TAFSIRAN KATA PEDANG (LUKAS 22:35-38)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Lukas 22:35-38 - “(Lukas 22:35) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?’ (36) Jawab mereka: ‘Suatupun tidak.’ KataNya kepada mereka: ‘Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. (37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi padaKu: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.’ (38) Kata mereka: ‘Tuhan, ini dua pedang.’ JawabNya: ‘Sudah cukup.’”.
otomotif, tutorial, gadget |
a) Dalam Lukas 22:35-36a, Yesus dan murid-murid-Nya membicarakan pengutusan murid-murid dalam:
· Lukas 9:1-6 / Matius 10:5-15.
· Lukas 10:1-12,17-20.
Saat itu murid-murid yang diutus oleh Yesus itu tidak kekurangan apa-apa sekalipun mereka pergi tanpa membawa apa-apa.
b) Lukas 22:35-36 ini menunjukkan bahwa akan terjadi kontras yang sangat besar antara dulu dan sekarang (perhatikan kata-kata ‘Tetapi sekarang ini’ dalam ay 36b). Dulu mereka enak, banyak orang mau menerima mereka, menjamu mereka dan sebagainya Tetapi sekarang / sebentar lagi, keadaan akan berubah, dan hidup maupun pelayanan mereka akan menjadi sukar dan berat.
Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan dari bagian ini:
1. Text-text seperti Lukas 9:1-6 / Matius 10:5-15 / Lukas 10:1-12,17-20 tidak boleh dijadikan dasar untuk mengutus seorang hamba Tuhan / misionaris tanpa bekal apa-apa.
Lukas 22:35-36 ini menunjukkan secara jelas bahwa Lukas 9:1-6 / Matius 10:5-15 / Lukas 10:1-12,17-20 itu berlaku untuk sementara saja!
2. Tuhan tidak selalu mau melakukan mujijat. Kalau misalnya Tuhan itu mau selalu melakukan mujijat seperti:
· gagak yang memberi makan Elia.
· 5 roti dan 2 ikan untuk 5000 orang.
maka jelas bahwa murid-murid itu tetap tidak perlu membawa bekal, uang dan sebagainya!
c) Lukas 22:37 - “Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi padaKu: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.’”.
1. Lukas 22:37 ini merupakan kutipan dari Yes 53:12.
Kristus yang adalah orang benar itu, harus dianggap sebagai ‘pemberontak’ [NIV/NASB: ‘transgressors’ (=pelanggar hukum)] supaya kita yang adalah pemberontak / pelanggar hukum (bdk. Yesaya 53:5) bisa dianggap sebagai orang benar! Bdk. 2Korintus 5:21.
2. Yesus mengutip Yesaya 53:12 ini untuk menunjukkan bahwa Firman Tuhan sudah menubuatkan bahwa Ia akan dianggap sebagai pemberontak / pelanggar hukum, dan sebentar lagi nubuat itu akan tergenapi:
· Matius 26:47,55 - Ia ditangkap seperti penyamun.
· Matius 26:65 - Ia dianggap sebagai penghujat.
· Matius 27:63 - Ia dianggap sebagai penyesat [NIV: deceiver (=penipu)].
· Salib adalah hukuman untuk orang yang sangat jahat dan terkutuk (Galatia 3:13 Ulangan 21:23).
· Ia mati di antara 2 penjahat (bdk. Yesaya 53:9,12 Markus 15:27-28).
Karena Ia dianggap sebagai orang jahat, maka jelas murid-muridNya juga tidak akan diterima seperti dulu! Inilah yang menyebabkan hidup dan pelayanan murid-murid akan menjadi berat dan sukar. Ini alasan mengapa kontras dulu dan sekarang itu akan terjadi.
Penerapan: kalau saudara adalah seorang pelayan Tuhan, jangan heran kalau ada orang-orang, bahkan banyak orang, yang tahu-tahu berubah sikap terhadap saudara. Pada saat seperti itu, jangan menujukan pandangan saudara orang-orang itu, tetapi tujukanlah pandangan saudara kepada Tuhan. Ia tidak pernah berubah sikap terhadap saudara!
d) Lukas 22:36b - “Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang”.
Apa arti ‘pedang’ dalam Lukas 22:36b ini? Arti kata ‘pedang’ ini begitu sukar / membingungkan sehingga Adam Clarke berkata sebagai berikut: “I must confess that the matter about the swords appears to me very obscure. I am afraid I do not understand it, and I know of none who does” (=Saya harus mengakui bahwa persoalan tentang pedang ini kelihatan sangat kabur bagi saya. Saya tidak mengertinya dan saya tidak tahu ada orang yang mengerti hal ini).
Ada macam-macam tafsiran tentang kata ‘pedang’ dalam Lukas 22:36 ini:
1. Kata ini diallegorikan, dan diartikan sebagai Firman Tuhan (bdk. Efesus 6:17). Bahkan ada orang yang menambahkan bahwa ‘2 pedang’ dalam Lukas 22:38 menunjuk pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru!
Keberatan terhadap pandangan ini:
· Tidak ada alasan yang menyebabkan bagian ini boleh dialegorikan seperti itu. Dan kalaupun mau dialegorikan, apa dasarnya untuk mengatakan bahwa pedang melambangkan Firman Tuhan? Bahwa dalam Efesus 6:17 pedang menggambarkan Firman Tuhan, itu tidak berarti bahwa di sini artinya juga harus begitu! Disamping itu, kalau ‘pedang’ diartikan sebagai Firman Tuhan, lalu apa artinya kata-kata ‘membeli pedang’? Mereka harus membeli Firman Tuhan? Lalu apa arti kata-kata ‘menjual jubahnya’ dalam kalimat ‘menjual jubahnya dan membeli pedang’?
· Pada saat itu Perjanjian Baru belum ada! Jadi lucu sekali kalau kata-kata ‘2 pedang’ diartikan menunjuk pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
· Pedang yang digunakan oleh Petrus dalam Matius 26:51 jelas adalah salah satu dari 2 pedang dalam Lukas 22:38! Jadi jelas bahwa itu adalah pedang sungguhan!
2. Ada yang menghurufiahkan kata pedang dalam Lukas 22:36 ini. Jadi mereka mengartikan bahwa Yesus betul-betul menyuruh mereka yang tidak mempunyai pedang untuk menjual jubahnya dan membeli pedang.
Keberatan terhadap pandangan ini: kalau memang Yesus menyuruh membeli pedang sungguhan, mengapa waktu Petrus menggunakan pedang itu, Yesus justru menegurnya? Bdk. Matius 26:51-52.
Jawab terhadap keberatan ini: Yesus memaksudkan pedang itu untuk melindungi diri mereka sendiri, bukan untuk melindungi Yesus.
Keberatan terhadap jawaban ini:
· bahwa orang kristen harus menjaga diri dengan pedang pada waktu mengalami masa sukar dalam pelayanan, adalah sesuatu yang bertentangan dengan seluruh Kitab Suci. Kekristenan tidak pernah boleh dipertahankan / disebarkan dengan kekerasan.
· setelah Yesus naik ke surga sekalipun tidak pernah ada murid yang betul-betul membawa pedang untuk menjaga diri.
3. Di sini Yesus berbicara secara figurative (=dalam arti kiasan).
Ia tidak memaksudkan mereka betul-betul harus menjual jubah untuk membeli pedang. Seluruh Lukas 22: 36 hanya menunjukkan bahwa hidup dan pelayanan akan menjadi sukar dan berat, dan karena itu mereka perlu untuk lebih berjaga-jaga / berhati-hati.
Ini adalah pandangan dari mayoritas penafsir, dan inilah pandangan yang saya terima.
e) Lukas 22:38 - “Kata mereka: ‘Tuhan, ini dua pedang.’ JawabNya: ‘Sudah cukup.’”.
Lukas 22:38a menunjukkan bahwa murid-murid itu salah mengerti kata-kata Yesus. Mereka menghurufiahkan kata-kata Yesus itu!
Tetapi, kalau memang mereka salah mengerti, mengapa Yesus lalu berkata ‘Sudah cukup’ (Lukas 22:38b)?
Jawaban saya: Kata-kata ‘sudah cukup’ ini jelas tidak menunjuk pada 2 pedang yang ditunjukkan oleh murid-murid kepada Yesus, karena:
1. Kalau kata-kata ini memang menunjuk pada 2 pedang itu, maka jelas bahwa ‘pedang’ dalam Lukas 22:36 mempunyai arti hurufiah. Tetapi kalau ‘pedang’ dalam Lukas 22:36 itu mempunyai arti hurufiah, maka jelas bahwa 2 pedang itu tidak mungkin cukup untuk 11 orang. Dengan demikian, kata-kata ‘sudah cukup’ dalam Lukas 22:38 itu akan bertentangan dengan kata-kata ‘dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang’ dalam Lukas 22:36.
2. Bandingkan kata-kata ‘Sudah cukup’ itu dengan terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV/RSV/NASB: ‘It is enough’.
NIV: ‘That is enough’.
Penggunaan bentuk tunggal seperti itu tidak mungkin menunjuk pada dua buah pedang! Kalau memang me pada dua buah pedang maka seharusnya digunakan kata-kata ‘they are enough’ atau ‘those are enough!
Kalau memang kata-kata ‘sudah cukup’ itu tidak menunjuk pada 2 pedang itu, lalu menunjuk kepada apa? Jelas menunjuk pada pembicaraan mereka. Jadi, Yesus menghentikan pembicaraan tentang hal itu, mungkin karena Ia merasa jengkel dengan kebodohan murid-murid yang selalu tidak mengerti apa yang Ia katakan, atau mungkin karena memang saat itu sudah tidak ada waktu bagiNya untuk menjelaskan hal itu.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America