I TIMOTIUS 1:5-11 (TUJUAN NASIHAT IALAH KASIH)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
I TIMOTIUS 1:5-11 (TUJUAN NASIHAT IALAH KASIH). 1 Timotius 1: 5: “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas”.
1) Tujuan nasihat itu ialah kasih.
a) nasihat.
KJV: ‘the commandment’ (= perintah ini).
RSV: ‘our charge’ (= tuntutan / perintah kita).
NIV: ‘this command’ (= perintah ini).
NASB: ‘our instruction’ (= instruksi kita).
Catatan: kata ‘our’ dalam RSV/NASB sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya.
Calvin menganggap (hal 26) bahwa kata ‘nasihat’ / ‘perintah’ di sini menunjuk kepada hukum Taurat, tetapi Homer A. Kent, Jr menganggap (hal 80) bahwa kata ini menunjuk pada permintaan Paulus kepada Timotius untuk menasehati para pengajar sesat dalam Timotius 1: 3, sama seperti penggunaan kata itu dalam ay 18. Kent menambahkan bahwa kata Yunani PARANGGELIA yang digunakan dalam 1 Timotius 1: 5 ini tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada hukum Taurat dari Perjanjian Lama.
Kalau kita menerima pandangan Calvin, maka kita bisa mendapatkan bahwa kalau ajaran sesat dari para pengajar sesat dalam 1 Timotius 1: 3-4 hanya menghasilkan persoalan / pertentangan / pertanyaan, maka hukum Taurat seharusnya menghasilkan kasih.
Sedangkan kalau kita menerima pandangan Kent, maka arti dari bagian ini adalah: tujuan dari pemberian nasehat kepada para pengajar sesat itu adalah kasih.
b) ‘kasih’.
KJV: ‘charity’ (= kasih).
Ironside: “Our old English word ‘charity’ really means ‘love.’” (= Kata Inggris kuno ‘charity’ sesungguhnya berarti ‘kasih’) - hal 20.
Catatan: kalau kita melihat kata ‘charity’ dalam kamus Inggris - Indonesia, maka di sana diterjemahkan sebagai ‘amal’, ‘derma’, ‘kemurahan hati’.
Bdk. Roma 13:10 - “Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat”.
Tetapi Kent mengatakan: “the law did not produce this love. This passage does not teach that the Christian loves as a result of keeping the law, but quite the reverse. The believer’s love is the product of his life in Christ, of grace and no law. But by this love he has carried out God’s will. Thus there does not seem to be any compelling reason for making the ‘charge’ of 1Timothy 1:5 the Mosaic Law” (= hukum Taurat tidak menghasilkan kasih ini. Text ini tidak mengajar bahwa orang Kristen mengasihi sebagai hasil / akibat dari pemeliharaan terhadap hukum Taurat, tetapi sebaliknya. Kasih dari orang percaya adalah hasil / akibat dari kehidupannya yang ada dalam Kristus, dari kasih karunia dan bukan dari hukum Taurat. Tetapi oleh kasih ini ia telah melaksanakan kehendak Allah. Karena itu tidak kelihatan adanya alasan yang mendesak untuk membuat kata ‘charge’ / ‘nasehat’ / ‘perintah’ dalam 1Timotius 1:5 sebagai hukum Taurat Musa) - hal 80.
2) “yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas”.
‘hati yang suci’ seharusnya adalah ‘hati yang murni’; sedangkan ‘hati nurani yang murni’ seharusnya adalah ‘hati nurani yang baik’.
Bagaimana mendapatkan hati yang murni?
Bdk. Kis 15:9 - “dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman”.
NIV: ‘he purified their hearts by faith’ (= ia memurnikan hati mereka oleh iman).
Matthew Henry: “... love, love out of a pure heart, a heart purified by faith, purified from corrupt affections. In order to the keeping up of holy love our hearts must be cleansed from all sinful love; our love must arise out of a good conscience, kept without offence” (= ... kasih, kasih yang keluar dari hati yang murni, hati yang dimurnikan oleh iman, dimurnikan dari kasih yang jahat / rusak. Untuk memelihara kasih yang suci, hati kita harus dibersihkan dari semua kasih yang berdosa; kasih kita harus timbul dari hati nurani yang baik, dipelihara tanpa pelanggaran / kejahatan).
Bdk. Amsal 4:23 - “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”.
Adam Clarke: “‘Of faith unfeigned.’ PISTEOOS ANUPOKRITOU. ‘A faith not hypocritical.’ The apostle appears to allude to the Judaizing teachers, who pretended faith in the Gospel, merely that they might have the greater opportunity to bring back to the Mosaic system those who had embraced the doctrine of Christ crucified. This is evident from the following verse” (= ‘Dari iman yang tidak pura-pura’. PISTEOOS ANUPOKRITOU. ‘Iman yang tidak munafik’. Sang rasul kelihatannya menyinggung guru-guru agama Yahudi, yang berpura-pura beriman pada Injil, semata-mata supaya mereka bisa mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk membawa kembali kepada sistim Musa, mereka yang telah memeluk ajaran / doktrin tentang Kristus yang tersalib. Ini jelas dari ayat selanjutnya).
Pulpit Commentary: “Each of these phrases, ‘a pure heart’ and ‘a good conscience’ and ‘faith unfeigned,’ seems to rebuke by contrast the merely ‘ceremonial cleanness’ and the ‘defiled conscience’ and the merely ‘nominal Christianity’ of these heretical Judaizers” (= Setiap ungkapan ini, ‘hati yang murni’ dan ‘hati nurani yang baik’ dan ‘iman yang tidak dibuat-buat / pura-pura’, kelihatannya memarahi kebalikannya yaitu semata-mata ‘kebersihan karena upacara’ dan ‘hati nurani yang kotor’ dan semata-mata ‘kekristenan yang hanya namanya saja’ dari pemeluk-pemeluk agama Yahudi yang sesat ini) - hal 3.
1 Timotius 1: 6: “Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia”.
1) “Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu”.
Kata tujuan ini seharusnya tidak ada.
KJV: ‘From which some having swerved have turned aside unto vain jangling’ (= Dari mana sebagian orang setelah melenceng, telah menyimpang kepada percakapan yang sia-sia).
NASB: ‘For some men, straying from these things, have turned aside to fruitless discussion’ (= Karena sebagian orang, tersesat dari hal-hal ini, telah menyimpang kepada diskusi yang tak berbuah).
Yang dimaksud dengan ‘these things’ (= hal-hal ini) dalam NASB adalah ‘hati yang suci / murni’, ‘hati nurani yang murni / baik’ dan ‘iman yang tulus ikhlas / tidak pura-pura’ yang baru dibicarakan dalam ay 5 di atas.
2) “dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia”.
Matthew Henry: “Jangling, especially in religion, is vain; it is unprofitable and useless as to all that is good, and it is very pernicious and hurtful: and yet many people’s religion consists of little else but vain jangling” (= Mengoceh, khususnya dalam agama, adalah sia-sia; itu tidak bermanfaat dan tidak berguna berkenaan dengan apa yang baik, dan itu adalah jahat / merusak dan merugikan: tetapi banyak agama yang terdiri tidak lain dari ocehan yang sia-sia).
Calvin: “It is, indeed, possible that useless trifles may be regarded by many persons with admiration; but the statement of Paul remains unshaken, that everything that does not edify in godliness is Mataiologia (MATAIOLOGIA), ‘idle talking.’ We ought, therefore, to take the greatest possible care not to seek anything in the holy and sacred word of God but solid edification, lest otherwise he inflict on us severe punishment for abusing it” [= Memang adalah mungkin bahwa hal-hal remeh yang tak berguna dipandang oleh banyak orang dengan kekaguman; tetapi pernyataan dari Paulus tetap tak tergoncangkan, bahwa segala sesuatu yang tidak mendidik dalam kesalehan adalah Mataiologia (MATAIOLOGIA), ‘percakapan yang sia-sia’. Karena itu, kita harus sangat berhati-hati untuk tidak mencari apapun dalam firman yang kudus dan keramat dari Allah, kecuali pendidikan yang padat, supaya jangan Ia memberikan kepada kita hukuman yang berat karena menyalah-gunakannya] - hal 28.
1 Timotius 1: 7: “Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan”.
1) “Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat”.
Kata ‘law’ (= hukum) dalam Timotius 1: 7 menunjuk kepada hukum Taurat Yahudi, yang mereka gunakan sebagai jalan keselamatan (salvation by works).
Bdk. Titus 1:13-14 - “(13) Kesaksian itu benar. Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, (14) dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran”.
2) “tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan”. Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.
NIV: ‘or what they so confidently affirm’ (= atau apa yang mereka tegaskan dengan begitu yakin).
Homer A. Kent, Jr.: “Those teachers showed their ignorance by trying to mix law and grace. Yet those men strongly affirmed their doctrine. Men often yell loudest about that of which they know least” (= Guru-guru itu menunjukkan ketidak-tahuan / kebodohan mereka dengan mencoba untuk mencampur hukum Taurat dan kasih karunia. Tetapi orang-orang ini menegaskan dengan kuat ajaran mereka. Orang-orang sering berteriak paling keras tentang sesuatu yang mereka tahu paling sedikit) - hal 76.
Ironside: “These self-appointed teachers had no knowledge of that which they professed to proclaim. They displayed their own ignorance as they sought to add law to grace. This very fact proved that they did not know what they were talking about, because law and grace will no more mix than will water and oil; they are two altogether different principles. The law says, ‘Be good, and I will bless you;’ grace says, ‘I have blessed you; now be good.’ They are opposites. The law says, ‘Do this, and thou shalt live;’ grace says, ‘Believe this and thou shalt live.’ Law demands; grace feely bestows”(= Guru-guru yang mengangkat dirinya sendiri ini tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang mereka nyatakan. Mereka memamerkan ketidak-tahuan / kebodohan mereka sendiri pada waktu mereka mencoba untuk menambahkan hukum Taurat kepada kasih karunia. Fakta ini membuktikan bahwa mereka tidak mengerti apa yang mereka katakan / bicarakan, karena hukum Taurat dan kasih karunia tidak akan bercampur seperti air dan minyak; itu adalah dua prinsip yang sama sekali berbeda. Hukum Taurat berkata: ‘Jadilah baik, dan aku akan memberkatimu’; kasih karunia berkata: ‘Aku telah memberkatimu; sekarang jadilah baik’. Keduanya bertentangan. Hukum Taurat berkata: ‘Lakukanlah ini, dan engkau akan hidup’; kasih karunia berkata: ‘Percayalah ini dan engkau akan hidup’. Hukum Taurat menuntut; kasih karunia memberi dengan cuma-cuma) - hal 21-22.
Bandingkan dengan:
· Roma 6:14-15 - “(14) Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. (15) Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”.
· Roma 11:6 - “Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.
Kedua text di atas ini menunjukkan bahwa hukum Taurat bertentangan dengan kasih karunia.
Adam Clarke: “‘Understanding neither what they say.’ This is evident from almost all the Jewish comments which yet remain. Things are asserted which are either false or dubious; words, the import of which they did not understand, were brought to illustrate them: so that it may be said, They understand not what they say, nor whereof they affirm. I will give one instance from the Jerusalem Targum, on Gen. 1:15: And God made two great lights, and they were equal in splendour twenty-one years, the six hundred and seventy-second part of an hour excepted: and afterwards the moon brought a false accusation against the sun, and therefore she was lessened; and God made the sun the greater light to superintend the day, etc. I could produce a thousand of a similar complexion” (= ‘Tanpa mengerti perkataan mereka sendiri’. Ini nyata dari hampir semua komentar Yahudi yang masih tersisa. Hal-hal yang mereka tegaskan adalah salah atau meragukan; kata-kata, yang maknanya tidak mereka mengerti, dibawa untuk menjelaskan mereka; sehingga bisa dikatakan mereka tidak mengerti apa yang mereka katakan maupun yang mereka tegaskan. Saya akan memberi satu contoh dari Targum Yerusalem, tentang Kejadian 1:15: Dan Allah membuat 2 benda penerang yang besar, dan mereka sama semaraknya selama 21 tahun, kecuali 1/672 jam: dan setelah itu bulan membawa tuduhan palsu tentang matahari, dan karena itu ia dikurangi / diperkecil; dan Allah membuat matahari menjadi benda penerang yang lebih besar untuk menguasai siang, dsb. Saya bisa memberikan 1000 keruwetan yang serupa).
Matthew Henry: “it is too common for men to intrude into the office of the ministry when they are very ignorant of those things about which they are to speak: they understand neither what they say nor whereof they affirm; and by such learned ignorance, no doubt, they edify their hearers very much!” (= merupakan sesuatu yang terlalu umum bagi orang-orang untuk masuk tanpa diminta ke dalam jabatan pelayanan pada saat mereka sangat tidak tahu / bodoh tentang hal-hal yang mereka bicarakan: mereka tidak mengerti tentang apa yang mereka katakan atau tegaskan; dan dari kebodohan seperti itu, tak diragukan, mereka sangat mendidik para pendengar mereka!).
Memang, jaman dulu maupun sekarang, ada banyak orang seperti ini, yaitu orang-orang yang masuk ke dalam pelayanan Firman Tuhan tanpa mengerti Firman Tuhan itu.
Bdk. Matius 15:12-14 - “(12) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Engkau tahu bahwa perkataanMu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?’ (13) Jawab Yesus: ‘Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh BapaKu yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. (14) Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.’”.
1 Timotius 1: 8-11: “(8) Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, (9) yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, (10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat (11) yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku”.
1) “Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan” (1 Timotius 1: 8).
Kata-kata dalam Timotius 1: 8a: ‘Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik’ mungkin menunjukkan bahwa Paulus dituduh telah meremehkan / mengabaikan / menghapuskan hukum Taurat. Memang kalau seseorang mengajarkan keselamatan karena iman saja, bisa saja orang-orang yang kurang mengerti ajaran tersebut lalu menilai bahwa orang itu telah meremehkan / mengabaikan / menghapuskan hukum Taurat. Dengan kata-kata dalam ay 8a ini, maka Paulus menolak tuduhan itu. Ia mengatakan ‘hukum Taurat itu baik’, tetapi ia juga menambahkan ay 8b: ‘kalau tepat digunakan’.
Bdk. Roma 7:12 - “Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik”.
Matthew Henry: “The use of the law (v. 8): The law is good, if a man use it lawfully. The Jews used it unlawfully, as an engine to divide the church, a cover to the malicious opposition they made to the gospel of Christ; they set it up for justification, and so used it unlawfully. We must not therefore think to set it aside, but use it lawfully, for the restraint of sin. The abuse which some have made of the law does not take away the use of it; but, when a divine appointment has been abused, call it back to its right use and take away the abuses, for the law is still very useful as a rule of life; though we are not under it as under a covenant of works, yet it is good to teach us what is sin and what is duty” [= Penggunaan hukum Taurat (ay 8): Hukum Taurat itu baik, jika seseorang menggunakannya dengan benar / sah. Orang-orang Yahudi menggunakannya secara salah / tak sah, sebagai suatu mesin untuk membagi gereja, suatu penutup bagi permusuhan yang jahat yang mereka buat terhadap injil Kristus; mereka mendirikan hukum Taurat itu untuk pembenaran, dan dengan demikian menggunakannya secara salah / tak sah. Karena itu, kita tidak boleh berpikir untuk menyingkirkannya, tetapi menggunakannya dengan benar / sah, untuk pengekangan dosa. Penyalah-gunaan yang telah dibuat oleh sebagian orang tentang hukum Taurat tidak menarik / membuang penggunaannya; tetapi pada saat suatu penetapan ilahi telah disalah-gunakan, kembalikan itu pada penggunaannya yang benar dan tarik penyalah-gunaannya, karena hukum Taurat tetap sangat berguna untuk mengajar kita apa dosa itu dan apa kewajiban itu].
William Hendriksen menerapkan hal ini pada khotbah.
William Hendriksen: “Thus one might also say that preaching is an excellent thing, but surely not all preaching. It is an excellent thing on the supposition that one knows how to preach!” (= Dengan cara yang sama seseorang juga bisa berkata bahwa khotbah adalah sesuatu yang sangat bagus, tetapi jelas bukan semua khotbah. Itu merupakan sesuatu yang sangat bagus kalau seseorang tahu bagaimana berkhotbah!) - hal 64.
Ini juga berlaku untuk pelayanan-pelayanan yang lain, seperti mengajar Sekolah Minggu, ikut paduan suara, dan sebagainya.
2) “yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, (10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat” (1 Timotius 1: 9-10).
Tentang kata-kata Paulus di sini, bahwa hukum Taurat bukanlah untuk orang benar, tetapi untuk orang berdosa, ada bermacam-macam penafsiran:
Jamieson, Fausset & Brown: “Alford goes too far in saying the righteous man does ‘not morally need the law.’ Doubtless, in proportion as he is led by the Spirit, the justified man needs not the outward rule (Rom. 6:14; Gal. 5:18,23). But as he often gives not himself up wholly to the inward Spirit, he morally needs the outward law to show him his sin and God’s requirements. The reason why the ten commandments have no power to condemn the Christian is not that they have no authority over him, but because Christ has fulfilled them as our surety (Roma 10:4)” [= Alford berjalan terlalu jauh dengan mengatakan bahwa orang benar ‘secara moral tidak membutuhkan hukum Taurat’. Tak diragukan, selama ia dipimpin Roh, orang yang dibenarkan tidak membutuhkan hukum lahiriah (Roma 6:14; Gal 5:18,23). Tetapi karena ia sering tidak memberikan dirinya sepenuhnya kepada Roh yang ada di dalam, ia secara moral membutuhkan hukum lahiriah untuk menunjukkan dosanya dan tuntutan-tuntutan Allah kepadanya. Alasan mengapa 10 hukum Tuhan tidak mempunyai kuasa untuk mengecam / menghukum orang Kristen bukanlah karena 10 Hukum Tuhan itu tidak mempunyai otoritas atas dia, tetapi karena Kristus telah memenuhi 10 hukum Tuhan itu sebagai penanggung kita (Ro 10:4)].
Roma 10:4 - “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya”.
KJV: ‘For Christ is the end of the law for righteousness to every one that believeth’ (= Karena Kristus adalah tujuan dari hukum Taurat untuk kebenaran bagi setiap orang yang percaya).
Matthew Henry: “It is not made for a righteous man, that is, it is not made for those who observe it; for, if we could keep the law, righteousness would be by the law (Gal. 3:21): but it is made for wicked persons, to restrain them, to check them, and to put a stop to vice and profaneness. It is the grace of God that changes men’s hearts; but the terrors of the law may be of use to tie their hands and restrain their tongues. A righteous man does not want those restraints which are necessary for the wicked; or at least the law is not made primarily and principally for the righteous, but for sinners of all sorts, whether in a greater or less measure, v. 9, 10” [= Hukum Taurat tidak dibuat untuk orang yang benar, artinya, itu tidak dibuat untuk mereka yang mentaatinya; karena jika kita bisa memelihara hukum Taurat, kebenaran akan terjadi oleh hukum Taurat (Gal 3:21): tetapi itu dibuat untuk orang-orang jahat, untuk mengekang mereka, untuk memeriksa mereka, dan untuk menghentikan perbuatan jahat dan kecemaran / keduniawian. Adalah kasih karunia Allah yang mengubah hati manusia; tetapi ketakutan dari hukum Taurat bisa berguna untuk mengikat tangan mereka dan mengekang lidah mereka. Orang yang benar tidak membutuhkan pengekangan itu, yang adalah perlu untuk orang jahat; atau sedikitnya hukum Taurat tidak dibuat terutama untuk orang benar, tetapi untuk orang-orang berdosa dari segala jenis, dalam takaran yang lebih besar atau lebih kecil, ay 9,10].
Bdk. Galatia 3:21 - “Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat”.
Barnes’ Notes: “The meaning seems to be, that the purpose of the law was not to fetter and perplex those who were righteous, and who aimed to do their duty and to please God. It was not intended to produce a spirit of servitude and bondage. As the Jews interpreted it, it did this, and this interpretation appears to have been adopted by the teachers at Ephesus, to whom Paul refers. The whole tendency of their teaching was to bring the soul into a state of bondage, and to make religion a condition, of servitude. Paul teaches, on the other hand, that religion was a condition of freedom, and that the main purpose of the law was not to fetter the minds of the righteous by numberless observances and minute regulations, but that it was to restrain the wicked from sin. This is the case with all law. No good man feels himself lettered and manacled by wholesome laws, nor does he feel that the purpose of law is to reduce him to a state of servitude. It is only the wicked who have this feeling - and in this sense the law is made for a man who intends to do wrong” (=).
Adam Clarke: “he does not say that the law was not MADE for a righteous man, but OU KEITAI, it does not LIE against a righteous man; because he does not transgress it: but it lies against the wicked; for such as the apostle mentions have broken it, and grievously too, and are condemned by it. The word KEITAI, ‘lies,’ refers to the custom of writing laws on boards, and hanging them up in public places within reach of every man, that they might be read by all; thus all would see against whom the law lay” (= ia tidak mengatakan bahwa hukum Taurat tidak DIBUAT untuk orang yang benar, tetapi OU KEITAI, itu tidak TERLETAK terhadap / menentang orang benar; karena ia tidak melanggarnya: tetapi itu terletak terhadap / menentang orang jahat; untuk orang-orang yang dikatakan oleh sang rasul telah melanggarnya, dan laginya melanggarnya dengan menyedihkan, dan dikecam / dikutuk olehnya. Kata KEITAI, ‘terletak’ menunjuk pada kebiasaan menuliskan hukum-hukum pada papan-papan, dan menggantungnya di tempat-tempat umum yang ada dalam jangkauan setiap orang, supaya mereka bisa dibaca oleh semua orang; maka semua orang akan melihat hukum itu terletak terhadap / menentang siapa).
Barclay: “There should be only one controlling factor in the lives of every one of us. Our goodness should come, not from fear of the law, not even from fear of judgment, but from fear of disappointing the love of Christ and of grieving the fatherly heart of God. The Christian’s dynamic comes from the fact that he knows sin is not only breaking God’s law but also breaking his heart. It is not the law of God but the love of God which constrains us” (= Seharusnya hanya ada satu faktor yang mengontrol dalam kehidupan setiap orang dari kita. Kebaikan kita seharusnya datang, bukan dari rasa takut terhadap hukum Taurat, bahkan bukan dari rasa takut terhadap penghakiman, tetapi dari rasa takut untuk mengecewakan kasih Kristus dan menyedihkan hati yang bersifat kebapaan dari Allah. Tenaga gerak / semangat Kristen datang dari fakta bahwa ia mengetahui bahwa dosa bukan hanya merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah tetapi juga merupakan sesuatu yang menghancurkan hatiNya. Bukan hukum Allah, tetapi kasih Allah, yang mendesak / mengekang kita) - hal 36.
William Hendriksen: “One of the main purposes of the Mosaic law was to bring sinners to the point where they would feel utterly crushed under the load of their sin” (= Salah satu tujuan utama dari hukum Taurat Musa adalah untuk membawa orang-orang berdosa kepada titik dimana mereka merasa dihancurkan sama sekali di bawah beban dari dosa mereka) - hal 65.
Daftar orang-orang brengsek dalam 1 Timotius 1: 9-10:
· orang durhaka (KJV: lawless) - artinya orang yang tak punya hukum, seorang pelangar hukum, seseorang yang hidup sesukanya seakan-akan tak ada hukum.
· orang lalim (KJV: disobedient) - orang yang tak mau tunduk.
· orang fasik (KJV: ungodly) - orang yang tak beragama, yang tak menghormati / menyembah Allah.
· orang berdosa (KJV: sinners) - ini menunjuk kepada orang-orang berdosa secara umum.
· orang duniawi (KJV: unholy) - ini adalah orang yang mengabaikan kewajiban kepada Allah dan manusia.
· orang tak beragama (KJV: profane) - ini menunjuk kepada orang yang tak menghormati Allah, orang yang suka mengejek orang-orang yang percaya, orang yang jijik terhadap agama.
· pembunuh bapa dan pembunuh ibu. Bdk. Keluaran 21:15 - “Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati”.
· pembunuh pada umumnya (KJV: manslayers).
· orang cabul (KJV: whoremongers).
· pemburit (KJV: For them that defile themselves with mankind) - ini diartikan sebagai orang yang melakukan Sodomi.
· penculik (KJV: menstealers) - penculik orang / anak untuk dijadikan budak.
· pendusta (KJV: liars).
· orang makan sumpah (KJV: perjured persons) - orang yang bersumpah palsu.
3) “yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku” (1 Timotius 1: 11).
Bagian yang saya garis-bawahi ini salah terjemahannya. Di sini kelihatannya kata ‘mulia’ ditujukan kepada Allah, padahal seharusnya kata itu ditujukan kepada Injil. Bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘According to the glorious gospel of the blessed God’ (= Sesuai dengan injil yang mulia dari Allah yang terpuji / berbahagia).
Donald Guthrie (Tyndale): “Except here and 6:15 nowhere in the Bible is MAKARIOS (blessed) applied to ‘God,’ ... It describes God not as the object of blessing, but as experiencing within Himself the perfection of bliss” [= Kecuali di sini dan 6:15, tidak ada dimanapun dalam Alkitab dimana kata MAKARIOS (diberkatilah) diterapkan kepada ‘Allah’, ... Itu menggambarkan Allah bukan sebagai obyek dari berkat, tetapi sebagai mengalami dalam diriNya sendiri kesempurnaan dari kebahagiaan] - hal 62.
Adam Clarke: “Sin has dishonoured God, and robbed him of his glory; the Gospel provides for the total destruction of sin, even in this world, and thus brings back to God his glory” (= Dosa telah tidak mengormati Allah, dan merampok Dia dari kemuliaanNya; Injil memberikan persediaan untuk kehancuran total dari dosa, bahkan dalam dunia ini, dan dengan demikian membawa kembali kepada Allah kemuliaanNya).
Matthew Henry: “To call the gospel the glorious gospel, for so it is: much of the glory of God appears in the works of creation and providence, but much more in the gospel, where it shines in the face of Jesus Christ. Paul reckoned it a great honour put upon him, and a great favour done him, that this glorious gospel was committed to his trust; that is, the preaching of it, for the framing of it is not committed to any man or company of men in the world. The settling of the terms of salvation in the gospel of Christ is God’s own work; but the publishing of it to the world is committed to the apostles and ministers. ... Lord, what a trust is committed to us! How much grace do we want, to be found faithful in this great trust!” (= Menyebut injil sebagai ‘injil yang mulia’, karena demikianlah adanya: banyak dari kemuliaan Allah terlihat dalam pekerjaan dari penciptaan dan providensia, tetapi lebih lagi dalam injil, dimana itu bersinar di wajah dari Yesus Kristus. Paulus menganggapnya sebagai suatu kehormatan yang besar yang diberikan kepadanya, dan suatu kebaikan yang besar dilakukan kepadanya, bahwa injil yang mulia ini dipercayakan kepadanya; yaitu, pemberitaannya, karena penyusunannya tidak diberikan kepada orang atau kumpulan orang manapun di dunia ini. Ketetapan dari syarat-syarat keselamatan dalam injil dari Kristus adalah pekerjaan Allah sendiri; tetapi pengumumannya kepada dunia diberikan kepada rasul-rasul dan pelayan-pelayan. ... Tuhan, alangkah besarnya kepercayaan yang diberikan kepada kami! Betapa banyak kasih karunia yang kami butuhkan, untuk bisa didapati setia dalam kepercayaan yang besar ini!).
-AMIN-