BUKU 5 PRINSIP (PANCA SOLA)


BUKU 5 PRINSIP (PANCA SOLA)
ISI BUKU DARI BUKU 5 PRINSIP (PANCA SOLA):
1.SOLA SCRIPTURA
2.SOLI DEO GLORIA
3.SOLA FIDE
4.SOLA GRACIA
5.SOLUS CHRISTUS

KATA PENGANTAR:

Adalah hal yang ril bahwa dahulu gereja pingsan tidak henti-hentinya karena gereja lebih menempatkan rasio sebagai titik tolak pembangunan fondasi dalam berteologi. Melihat hal ini: Demi kemuliaan Allah, para Reformator di era Reformasi, meneriakan 5 prinsip (Panca Sola) yang telah membangunkan gereja dari kepingsanannya, adalah sebagi berikut : 1. Sola Scriptura (Hanya Alkitab), 2. Solus Christus (Hanya Kristus), 3. Sola Gratia (Hanya Anugerah), 4.Sola Fide (Hanya Iman), dan 5. Soli Deo Gloria (Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah).

Namun pada masakini terlihat bukti-bukti yang telah dinyatakan dari media masa, makalah, khotbah, dan buku-buku teologi, yang pada prinsipnya gereja tidak lagi mengindahkan atau menempatkan 5 prinsip (Panca Sola) sebagai fondasi gereja, tetapi gereja malah kembali membiarkan rasio/pikiran yang menjadi titik tolak dalam berteologi. Dengan demikian gereja tidak menjadi terang yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus Kristus, melainkan gereja cenderung menjadi terang lampu disko yang memancarkan sinar warna-warni, sehingga gereja berada di dalam KEREMANG-REMANGAN.

Sadarkah kita bahwa kita sekarang berada di dalam ruang KEREMANG - REMANGAN ? Setelah kita menyadarinya, lalu apakah yang kita lakukan ?

Mana mungkin Gereja yang pingsan dapat berteriak aku pingsan atau aku tidak pingsan! Memahami hal ini: karena Ron Kudus, kami tergerak untuk membagunkan gereja dalam kepingsanannya dengan tema "Kembali ke Alkitab" (Back to the Bible) seperti sub-sub tema pada isi buku kecil ini.

Dalam rangka mengenang kembali Reformasi gereja, buku kecil ini hadir guna mengulas tentang sembonyan para Reformator di era Reformasi, sebagai sorotan teologis terhadap gereja Protestan di NTT, yang memakai pikiran sebagai pangkalan teologi. Sehingga setelah membaca buku kecil ini, kita yang lagi ditawan dengan sistem rasio, dengan sendirinya sadar bahwa gereja lagi berada didalam keremang-remangan, dengan demikian kita pun akan mengetahui tindakan apa yang akan kita lakukan.

Tulisan ini ditujukan hanya bagi Umat Kristen Protestan, dan bagi siapa saja yang terbeban dengan pelanyanan ini, silahkan memperbanyak tulisan ini sabanyak-banyaknya dan dapat dibagikan bagi yang mau membacanya. Soli Deo Gloria.

SoE, 17 Oktober 2008

Tim Peduli Reformasi

1.SOLA SCRIPTURA

Oleh : Pdt. Esra Alfred Soru, S.Th

Doktrin "Sola Scriptura " (Hanya Firman Allah saja) adalah salah satu doktrin atau semboyan yang populer pada zaman reformasi Protestan di samping doktrin/semboyan lainnya seperti 'Sola Gratia' (Hanya Anugerah) dan 'Sola Fide'(Hanya Iman). Doktrin ini lahir sebagai reaksi terhadap banyak pemahaman dan praktek yang menyimpang yang ada dalam gereja Roma Katolik saat itu. Beberapa di antaranya adalah :

1. Gereja Roma Katolik berpendapat bahwa Alkitabjbukanlah untuk orang^awam sehingga orang awam dilarang untuk membaca, bahkan untuk memiliki Alkitab. Di dalam Council of Valencia pada tahun 1229 dikatakan bahwa:

"Kami melarang juga pemberian ijin kepada orang awam untuk memiliki buku-buku Perjanjian Lama dan Baru, kecuali seseorang ingin, dari suatu perasaan untuk berbakti, untuk mempunyai kitab Mazmur atau buku doa Roma Katolik untuk kebaktian / pelayanan ilahi, atau saat-saat Maria yang terpuji. Tetapi kami dengan keras melarang mereka untuk memiliki buku-buku tersebut di atas dalam bahasa kasar" (LoraineBoettner, 'Roman Catholicism', hal 97).

Dari kata-kata ini jelas bahwa orang awam dilarang memiliki Alkitab. Yang boleh dimiliki hanyalah kitab Mazmur dan buku doa Roma Katolik, dan itupun tidak boleh dalam 'vulgar tongue /bahasa kasar', maksudnya buku-buku itu haras ada dalam bahasa Latin, yang jelas ada di luar jangkauan orang awam. Demikian juga hal ini ditegaskan dalam Council of Trent. Paus Clement XI (tahun 1713) dalam Bull Unigenitus, mengatakan :

"Kami dengan keras melarang mereka (orang awam) untuk mempunyai buku-buku Perjanjian Lama dan Baru dalam bahasa kasar / biasa " (Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 98).

Para reformator percaya bahwa Alkitab adalah untuk semua orang. Orang kristen harus memiliki dan membaca Alkitab dengan rajin dan tekun. Larangan untuk orang awam membaca Alkitab jelas bertentangan dengan Mazmur 1:1-2 dan Kisah Para Rasul 17:11.

2. Dalam gereja Roma Katolik saat itu tradisi diangkat sedemikian tinggi sehingga menyamai Alkitab. Yang disebut 'tradisi' dalam ajaran Roma Katolik kitab-kitab Apocrypha, tulisan bapa-bapa gereja, keputusan sidang-sidang gereja (council) dan keputusan-keputusan Paus. Pada tahun 1545, sidang gereja di Trent menyatakan bahwa tradisi mempunyai otoritas yang sama dengan Kitab Suci, tapi harus ditafsirkan oleh gereja. Para reformator sangat menentang hal ini. Mereka berpendapat bahwa justru hal itu telah terbukti menghasilkan banyak kebobrokan dalam kehidupan gereja. Gereja tidak lagi mempunyai pegangan. Firman Allah sudah bergeser menjadi "opini manusia".Para reformator juga meyakini bahwa Alkitab dapat dan memang sesungguhnya menafsirkan dirinya sendiri dalam hati orang beriman. Alkitab adalah penafsir bagi Alkitab sendiri, Scriptura sui ipsius interpres,sebagaimana dikemukakan oleh Luther. Jadi, kita tidak perlu Paus atau konsili untuk memberitahu apa arti perkataan Alkitab. Apa yang dikatakan oleh para reformator ini jelas berarti menantang pernyataan kepausan atau pernyataan konsili dan menunjukkan bahwa mereka tidak benar dan menuntut orang beriman untuk tidak menuruti mereka. Alkitab adalah satu-satunya sumber di mana orang berdosa bisa mendapatkan pengetahuan yang benar tentang Allah dan kebaikan. Alkitab juga merupakan satu-satunya hakim Gereja segala zaman demi nama Tuhan. Sesungguhnya Allah yang hidup berbicara langsung kepada umat-Nya dengan penuh otoritas mclalui setiap halaman Alkitab. Sola Scriptura!! Hanya Alkitab saja!!! Hanya Alkilab yang menjadi dasar kehidupan dan ajaran gereja.

Demikianlah lalar belakang munculnya doktrin Sola Scriptura. Intinya adalah para reformator menginginkun gereja "back to the bible " (kembali pada Alkitab).

Mengapa Hanya Alkitab ?

Memikirkan doktrin Sola Scriptura, masuk akal kalau kita bertanya mengapa hanya Alkitab saja yang menjadi dasar hidup dan ajaran orang Kristen ? Jawabannya jelas karena Alkitab adalah Firman Allah sendiri. Alkitab adalah wahyu Allah atau penyataan diri Allah secara khusus di samping Yesus Kristus dan karenanya maka Allah dapat dikenal secara lebih lengkap lewat Alkitab dan hanya lewat Alkitab saja. Karena itulah maka Alkitab dan hanya Alkitab yang harus menjadi dasar dari kehidupan dan pengajaran gereja. Lalu kalau demikian, apakah tradisi harus dibuang? Apakah pengalaman harus dibuang? Apakah rasio harus dibuang? Tentu tidak! Itu semua tetap dipakai tetapi Alkitab adalah sumber yang pertama dan utama dan karenanya ketiga hal yang lain (rasio, tradisi dan pengalaman) harus berpusatkan pada Alkitab. Kita bisa menerima sebuah tradisi sepanjang itu cocok dengan kata Alkitab, kita bisa menerima sebuah penalaran rasio sepanjang itu tidak bertentangan dengan Alkitab dan kita juga bisa menerima sebuah pengalaman sepanjang itu selaras dengan yang diajarkan Alkitab. Jika tradisi, rasio dan pengalaman itu bertentangan dengan Alkitab maka ketiganya harus dibuang dan kita hanya berpijak kepada apa yang dikatakan Alkitab. Millard J. Erickson berkata:

"Bila Alkitab dijadikan sumber utama dari pemahaman teologis kita, maka kita tidak mengesampingkan semua sumber lainnya sama sekali...akan tetapi sumber-sumber masukan lainnya itu tidaklah sepenting Alkitab. (Teologi Kristen; Vol.1; 1999:43).

Inilah Sola Scriptura!!!

Dasar Alkitabiahnya ?

Jika semua pengajaran Kristen harus berdasarkan Alkitab, lalu adakah dasar Alkitabiah bagi doktrin Sola Scriptura itu? Gereja Katolik menolak doktrin Sola Scriptura ini dengan berbagai alasan, salah satunya adalah bahwa toh tidak ada dasar Alkitabiah bagi doktrin Sola Scriptura sehingga doktrin Sola Scriptura sebenarnya adalah sebuah inkonsistensi saja. Benarkah demikian ? Tentu tidak! Di dalam Yesaya 8:20 dikatakan :

"'Carilah pengajaran dan kesaksianl' Siapa yang tidak berbicara SESUAI DENGAN PERKATAAN ITU, maka baginya tidak terbit fajar".

Jelas bahwa pengajaran dan kesakisian harus berdasarkan Kitab Suci. Juga Yesus dan rasul-rasul, yang dalam setiap pengajaran selalu menggunakan Kitab Suci. Di dalam Kisah Para Rasul 17:11 dikatakan :

"Orang-orang Yahndi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian "?

Orang-orang Yahudi ini dikatakan lebih baik hatinya (seharusnya 'lebih mulia') dari orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka mengecek khotbah/ajaran rasul Paulus dengan menggunakan Kitab Suci! Juga dalam 2 Timotius 3:16 dikatakan :

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran ".

Yang saya garis-bawahi terjemahannya kurang tepat. Bandingkan dengan NASB yang menerjemahkan 'All Scripture is inspired by God'. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci adalah dasar ajaran.

Kecenderungan Modern : Pengalaman VS Kitab Suci.

Kita sudah melihat latar belakang munculnya doktrin Sola Scriptura yakni sebuah penentangan terhadap diangkatnya tradisi menjadi setara dengan Alkitab dalam pengajaran gereja. Tentu kita membutuhkan lebih banyak halaman untuk membahas pandangan Alkitab tentang tradisi dan karenanya tidak mungkin hal itu dibahas di sini. Saya hanya mengangkat satu hal saja yang menurut saya menjadi kecenderungan dalam kekristenan modern saat ini yang bertentangan dengan doktrin Sola Scriptura yakni pengalaman. Maksud saya adalah, jika dulu doktrin Sola Scriptura bertabrakan dengan tradisi dari Roma Katolik, justru sekarang ini doktrin ini bertabrakan dengan doktrin Kharismatik tentang pengalaman-pengalaman rohani dari orang percaya.

Satu hal yang sangat menonjol dalam ajaran gerakan Kharismatik modern adalah bahwa ajaran mereka didasarkan pada 'Kitab Suci + pengalaman'. Itulah sebabnya dalam gerakan ini seringkali kita mendengar adanya kesaksian-kesaksian atau pengalaman-pengalaman yang aneh-aneh, seperti kesaksian seseorang yang melihat Tuhan dalam acara televisi. Yang dimaksud bukannya ada film dalam TV dan Tuhan menggunakan film itu untuk berbicara kepadanya. Tetapi maksudnya adalah bahwa Tuhan tiba-tiba muncul dalam acara TV untuk menggantikan acara TV yang ada saat itu dan berbicara kepadanya. Orang lain memberikan kesaksian bahwa ia berhasil mengajar anjingnya memuji Tuhan dengan suatu unknown bark (= salakan / gonggongan yang tidak dikenal). Yang lain bersaksi bahwa ia mengalami kematian, pergi ke surga dan neraka, lalu kembali ke bumi dan hidup lagi. Yang lain lagi berkata bahwa ia berulang-ulang melihat Yesus pada waktu ia sedang berkhotbah. Bahkan ada seorang pengkhotbah yang mengaku bahwa ia diajar langsung oleh Tuhan selama 40 hari dan 40 malam tentang arti dari seluruh Kitab Suci. Cerita-cerita yang aneh-aneh seperti itu diterima dengan mudah oleh kebanyakan orang Kharismatik tanpa memeriksa/menguji dahulu apakah pengalaman-pengalaman itu sesuai dengan Kitab Suci atau tidak. Padahal Kitab Suci dengan jelas menyuruh kita untuk menguji hal-hal seperti itu (bdk. I Tesalonika 5:21; l Yohanes 4:1).

1 Tesalonika 5:21 : "Ujilah segala sesuatu danpeganglah yang baik".

1 Yohanes 4:1 : "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlahpercaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia ".

Kesaksian-kesaksian dan praktek-praktek seperti jelas bertentangan dengan Kitab Suci dan doktrin Sola Scriptura yang diteriakkan para reformator. Menariknya adalah bahwa dalam kalangan Kharismatik, pengalaman-pengalaman seperti ini justai sering lebih diutamakan/ dipentingkan dari Kitab Suci. Seorang Kharismatik berkata: "Aku tidak peduli apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Aku mempunyai pengalaman!". Sekalipun tidak semua orang Kharismatik mempunyai pandangan seperti itu, tetapi ada banyak dari mereka yang mementingkan pengalamannya lebih dari Kitab Suci. Kalau mereka menceritakan pengalamannya, dan kita lalu mendebatnya dan menunjukkan bahwa pengalaman itu tidak sesuai dengan Kitab Suci, maka reaksi yang sering muncul adalah: "Pokoknya aku mengalami hal itu!" Bukankah ini menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan pengalamannya dari Kitab Suci ? Ini adalah sesuatu yang berbahaya, karena pengalaman bisa diberikan oleh setan! Pdt. Budi Asali mengatakan :

“Banyak orang Kharismatik yang bahkan lebih menekankan ajaran-ajaran yang mereka dapatkan melalui nubuat, bahasa Roh, penglihatan, pendengaran dsb, daripada Kitab Suci/Firman Tuhan sendiri. Banyak orang Kharismatik, yang kalau ingin mengetahui kehendak Tuhan, bukannya mencari / mempelajarinya dalam Kitab Suci, tetapi meminta Tuhan memberinya petunjuk melalui nubuat, penglihatan, dsb (Exodus paper).

Bandingkan ini dengan kata-kata John F. Mac Arthur, Jr :

"Bukannya memeriksa pengalaman seseorang dengan keabsahan Alkitab, kaum kharismatik mencoba mengambil Alkitab untuk dicocokkan dengan pengalaman itu atau, bila gagal, ia akan mengabaikan Alkitabnya begitu saja. Seorang penganut Kharismatik menulis pada sampul Alkitabnya : "Saya takpeduli apa kata Alkitab, pokoknya saya telah mendapat suatu pengalaman! (Apakah Kharismatik Itu?; hal. 63)

Jelas pengalaman rohani lebih diutamakan daripada Kitab Suci. Contoh dari hal-hal semacam ini seperti yang dilakukan oleh Pdt. Yesaya Pariadji. Dalam pengajarannya tentang baptisan, ia mengatakan :

"Biarlah pada saat inijuga saya dilempar ke api neraka, bila Tuhan Yesus tidak mengajar saya, bahwa manusia harus dibaptis selam. (Majalah Tiberias, Edisi V /Tahun II: 38).

Ia juga berkata :

"Gereja Tiberias telah membaptis + 40.000jiwa. Sayajamin, saya langsung diajari Tuhan Yesus baptisan selam minimal 4 kalipelajaran. Biar mulut saya dijahit dan saya dilempar ke neraka bila saya tidak berkali-kali masuk alam roh, bertemu Tuhan Yesus dan saya diajari bagaimana untuk membaptis selam. Dibaptis selam adalah anda diciptakan kembali yang segambar dan serupa Allah yang penuh kuasa dan penuh mujizat (Kejadian 1:26-28). Baptis harus selam karena saya sudah berdoa dan bertanya, dan langsung dijawab. Dan saya diajari Tuhan bagaimana untuk membaptis selam. (Warta Jemaat GBI Tiberias tanggal 11 September 2002 : 2 - di Graha SA Surabaya).

Jelas terlihat bahwa Pdt. Pariadji tidak mendasarkan ajarannya tentang baptisan dari Kitab Suci melainkan dari pengalamannya di dalam dunia roh. Ia jelas lebih mementingkan pengalamannya daripada Kitab Suci. Celakanya adalah banyak ajaran Pdt. Pariadji yang dihasilkan dari pengalaman itu banyak bertentangan dengan Kitab Suci. Pengalaman Pdt. Pariadji hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak hal yang sama di dalam gereja Kristen saat ini. Ini adalah bahaya bagi kekristenan ! Sebagaimana saya katakan di atas, jika Alkitab adalah Firman Tuhan maka Alkitab harus menjadi dasar utama dari segala perilaku dan pengajaran orang Kristen/gereja. Jadi, semua bentuk pengalaman orang percaya harus berdasarkan Alkitab (Sola Scriptura). Jika pengalaman bertentangan dengan Alkitab maka pengalaman harus ditolak. Dr. Stephen Tong berkata :

“Prinsip utama dalam pembahasan seluruh tema Alkitab adalah : kebenaran lebih penting daripada segala jenis pengalaman; kebenaran lebih mutlak daripada pengalaman; dan kebenaran lebih tinggi daripada pengalaman. Oleh karena itu berdasarkan prinsip di atas : (1) Kebenaran harus memimpin pengalaman (2) Kebenaran harus menguji pengalaman (3) Kebenaran harus menghakimipengalaman. (Baptisan & Karunia Roh Kudus; hal. 3).

Beliau melanjutkan :

'Jikalau pengalaman kita ternyata berbeda dengan prinsip Alkitab, apakah yang harus kita perbuat ? Apakah kita sedemikian mendntai pengalaman yang telah kita alami sehingga akhirnya kita mengorbankan kebenaran ? Ataukah kita sedemikian menyayangi pengalaman itu; tidak mau menerima kesalahannya kemudian mencari ayat-ayat Alkitab yang mendukung, sehingga ayat-ayat yang tidak relevan itu dipaksa untuk menyetujui pengalaman kita ? (Baptisan & Karunia Roh Kudus; hal. 3).


Jadi di atas semuanya, Alkitab harus merupakan dasar pengajaran gereja/orang Kristen. Dengan cara demikian maka Alkitab memiliki otoritas yang mutlak dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Sola Scriptura !!!

2.SOLI DEO GLORIA

Oleh : Pdt. Yonson G Dethan, M.Div

“SOLI DEO GLORIA". Kemuliaan hanya untuk Allah! Inilah teriakan perang rohani para Reformator di era Reformasi dahulu. Ya, dalam setiap doktrin, khotbah, perkuliahan, percakapan para reformator pada waktu itu, semuanya terarah pada kebenaran yang maha luar biasa ini, yaitu kemuliaan hanya untuk Allah saja (GLORY TO GOD ALONE). Slogan ini muncul dalam begitu banyak tulisan dan buku, sikap hidup orang percaya pada waktu itu, bahkan dalam alam raya di setiap detik sejarah reformasi pada waktu itu.

Ya, kemuliaan hanya untuk Allah saja (GLORY TO GOD ALONE). Namun bagaimana dengan kita pada era Reformasi ini ? Bagaimana dengan kita yang hidup di masa sekarang ini ? Bagaimana dengan gereja kita ? Bagaimana dengan keluarga dan teman-teman kita ? Bagaimana dengan bisnis kita ? Bagaiamana dengan kantor kita ? Bagaiamana dengan kerja kita ? Bagaimana dengan istri dan anak kita ? Bagaimana dengan diri kita sendiri?

Tidak lama lagi kita akan merayakan Hari Reformasi yang jatuh pada tanggal 31 Oktober ini. Apakah semangat teriakan "Soli Deo Gloria " itu masih terus keluar atau muncul dari mulut dan kerja kita ? Ataukah suara teriakan itu telah berubah menjadi "kemuliaan bagiku, gedung gerejaku, karya - kerjaku, organisasiku dan diriku sendiri ?"

Ya, tangal 31 Oktober adalah hari Reformasi. “Tapi pada tanggal itu juga adalah hari Halloween kan? Saya mau ke acara Halloween. Teman-temanku lagi bersiap-siap merayakan hari itu”. Rupa-rapanya hari Halloween pun telah menjadi sebuah trend baru yang datang dan mengganggu konsentrasi perayaan hari Reformasi itu. Apa lagi di sana sini orang makin mempromosikan hari Halloween lewat buku-buku, majalah, koran, telelvisi, radio bahkan toko-toko dan dari super market-super market, demi mencari keuntungan bisnis. Dengan demikian di satu pihak gereja dan orang Kristen serta anak-anak Kristen harus merayakan hari Reformasi yang berpusat hanya pada kemuliaan Allah, sementara di pihak lain juga ada sugguhan dari dunia dengan perayaan Halloween yang berpusat pada dunia dan manusia bahkan hantu-hantu dan setan.

Sebagai orang Kristen yang sejati kita diperhadapkan dengan paling sedikit dua bentuk perayaan yang saling bertentangan satu sama lain ini. Yang satunya berpusat pada Allah (theo-centris) sementara yang lainnya berpusat pada manusia (antropho-centris) dan pada dunia ini bahkan mengarah kepada penyembahan berhala. Pertanyaannya apakah yang harus kita buat? Merayakan hari Reformasi sebagaimana yang dikomandangkan oleh para Reformator? Atau merayakan hari Halloween? Atau merayakan keduanya? Atau kita memilih untuk diam saja alias abstain? Itu juga bisa menjadi suatu pilihan.

Saya berharap kiranya pada kesempatan ini, kita dapat bersama mengambil waktu untuk merenungkan kembali pentingnya gerakan Reformasi yang kerjakan oleh Tuhan kita lewat para Reformator seperti Luther, Calvin, Swingly demi gereja Tuhan dan umatNya. Semoga dengan tulisan yang sederhana ini kita dapat merayakan peristiwa gerejani tersebut dengan penuh syukur kepada Tuhan sebagai satu-satunya Allah (the only God) yang patut menerima semua pujian, hormat, syukur dan kemuliaan dan kejayaan dan kebesaran dari selama-lamanya sampai selama-lamanya (Soli Deo Gloria).

Arti Ajaran Soli Deo Gloria.

Sebelum kita melihat pada arti pentingnya slogan ini mungkin ada baiknya apabila kita secara ringkas melihat arti kelima slogan Reformasi itu. Salah seorang teman saya, Pak Michael Horton, (seorang Professor apologetics dan theology di Westminster Seminary California (Escondido, California) menyatakan bahwa kelima slogan/pilar Reformasi itu memiliki arti pendek sebagai berikut :Sola yang pertama “Sola Scriptura” menunjukkan kepada fondasi iman kita yang satu-satunya yaitu Firman Allah (Our Only Foundation). Sola yang kedua “Solus Christus” menunjukan bahwa Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Mediator kita (Our Only Mediator). Sola yang ketiga adalah “Sola Gratia” menunjukan kepada satu-satunya methode bagi kita untuk diselamatkan yaitu oleh anugerah Allah (Our Only Method). Sola yang keempat adalah “Sola Fide” menunjukan kepada alat yang kita perlukan untuk menerima keselamatan yang diberikan oleh Allah dalam Tuhan Yesus Kristus yaitu iman (Our Only Means). Sola yang terakhir yaitu “Soli Deo Gloria” menunjuk kepada tujuan dan arah hidup kita yaitu untuk kemuliaan Nama Allah (Our Only Ambition).

Kelima sola/pilar/slogan yang mucul pada era Reformasi ini merupakan ringkasan dari semua dasar pengajaran theologi dari para reformator. Inilah yang menjadi lima dasar kepercayaan fundamental bagi kehidupan umat Kristiani. Sebagai orang Kristen yang sejati yang percaya pada Allah Tritunggal sebagai satu-satunya Pencipta (Creator), Penebus (Redemptor) dan Pengudus (Sanctifier) haruslah mendalami, memahami dan menerapkan arti ke lima slogan reformasi ini dalam hidupnya di era Reformasi ini. Dari kelima slogan itu kita akan memperhatikan slogan yang terakhir yaitu Soli Deo Gloria. Kata Sola atau soliberasal dari bahasa Latin yang berarti "hanya " ("alone" or "only" dalam bahasa Inggris), Kata Deo berarti "Allah " ("God" dalam bahasa Inggris) yang tentunya mengarah kepada Allah Tritunggal kita; Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Sementara kata Gloria berarti "kemuliaan". Jadi secara harafiah Sola Deo Gloria berarti kemuliaan hanya untuk Allah.

Dalam dunia modern ini, kita sangat terbiasa dengan kata kemuliaan (dalam bahasa Inggris: glory). Karena begitu terbiasa dengan kata ini maka apabila kita meminta setiap orang Kristen di antara kita untuk memberikan defmisi tentang kata kemuliaan ini, maka kita dapat menemukan banyak sekali defmisi yang diberikan. Tapi kalau kita perhatikan baik-baik kata mulia (glory), apabila dipakai untuk Tuhan Allah, maka kata ini hampir sama dengan kata hormat yang sekaligus mengarah kepada semua sifat Allah. Sifat-sifat Allah itu termasuk kebaikan-Nya, kuasa-Nya, kebenaran-Nya, keadilan-Nya, dan lain-lainnya. Semua sifat Allah ini menyatakan kemuliaan dan kehormatan Allah kita. Jadi tat kala kita menggunakan kata kemuliaan kepada Allah maka haruslah kita ingat akan semua sifat Allah yang maha luar biasa itu. Dengan demikian kita melihat betapa hebatnya Allah kita dibandingkan dengan kita manusia dan semua ciptaaan yang lainnya.

Selain dari itu kata mulia itu juga biasa dipakai sebagai kata kerja memuliakan (to glorify). Kata ini mengarah kepada sebuah deklarasi atau pernyataan pujian, hormat dan penyembahan yang tulus dan sangat tinggi kepada Allah Tritunggal kita. Ini juga merupakan sebuah pengakuan yang membedakan antara kita dan Allah kita. Dengan ini kita mengaku siapakah Allah kita itu dan siapakah kita ini. Hal ini menunjukan kepada kita bahwa semua yang Allah buat sunguh amat mulia dan luar biasa. Jadi dengan menggunakan kata mulia kita harus mengakui betapa hebat dan luar biasa dan agungnya Tuhan Allah Tritungal kita. Hanyalah yang patut menerima segala pujian dan hormat dan syukur dan kejayaan sampai selama-lamanya (Soli Deo Gloria).

Tujuan Ajaran Soli Deo Gloria.

Slogan Soli Deo Gloria muncul akibat keadaan dunia pada waktu itu penuh dengan berbagai kegelapan hidup. Bahkan gereja juga dipengaruhi oleh berbagai teologia yang berpusat pada manusia (man-centered theology), korupsi, abuse, dan berbagai skandal. Pada waktu itu gereja juga jatuh pada dosa kesombongan, mencari kemulian manusia, dan kemulian gedung-gedung megah. Semuanya itu mengarah pada pencurian kemuliaan Allah. Akibatnya gereja dan jemaat menjadi frustasi.

Tapi Tuhan kita luar biasa. Ia tidak meninggalkan gereja berjalan dalam kegelapan. Seperti tak kala Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Tuhan datang dan mencari mereka dan memberikan jalan keluar agar mereka dapat diselamatkan (Kejadian pasal 3). Pada zaman Reformasi pun demikian Tuhan menggunakan Martin Luther, seorang biarawan, imam, dan profesor pada sebuah universitas untuk membawa perubahan (Reformasi) dalam Gereja Tuhan. Lewatnya Tuhan memberitahukan kepada umat-Nya untuk kembali ke Alkitab (Back to the Bile). Tuhan mengajar umat-Nya agar mereka bertobat dari kesombongan mereka. Mereka harus sadar bahwa semua yang mereka peroleh adalah Kasih Karunia Allah semata-mata dan bahwa segala kemuliaan patut diarahkan hanya bagi Allah saja (all to the glory of God, soli Deo gloria).

Luther dan para Reformator lainnya menempatkan Firman Tuhan sebagai pusat kehidupan bergereja. Ya. Back to the Bible (Kembali ke Firman Allah). Mereka mengatakan bahwa kebenaran adalah Anugerah Allah (justification by grace alone, sola gratia). Untuk itu maka semua pusat aktivitas manusia dan gereja haruslah dipusatkan hanya untuk kemuliaan Allah bukan untuk kemuliaan manusia, bukan untuk kemuliaan gereja atau gedung-gedung gereja yang indah, besar, dan yang menjulang tinggi. Dengan slogan ini para Reformator ingin menyatakan kepada kita bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan harus terarah untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk kemuliaan dan kesombongan manusia. Jadi dengan Slogan Soli Deo gloria, sebagai orang Kristen yang sejati kita diajarkan bahwa apapun yang kita pikirkan, rencanakan dan kerjakan harus termotivasi dan terinspirasi dengan dasar pikiran hanya untuk kemuliaan nama Tuhan dan bukan untuk kemulian nama diri kita.

Kehadiran kita di dunia ini pun bukan karena kehebatan kita atau kebolehan orang tua kita atau oleh orang lain, tapi Firman Tuhan berkata manusia ada karena hasil pekerjaan Tuhan Allah -Allah Tritunggal (Kejadian 1,2). Begitu pula kita sebagai orang yang berdosa kita patut dibinasanakan, namun Firman Tuhan mengatakan bahwa karena kasih karunia Allah, kita diselamatkan dengan cuma-cuma dalam Kristus. (Roma 3:25), bahkan iman yang ada dalam hati kita pun diberikan dan dikerjakan oleh Roh Kudus ( Efesus 2:8,9). Dengan demikian para Reformator mau memberitahukan kepada setiap orang percaya dengan mengaminkan Firman Tuhan bahwa semua yang kita peroleh adalah dari Allah, oleh Allah, dan kepada Allah. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamnya. Soli Deo Gloria (Roma 11:36)

Dasar-Dasar Alkitab untuk Ajaran Soli Deo Gloria.

Alkitab menyatakan kepada kita bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu dan Ia tidak mau kita menyembah hal atau oknum yang lain kecuali menyembah Dia saja sebagai satu-satunya Allah yang patut disembah dan dimuliakan. Jadi kita tidak boleh menggantikan Allah kita dengan diri kita sendiri, uang, benda, organisasi, atau makhluk apapun, sebagai tujuan atau sasaran pujian penyembahan kita agar kita tidak jatuh pada bentuk penyembahan berhala. Calvin dan murid-muridnya dalam Katekismus Heidelberg Minggu ke 34, Pertanyaan dan Jawab 95 mengatakan bahwa "Penyembahan berhala ialah: menggantikan Allah yang Esa dan benar, yang telah menyatakan diriNya dalam FirmanNya, atau mereka-reka dan mempunyai tempat kepercayaan lain di samping Allah, (band.l Taw. 16:26; Yesaya 44:16,17; Yohanes 5:23; Galatia 4:8; Efesus 2:12; Efesus 5:5; Filipi 3:19; 1 Yohanes 2:23; 2 Yoh.9).

Ada banyak text dalam Alkitab yang menyatakan kepada kita untuk memuliakan Allah yang menunjukan kepada kita betapa penting dan benarnya slogan Soli Deo Gloria ini:

Wahyu 1:6: Bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya Amin.

Efesus 3:21: Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun temurun sampai selama-lamanya Amin.

Mazmur l48:13: Biarlah semua makhlukmemuji-mujiTuhan. Sebab hanya namaNya saja yang tinggi luhur.

1 Korintus 10:31: Aku menjawab: jika engkau makan ataujika engkau minum, ataujika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya untuk kemuliaan Allah.

I Petrus  4:11: Kita harus menyampaikan firman Allah dengan kekuatan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.

Roma 16:27: Bagi Dia satu-satunya Allah yang penuh hikmat oleh Yesus Kristus segala kemuliaan sampai selama-lamanya.

1 Timotius 1:17: Kita hams memberi hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal.

Yudas 25: Bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan, dan kuasa sebelum segala abat dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin

Wahyu 15:4 : Sipakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan namaMu?

Mazmur 86:9-10: Semua bangsa akan memuliaan Dia.

1 Korintus 6:20: Kita harus memuliakan Allah dengan tubuh kita dengan menjadi kekudusan hidup sexual apakah masih single atau sudah menikah.

Efesus 1:11-12: Sebab Allah telah menentukan kita untuk diselamatkan oleh anugerah lewat iman dalam Kristus, Allah dimuliakan.

Roma 4:19-22. Kita harus memuliakan Dia lewat iman sebagaimana yang dibuat Abraham.

1 Petrus 2:12: Kita harus memiliki hidup yang penuh dengan perbuatan baik supaya tat kala orang yang tidak percaya membawa tuduhan yang palsu kepada kita, maka Allah akan dimuliakan.

Wahyu 7:12 : Puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kuasa dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya!

Roma 11:36: Sebab segala sesuatu adalah dariDia, dan oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemualiaan sampai salama-lamanya.

Aplikasi Ajaran Soli Deo Gloria.

Dengan melihat semua ini maka, semua aktivitas kehidupan kita haruslah diarahkan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Sebagaimana kata Pengakuan Iman Westminster Shorter Catechism : Apakah tujuan hidup dari manusia? Tujuan hidup manusia adalah untuk kemuliaan Tuhan dan menikmati kehadirannya dalam hidup kita selamanya. Prinsip inilah yang menjadi tujuan hidup dari orang Kristen yang hidup pada abat 16 dan 17 dalam rangka mereformasikan gereja Tuhan berdasarkan Firman Tuhan. Para Reformator melihat bahwa seluruh hidup mereka harus diserahkan pada pimpinan dan tuntunan Kristus dan bahwa seluruh aktivitas hidup dan kerja kita sebagai orang Kristen haruslah dikuduskan untuk kemuliaan nama Tuhan saja.

Berhubungan dengan hal ini patut kita catat juga bahwa para Reformator pada waktu itu tidak membuat perbedaan antara aktivitas kerja/hidup yang rohani (spiritual) dan aktivitas hidup yang bukan rohani (temporal), yang kudus (sacred) dan yang tidak kudus (secular). Jadi mereka tidak memisahkan antara kedua aspek kehidupan itu sebagai dua hal yang berbeda atau bertentangan. Mereka percaya bahwa Allah telah menciptakan kita untuk menjadi pekerja-pekerja-Nya. Jadi bukan aktivitas gerejani saja yang membawa kemuliaan nama Tuhan, tetapi semua aktivitas hidup kita haruslah untuk kemuliaan nama Tuhan. Dengan demikian apakah kita sebagai pelayan di mimbar atau petani di ladang atau pekerja di dapur atau sopir di bemo atau pegawai di kantor atau nelayan di laut dan sebagainya haruslah dikerjakan untuk kemuliaan nama Tuhan. Karena semua yang kita kerjakan dalam iman akan membawa kemuliaan bagi Allah (Yesaya 60:21).

Menyadari akan ajaran Alkitabiah ini maka ada sekian banyak orang Kristen termasuk Johann Sebastian Bach dan George Frideric Handel, komposer-komposer musik yang terkenal menggunakan slogan Soli Deo Gloria ini sebagai motto hidup dan kerja mereka. Di akhir dari setiap manuskripnya (hasil kerja musik dan liriknya) selalu mereka akhiri dengan tulisan kependekan (initials) "SDG" yang berarti Soli Deo Glory. Dengan ini mereka mau memberitahukan kepada siapa saja yang membaca, menggunakan atau menyanyikan hasil karya musiknya harus mereka ingat bahwa ini adalah hanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan (SDG = Soli Deo Gloria).

Dalam merayakan hari Reformasi ini, kita harus melihat diri kita sendiri, gereja kita sendiri, hidup kita sendiri. Apa bila kita percaya bahwa gereja harus selalu bereformasi (semper reformanda - always reforming -) maka kita haruslah melihat bagaimana Tuhan Allah menggunakan kita untuk menjadi reformator dalam hidup bergereja dan bermasyarakat. Hal ini mengingatkan kita akan betapa benarnya kata-kata John Calvin, yang juga merupakan Bapa Teologia Reformasi yang dalam bukunya Institutes of the Christian Religion tentang hubungan antara mengenal Allah dan mengenal diri kita sendiri (relationship between knowing God and knowing ourselves). Kita dipangggil untuk memuliakan Tuhan secara penuh dalam hidup kita sehari-hari.

Hari Reformasi haruslah menjadi sebuah hari yang mereformasikan kita dari jiwa kita, membawa pembaruan dalam hubungan kita dengan Allah sebagai Bapak kita yang setiawan. Jadi hal yang paling penting dalam merayakan hari Refomasi ini, haruslah kita ingat bagaimana para Reformator memusatkan segala kerja dana hidup mereka pada kemuliaan Allah. Hari Reformasi adalah sebuah reklamasi dan re-affirmasi (reclamation and a re-affirmation of) dari soli Deo gloria. Peristiwa Reformasi adalah sebuah pelajaran berharga yang harsus kita pegang dan sampaikan kepada anak-anak dan turunan kita agar kita tidak terjebak dengan mencari kemuliaan dan kehormatan diri kita atau gereja kita atau organisasi kita atau nama keluarga kita dan lain sebagainya, tetapi kita harus mencari kemuliaan nama Tuhan .

Kesimpulan.

Dengan semangat Reformasi, marilah kita merayakan hari Reformasi ini sambil melihat dan menilai, apakah di gereja-gereja kita sementara hidup dalam ketaatan kepada Kristus ataukah sementara hidup danberpusat pada manusia dan dunia? Bagaimana dengan pelayan kita, majelis kita, jemat kita, suami kita, istri kita, kakak adik kita, teman- teman sekerja kita, pegawai dan majikan atau kepala kantor kita, pemimpin-pemimpin kita dalam pemerintahan dan dalam organisasi di mana kita berada? Apakah kita semua memang mencintai dan mengikuti Kristus secara tulus dan hidup berpusat pada Tuhan? Ataukah kita dan gereja kita sementara jatuh dalam berbagi penyembahan berhala. Man kita berdoa dan meminta hikmat dari pada Tuhan agar kita menjadi bijaksana dan menjadi reformator-reformator di abad millenium ini. Biarlah semua yang kita pikirkan, rancangkan, dan lakukan, kita tujukan untuk hormat dan kemuliaan nama Allah sebagai ucapaka syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan Allah kita sebagai sember segala sumber berkat dan hidup dan keselamatan.


Akhir kata, dengan semangat Reformasi, marilah kita mengisi waktu kita yang ada, dengan dasar Alkitab (back to the Bible), dengan kesadaran bahwa kita bukanlah yang terhebat, terbaik atau yang terbesar, tetapi oleh Anugerah Tuhan dalam Tuhan Yesus Kristus dan oleh persekutuan Roh Kudus, kita mau menjadikan hidup kita menj adi hidup untuk kemuliaan nama Tuhan saj a (Soli Deo Gloria = SDG).

3.SOLA FIDE

Oleh : James Lola, S.Th

Sadar atau tidak sadar, Kekristenan berkembang oleh karena adanya banyak persolan yang muncul entah itu persoalan yang datang dari luar kekristenan maupun persoaln yang muncul dalam internal Kekristenan. Persoalan yang muncul dari luar kekristenan kebanyakan lebih menyerang atau merongrong eksistensi kekristenan sebagai sebuah agama, sedangkan yang muncul dari dalam lebih banyak merongrong persoalan esensi kekristenan sebagai sebuah iman yang teguh yang mengakui percaya kepada Allah Tritunggal, kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan juga terhadap Alkitab yang dipercaya sebagai pemyataan Allah yang mutlak tidak dapat salali (Innerancy dan Infalibility)

Sejarah memperlihatkan, sejak kekristenan menjadi agama Negara atau lepas dari penganiayaan kekaisaran Romawi yaitu sejak Kaisar Konstantinus memerintah sebagai Kaisar Romawi pada tahun 312, maka pada saat itu juga persoalan internal mengenai kepercayaan dan ajaran kekristenan (dogmatika) mulai juga merebak. Dimulai dengan persolan mengenai kedua Kristus yang disulut oleh seorang uskup Aleksandria yaitu Arius dan dilawan oleh Athanasius yang pokok persoalannya adalah apakah Kristus adalah Allah seutuhnya dan juga manusia seutuhnya, menyusul pada persoalan mengenai kedua natur-Nya, apakah kedua natur itu bercampur menjadi satu atau terpisah.

Eksistensi Yesus sebagai Tuhan terus dipertanyakan sepanjang abad mula-mula hinggapada tahun 1095 sebelumPerang salib diserkan oleh Paus Urbanus II , tercatat ada begitu banyak konsili (pertemuan) yang diadakan untuk membahas mengenai keberadaan Kristus sebagai Tuhan, tetapi sejarah terus meperlihatkan bahwa Iman yang sejati akan tetap bertahan sekalipun terus diserang. Mengutip pernyatan Pdt. Dr. Stephen Tong bahwa kebenaran akanmembuktikan dirinya sendiri benar tanpaperlu dibantu.

Pada tahun 1095, ketika perang salib didengungkan maka konsentrasi kekristenan bukan lagi pada persoalan mengenai Kristus tetapi lebih kepada eksistensi Gereja dan Paus sebagai pemimpin tertinggi dan juga sebagai pengambil keputusan bagi semua umat manusia bahkan sebagai lembaga yang dapat mengampuni dosa manusia. Hal inilah yang pada akhimya nanti melahirkan sebuah gerakan reformasi di dalam Gereja yang dimulai oleh seorang bernama Marthin Luther (1483-1546) dengan lima seruannya yang terkenal yaitu Sola Gratia (hanya Karena anugerah, manusia diselamatakan), Sola Fide (hanya karena Iman manusia dibenarkan), Sola scriptura (hanya Alkitab wahyu Allah yang sejati), Sola Christo (hanya Kristus sumber keselamatan manusia) dan Soli Deo Gloria (segala kemuliaan hanya bagi Allah).

Berbicara tentang Sola Fide (hanya karena Iman) pada saat ini menimbulkan begitu banyak pertahyaan yang cukup pelik dalam iman Kristen karena defenisi iman (baca sola Fide) Martin Luther pada saat ini dianggap tidak relevan lagi bagi sebagian umat Kristen karena konsep sola Fide (pembenaran oleh iman) dianggap menimbulkan banyak kontroversi dan hanya menimbulkan perpecahan dalam persepsi dan kepercayaan iman kristen.

Persoalan pertama yang muncul dalam membicarakan tentang konsep sola fide Martin Luther adalah Apa itu iman? Pertanyaan ini muncul karena bagi sebagian orang konsep iman tidak lebih dari sekedar sebuah pelarian dari ketidakmampuan intelektual untuk mendefenisikan dan menjelaskan tentang semua fenomena yang terjadi di dalam dunia ini seperti konsep David Hume yang menganggap bahwa iman atau kepercayaan kepada Tuhan hanyalah hanya sebuah pelarian dari usaha manusia yang sia-sia karena ketidakmampuan memahami beberapa persoalan, atau dari keahlian takhayul rakyat yang karena tidak dapat membela diri secara terbuka. Hume menyebut usaha atau kepercayaan terhadap Allah ini sebagai suatu usaha menanam semak berduri yang merintangi kemampuan manusia dan yang menutup dan melindungi semua kelemahan manusia.

Persoalan kedua yang muncul ketika berbicara tentans; pembenaran oleh iman adalah Iman seperti apakah yam membenarkan manusia dihadap an Allah? Karenajika ditilik dengai kasat mata maka semua manusia dan semua agama mengakui bahw; mereka juga memiliki iman yang benar sehingga kita perlu meliha semua konsep iman tersebut dan di komparasikan dengan kebenarai dan bukti Alkitab bahwa iman Kristen berbeda dan unik dari semu; konsep iman yang berada di luar kekristenan. Persoalan ketig; adalah apakah iman dapat selaras dengan pemikiran logika manusia'.

A. Pengertian Iman.

Apakah arti dari iman itu? Di dalam kebudayaan kita seringkali diartikan secara salah, yaitu sebagai kepercayaan yang membabi-buta atau percaya pada sesuatu yang tidak masuk akal. Apabila kita menyebut iman Kristen sebagai suatu "iman yang membabi-buta", hal ini bukan saja merendahkan orang Kristen tetap suatu penghinaan terhadap Allah. Pada waktu Alkitab berkatt tentang kebutaan, istilah itu digunakan untuk menggambarkan orang yang oleh karena dosa, orang itu berjalan di dalam kegelapan. Kekristenan mengeluarkan orang dari kegelapan, bukan ke dalam kegelapan. Iman merupakan lawan dari kebutaan, bukan penyebab dari kebutaan.

Akar dari istilah iman adalah "percaya." Percaya kepada Allah bukan merupakan suatu tindakan yang berdasarkan pada kepercayaan yang tidak beralasan. Allah menyatakan Diri-Nya sendiri sebagai Pribadi yang patut dipercayai. Dia memberikan alasan yang cukup bagi kita untuk mempercayai-Nya. Dia membuktikan bahwa Dia setia dan layak untuk mendapatkan kepercayaan kita.

Ada perbedaan yang sangat besar antara iman dan kesediaan untuk mempercayai walaupun tidak cukup meyakinkan. Kesediaan untuk mempercayai walaupun tidak cukup alasan untuk mempercayainya merupakan suatu hal yang bersifat takhyul dan spekulatif. Iman dibangun di atas dasar alasan yang sudah dipikirkan dengan matang, koheren, konsisten, dan bukti empiris yang absah. Petrus menulis : "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dari kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai Raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya." (2Petrus 1:16).

Kekristenan tidak didasarkan pada mitos dan dongeng, tetapi atas dasar kesaksian dari mereka yang melihat dengan mata kepala sendiri dan mendengar dengan telinga mereka sendiri. Kebenaran dari Injil didasarkan pada peristiwa-peristiwa sejarah. Apabila kejadian dari peristiwa-peristiwa itu tidak dapat dipercayai, maka pada dasarnya iman kita itu sia-sia saja. Tetapi, Allah tidak meminta kita untuk mempercayai sesuatu berdasarkan suatu mitos.

Dalam bahasa Yunani kata iman" menggunakan kata Yunani pistis yang artinya kesetiaan {fidelity) atau conviction of the truth of anything(pendirian/keyakinan akan kebenaran sesuatu). Ibrani memberikan definisi tentang iman: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1) Iman merupakan esensi dari pengharapan kita akan masa yang akan datang. Hal itu berarti bahwa kita percaya kepada Allah untuk masa yang akan datang berdasarkan iman kita pada apa yang telah dicapai oleh Allah pada masa lampau. Untuk percaya bahwa Allah akan terus dapat dipercaya, bukanlah merupakan suatu iman yang didasarkan pada kemurahan kita. Ada alasan yang kuat bagi kita untuk percaya bahwa Allah akan setia untuk menggenapi janji-janji-Nya sama dengan kesetiaan-Nya di masa yang lalu. Ada alasan, yaitu suatu alasan yang pasti, bahwa pengharapan itu sudah pasti akan kita dapatkan.

Iman sebagai bukti dari segala sesuatu yang tidak terlihat memiliki keutamaan tetapi bukan suatu referensi eksklusif untuk masa yang akan datang. Tidak ada seorang pun yang memiliki sebuah bola kristal yang dapat bekerja dengan baik. Kita semua berjalan ke masa yang akan datang dengan iman, bukan dengan penglihatan. Kita dapat berencana dan membuat proyeksi-proyeksi, tetapi ramalan kita yang paling baik pun pada dasarnya di dasarkan pada prakiraan yang telah kita pelajari. Tidak ada seorang pun di antara kita mempunyai pengetahuan berdasarkan pengalaman di masa yang akan datang. Kita memandang saat ini dan dapat mengingat kembali masa yang lalu. Kita adalah ahli pengetahuan berdasarkan pada pengalaman yang telah terj adi. Satu-satunya bukti yang kuat untuk masa depan kita terdapat pada j anji-j anji Allah. Di sini iman menawarkan bukti untuk segala sesuatu yang tidak terlih'at. Kita percaya kepada Allah untuk hari esok.

Kita juga percaya bahwa Allah ada. Dan meskipun Allah sendiri tidak kelihatan, Firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa Allah yang tidak terlihat ini telah menyatakan diri-Nya melalui apa yang dapat dilihat (Roma 1:20). Meskipun Allah tidak dapat dilihat oleh kita, kita percaya bahwa Dia ada oleh karena Dia telah menyatakan diri-Nya dengan jelas di dalam ciptaan dan di dalam sejarah. Iman mencakup percaya di dalam Allah. Namun, iman yang demikian tidaklah patut dipuji. Yakobus menulis: "Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar." (Yakobus 2:19). Hal ini merupakan tulisan yang cukup tajam dari Yakobus. Untuk percaya pada keberadaan Allah, hanya dapat disamakan dengan kepercayaan iblis. Adalah satu hal kita percaya kepada Allah, dan merupakan hal lain untuk mempercayai Allah. Percaya kepada Allah, berarti mempercayakan seluruh aspek kehidupan kita kepada Dia, ini merupakan esensi dari iman Kristen.

Jadi dalam hal ini konsep iman bukanlah hanya sekedar pelarian dari ketidakmampuan intelektual melainkan justru sebaliknya konsep pembenaran hanya oleh Iman (sola Fide) merupakan pemenuhan dan jawaban yang final terhadap semua persoalan yang terj adi dalam kehidupan.

B. Iman Seperti Apa yang membenarkan manusia?

Luther melandasi pemikirannya bahwa manusia di benarkan oleh iman yang diberikan oleh Allah karena manusia telah mengalami kerusakan total (Total Depravity) sehingga manusia tidak dapat lagi memperoleh keselamatan, manusia hanya dapat memperoleh keselamatan dari Tuhan yaitu melalui iman yang dianugerahkan Allah. Tetapi konsep Martin Luther ini mendapat begitu banyak tantangan apa dengan iman saja sudah cukup membuat manusia dapat dibenarkan, dan bagaimana relasi antara konsep pembenaran oleh iman Martin Luther ini yang diambil dari konsep Rasul Paulus dapat disejajarkan dengan konsep perbuatan menurut Yakobus bahwa manusia dibenarkan oleh karena perbuatan? (Yakobus 2:24).

Bahkan menurut paham Roma-Katolik konsep pembenaran hanya oleh iman Martin Luther ini agak sedikit dipaksakan karena menurut mereka Alkitab sendiri melarang konsep Sola Fidenya Martin Luther. Sehingga pertanyaan iman seperti apakah yang menyelamatkan manusia menjadi begitu urgensi untuk mempertahankan kepercayaan Iman Kristen yang sejati bahwa manusia sesungguhnya manusia sebelum dilahirkankembali adalah manusia yang tidak dapat berbuat apa-apa karena original sin (dosa asal) telah membuat semua keinginan yang ada dalam diri manusia hanyalah keinginan untuk berbuat dosa saja, bahkan dapat dikatakan bahwa semua perbuatan baik manusia yang dilakukan diluar Kristus dipehitungkan sebagai dosa.

Sejak Martin Luther mengajarkan dan menyerukan bahwa pembenaran hanya berdasarkan iman, dan bahwa iman merupakan suatu kondisi yang diperlukan untuk keselamatan, maka merupakan suatu keharusan bagi kita untuk mengerti apa yang dimaksudkan dengan iman yang menyelamatkan itu. Yakobus menjelaskan dengan jelas apa yang bukan iman yang menyelamatkan: "Apakah gunanya saudara-saudara, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" (Yakobus 2:14). Di dalam ayat ini Yakobus membedakan antara iman yang diakui dengan realitas dari iman itu sendiri. Siapa saja dapat mengatakan bahwa ia memiliki iman. Memang kita diperintahkan untuk mengakui iman kita secara terbuka, namun pengakuan semata-mata tidak akan menyelamatkan siapa pun. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa seseorang mampu memuliakan Kristus dengan mulut mereka, tetapi pada saat yang sama hatinya jauh dari Dia. Pengakuan yang hanya dibibir saja, tanpa adanya manifestasi dari buah iman, bukan merupakan iman yang menyelamatkan.

Iman bukanlah sesuatu yang berhenti pada konsep, ide dan gagasan; iman mesti membuah dalam tindakan. Paulus dan Yakobus telah melihat iman dalam konteks dan perpektif yang khas, sehingga mereka seolah-olah dipersepsi sebagai tokoh-tokoh yang membuat dikotomi antara iman dan perbuatan. Keduanya sebenarnya ingin memberi jawab secara kontekstual terhadap masalah yang dihadapi, sebab itu tidak boleh membawa kita yang hidup sekarang ini terj atuh pada sikap dikotomis antara iman dan perbuatan.Iman mesti berbuah dalam perbuatan dan perbuatan mesti berakar pada iman. Iman dan perbuatan adalah sesuatu yang inheren dan integral. Manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatan mereka bukan hanya karena iman (Yakobus 2:24)".

Teologi protestan mengakui bahwa iman merupakan alat yang menyebabkan pembenaran, dengan demikian iman merupakan alat dimana karya Kristus teraplikasi di dalam diri kita. Teologi Roma Katolik mengajarkan bahwa baptisan merupakan penyebab utama untuk pembenaran dan bahwa sakramen pengakuan dosa merupakan penyebab kedua, dalam kaitan dengan pemulihan. (Teologi Roma Katolik melihat pengakuan doa sebagai tingkat kedua dari pembenaran bagi mereka yang telah menghancurkan jiwa mereka, yaitu mereka yang telah kehilangan anugrah pembenaran karena melakukan dosa yang fatal, seperti membunuh). Sakramen pengakuan dosa menuntut usaha pemuasan dimana umat manusia mencapai usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pembenaran. Pandangan Roma Katolik menerima bahwa pembenaran berdasarkan iman, tetapi menyangkali bahwa pembenaran itu hanya berdasarkan iman. Dengan kata lain, perbuatan- perbuatan baik perlu ditambahkan untuk dapat dibenarkan.

Iman yang membenarkan adalah iman yang hidup, bukan iman pengakuan yang kosong. Iman merupakan kepercayaan yang bersifat pribadi yang bergantung kepada Kristus saja untuk keselamatan. lman yang menyelamatkan juga merupakan iman pertobatan yang menerima Kristus sebagai Juruselamat dari Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa kita tidak dibenarkan oleh karena perbuatan- perbuatan baik kita, tetapi dengan apa yang diberikan kepada kita berdasarkan iman, yaitu kebenaran Kristus. Sebagai sintesis, sesuatu yang baru ditambahkan pada sesuatu yang dasar. Pembenaran kita merupakan sintesis, oleh karena kita memiliki kebenaran Kristus yang ditambahkan kepada kita. Pembenaran kita adalah berdasarkan imputasi (pelimpahan), yang artinya Allah memindahkan kebenaran Kristus kepada kita berdasarkan iman. Ini bukan merupakan "legal yang bersifat fiksi." Allah telah melimpahkan kepada kita karya Kristus yang nyata, dan sekarang kita telah menerima karya-Nya. Ini merupakan pelimpahan yang nyata. Iman Kristen adalah iman yang lahir dari Allah bukan karena hasil usaha manusia, Iman Kristen juga bukan hanya sekedar Iman yang mengaku di mulut saja tetapi justru merupakan Iman yang menyelamatkan karena Iman tersebut ditunjukkan melalui perbuatan sehari-hari atau dengan kata lain iman yang berbuah dalam perbuatan.

C. Iman yang selaras dengan logika manusia

Iman tidak hanya berarti mempercayakan diri, jadi iman sejati berarti mempercayakan diri kepada Kristus. Apakah iman hanya meliputi unsur mempercayakan diri saja ? tiga unsur iman sejati yakni,

1. Mengandung unsur kognitif/pengetahuan.

Banyak orang Kristen mengira bahwa iman tidak memerlukan rasio, karena rasio bertentangan dengan iman dan begitu sebaliknya. Tetapi benarkah demikian ? Unsur iman pertama ini jelas-jelas menentang konsep tersebut. Iman tidak meniadakan rasio. Di dalam iman ada rasio. Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengajarkan bahwa iman adalah penundukkan/pengembalian rasio kepada Kebenaran Allah. Jadi, sangat tepatlah perkataan dua tokoh theolog besar ini, yaitu, Bapa Gereja Augustinus yang mengajarkan bahwa karena/melalui iman, saya dapat mengerti (Latin : credo ut intelligam) dan theolog Reformed, Dr. Francis A. Schaeffer, "I do what I think and I think what I believe." (saya melakukan apa yang saya pikir dan saya berpikir apa yang saya percaya) yang berarti iman membentuk pemikiran kita dan pemikiran kita akhirnya membentuk cara tindakan kita. Iman sejati yang bertumbuh bukan hanya bertumbuh di dalam kualitas kesucian, tetapi juga bertumbuh teras-menerus di dalam pengenalan akan Firman Allah (Efesus 4:13, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,").

Kedewasaan iman dapat diukur salah satunya dari keseriusan seseorang mempelajari dan menggali kebenaran Firman Allah (Alkitab) secara serius, teliti dan bertanggungjawab. Apakah ini berarti iman hanya mengandalkan rasio dan bukan pada afeksi, dll ? TIDAK. Iman perlu menggunakan logika/rasio, tetapi tidak memberhalakannya.

2. Mengandung unsur persetujuan (approval).

Apakah iman hanya mengandung unsur kognitif atau menguasai rasio saja? TIDAK! Selain rasio, iman melangkah lebih dalam lagi yaitu meliputi unsur persetujuan (persetujuan terhadap sesuatu yang bersifat supranatural). Apa yang disetujui ? Persetujuan bahwa : pertama, ada Allah. Kedua, manusia yang telah diciptakan segambar dan serupa dengan-Nya telah jatuh ke dalam dosa. Ketiga, Allah yang mengasihi manusia dengan mengutus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia pilihan-Nya. Keempat, Roh Kudus melahirbarukan umat pilihan-Nya sehingga mereka dapat menerima Kristus. Kelima, Roh Kudus yang sama memakai Alkitab sebagai satu-satunya Kebenaran yang memimpin iman kita semakin sempurna seperti Kristus. Kelima poin inilah yang harus disetujui oleh iman sejati. Ketika kelima poin ini tidak ada atau salah satunya tidak ada, maka itu bukan iman sejati.

3. Mengandung unsur kepercayaan /mempercayakan diri (trust).

Apakah iman sejati hanya cukup memikirkan hal-hal yang supranatural saja ? TIDAK! Iman sejati juga mengandung unsur mempercayakan diri. Inilah reaksi terakliir dari iman sejati. Iman bukan hanya menguasai rasio dan hal-hal supranatural, melainkan iman juga menuntut tindakan mempercayakan diri yang berkorban sebagai wujud kita benar-benar beriman. Kalau ada orang "Kristen" mengaku di dalam mulut bibir kita bahwa dirinya beriman di dalam Kristus, tetapi tidak ada kerinduan untuk mau mempercayakan diri kepada-Nya, menyangkal diri dan berkorban bagi-Nya (Matius 16:24 ; 10:38), maka orang tersebut tidak layak disebut Kristen, karena Tuhan Yesus bersabda, "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku." (Matius 10:38). Saya membagi hal ini menjadi dua macam sebagai syarat mengikut Kristus.

Pertama, mempercayakan diri. Pengikut Kristus sejati harus mempercayakan diri di dalam-Nya (Amsal 3:5). Mengapa ? Karena mereka mengerti benar bahwa status mereka adalah pengikut Kristus yang mengakui bahwa tidak ada pemerintah atau raja atau tuan lain di dalam hidupnya kecuali hanya satu, yaitu Kristus! Mempercayakan diri kepada dan di dalam-Nya inilah yang disebut oleh Pdt. Sutjipto Subeno sebagai men-Tuhan-kan Kristus, artinya menjadikan Kristus sebagi satu-satunya Penguasa, Pemerintah, Raja dan Tuhan yang memerintah dan menguasai hidup kita. Dengan kata lain, mereka yang sungguh-sungguh adalah pengikut Kristus akan menyuarakan kebenaran, keadilan, kesungguhan, kejujuran, kesetiaan, dll kepada dunia sebagai wujud Kristus bertahta di dalam hati mereka.

Kedua, mengikut Kristus juga berarti berkorban bagi-Nya. Wujud dari mempercayakan diri kepada dan di dalam-Nya adalah kita mau berkorban bagi-Nya. Perhatikanlah kalimat paradoks dari Tuhan Yesus ini,"Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akanmemperolehnya." (Matius 10:39). Maksud dari kalimat ini adalah kita diperintahkan untuk tetap taat, setia dan berhati-hati, ketika kita hams menderita, karena memang itulah seharusnya menjadi tanggungan kita yang telah mengikut Kristus. Ingatlah, Kristus tak pernah menjanjikan jalan yang lancar/lurus, kehidupan yang kaya, dll ! Barangsiapa yang mengajarkan "Kristus" yang demikian, itu jelas bukan Kristus yang Alkitab beritakan, tetapi "kristus-kristus" lain dan dapat disebut "injil-injil lain" yang diberitakan, sama seperti situasi yang terjadi di dalam jemaat Galatia ketika Paulus menuliskan suratnya (Galatia 1:6-10). Kepada mereka, Paulus memperingatkan dengan keras, "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia." (Galatia 1:8-9).

Jadi dalam hal ini konsep Martin Luther Pembenaran oleh Iman adalah suatu konsep yang bukan dibuat untuk kepentingan diri sendiri tetapi merupakan sebuah konsep yang lahir dari Alkitab sendiri. Dan Luther sebenarnya tidak mengajarkan hanya sebuah kebenaran yang parsial dari doktrin Alkitab karena konsep pembenaran hanya karena Iman (Sola Fide) Martin Luther adalah sebuah doktrin utuh yang diperoleh dari keseluruhan pengajaran Alkitab bahwa manusia dibenarkan hanya oleh Iman, dan Iman yang membenarkan manusia harus menghasilkan buah yang baik. Manusia yang ada di dalam Kristus adalah manusia yang benar secara status tetapi juga harus terus menerus dibenarkan dalam kehidupannya.

Pembenaran dibuktikan oleh kesucian hidup orang. "Sebab siapa yang telah mati (harfiah: dibenarkan), ia telah bebas dari dosa" (Roma 6:7). Kita telah dibebaskan dari dosa, sehingga dosa tidak lagi menguasai diri kita. Pembenaran di hadapan pengadilan Allah ditujukkan dengan kesucian hidup di dunia ini dihadapan pengadilan manusia. Inilah yang dimaksudkan Yakobus ketika dia menuliskan bahwa kita dibenarkan karena perbuatan-perbuatan kita (Yakobus  2:24). Iman yang tidak menghasilkan buah yang baik bukanlah iman yang sejati. Karena itu, keberadaan kita di dalam Kristus akan terlihat melalui keberadaan kita di depan orang. Salam Reformasi...!!!Sola Fide.

4.SOLA GRACIA

Oleh : Pdt. Ady W. F. Ndiy, S.Th

Setiap tanggal 31 Oktober, Gereja Protestan di seluruh dunia memperingatinya sebagai Hari Reformasi, yaitu mengenang dan memperingati peristiwa reformasi yang di gulirkan oleh Marthen Luther. Namun sejak reformasi digulirkan hingga saat ini, masih banyak gereja yang hanya sekedar memperingatinya, tanpa mengahayati, merefleksikan serta mengimplementasikan makna dan prinsip-prinsip dari reformasi itu sendiri. Yang terjadi justru sebaliknya, banyak gereja yang merayakan reformasi, tetapi gereja tersebut justru sudah menyimpang dari prinsip-prinsip reformasi yang digulirkan oleh Marthin Luther serta tokoh-tokoh reformasi lainnya. Paling tidak ada 5 poin atau 5 tiang (prinsip) reformasi gereja yang dikenal dengan istilah Panca Sola, yaitu : Sola Scriptura (HanyaAlkitab), Solus Crhirstos (Hanya Kristus), Sola Gracia (Hanya Anugerah), Sola Fide (Hanya Iman), dan Soli Deo Gloria(Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah).

Reformasi Luther itu sendiri muncul atau terjadi dikarenakan ajaran gereja Roma Katolik pada saat itu sudah melenceng dari ajaran Alkitab, dimana mereka mengajarkan bahwa manusia punya andil didalam hal keselamatannya, yaitu melalui perbuatan baik. Karena dengan usaha manusia untuk berbuat baik, maka amal baiknya itu diperhitungkan oleh Allah, untuk kemudian memberikan keselamatan kepada manusia. Gereja Roma Katolik mengaj arkan bahwa manusia pantas menerima keselamatan karena perbuatan baik yang telah dilakukan. Hal inilah yang menj adi salah satu pemicu terjadinya reformasi Luther serta menj adi inti perdebatan historis antara teologi Roma Katolik dan Protestan, disamping pengajaran lainya.

Bagaimana dengan gereja-gereja Protestan masa kini? Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa banyak gereja Protestan saat ini yang dalam pengajarannya sudah melenceng dari prinsip-prinsip reformasi dan tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab, ada gereja yang didalam pengakuannya masih mengusung prinsip-prinsip reformasi namun dalam praktek pengajarannya sudah bertentangan. Misalnya saja, tentang doktrin Sola Gracia (hanya oleh anugerah), selain gereja Roma Katolik yang mengajarkan tentang keselamatan karena perbuatan baik, ada juga banyak gereja dalam denominasi protestan yang mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah + perbuatan baik,pengajaran semacam ini gampang kita temukan di gereja-gereja non Reformed serta Persekutuan-Persekutuan Doa (tidak semua). Gereja protestan yang seperti ini, biasanya adalah gereja yang secara doctrinal dipengaruhi oleh Arminianismedan Liberalisme.

Arminianisme adalah suatu paham yang dicetuskan oleh Jacobus Arminius, seorang Kristen berkebangsaan Belanda, ia meragukan Kasih Karunia Allah yang besar, dan ia menentang ajaran Reformasi yang digulirkan oleh Calvin dengan merumuskan 5 ajaran pokok Arminianisme sebagai suatu bentuk penolakan terhadap 5 pokok Calvinisme. Bagi paham Arminian, keselamatan Allah itu bersyarat, yaitu tergantung pada usaha dan perbuatan baik manusia. Sedangkan Liberal adalah paham yang paling menggoncang dan merongrong gereja saat ini, karena mereka memahami segala sesuatu secara rasional dan mereka menolak segala sesuatu yang sifatnya Irasional (tidak masuk akal) dansupra rasional (melampaui akal). Sehingga tidak heran gereja dan tokoh liberal seperti, Rudolf Bultman dan Pdt. Lewi Pingga, M.Th, menolak menerima adanya mujizat dalam Alkitab (Mis.; mereka menolak peristiwa mujizat Yesus berjalan di atas air serta Yesus menjadikan 5 Roti dan 2 ikan menjadi banyak. Bagi mereka Yesus bukan berjalan di atas air melainkan pada saat itu air lagi surut dan Yesus tidak membuat roti serta ikan menjadi banyak, melainkan semua orang yang hadir pada saat itu masing-masing membawa 1 roti dan 1 ikan, dan kemudian Yesus hanya kumpulkan dan memberkati. Mereka tidak mengakui adanya Adam dan Hawa sebagai manusia pertama, bagi mereka Alkitab adalah buku biasa yang berisi Firman Tuhan serta ada kemungkinan salah). Namun demikian, gereja yang berpaham Liberal masih mengakui keberadaan Tuhan, hanya saja mereka di dalam pengajarannya akan keselamatan, sudah tidak lagi mengakui akan anugerah Allah yang terbatas pada Umat Pilihan. Paham Liberal menempatkan Yesus hanya sebagai seorang Guru yang baik dan salah satu Tuhan.

Mereka lebih menekankan Social Gospel (Injil Sosial), karena bagi mereka model pemberitaan injil yang relevan dijaman sekarang serta syarat memperolah keselamatan adalah dengan berbuat baik, terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan itu. Bahkan yang lebih tragis lagi, mereka mengakui dan mengajarkan bahwa semua agama itu sama karena semua agama mengajarkan kebaikan, Kristus hadir di semua agama dalam wujud yang berbeda-beda, di Kristen Ia disebut Yesus, di Islam Muhammad, di Hindu disebut Kresna dan Iain-lain. Menurut gereja yang berpaham liberal, setiap orang beragama, bila melakukan semua perintah agama dengan baik dan benar, taat, rajin beramal dan berbuat baik, pasti masuk surga. Mereka menekankan perbuatan baik dan melepaskannya dari Iman. Ajaran-ajaran atau paham seperti inilah yang saat ini merongrong gereja dari dalam, dan membawa gereja, tidak saja keluar atau menyeleweng dari prinsip-prinsip reformasi tetapi juga keluar dari kebenaran Alkitab. Selain itu banyak juga persekutuan doa dan gereja yang mendorong orang Kristen untuk berbuat baik, dengan pemahaman bahwa bila tidak berbuat baik, maka tidak akan masuk surga. Timbul suatu pertanyaan, Keselamatan sesungguhnya hanya karena anugerah Tuhan atau karena perbuatan baik (amal baik)? perlukah Perbuatan baik untuk selamat ? dimana posisi perbuatan baik didalam doktrin keselamatan ? Untuk itu, penulis akan menguraikan beberapa point.

1. Keselamatan : Anugerah atau Perbuatan Baik ?

Kaum Liberal mengatakan bahwa semua Agama sama, namun ini adalah pendapat yang salah. Kristen bila mau disebut sebagai suatu agama, adalah agama yang paling berbeda dari agama lain, dan perbedaan itu bersifat prinsip, yaitu dalam agama lain, kita melihat bagaimana usaha manusia mencari Allah yaitu dengan beramal, mengadakan upacara ritual, sedangkan Kekristenan, Allahlah yang mencari manusia. Hal ini nampak secara gamblang didalam Kitab Kejadian pasal 3, bahwa setelah kejatuhan manusia kedalam dosa, manusia justru bersembunyi, dan Allahlah yang berinisiatif datang serta mencari manusia. Dalam lima pokok Calvinisme, point yang pertama berbunyi Total Depravity (kerusakan total) yang dapat dipahami sebagai manusia setelah kejatuhannya mengalami kerusakan total, manusia berada di dalam tawanan dosa, manusia tidak mampu menolong dirinya sendiri untuk keluar dari dosa itu, manusia tertawan dosa, tidak dapat berbuat apa-apa untuk keselamatannya. Hal ini tidak berarti bahwa setelah kejatuhan, tidak ada lagi kebaikan pada manusia, tetapi bahwa manusia tidak lagi mampu berbuat apa-apa untuk keselamatannya, manusia tidak mampu melakukan sesuatu atau menginginkan sesuatu yang dapat menyenangkan hati Allah, sebelum ia dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Manusia adalah hamba dosa, perbuatan baik manusia hanya bertujuan untuk kemuliaan dirinya sendiri atau Iblis dan tidak pernah untuk kemuliaan Tuhan. Manusia ibarat masuk kedalam lumpur hidup, semakin berusaha keluar, semakin tenggelam, sehingga membutuhkan orang lain datang menyelamatkannya dari lumpur hidup itu.

Alkitab mencatat bahwa manusia lahir kedunia didalam dosa, tidak ada satupun yang benar dan mencari Tuhan (Roma 3:10-11), sehingga gereja yang perpegang pada pahamkeselamatan karena perbuatan baik bertentangan dengan Alkitab yang berkata kecendeningan hati manusia selaluyangjahat (Kejadian 6:5) dan hatinya telah membatu (Yeremia 17:9) Dengan demikian masihkah dapatkah kita berkata manusia mencari Allah, dan dengan kemampuannya berbuat baik dan beramal untuk selamat ? masih dapatkah kita berkata manusia dapat berbuat baik sedangkan Alkitab berkata hati manusia telah membatu dan keinginan hatinya selalu yang jahat semata-mata ? Bahkan Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa terang Tuhan telah datang kedalam dunia namun manusia lebih cinta kegelapan (Yohanes 3:19) dan tidak mau datang kepada Tuhan (Yohanes 5 : 40). Yesus berkata bahwa jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak akan melihat kerajaan Allah, (Yohanes 3 : 3), hal melahirkan kembali adalah pekerjaan Allah bukan manusia. Manusia yang telah mati secara rohani, tidak dapat melihat terang bila tidak dihidupkan dan diperbaharui oleh Roh Kudus, manusia hanya mengenal kejahatan, berbuat kejahatan, hati manusia telah membatu, sehingga dengan demikian jelas bahwa keselamatan adalah anugerah Allah. Dapatkah orang mati berbuat sesuatu ? Tentu tidak, demikianjuga halnya keselamatan. Manusia tidak diselamatkan oleh perbuatan baik dari kebebasan kehendaknya sendiri serta kemampuanya, melainkan manusia diselamatkan hanya oleh karena anugerah. Anugerah adalah kemurahan ilahi yang tidak sepantasnya diterima dan bukan semacam balas j asa. Ada banyak ayat firman Tuhan yang mencatat dengan jelas, di antaranya:

Efesus 2:4-5 : " tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan "

Efesus 2: 8-9: "sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh Iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri "

Galatia 2:16: "kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telahpercaya kepada Krsitus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab; tidak ada seorangpun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat "

Roma 3 : 24, 27-28: "... dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karenapenebusan dalam Kristus Yesus... jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah?tidak ada! Berdasarkan perbuatan ? tidak, melainkan berdasarkan Iman, karena kami yakin bahwa manusia dibernarkan karena iman dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat "

II Timotius 1:9: "Allah-lahyang menyelamatkan kita ... bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan Zaman

Serta teks kitab suci lainnya seperti: Roma 9:30-32, Filipi3:7-9, Galatia 3:6-11, Kisah Para Rasul 15:1-21.

Namun aliran atau paham Liberalisme dan Arminianisme berasumsi bahwa sekalipun Allah datang memanggil dan mau menyelamatkan manusia, tetapi bila manusia tidak mendengar atau meresponi panggilan Allah maka tentu manusia tidak akan selamat, jadi perlu ada kerja sama atau andil manusia dalam hal ini. Mereka menggambarkan manusia berada dalam Lumpur hidup, Allah datang mengulurkan tangan, bila manusia tidak mau menyambut tangan Allah, tentu ia tidak selamat.. Sehingga keselamatan bagi mereka adalahAnugerah + Perbuatan baik. Anugerah karena Allah datang dan tawarkan, perbuatan baik karena ada usaha manusia. Jadi keselamatan bagi mereka adalah kerja sama manusia dan Allah. Namun pemahaman ini bertentangan dengan Firman Tuhan, karena Alkitab mencatat bahwa tidak seorangpun dapat datang kepada Yesus kalau tidak ditarik oleh Bapa (Yohanes 6:44, 65-66). Ayat ini mencatat dengan jelas bahwa oleh karena Allah maka seseorang datang dan bertobat dan datang kepada Bapa. Seseorang dapat bertobat dan mau bertobat, itu bukan atas kehendaknya sendiri atau kemauannya sendiri, melainkan Roh kudus bekerja didalam hatinya, memberikan kesadaran kepadanya, melahir barukannya dan mmpertobatkanya, sehingga orang itu dapat sadar, bertobat dan memperoleh keselamatan. Dalam I Korintus 12:3 dikatakan bahwa tidak seorangpun dapat mengaku Yesus adalah Tuhan selain oleh Roh Kudus.Jadi kalau bukan Roh Kudus yang bekerja dalam hati seseorang, maka orang itu tidak dapat bertobat. Misalnya peristiwa bertobatnya Lidia (Kisah Para Rasul 16:14). dimana ketika ia mendengar injil, Roh Kudus membuka hatinya sehingga ia bertobat. Sehingga sangat jelas bahwa tidak ada andil manusia dalam keselamatannya, melainkan sepenuhnya adalah anugerah Allah. Sehingga jelas asumsi bahwa manusia selamat karena perbuatan baik adalah salah dan hal itu merupakan pengharapan yang sia-sia, hukum Allah menuntut kesempumaan, oleh karena kita tidak sempurna, maka kita tidak memiliki kebaikan yang cukup untuk masuk surga, kita hanya dapat menerima keselamatan lewat anugerah Allah, yaitu melalui karya dan kebaikan Kristus, karena kebaikan-Nya yang sempurna diperhitungkan bagi keselamatan kita.

2. Posisi Perbuatan Baik dalam keselamatan.

Ketika kita percaya bahwa kita dibenarkan oleh karena perbuatan baik kita, terpisah dari iman, berarti kita menerima ajaran sesat Legalisme; yaitu ajaran yang mementingkan pelaksanaan hukum secara harafiah. Paham seperti ini salah. Yang memegang paham seperti ini misalnya orang Farisi dan Ahli Taurat, Yesus mengecam mereka karena mereka melaksanakan hukum Taurat secara harafiah, sehingga mereka jatuhkedalam dosakemunafikan dan kesombongan. Tetapi bila kita percaya bahwa hanya karena imansaiatanpamenghasilkanperbuatan-perbuatanbaik, maka kita termasuk dalarr^bidat ataja^aran_sesat Antinominianisme; yaitu aliran yang berpendapat bahwa setelah Injil diberitakan, maka anugerah Allah saj alah yang dapat menyelamatkan sehingga hukum moral tidak berguna lagi dan tidak perlu di indahkan. Paham inipun salah. Relasi antara iman dan perbuatan baik merupakan suatu hal yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, meskipun perbuatan-perbuatan baik kita tidak menambahkan apa-apa bagi iman dan keselamantan kita di hadapan Allah, dan meskipun keselamatan kita hanya oleh karena anugerah Allah melalui Iman kepada Yesus Kristus, tetapi apabilaperbuatanbaik tidak mengikuti pengakuan iman kita maka itu merurjakan indikasi yang nyata bahwa kita tidak memiliki iman yang menyelamatkan. Rumusan pengaj aran reformasi mengatakan bahwa kita di selamatkan hanya oleh karena anugerah, dibenarkan hanya oleh iman kepada Yesus Kristus saja, tetapi apabila seseorang telah menerima anugerah keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus, maka hal itu akan tampak dalam sikap hidupnya sehari-hari. Orang yang sudah diselamatkan oleh anugerah Allah pasti berbuat baik, tetapi orang yang berbuat baik belum tentu adalah orang percaya yang sudah menerima anugerah keselamatan.

Posisi perbuatan baik dalam teologi reformed adalah buah dari keselamatan, bukan syarat keselamatan. Jadi perbuatan baik mengikuti keselamatan, bukan keselamatan yang mengikuti perbuatan baik. Perbuatan baik tidak dapat membawa orang kepada keselamatan, namun keselamatan akan membuahkan perbuatan baik"

3. Dampak Negatif Paham Keselamatan karena Perbuatan Baik.

Paham keselamatan karena perbuatan baik membuka peluang bagi adanya istilah balas jasa; manusia berjasa maka layak menerima keselamatan dari Allah, ada usaha manusia dengan sekuat tenaga untuk hidup suci, dan berbuat baik, sehingga dalam sejarah gereja orang yang berpegang pada paham ini cenderung akan mengambil keputusan hidup beraskese (menyendiri di gunung-gunung) dan menjadi petapa, menyiksa diri dengan tidak makan dan minum, tidak bergaul dengan dunia sekitar dengan tujuan agar memperoleh kekudusan dan kesucian. Paham ini membuka peluang bagi perlombaan untuk meraih keselamatan secara harafiah, sehingga pada akhirnya timbul kemunafikan rohani dan kesombongan rohani, seorang menganggap dirinya lebih rohani dan lebih suci dari yang lain. Namun bagi yang berusaha dengan sekuat tenaga, dan mengalami ketidak puasan atau kegagalan, maka akan menimbulkan stres rohani. 


Sebagian Gerakan kharismatik berpegang pada paham keselamatan adalah anugerah + perbuatan baik. Inilah adalah kekeliruan terbesar. Ajaran seperti ini dengan sendirinya membawa manusia kepada suatu usaha untuk mempertahankan keselamatan yang diperolehnya dengan sekuat tenaganya, karena bila tidak maka keselamatan itu akan hilang. Alkitab mencatat bahwa tindakan manusia menyambut anugerah Allah adalah bukan karena kemauan manusia itu, melainkan tindakan aktif Allah Roh kudus di dalam hati manusia yang menggerakan manusia untuk menyambut anugerah Allah itu. Sehingga gambarannya adalah, manusia ibarat berada didalam Lumpur hidup, semakin bergerak, semakin tenggelam, kemudian Tuhan datang mengulurkan tangan-Nya untuk menyelamatkan manusia, tetapi manusia tidak berdaya menyambut tangan Tuhan, sehingga Tuhan sendiri dengan tangan-Nya mengangkat manusia itu dari dalam lumpur hidup.Sehingga keselamatan karena anugerah mengajarkan kepada kita bahwa Allah sepenuhnya yang berinisiatif menyelamatkan kita, Allah dengan caranya datang mencari dan menyelamatkan yang terhilang, ia bekerja didalam hati kita, membuka hati kita terhadap terang kebenaran Injil yang olehnya kita diselamatkan, sehingga dengan demikian, kita menyadari diri bahwa kalau bukan Tuhan - kita binasa, bahwa kita tanpa Tuhan binasa, tetapi Tuhan tanpa kita biasa saja, sehingga menjadikan kita menjadi makhluk yang tau bersyukur, tidak menyombongkan diri.

4. Kesimpulan

Dari pembahasan ini, maka berdasarkan terang kebenaran Alkitab yang adalah Firman Tuhan, dapat ditarik kesimpulan :

1. Manusia setelah kejatuhannya dalam dosa ditawan oleh dosa, tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

2. Sejak kejatuhan manusia pertama, Allah-lah yang berinisiatif mencari dan menyelamatkan manusia bukan sebaliknya(Kejadian 3)

3. Tidak ada yang diselamatkan karena perbuatan baiknya (Galatia 2:16)

4. Kita tidak memiliki amal baik pada diri kita sendiri yang dapat Allah perhitungkan untuk menyelamatkan kita

5. Sola Gracia (hanya karena anugerah Tuhan), keselamatan merupakan karya ilahi, oleh Allah dan dari Allah (Efesus 2:8-9).

6. Iman dan perbuatan baik haras dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, iman yang sejati adalah anugerah Allah dan selalu menghasilkan perbuatan-perbuatan baik. Kita berbuat baik karena kita telah diselamatkan dan perbuatan baik kita adalah buah dari keselamatan yang sudah kita terima.

7. Kasih karunia/anugerah merupakan belas kasihan atau kemurahan Allah bagi kita yang sesungguhnya tidak layak menerima. Allah berikan dengan cuma-Cuma berdasarkan Kedaulatan dan Kasih-Nya.

8. Kita harus menj adi orang yang senantiasa tau bersyukur pada Allah atas anugerah keselamatan yang kita terima dari pada-Nya.

Akhirnya kita sampai pada suatu kesimpulan seperti yang di tulis oleh seorang teolog Reformed yang tidak dikenal: "Aku mencari Tuhan, lalu aku tahu Ia menggerakkan jiwaku untuk mencari Dia yang mencari aku; bukan aku yang menemukan Engkau oh Tuhanku ....bukan, tetapi Engkaulah yang menemukan aku" Harapan penulis, semoga melalui tulisan ini kita terdorong untuk mereformasikan konsep kita yang salah, pengajaran kita yang salah, serta dasar iman kita yang salah, dan kembali ke 
Alkitab (Back to the Bible). Sola Gracia.

5.SOLUS CHRISTUS

Oleh : Nelson M. Liem, S.Th.

"Kata YESUS kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. "( Yohanes 14:6 ).

Sebelum dan sesudah Yesus tidak ada seorang pun yang berani menyatakan bahwa dirinya adalah satu-satu jalan dan kebenaran dan hidup, walau bagaimana pun agungnya dia. Yohanes. 14:6, juga merupakan titik sentral prinsip Solus Christus : "yang memperjelas bahwa hanya TUHAN YESUS KRISTUS satu-satunya juruselamat manusia, konsekuensinya hanya Kristus juga yang ditinggikan."Rasul Paulus sangat mengerti konsep Solus Christus, sehingga ia berkomitmen bahwa "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21). " Hidup adalah Kristus berarti hidup yang menTuhankan Kristus dan mati adalah keuntungan berarti ketika kematian datang tetap eksistensinyapada prinsip menTuhankan Kristus (Kristosentris), sehingga surga juga bagiannya. Dengan demikian kekristenan juga mempunyai hak tunggal dalam soterion/keselamatan.

Solus Christus juga merupakan satu prinsip dalam perjuangan para reformator untuk meruntuhkan dan membangun kembali fondasi gereja di era reformasi (abad 16-17). Dampak reformasi gereja terasa mengglobal - namun apakah gereja secara global konsisten memegang prinsip reformasi? Berbicara tentang Solus Christus tidak lain adalah berbicara mengenai Yesus Kristus adalah satu-satu Tuhan juruselamat manusia. Lalu apakah yang harus kita perbuat, ketika demi kepentingan, gereja hanya omong kosong dalam memproklamasikan Solus Christus ? adalah suatu pengkhianatan terhadap gereja jika tidak mengindahkan prinsip reformasi (Solus Christus). Sejauh ini jika dapat dipahami, maka marilah kita melihat pandangan-pandangan dan kaum yang hanya memperalat nama Kristen untuk kepentingan mereka plus menyesatkan, yakni sebagai beriku t:

Kaum Keliru dari Non-GMIT

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kaum keliru dengan percaya diri memproklamasikan pandangan-pandangan mereka yang berbau Solus Christus,namun pada prinsipnya berkompromi dengan dosa. Kaum keliru ini biasanya lebih dikenal dengan liberalisme dan pluralisme agama. Satu tokoh dari kaum keliru yang bernama Raimundo Pannikar mengatakan bahwa "pada kalangan Kristen Yesus tentu Kristus, tetapi Kristus belum tentu Yesus dalam agama lain ",sebagaimana yang dilaporkan oleh Luimintang. Selanjutnya Pannikar mengemukakan mengenai penyataan Allah yang ada di semua agama, bahwa Yesus Kristus hanyalah salah satu penyataan Allah dari sekian banyaknya penyataan Allah yang ada disemua agama. Sehingga Coang-Seng Song seorang teolog Asia mengatakan bahwa : orang yang menTuhankan Yesus adalah berhala.Kedua pandangan kaum keliru ini sama-sama menegaskan bahwa Kristus tidak mutlak bagi orang yang menTuhankan Yesus, karena Kristus juga hadir di semua agama. Kedua pandangan kaum keliru ini sungguh-sungguh keliru, karena mereka berada dalam ruang kekeliruan.

Pannikar dan Song bukan tidak mengerti atau terjebak dari dua kata yaitu Yesus dan Kristus, sehingga menempatkan Yesus Kristus sebagai salah satu juruselamat, akan tetapi disebabkan karena mereka kebingungan atau dengan kata lain mereka belum siap menghadapi keberbagaian manusia yang mempunyai keyakinan di luar Yesus Kristus, sehingga sengaja memanfaatkan dua kata yakni Yesus dan Kristus untuk menjawab kebingungan mereka. Dalam hal ini perasaan mereka terhadap sesama manusia, berperan lebih penting, sehingga membangun konsep yang warna-warni. Dengan demikian konsep kedua pandangan kaum keliru yang berbau Solus Christus adalah konsep yang kacau, tanpa dasar Alkitab, maka konsekuensinya kontradiktif dengan Yohanes 14:6.

Kaum Keliru dari GMIT

Solus Christus (Yohanes l4:6) menunjukkan bahwaYesus adalah kebenaran itu sendiri sebab di dalam-Nya nyata kebenaran. Namun bisakah kebenaran berubah menjadi yang salah? kebenaran adalah kebenaran. Walaupun kebenaran dibolak-balikan kebenaran tetaplah kebenaran. Di mana ada kebenaran nyatalah segala kesalahan.

Pada tanggal 19 Agustus 2008, mungkin kita semua merasa kaget ketika membaca Koran Timex yang Opininya beijudul "Yesus Bisa Keliru Menilai Orang ?" tulisan itu merupakan tanggapan dari Saudara Mezakh Wake terhadap makalah Dr. Eben Nuban Timo yang berjudul “Yesus dan Orang Lain”.Berperan sebagai antitesis terhadap Ketua Sinode GMIT yang terhormat merupakan suatu tindakan yang wajar-wajar saja dan dapat dilakukan oleh siapa saja apabila tesisnya jauh dari Kebenaran Alkitab. Oleh karena itu kita harus berterima kasih kepada Allah Trintunggal yang oleh karena-Nya, Saudara Mezakh Wake dapat berperan sebagai antitesis terhadap tulisan Dr. Eben Nuban Timo (Ketua Sinode GMIT) yang berjudul Yesus dan Orang Lain.

Apakah Yesus keliru? Kita akan menemukan jawabannya apabila kita bertolak dari siapa Yesus. Yesus adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal yang mempunyai dua natur yaitu Natur Allah - Natur Manusia yang tidak terbagi dan juga tidak tercampur dalam satu pribadi. Doktrin dua natur satu pribadi ini melampaui pikiran manusia, sehingga merupakan misteri yang tak dapat dipahami hanya dengan rasio dan untuk alasan itulah maka terjadinya konsili-konsili dan juga adanya penyerangan dari rasionalisme. Namun ini merupakan realitas yang tidak dapat disangkali bagi orang yang dipenuhi oleh kelimpahan Allah, sehingga menjadi kewajiban untuk melakukan pembelaan apabila ada penyerangan.

Sebagai Allah sejati, Yesus adalah pribadi yang unik. Keunikannya terlihat dalam fakta bahwa ia ada sejak semula bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah Yoh.lil (ini merupakan kalimat pada paragraf ke dua dari makalah Dr. Eben). Yesus adalah lain dari semua yang kita kenal. Kalau kenyataan ini kita taruh dalam bingkai judul di atas, menjadi jelas bahwa ada perbedaan kualitatif antara Yesus dan orang lain, (ini merupakan paragraf ketiga dari makalahnya Dr. Eben). Yesus tidak hanya ada di antara okhlos untuk mengajar mereka. Yesus tidak datang kepada rakyat sebagai orang yang serba tahu. Ia besifat terbuka kepada mereka, bahkan Ia belajar juga dari mereka. Dalam pertemuan dengan rakyat, Yesus siap membaharui, bahkan juga mengubah pendapat dan pandangan-Nya yang semula keliru terhadap orang lain. Suatu kali Yesus bertemu dengan seorang perempuan yang agak berani. Yesus menyamakan perempuan itu dengan anjing yang tidak pantas diperhatikan sama dengan anak kandung. Setelah perempuan itu mengajukan dasar-dasar yang valid dari tuntutannya itu, Yesus segera mengubah pendapat-Nya (Ringe, 1998:63). Ia membenarkan perempuan itu (Markus 7:24-30). Yesus belajar sesuatu dari orang lain, dari rakyat (ini merupakan paragraf kesepuluh dari makalahnya Dr. Eben).Namun jika kita melihat dengan cermat tulisannya Dr. Eben, maka kita akan menemukan bahwa kalimat pada paragraf kedua merupakan bom yang menghancurkan makna paragraf kesepuluh atau dengan kata lain Dr. Eben dengan sendirinya menabrak pernyataannya bahwa Yesus adalah Allah. Sedangkan kalimat yang berbunyi Yesus adalah lain dari semua yang kita kenal, merupakan dampak pembeoan dari seorang tokoh plularis yang bernama Sugirtharajah yang sering menggunakan Injil Thomas untuk memproklamasikan tentang Yesus Barat. Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tidak termasuk dalam kanon. Dengan demikian Injil Thomas tidak termasuk sebagai Kitab Suci - jadi, bagi barang siapa menggunakan Injil Thomas yang juga menjadi titik tolak dalam kehidupannya, maka dia adalah orang yang keliru.

Kalimat Dr. Eben : "bahkan juga mengubah pendapat dan pandangan-Nya yang semula keliru terhadap orang lain ", sangat jelas langsung berkata Yesus juga keliru - keliru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga adalah 1. salah; 2. Khilaf; 3. sesat; 4. tertukar. Jadi kata keliru pada kalimat di atas membuktikan sesuatu yang sedang konyol. Pernyataan bahwa Yesus keliru konsekuensinya Yesus bukan Tuhan/Allah yang hanya diproklamasikan oleh penyesat. Yesus adalah Tuhan/Allah yang tidak dapat keliru atau salah dalam melakukan segala hal, sebab jika Yesus pernah keliru itu berarti Yesus juga pernah salah (tidak sempurna seperti Dr. Eben) dan jika Yesus berada dalam kesalahan maka Yesus juga berdosa. Dan jika pertanyanan ini ditujukan kepada iblis, apakah Yesus berdosa ? iblis akan mengatakan tidak apabila iblis jujur, tapi kenyataannya iblis itu pendusta. Ingat bahwa kekeliruan atau kesalahan juga merupakan dekadensi moral yang adalah dosa.

Dapatkah kita membenarkan bahwa Yesus juga bisa keliru seperti kita manusia ? Yesus keliru adalah dasar dari tuduhan-tuduhan yang pernah dilakukan oleh para imam kepala dan orang-orang Farisi terhadap Yesus ketika diperhadapkan di depan Herodes dan Pilatus (Lukas 23:1 -12) - yang walaupun ketika Yesus diperiksa oleh Pilatus dan tidak terdapat kesalahan apapun dalam diri-Nya, tetapi mereka terus mendesak Pilatus untuk menghukum mati Yesus dengan tuduhan-tuduhan yang sebenarnya tidak ada satu pun tuduhan dapat menjerat Yesus dan pada akhirnya Yesus harus mati di atas kayu salib. Maukah kita mengikuti jejak dalam games/ permaianan para imam kepala dan orang-orang Farisi, untuk melakukan tuduhan terhadap Yesus, bahwa Yesus juga bisa keliru ? Ingat adalah hal yang akan menjadi bumerang bagi kita, jika mengikuti jejaknya Dr. Eben Nuban Timo. Saya sangat heran ketika membaca tulisannya Dr. Eben yang sepertinya terhipnotis dengan tulisan karya rasio manusia, yang telah dicemari oleh dosa, sehingga mengeluarkan pernyataan konyol bahwa Yesus juga bisa keliru. Jelas bahwa pernyataan tersebut menolak kemahatahuan Yesus dan kalau Yesus tidak mahatahu itu berarti Yesus bukan Tuhan/Allah! Lalu siapakah Yesus ? Yesus malaikat seperti kata Frans Donald! Ooh.. TIDAK! Hal yang mengherankan lagi yaitu tidak ada tanggapan dari Dr. Eben terhadap tulisan Frans Donald. Mengapa? Atau Dr. Eben (Ketua Sinode GMIT) juga mendukung pandangannya Frans Donal sehingga Dr. Eben juga mau mengatakan dengan bangga bahwa aku juga adalah seorang pemikir bebas? Kalau tidak, mengapa diam selama berminggu-minggu tidak ada klarifikasi?

Alkitab membuktikan Yesus itu Tuhan/Allah; sehingga Yesus mahatahu. Mezakh Wake telah memperlihatkan banyak ayat Firman Tuhan yang membuktikan kemahatahuan Yesus, sehingga dalam topik ini saya hanya mengambil tiga bagian dari seluruh Firman Tuhan yang mutlak membuktikan kemahatahuan Yesus. Pertama "tetapi lihat tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama aku di meja ini. Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya la diserahkan!" (Lukas 22:21-22). Yesus mengetahui bahwa waktu la ditangkap akan segera tiba dan siapa yang akan menghianati-Nya. Kedua "Simon, Simon, lihat, iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalu engkau sudah insaf, kuatkalah saudara-saudaramu. Jawab Petrus: Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan engkau! Tetapi Yesus berkata: Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku - dan apa yang dikatakan Yesus itu benar terjadi (Lukas 22:31-34 ; 22:54-62 . Yesus mengetahui bahwa Petrus akan menyangkali-Nya. Ketiga "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu melihat Aku" (Yohanes 16:16). Yesus mengetahui bahwa la akan dihianati, disangkal, dan dihukum mati, ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh manusia, sebab dapatkah manusia mengetahui waktu danbagaimana caranya ia harus mati! Manusia hanya bisa dapat memprediksi kapan manusia itu lahir; sembilan bulan sepuluh hari - itu pun belum pasti. Tetapi Yesus tahu tentang waktu kematian, apalagi hanya dalam menilai seorang perempuan Siro-Fenesia tidak mungkin Yesus keliru menilainya.


Ketika peristiwa Yesus dan Perempuan Siro-Fenesia (Markus. 7:24-30)perlu ditegaskan bahwa mula-mula Yesus TAHU tapi la bertindak seolah-olah tidak tahu, apa yang Dia tahu, sehingga pada akhirnya Yesus membuktikan kemahatahuan-Nya dengan berkata "karena kata-katamu itu, pergilah sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Dan jika ada yang bertanya mengapa Yesus TAHU, tapi seolah-olah tidak tahu, yang Dia tahu ? Jawabannya: karena pada waktu itu Yesus hendak menggugurkan presepsi orang Yahudi tentang umat pilihan yang sebenarnya bukan berada hanya pada satu bangsa saja, tetapi juga pada bangsa yang Iain. Buktinya terletak pada jawaban Yesus kepada perempuan Siro-Fenesia (ayat 29). Sebab mana bisa mungkin mulanya Dia tidak tahu, sehingga keliru dan akhirnya Dia TAHU menyembuhkan anak yang tidak ada didekatnya..? Justru ini kekeliruan Dr. Eben.

Jika kita melihat Kitab Perjanjian Lama, maka kita akan menemukan hal yang sama dengan peristiwa yang terjadi antara Yesus dan perempuan Siro-Fenesia, yang seolah-olah Yesus tidak tahu, yang Dia tahu. Kitab Kejadian 3:1-7, berbicara tentang bagaimana manusia jatuh kedalam dosa; ayat 8, berbicara tentang bagaimana ketakutan manusia karena telah berbuat dosa; di ayat 9 dst, menunjukan bahwa Tuhan Allah seolah-olah tidak tahu, yang Dia tahu. Hal demikian pun terjadi pada Kejadian 4:9 yang juga menunjukan bahwa Tuhan Allah seolah-olah tidak tahu, yang Dia tahu. Sekarang marilah kita bertanya kepada Dr. Eben, lalu bagaimana dengan Kej.3 dan 4:9 ? Apakah Tuhan Allah juga tidak tahu sehingga manusia menyampaikan jawaban yang valid, dengan demikian Tuhan Allah dapat bertindak ? Dari sinilah kita mengetahui bahwa konsep atau interpretasi Dr. Eben pada Markus 7:24-30, sangat dangkal.

Penutup

Solus Christus merupakan prinsip yang harus diindahkan dalam setiap kita, dengan tidak henti-hentinya memproklamasikan bahwa Yesus satu-satunya Tuhan juruselamat manusia, dan Yesus mahatahu; Yesus tahu apa yang kita lakukan, Yesus tahu Dr. Eben Nuban Timo keliru dalam menilai Yesus, Yesus tahu segala sesuatu, Yesus mahatahu. Selamat menjalankan Reformasi. Solus Christus.BUKU 5 PRINSIP (PANCA SOLA).AMIN-
Next Post Previous Post