8 EKSPOSISI 2 PETRUS 3:1-18 (HARI TUHAN)
2 Petrus 3:1-18 - “(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. (3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia. (15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain. (17) Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. (18) Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
2 Petrus 3: 1-2: “(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu”.
1) “Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan”.
Petrus menuliskan 2 buah surat kepada para pembacanya untuk menghidupkan ‘pengertian yang murni’.
Bible Knowledge Commentary: “The phrase EILIKRINE DIANOIAN (‘wholesome thinking’) may also be rendered ‘sincere mind’ or ‘pure disposition.’ (EILIKRINES occurs elsewhere in the NT only in Phil 1:10, where it is trans. ‘pure.’) The English ‘sincere’ is from the Latin words SINE CERA, ‘without wax.’ Some pottery salesmen would use wax to cover cracks and weak places in pottery. Such a cover-up could be detected only by holding the jug up to the sun to see if any weaknesses were visible. Such a vase was ‘sun-judged’ (the lit. meaning of the Gr. EILIKRINES). God wants His people to have sun-judged minds, not those in which their sin spots have been covered over” [= Ungkapan EILIKRINE DIANOIAN (‘pemikiran yang sehat’) juga bisa diterjemahkan ‘pikiran yang sungguh-sungguh / tulus’ atau ‘kecondongan yang murni’. (EILIKRINES muncul di tempat lain dalam PB hanya dalam Fil 1:10, dimana itu diterjemahkan ‘murni / suci’). Kata bahasa Inggris ‘sincere’ (= sungguh-sungguh / tulus) berasal dari kata-kata bahasa Latin SINE CERA, ‘tanpa lilin’. Sebagian penjual-penjual barang-barang pecah belah / dari tanah liat, menggunakan lilin untuk menutupi retakan-retakan dan tempat-tempat lemah dalam barang-barang itu. Penutupan seperti itu bisa dideteksi hanya dengan memegang barang itu ke arah matahari untuk melihat apakah ada kelemahan-kelemahan yang bisa terlihat. Barang seperti itu ‘dinilai dengan matahari’ (arti hurufiah dari kata Yunani EILIKRINES). Allah ingin umatNya mempunyai pikiran-pikiran yang ‘dinilai oleh matahari’, bukan pikiran-pikiran dalam mana noda-noda dosa mereka telah ditutupi].
William Barclay: “The word he uses for ‘pure’ is EILIKRINES, which may have either of two meanings. It may mean that which is sifted until there is no admixture of chaff left; or it may mean that which is so flawless that it may be held up to the light of the sun. Plato uses this same phrase - EILIKRINES DIANOIA - in the sense of ‘pure reason,’ reason which is unaffected by the seductive influence of the senses. By using this phrase Peter appeals to his people as having minds uncontaminated by heresy. It is as if he said to them: ‘You really are fine people - if you would only remember it.’ The approach of the preacher should so often be that his hearers are not wretched creatures who deserve to be damned but splendid creatures who must be saved. They are not so much like rubbish fit to be burned as like jewels to be rescued from the mud into which they have fallen” (= Kata yang ia gunakan untuk ‘murni’ adalah EILIKRINES, yang bisa mempunyai salah satu dari dua arti. Itu bisa berarti segala sesuatu yang ditampi sampai di sana tidak ada campuran sekam yang tertinggal; atau itu bisa berarti sesuatu yang begitu tidak bercacat sehingga itu bisa diangkat terhadap sinar dari matahari. Plato menggunakan ungkapan yang sama ini - EILIKRINES DIANOIA - dalam arti dari ‘akal / pikiran yang murni’, akal / pikiran yang tidak dipengaruhi oleh pengaruh akal / pikiran yang membujuk. Dengan menggunakan ungkapan ini Petrus memohon kepada orang-orangnya supaya mempunyai pikiran-pikiran yang tidak terkontaminasi oleh ajaran sesat / bidat. Seakan-akan Petrus berkata kepada mereka: ‘Kamu sungguh-sungguh adalah orang-orang yang sangat baik - jika saja kamu mau mengingatnya’. Pendekatan dari pengkhotbah seringkali haruslah bahwa para pendengarnya bukanlah makhluk-makhluk yang sangat buruk yang layak untuk dihukum tetapi makhluk-makhluk yang sangat baik yang harus diselamatkan. Mereka bukan seperti sampah yang cocok untuk dibakar tetapi seperti permata untuk diselamatkan dari lumpur ke dalam mana mereka telah jatuh) - hal 337.
Ada beberapa hal yang akan saya berikan sebagai komentar tentang kata-kata Barclay yang saya garis-bawahi:
a) Kata-kata Barclay ini menyimpang dari topik pembicaraan. Adalah salah sama sekali kalau dikatakan bahwa Petrus seakan-akan berbicara seperti itu.
b) Kata-kata Barclay ini sangat bertentangan dengan doktrin Calvinisme, yang jelas merupakan ajaran Alkitab, tentang Total Depravity (= Kebejatan Total). Bandingkan dengan kata-kata Loraine Boettner di bawah ini.
Loraine Boettner: “The chief fault of Arminianism is its insufficient recognition of the part that God takes in redemption. It loves to admire the dignity and strength of man; Calvinism loses itself in adoration of the grace and omnipotence of God. Calvinism casts man first into the depths of humiliation and despair in order to lift him on wings of grace to supernatural strength. The one flatters natural pride; the other is a gospel for penitent sinners. As that which exalts man in his own sight and tickles his fancies is more welcome to the natural heart than that which abases him, Arminianism is likely to prove itself more popular. Yet Calvinism is nearer to the facts, however harsh and forbidding those facts may seem. ‘It is not always the most agreeable medicine which is the most healing” (= Kesalahan utama dari Arminianisme adalah pengakuan / pengenalannya yang kurang tentang bagian Allah dalam penebusan. Arminianisme senang mengagumi martabat dan kekuatan manusia; Calvinisme kehilangan dirinya sendiri dalam pemujaan terhadap kasih karunia dan kemahakuasaan Allah. Calvinisme mula-mula membuang manusia ke dalam perendahan dan keputusasaan yang dalam untuk bisa mengangkatnya dengan sayap kasih karunia kepada kekuatan supranatural. Yang satu memuji kesombongan alamiah; yang lain adalah injil untuk orang-orang berdosa yang menyesal. Sebagaimana sesuatu yang meninggikan manusia dalam pandangannya sendiri dan yang menyenangkannya lebih diterima / disambut oleh hati alamiah dari pada sesuatu yang merendahkan dia, Arminianisme mungkin sekali membuktikan dirinya sendiri lebih populer. Tetapi Calvinisme lebih dekat kepada fakta, betapapun kerasnya dan menakutkannya fakta itu terlihat. ‘Tidak selalu obat yang paling menyenangkan adalah yang paling menyembuhkan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.
Bdk. Roma 3:10-18 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. (13) Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. (14) Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, (15) kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. (16) Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, (17) dan jalan damai tidak mereka kenal; (18) rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.’”.
c) Kata-kata Barclay itu juga tidak masuk akal, karena kalau manusia adalah orang yang sangat baik, lalu mengapa mereka perlu diselamatkan?
d) Yang benar adalah, sekalipun manusia itu sangat buruk, dan layak untuk dihukum di neraka selama-lamanya, tetapi Allah tetap mengasihi manusia yang tidak layak dikasihi itu, dan memberikan Kristus untuk menebus manusia, sehingga manusia bisa diselamatkan.
Calvin: “the words ought to be thus explained, ‘I stir up your mind that it may be pure and bright.’ For the meaning is, that the minds of the godly become dim, and as it were contract rust, when admonitions cease. But we also hence learn, that men even endued with learning, become, in a manner, drowsy, except they are stirred up by constant warnings” (= kata-kata itu harus dijelaskan seperti ini ‘Aku mengaduk pikiranmu sehingga itu bisa menjadi murni dan terang’. Karena artinya adalah, bahwa pikiran-pikiran dari orang-orang saleh menjadi suram, dan seakan-akan berkarat, pada waktu nasehat / teguran / peringatan berhenti. Tetapi kita juga harus belajar, bahwa bahkan orang-orang yang dibimbing dengan pengetahuan, dengan cara tertentu menjadi mengantuk, kecuali mereka diaduk oleh peringatan-peringatan yang terus menerus).
2) ‘Oleh peringatan-peringatan’.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Why are the words of the wise compared to goads (Eccl 3:11) but to show that the best in God’s team need pricking forward?” [= Mengapa kata-kata dari orang bijaksana dibandingkan dengan tongkat / galah (Pkh 3:11) kecuali untuk menunjukkan bahwa orang yang terbaik dalam regu Allah membutuhkan tusukan ke depan?].
Catatan: Pkh 3:11 itu pasti salah, seharusnya Pkh 12:11.
Pkh 12:11 - “Kata-kata orang berhikmat seperti kusa dan kumpulan-kumpulannya seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘goads’ (= galah / tongkat berujung runcing).
3) “supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu”.
a) Mengajarkan dan mengingatkan.
The Biblical Illustrator (New Testament): “This is a just order and method; first, to teach the way of the Lord, then to remind men of walking in it. We are not only called teachers, but remembrancers (Isa 62:6)”[= Ini adalah urut-urutan dan metode yang benar; pertama-tama mengajar jalan Tuhan, lalu mengingatkan orang-orang untuk berjalan di dalamnya. Kita bukan hanya disebut guru-guru / pengajar-pengajar, tetapi juga pengingat-pengingat (Yesaya 62:6)].
Yesaya 62:6 - “Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang”.
Catatan: saya berpendapat ayat ini tidak terlalu cocok, karena dalam ayat itu orang-orang itu mengingatkan Tuhan kepada / tentang Sion. Sedangkan yang Petrus bicarakan adalah mengingatkan orang-orang tentang Firman Tuhan.
William Barclay: “He believed in the value of repetition. He knows that it is necessary for a thing to be said over and over again if it is to penetrate the mind. ... there are certain great Christian truths which have to be repeated again and again” (= Ia percaya pada nilai dari pengulangan. Ia tahu bahwa adalah perlu bagi suatu hal untuk dikatakan berulang-ulang jika hal itu diinginkan untuk masuk ke dalam pikiran. ... ada kebenaran-kebenaran Kristen yang besar yang harus diulang-ulang) - hal 336.
William Barclay: “Again and again the New Testament makes it clear that preaching and teaching are so often not the introducing of new truth but the reminding of a man of what he already knows. Moffatt quotes a saying of Dr. Johnson: ‘It is not sufficiently considered that men more frequently require to be reminded than informed.’ The Greeks spoke of ‘time which wipes all things out,’ as if the human mind were a slate and time a sponge which passes across it with a certain erasing quality. We are so often in the position of men whose need is not so much to be taught as to be reminded of what we already knows” (= Berulang-ulang Perjanjian Baru membuatnya jelas bahwa pengajaran dan khotbah begitu sering bukan merupakan suatu perkenalan tentang kebenaran yang baru tetapi pengingatan kepada seseorang tentang apa yang sudah ia ketahui. Moffatt mengutip kata-kata Dr. Johnson: ‘Tidak secara cukup dipertimbangkan / direnungkan bahwa orang-orang lebih sering butuh untuk diingatkan dari pada diberi informasi’. Orang-orang Yunani berkata tentang ‘waktu yang menghapuskan segala sesuatu’, seakan-akan pikiran manusia adalah suatu papan tulis / batu tulis, dan waktu adalah spons yang melewatinya dengan kwalitet penghapusan tertentu. Kita begitu sering ada dalam posisi dari orang-orang yang kebutuhannya bukanlah begitu banyak untuk diajar seperti / dari pada diingatkan tentang apa yang sudah kita ketahui) - hal 336-337.
b) ‘Nabi-nabi dan rasul-rasul’.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Neither the prophets without the apostles, nor the apostles without the prophets, but both together. The gospel without the law may lift men up to presumption; the law without the gospel may sink them down to desperation” (= Bukan nabi-nabi tanpa rasul-rasul, ataupun rasul-rasul tanpa nabi-nabi, tetapi keduanya bersama-sama. Injil tanpa hukum Taurat bisa mengangkat manusia pada kesombongan / kelancangan; hukum Taurat tanpa injil bisa menenggelamkan mereka pada keputus-asaan).
Bdk. Roma 7:18-25 - “(18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. (24) Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (25) Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.
Catatan: seandainya tidak ada injil (ay 25), maka kondisinya betul-betul adalah keputus-asaan total!
2 Petrus 3: 3-4: “(3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”.
1) “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter has dealt with the character and conduct of the apostates in 2 Peter 2, and now he deals with their false teaching” (= Petrus telah menangani karakter dan tingkah laku dari orang-orang murtad itu dalam 2Pet 2, dan sekarang ia menangani ajaran palsu / sesat mereka).
Calvin: “The meaning is, that the more God offers himself by the gospel to the world, and the more he invites men to his kingdom, the more audacious on the other hand will ungodly men vomit forth the poison of their impiety” (= Artinya adalah, bahwa makin banyak Allah menawarkan diriNya sendiri oleh injil kepada dunia, dan makin Ia mengundang manusia kepada kerajaanNya, di sisi lain makin berani orang-orang jahat memuntahkan racun dari kejahatan mereka).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Scoffing at religion may, in some persons, proceed from a direct hatred of it, occasioned by a prejudice in favour of their vices. This was the case of the scoffers mentioned in the text, who are expressly described as walking after their own lusts. I may safely assert that immorality in the practice is the source of the most invincible prejudices against religion. How natural is it for those, who live as without God in the world, to wish that there was no such Being, that by destroying the first principle of all religion they may justify the want of it in their practice” (= Mengejek / mencemooh pada agama, dalam diri beberapa orang, keluar dari suatu kebencian langsung terhadapnya, disebabkan oleh suatu prasangka demi kepentingan kejahatan-kejahatan mereka. Ini adalah kasus dari pengejek-pengejek yang disebutkan dalam text itu, yang secara jelas digambarkan sebagai berjalan mengikuti nafsu-nafsu mereka sendiri. Saya bisa dengan aman menegaskan bahwa ketidak-bermoralan dalam praktek adalah sumber dari prasangka-prasangka yang paling tak terkalahkan terhadap agama. Betapa alamiah / wajar bagi mereka, yang hidup seakan-akan tanpa Allah dalam dunia ini, untuk mengharapkan bahwa tidak ada Makhluk seperti itu, bahwa dengan menghancurkan prinsip pertama dari semua agama, mereka bisa membenarkan ketiadaan itu dalam praktek mereka).
The Biblical Illustrator (New Testament): “that we may not be imposed on by the scoffers of our own times, let us always take care to distinguish between reasoning and ridicule. We should examine what it is that is really ridiculous: whether it be religion itself, or something of a different nature substituted in the place of it. .. Finally, that we may keep at the utmost distance from this crime, let us employ our reason in defending religion and representing it in a just and amiable light. Let our natural abilities be devoted to this service, and all our studies and improvements made subservient to it” (= supaya kita tidak dijatuhkan oleh pengejek-pengejek dari jaman kita, hendaklah kita selalu berhati-hati untuk membedakan ‘berargumentasi secara logis’ dan ‘mengejek’. Kita harus memeriksa apa yang betul-betul menggelikan: apakah itu agama itu sendiri, atau sesuatu dari hakekat yang berbeda yang menggantikan tempatnya. ... Akhirnya, supaya kita bisa menjaga pada jarak yang terjauh dari kejahatan ini, hendaklah kita menggunakan akal kita dalam mempertahankan agama dan menggambarkannya dalam terang yang adil / benar dan ramah. Hendaklah kemampuan-kemampuan alamiah kita dibaktikan pada pelayanan ini, dan semua pelajaran-pelajaran dan kemajuan-kemajuan kita ditundukkan kepadanya).
The Biblical Illustrator (New Testament): “To deride God and religion is the highest kind of impiety. And men do not usually arrive to this degree of wickedness at first, but they come to it by several steps” (= Mengejek Allah dan agama adalah jenis kejahatan tertinggi. Dan orang-orang biasanya tidak sampai ke tingkat kejahatan ini dari semula, tetapi mereka datang kepadanya oleh beberapa langkah).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Inability to attack religion in any other way induces some to assail it with their scorn” (= Ketidak-mampuan untuk menyerang agama dengan cara lain manapun menyebabkan beberapa / sebagian orang menyerangnya dengan cemoohan mereka).
The Biblical Illustrator (New Testament): “It is irrational. Ridicule is neither the test of truth in others nor the way to obtain it for ourselves. ... It is rude and uncivil. A decent respect is due to every man’s convictions on the subject of religion, though they may be erroneous” (= Ini tidak rasionil. Ejekan bukannya tes dari kebenaran dalam diri orang-orang lain dan juga bukan cara untuk mendapatkan kebenaran itu bagi diri kita sendiri. ... Itu adalah sesuatu yang tidak sopan. Suatu rasa hormat yang patut merupakan hak dari setiap keyakinan tentang pokok agama, sekalipun mereka salah).
Catatan: mengejek belum tentu salah. Bdk. 1Raja-raja 18:27 - “Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’”.
Contoh pengejek / pencemooh dalam Alkitab:
1Sam 17:25-26,36 - “(25) Berkatalah orang-orang Israel itu: ‘Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel.’ (26) Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: ‘Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?’ ... (36) Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.’”.
2Samuel 5:6-7 - “(6) Lalu raja dengan orang-orangnya pergi ke Yerusalem, menyerang orang Yebus, penduduk negeri itu. Mereka itu berkata kepada Daud: ‘Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!’ Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari. (7) Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud”.
2Raja-raja 2:23-24 - “(23) Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemoohkan dia serta berseru kepadanya: ‘Naiklah botak, naiklah botak!’ (24) Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutuknyalah mereka demi nama TUHAN. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak”.
2Raja-raja 7:1-2 - “(1) Lalu berkatalah Elisa: ‘Dengarlah firman TUHAN. Beginilah firman TUHAN: Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.’ (2) Tetapi perwira, yang menjadi ajudan raja, menjawab abdi Allah, katanya: ‘Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?’ Jawab abdi Allah: ‘Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.’”.
Neh 4:1-3 - “(1) Ketika Sanbalat mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan orang Yahudi (2) dan berkata di hadapan saudara-saudaranya dan tentara Samaria: ‘Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka memperkokoh sesuatu? Apakah mereka hendak membawa persembahan? Apakah mereka akan selesai dalam sehari? Apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis seperti ini?’ (3) Lalu berkatalah Tobia, orang Amon itu, yang ada di dekatnya: ‘Sekalipun mereka membangun kembali, kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka.’”.
Amsal 3:34 - “Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihaniNya”.
Amsal 21:24 - “Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya, ia berlaku dengan keangkuhan yang tak terhingga”.
Yesaya 29:20 - “Sebab orang yang gagah sombong akan berakhir dan orang pencemooh akan habis, dan semua orang yang berniat jahat akan dilenyapkan,”.
Mat 27:27-31,39-43,49 - “(27) Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. (28) Mereka menanggalkan pakaianNya dan mengenakan jubah ungu kepadaNya. (29) Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepalaNya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kananNya. Kemudian mereka berlutut di hadapanNya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: ‘Salam, hai Raja orang Yahudi!’ (30) Mereka meludahiNya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepalaNya. (31) Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari padaNya dan mengenakan pula pakaianNya kepadaNya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan. ... (39) Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, (40) mereka berkata: ‘Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!’ (41) Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: (42) ‘Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya. (43) Ia menaruh harapanNya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.’ ... (49) Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.’”.
Lukas 23:39 - “Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!’”.
Bdk. 1Korintus 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
2) “Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter affirmed the certainty of Christ’s coming in glory (2 Peter 1:16ff), a truth that the apostates questioned and denied. In fact, they were scoffing at the very idea of the return of the Lord, the judgment of the world, and the establishment of a glorious kingdom” [= Petrus meneguhkan kepastian dari kedatangan Yesus Kristus dalam kemuliaan (2Petrus 1:16-dst), suatu kebenaran yang para orang murtad itu pertanyakan dan sangkal. Dalam faktanya, mereka sedang mencemooh / mengejek terhadap gagasan tentang kedatangan kembali dari Tuhan, penghakiman dunia, dan penegakan suatu kerajaan yang mulia].
Catatan: saya kira pandangan dari penafsir ini (bagian akhir kutipan ini) merupakan pandangan Dispensationalisme.
Calvin: “It was a dangerous scoff when they insinuated a doubt as to the last resurrection; for when that is taken away, there is no gospel any longer, the power of Christ is brought to nothing, the whole of religion is gone. Then Satan aims directly at the throat of the Church, when he destroys faith in the coming of Christ. For why did Christ die and rise again, except that he may some time gather to himself the redeemed from death, and give them eternal life? All religion is wholly subverted, except faith in the resurrection remains firm and immovable. Hence, on this point Satan assails us most fiercely” (= Merupakan suatu cemoohan / ejekan yang berbahaya pada waktu mengusulkan secara tak langsung suatu keraguan berkenaan dengan kebangkitan terakhir; karena pada waktu hal itu diambil / dibuang, di sana tidak ada injil lagi, kuasa Kristus dibawa menjadi nol / tak ada, seluruh agama hilang. Maka Iblis mengarah secara langsung pada tenggorokan dari Gereja, pada waktu ia menghancurkan iman kepada kedatangan Yesus Kristus. Karena mengapa Kristus mati dan bangkit kembali, kecuali supaya Ia pada suatu waktu bisa mengumpulkan kepada diriNya sendiri orang-orang yang ditebus dari kematian, dan memberikan mereka hidup yang kekal? Seluruh agama sepenuhnya ditumbangkan, kecuali iman kepada kebangkitan tetap teguh dan tidak tergoyangkan).
Catatan: memang dalam ay 4 itu yang diejek adalah kedatangan Kristus yang keduakalinya, tetapi kedatangan Kristus yang keduakalinya jelas berhubungan langsung dengan kebangkitan orang mati pada akhir jaman.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Much unhallowed ridicule is thrown by some on what are considered by us as the most sublime and important doctrines of revelation - I mean the trinity of persons in the Godhead, and the atonement of our Lord” (= Banyak ejekan yang tidak kudus dilontarkan oleh sebagian orang pada apa yang kita anggap sebagai ajaran dari wahyu yang paling mulia / agung dan penting - saya maksudkan tritunggal dari pribadi-pribadi dalam diri Allah, dan penebusan dari Tuhan kita).
3) Sikap orang Kristen terhadap pengejek / pencemooh.
a) Jangan memberitakan Injil kepada para pengejek / pencemooh itu.
Matius 7:6 - “‘Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.’”.
Amsal 9:7-8 - “(7) Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela. (8) Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya”.
Amsal 26:4-5 - “(4) Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia. (5) Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak”.
Catatan: Amsal 26:4 kelihatannya bertentangan dengan Amsal 26:5, tetapi sebetulnya bisa diharmoniskan dengan menafsirkan bahwa kadang-kadang kita harus melakukan ay 5, tetapi kadang-kadang kita harus melakukan ay 4.
b) Jangan bergaul dengan pencemooh.
Mazmur 1:1 - “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh”.
2 PETRUS 3:1-18(2)
2 Petrus 3: 5-6: “(5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah”.
1) “Mereka sengaja tidak mau tahu”.
Matthew Henry: “Though they might have known it, and ought to have known it, yet ‘this they willingly are ignorant of’ (v. 5), they choose to pass it over in silence, as if they had never heard or known any thing of it; if they knew it, they did not like to retain it in their knowledge; they did not receive this truth in the love of it, neither did they care to own it. Note, It is hard to persuade men to believe what they are not willing to find true; they are ignorant, in many cases, because they are willing to be ignorant, and they do not know because they do not care to know. But let not sinners think that such ignorance as this will be admitted as an excuse for whatever sin it may betray them into. Those who crucified Christ did not know who he was; for ‘had they known they would not have crucified the Lord of glory’ (1 Cor 2:8); but, though ignorant, they were not therefore innocent; their ignorance itself was a sin, willing and wilful ignorance, and one sin can be no excuse for another” [= Sekalipun mereka bisa mengetahuinya, dan seharusnya telah mengetahuinya, tetapi ‘mereka sengaja tidak mau tahu’ (ay 5), mereka memilih untuk melewatinya dalam ke-diam-an, seakan-akan mereka tidak pernah mendengar atau mengetahui apapun tentangnya; seandainya mereka mengetahuinya, mereka tidak suka mempertahankan pengetahuan itu; mereka tidak menerima kebenaran ini dalam kasih terhadapnya, juga mereka tidak peduli / tidak mau untuk mempunyai kebenaran itu. Perhatikan, Adalah sukar untuk membujuk / meyakinkan orang-orang untuk percaya apa yang mereka tidak mau mendapatinya sebagai kebenaran; mereka bodoh, dalam banyak kasus, karena mereka mau bodoh, dan mereka tidak tahu karena mereka tidak peduli / tidak mau untuk tahu. Tetapi hendaklah orang-orang berdosa tidak memikirkan bahwa kebodohan / ketidaktahuan seperti ini akan diterima sebagai suatu alasan / dalih untuk dosa apapun ke dalam mana mereka dibukakan. Mereka yang menyalibkan Kristus tidak tahu siapa Dia; karena ‘sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia’ (1Korintus 2:8); tetapi, sekalipun tidak tahu, hal ini tidak menyebabkan mereka tidak bersalah; ketidak-tahuan mereka itu sendiri adalah suatu dosa, ketidaktahuan yang dikehendaki dan disengaja, dan satu dosa tidak bisa menjadi alasan / dalih bagi dosa yang lain].
Contoh: seseorang tadi telpon saya untuk bertanya dimana tempatnya Saksi Yehuwa di Jakarta. Saya jawab saya tidak tahu, dan saya nasehati untuk tidak ke sana, karena mereka sesat, dan saya nasehati untuk mempelajari buku saya di web. Tetapi tidak menanyakan alamat webnya, dan ini menunjukkan dia memang ‘tidak mau tahu’ tentang yang mana yang benar (Saksi Yehuwa atau Kristen), dan saya biarkan saja.
Ini bukan hanya berlaku dalam pengertian theologia, tetapi juga tentang kebenaran-kebenaran sehari-hari.
2) “bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air”.
a) Kata ‘langit’ di sini diartikan sebagai atmosfir oleh Calvin. Tetapi Barnes kelihatannya punya pandangan yang berbeda.
Barnes’ Notes: “The word ‘heaven’ in the Scriptures sometimes refers to the atmosphere, sometimes to the starry worlds as they appear above us, and sometimes to the exalted place where God dwells. Here it is used, doubtless, in the popular signification, as denoting the heavens as they ‘appear,’ embracing the sun, moon, and stars” (= Kata ‘surga / langit’ dalam Kitab Suci kadang-kadang menunjuk pada atmosfir, kadang-kadang pada dunia / alam semesta penuh bintang seperti kelihatannya ada di atas kita, dan kadang-kadang pada tempat yang ditinggikan dimana Allah tinggal. Di sini kata itu digunakan, tak diragukan, dalam arti yang populer, sebagai menunjuk pada surga sebagai kelihatannya, mencakup matahari, bulan, dan bintang-bintang).
Baik bahasa Ibrani maupun bahasa Yunani tidak membedakan kata ‘surga’ dan kata ‘langit’. Kata itu bisa menunjuk pada:
1. Atmosfir.
Yeh 31:8-10 - “(8) Pohon-pohon aras di dalam taman Allah tidak akan dapat menyainginya, juga pohon sanobar tidak akan dapat menyamai ranting-rantingnya, dan pohon berangan tidak dapat dibandingkan dengan cabang-cabangnya. Segala pohon-pohon yang di taman Allah tiada yang dapat disamakan dengan dia mengenai keelokannya. (9) Aku membuat dia sungguh-sungguh elok dengan cabang-cabangnya yang sangat rapat. Di taman Eden, di taman Allah segala pohon cemburu padanya. (10) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Oleh karena ia tumbuh tinggi dan puncaknya menjulang sampai ke langit dan ia menjadi sombong karena ketinggiannya”.
2. Tempat bintang-bintang dan benda-benda langit ada.
Kejadian 15:5 - “Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: ‘Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.’ Maka firmanNya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’”.
3. Tempat tinggal Allah.
Yesaya 66:1 - “Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhtaKu dan bumi adalah tumpuan kakiKu; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagiKu, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentianKu?”.
Matius 5:34 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah”.
Rasanya saya lebih condong pada pandangan dari Barnes, dari pada pandangan Calvin, tetapi yang jelas tidak mungkin kata ‘langit’ diartikan dalam arti ke 3.
b) Kata-kata “dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air” kelihatannya menunjuk pada Kej 1:6-10 - “(6) Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.’ (7) Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. (8) Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. (9) Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.’ Dan jadilah demikian. (10) Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamaiNya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik”.
c) Kata-kata “oleh firman Allah” menunjuk pada penciptaan langit dan bumi yang dilakukan oleh Allah hanya dengan firmanNya (Kej 1 Ibr 11:3).
Bandingkan dengan:
Maz 33:6-7,9 - “(6) Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulutNya segala tentaranya. (7) Ia mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan, Ia menaruh samudera raya ke dalam wadah. ... (9) Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada”.
Ibrani 11:3 - “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat”.
3) “dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah”.
Ini jelas menunjuk pada penghancuran dunia oleh air bah pada jaman Nuh (Kej 6-8).
Penghancuran dunia pada jaman Nuh ini menunjukkan bahwa kata-kata para pengejek dalam ay 4 bahwa “sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan” adalah salah. Segala sesuatu TIDAK tetap seperti semula, karena pernah terjadinya penghukuman Allah melalui air bah pada jaman Nuh.
2 Petrus 3: 7: “Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik”.
1) Terjemahan yang kacau dari Kitab Suci Indonesia.
a) Kata ‘sekarang’ bukan menunjuk pada kata ‘terpelihara’, tetapi pada ‘langit dan bumi’ (dikontraskan dengan ‘langit dan bumi yang baru’ dalam ay 13).
b) Kata-kata “terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman ...” terjemahannya kacau.
Bandingkan dengan terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘But the heavens and the earth, which are now, by the same word are kept in store, reserved unto fire against the day of judgment and perdition of ungodly men’ (= Tetapi langit dan bumi, yang ada sekarang, oleh firman yang sama dipelihara, disimpan / dicadangkan untuk api pada hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik).
RSV: ‘But by the same word the heavens and earth that now exist have been stored up for fire, being kept until the day of judgment and destruction of ungodly men’ (= Tetapi oleh firman yang sama langit dan bumi yang sekarang ada telah disimpan untuk api, disimpan sampai hari penghakiman dan penghancuran dari orang-orang fasik).
NIV: ‘By the same word the present heavens and earth are reserved for fire, being kept for the day of judgment and destruction of ungodly men’ (= Oleh firman yang sama langit dan bumi yang sekarang ini disimpan / dicadangkan untuk api, dijaga untuk hari penghakiman dan penghancuran dari orang-orang fasik). NASB ≈ NIV.
Pulpit Commentary: “The ‘now’ does not refer, as some think, to any change wrought by the Flood, but distinguishes the present heavens and earth from the new heavens and new earth, which Christians are to look for (verse 13)” [= Kata ‘sekarang’ tidak menunjuk, seperti sebagian orang mengira, pada perubahan apapun yang dibuat oleh air bah, tetapi membedakan langit dan bumi yang sekarang ini dengan langit dan bumi yang baru, yang harus dicari oleh orang-orang Kristen (ay 13)].
2) ‘dipelihara’.
Barnes’ Notes: “‘Are kept in store.’ Greek, ‘Are treasured up.’ The allusion in the Greek word is to anything that is treasured up, or reserved for future use. The apostle does not say that this is the only purpose for which the heavens and the earth are preserved, but that this is one object, or this is one aspect in which the subject may be viewed. They are like treasure reserved for future use” [= ‘dipelihara’. Yunani, ‘disimpan / ditabung’. Kiasannya dalam kata Yunaninya adalah pada apapun yang disimpan / ditabung, atau dicadangkan untuk penggunaan di masa yang akan datang. Sang rasul tidak mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya tujuan untuk mana langit dan bumi disimpan / dicadangkan, tetapi ini adalah salah satu tujuan, atau, ini adalah satu aspek dalam mana pokok ini bisa disoroti. Mereka (langit dan bumi yang sekarang ini) adalah seperti harta yang disimpan untuk penggunaan di masa yang akan datang].
2 Petrus 3: 7 ini menunjukkan bahwa terpeliharanya langit dan bumi yang sekarang ini juga terjadi oleh firman, dan ini sesuai dengan Ibrani 1:3a - “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan”.
Ini menunjukkan betapa tergantungnya kita kepada Allah!
Bdk. Kis 17:28a - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada”.
3) Langit dan bumi ini dijaga dan disimpan / dicadangkan untuk api pada hari penghakiman.
Adam Clarke: “the earth, etc., which were then formed, had perished by the flood; and that the present earth, etc., which were formed out of the preceding, should, at the day of judgment, perish by the fire of God’s wrath” (= bumi, dll, yang pada saat itu dibentuk, telah dihancurkan / binasa oleh air bah; dan bahwa bumi dll yang sekarang ini, yang dibentuk dari yang sebelumnya, harus, pada hari penghakiman, binasa / hancur oleh api murka Allah).
Barclay: “It is Peter’s conviction that, as the ancient world was destroyed by water, the present world will be destroyed by fire” (= Merupakan keyakinan Petrus bahwa, sebagaimana dunia kuno dihancurkan oleh air, dunia sekarang ini akan dihancurkan oleh api) - hal 341.
Barclay lalu memberikan ayat-ayat Perjanjian Lama sebagai dasar dari keyakinan Petrus.
Yoel 2:30 - “Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap”.
Mazmur 50:3 - “Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapanNya api menjilat, sekelilingNya bertiup badai yang dahsyat”.
Yesaya 29:6 - “engkau akan melihat kedatangan TUHAN semesta alam dalam guntur, gempa dan suara hebat, dalam puting beliung dan badai dan dalam nyala api yang memakan habis”.
Yesaya 30:30 - “Dan TUHAN akan memperdengarkan suaraNya yang mulia, akan memperlihatkan tanganNya yang turun menimpa dengan murka yang hebat dan nyala api yang memakan habis, dengan hujan lebat, angin ribut dan hujan batu”.
Yesaya 66:15-16 - “(15) Sebab sesungguhnya, TUHAN akan datang dengan api, dan kereta-keretaNya akan seperti puting beliung, untuk melampiaskan murkaNya dengan kepanasan dan hardikNya dengan nyala api. (16) Sebab TUHAN akan menghukum segala yang hidup dengan api dan dengan pedangNya, dan orang-orang yang mati terbunuh oleh TUHAN akan banyak jumlahnya”.
Nahum 1:5-6 - “(5) Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapanNya, dunia serta seluruh penduduknya. (6) Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geramNya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murkaNya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarahNya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapanNya”.
Mal 4:1 - “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka”.
2 Petrus 3: 8: “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari”.
Ayat ini tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah bahwa satu hari adalah 1000 tahun, karena anak kalimat selanjutnya mengatakan sebaliknya. Jadi, artinya hanyalah bahwa Allah tidak terbatas oleh waktu. Ia ada di atas waktu. Ini sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan. Karena Allah ada di atas waktu, maka belum terjadinya janji kedatangan Kristus yang keduakalinya itu tidak berarti bahwa Allah lalai menepati janjiNya. Bagi manusia sudah lama, tetapi bagi Allah, waktu yang lama itu tidak ada artinya.
Allah memang ada di atas waktu, tetapi mengatakan bahwa dalam kekekalan tak ada lagi waktu, menurut saya merupakan sesuatu yang tidak berdasar, dan salah.
William Hendriksen mengatakan dalam bukunya yang berjudul ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 72, mengatakan bahwa banyak orang, termasuk seorang ahli theologia Reformed bernama Kuyper mengatakan bahwa dalam kekekalan nanti tidak ada lagi waktu. Pandangan ini didasarkan pada Wahyu 10:6 (KJV): ‘And sware by him that liveth for ever and ever, who created heaven, and the things that therein are, and the earth, and the things that therein are, and the sea, and the things which are therein, that there should be time no longer’ (= Dan bersumpah demi Dia yang hidup selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, bahwa di sana tidak akan ada waktu lagi).
Tetapi baik Kitab Suci Indonesia maupun Kitab Suci bahasa Inggris yang lain menterjemahkan ‘delay’ / ‘penundaan’ bukan ‘waktu’!
Kitab Suci Indonesia: “dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.
RSV: ‘there should be no more delay’ (= di sana tidak ada penundaan lagi).
NIV: ‘There will be no more delay’ (= Di sana tidak ada penundaan lagi).
NASB: ‘that there will be delay no longer’ (= bahwa di sana tidak ada penundaan lagi).
Dan dalam buku yang sama hal 73 William Hendriksen memberikan dua kutipan dari 2 orang ahli theologia Reformed, yaitu Vos dan Bavinck, yang akan saya berikan di bawah ini:
Kutipan dari Vos: “Paul nowhere affirms that to the life of man, after the close of this aeon, no more duration, no more divisibility in time-units shall exist. Life so conceived is plainly the prerogative by nature of the Creator: to externalize the inhabitants of the coming aeoon in this sense would be equivalent to deifying them, a thought whose place is in a pagan type of speculation but not within the range of biblical religion” (= Paulus tidak menegaskan dimanapun bahwa bagi hidup manusia, setelah akhir dari jaman ini, tidak ada lagi masa / durasi, tidak ada lagi ke-dapat-dibagi-an dalam unit-unit waktu akan ada. Kehidupan yang dimengerti seperti itu dengan jelas merupakan hak istimewa secara alamiah dari sang Pencipta: mengekalkan / menjadikan kekal penghuni-penghuni dari jaman yang akan datang dalam arti ini adalah sama dengan mendewakan mereka / menjadikan mereka Allah, suatu pemikiran yang tempatnya adalah dalam suatu type spekulasi kafir tetapi bukan dalam jenis / kelas dari agama yang Alkitabiah) - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.
Kutipan dari Bavinck: “Those who have died remain finite and limited beings and cannot exist in any other way than in space and time. The measurement of space and the computation of time, to be sure, will be entirely different on the other side of the grave than they are here, where miles and hours are our standard of measurement. But even the souls that dwell there will not become eternal and omnipresent like God ... They are not raised above every form of time, that is, above time in the sense of succession of moments” (= Mereka yang telah mati tetap adalah makhluk-makhluk yang terbatas dan tidak bisa berada dengan cara lain apapun dari pada dalam ruang dan waktu. Ukuran ruang dan perhitungan waktu jelas akan berbeda pada sisi lain dari kubur dari pada mereka di sini, dimana mil-mil dan jam-jam adalah standard ukuran kita. Tetapi bahkan jiwa-jiwa yang tinggal di sana tidak akan menjadi kekal dan maha hadir / maha ada seperti Allah ... Mereka tidak diangkat mengatasi setiap bentuk dari waktu, artinya, di atas waktu dalam arti penggantian / urut-urutan dari saat-saat) - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.
William Hendriksen: “So, when the question is asked, ‘Is there time in heaven?’ namely, in the sense of movement from the past, into the present, into the future - call it duration or succession of movements -, the answer must be, ‘Yes.’ When the further question is asked, ‘Will it in every respect be time as we now know it (that is, will it be measured by our present earthly standards?), the answer will have to be ‘No.’” [= Jadi, pada waktu suatu pertanyaan ditanyakan, ‘Apakah ada waktu di surga?’ yaitu, dalam arti dari pergerakan / perpindahan dari lampau, ke dalam saat ini / present, ke dalam yang akan datang- sebutlah itu masa / durasi atau penggantian / urut-urutan dari pergerakan / perpindahan -, jawabannya haruslah ‘Ya’. Pada waktu pertanyaan selanjutnya ditanyakan, ‘Apakah itu dalam setiap hal adalah waktu yang kita kenal sekarang ini (yaitu, apakah waktu itu akan diukur oleh standard duniawi kita sekarang ini?), jawabannya harus adalah ‘Tidak’.] - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73-74.
2 PETRUS 3:1-18(3)
2 Petrus 3: 9: “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.
1) Ayat ini menunjukkan alasan yang sebenarnya mengapa Yesus belum datang kembali, dan bukannya seperti yang dikatakan pengejek-pengejek dalam 2 Petrus 3: 4.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “As you review Peter’s arguments, you can see that his evidence is irrefutable. He pointed out that the scoffers willfully rejected evidence in order that they might continue in their sins and scoffing. He proved from the Scriptures that God has intervened in past history, and that He has the power to do it today. He showed that the scoffers had a very low view of God’s character because they thought He delayed in keeping His promises just as men do. Finally, he explained that God does not live in the realm of human time, and that His so-called ‘delay’ only gives more opportunity for lost sinners to repent and be saved” (= Pada waktu kamu meninjau lagi argumentasi-argumentasi Petrus, kamu bisa melihat bahwa buktinya tidak bisa disangkal. Ia telah menunjukkan bahwa pengejek-pengejek itu dengan sengaja menolak bukti supaya mereka bisa terus ada dalam dosa-dosa dan ejekan-ejekan mereka. Ia membuktikan dari Kitab Suci bahwa Allah telah ikut campur dalam sejarah yang lalu, dan bahwa Ia mempunyai kuasa untuk melakukannya sekarang. Ia telah menunjukkan bahwa pengejek-pengejek itu mempunyai suatu pandangan yang sangat rendah tentang karakter Allah karena mereka menganggap bahwa Ia menunda untuk menepati janjiNya sama seperti yang manusia lakukan. Terakhir, ia menjelaskan bahwa Allah tidak hidup dalam alam waktu dari manusia, dan bahwa apa yang disebut penundaanNya hanya memberikan lebih banyak kesempatan bagi orang-orang berdosa yang terhilang untuk bertobat dan diselamatkan).
The Biblical Illustrator (New Testament): “It is remarkable, however, that the long-suffering of God has, in many instances, just the contrary effect. ‘Because sentence is not speedily executed against an evil work, therefore the hearts of the sons of men are fully set within them to do evil.’” (= Tetapi merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa kesabaran Allah, dalam banyak contoh, justru mempunyai hasil yang bertentangan. ‘Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat’).
Pkh 8:11 - “Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat”.
Bdk. Roma 2:4-8 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman”.
2) Kesabaran Allah.
The Biblical Illustrator (New Testament): “We shall probably arrive at right apprehensions of God’s long-suffering as connected with God’s other attributes, if we carefully review two simple facts. The first is that God can punish every sin; the second, that God can pardon every sin. It is essential to the long-suffering of God that each of these assertions should, in the largest sense, hold good. Unless there be the power of punishing, there can be no long-suffering; for long-suffering necessarily presupposes that the Being, who might on the instant take vengeance, passes over for a while the iniquity. On the other hand, unless God can pardon every sin, what is there in His long-suffering?” (= Kita mungkin akan sampai pada pengertian yang benar tentang kesabaran Allah dalam hubungannya dengan sifat-sifat Allah yang lain, jika kita dengan seksama meninjau dua fakta yang sederhana. Yang pertama adalah bahwa Allah bisa menghukum setiap dosa; yang kedua, bahwa Allah bisa mengampuni setiap dosa. Merupakan sesuatu yang hakiki bagi kesabaran Allah bahwa setiap dari pernyataan yang tegas ini harus, dalam arti terluas, tetap berlaku. Kecuali disana ada kuasa untuk menghukum, disana tidak bisa ada kesabaran; karena kesabaran harus mensyaratkan bahwa Allah, yang bisa pada saat itu juga melakukan pembalasan, melewati kejahatan itu untuk sementara waktu. Di sisi yang lain, kecuali Allah bisa mengampuni setiap dosa, apa gunanya kesabaranNya?).
3) Konfrontasi Calvinisme / Reformed vs Arminianisme tentang ayat ini.
a) Ayat ini banyak dipakai oleh orang Arminian untuk menyerang doktrin tentang predestinasi.
Adam Clarke: “As God is not willing that any should perish, and as he is willing that all should come to repentance, consequently he has never devised nor decreed the damnation of any man, nor has he rendered it impossible for any soul to be saved, either by necessitating him to do evil, that he might die for it, or refusing him the means of recovery, without which he could not be saved” (= Karena Allah tidak menghendaki bahwa ada siapapun yang binasa, dan karena Ia menghendaki bahwa semua orang datang pada pertobatan, akibatnya adalah Ia tidak pernah merencanakan atau menetapkan penghukuman dari siapapun, juga Ia tidak membuatnya mustahil untuk jiwa yang manapun untuk diselamatkan, atau dengan mengharuskannya untuk melakukan kejahatan, supaya ia bisa mati untuk hal itu, atau dengan tidak memberinya cara-cara pemulihan, tanpa mana ia tidak bisa diselamatkan).
Pdt. Jusuf B. S. mengatakan bahwa Allah menghendaki semua orang selamat, dan karena itu tidak mungkin Ia menetapkan sebagian manusia untuk binasa.
Ia berpendapat bahwa Predestinasi “bertentangan dengan rencana dan kehendak Allah sendiri yang ingin semua orang selamat (2Pet 3:9 / 1Tim 2:4)” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 41.
2Petrus 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.
1Timotius 2:3-4 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran”.
Pdt. Jusuf B. S. juga berkata:
“Ia tidak ingin seorangpun binasa, termasuk juga orang fasik yang jahat. Tuhan masih mengharapkannya untuk bertobat kembali dan diselamatkan” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 15.
Dan ia lalu mengutip Yeh 18:23 dan Yeh 33:11.
Yeh 18:23 - “Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?”.
Yeh 33:11 - “Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”.
b) Penafsiran Calvinisme / Reformed tentang ayat ini.
Perhatikan kata ‘menghendaki’ dalam 2Petrus 3:9 dan 1Timotius 2:4, dan juga kata ‘berkenan’ dalam Yeh 18:23 dan Yeh 33:11. Ini menunjuk pada kehendak Allah, tetapi kehendak Allah dalam arti apa? Kalau membahas tentang ‘kehendak Allah’ maka perlu diingat bahwa ada beberapa ‘kehendak Allah’, yaitu:
1. Kehendak Allah yang menunjuk pada prinsip-prinsip kehidupan yang Ia berikan kepada manusia, dan ini mencakup baik perintah-perintah maupun larangan-larangan dari Allah untuk manusia.
Contoh:
Efesus 5:17 - “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan”.
Kolose 1:9 - “Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna”.
Kehendak Allah yang ini sering tidak terjadi, karena manusianya tidak taat pada Firman Tuhan.
2. Kehendak Allah yang menunjuk pada hal yang menyenangkan Allah kalau hal itu terjadi.
Kehendak Allah yang ini juga sering tidak terjadi.
3. Kehendak Allah yang menunjuk pada RencanaNya / KetetapanNya yang telah Ia tetapkan dalam kekekalan.
Kehendak yang ini pasti terlaksana dan tidak mungkin digagalkan oleh apapun / siapapun juga. Ini terlihat dari banyak ayat seperti ayat-ayat di bawah ini:
a. Ayub 23:13-14 - “(13) Tetapi Ia tidak pernah berubah - siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendakiNya, dilaksanakanNya juga. (14) Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkanNya”.
b. Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’”.
c. Mazmur 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun”.
d. Yesaya 14:24-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: (25) Aku akan membinasakan orang Asyur dalam negeriKu dan menginjak-injak mereka di atas gunungKu; kuk yang diletakkan mereka atas umatKu akan terbuang dan demikian juga beban yang ditimpakan mereka atas bahunya.’ (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
e. Yesaya 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.
Pembedaan ‘kehendak Allah’ seperti ini memang harus ada karena kalau tidak, akan terjadi kontradiksi dalam Kitab Suci. Dalam 5 text Kitab Suci yang baru saya sebutkan, terlihat dengan sangat jelas bahwa kehendak Allah pasti terjadi / tidak mungkin gagal. Kalau ini dianggap membicarakan ‘kehendak Allah‘ yang sama dengan yang dibicarakan dalam 2Petrus 3:9 1Tim 2:3-4 Yeh 33:11 Yeh 18:23, maka kita harus menyimpulkan bahwa semua manusia pasti akan selamat (Universalisme), dan ini jelas adalah ajaran sesat! Herannya, tetap ada yang percaya seperti itu!
Barclay: “Ever and ever again there shines in Scripture the glint of the larger hope. We are not forbidden to believe that somehow and some time the God who loves the world will bring the whole world to himself” (= Lagi-lagi disana bersinar dalam Kitab Suci suatu kilatan tentang pengharapan yang lebih besar. Kita tidak dilarang untuk percaya bahwa entah bagaimana dan pada suatu waktu Allah yang mengasihi dunia akan membawa seluruh dunia kepada diriNya sendiri) - hal 343.
Bagaimana Barclay bisa mempercayai ajaran Universalisme yang sesat ini merupakan sesuatu yang melampaui akal saya. Ia pasti harus mengabaikan ayat-ayat yang secara jelas menunjukkan adanya orang yang akan, bahkan sudah, masuk neraka. Contoh:
· cerita Lazarus dan orang kaya.
· Yudas 1:7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.
· Matius 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.
· Yohanes 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.
· Matius 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.
Ayat-ayat yang dipakai oleh Pdt. Jusuf B. S. di atas, yaitu 2Petrus 3:9 1Timotius 2:3-4 Yeh 33:11 Yeh 18:23, menunjuk pada kehendak Allah yang nomor 2, yaitu sesuatu yang kalau terjadi akan menyenangkan Allah, tetapi bukan menunjuk pada Rencana / Ketetapan kekal dari Allah, dan karena itu bisa tidak terjadi. Sebaliknya Predestinasi / pemilihan, yang dipercaya oleh Calvinisme / Reformed, menunjuk pada Rencana / Ketetapan Allah, dan karenanya pasti terjadi.
Calvin: “But it may be asked, If God wishes none to perish, why is it that so many do perish? To this my answer is, that no mention is here made of the hidden purpose of God, according to which the reprobate are doomed to their own ruin, but only of his will as made known to us in the gospel. For God there stretches forth his hand without a difference to all, but lays hold only of those, to lead them to himself, whom he has chosen before the foundation of the world” (= Tetapi bisa dipertanyakan, Jika Allah tak menghendaki seorangpun binasa, mengapa begitu banyak yang binasa? Terhadap ini jawaban saya adalah, bahwa di sini tidak disebutkan tentang rencana yang tersembunyi dari Allah, menurut mana orang-orang yang ditentukan untuk binasa ditakdirkan pada kehancuran diri mereka sendiri, tetapi hanya tentang kehendakNya sebagaimana dinyatakan kepada kita dalam injil. Karena Allah mengulurkan tanganNya tanpa pembedaan kepada semua orang, tetapi hanya memegang mereka, untuk membimbing mereka kepada diriNya sendiri, yang telah Ia pilih sebelum penciptaan dunia).
Barnes’ Notes: “‘Not willing that any should perish.’ That is, He does not DESIRE it or WISH it. ... The passage should not be adduced to prove that God has no PURPOSE, and has formed no PLAN, in regard to the destruction of the wicked” (= ‘Tidak menghendaki siapapun binasa’. Artinya, Ia tidak menginginkannya atau mengharapkannya. ... Text ini tidak boleh dikemukakan untuk membuktikan bahwa Allah tidak mempunyai tujuan, dan tidak membentuk rencana, berkenaan dengan penghancuran orang-orang jahat).
c) Cara penafsiran yang lain.
Ay 9: “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.
KJV: ‘to us-ward’ (= kepada / terhadap kita).
NKJV: ‘toward us’ (= kepada terhadap kita).
ASV: ‘to you-ward’ (= kepada / terhadap kamu).
RSV/NASB: ‘toward you’ (= terhadap kamu).
NIV: ‘with you’ (= dengan kamu).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “If God is long-suffering toward lost sinners, why did Peter write, ‘The Lord ... is longsuffering to us-ward’? Who is meant by ‘usward’? It would appear that God is long-suffering to His own people! Perhaps Peter was using the word ‘us’ in a general way, meaning ‘mankind.’ But it is more likely that he was referring to his readers as the elect of God (1Peter 1:2; 2 Peter 1:10). God is long-suffering toward lost sinners because some of them will believe and become a part of God’s elect people. We do not know who God’s elect are among the unsaved people of the world, nor are we supposed to know. Our task is to make our own ‘calling and election sure’ (2Peter 1:10; cf. Luke 13:23-30). The fact that God has His elect people is an encouragement to us to share the Good News and seek to win others to Christ” [= Jika Allah sabar terhadap orang-orang berdosa yang terhilang, mengapa Petrus menuliskan, ‘Tuhan ... sabar terhadap kita’? Siapa yang dimaksudkan dengan ‘kita’? Kelihatannya Allah sabar terhadap umatNya sendiri! Mungkin Petrus menggunakan kata ‘kita’ dalam arti umum, berarti ‘umat manusia’. Tetapi lebih memungkinkan bahwa ia sedang menunjuk kepada para pembacanya sebagai orang-orang pilihan Allah (1Petrus 1:2; 2Petrus 1:10). Allah sabar terhadap orang-orang berdosa yang terhilang karena sebagian dari mereka akan percaya dan menjadi sebagian dari orang-orang pilihan Allah. Kita tidak tahu siapa yang adalah orang-orang pilihan Allah di antara orang-orang dunia yang belum selamat, juga kita tidak diharapkan untuk tahu. Tugas kita adalah untuk membuat ‘panggilan dan pilihan kita pasti’ (2Pet 1:10; bdk. Lukas 13:23-30). Fakta bahwa Allah mempunyai orang-orang pilihanNya merupakan suatu dorongan bagi kita untuk membagikan Kabar Baik dan berusaha memenangkan orang-orang lain kepada Kristus].
Catatan: saya tidak tahu dari mana KJV/NKJV mendapatkan kata ‘us’ (= kita). Kitab Suci bahasa Inggris yang lain menterjemahkan ‘kamu’ seperti Kitab Suci Indonesia.
Sekarang mari kita memperhatikan seluruh kontext yang kita pelajari, dan menyoroti kata-kata tertentu.
2Petrus 3:1-18 - “(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. (3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia. (15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga merekabuat dengan tulisan-tulisan yang lain. (17) Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. (18) Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
Kalau kita memperhatikan seluruh kontext, maka orang-orang yang tidak beriman, seperti para pengejek dalam ay 3, dan orang-orang yang tidak memahami dan tidak teguh imannya dalam ay 16, selalu disebut dengan kata ganti orang ‘mereka’ (ay 4,5,16), sedangkan untuk orang-orang percaya yang ia sebut ‘saudara-saudaraku yang kekasih’ (ay 1,8,14,17) ia selalu menggunakan kata ganti orang ‘mu’ atau ‘kamu’(ay 1,2,3,8,9,11,12,14,15,17), atau kadang-kadang ‘kita’ (ay 13,15,18), berarti mencakup ‘kamu’ dan diri Petrus sendiri.
Jadi, kalau dalam 2 Petrus 3: 9 digunakan ‘kamu’, itu sangat memungkinkan untuk menunjuk bukan kepada seadanya orang di dunia ini, tetapi hanya kepada umat Tuhan / orang-orang pilihan saja!
John Owen: “The text is clear, that it is all and only the elect whom he would not have to perish” (= Textnya jelas, bahwa adalah semua dan hanya orang pilihan yang tidak Ia kehendaki untuk binasa) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349.
2 PETRUS 3:1-18(4)
2 Petrus 3: 10-14: “(10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. (14) Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia”.
1) “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri” (ay 10a).
Bagian ini tidak menyamakan Yesus Kristus dengan pencuri, tetapi hanya menyamakan / mengibaratkan kedatanganNya seperti kedatangan seorang pencuri, yaitu tidak terduga, mendadak, dan tanpa pemberitahuan.
Ini menyebabkan kita harus siap setiap saat menghadapi kedatanganNya.
2) Langit dan bumi akan dimusnahkan dan lalu diciptakan yang baru, atau hanya diperbaharui?
2 Petrus 3: 10-13: “(10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran”.
Ada pro kontra yang luar biasa hebatnya tentang pandangan bahwa langit dan bumi (alam semesta) ini akan dimusnahkan, lalu diciptakan yang baru, atau bahwa langit dan bumi (alam semesta) ini hanya akan diperbaharui / dimurnikan. Mengingat hebatnya, rumitnya dan banyaknya argumentasi-argumentasi yang pro maupun yang kontra tentang bagian ini, saya meletakkkan pembahasan tentang hal ini di bagian akhir dari pembahasan 2Petrus ini (setelah pembahasan 2 Petrus 3: 18).
3) “betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” (2 Petrus 3: 11b).
Bdk. 2 Petrus 3: 14: “Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia”.
Saya kira ini sebetulnya lebih penting dari pada pembahasan apakah alam semesta ini akan dihancurkan dan lalu diciptakan yang baru, atau hanya sekedar dimurnikan. Kalaupun kita mau mengambil pandangan kedua, harus diingat bahwa pemurnian itu tetap dilakukan dengan api (ay 10,12b), sehingga nanti semua hal-hal duniawi yang kita dapatkan, tidak ada gunanya lagi, karena semua akan dibakar / dihancurkan.
Bible Knowledge Commentary: “Scoffers, questioning the Lord’s coming with its ensuing judgment on them, lead ungodly lives (2:7,10,12-15,18-20; 3:3). By contrast, Jesus’ followers, anticipating His return, are to be godly (v. 14; cf. Titus 2:12-14; 1 John 3:3)” [= Pengejek-pengejek, yang mempertanyakan kedatangan Tuhan dengan penghakiman yang terjadi terhadap mereka, menjalani kehidupan yang jahat (2:7,10,12-15,18-20; 3:3). Sebagai kontrasnya, pengikut-pengikut Yesus, yang mengantisipasi kembalinya Dia, harus menjadi saleh (v. 14; bdk. Titus 2:12-14; 1Yoh 3:3)].
1Yohanes 3:2-3 - “(2) Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya. (3) Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci”.
Calvin: “This has been added, that the faithful might be always watching, and not promise tomorrow to themselves. For we all labor under two very different evils - too much haste, and slothfulness. We are seized with impatience for the day of Christ already expected; at the same time we securely regard it as afar off. As, then, the Apostle has before reproved an unreasonable ardor, so he now shakes off our sleepiness, so that we may attentively expect Christ at all times, lest we should become idle and negligent, as it is usually the case. For whence is it that flesh indulges itself except that there is no thought of the near coming of Christ?”(= Bagian ini telah ditambahkan, supaya orang-orang yang setia / beriman bisa selalu berjaga-jaga, dan tidak menjanjikan hari esok kepada diri mereka sendiri. Karena kita semua bekerja / berjerih payah di bawah dua kejahatan yang sangat berbeda - terlalu tergesa-gesa, dan kemalasan. Kita dicengkeram dengan ketidak-sabaran untuk hari Kristus yang telah diharapkan; pada saat yang sama kita dengan aman menganggapnya sebagai masih jauh. Karena sebelumnya sang Rasul telah mencela / memarahi suatu semangat yang tidak masuk akal, maka sekarang ia melepaskan / menghilangkan rasa mengantuk kita, sehingga kita bisa dengan penuh perhatian mengharapkan Kristus pada setiap saat, supaya jangan kita menjadi malas dan lalai / sembrono, seperti yang biasanya terjadi. Karena dari mana daging itu menuruti nafsunya sendiri kecuali bahwa di sana tidak ada pemikiran tentang kedatangan yang dekat dari Kristus?).
Matthew Henry: “And now who can but observe what a difference there will be between the first coming of Christ and the second! Yet that is called the great and dreadful day of the Lord, Mal. 4:5. How much more dreadful must this coming to judgment be! May we be so wise as to prepare for it, that it may not be a day of vengeance and destruction unto us. O! what will become of us, if we set our affections on this earth, and make it our portion, seeing all these things shall be burnt up? Look out therefore, and make sure of a happiness beyond this visible world, which must all be melted down” (= Dan sekarang siapa yang bisa tidak memperhatikan perbedaan apa yang akan ada di sana antara kedatangan pertama dari Kristus dan kedatangan yang kedua! Tetapi itu disebut hari Tuhan yang besar dan menakutkan, Mal 4:5. Betapa pasti lebih menakutkannya kedatangan untuk penghakiman ini! Kiranya kita menjadi begitu bijaksana sehingga mempersiapkan untuk itu, sehingga itu tidak menjadi suatu hari pembalasan dan penghancuran bagi kita. Oh! apa yang akan terjadi dengan kita jika kita mengarahkan kasih kita kepada bumi / dunia ini, dan membuatnya sebagai bagian kita, mengingat bahwa semua hal-hal ini akan dibakar? Karena itu berhati-hatilah, dan pastikanlah tentang suatu kebahagiaan yang melampaui dunia yang kelihatan ini, yang semuanya harus mencair / meleleh).
Mal 4:5 - “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu”.
Bdk. Wahyu 6:15-17 - “(15) Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. (16) Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.’ (17) Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?”.
Matthew Henry: “Seeing all these things must be dissolved, how holy should we be, that are assured of it, departing from and dying to sin, that has so corrupted and defiled all the visible creation that there is an absolute need of its dissolution! All that was made for man’s use is subject to vanity by man’s sin: and if the sin of man has brought the visible heavens, and the elements and earth, under a curse, from which they cannot be freed without being dissolved, what an abominable evil is sin, and how much to be hated by us! And, inasmuch as this dissolution is in order to their being restored to their primitive beauty and excellency, how pure and holy should we be, in order to our being fit for the new heaven and new earth, wherein dwelleth righteousness!” (= Mengingat bahwa semua hal-hal ini harus hilang / musnah, betapa kita, yang yakin tentangnya, harus kudus, memisahkan diri dari dan mati terhadap dosa, yang telah begitu merusak dan mengotori / menodai seluruh ciptaan sehingga di sana ada suatu kebutuhan mutlak untuk mengakhirinya! Semua yang dibuat untuk penggunaan manusia tunduk pada kesia-siaan oleh dosa manusia: dan jika dosa manusia telah membawa langit yang kelihatan, dan elemen-elemen dan bumi, di bawah suatu kutuk, dari mana mereka tidak bisa dibebaskan tanpa dihilangkan / dimusnahkan, maka dosa betul-betul merupakan kejahatan yang menjijikkan, dan betapa kita harus membencinya! Dan, karena penghancuran ini adalah untuk pemulihan mereka pada keindahan dan kebaikan, betapa kita harus murni dan kudus, supaya keberadaan kita cocok untuk langit dan bumi yang baru, dimana terdapat kebenaran!).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Of course, this great explosion and conflagration will not touch the ‘heaven of heavens’ where God dwells. It will destroy the earth and the atmospheric heavens around it, the universe as we know it; this will make room for the new heavens and earth (2 Peter 3:13; Rev 21:1ff). Man’s great works will also be burned up! All of the things that man boasts about - his great cities, his great buildings, his inventions, his achievements - will be destroyed in a moment of time. When sinners stand before the throne of God, they will have nothing to point to as evidence of their greatness. It will all be gone. This is certainly a solemn truth, and we dare not study it in cavalier fashion. In the remaining verses of his letter, Peter will apply this truth to our daily living. But it would be wise for us to pause now and consider: where will I be when God destroys the world? Is what I am living for only destined to go up in an atomic cloud, to vanish forever? Or am I doing the will of God so that my works will glorify Him forever? Make your decision now - before it is too late” [= Tentu saja, ledakan yang besar ini, dan kebakaran besar itu, tidak akan menyentuh ‘langit dari langit’ dimana Allah tinggal. Itu akan menghancurkan bumi dan atmosfir di sekitarnya, alam semesta seperti yang kita kenal; ini akan menyediakan tempat untuk langit dan bumi yang baru (2 Petrus 3:13; Wah 21:1-dst). Pekerjaan-pekerjaan yang besar dari manusia juga akan terbakar! Semua hal-hal yang dibanggakan oleh manusia - kota-kotanya yang besar, bangunan-bangunannya yang besar, penemuan-penemuannya, pencapaian-pencapaiannya - akan dihancurkan dalam waktu yang singkat. Pada waktu orang-orang berdosa berdiri di hadapan takhta Allah, mereka tidak akan mempunyai apa-apa untuk ditunjuk sebagai bukti dari kebesaran mereka. Itu semua akan hilang / musnah. Ini pasti adalah kebenaran yang kudus, dan kita tidak berani mempelajarinya dengan cara yang sombong. Dalam ayat-ayat yang tersisa dalam suratnya, Petrus menerapkan kebenaran ini kepada kehidupan kita sehari-hari. Tetapi adalah bijaksana bagi kita untuk berhenti sebentar sekarang dan merenungkan: dimana aku akan ada pada saat Allah menghancurkan dunia? Apakah hal-hal untuk apa aku hidup hanya ditakdirkan untuk naik ke atas dalam suatu awan atom, untuk hilang selama-lamanya? Atau apakah aku sedang melakukan kehendak Allah sehingga pekerjaan-pekerjaanku akan memuliakan Dia selama-lamanya? Buatlah keputusanmu sekarang - sebelum terlambat].
Catatan: ingat bahwa dalam Alkitab ada bermacam-macam arti untuk kata ‘langit’. ‘Langit’ yang dihancurkan itu memang tidak menunjuk pada surga, tempat dimana Allah tinggal, tetapi menunjuk pada atmosfir dan tempat benda-benda langit. Jadi, ‘langit dan bumi’ yang dihancurkan harus diartikan sebagai ‘alam semesta’.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “This expectant attitude ought to make a difference in our personal conduct (2 Peter 3:11). The word translated ‘manner’ literally means ‘exotic, out of this world, foreign.’ Because we have ‘escaped the corruption that is in the world’ (2 Peter 1:4), we must live differently from the people in the world. To them, we should behave like ‘foreigners.’ Why? Because this world is not our home! We are ‘strangers and pilgrims’ (1 Peter 2:11) headed for a better world, the eternal city of God. Christians should be different, not odd. When you are different, you attract people; when you are odd, you repel them” [= Sikap mengharapkan ini harus membuat suatu perbedaan dalam tingkah laku pribadi kita (2Petrus 3:11). Kata yang diterjemahkan ‘manner’ (= jenis) secara hurufiah berarti ‘aneh / luar biasa, di luar dari dunia ini, asing’. Karena kita telah lolos dari kerusakan / kejahatan yang ada dalam dunia ini’ (2Petrus 1:4), kita harus hidup secara berbeda dari orang-orang dalam dunia. Bagi mereka kita harus menjadi ‘orang-orang asing’. Mengapa? Karena dunia ini bukanlah rumah kita! Kita adalah ‘orang-orang asing dan peziarah’ (1Petrus 2:11) yang menuju suatu dunia yang lebih baik, kota yang kekal dari Allah. Orang-orang Kristen harus berbeda, bukan aneh. Pada waktu kamu berbeda, kamu menarik orang-orang; pada waktu kamu aneh, kamu menolak mereka].
Catatan: kata ‘manner’ merupakan terjemahan dari KJV.
2Petrus 3:11 - “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup”.
KJV: ‘Seeing then that all these things shall be dissolved, what manner of persons ought ye to be in all holy conversation and godliness’ (= Maka, mengingat bahwa semua hal-hal ini akan dihancurkan, kamu harus menjadi jenis orang yang bagaimana, dalam semua tingkah laku kudus dan kesalehan).
2Petrus 1:4 - “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
1Pet 2:11 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa”.
Bdk. Roma 12:2 - “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Calvin: “He, then, who waits for new heavens, must begin with renewal as to himself, and diligently aspire after it; but they who cleave to their own filth, think nothing, it is certain, of God’s kingdom, and have no taste for anything but for this corrupt world” (= Maka, ia yang menunggu langit yang baru, harus mulai dengan pembaharuan berkenaan dengan dirinya sendiri, dan dengan rajin menginginkannya; tetapi adalah pasti bahwa mereka yang bepegang erat-erat pada kekotoran mereka, tidak memikirkan apa-apa tentang kerajaan Allah, dan tidak mencicipi apapun kecuali dunia yang rusak / jahat ini).
Barnes’ Notes: “In holy conduct and piety. That is, this fact ought to be allowed to exert a deep and abiding influence on us, to induce us to lead holy lives. We should feel that there is nothing permanent on the earth; that this is not our abiding home; and that our great interests are in another world. We should be serious, humble, and prayerful; and should make it our great object to be prepared for the solemn scenes through which we are soon to pass. An habitual contemplation of the truth, that all that we see is soon to pass away, would produce a most salutary effect on the mind. It would make us serious. It would repress ambition. It would lead us not to desire to accumulate what must so soon be destroyed. It would prompt us to lay up our treasures in heaven” (= Dalam tingkah laku yang kudus dan kesalehan. Artinya, fakta ini seharusnya diijinkan untuk mengerahkan suatu pengaruh yang dalam dan menetap kepada diri kita, untuk menyebabkan kita menjalani kehidupan yang kudus. Kita harus merasa bahwa tidak ada yang permanen / kekal di bumi; bahwa ini bukanlah rumah kita yang kekal; dan bahwa kepentingan kita yang besar ada di dunia yang lain. Kita harus serius, rendah hati, dan banyak berdoa; dan harus membuatnya sebagai tujuan kita yang besar untuk disiapkan bagi suasana yang keramat / kudus melalui mana kita akan segera lewat. Suatu kebiasaan perenungan tentang kebenaran, bahwa semua yang kita lihat akan segera hilang / mati, akan menghasilkan suatu pengaruh yang paling menyehatkan / bermanfaat pada pikiran. Itu akan membuat kita menjadi serius. Itu akan menekan ambisi. Itu akan membimbing kita untuk tidak menginginkan untuk menimbun apa yang pasti akan segera dihancurkan. Itu akan mendorong kita untuk menimbun harta kita di surga).
Bdk. Matius 6:19-21 - “(19) ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”.
Pulpit Commentary (bagian ‘homiletics’): “Christians should look for the city that hath foundations. The cities of this world have no sure foundation, for the earth on which they are built must pass away; it has within itself the element which is to cause its dissolution; the germs of that dissolution are working even now. Then wise men must not lay up for themselves treasures upon earth; they must not live as if this changeful, dying world was to be their home for ever; they must set their affections on things above; they must remember that Christian men are citizens of the heavenly country, fellow-citizens with the saints. Therefore they must adopt the modes of life which are characteristic of that heavenly country; their conduct as they move about among men must be holy in all the relations of life; they must live in the habitual pursuit of godliness in all its aspects. These things are of true, lasting moment. The prizes of this world, even those which seem to us the greatest and most to be desired, are but vanity, vanity of vanities, compared with the great realities of the spiritual life” (= Orang-orang Kristen harus mencari kota yang mempunyai dasar. Kota-kota dari dunia ini tidak mempunyai dasar yang pasti, karena bumi dimana mereka dibangun harus hilang; itu mempunyai dalam dirinya sendiri elemen yang merupakan penyebab dari penghancurannya; benih dari penghancuran itu sedang bekerja bahkan pada saat ini. Karena itu orang-orang yang bijaksana tidak boleh menimbun bagi diri mereka sendiri harta di bumi; mereka tidak boleh hidup seakan-akan dunia yang terus berubah dan sekarat ini akan menjadi rumah mereka selama-lamanya; mereka harus meletakkan kasih mereka pada hal-hal di atas; mereka harus ingat bahwa orang-orang Kristen adalah warga negara dari negeri surgawi; sesama warga negara dengan orang-orang kudus. Karena itu mereka harus mengadopsi cara kehidupan yang merupakan ciri khas dari negeri surgawi itu; tingkah laku mereka pada waktu mereka bergerak di antara orang-orang harus kudus dalam semua hubungan-hubungan dari kehidupan; mereka harus hidup dalam kebiasaan mengejar kesalehan dalam semua aspeknya. Hal-hal ini adalah dari kepentingan yang benar dan kekal. Hadiah-hadiah dari dunia ini, bahkan mereka yang bagi kita kelihatannya adalah yang terbesar dan paling diinginkan, adalah kesia-siaan, kesia-siaan dari kesia-siaan, dibandingkan dengan realita-realita besar dari kehidupan rohani) - hal 74-75.
UBS New Testament Handbook Series (tentang 2 Petrus 3: 14): “‘Be zealous’ is the same verb translated ‘hastening’ in verse 12. It may also be ‘do your best’ (TEV), ‘make every effort,’ ‘do your utmost,’ ‘make certain,’ ‘strive,’ ‘be diligent.’ The word speaks of intense effort” [= ‘Bersemangatlah’ (ay 14) adalah kata kerja yang sama yang diterjemahkan ‘mempercepat’ dalam ay 12. Itu juga bisa diartikan ‘lakukanlah yang terbaik’ (TEV), ‘lakukanlah semua usaha’, ‘lakukanlah sampai pada tingkat yang tertinggi’, ‘buatlah pasti’, ‘berusahalah / berjuanglah’, ‘rajinlah’. Kata itu berbicara tentang usaha yang hebat / bersemangat.].
Calvin: “It may be asked, how any one can be found blameless by Christ, when we all labor under so many deficiencies. But Peter here only points out the mark at which the faithful ought all to aim, though they cannot reach it, until having put off their flesh they become wholly united to Christ” (= Bisa dipertanyakan, bagaimana siapapun bisa didapati tak bercacat oleh Kristus, pada waktu kita semua berjerih payah di bawah begitu banyak kekurangan-kekurangan. Tetapi di sini Petrus hanya menunjukkan sasaran yang harus dituju oleh semua orang yang setia / percaya, sekalipun mereka tidak bisa mencapainya, sampai setelah melepaskan daging mereka mereka menjadi sepenuhnya dipersatukan dengan Yesus Kristus).
4) “yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah” (ay 12a).
UBS New Testament Handbook Series: “‘Hastening’ can also be ‘earnestly desiring’ (RSV footnote), ‘striving for,’ ‘looking for,’ ‘waiting for.’ ... The main question here is whether Christians can cause the day of the Lord to come more quickly by their actions (in this case, by living godly and holy lives), or whether this is solely in the hands of God, and the only thing that Christians can do is to longingly expect it. The verb allows for either possibility; background literature, however, favors the interpretation hastening. In Rabbinic literature there are references attesting to the belief that repentance does bring in the end. A passage from 2 Clement (12:6) cites a statement from Jesus to the effect that when Christians live godly lives and refrain from sexual impurities, then the kingdom of God will come. Connected with this, of course, is the delay of the Parousia, which is motivated by God’s desire for people to repent; in the light of this, repentance may be said to ultimately affect the eventual return of the Lord. Most translations prefer this second possibility” [= ‘Mempercepat’ juga bisa berarti ‘menginginkan dengan sungguh-sungguh’ (catatan kaki RSV), ‘berusaha / berjuang untuk’, ‘mencari’, ‘menantikan’. ... Pertanyaan utama di sini adalah, apakah orang-orang Kristen bisa menyebabkan hari Tuhan datang dengan lebih cepat oleh tindakan-tindakan mereka (dalam kasus ini, oleh hidup yang saleh dan kehidupan yang kudus), atau apakah ini semata-mata terletak di tangan Allah, dan satu-satunya hal yang bisa dilakukan orang-orang Kristen adalah mengharapkannya dengan kerinduan. Kata kerjanya mengijinkan kemungkinan yang manapun; tetapi latar belakang pustaka, menyokong penafsiran ‘mempercepat’. Dalam literatur rabi-rabi ada referensi-referensi yang menyokong kepercayaan bahwa pertobatan memang menghasilkan akhir. Sebuah text dari 2 Clement (12:6) mengutip suatu pernyataan dari Yesus Kristus yang berarti bahwa pada waktu orang-orang Kristen menjalani kehidupan yang kudus dan menahan dari kekotoran sexual, maka kerajaan Allah akan datang. Berhubungan dengan ini, tentu saja, adalah penundaan dari PAROUSIA (= kedatangan), yang disebabkan oleh keinginan Allah supaya orang-orang bertobat; dalam terang dari hal ini, pertobatan bisa dikatakan akhirnya mempengaruhi kembalinya Tuhan. Kebanyakan terjemahan lebih memilih kemungkinan kedua ini].
Catatan:
a) Penafsir ini menggunakan literatur rabi-rabi dan surat 2 Clement (ini termasuk tulisan Apocrypha yang dianggap berasal dari Clement, seorang uskup dari Roma pada akhir abad pertama Masehi) sebagai dasar! Ini sama sekali tidak Alkitabiah!
b) Memang kebanyakan terjemahan memilih terjemahan ini (‘mempercepat’) tetapi tidak berarti harus diartikan seperti itu. Hari Tuhan sudah ditetapkan oleh Tuhan, dan dalam arti sesungguhnya tidak bisa diubah / dipercepat oleh apapun.
Bdk. Kisah Para rasul 17:31 - “Karena Ia TELAH MENETAPKAN SUATU HARI, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
Jamieson, Fausset & Brown: “not that God’s time is changeable, but God appoints us as instruments of accomplishing those events which must be first before the day can come. By praying for His coming, furthering the preaching of the Gospel for a witness to all nations, and bringing in those whom ‘the long-suffering of God’ waits to save, we hasten the coming of the day of God” (= bukan bahwa waktu Allah itu bisa diubah, tetapi Allah menetapkan kita sebagai alat-alat untuk mencapai peristiwa-peristiwa itu, yang harus terjadi dahulu sebelum hari itu bisa datang. Dengan berdoa untuk kedatanganNya, melanjutkan pemberitaan Injil sebagai suatu kesaksian bagi semua bangsa-bangsa, dan membawa masuk mereka yang ‘kepanjang-sabaran Allah’ tunggu untuk menyelamatkan, kita ‘mempercepat’ kedatangan hari Allah).
Lebih jelas lagi, kata ‘mempercepat’ ini hanya berdasarkan sudut pandang manusia. Dari sudut pandang Allah tidak mungkin hari itu dipercepat.
Hal yang sama terjadi dengan ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa umur manusia bisa bertambah panjang / pendek karena ia melakukan hal-hal tertentu. Misalnya:
Keluaran 20:12 - “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu”.
Amsal 3:1-2 - “(1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, (2) karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu”.
Pkh 8:13 - “Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah”.
Padahal dalam ayat-ayat yang lain jelas dikatakan bahwa umur manusia sudah ditentukan oleh Allah, misalnya:
Mazmur 39:5-6 - “(5) ‘Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela”.
Matius 6:27 - “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”.
Jadi, inipun hanya bisa ditafsirkan dari sudut pandang manusia saja. Kalau seseorang berbuat jahat, dan Allah lalu menghukum dia dengan hukuman mati, maka seolah-olah kejahatannya memperpendek umurnya, dan sebaliknya. Tetapi dari sudut Tuhan, segala sesuatu sudah ditetapkan dan pasti terjadi seperti hal-hal itu ditetapkan. Rencana Allah tidak bisa gagal.
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal”.
2 PETRUS 3:1-18(5)
2 Petrus 3: 15: “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya”.
1) “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat”.
Pulpit Commentary: “The apostle is referring to verse 9. Scoffers count the delay of the judgment slackness; the Christian should count it salvation; it is for the salvation of the elect that the judgment tarrieth” (= Sang rasul menunjuk pada ay 9. Pengejek-pengejek menganggap penundaan itu sebagai kelambatan / kelalaian penghakiman; orang Kristen harus menganggapnya sebagai keselamatan; adalah untuk keselamatan dari orang-orang pilihan maka penghakiman berlambat-lambat).
Bdk. Roma 2:4-5 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan”.
Tetapi dalam faktanya, yang sering terjadi bukanlah pertobatan tetapi justru kejahatan yang bertambah!
Bdk. Pkh 8:11 - “Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat”.
2) “seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya”.
Bible Knowledge Commentary: “Interestingly Peter called Paul ‘our dear (AGAPETOS, ‘beloved’; cf. vv. 1,8,14,17) brother’. Years before Paul had severely rebuked Peter (Gal 2:11-14), but this did not sever their love and respect for each other” [= Merupakan sesuatu yang menarik bahwa Petrus menyebut Paulus ‘saudara kita yang kekasih’ (AGAPETOS, ‘kekasih’; bdk. ay 1,8,14,17). Bertahun-tahun sebelumnya Paulus telah menegur Petrus dengan keras (Galatia 2:11-14), tetapi ini tidak memutuskan kasih dan hormat mereka satu terhadap yang lain].
Gal 2:11-14 - “(11) Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. (12) Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. (13) Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. (14) Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: ‘Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?’”.
Matthew Henry: “(1.) He calls him brother, ... (2.) He calls him beloved; ... (3.) He mentions Paul as one who had an uncommon measure of wisdom given unto him. ... How desirable is it that those who preach the same gospel should treat one another according to the pattern Peter here sets them! It is surely their duty to endeavour, by proper methods, to prevent or remove all prejudices that hinder ministers’ usefulness, and to beget and improve the esteem and respect in the minds of people towards their ministers that may promote the success of their labours” [= (1.) Ia menyebutnya saudara, ... (2.) Ia menyebutnya kekasih; ... (3.) Ia menyebut Paulus sebagai seseorang yang mempunyai takaran hikmat yang luar biasa yang diberikan kepadanya. ... Alangkah diinginkannya bahwa mereka yang memberitakan / mengkhotbahkan injil yang sama memperlakukan satu sama lain sesuai dengan pola yang dibuat di sini oleh Petrus! Jelas merupakan kewajiban mereka untuk berusaha, dengan metode-metode yang benar, untuk mencegah atau menghilangkan semua prasangka-prasangka yang menghalangi kebergunaan pendeta-pendeta / pelayan-pelayan, dan untuk menghasilkan dan meningkatkan penghargaan dan hormat dalam pikiran orang-orang terhadap pendeta / pelayan mereka sehingga bisa meningkatkan sukses dari pekerjaan / jerih payah mereka].
Matthew Henry: “The excellent wisdom that was in Paul is said to be given him. The understanding and knowledge that qualify men to preach the gospel are the gift of God. We must seek for knowledge, and labour to get understanding, in hopes that it shall be given us from above, while we are diligent in using proper means to attain it” (= Hikmat yang sangat bagus yang ada dalam diri Paulus dikatakan sebagai ‘dikaruniakan kepadanya’. Pengertian dan pengetahuan yang menyebabkan orang-orang memenuhi syarat untuk memberitakan Injil merupakan karunia dari Allah. Kita harus mencari pengetahuan, dan berjerih payah untuk mendapat pengertian, dalam pengharapan bahwa itu akan dikaruniakan kepada kita dari atas, sementara kita rajin dalam menggunakan cara-cara yang benar untuk mencapainya).
Penerapan: orang-orang Kristen harus berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang Firman Tuhan. Tak ada jalan pintas! Harus berusaha dengan rajin dan tekun! Harus mau mencarinya di luar gereja mereka, kalau gereja mereka sendiri ternyata tidak memberikan pelajaran Firman Tuhan yang baik!
Kalau orang Kristen awam harus demikian, apalagi pendeta-pendeta! Tetapi mayoritas pendeta-pendeta jaman sekarang, adalah pendeta-pendeta yang tidak belajar! Mereka hanya mendongeng, melawak, memenuhi khotbah dengan lelucon, tetapi nyaris atau betul-betul tidak ada Firman Tuhan di dalam khotbah-khotbah mereka! Mengapa? Karena mereka tidak belajar! Ada juga yang terus mencari contekan di internet, sehingga mereka tidak perlu berjerih payah dalam belajar! Pada suatu hari kelak, pelayan-pelayan Tuhan yang malas seperti ini harus memberikan pertanggung-jawaban kepada Tuhan!
2 Petrus 3: 16: “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
1) “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami”.
Barnes’ Notes: “With what propriety can the pretended successor of Peter - the pope - undertake to expound those difficult doctrines in the writings of Paul, when even Peter himself did not undertake it, and when he did not profess to be able to comprehend them? Is the Pope more skilled in the knowledge of divine things than the apostle Peter? Is he better qualified to interpret the sacred writings than an inspired apostle was?”(= Dengan kecocokan apa / yang bagaimana orang-orang yang berpura-pura menjadi pengganti-pengganti dari Petrus - sang Paus - berusaha untuk menjelaskan ajaran-ajaran yang sukar dalam tulisan-tulisan Paulus itu, pada waktu bahkan Petrus sendiri tidak mengusahakannya, dan pada waktu ia tidak mengaku bisa mengertinya? Apakah Paus lebih ahli dalam pengetahuan tentang hal-hal ilahi dari pada rasul Petrus? Apakah ia lebih memenuhi syarat untuk menafsirkan tulisan-tulisan kudus dari pada seorang rasul yang diilhami?).
Catatan: 2 Petrus 3: 16 ini tidak mengatakan bahwa Petrus tidak berusaha mengerti tulisan-tulisan Paulus. Juga tidak mengatakan bahwa Petrus tidak mengertinya. Petrus, dalam ay 16 ini, hanya mengatakan bahwa dalam tulisan-tulisan Paulus ada hal-hal yang sukar difahami. Tetapi memang merupakan sesuatu yang menggelikan kalau Petrus sendiri mengatakan adanya hal-hal yang sukar difahami dalam surat-surat Paulus sementara Gereja Roma Katolik menganggap / menyatakan diri sebagai penafsir-penafsir yang tidak bisa salah dari seluruh Firman Tuhan!
Calvin: “It may, however, be asked, Whence is this obscurity, for the Scripture shines to us like a lamp, and guides our steps? To this I reply, that it is nothing to be wondered at, if Peter ascribed obscurity to the mysteries of Christ’s kingdom, and especially if we consider how hidden they are to the perception of the flesh. However the mode of teaching which God has adopted, has been so regulated, that all who refuse not to follow the Holy Spirit as their guide, find in the Scripture a clear light. At the same time, many are blind who stumble at mid-day; others are proud, who, wandering through devious paths, and flying over the roughest places, rush headlong into ruin” (= Tetapi bisa ditanyakan, dari mana kekaburan / ketidak-jelasan ini, karena Kitab Suci bersinar bagi / kepada kita seperti sebuah lampu, dan membimbing langkah-langkah kita? Terhadap ini saya menjawab, bahwa tidak ada yang perlu diherankan, jika Petrus menganggap kekaburan / ketidak-jelasan sebagai milik dari misteri dari kerajaan Kristus, dan khususnya jika kita mempertimbangkan betapa tersembunyinya mereka dari pengertian daging. Tetapi cara pengajaran yang telah diambil / dipakai oleh Allah telah diatur sedemikian rupa, sehingga semua yang tidak menolak untuk mengikuti Roh Kudus sebagai pembimbing mereka, menemukan dalam Kitab Suci suatu terang yang jelas. Pada saat yang sama, banyak orang buta yang tersandung pada tengah hari; orang-orang lain bangga / sombong, yang mengembara melalui jalan-jalan yang berliku-liku, dan terbang melalui tempat-tempat yang paling berat / sukar, terburu-buru menuju ke dalam kehancuran).
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
- Lukas 24:45 - “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci”.
- Kis 16:14 - “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus”.
- Ef 1:16b-17 - “(16b) Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, (17) dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar”.
- Kolose 1:9-10 - “(9) Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, (10) sehingga hidupmu layak di hadapanNya serta berkenan kepadaNya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah”.
- Maz 119:18,27,33,34,66,135 - “(18) Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari TauratMu. ... (27) Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titahMu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatanMu yang ajaib. ... (33) Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapanMu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir. (34) Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang TauratMu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati. ... (66) Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintahMu. ... (135) Sinarilah hambaMu dengan wajahMu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapanMu kepadaku.”.
Penerapan: setiap kali saudara mau membaca / mendengar / belajar Firman Tuhan, jangan lupa berdoa untuk meminta pencerahan dari Roh Kudus, dan tak peduli betapa sering saudara menaikkan doa seperti itu, jangan berdoa secara asal-asalan / sambil lalu saja tetapi berdoalah dengan sungguh-sungguh.
2) “sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya”.
KJV: ‘which they that are unlearned and unstable’ (= yang mereka yang adalah orang-orang yang bodoh / tidak belajar / tidak terpelajar dan tidak stabil).
RSV: ‘which the ignorant and unstable’ (= yang orang-orang yang bodoh dan tidak stabil).
NIV: ‘which ignorant and unstable people’ (= yang orang-orang bodoh dan tidak stabil).
NASB: ‘which the untaught and unstable’ (= yang orang-orang yang tidak diajar dan tidak stabil).
Kata-kata ‘tidak teguh imannya’ dalam Kitab Suci Indonesia seolah-olah menunjuk kepada orang-orang yang sungguh-sungguh beriman, hanya saja imannya tidak teguh. Tetapi bukan itu yang dimaksudkan oleh Petrus. Seluruh anak kalimat ini menunjuk kepada orang-orang yang tidak belajar dengan baik, bodoh dalam hal rohani. Kata-kata ‘tidak stabil’ dalam terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris menunjuk kepada orang-orang yang terombang-ambing.
Bdk. Efesus 4:11-16 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, (16) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.
Barnes’ Notes: “‘Which they that are unlearned.’ The evil here adverted to is that which arises in cases where those without competent knowledge undertake to become expounders of the word of God. ... the danger is, that without proper views of interpretation, of language, and of ancient customs, they might be in danger of perverting and abusing certain portions of the writings of Paul” (= ‘Yang mereka yang adalah orang-orang yang tidak belajar / terpelajar’. Kejahatan yang ditunjuk di sini adalah kejahatan yang muncul dalam kasus-kasus dimana mereka yang tidak mempunyai pengetahuan yang memenuhi syarat berusaha untuk menjadi orang-orang yang menjelaskan firman Allah. ... bahayanya adalah, bahwa tanpa pandangan-pandangan yang benar tentang penafsiran, tentang bahasa, dan tentang kebiasaan-kebiasaan / tradisi-tradisi kuno, mereka bisa ada dalam bahaya menyimpangkan dan menyalah-gunakan bagian-bagian tertentu dari tulisan-tulisan Paulus).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Unlearned’. - not those wanting human learning, but lacking the learning imparted by the Spirit. The humanly learned have been often deficient in spiritual learning, and originated most heresies” (= ‘bodoh / tidak belajar’. - bukan mereka yang kekurangan pelajaran manusia, tetapi kekurangan pelajaran yang diberikan oleh Roh. Orang-orang yang terpelajar secara manusia sering kurang dalam pelajaran rohani, dan yang memulai kebanyakan bidat / ajaran sesat).
Barnes’ Notes: “‘And unstable.’ Who have no settled principles and views. The evil here adverted to is that which arises where those undertake to interpret the Bible who have no established principles. .... They have no stability in their character, and of course nothing can be regarded as settled in their methods of interpreting the Bible. They are under the control of feeling and emotion, and are liable to embrace one opinion to-day, and another directly opposite to-morrow. But the way to prevent THIS evil is not by attempting to give to a community an authoritative interpretation of the Bible; it is to diffuse abroad just principles, that men may obtain from the Bible an intelligent view of what it means” (= ‘Dan orang yang tidak stabil’. Yang tidak mempunyai prinsip-prinsip dan pandangan-pandangan yang tetap / teguh. Kejahatan yang ditunjuk di sini adalah kejahatan yang muncul dimana mereka yang berusaha untuk menafsirkan Alkitab tidak mempunyai prinsip-prinsip yang tetap / teguh. ... Mereka tidak stabil dalam karakter mereka, dan jelas tak ada apapun yang bisa dianggap sebagai tetap / teguh dalam metode-metode penafsiran Alkitab mereka. Mereka ada di bawah kendali dari perasaan dan emosi, dan besar kemungkinannya untuk memeluk / mempercayai satu pandangan hari ini, dan pandangan lain yang bertentangan frontal besok. Tetapi jalan untuk menghindari kejahatan ini bukanlah dengan berusaha untuk memberikan kepada suatu komunitas suatu penafsiran Alkitab yang berotoritas, tetapi dengan menyebarkan prinsip-prinsip yang benar, supaya orang-orang bisa mendapatkan dari Alkitab suatu pandangan yang cerdas tentang arti Alkitab).
3) “memutarbalikkannya”.
Barnes’ Notes: “‘Wrest.’ Pervert - STREBLOUSIN. The word here used occurs nowhere else in the New Testament. It is derived from a word meaning a windlass, winch, instrument of torture (streblee), and means to roll or wind on a windlass; then to wrench, or turn away, as by the force of a windlass; and then to wrest or pervert. It implies a turning out of the way by the application of force. Here the meaning is, that they apply those portions of the Bible to a purpose for which they were never intended. It is doubtless true that this may occur. Men may abuse and pervert anything that is good” [= ‘membengkokkan / memutar’. Menyimpangkan / menyesatkan / menyelewengkan - STREBLOUSIN. Kata yang digunakan di sini tidak muncul di tempat lain manapun dalam Perjanjian Baru. Kata itu diturunkan dari suatu kata yang berarti mesin kerek, mesin derek, alat penyiksaan (STREBLEE), dan berarti menggulung atau memutar suatu mesin kerek; lalu memuntir, atau memutar, seperti dengan kekuatan dari suatu mesin kerek; dan lalu membengkokkan atau menyimpangkan / menyesatkan / menyelewengkan. Ini secara tak langsung menunjuk pada suatu tindakan mengusir dari jalan / mengeluarkan dari jalan dengan penggunaan kekuatan / paksaan. Di sini artinya adalah, bahwa mereka menerapkan bagian-bagian dari Alkitab itu pada suatu maksud / tujuan untuk mana bagian-bagian itu tidak pernah dimaksudkan. Tak diragukan bahwa ini bisa terjadi. Orang-orang bisa menyalah-gunakan dan membengkokkan / menyelewengkan apapun yang baik].
Alexander Nisbet: “To wrest Scriptures is to endeavour to force them to speak contrary to the intent of the Spirit that indited them, in defence of vile errors or profane practices; for there is a metaphor in the word which is translated ‘wrest,’ taken from those who by tortures labour to compel the innocent to speak against their mind” (= Membengkokkan Kitab Suci artinya berusaha untuk memaksa mereka untuk berbicara bertentangan dengan maksud dari Roh yang menyatakannya kepada mereka, untuk mempertahankan / membela kesalahan-kesalahan yang buruk atau praktek-praktek yang kotor / duniawi; karena disana ada suatu kiasan dalam kata yang diterjemahkan ‘membengkokkan’, yang diambil dari mereka, yang dengan menggunakan penyiksaan-penyiksaan, bekerja keras untuk memaksa orang-orang yang tak bersalah untuk berbicara bertentangan dengan pikiran mereka) - hal 296.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Most heresies are the perversion of some fundamental doctrine of the Bible. False teachers take verses out of context, twist the Scriptures, and manufacture doctrines that are contrary to the Word of God. Peter probably had the false teachers in mind, but the warning is good for all of us. We must accept the teaching of the Scriptures and not try to make them say what we want them to say” (= Kebanyakan bidat merupakan penyimpangan-penyimpangan dari beberapa / sebagian doktrin dasar dari Alkitab. Guru-guru palsu mengambil ayat keluar dari kontextnya, membengkokkan Kitab Suci, dan menghasilkan doktrin-doktrin / ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Firman Allah. Petrus mungkin mempunyai guru-guru palsu dalam pikirannya, tetapi peringatan ini baik / bagus untuk kita semua. Kita harus menerima ajaran dari Kitab Suci dan tidak membuat / memaksa mereka mengatakan apa yang kita ingin mereka katakan).
The Biblical Illustrator (New Testament): “though controversy has its evils, it has also its uses. It is not the stagnant water which is generally the purest. We hold that heresies have been of vast service to the Church, in that they have caused truth to be more thoroughly scanned, and all its bearings and boundaries explored with a most painstaking industry. It is astonishing how apt men are to rest in general and ill-defined notions. If never called to defend the truth the Church would comparatively lose sight of what truth is” (= sekalipun kontroversi mempunyai kejahatan-kejahatannya, tetapi itu juga mempunyai kegunaan. Bukan air yang tetap diam / tak bergerak yang biasanya merupakan air yang paling murni. Kita menganggap / percaya bahwa bidat-bidat telah menjadi / memberikan pelayanan yang sangat luas / banyak bagi Gereja, dalam hal dimana mereka telah menyebabkan kebenaran makin ditinjau / diamati dengan lebih seksama / teliti, dan semua hubungan-hubungannya dan batasan-batasannya diselidiki / diperiksa dengan kerajinan yang paling sungguh-sungguh / seksama. Merupakan sesuatu yang mengherankan betapa orang-orang condong untuk berhenti / bersandar pada ide / gagasan / pikiran yang bersifat umum dan didefinisikan dengan buruk. Jika tidak pernah dipanggil untuk mempertahankan kebenaran, maka Gereja secara relatif akan kehilangan pandangan tentang apa kebenaran itu).
Matthew Henry: “Among the variety of subjects treated of in scripture, some are not easy to be understood ... And here the unlearned and unstable make wretched work; for they wrest and torture the scriptures, to make them speak what the Holy Ghost did not intend. Those who are not well instructed and well established in the truth are in great danger of perverting the word of God. Those who have heard and learned of the Father are best secured from misunderstanding and misapplying any part of the word of God; and, where there is a divine power to establish as well as to instruct men in divine truth, persons are effectually secured from falling into errors. ... Let us therefore earnestly pray for the Spirit of God to instruct us in the truth, that we may know it as it is in Jesus, and have our hearts established with grace, that we may stand firm and unshaken, even in the most stormy times, when others are tossed to and fro with every wind of doctrine” (= Di antara bermacam-macam pokok yang dibahas dalam Kitab Suci, beberapa / sebagian tidak mudah untuk dimengerti. ... Dan disini orang-orang yang tidak belajar / terpelajar dan tidak stabil melakukan pekerjaan yang buruk; karena mereka memuntir dan menyelewengkan / menyimpangkan firman Allah. Mereka yang telah mendengar dan belajar dari Bapa adalah yang paling aman dari kesalah-mengertian dan kesalah-penerapan dari bagian manapun dari firman Allah; dan dimana di sana ada kuasa ilahi untuk meneguhkan maupun mengajar manusia dalam kebenaran ilahi, orang-orang sepenuhnya aman dari kejatuhan ke dalam kesalahan-kesalahan. ... Karena itu, hendaklah kita berdoa dengan sungguh-sungguh supaya Roh Allah mengajar kita dalam kebenaran, sehingga kita bisa mengetahui / mengenalnya sebagaimana kebenaran itu ada dalam Yesus Kristus, dan hati kita diteguhkan dengan kasih karunia, sehingga kita bisa berdiri teguh dan tak tergoyahkan, bahkan dalam saat-saat yang paling berangin keras, pada saat orang-orang lain terombang-ambing oleh setiap angin pengajaran).
Pulpit Commentary: “False teachers distort the meaning of Holy Scripture; they wander far from the truth; they are self-willed, lawless, disobedient to the Law of God written in the heart, revealed in his Word. Therefore Christians must be on their guard; they must ‘not believe every spirit, but try the spirits, whether they be of God: because many false prophets are gone out into the world.’” (= Guru-guru palsu menyimpangkan arti dari Kitab Suci yang Kudus; mereka mengembara / tersesat jauh dari kebenaran; mereka semaunya sendiri, tak peduli hukum, tidak taat pada hukum Allah yang tertulis dalam hati, dinyatakan dalam FirmanNya. Karena itu orang-orang Kristen harus berjaga-jaga; mereka ‘tidak boleh percaya kepada setiap roh, tetapi menguji roh-roh itu, apakah mereka datang dari Allah: karena banyak nabi-nabi palsu telah pergi ke dalam dunia’).
1Yohanes 4:1 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”.
4) “menjadi kebinasaan mereka sendiri”.
Barnes’ Notes: “‘Unto their own destruction.’ By embracing false doctrines. Error destroys the soul; and it is very possible for a man so to read the Bible as only to confirm himself in error. He may find passages which, by a perverted interpretation, shall seem to sustain his own views; and, instead of embracing the truth, may live always under delusion, and perish at last. It is not to be inferred that every man who reads the Bible, or even every one who undertakes to be its public expounder, will certainly be saved” (= ‘menjadi kebinasaan mereka sendiri’. Dengan memeluk / mempercayai doktrin-doktrin yang salah. Kesalahan menghancurkan jiwa; dan adalah sangat mungkin bagi seseorang untuk membaca Alkitab sedemikian rupa hanya untuk meneguhkan dirinya sendiri dalam kesalahan. Ia bisa mendapatkan text-text yang, oleh suatu penafsiran yang dibengkokkan / diselewengkan, akan terlihat mendukung pandangan-pandangannya; dan, bukannya memeluk / mempercayai kebenaran, tetapi bisa hidup di bawah suatu khayalan, dan akhirnya binasa. Tidak boleh diduga / disimpulkan bahwa setiap orang yang membaca Alkitab, atau bahkan setiap orang yang berusaha untuk menjadi orang yang menjelaskan Alkitab secara umum, akan pasti diselamatkan).
Pulpit Commentary: “The written Word is a most precious gift; but no outward privilege can save us. Nay, awful as it seems, men may wrest it, and do wrest it, to their own destruction. Receive it in simplicity and faith, and it will save the soul. God reveals its deep holy meaning to babes in Christ. But if men with perverse ingenuity will use it as the weapon of party strife, and twist its sacred words to suit their selfish purposes, then it may - alas! that it should be so - increase their condemnation” (= Firman tertulis adalah pemberian yang paling berharga; tetapi tidak ada hak lahiriah yang bisa menyelamatkan kita. Tidak, sekalipun kelihatannya mengerikan / sangat buruk, manusia bisa memuntirnya, dan memang memuntirnya, menjadi kebinasaan mereka sendiri. Terimalah itu dengan kesederhanaan dan iman, dan itu akan menyelamatkan jiwa. Allah menyatakan artinya yang kudus dan dalam kepada bayi-bayi dalam Kristus. Tetapi jika orang-orang dengan akal bulus / kelicikan yang jahat menggunakannya sebagai senjata dari percekcokan antar golongan, dan memuntir kata-kata firman kudus untuk menyesuaikan dengan tujuan-tujuan egois mereka, maka itu bisa - astaga! bahwa itu harus demikian - menambah penghukuman mereka).
5) “sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the other scriptures’ (= Kitab Suci - Kitab Suci yang lain).
Ini menunjuk pada bagian-bagian lain dari Kitab Suci (selain tulisan-tulisan dari Paulus).
a) Ini menunjukkan bahwa Petrus menganggap tulisan-tulisan Paulus sebagai Kitab Suci / Firman Tuhan, yang setingkat dengan Perjanjian Lama.
Barnes’ Notes: “‘As they do also the other scriptures.’ This is an unequivocal declaration of Peter that he regarded the writings of Paul as a part of the holy Scriptures, and of course that he considered him as inspired. The word ‘Scriptures,’ as used by a Jew, had a technical signification - meaning the inspired writings, and was the common word which was applied to the sacred writings of the Old Testament. As Peter uses this language, it implies that he regarded the writings of Paul as on a level with the Old Testament” (= ‘Seperti yang juga mereka buat dengan Kitab Suci - Kitab Suci yang lain’. Ini merupakan suatu pernyataan jelas dari Petrus bahwa ia menganggap tulisan-tulisan Paulus sebagai suatu bagian dari Kitab Suci yang kudus, dan tentu ia menganggapnya sebagai diilhami. Kata ‘Kitab Suci’, seperti yang digunakan oleh seorang Yahudi, mempunyai suatu arti tehnis - berarti tulisan-tulisan yang diilhamkan, dan merupakan kata yang umum yang diterapkan pada tulisan-tulisan kudus Perjanjian Lama. Karena Petrus menggunakan bahasa / kata ini, itu secara implicit menunjukkan bahwa ia menganggap tulisan-tulisan Paulus sebagai setingkat dengan Perjanjian Lama).
b) Sebagaimana mereka memuntir tulisan-tulisan Paulus sehingga menjadi ajaran sesat, maka mereka juga memuntir bagian-bagian lain dari Kitab Suci.
Alexander Nisbet: “They that wrest one place of Scripture will readily wrest many more, there being a conncetion between one error and another, as there is between one truth and another” (= Mereka yang memuntir satu tempat dari Kitab Suci akan dengan siap memuntir lebih banyak lagi, karena ada suatu hubungan antara satu kesalahan dengan kesalahan yang lain, seperti ada hubungan antara satu kebenaran dengan kebenaran yang lain) - hal 296.
Kalau kita memaksakan suatu pandangan ke dalam Kitab Suci, maka kita harus memuntir ayat-ayat yang menentang pandangan tersebut, dan setelah kita memuntir suatu ayat, maka akan ada ayat-ayat lain yang akan menentang ayat yang telah kita puntir tadi, sehingga ayat-ayat lain itu harus kita puntir juga. Ini menyebabkan kita menjadi makin lama makin jauh dari kebenaran, atau makin lama makin sesat!
Karena itu, biasanya yang terjadi adalah: sekali seseorang benar, maka makin lama ia akan menjadi makin benar; dan sebaliknya, sekali seseorang salah / sesat, maka ia akan menjadi makin lama makin salah / sesat. Hukum yang terakhir ini khususnya berlaku untuk orang-orang yang tegar tengkuk, tidak tulus dalam belajar Kitab Suci, tetap mempertahankan pandangannya yang salah / sesat sekalipun sudah dibuktikan secara jelas dari Kitab Suci bahwa pandangannya salah / sesat!
Bdk. 2Timotius 3:13 - “sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan”.
c) Bagian ini bukan alasan untuk melarang orang Kristen awam untuk membaca Kitab Suci.
Adam Clarke: “We find, lastly, that those who wrest such portions, are those who wrest the other scriptures to their destruction; therefore they are no patterns, nor can such form any precedent for withholding the Scriptures from the common people, most of whom, instead of wresting them to their destruction, would become wise unto salvation by reading them. We may defy the Romish church to adduce a single instance of any soul that was perverted, destroyed, or damned, by reading of the Bible; and the insinuation that they may is blasphemous. I may just add that the verb STREBLOOO, which the apostle uses here, signifies to distort, to put to the rack, to torture, to overstretch and dislocate the limbs; and hence, the persons here intended are those who proceed according to no fair plan of interpretation, but force unnatural and sophistical meanings on the word of God: a practice which the common simple Christian is in no danger of following” (= Akhirnya, kita mendapati bahwa mereka yang memuntir bagian-bagian seperti itu, adalah mereka yang memuntir Kitab Suci - Kitab Suci yang lain menjadi kebinasaan / kehancuran mereka sendiri; karena itu mereka bukanlah pola-pola, juga kata-kata seperti itu tidak bisa membentuk suatu alasan untuk menahan Kitab Suci dari orang-orang umum / awam, kebanyakan dari siapa, bukannya memuntir mereka menjadi kehancuran / kebinasaan mereka sendiri, tetapi menjadi bijaksana kepada / menunju keselamatan dengan membacanya. Kita bisa menantang gereja Roma untuk mengemukakan satu contoh dari jiwa manapun yang disimpangkan, dihancurkan, atau dihukum / dikutuk, oleh pembacaan Alkitab; dan tuduhan bahwa mereka yang membaca Alkitab bisa sesat merupakan tuduhan yang bersifat menghujat. Saya bisa menambahkan bahwa kata kerja SREBLOOO, yang digunakan sang rasul di sini, berarti mengubah / menyimpangkan, menyiksa dengan menariknya, menyiksa / membengkokkan, menarik / merentangkan kelewat batas dan membuat anggota-anggota badan terkilir; dan karena itu, orang-orang yang dimaksudkan di sini adalah mereka yang maju / berjalan tanpa kesesuaian dengan rencana penafsiran yang adil / jujur, tetapi memaksakan arti-arti yang tidak wajar dan pandai tetapi tidak sehat pada firman Allah; suatu praktek yang orang Kristen umum yang sederhana / tulus tidak berada dalam bahaya untuk mengikuti).
Catatan: dulu Gereja Roma Katolik memang melarang orang awam memiliki, apalagi membaca, Alkitab.
Calvin: “But we must observe, that we are not forbidden to read Paul’s Epistles, because they contain some things hard and difficult to be understood, but that, on the contrary, they are commended to us, provided we bring a calm and teachable mind. For Peter condemns men who are trifling and volatile, who strangely turn to their own ruin what is useful to all. Nay, he says that this is commonly done as to all the Scripture: and yet he does not hence conclude, that we are not to read it, but only shews, that those vices ought to be corrected which prevent improvement, and not only so, but render deadly to us what God has appointed for our salvation” (= Tetapi kita harus memperhatikan, bahwa kita tidak dilarang untuk membaca surat-surat Paulus, karena mereka mengandung hal-hal yang keras dan sukar untuk dimengerti, tetapi bahwa sebaliknya, surat-surat itu dipercayakan kepada kita, asal kita membawa pikiran yang tenang dan bisa diajar. Karena Petrus mengecam orang-orang yang dangkal dan plin plan / mudah berubah, yang secara aneh membelokkan pada kehancuran mereka sendiri apa yang berguna bagi semua. Tidak, ia berkata bahwa ini dilakukan secara umum seperti pada seluruh Kitab Suci: tetapi ia tidak menyimpulkan karena hal itu, bahwa kita tidak boleh membacanya, tetapi hanya menunjukkan, bahwa keburukan / kejahatan yang mencegah kemajuan itu seharusnya dikoreksi, dan bukan hanya demikian, tetapi menterjemahkan secara mematikan bagi kita apa yang Allah telah tetapkan bagi keselamatan kita).
6) Supaya kita tidak meniru orang-orang sesat ini dalam memuntir Kitab Suci sehingga menjadi kebinasaan bagi diri mereka sendiri, apa yang harus kita lakukan dalam membaca / mempelajari Kitab Suci? Perhatikan beberapa hal ini:
a) Jadikan Roh Kudus sebagai pembimbing dalam mengerti Kitab Suci.
The Biblical Illustrator (New Testament): “The chief means, most assuredly, of avoiding such a guilt as this, is to pray for the Spirit as our Guide and Interpreter in reading His own Book” (= Jelas bahwa cara yang terutama untuk menghindari kesalahan seperti ini adalah berdoa untuk mendapatkan Roh sebagai Pembimbing / Pemimpin dan Penafsir kita dalam membaca BukuNya sendiri).
b) Buang semua prasangka.
The Biblical Illustrator (New Testament): “it is a great point to study Holy Scripture in simplicity of mind without any prejudice or bias” (= merupakan suatu hal yang besar untuk mempelajari Kitab Suci yang Kudus dalam kesederhanaan pikiran tanpa prasangka atau sikap memihak apapun).
c) Datanglah pada Kitab Suci dengan kerendahan hati, dan sikap mau / bisa diajar.
Barnes’ Notes: “the humble inquirer after truth may find enough in the Bible to guide his feet in the paths of salvation. No one ever approached the sacred Scriptures with a teachable heart, who did not find them ‘ABLE to make him wise unto salvation.’” (= orang-orang yang dengan rendah hati menyelidiki / menanyakan tentang kebenaran bisa mendapatkan cukup dalam Alkitab untuk membimbing kakinya dalam jalan keselamatan. Tak seorangpun pernah mendekati Kitab Suci kudus dengan hati yang bisa diajar, yang tidak mendapatkan bahwa Kitab Suci itu ‘BISA membuatnya bijaksana untuk keselamatan’).
Bdk. 2Timotius 3:15 - “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus”.
Penerapan: jangan belajar Alkitab, mendengar khotbah, membaca buku rohani dengan pemikiran ‘aku sudah tahu’. Kesombongan seperti itu menyebabkan saudara tidak akan mendapatkan apa-apa! Kerendahan hati, dan kebersandaran kepada Tuhan untuk bisa mengerti Alkitab, merupakan hal-hal yang mutlak perlu dalam belajar Alkitab!
2 PETRUS 3:1-18(6)
2 Petrus 3: 17: “Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh”.
1) “Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya.”.
a) Kata ‘kamu’ ditekankan.
Pulpit Commentary: “The pronoun ‘ye’ is emphatic; others have gone astray; ‘continue ye faithful.’” (= Kata ganti orang ‘kamu’ ditekankan; orang-orang lain telah sesat; ‘kamu teruslah setia’).
Penerapan: jaman ini, makin banyak ajaran sesat, dan selalu ada banyak orang yang mau mengikutinya, tak peduli bagaimanapun gilanya ajaran itu, dan betapapun bertentangannya ajaran itu dengan Firman Tuhan / Alkitab! Jangan kita mengikuti orang-orang itu!
b) Apa yang dimaksud dengan ‘hal ini’?
1. Kata-kata ‘hal ini’ sebetulnya tidak ada.
Dalam terjemahan KJV diterjemahkan ‘these things’ (= hal-hal ini), dan dicetak dengan huruf miring, untuk menunjukkan bahwa sebetulnya kata-kata itu tidak ada, dan kata-kata itu ditambahkan hanya untuk memperjelas kalimat.
Pulpit Commentary: “The construction is participial, and there is no expressed object; literally, ‘knowing before,’ i.e., that false teachers will arise” (= Konstruksi / susunannya bersifat participle, dan di sana tidak ada obyek yang dinyatakan / jelas; secara hurufiah, ‘mengetahui sebelumnya’, yaitu bahwa guru-guru palsu akan muncul).
Catatan: ‘participle’ merupakan bentuk ‘kata kerja + ing’, seperti ‘preaching’, ‘going’, ‘walking’, dan sebagainya.
2. Kata-kata itu bisa menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya, penghancuran / pembaharuan langit dan bumi dan sebagainya, yang telah ia bicarakan dalam ay 10-13 (penafsiran Pulpit Commentary di bawah), tetapi bisa juga menunjuk pada apa yang baru dibicarakan oleh Petrus dalam ay 15-16, tentang orang-orang yang memutar-balikkan tulisan-tulisan Paulus dan bagian-bagian Alkitab yang lain, sehingga menyesatkan dan menghancurkan diri mereka sendiri (penafsiran Albert Barnes di bawah).
Pulpit Commentary: “‘Ye therefore, beloved, knowing these things beforehand, beware lest, being carried away with the error of the wicked, ye fall from your own steadfastness.’ What they knew beforehand was what Paul and Peter said about the second coming. The conclusion of the verse points especially to the foretold appearance of errorists before the coming. These were condemned by their lawless conduct. Let them not, then, as they valued his love in the gospel, be carried away with their error” (= ‘Karena itu, kamu saudara-saudara yang kekasih, mengetahui hal-hal ini sebelumnya, waspadalah supaya jangan, diseret oleh kesalahan dari orang-orang jahat, kamu jatuh dari kesetiaanmu sendiri’. Apa yang mereka ketahui sebelumnya adalah apa yang Paulus dan Petrus katakan tentang kedatangan yang keduakalinya. Kesimpulan dari ayat ini menunjuk khususnya pada pemunculan yang diramalkan tentang orang-orang yang salah / sesat sebelum kedatangan itu. Orang-orang ini dikecam / dikutuk oleh tingkah laku mereka yang tak peduli hukum. Maka, karena mereka menghargai kasihnya dalam / kepada injil, janganlah kiranya mereka diseret oleh kesalahan / kesesatan mereka).
Barnes’ Notes: “‘Seeing that ye know these things before.’ Being aware of this danger, and knowing that such results may follow. People should read the Bible with the feeling that it is POSSIBLE that they may fall into error, and be deceived at last. This apprehension will do much to make them diligent, and candid, and prayerful, in studying the Word of God” (= ‘Melihat / mengetahui bahwa kamu tahu hal-hal ini sebelumnya’. Sadar akan bahaya ini, dan tahu bahwa hasil-hasil seperti itu akan menyusul. Orang-orang harus membaca Alkitab dengan perasaan bahwa adalah MUNGKIN bahwa mereka bisa jatuh ke dalam kesalahan, dan ditipu pada akhirnya. Pengertian ini akan melakukan banyak hal untuk membuat mereka rajin / tekun, dan jujur / tidak memihak, dan banyak berdoa, dalam mempelajari Firman Allah).
Penerapan: memang kesombongan, dalam hal merasa diri sudah tahu / mengerti Firman Tuhan, apalagi dalam hal merasa diri tidak mungkin bisa salah dalam mengerti / mengajarkan Firman Tuhan, justru akan membawa kita pada kejatuhan (pengertian yang salah / sesat).
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
· 1Korintus 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
· Amsal 16:18 - “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan”.
2) “Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh”.
KJV: ‘beware lest ye also, being led away with the error of the wicked, fall from your own stedfastness’ (= waspadalah supaya jangan kamu juga, karena diseret oleh kesalahan / kesesatan dari orang-orang jahat, jatuh dari kesetiaanmu sendiri).
a) “Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret”.
Pulpit Commentary: “Beware lest ye also, being led away with the error of the wicked, fall from your own steadfastness; ... It is interesting to notice that the word rendered ‘led or carried away’ is used by St. Paul, in Gal 2:13, of St. Barnabas, who, along with St. Peter himself, was then ‘carried away’ with the dissimulation of the Judaizers” (= ‘waspadalah supaya jangan kamu juga, karena diseret oleh kesalahan / kesesatan dari orang-orang jahat, jatuh dari kesetiaanmu sendiri’; ... Adalah menarik untuk memperhatikan bahwa kata yang diterjemahkan ‘diseret’ digunakan oleh Santo Paulus, dalam Gal 2:13, tentang Santo Barnabas, yang bersama-sama dengan Santo Petrus sendiri, pada saat itu ‘diseret’ oleh kemunafikan dari orang-orang Yudaisme).
Galatia 2:11-14 - “(11) Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. (12) Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat (orang-orang non Yahudi), tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat (orang-orang Yahudi). (13) Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. (14) Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: ‘Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?’”.
Saya berpendapat bahwa Petrus sebetulnya tidak terseret. Orang-orang Yahudi memang mempunyai pandangan bahwa mereka tak boleh bergaul dengan orang-orang non Yahudi. Itu menyebabkan Petrus, yang tadinya mau bergaul dengan orang-orang non Yahudi (yang telah menjadi Kristen), menjadi takut ketika orang-orang Yahudi datang, dan ia lalu menjauhi orang-orang non Yahudi Kristen itu. Kesalahan, atau kemunafikan, dari Petrus inilah yang menyeret Barnabas dan orang-orang Yahudi yang lain, sehingga ikut-ikutan menjauhi orang-orang non Yahudi Kristen itu.
Text ini memberi suatu pelajaran yang sangat penting. Jangan ikut-ikutan pandangan atau tingkah laku orang lain, tak peduli siapa orang itu. Juga kalau orang seperti Barnabas bisa terseret oleh kesalahan Petrus, maka itu menunjukkan bahwa orang sehebat, serohani dan sesaleh apapun, bisa terseret oleh kesalahan orang lain.
b) “ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh”.
KJV: ‘with the error of the wicked, fall from your own stedfastness’ (= oleh kesalahan / kesesatan dari orang-orang jahat, jatuh dari kesetiaanmu sendiri).
Pulpit Commentary: “The word rendered ‘wicked,’ rather ‘lawless,’ is used elsewhere in the New Testament only in chapter 2:7. The word for ‘steadfastness’ (sthrigmo/$) occurs only here” (= Kata yang diterjemahkan ‘jahat’, lebih tepat ‘tak peduli hukum’, digunakan di tempat lain dalam Perjanjian Baru hanya dalam pasal 2:7. Kata untuk ‘kesetiaan’ (sthrigmo/$ / STERIGMOS) muncul hanya di sini].
2Petrus 2:7 - “tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja”.
2 Petrus 3: 18: “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
1) “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia”.
a) Apa artinya bertumbuh dalam kasih karunia?
The Biblical Illustrator (New Testament): “GRACE, in its strict sense, is the free favour of God to the unworthy. The grace of God toward men produces piety; grace is the cause, piety the effect. 1. To grow in grace is to grow in virtue, faith, meekness, gentleness, patience, a spirit of forgiveness, usefulness. 2. In this growth of all right principles there will be going on at the same time in the soul the weakening and decay of all wrong principles” (= KASIH KARUNIA, dalam arti yang ketat, adalah kebaikan cuma-cuma / gratis dari Allah bagi orang yang tak berlayak. Kasih karunia Allah kepada / terhadap manusia menghasilkan kesalehan; kasih karunia adalah penyebabnya, kesalehan adalah akibat / hasilnya. 1. Bertumbuh dalam kasih karunia berarti bertumbuh dalam kebaikan / sifat baik, iman, kelembutan, kelemah-lembutan / keramahan, kesabaran, suatu roh pengampunan, kebergunaan. 2. Dalam pertumbuhan dari semua elemen penting yang benar ini pada saat yang sama akan berlangsung dalam jiwa pelemahan dan pembusukan dari semua elemen yang salah).
Penerapan: perhatikan bagian akhir dari kutipan di atas ini! Tidak mungkin ada pertumbuhan dalam hal-hal yang baik tanpa disertai dengan pengurangan dari hal-hal yang buruk. Sebaliknya juga berlaku!
The Biblical Illustrator (New Testament): “WHAT IS MEANT BY GROWING IN GRACE? To grow in grace is to increase in a spirit of conformity to the will of God, and to govern our conduct more and more by the same principles that God does” (= APA YANG DIMAKSUDKAN DENGAN BERTUMBUH DALAM KASIH KARUNIA? Bertumbuh dalam kasih karunia berarti bertambah dalam suatu roh / kecondongan untuk menyesuaikan dengan kehendak Allah, dan untuk makin memerintah tingkah laku kita oleh prinsip-prinsip yang sama seperti yang Allah lakukan).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “To grow in grace means to become more like the Lord Jesus Christ, from whom we receive all the grace that we need (John 1:16)” [= Bertumbuh dalam kasih karunia berarti menjadi lebih mirip dengan Tuhan Yesus Kristus, dari mana kita menerima semua kasih karunia yang kita butuhkan (Yohanes 1:16)].
Yoh 1:16 - “Karena dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia”.
b) Seseorang harus hidup secara rohani, baru bisa bertumbuh dalam kasih karunia.
The Biblical Illustrator (New Testament): “‘Grow in grace.’ What is this? It must be in the outset implied that we have been quickened by grace. Dead things cannot grow. Growth shall prove your life” (= ‘Bertumbuhlah dalam kasih karunia’. Apa artinya ini? Ditunjukkan secara implicit, mula-mula haruslah bahwa kita telah dihidupkan oleh kasih karunia. Hal-hal yang mati tidak bisa bertumbuh. Pertumbuhan membuktikan kehidupanmu).
The Biblical Illustrator (New Testament): “The foundation must be laid before the building can rise. No digging about and enriching, no ever so auspicious alternation of sun and shower can bring forward a plant which has no life in it. Yet in morals this is what some are endeavouring to do; they would feed death and cultivate sterility. The sinner must pass from the state of nature to that of grace before he can grow in grace” (= Fondasi harus diletakkan sebelum bangunan bisa berdiri. Tak ada penggalian di sekeliling dan penyuburan, tak pernah ada pergantian yang menguntungkan dari matahari dan hujan bisa menumbuhkan suatu tanaman yang tidak mempunyai kehidupan di dalamnya. Tetapi dalam hal moral ini adalah apa yang sebagian orang berusaha untuk melakukannya; mereka memberi makan kematian dan mengolah tanah yang mandul. Orang berdosa harus pindah dari keadaan alamiah pada keadaan dari kasih karunia sebelum mereka bisa bertumbuh dalam kasih karunia).
Penerapan: bagian ini perlu diperhatikan oleh:
1. Para pimpinan gereja / persekutuan / lembaga Kristen apapun. Kita harus tahu bagaimana keadaan rohani dari ‘jemaat’ kita. Kalau mereka belum percaya, jangan memberikan bahan-bahan untuk menumbuhkan mereka, tetapi berikan Injil kepada mereka!
2. Orang-orang Kristen yang mendapat berkat dari pelajaran-pelajaran tingkat tinggi seperti Allah Tritunggal, predestinasi, dan sebagainya. Jangan berikan / ajarkan itu kepada orang-orang lain yang belum Kristen, bahkan jangan kepada orang-orang Kristen bayi! Kepada orang-orang yang belum Kristen, apakah mereka kafir atau orang kristen KTP, beritakanlah Injil. Sedangkan kepada orang-orang Kristen bayi, berikan susu, bukan makanan keras!
Bdk. 1Korintus 2:1-2 - “(1) Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. (2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan”.
1Korintus 1:22-23 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
Pada saat Paulus pertama datang ke Korintus, ia berhadapan dengan orang-orang Korintus, yang adalah orang-orang kafir. Karena itu, ia tidak mau tahu apa-apa selain Yesus Kristus. Dengan kata lain, ia tidak mau memberitakan apapun yang lain selain Injil! Dan tidak peduli berita apa yang diinginkan oleh para pendengarnya, ia bukan memberitakan apa yang mereka inginkan, tetapi apa yang mereka butuhkan, yaitu Injil!
c) Kita bukan hanya / sekedar harus tetap dalam kasih karunia, tetapi kita harus bertumbuh dalam kasih karunia.
Pulpit Commentary: “The Apostle Paul is recorded to have enjoined his converts to ‘continue in the grace of God.’ And this is necessary to the Christian life, but it is not all that is necessary. To abide is not to be stationary. The Apostle Peter here instructs us that it is required of Christians that they not only continue in grace, but grow in grace” (= Rasul Paulus dicatat telah memerintahkan petobat-petobatnya untuk ‘tetap / terus dalam kasih karunia Allah’. Dan ini perlu bagi kehidupan orang Kristen, tetapi ini bukanlah semua yang perlu. ‘Tinggal’ bukanlah menjadi diam / tak bergerak / tak berubah. Rasul Petrus di sini menginstruksikan kita bahwa diwajibkan / diharuskan untuk orang-orang Kristen bahwa mereka bukan hanya tetap / terus dalam kasih karunia, tetapi bertumbuh dalam kasih karunia).
Bdk. Kisah Para Rasul 13:43 - “Setelah selesai ibadah, banyak orang Yahudi dan penganut-penganut agama Yahudi yang takut akan Allah, mengikuti Paulus dan Barnabas; kedua rasul itu mengajar mereka dan menasihati supaya mereka tetap hidup di dalam kasih karunia Allah”.
KJV: ‘to continue in the grace of God’ (= untuk tetap / terus ada di dalam kasih karunia Allah).
d) Mengapa kita harus bertumbuh dalam kasih karunia?
The Biblical Illustrator (New Testament): “There is no such thing as standing still in religion” (= Tidak ada hal seperti berdiri diam dalam agama).
Pulpit Commentary: “Growth is necessary for steadfastness; we cannot persevere unless we continually advance in faith (comp. 1 Peter 1:5-7; 2:2). ... St. Peter insists on the knowledge of Christ as essential for growth in grace, at the beginning, as at the end, of this Epistle” [= Pertumbuhan adalah perlu untuk kesetiaan; kita tidak bisa bertekun kecuali kita terus menerus maju dalam iman (bdk. 1Petrus 1:5-7; 2:2). ... Santo Petrus berkeras tentang pengetahuan / pengenalan tentang Kristus sebagai sesuatu yang penting / hakiki untuk pertumbuhan dalam kasih karunia, pada awal, seperti pada akhir, dari surat ini].
Catatan: saya kira ada salah cetak di sini, mungkin sekali yang dimaksudkan bukan 1Pet 1:5-7 tetapi 2Pet 1:5-7. Dan perintah untuk bertumbuh dalam kasih karunia pada akhir dari surat 2Petrus ini, memang jelas sangat berhubungan dengan perintah untuk bertumbuh dalam 2Pet 1:5-7 yang ada pada awal dari surat 2Petrus ini.
2Petrus 1:5-7 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.
1Petrus 2:2 - “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Lastly, WHAT HAPPENS TO US IF WE DO NOT GROW? My text begins with a ‘but,’ and that throws us back to what goes before. The connection which is thus established is very noteworthy and monitory. ‘Beware lest ye also... fall from your own steadfastness; but grow.’ So, then, the only way to prevent falling is growth; and if you are not growing, you are certainly falling” (= Yang terakhir, APA YANG TERJADI PADA KITA JIKA KITA TIDAK BERTUMBUH? Text saya mulai dengan suatu kata ‘tetapi’, dan kata itu melemparkan kita kembali pada apa yang ada di depan. Hubungan yang dibuat / ditegakkan sangat perlu diperhatikan dan bersifat memperingatkan. ‘Waspadalah supaya jangan kamu juga ... jatuh dari kesetiaanmu sendiri; tetapi bertumbuhlah’. Maka, satu-satunya jalan untuk mencegah kejatuhan adalah pertumbuhan; dan jika engkau tidak sedang bertumbuh, engkau pasti sedang jatuh).
Bdk. 2Petrus 1:8-11 - “(8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. (10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. (11) Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “The growth of grace will hinder the growth of corruption” (= Pertumbuhan kasih karunia akan menghalangi pertumbuhan kejahatan).
e) Kita harus selalu / terus menerus bertumbuh.
Bible Knowledge Commentary: “The verb ‘grow’ is a present imperative, which could be rendered ‘be continually growing.’” (= Kata kerja ‘bertumbuhlah’ merupakan kata perintah bentuk present, yang bisa diterjemahkan ‘selalulah bertumbuh’).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Such as do not grow in grace, decay in grace. ‘Not to advance in the path of life is to return.’” (= Orang-orang yang tidak bertumbuh dalam kasih karunia, membusuk dalam kasih karunia. ‘Tidak maju dalam jalan kehidupan berarti kembali / mundur’).
Dalam faktanya kita tidak selalu bertumbuh. Pada saat kita sedang sakit secara rohani, pertumbuhan bisa terhenti, bahkan bisa saja terjadi kemunduran.
Catatan: merupakan sesuatu yang diperdebatkan apakah orang kristen yang sejati bisa mengalami kemunduran (back sliding). Orang Reformed tak percaya hal itu, berdasarkan Roma 8:28. Tetapi saya beranggapan ini tergantung dari sudut pandang siapa kita melihat hal itu. Dari sudut pandang Tuhan memang tidak bisa. Kalau Ia memang melakukan segala sesuatu bagi kebaikan kita, seperti yang dikatakan dalam Ro 8:28, bagaimana mungkin kita bisa mundur? Tetapi dari sudut pandang manusia, jelas kemunduran ini, apalagi hanya sekedar ketidak-majuan, bisa terjadi.
The Biblical Illustrator (New Testament): “But do ye inquire why and wherefore we should thus grow in grace? Let us say that if we do not advance in grace it is a sorrowful sign. It is a mark of unhealthiness. It is an unhealthy child that grows not, a cankered tree that sends forth no fresh shoots” (= Tetapi apakah kamu bertanya mengapa dan untuk apa kita harus bertumbuh dalam kasih karunia? Biarlah kita katakan bahwa jika kita tidak maju dalam kasih karunia itu merupakan suatu tanda yang menyedihkan. Itu adalah tanda dari ketidak-sehatan. Merupakan anak yang tidak sehat jika ia tidak bertumbuh, suatu pohon yang membusuk yang tidak mengeluarkan tunas yang baru).
The Biblical Illustrator (New Testament): “When I say that every true believer grows in grace, it is not meant that he doth so every moment or every hour of his life. As it is in the natural body, there may be some disease or malady that will retard the growth for a time” (= Ketika saya berkata bahwa setiap orang percaya yang sejati bertumbuh dalam kasih karunia, itu tidak berarti bahwa ia melakukan itu setiap saat atau setiap jam dari hidupnya. Seperti halnya dalam tubuh alamiah / jasmani, bisa ada beberapa penyakit yang akan menghambat pertumbuhan untuk sementara waktu).
2 PETRUS 3:1-18(7)
g) Cara untuk bertumbuh.
1. Orangnya harus sungguh-sungguh ingin bertumbuh dan sungguh-sungguh berjuang dengan rajin untuk bertumbuh.
Bdk. 2Petrus 1:5-7 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “GROWTH DEMANDS EARNESTNESS. No one grows who does not mean to grow” (= PERTUMBUHAN MENUNTUT KESUNGGUHAN / KETEKUNAN. Tak seorangpun bertumbuh yang tidak bermaksud / bersungguh-sungguh untuk bertumbuh).
Pulpit Commentary: “These thoughts, he says, enforce upon us the necessity of diligence in the religious life. Men who really believe that after death cometh the judgment cannot live listlessly and idly. Many professing Christians, alas! live careless lives; but that carelessness evinces a practical unbelief. The momentous issues of the great day must stir the believer to earnest effort. St. Peter had urged the necessity of diligence in the first chapter; he urges it again in the last” (= Pikiran-pikiran ini, katanya, mendesakkan kepada kita kebutuhan tentang kerajinan dalam kehidupan agamawi. Orang-orang yang sungguh-sungguh percaya bahwa setelah kematian datang penghakiman, tidak bisa hidup lesu / tanpa gairah dan malas. Banyak orang-orang yang mengaku Kristen, astaga, menjalani kehidupan yang ceroboh; tetapi kecerobohan itu menunjukkan dengan jelas suatu ketidak-percayaan praktis. Persoalan penting tentang hari yang besar itu harus mengobarkan orang percaya pada usaha yang sungguh-sungguh. Santo Petrus telah mendesakkan kebutuhan tentang kerajinan dalam pasal yang pertama; ia mendesakkan lagi dalam pasal yang terakhir).
Pulpit Commentary: “Carelessness in the prospect of the judgment is nothing short of madness. Those whose faith is real must be diligent” (= Kecerobohan dalam prospek dari penghakiman adalah kegilaan. Mereka yang imannya sungguh-sungguh harus rajin).
Pulpit Commentary: “God will reveal the truth to the babes in Christ. He will not leave the humble, faithful soul in darkness and perplexity. Only let a man earnestly pray for the grace of God; only let him strive daily to draw nearer to Christ, and to gain that inner knowledge of Christ Jesus the Lord, in comparison with which all things else are dross; and the light of the presence of Christ will surely dawn upon him, and in that light he will find a Guide to bring him to eternal life” (= Allah akan menyatakan kebenaran kepada bayi-bayi dalam Kristus. Ia tidak akan meninggalkan jiwa yang rendah hati, setia, dalam kegelapan dan kebingungan. Hanya hendaklah orang berdoa dengan sungguh-sungguh untuk kasih karunia Allah; hanya hendaklah ia berjuang setiap hari untuk makin dekat dengan Kristus, dan untuk mendapatkan pengenalan di dalam tentang Kristus Yesus Tuhan, dibandingkan dengan siapa segala sesuatu yang lain adalah sampah; dan terang dari kehadiran Kristus pasti akan menyingsing kepada dia, dan dalam terang itu ia akan menemukan seorang Pembimbing untuk membawanya kepada kehidupan yang kekal).
Bdk. Filipi 3:7-8 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus”.
Barnes’ Notes: “Religion is as susceptible of cultivation and of growth as any other virtue of the soul. It is feeble in its beginnings, like the grain of mustard seed, or like the germ or blade of the plant, and it increases as it is cultivated. There is no piety in the world which is not the result of cultivation, and which cannot be measured by the degree of care and attention bestowed upon it. No one becomes eminently pious, any more than one becomes eminently learned or rich, who does not intend to; and ordinarily men in religion are what they design to be” (= Agama sama sensitifnya / mudah terpengaruhnya terhadap pengolahan dan pertumbuhan seperti sifat baik lain manapun dari jiwa. Itu mula-mula lemah, seperti bulir dari benih sesawi, atau seperti kuncup / semi atau daun / bunga dari tanaman, dan ia bertumbuh pada waktu diolah / diusahakan. Tidak ada kesalehan dalam dunia yang bukan merupakan hasil dari pengolahan, dan yang tidak bisa diukur oleh tingkat dari pemeliharaan dan perhatian yang diberikan kepadanya. Tak seorangpun menjadi saleh secara menonjol, sama seperti tak seorangpun menjadi terpelajar atau kaya secara menonjol, yang tidak memaksudkannya; dan biasanya orang-orang dalam agama adalah apa yang mereka rancangkan untuk diri mereka).
2. Belajar / mencari Firman Tuhan, berdoa, melayani.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Now truth is the nutriment of the soul, and it must be taken, or the soul will not grow, and in a little while will cease to live. They say it is no matter what a man believes, or whether he believes anything, so he but practises aright, which is as if one would say, it is immaterial what a man eats or whether he eat at all, so he but lives. Can he live without eating, and eating wholesome food? If error is not injurious, poison is not; and if ignorance is not hurtful, starvation is harmless. The man who is indifferent to the interests of truth is also to those of virtue. It is impossible to love the one without loving the other. Truth is the principle and pabulum of virtue. The Word of God must be understood, believed and meditated on, and especially its testimony concerning Christ, otherwise there can be no growth in grace” (= Kebenaran adalah makanan dari jiwa, dan itu harus diambil, atau jiwa tidak akan bertumbuh, dan dalam waktu singkat akan berhenti untuk hidup. Mereka mengatakan tak jadi soal apa yang seseorang percaya, atau apakah ia percaya apapun, asal ia mempraktekkan apa yang benar, yang merupakan hal yang sama dengan kalau seseorang mengatakan, merupakan sesuatu yang tidak penting apa yang seseorang makan atau apakah ia makan apapun, asal ia hidup. Bisakah ia hidup tanpa makan, dan makan makanan yang sehat / bermanfaat? Jika kesalahan tidak melukai / membahayakan, racun juga demikian; dan jika ketidak-tahuan / kebodohan tidak merugikan, maka kelaparan yang menjurus pada kematian juga tidak membahayakan. Orang yang acuh tak acuh pada kepentingan kebenaran juga demikian pada kepentingan dari kebaikan. Adalah mustahil untuk mengasihi yang satu tanpa mengasihi yang lain. Kebenaran adalah penyebab dan makanan dari kebaikan. Firman Allah harus dimengerti, dipercaya dan direnungkan, dan khususnya kesaksiannya tentang Yesus Kristus, atau tidak akan bisa ada pertumbuhan dalam kasih karunia).
Pulpit Commentary: “The study of God’s Word, the diligent attendance upon Church ordinances, constancy in prayer, faithfulness in work, - these are acknowledged ‘means of grace.’” (= Pembelajaran Firman Allah, kehadiran yang rajin pada upacara Gereja, kekonstanan dalam doa, kesetiaan dalam pekerjaan, - hal-hal ini diakui sebagai ‘jalan / cara kasih karunia’).
3. Membuang halangan dari pertumbuhan.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Take heed of that which will hinder its growth (of grace) - the love of any sin” [= Perhatikanlah / waspadailah hal-hal yang akan menghalangi pertumbuhannya (pertumbuhan dari kasih karunia) - cinta kepada dosa apapun].
4. Berusaha untuk bertumbuh dalam segala hal dalam kasih karunia.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Another direction for growing in grace is, take care to exercise all the Christian graces. Exercise yourself especially in those things where you find yourself most deficient. If you are exposed to a particular sin, guard there. If you are deficient in a particular grace, exercise that” (= Pengarahan yang lain untuk bertumbuh dalam kasih karunia adalah, jagalah untuk menjalankan / melatih semua kasih karunia Kristen. Latihlah dirimu sendiri khususnya dalam hal-hal itu dimana engkau mendapati dirimu sendiri paling kurang / tidak sempurna. Jika engkau terbuka terhadap suatu dosa tertentu / khusus, berjagalah di sana. Jika engkau kurang / tidak sempurna dalam suatu kasih karunia tertentu / khusus, latihlah itu).
h) Tanda-tanda dari orang yang bertumbuh dan yang tidak bertumbuh.
The Biblical Illustrator (New Testament): “HOW MAY WE COMFORT SUCH AS COMPLAIN THEY DO NOT GROW IN GRACE? They may mistake; they may grow when they think they do not. The sight Christians have of their defects in grace, and their thirst after greater measures of grace, makes them think they do not grow when they do” (= BAGAIMANA KITA BISA MENGHIBUR ORANG-ORANG YANG MENGELUH KARENA MEREKA TIDAK BERTUMBUH DALAM KASIH KARUNIA? Mereka bisa salah; mereka bisa bertumbuh pada waktu mereka mengira mereka tidak bertumbuh. Pandangan orang-orang Kristen mempunyai cacat-cacat mereka dalam kasih karunia, dan kehausan mereka akan takaran yang lebih besar tentang kasih karunia, membuat mereka mengira bahwa mereka tidak bertumbuh padahal mereka bertumbuh).
Catatan: tetapi tentu saja mereka juga bisa benar, dan dalam hal ini kita harus memeriksa apakah mereka sudah sungguh-sungguh bertobat / percaya Yesus atau tidak. Kalau belum, kita harus memberitakan Injil kepada mereka. Tetapi kalau sudah, kita harus mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang menumbuhkan mereka, yang sudah saya bahas di atas.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Remember this also, that grace may grow insensibly sometimes; it may increase, but you may not perceive it” (= Ingatlah ini juga, bahwa kasih karunia kadang-kadang bisa bertumbuh tanpa dirasakan; itu bisa bertambah, tetapi engkau tidak merasakannya).
The Biblical Illustrator (New Testament): “THERE ARE MARKS BY WHICH GROWTH IN GRACE MAY BE KNOWN. 1. One mark is increased humility. 2. Another mark is increased faith and love towards our Lord Jesus Christ. 3. Another mark is increased holiness of life and conversation. 4. Another mark is increased spirituality of taste and mind. 5. Another mark is increased of charity. 6. One more mark is increased zeal and diligence in trying to do good to souls” (= ADA TANDA-TANDA OLEH MANA PERTUMBUHAN DALAM KASIH KARUNIA BISA DIKETAHUI / DIKENALI. 1. Satu tanda adalah kerendahan-hati yang bertambah. 2. Tanda yang lain adalah bertambahnya iman dan kasih terhadap / kepada Tuhan kita Yesus Kristus. 3. Tanda yang lain adalah pertambahan kekudusan kehidupan dan percakapan / tingkah laku. 4. Tanda yang lain adalah pertambahan kerohanian dari selera dan pikiran. 5. Tanda yang lain adalah pertambahan dari kasih / kemurahan hati. 6. Satu tanda lagi adalah pertambahan dari semangat dan kerajinan dalam berusaha untuk melakukan hal yang baik kepada jiwa-jiwa).
Catatan: tanda-tanda ini membutuhkan perenungan satu per satu. Introspeksilah diri saudara: apakah tanda-tanda ini ada dalam hidup saudara?
The Biblical Illustrator (New Testament): “He that truly grows in grace hath a greater sense of his defects and failings than ever he had before. First, a greater sense of the shallowness of his understanding. Secondly, of the sinfulness of his life. ... if we grow in grace, we shall have every day a greater sight and sense of our sins” (= Ia yang betul-betul / sungguh-sungguh bertumbuh dalam kasih karunia mempunyai pengertian / perasaan yang lebih besar tentang cacat-cacat dan kegagalan-kegagalan dari pada yang pernah ia miliki sebelumnya. Pertama, suatu pengertian tentang kedangkalan dari pengertiannya. Kedua, tentang keberdosaan kehidupannya. ... jika kita bertumbuh dalam kasih karunia, setiap hari kita akan mempunyai pandangan dan pengertian / perasaan yang lebih besar tentang dosa-dosa kita).
The Biblical Illustrator (New Testament): “SOME THINGS THAT ARE NOT EVIDENCES OF GROWTH IN GRACE ALTHOUGH THEY ARE SOMETIMES SUPPOSED TO BE SUCH. 1. It is not certain evidence that an individual grows in grace because he grows in gifts. We naturally increase in that in which we exercise ourselves. We may pray ever so engagedly, and increase in fluency and apparent pathos, and yet have no grace. 2. Growing in knowledge is not evidence of a growth in grace. In hell no doubt they grow in knowledge, but never in grace. 3. It is not evidence that a person grows in grace because he thinks he is doing so. A person may be favourably impressed with regard to his progress in religion, when it is evident to others that he is in fact declining” (= BEBERAPA HAL YANG BUKAN MERUPAKAN BUKTI-BUKTI DARI PERTUMBUHAN DALAM KASIH KARUNIA, SEKALIPUN KADANG-KADANG DIANGGAP SEBAGAI BUKTI-BUKTI. 1. Bukan bukti yang pasti bahwa seseorang bertumbuh dalam kasih karunia karena ia bertumbuh dalam karunia-karunia. Kita secara alamiah bertambah dalam hal dimana kita melatih diri kita sendiri. Kita bisa dengan begitu sibuk berdoa, dan bertambah dalam kefasihan dan kelihatannya juga dalam perasaan, tetapi tidak mempunyai kasih karunia. 2. Bertumbuh dalam pengetahuan bukanlah bukti dari pertumbuhan dalam kasih karunia. Di neraka tak diragukan mereka bertumbuh dalam pengetahuan, tetapi tidak pernah dalam kasih karunia. 3. Bukanlah bukti bahwa seseorang bertumbuh dalam kasih karunia karena ia berpikir / menganggap demikian. Seseorang bisa terkesan dengan baik berkenaan dengan kemajuannya dalam agama, pada saat adalah jelas bagi orang-orang lain bahwa dalam faktanya ia sedang menurun).
Catatan:
1. Tentang doa, kalau orang itu lebih banyak berdoa secara benar, saya yakin itu menendakan pertumbuhan dalam kasih karunia. Tetapi kalau sekedar lebih banyak berdoa karena tuntutan kedudukan / jabatan, dan lebih fasih dalam berdoa karena lebih sering dilatih, memang itu belum tentu menunjukkan bahwa ada pertumbuhan dalam kasih karunia. Apalagi kalau doa itu adalah doa dalam bahasa Roh, yang banyak terdapat pada jaman sekarang. Menurut saya, itu malah menunjukkan penurunan dalam kasih karunia!
2. Saya berpendapat bahwa tak ada dasar untuk mengatakan bahwa di neraka kita bertumbuh dalam pengetahuan. Mungkin yang dimaksudkan adalah pada saat ia masuk neraka ia bertumbuh dalam pengetahuan. Memang pada saat itu ia akan mempunyai pengetahuan yang tadinya tidak ia miliki pada saat hidup di dunia, misalnya bahwa injil itu ternyata benar, dan jalan yang ia tempuh di dunia ternyata salah, sebagainya. Tetapi setelah ia ada di neraka saya tidak yakin bisa ada pertumbuhan pengetahuan.
3. Kalimat terakhir dari kutipan di atas (bagian yang saya garis-bawahi) merupakan kebalikan dari apa yang sudah kita bahas di atas. Kalau tadi kita melihat adanya orang-orang yang merasa tidak bertumbuh, padahal sesungguhnya mereka bertumbuh, maka sekarang kita melihat adanya orang-orang yang merasa diri mereka bertumbuh padahal sesungguhnya mereka sedang menurun! Contoh: orang-orang yang terkena Toronto Blessing, tumbang dalam roh, bicara bahasa Roh yang tidak karuan dan menganggap dirinya maju dalam iman, orang-orang yang ikut gerakan pria sejati, dan macam-macam ajaran sesat lainnya.
The Biblical Illustrator (New Testament): “SOME THINGS THAT ARE EVIDENCES OF A GROWTH IN GRACE. 1. When an individual finds he has more singleness of heart, and more purity of motive in his conduct, it is evidence that he is growing in grace. 2. An individual who grows in grace is more and more actuated by principle, and less and less by emotion or feeling. By principle, in contradistinction from feeling or emotion, I mean a controlling determination in the mind to do right. 3. Another important evidence of growth in grace is more love to God. By this I do not mean that there will be in all cases a conscious increase of emotions of love to God, but that there will be a strengthening of real attachment to God’s character and government. And this increased attachment will evince itself in a growing veneration for all the institutions of religion, and for all the commands of God. 4. Another evidence of growth in grace is when a person increases in love to men as well as love to God. 5. Those who grow in grace feel more and more self-loathing. This is the natural result of having a clear view of God. It makes a person sink down in self-abasement. 6. An increased abhorrence of sin is another mark of growth in grace. When a person feels, day by day, less and less disposed to compromise with any sin, in himself, or in others, it is a sign that he is growing in grace. 7. He who grows in grace has less relish for the world. He has less and less desire for its wealth, its honours, its pleasures. 8. Increasing delight in the fellowship of the saints is another evidence of growth in grace. 9. He who grows in grace finds it more and more easy to exercise a forgiving spirit, and to pray for his enemies. 10. Growing more charitable is an evidence of growth in grace. But he is mere (more?) ready to ascribe a person’s apparently wrong conduct to mistake, or misapprehension, or some other cause, than to direct evil intention. 11. Having less and less anxiety about worldly things is an evidence of growth in grace. 12. Becoming more ready to bestow property is a sign of growth in grace. 13. He feels less and less as if he had any separate interest. It is a great thing, in regard to growth in grace, to feel that all you have is Christ’s, and that you have absolutely no separate interest in living, or in dying, or in holding property, or children, or character. 14. It is an evidence of growth in grace when a person becomes more willing to confess faults to men. 15. Growing in grace raises a person more and more above the world. The growing saint regards less and less either the good or ill opinions of men. He feels that it is of little importance, only as it may affect his usefulness” (= BEBERAPA HAL YANG MERUPAKAN BUKTI-BUKTI DARI PERTUMBUHAN DALAM KASIH KARUNIA. 1. Pada waktu seseorang mendapati bahwa ia lebih mempunyai kejujuran / ketulusan hati, dan kelebih-murnian dari motivasi dalam tingkah lakunya, itu merupakan bukti bahwa ia sedang bertumbuh dalam kasih karunia. 2. Seseorang yang bertumbuh dalam kasih karunia makin lama makin digerakkan oleh prinsip, dan makin lama makin kurang oleh emosi atau perasaan. Oleh prinsip, dalam pertentangan dengan perasaan atau emosi, saya maksudkan suatu ketetapan hati yang mengendalikan dalam pikiran untuk melakukan dengan / yang benar. 3. Bukti penting yang lain tentang pertumbuhan dalam kasih karunia adalah kasih yang lebih besar kepada Allah. Dengan ini saya tidak memaksudkan bahwa akan ada dalam semua kasus suatu peningkatan yang disadari tentang emosi dari kasih kepada Allah, tetapi bahwa di sana akan ada suatu penguatan dari kasih yang sungguh-sungguh pada karakter dan pemerintahan dari Allah. Dan peningkatan kasih ini akan membuktikan dirinya sendiri dalam suatu pemujaan yang bertumbuh untuk semua lembaga agama, dan untuk semua perintah / hukum Allah. 4. Bukti lain dari pertumbuhan dalam kasih karunia adalah pada waktu seseorang bertambah dalam kasih kepada manusia maupun kasih kepada Allah. 5. Mereka yang bertumbuh dalam kasih karunia makin lama makin merasa muak terhadap diri sendiri. Ini merupakan hasil alamiah / wajar dari kepemilikan suatu pandangan yang jelas tentang Allah. Ini membuat seseorang tenggelam dalam perendahan diri sendiri. 6. Suatu pertambahan kejijikan terhadap dosa adalah tanda yang lain tentang pertumbuhan dalam kasih karunia. Pada waktu seseorang merasa, hari demi hari, makin lama makin kurang ingin / condong untuk berkompromi dengan dosa apapun, dalam dirinya sendiri atau dalam diri orang lain, itu merupakan tanda bahwa ia sedang bertumbuh dalam kasih karunia. 7. Ia yang bertumbuh dalam kasih karunia mempunyai kesukaan hati yang berkurang untuk dunia. Ia mempunyai keinginan yang makin lama makin kurang untuk kekayaan, kehormatan, kesenangannya. 8. Kesenangan yang bertambah dalam persekutuan dengan orang-orang kudus merupakan bukti yang lain dari pertumbuhan dalam kasih karunia. 9. Ia yang bertumbuh dalam kasih karunia mendapati makin lama makin mudah untuk melatih / menjalankan suatu roh / kecenderungan pengampunan, dan untuk berdoa bagi musuh-musuhnya. 10. Bertumbuh lebih murah hati / lebih toleran merupakan suatu bukti tentang pertumbuhan dalam kasih karunia. Tetapi ia lebih siap untuk menganggap tindakan yang sepertinya salah dalam diri seseorang, berasal dari kesalahan, atau salah pengertian, atau penyebab-penyebab lain, dari pada maksud jahat langsung. 11. Mempunyai makin lama makin kurang kekuatiran tentang hal-hal duniawi. 12. Menjadi lebih siap untuk memberikan milik / harta merupakan suatu tanda dari pertumbuhan dalam kasih karunia. 13. Ia makin lama makin kurang merasa seakan-akan ia mempunyai minat apapun yang terpisah. Merupakan suatu hal yang besar, berkenaan dengan pertumbuhan dalam kasih karunia, untuk merasa bahwa semua yang engkau miliki adalah milik Kristus, dan engkau secara mutlak tak mempunyai minat yang terpisah dalam kehidupan, atau dalam kematian, atau dalam memegang / mempertahankan milik / harta, atau anak-anak, atau karakter. 14. Merupakan bukti dari pertumbuhan dalam kasih karunia pada saat seseorang menjadi makin mau untuk mengakui kesalahan kepada manusia. 15. Pertumbuhan dalam kasih karunia menaikkan seseorang makin lama makin di atas dunia. Orang kudus yang bertumbuh makin lama makin kurang menganggap / mempedulikan atau pandangan yang baik atau pandangan yang buruk dari manusia. Ia merasa bahwa itu merupakan kepentingan yang kecil, hanya karena itu bisa mempengaruhi kebergunaannya).
Jelas bahwa semua pengudusan termasuk dalam pertumbuhan dalam kasih karunia. Dan karena itu, jelas bahwa tidak dalam semua hal seseorang bertumbuh secara sama, karena semua orang mempunyai kelemahannya masing-masing.
The Biblical Illustrator (New Testament): “All graces grow not alike in the same person” (= Tidak semua kasih karunia bertumbuh secara sama dalam diri satu orang yang sama).
2 PETRUS 3:1-18(8)
i) Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pertumbuhan.
1. Pertumbuhan yang ideal / bagus.
The Biblical Illustrator (New Testament): “The true growth of a Christian is proportionable and uniform; by which I mean that he is one who grows in all his parts. The new man is not monstrous in its accretion” (= Pertumbuhan yang benar dari seorang Kristen adalah seimbang dan seragam / merata; dengan mana saya memaksudkan bahwa ia adalah seseorang yang bertumbuh dalam semua bagian-bagiannya. Orang yang baru tidaklah bersifat aneh / abnormal / seperti monster dalam pertumbuhannya).
Catatan: menurut saya, yang ideal seperti ini jarang ada, atau mungkin, bahkan tidak pernah ada.
Pulpit Commentary: “We are to grow in self-abasement, in power of work, in power of concentrating the mind on the truth, in power to bear hardships and injuries. We are to grow especially in that in which we find ourselves to be deficient” (= Kita harus bertumbuh dalam perendahan diri sendiri, dalam kuasa dari pekerjaan, dalam kuasa tentang mengkonsentrasikan pikiran pada kebenaran, dalam kuasa untuk memikul kesukaran / penderitaan dan kerugian / ketidak-adilan. Kita harus bertumbuh khususnya dalam hal dimana kita mendapati diri kita sendiri kurang / tidak sempurna).
2. Peringatan untuk orang yang mau / ingin bertumbuh.
The Biblical Illustrator (New Testament): “He who will grow in grace must be READY TO SUFFER. The natural life in us dies not without some species of internal agony. For one Christian God has one form of trial; for another, another form” (= Ia yang mau bertumbuh dalam kasih karunia harus SIAP UNTUK MENDERITA. Kehidupan alamiah di dalam kita tidak akan mati tanpa sejenis penderitaan di dalam / batin. Untuk satu orang Kristen, Allah mempunyai satu bentuk ujian; untuk orang Kristen yang lain, bentuk yang lain).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Growing in grace often means experiencing trials and even suffering. We never really experience the grace of God until we are at the end of our own resources. The lessons learned in the ‘school of grace’ are always costly lessons, but they are worth it” (= Bertumbuh dalam kasih karunia sering berarti mengalami ujian-ujian dan bahkan penderitaan. Kita tidak pernah sungguh-sungguh mengalami kasih karunia Allah sampai kita berada pada akhir dari sumber-sumber kita sendiri. Pelajaran yang dipelajari dalam ‘sekolah dari kasih karunia’ selalu merupakan pelajaran yang mahal, tetapi mereka memang sepadan untuk itu).
3. Sifat-sifat / ciri-ciri dari pertumbuhan.
The Biblical Illustrator (New Testament): “THE CHARACTERISTICS OF GROWTH. 1. The first characteristic of growth that we would notice is its silence. It is of all things the most calm, the most quiet, the most dignified. Whatever else may give rise to agitation and commotion and excitement, it is not spiritual growth. ... 2. A second characteristic of growth is, that it is a gradual process. People sometimes feel discouraged by the littleness of their attainments in the Christian life and the tardiness of their spiritual growth, and too often there is cause for humiliation on this score; but, for my part, I would prefer the slowest rate of progress that is compatible with growth to that unnatural rapidity of development that is sure to fall into rapid consumption. ... 3. There are many other characteristics of growth, but of these we shall mention only one, and that is the tendency of growth whenever found to develop in a definite direction. ... Spiritual growth is in a definite direction. It tends to a perfect type. It advances in the direction of Christ” (= CIRI-CIRI DARI PERTUMBUHAN. 1. Ciri pertama dari pertumbuhan yang akan kita perhatikan adalah ke-diam-annya. Dari semua hal itu adalah yang paling tenang, paling diam, paling bermartabat. Apapun yang lain yang meningkatkan pergolakan dan keributan / huru hara dan kegemparan / kehebohan, itu bukanlah pertumbuhan rohani. ... 2. Ciri kedua dari pertumbuhan adalah, bahwa itu merupakan suatu proses perlahan-lahan. Orang-orang kadang-kadang merasa kecil hati oleh kecilnya pencapaian-pencapaian mereka dalam kehidupan Kristen dan kelambatan dari pertumbuhan rohani mereka, dan terlalu sering ini menyebabkan perendahan dari penilaian ini; tetapi, untuk saya sendiri, saya lebih memilih kemajuan yang paling lambat yang cocok dengan pertumbuhan dari pada kecepatan yang tidak alamiah / tidak wajar dari perkembangan yang pasti jatuh pada penghancuran yang cepat. ... 3. Ada banyak ciri lain dari pertumbuhan, tetapi tentang hal-hal ini kita hanya akan menyebutkan satu saja, dan itu merupakan kecenderungan dari pertumbuhan dimanapun itu ditemukan, untuk berkembang ke arah yang tertentu. ... Pertumbuhan rohani ada dalam arah tertentu. Itu cenderung pada type yang sempurna. Itu maju ke arah Kristus).
Catatan:
a. Untuk point pertama, saya kira perlu diwaspadai untuk tidak salah paham dalam hal ke-diam-annya. Yang dipersoalkan oleh penafsir ini adalah pertumbuhan rohani di dalam diri seseorang. Kalau pertumbuhan gereja, maka sering ada pergolakan. Perhatikan pelayanan dari Yesus sendiri, ataupun dari Paulus, yang sering menimbulkan pergolakan, karena adanya banyak orang yang menentang! Demikian juga kalau kita melihat pada Reformasi oleh Martin Luther pada tahun 1517.
b. Untuk point kedua, bandingkan dengan praktek penengkingan segala macam roh (roh dusta, roh zinah dsb) dalam kalangan Kharismatik. Kalau ini memungkinkan, itu bukan proses perlahan-lahan tetapi suatu proses mendadak / seketika. Tidak ada pertumbuhan seperti itu!
c. Untuk point ketiga, bandingkan dengan Efesus 4:11-15 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, (15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.
4. Pendeta harus bertumbuh, supaya gereja bisa bertumbuh.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Unless ministers grow in grace it is impossible for the Church to grow. ‘Like priest like people’ is a maxim founded on principles of correct philosophy” (= Kecuali pendeta-pendeta / pelayan-pelayan bertumbuh dalam kasih karunia adalah mustahil bagi Gereja untuk bertumbuh. ‘Umat / jemaat akan seperti imamnya’ merupakan suatu pepatah yang didasarkan pada prinsip-prinsip filsafat yang benar).
2) “dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Grow in the knowledge of Christ, then. And do ye ask me why? Oh! if ye have ever known Him you will not ask that question. He that longs not to know more of Christ, knows nothing of Him yet” (= Maka, bertumbuhlah dalam pengenalan akan Kristus. Dan apakah engkau bertanya kepadaku mengapa? Oh! jika engkau pernah mengenalNya, engkau tidak akan menanyakan pertanyaan itu. Ia yang tidak rindu untuk lebih mengenal Kristus, belum mengenalNya).
Bdk. Filipi 3:7-11 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. (10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, (11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “If knowledge be necessary to promote the growth of grace, then the most instructive preaching must be the most profitable” (= Jika pengenalan / pengetahuan adalah perlu untuk memajukan pertumbuhan dari kasih karunia, maka khotbah yang paling mengandung pelajaran pastilah yang paling berguna).
Catatan: bandingkan kata-kata ini dengan khotbah-khotbah jaman sekarang, yang pada umumnya tidak ada isinya, dan dipenuhi hanya dengan lelucon, cerita, kesaksian dan sebagainya. Pengkhotbah yang tidak banyak belajar tidak mungkin bisa memberikan khotbah yang banyak mengandung pelajaran! Karena itu setiap pengkhotbah harus mendisiplinkan dirinya untuk belajar Firman Tuhan!
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “We must also grow in knowledge. How easy it is to grow in knowledge but not in grace! All of us know far more of the Bible than we really live. Knowledge without grace is a terrible weapon, and grace without knowledge can be very shallow. But when we combine grace and knowledge, we have a marvelous tool for building our lives and for building the church. But note that we are challenged to grow, not just in knowledge of the Bible, as good as that is, but ‘in the knowledge of our Lord and Saviour Jesus Christ.’ It is one thing to ‘know the Bible,’ and quite another thing to know the Son of God, the central theme of the Bible. The better we know Christ through the Word, the more we grow in grace; the more we grow in grace, the better we understand the Word of God” (= Kita juga harus bertumbuh dalam pengetahuan. Alangkah mudahnya untuk bertumbuh dalam pengetahuan tetapi tidak dalam kasih karunia! Semua kita tahu jauh lebih banyak dari Alkitab dari pada yang sungguh-sungguh kita jalani. Pengetahuan tanpa kasih karunia merupakan suatu senjata yang mengerikan / dahsyat, dan kasih karunia tanpa pengetahuan bisa sangat dangkal. Tetapi pada waktu kita menggabungkan kasih karunia dan pengetahuan, kita mempunyai suatu alat yang sangat bagus untuk membangun kehidupan kita dan untuk membangun gereja kita. Tetapi perhatikan bahwa kita ditantang untuk bertumbuh, bukan hanya dalam pengetahuan Alkitab, betatapun baiknya hal itu, tetapi ‘dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. Mengetahui Alkitab sangat berbeda dengan mengenal Anak Allah, thema pokok dari Alkitab. Makin baik kita mengenal Kristus melalui Firman, makin kita bertumbuh dalam kasih karunia; makin kita bertumbuh dalam kasih karunia, makin baik kita mengerti Firman Allah).
Catatan: dalam bahasa Inggris, kata ‘know’ bisa diterjemahkan ‘tahu’ atau ‘kenal’, sedangkan kata ‘knowledge’ bisa diterjemahkan ‘pengetahuan’ atau ‘pengenalan’. Dalam bahasa Indonesia kedua hal ini berbeda. Kita tidak bisa mempunyai pengenalan tanpa pengetahuan, tetapi kalau kita mempunyai pengetahuan, kita belum tentu mempunyai pengenalan. Ini merupakan sesuatu yang harus sangat diwaspadai oleh orang-orang Kristen yang mempunyai intelek yang tinggi, supaya jangan bertumbuh hanya dalam pengetahuan, tetapi tidak dalam pengenalan!
Pulpit Commentary: “In the knowledge of the Lord Jesus Christ. Paul prayed, on behalf of the Colossians, that they might increase in the knowledge of God. And our Lord himself deemed this knowledge so important that he made it a petition of his great intercessory prayer that his disciples might ‘know the only true God, and Jesus Christ whom he had sent.’ Now, all human knowledge is susceptible of increase; and the Lord and Saviour in whom we trust is a theme, an object of knowledge, so vast as to be inexhaustible” (= Dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus. Paulus berdoa untuk jemaat Kolose supaya mereka bisa bertambah dalam pengenalan akan Allah. Dan Tuhan kita sendiri menganggap pengenalan ini begitu penting sehingga Ia membuatnya sebagai suatu permohonan dari doa syafaatNya yang agung supaya murid-muridNya bisa ‘mengenal satu-satunya Allah yang benar, dan Yesus Kristus yang telah Ia utus’. Semua pengetahuan / pengenalan manusia memungkinkan pertambahan; dan Tuhan dan Juruselamat, kepada siapa kita percaya, adalah suatu thema, suatu tujuan dari pengetahuan / pengenalan, begitu luas sehingga menjadi tidak habis-habisnya).
Catatan:
a) Mungkin ayat yang dimaksudkan adalah Kolose 1:9-10 - “(9) Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, (10) sehingga hidupmu layak di hadapanNya serta berkenan kepadaNya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah”.
b) Sedangkan tentang doa syafaat Yesus ada dalam Yohanes 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”, tetapi kelihatannya ini bukan merupakan suatu permohonan.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “So, the separated Christian must constantly be guarding himself, lest he be led away into error; he also must be constantly growing in grace and knowledge. This requires diligence! It demands discipline and priorities. Nobody automatically drifts into spiritual growth and stability, but anybody can drift out of dedication and growth. ‘For this reason we must pay much closer attention to what we have heard, lest we drift away from it’ (Heb 2:1, NASB). Just as the boat needs the anchor, so the Christian needs the Word of God” [= Maka, orang-orang Kristen masing-masing harus terus menerus menjaga dirinya sendiri, supaya jangan ia disimpangkan pada kesalahan; ia juga harus terus menerus bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan. Ini membutuhkan kerajinan! Ini menuntut disiplin dan prioritas. Tak seorangpun secara otomatis hanyut ke dalam pertumbuhan dan kestabilan rohani, tetapi siapapun bisa hanyut dan meninggalkan dedikasi dan pertumbuhan. ‘Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus’ (Ibr 2:1). Sama seperti perahu membutuhkan jangkar, demikian juga orang Kristen membutuhkan Firman Allah].
Matthew Henry: “That we may the better avoid being led away, the apostle directs us what to do, v. 18. And, (1.) We must grow in grace. He had in the beginning of the epistle exhorted us to add one grace to another, and here he advises us to grow in all grace, in faith, and virtue, and knowledge. ... (2.) We must grow in the knowledge of our Lord Jesus Christ. ... Such a knowledge of Christ as conforms us more to him, and endears him more to us, must needs be of great use to us, to preserve us from falling off in times of general apostasy” [= Supaya kita bisa makin baik menghindari penyimpangan / penyesatan, sang rasul menunjukkan kita apa yang harus kita lakukan, ay 18. Dan, (1) Kita harus bertumbuh dalam kasih karunia. Ia, pada awal dari surat ini, telah mendesak kita untuk menambahkan satu kasih karunia pada kasih karunia yang lain, dan di sini ia menasehati kita untuk bertumbuh dalam semua kasih karunia, dalam iman, dan kebaikan, dan pengetahuan. ... (2) Kita harus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus. ... Pengenalan seperti itu tentang Kristus lebih menyesuaikan kita dengan Dia, dan membuat kita lebih menyayangi Dia, pasti sangat bermanfaat bagi kita, untuk menjaga kita dari jatuh pada masa penyesatan umum].
Adam Clarke: “The life of a Christian is a growth; he is at first born of God, and is a little child; becomes a young man, and a father in Christ. Every father was once an infant; and had he not grown, he would have never been a man. Those who content themselves with the grace they received when converted to God, are, at best, in a continual state of infancy: but we find, in the order of nature, that the infant that does not grow, and grow daily, too, is sickly and soon dies; so, in the order of grace, those who do not grow up into Jesus Christ are sickly, and will soon die, die to all sense and influence of heavenly things. There are many who boast of the grace of their conversion; persons who were never more than babes, and have long since lost even that grace, because they did not grow in it” (= Kehidupan dari seorang Kristen adalah suatu pertumbuhan; ia mula dilahirkan dari Allah, dan adalah seorang anak kecil; menjadi seorang muda, dan seorang bapa dalam Kristus. Setiap bapa dulu pernah adalah seorang bayi; dan seandainya ia tidak bertumbuh, ia tidak akan pernah menjadi seorang manusia dewasa. Mereka yang puas dengan kasih karunia yang mereka terima pada waktu bertobat kepada Allah, paling-paling terus ada dalam kondisi bayi: tetapi kita mendapati, dalam pengaturan alam, bahwa bayi yang tidak bertumbuh, dan juga bertumbuh setiap hari, adalah sakit dan segera mati; demikian juga dalam pengaturan kasih karunia, mereka yang tidak bertumbuh kepada Yesus Kristus adalah sakit, dan akan segara mati, mati terhadap semua pengertian / perasaan dan pengaruh dari hal-hal surgawi. Ada banyak orang yang membanggakan kasih karunia dari pertobatan mereka; orang-orang yang tidak pernah lebih dari bayi-bayi, dan sudah sejak lama kehilangan, bahkan kasih karunia itu, karena mereka tidak bertumbuh di dalamnya).
Catatan: Adam Clarke, yang memang adalah orang Arminian ini, menggunakan seadanya ayat untuk menekankan bahwa keselamatan bisa hilang! Tidak perlu diragukan bahwa ada banyak orang yang kelihatannya kristen, dan kelihatannya sungguh-sungguh sudah bertobat dan percaya kepada Yesus, yang akhirnya terhilang. Tetapi siapa yang bisa tahu apakah mereka sungguh-sungguh Kristen / percaya kepada Yesus? Menurut pandangan Reformed, semua orang yang tadinya kelihatannya percaya, tetapi lalu terhilang, sebetulnya tadinya hanya orang kristen KTP, dan tidak pernah menjadi orang Kristen yang sejati! Ia bukannya kehilangan kasih karunia ataupun keselamatannya, tetapi ia tidak pernah betul-betul ada dalam kasih karunia itu / tidak pernah sungguh-sungguh selamat!
Bandingkan dengan:
- 1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
- Yohanes 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
- 2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
3) “BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
KJV/NIV: ‘To him be glory both now and forever! Amen’ (= BagiNyalah kemuliaan baik sekarang dan selama-lamanya! Amin).
RSV/NASB: ‘To him be the glory both now and to the day of eternity. Amen.’ (= BagiNyalah kemuliaan baik sekarang dan sampai pada hari dari kekekalan. Amin).
a) Semua terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris mengakhiri ay 18 dengan kata ‘Amin’. Entah mengapa dalam Kitab Suci Indonesia kata ini dihapuskan.
b) Kata-kata ini ditujukan kepada Kristus, dan ini membuktikan keilahianNya.
2 Petrus 3: 18: “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya”.
Yang terakhir dibicarakan / disebutkan pada kalimat sebelumnya adalah ‘Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus’. Jadi, kata ‘Nya’ yang saya beri garis bawah ganda itu pasti menunjuk kepada Yesus. Dan kalau doxology ini ditujukan kepada Yesus, maka jelas bahwa Ia haruslah Allah sendiri.
Calvin: “‘To him be glory.’ This is a remarkable passage to prove the divinity of Christ; for what is said cannot belong to any but to God alone” (= ‘BagiNyalah kemuliaan’. Ini merupakan text yang hebat / luar biasa untuk membuktikan keilahian Kristus; karena apa yang dikatakan tidak bisa menjadi milik siapapun kecuali Allah saja).
c) ‘selama-lamanya’.
Terjemahan hurufiahnya adalah seperti dalam RSV/NASB: ‘to the day of eternity’ (= sampai hari dari kekekalan).
1. Banyak penafsir yang menafsirkan bahwa ungkapan ini menunjukkan bahwa dalam kekekalan nanti ‘waktu’ tidak ada lagi.
Adam Clarke: “and forever, EIS HEEMERAN AIOONOS, ‘to the day of eternity,’ that in which death, and misery, and trial, and darkness, and change, and time itself, are to the righteous forever at an end: it is eternity; and this eternity is one unalterable, interminable, unclouded, and unchangeable DAY!” (= ‘dan selama-lamanya’. EIS HEEMERAN AIOONOS, ‘sampai hari dari kekekalan’, yaitu hari dimana kematian, dan kesengsaraan, dan ujian / pencobaan, dan kegelapan, dan perubahan, dan waktu itu sendiri, ada pada akhirnya bagi orang-orang benar: itu adalah kekekalan, dan kekekalan ini adalah satu HARI yang tak berubah, tidak berkesudahan, tidak ada keredupan / kegelapan, tidak bisa berubah!).
Pulpit Commentary: “‘For ever’ is, literally, ‘for the day of the age or of eternity (ei)$ h(mera\n ai)w=no$).’ This remarkable expression is found only here, and is variously interpreted. ... Huther as, ‘the day on which eternity begins as contrasted with time, but which day is likewise all eternity itself.’ Fronmuller quotes St. Augustine: ‘It is only one day, but an everlasting day, without yesterday to precede it, and without tomorrow to follow it; not brought forth by the natural sun, which shall exist no more, but by Christ, the Sun of Righteousness.’” [= ‘Selama-lamanya’, secara hurufiah adalah ‘untuk hari dari jaman atau dari kekekalan (ei)$ h(mera\n ai)w=no$ / EIS HEMERAN AIONOS)’. Ungkapan yang luar biasa ini hanya ditemukan di sini, dan ditafsirkan secara bervariasi. ... Huther menafsirkan sebagai, ‘hari dimana kekekalan dimulai pada saat dikontraskan dengan waktu, tetapi hari itu adalah seperti seluruh kekekalan itu sendiri’. Fronmuller mengutip Agustinus: ‘Itu hanyalah satu hari, tetapi suatu hari yang kekal, tanpa kemarin yang mendahuluinya, dan tanpa besok yang mengikutinya; tidak dilahirkan oleh matahari alamiah, yang tidak mempunyai keberadaan lagi, tetapi oleh Yesus Kristus, Matahari dari Kebenaran’].
Pulpit Commentary: “To him be glory for ever, literally, ‘to the day of the age’ - the day on which eternity, as contrasted with time, begins, and which is never to be broken up, but is to be one long day” (= BagiNyalah kemuliaan selama-lamanya, secara hurufiah, ‘sampai hari dari jaman’ - hari dimana kekekalan, dikontraskan dengan waktu, mulai, dan yang tidak pernah terputus, tetapi akan merupakan satu hari yang panjang).
2. Saya tak percaya bahwa dalam kekekalan nanti (di surga) maka tidak ada lagi waktu. Ini sudah saya bahas secara mendetail dalam pembahasan tentang 2 Petrus 3:8 di depan, dan akan saya ulangi di sini, dalam seluruh bagian yang ada dalam kotak di bawah ini.
William Hendriksen mengatakan dalam bukunya yang berjudul ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 72, mengatakan bahwa banyak orang, termasuk seorang ahli theologia Reformed bernama Kuyper mengatakan bahwa dalam kekekalan nanti tidak ada lagi waktu. Pandangan ini didasarkan pada Wah 10:6 (KJV): ‘And sware by him that liveth for ever and ever, who created heaven, and the things that therein are, and the earth, and the things that therein are, and the sea, and the things which are therein, that there should be time no longer’ (= Dan bersumpah demi Dia yang hidup selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, bahwa di sana tidak akan ada waktu lagi).
Tetapi baik Kitab Suci Indonesia maupun Kitab Suci bahasa Inggris yang lain menterjemahkan ‘delay’ / ‘penundaan’ bukan ‘waktu’!
Kitab Suci Indonesia: “dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.
RSV: ‘there should be no more delay’ (= di sana tidak ada penundaan lagi).
NIV: ‘There will be no more delay’ (= Di sana tidak ada penundaan lagi).
NASB: ‘that there will be delay no longer’ (= bahwa di sana tidak ada penundaan lagi).
Dan dalam buku yang sama hal 73 William Hendriksen memberikan dua kutipan dari 2 orang ahli theologia Reformed, yaitu Vos dan Bavinck, yang akan saya berikan di bawah ini:
Kutipan dari Vos: “Paul nowhere affirms that to the life of man, after the close of this aeon, no more duration, no more divisibility in time-units shall exist. Life so conceived is plainly the prerogative by nature of the Creator: to externalize the inhabitants of the coming aeoon in this sense would be equivalent to deifying them, a thought whose place is in a pagan type of speculation but not within the range of biblical religion” (= Paulus tidak menegaskan dimanapun bahwa bagi hidup manusia, setelah akhir dari jaman ini, tidak ada lagi masa / durasi, tidak ada lagi ke-dapat-dibagi-an dalam unit-unit waktu akan ada. Kehidupan yang dimengerti seperti itu dengan jelas merupakan hak istimewa secara alamiah dari sang Pencipta: mengekalkan / menjadikan kekal penghuni-penghuni dari jaman yang akan datang dalam arti ini adalah sama dengan mendewakan mereka / menjadikan mereka Allah, suatu pemikiran yang tempatnya adalah dalam suatu type spekulasi kafir tetapi bukan dalam jenis / kelas dari agama yang Alkitabiah) - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.
Kutipan dari Bavinck: “Those who have died remain finite and limited beings and cannot exist in any other way than in space and time. The measurement of space and the computation of time, to be sure, will be entirely different on the other side of the grave than they are here, where miles and hours are our standard of measurement. But even the souls that dwell there will not become eternal and omnipresent like God ... They are not raised above every form of time, that is, above time in the sense of succession of moments” (= Mereka yang telah mati tetap adalah makhluk-makhluk yang terbatas dan tidak bisa berada dengan cara lain apapun dari pada dalam ruang dan waktu. Ukuran ruang dan perhitungan waktu jelas akan berbeda pada sisi lain dari kubur dari pada mereka di sini, dimana mil-mil dan jam-jam adalah standard ukuran kita. Tetapi bahkan jiwa-jiwa yang tinggal di sana tidak akan menjadi kekal dan maha hadir / maha ada seperti Allah ... Mereka tidak diangkat mengatasi setiap bentuk dari waktu, artinya, di atas waktu dalam arti penggantian / urut-urutan dari saat-saat) - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.
William Hendriksen: “So, when the question is asked, ‘Is there time in heaven?’ namely, in the sense of movement from the past, into the present, into the future - call it duration or succession of movements -, the answer must be, ‘Yes.’ When the further question is asked, ‘Will it in every respect be time as we now know it (that is, will it be measured by our present earthly standards?), the answer will have to be ‘No.’” [= Jadi, pada waktu suatu pertanyaan ditanyakan, ‘Apakah ada waktu di surga?’ yaitu, dalam arti dari pergerakan / perpindahan dari lampau, ke dalam saat ini / present, ke dalam yang akan datang- sebutlah itu masa / durasi atau penggantian / urut-urutan dari pergerakan / perpindahan -, jawabannya haruslah ‘Ya’. Pada waktu pertanyaan selanjutnya ditanyakan, ‘Apakah itu dalam setiap hal adalah waktu yang kita kenal sekarang ini (yaitu, apakah waktu itu akan diukur oleh standard duniawi kita sekarang ini?), jawabannya harus adalah ‘Tidak’.] - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73-74.
Karena itu, saya lebih memilih penafsiran di bawah ini.
A. T. Robertson: “One of the various ways of expressing eternity by the use of AIOON” [= Salah satu dari bermacam-macam cara untuk menyatakan kekekalan dengan penggunaan dari AION (= age / jaman)].
Dengan kata lain, artinya hanyalah sekedar ‘kekal’ atau ‘selama-lamanya’.
Penutup.
Sebagai penutup, ada sedikit komentar dari Adam Clarke tentang kedua surat Petrus dan ajaran Gereja Roma Katolik.
Adam Clarke: “We have now passed over all the canonical writings of Peter that are extant; and it is worthy of remark that, in no place of the two letters already examined, nor in any of this apostle’s sayings in any other parts of the sacred writings do we find any of the peculiar tenets of the Romish church: not one word of his or (of?) the pope’s supremacy; not one word of those who affect to be his successors; nothing of the infallibility claimed by those pretended successors; nothing of purgatory, penances, pilgrimages, auricular confession, power of the keys, indulgences, extreme unction, masses, and prayers for the dead; and not one word on the most essential doctrine of the Romish church, transubstantiation. Now, as all these things have been considered by themselves most essential to the being of that church; is it not strange that he, from whom they profess to derive all their power, authority, and influence, in spiritual and secular matters, should have said nothing of these most necessary things? Is it not a proof that they are all false and forged; that the holy apostle knew nothing of them; that they are no part of the doctrine of God; and, although they distinguish the church of Rome, do not belong to the church of Christ? It is no wonder that the rulers of this church endeavour to keep the Scriptures from the common people; for, were they permitted to consult these, the imposture would be detected, and the solemn, destructive cheat at once exposed” [= Kita sekarang telah melewati semua tulisan kanonik dari Petrus yang masih ada; dan adalah layak untuk diperhatikan bahwa, tidak ada tempat manapun dari kedua surat yang sudah diperiksa, ataupun dalam perkataan manapun dari rasul ini di bagian-bagian lain manapun dari tulisan-tulisan kudus, kita menemukan ajaran khas dari Gereja Roma (Katolik): tidak satu katapun darinya atau (tentang?) keunggulan dari paus; tak satu katapun tentang mereka yang berpura-pura menjadi pengganti-penggantinya; tak ada apapun tentang ketidak-bisa-bersalahan yang diclaim oleh mereka yang berpura-pura menjadi pengganti-penggantinya; tak ada apapun tentang api penyucian, pengakuan dosa, perjalanan ziarah, pengakuan yang diucapkan langsung ke telinga, kuasa tentang kunci-kunci, pengampunan dosa (indulgence), sakramen perminyakan, misa, dan doa-doa untuk orang mati; dan tidak satu katapun tentang doktrin yang paling penting dari Gereja Roma, transubstantiation (= a change of substance / perubahan zat). Sekarang, karena semua hal-hal ini telah dianggap oleh mereka sendiri sebagai hal-hal yang paling penting bagi keberadaan dari gereja itu; tidakkah aneh bahwa ia, dari siapa mereka mengaku mendapat semua kuasa, otoritas, dan pengaruh, dalam persoalan-persoalan rohani dan sekuler, tidak mengatakan apa-apa tentang hal-hal yang paling perlu itu? Tidakkah ini merupakan suatu bukti bahwa hal-hal itu dusta dan dipalsukan; bahwa sang rasul yang kudus tak tahu apapun tentang hal-hal itu; bahwa mereka bukanlah bagian dari doktrin / ajaran dari Allah; dan, sekalipun mereka membedakan gereja Roma, tidak termasuk dalam gereja Kristus? Tidak heran bahwa penguasa-penguasa gereja ini berusaha untuk menjaga / mencegah Kitab Suci dari orang-orang biasa / awam; karena, pada waktu mereka diijinkan untuk mencari keterangan dari Kitab Suci, penipuan itu akan terdeteksi, dan penipuan yang kudus dan bersifat merusak itu segera terbuka].
Catatan: pada jaman dahulu, memang orang Katolik dilarang membaca, atau bahkan sekedar mempunyai Alkitab. Tetapi sekarang itu sudah berubah, dan mereka malah dianjurkan untuk membaca Alkitab. Ada dua hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan hal ini. Pertama, itu menunjukkan bahwa ajaran yang mereka claim sebagai tidak bisa salah, ternyata bisa salah. Dan kalau bisa salah dalam hal yang satu ini, mengapa tidak bisa salah dalam hal-hal yang lain? Kedua, setelah di ijinkan, dan bahkan dianjurkan, untuk membaca Alkitab, saya tidak melihat ada protes dari orang-orang Katolik bahwa ajaran gereja mereka tidak sesuai, dan bahkan bertentangan, dengan Alkitab. Mengapa? Karena mereka memang tidak dididik untuk tunduk pada otoritas Alkitab / Firman Tuhan, tetapi dididik untuk lebih tunduk pada gereja, Sidang Gereja, keputusan Paus dan sebagainya.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
8 EKSPOSISI 2 PETRUS 3:1-18 (HARI TUHAN).