manusia. Ajaran ini tidak membuang Allah tetapi tidak mengecilkan manusia.
Jadi keselamatan adalah kerja sama antara anugerah Allah dan usaha manusia. Inilah ajaran yang diadopsi oleh Roma Katolik. Anugerah Allah memang menyelamatkan tetapi anugerah Allah itu perlu disertai dengan usaha manusia.
Namun yang berkembang di dalam tradisi Katolik akhirnya bukan anugerah Allah yang bersifat aktif dan berinisiatif menyelamatkan manusia, tetapi yang berkembang adalah usaha manusia yang paling penting sehingga anugerah Allah bisa diterima oleh manusia karena manusia berusaha. Jadi di dalam realitanya usaha manusia menjadi penggerak sehingga melalui itu manusia diselamatkan. Maka ada 2 ajaran muncul di dalam gereja Roma Katolik yaitu, pertama, bahwa manusia boleh berusaha dan salah satu usaha itu adalah dengan membeli anugerah Tuhan.
Maka tidak heran tindakan membeli surat indulgensia untuk mendapat pengampunan atas dosa menjadi populer. Dan bukan itu saja, Luther menjadi marah luar biasa karena datang seorang pengkhotbah bernama Johann Tetzel mengajarkan semakin banyak uang yang seseorang berikan akan menghasilkan keselamatan kepada makin banyak sanak keluarganya yang sudah meninggal dunia.
Waktu mendengar khotbah itu maka Luther dengan marah mengatakan itu ajaran tidak benar. Yang kedua, manusia mendapat keselamatan atas kuasa dari Paus karena dia adalah orang suci dan menjadi wakil Tuhan di atas muka bumi. Kalau Paus mengatakan seseorang selamat, maka dia pasti selamat. Maka ujung-ujungnya seseorang selamat dan masuk surga karena dia mengusahakannya.
Belakangan ini ada beberapa ajaran muncul di tengah-tengah gereja, di antaranya ialah “Synergism.” Ini adalah ajaran yang mendukung ajaran Pelagian tadi yaitu orang selamat karena ada “synergy” antara Allah yang beranugerah dengan manusia yang berusaha. Kita melawan ajaran Synergism itu, maka orang-orang Reformed mengeluarkan istilah “Monergism” yang menentang kemungkinan manusia selamat karena kerjasama dengan anugerah Allah. Alkitab tidak pernah mengajarkan hal itu. We are justified by faith alone.
Luther mati-matian membela akan hal ini dan tidak ingin kompromi. Karena itu dia mengatakan jatuh-bangunnya Gereja berdasarkan ajaran ini. Kalau Gereja tidak mementingkan bahwa keselamatan itu terjadi semata-mata karena Allah yang bekerja maka Kekristenan akan lenyap dan kita akan menjadi sama seperti agama-agama lain yang mengajarkan keselamatan karena usaha manusia.
Di dalam perjalanan Sejarah Gereja kita menemukan ada orang-orang seperti Luther ini yang Tuhan pimpin dan Tuhan pakai di tengah-tengah perjalanan sejarah. Kalau tidak ada orang-orang seperti ini entah apa jadinya Gereja. Kalau kita membaca Alkitab, kita akan menemukan orang-orang seperti nabi Yeremia yang berani melawan semua nabi-nabi palsu. Berkali-kali nabi Yeremia ingin dibunuh, dibuang ke dalam sumur, dsb. Kalau tidak ada orang seperti itu kita akan kehilangan kemurnian ajaran.
Tetapi kita percaya Tuhan di dalam kedaulatanNya tidak akan membiarkan Gereja mengalami situasi seperti itu. Pada awal abad 4 Gereja diracuni oleh ajaran Arianism yang sampai sekarang masih berpengaruh kepada ajaran Saksi Yehovah, dimana Arius pendirinya mengajarkan Yesus Kristus tidak setara dengan Allah. Yesus Kristus dicipta oleh Allah.
Ajaran Arius didasarkan dari Yohanes14:28 dimana Yesus mengatakan “Bapa lebih besar daripada Aku,” dan dari Yohanes17:20-26 dimana Yesus meminta para muridNya untuk “menjadi satu sama seperti Bapa dan Aku adalah satu” itu di dalam konteks satu pikiran dan satu kehendak, bukan satu secara fisik.
Athanasius yang masih muda berani menentang Arius yang sudah senior dengan mengatakan ajaran Tritunggal Arius itu salah. Kita berpegang kepada ajaran Allah Tritunggal. Allah kita itu esa tetapi berpribadi tiga adanya. Bapa BUKAN Anak, Anak BUKAN Roh Kudus dan Roh Kudus BUKAN Bapa. Yang mati di kayu salib itu adalah Yesus Kristus, Pribadi Allah Anak yang turun ke dunia menyelamatkan manusia.
Meskipun Arius lebih senior, Arius lebih berkuasa, Arius punya banyak pengikut, Athanasius berani melawannya. Berkali-kali Athanasius dibuang dan dikucilkan. Teman-temannya berusaha membujuk Athanasius berhenti, tetapi Athanasius mengatakan satu kalimat yang sangat terkenal ”..biar seluruh dunia melawan Athanasius, Athanasius melawan seluruh dunia.”
Justified by faith alone, artinya tidak ada jasa manusia. Allah menyelamatkan kita semata-mata kasih karuniaNya, tidak ada jasa dari kita. Keselamatan itu terjadi karena penebusan Yesus Kristus di atas kayu salib. Ini konsep yang perlu kita pegang.
Bukan saja “Justification by faith alone” tetapi karena Yesus Kristus mati untuk menebus dosa kita, itu sebab engkau dan saya tidak perlu melakukan apa-apa. Bukan berarti Tuhan “cincay” dengan dosa kita, tetapi kita tidak melakukan apa-apa karena darah Tuhan Yesus yang tercurah di kayu salib adalah pengorbanan yang luar biasa mahal dan menjadi satu-satunya cara yang berkenan kepada Allah.
Dewasa ini banyak orang tidak mau menerima konsep bahwa Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa kita menjadi satu-satunya cara meredakan murka Allah atas dosa manusia. Waktu Yesus dipaku di kayu salib dan berteriak “Eli, Eli, lama sabakhtani,” sebenarnya Allah tidak meninggalkan Yesus tetapi karena Yesus MERASA ditinggalkan oleh Allah.
Ini adalah ajaran yang salah dan tricky sekali. Dewasa ini konsep penebusan tidak lagi kepada konsep Yesus mati di kayu salib karena Allah murka atas dosa manusia, tetapi yang ditekankan adalah sdr datang kepada Tuhan karena Dia begitu mengasihi kita. Allah yang kasih itu tidak mungkin murka. Marah itu kan sifat yang tidak bagus. Alah pasti tidak punya sifat seperti itu. Ini adalah pandangan yang keliru.
Dalam kitab Habakuk 1:13 jelas menyatakan, “Mata Allah itu terlalu suci untuk melihat kejahatan.” Waktu Musa datang menghampiri semak duri yang berapi, Tuhan mengatakan, “Tanggalkan kasutmu sebab tanah yang kau injak itu kudus.” Dengan kalimat seperti itu memberitahukan kepada kita Allah yang suci tidak mungkin bisa bersatu dengan manusia yang berdosa. Ada separasi. Meskipun Allah mengasihi kita dan tidak ingin kita binasa, sifatNya yang suci tidak bisa membuat kompromi. Itu point-nya.
Kita tidak bisa mengatakan Allah tidak boleh seperti itu, kalau Dia maha kasih seharusnya tidak usah menghukum dosa kita. Kita tidak boleh memaksa air untuk bersatu dengan minyak. Kenapa? Karena memang naturnya tidak bisa bersatu. God is holy. Kalau kita percaya Dia adalah Allah yang maha suci, maka kita tahu kesucian itu adalah sifatNya. Alkitab bilang sifatnya yang suci tidak mungkin membuatnya bersatu dengan dosa. Itu sebab konsep ditebus oleh Yesus Kristus harus melalui proses ini. Sebelum Dia sanggup merangkul kita maka tembok pemisah yang diciptakan oleh dosa harus dibereskan.
Saya kadang-kadang bingung orang Kristen jaman sekarang ini lebih suka membaca buku-buku yang ringan dan encer dibanding dengan orang Kristen 100 tahun yang lalu yang suka membaca buku-buku teologi yang serius dan dalam. Itu sebab novel seperti “The Shack” bisa jadi best seller. Bukan maksud saya kita tidak boleh membaca buku-buku ringan yang bersifat devotional seperti buku Max Lucado, tetapi tidak boleh hanya membaca buku-buku seperti itu saja. Begitu banyak buku yang bermutu, tetapi orang langsung pikir itu buku yang “berat”.
John Calvin berkhotbah dengan teliti, sistematis dan dalam, pagi, siang dan malam, dan orang dari segala tempat datang mendengarkannya. Tetapi buku “The Shack” hanya buku fiksi Kristen yang dasar teologinya banyak yang keliru tetapi sekarang menjadi buku yang laris dibaca oleh orang-orang Kristen. Ada dua kalimat yang salah dari buku ini yang pernah saya kutip beberapa waktu yang lalu buat sdr, “Jesus Christ is the BEST way to God.” Dimana salahnya? Alkitab bilang “Jesus Christ is the ONLY way to God.” Artinya, dia pilih Yesus karena Dia the best way, bukan the only way.
Kalimat yang kedua,”Waktu Yesus mati di kayu salib, Dia MERASA Allah marah, padahal Allah itu tidak pernah marah.” Secara emosi kalimat ini lebih menyentuh daripada kalimat, “Allah itu murka.” Tetapi teologinya keliru, ajarannya salah. Kenapa Yesus harus mati di atas kayu salib? Kalau Allah itu menganggap dosa hanya sekedar failure saja, Yesus tidak perlu menderita dan mati di kayu salib, mengorbankan darahNya mengganti kita.
Yesus mati di salib memberitahukan kepada kita bahwa dosa itu begitu serius adanya. Dosa melanggar dan melawan Tuhan adalah begitu serius dan Tuhan tidak pernah melanggar naturNya, sehingga pada waktu Dia memberi hukum keluar kalimat ini “Upah dosa adalah maut.” Tidak ada ganti kepada pelanggaran dosa manusia.
Hanya satu cara menyelesaikannya. Harus ada yang mati menggantikan engkau dan saya. Itu namanya justification by faith, dimana kita percaya Yesus mati demi engkau dan saya. Mengapa bukan kita yang mati? Mengapa kita tidak perlu mengorbankan hidup kita? Mengapa kita tidak perlu melakukan apa-apa untuk mendapatkan keselamatan itu? Karena semuanya sudah selesai dilakukan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib.
Kadang-kadang tidak gampang mengerti kebenaran ini. Tetapi hari ini saya ingin menegaskan kepada sdr ini adalah kebenaran yang ada di dalam Alkitab yang tidak bisa kita kompromikan dalam iman kepercayaan kita. Keselamatan itu terjadi semata-mata hanya karena anugerah Allah.
Yang kedua yang menjadi dasar yang penting di dalam Reformed Theology ada di dalam Ef.2:8-10 “We are God’s craftmenship…” Kita adalah tenunan hasil karya Allah yang diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan yang dipersiapkan Allah sebelumnya. John Calvin mengatakan kita harus menjunjung tinggi kebenaran ini, yaitu the sovereignty kita menjadikan Tuhan lebih utama di dalam hidup ini.
Hidup kita ada di tangan Tuhan dan Dia yang berdaulat mengatur hidup kita di dalam kedaulatanNya yang bijaksana. Semua orang Reformed akan mengaku tidak ada hal yang kebetulan terjadi di dalam hidupnya. Semua yang terjadi kita percaya memiliki maksud yang indah. Itu sebab mengapa Calvin menjalani hidup seperti ini. Dia sebelumnya adalah seorang ahli hukum yang memiliki masa depan yang cerah tetapi karena iman kepercayaannya dia harus lari ke sana ke mari, bersembunyi dan berada di dalam bahaya dibunuh.
Calvin percaya apapun yang terjadi di dalam hidupnya dia percaya semua ditenun dan direncanakan oleh Tuhan di dalam kedaulatanNya. Tidak ada satu halpun yang ada di luar kedaulatanNya. Bahkan segala hal dan rencana jahat orangpun ada di dalam kuasa kedaulatan Allah. Waktu Pilatus mengatakan kepada Yesus, “Aku berkuasa untuk membebaskan Engkau dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau.” Tetapi Yesus menjawab, “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari Allah” (Yohanes19:10-11).
Calvin sendiri mengalami hidup yang begitu sulit. Tiga anaknya meninggal dalam usia sangat dini dan istrinya juga meninggal setelah melahirkan anak yang ketiga. Tetapi Calvin sangat menjunjung tinggi kedaulatan Allah dan dia percaya Allah tidak pernah bersalah atas semua itu. Dalam suratnya kepada seorang sahabatnya dia menulis, “Tuhan adalah Bapaku. Ia mengerti dan mengetahui apa yang aku perlukan. Apa yang terjadi di dalam hidupku Dia akan menjadikannya terindah dan terbaik…” Orang-orang yang membenci dia menertawakan apa yang terjadi dan mengejek Calvin, “Itulah tandanya dia orang yang dikutuk Tuhan.”
Tetapi semua yang dia alami tidak membuatnya kecewa dan dia tetap percaya Allah adalah Bapanya, dan apapun yang terjadi di dalam hidupnya adalah yang terindah dan terbaik. Dia tahu semua yang dia perlukan Tuhan beri. Semua ini terjadi karena dia percaya Allah itu adalah Allah yang berdaulat. Inilah konsep yang harus kita tanam di dalam pikiran kita dalam-dalam. Allah tidak pernah melakukan kesalahan sekecil apapun.
Pada waktu menjalani kehidupan kita semua yang kita kerjakan dan lakukan itu merefleksikan satu kesadaran bahwa ini adalah anugerah dan kedaulatan Tuhan yang ajaib di dalam hidup kita. Ini konsep yang penting. Tidak ada orang yang bisa bertahan hidup menghadapi segala kesulitan dan tantangan di dalam hidup yang mudah berubah ini kalau tidak ditopang oleh konsep ini. Sampai akhir hidupnya Calvin tidak menikah lagi. Dia memakai sisa hidupnya untuk melayani Tuhan di dalam kesederhanaannya.
BACA JUGA: ASLI TIDAKNYA MARKUS 16:8b-20
“You are the craftmenship of God.” Engkau dan saya adalah pahatan yang indah di tangan Allah. Dia akan membuatnya menjadi indah. Itu sebab bukan saja kita ditopang oleh anugerah Tuhan untuk menjalani hidup kita, tetapi kita juga tidak boleh melepaskan konsep ini: apapun juga yang kita miliki, apapun yang kita kerjakan di dalam hidup kita bagi Tuhan itu adalah anugerah Tuhan. Kita bisa berbuat baik, itupun karena Tuhan sudah mempersiapkan itu dari sebelumnya. Maka tidak ada bagian di dalam hidup kita yang kita katakan sebagai jasa kita, yang mau kita simpan untuk diri kita sendiri, yang mau kita jadikan sebagai trophy kita.
Yang ketiga, seorang Kristen yang Reformed adalah seorang yang menyadari bahwa kita sudah dibebaskan Tuhan dari belenggu dosa. Kita hidup bebas bukan untuk diri kita sendiri tetapi untuk mengasihi, melayani dan memuji Tuhan di dalam seluruh hidup kita. Anugerah Tuhan adalah dasar kehidupan orang Kristen, tetapi rasa syukur adalah pilar kehidupan orang Kristen. Sadar kita hidup karena anugerah membuat kita bersyukur.
Berkouwer, seorang hamba Tuhan berkata, waktu seorang Kristen berhenti bersyukur, berarti ada sesuatu yang sakit di dalam kehidupan rohaninya. Jangan pikir Tuhan akan membentuk kita sebagai craftmenship-Nya berarti kita akan menjadi seorang yang tersohor di dunia. Tetapi taruh di dalam pikiran sdr, bahwa tidak ada bagian di dalam hidup sdr yang engkau jalani sekarang dimana Tuhan menjadi Pemahat yang sejati. Dia pahat kita, Dia bentuk hidup kita dengan baik. Ini menjadi konsep yang terus kita pegang di dalam hidup kita.
Amin.