SIKAP MENCOLOK SANG PERWIRA (MATIUS 8:5-13)
Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.
Matius 8:5-13 – (5) Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: (6) "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." (7) Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." (8) Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. (9) Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." (10) Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. (11) Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, (12) sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." (13) Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.
gadget, bisnis, otomotif |
HAL-HAL YANG MENCOLOK DARI SIKAP PERWIRA INI.
Setelah melihat sekilas identitas perwira ini, berikut ini kita akan melihat hal-hal yang mencolok dari sikap si perwira ini, dan ini dapat menjadi teladan bagi kita. Hal-hal apa saja yang mencolok dari perwira ini?
1. Dia adalah orang yang mempunyai kepedulian yang tinggi pada orang lain.
Sifat peduli dari si perwira ini sudah tampak sebelumnya dari fakta bahwa ia sangat mengasihi bangsa Israel dan bahkan menanggung pembangunan rumah ibadah orang Yahudi.
Lukas 7:5 – sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
Tapi dalam inti dari cerita kita ini, kepeduliannya tampak dari fakta bahwa ia mau meminta pertolongan Yesus untuk menyembuhkan seorang hamba / budaknya.
Matius 8:5-6 - (5) Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: (6) "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita."
Ini menunjukkan bahwa dia sangat peduli dengan kondisi dari hamba / budaknya yang menderita itu. Apa yang dilakukan si perwira ini terasa lebih hebat mengingat bahwa pada zaman itu seorang budak dalam kekaisaran Romawi sama sekali tidak mempunyai harga. Perhatikan keterangan-keterangan dari Barclay tentang budak pada zaman itu :
William Barclay – Budak bukanlah seorang pribadi, ia hanyalah sebuah alat yang hidup. Seorang majikan berkuasa mutlak atas budak-budaknya. Ia dapat memotong telinganya atau menghukum mereka untuk bekerja berat, misalnya mempekerjakan di ladang dengan dirantai atau kerja paksa di pabrik. Atau ia dapat menghukum mereka, memukulnya dengan tongkat, cambuk atau gada. Ia bisa memberi tanda di dahi mereka bahwa mereka pencuri atau pelarian atau pada akhirnya jika terbukti tidak dapat dibela lagi, ia dapat menyalibkan mereka. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Surat 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon, hal. 412-413).
Barclay juga menceritakan tentang seorang bernama Vedius Polio yang langsung melemparkan budaknya ke dalam kolam dan dimakan ikan-ikan buas hanya karena ia menjatuhkan gelas-gelas kristal di halaman. Juga seorang majikan wanita yang akan memukul budaknya dengan tiba-tiba tanpa sebab, seorang majikan lain yang gemar mendengar suara erangan budak karena dicambuk. Lalu :
William Barclay – Seorang ahli pertanian Romawi yang bernama Varra menguraikan adanya tiga macam alat pertanian yaitu : yang bisa berucap, yang tidak bisa berucap, dan yang bisu. Alat-alat yang bisa berucap termasuk budak-budak, alat-alat yang tidak bisa berucap terdiri dari lembu dan hewan lainnya, dan alat-alat yang bisu terdiri dari alat-alat bendawi. Perbedaan antara budak dan hewan atau alat-alat bendawi lainnya hanyalah bahwa budak itu bisa berucap dan berbicara ..... Budak yang sudah tua atau sakit-sakitan atau dianggap kelebihan bisa dibuang demikian saja oleh majikannya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 493).
Bandingkan :
1 Samuel 30:13 - Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: "Budak siapakah engkau dan dari manakah engkau?" Jawabnya: "Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit.
Dari semua ini terlihat bahwa seorang budak begitu sangat tidak berharganya di mata majikannya. Karena itu kalau si perwira ini begitu menyayangi budaknya dan berjuang untuk kesembuhannya, ini adalah sesuatu yang luar biasa. Sakit penyakit dan penderitaan si budak seharusnya adalah masalah si budak. Dia dapat menambah masalah bagi si budak jika dia membuang si budak seperti kebiasaan saat itu. Tapi bukan itui yang dilakukannya. Dia menjadikan masalah si budak menjadi masalahnya, dan dia berusaha mencari solusi bagi masalahnya itu dan masalah si budak itu.
Inilah suatu kasih yang luar biasa, kasih yang mempedulikan orang lain dan melihat persoalan orang lain sebagai persoalannya juga. Ini harus menjadi teladan bagi kita orang Kristen dalam hal kasih. Bahwa kasih kita tidak boleh hanya ada dalam kata-kata atau nyanyian, tapi kasih kita harus diwujudkan dalam kepedulian kepada orang-orang di sekitar kita. Ada banyak orang di sekitar kita, mungkin itu teman kita, saudara kita, kenalan kita, dll yang berada dalam persoalan, penderitaan, kekurangan, kemiskinan, sakit penyakit, dll. Dan kasih kita sebagai orang Kristen menuntut suatu sikap peduli terhadap mereka. Kasih kita sebagai orang Kristen menuntut kita untuk menjadi solusi bagi persoalan masalah mereka. Sayangnya ada banyak kita yang hidup secara egois dan tidak mau peduli dengan penderitaan dan kesulitan / masalah orang lain. Bahkan terkadang kita sendiri malah menjadi masalah bagi orang lain. Itulah sebabnya ada orang yang berkata :
JIKA KAMU BUKAN BAGIAN DARI SOLUSI, KAMU PASTI BAGIAN DARI MASALAH
Firman Tuhan berkata :
Galatia 6:2 - Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
Orang Kristen terkenal dengan ajaran kasihnya. Tapi kasih itu bukan hanya slogan, kasih itu bukan hanya teori / nyanyian. Kasih itu harus ditunjukkan lewat kepedulian pada orang lain. Jika tidak maka itu hanyalah omong kosong.
Yakobus 2:15-16 – (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?
Karena itu marilah wujudkan kasih saudara dengan peduli terhadap orang-orang di sekitar saudara. Lihatlah masalah mereka menjadi masalah saudara juga dan berusahalah menjadi solusi bagi mereka. Bahkan terkadang tanpa kita sadari, kepedulian terhadap seseorang dapat berdampak pada banyak orang bahkan pada diri kita sendiri. Karena itu marilah belajar untuk peduli pada orang lain dan menjadi solusi bagi orang lain.
2. Dia adalah orang yang mempunyai penghargaan yang tinggi kepada sesama manusia.
Di point 1 sudah saya jelaskan bahwa dalam dunia pada zaman itu, seorang budak sangatlah tidak berharga. Ia dianggap barang / benda. Hanya perbedaannya adalah ia dapat bicara / bernafas. Karena itu budak dapat diperlakukan sesuka hati majikannya. Mau disiksa, dibuang, dibunuh, disalibkan atau apa saja, yang paling buruk sekalipun, itu tetap dibenarkan oleh hukum saat itu. Intinya seorang budak tidak diperlakukan sebagaimana layaknya seorang manusia. Tapi itu berbeda dengan sikap perwira ini. Injil Lukas memberikan keterangan bahwa perwira ini sangat menghargai / menyayangi budaknya itu.
Lukas 7:2 - Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati.
KJV - And a certain centurion's servant, who was dear unto him (yang disayanginya), was sick, and ready to die.
Itu berarti bahwa si perwira ini tidak melihat budaknya sebagai barang / benda seperti pandangan umum saat itu. Ia melihat dan memperlakukan si budak layaknya seorang manusia.
B.J. Boland – “... agaknya ia menghargai budaknya sebagai sesama manusia”. (Tafsiran Alkitab Injil Lukas, hal. 164).
Sekalipun status sosialnya begitu rendah, tapi budak itu tetap adalah manusia yang secara hakiki sama derajatnya. Dan karenanya ia layak diperlakukan sebagai seorang manusia di mata perwira ini.
Ini juga adalah teladan harus kita tiru di dalam menilai dan memperlakukan orang lain. Sering kali dan ada banyak orang termasuk orang Kristen yang karena kekayaan, kedudukan, jabatan, kuasa, lalu menilai dan memperlakukan orang lain dengan begitu rendah seolah-olah mereka bukan manusia. Mereka merasa bahwa harkat dan martabat mereka begitu tinggi hanya karena pakaian yang mereka kenakan, mobil yang mereka kendarai, kursi yang mereka duduki, dsb. Mereka lupa bahwa semuanya itu hanya sementara dan semuanya bisa hilang seketika. Lalu apakah martabat manusia melekat pada semuanya itu? Jangan bodoh! Seorang manusia sudah adalah manusia ketika dia hadir telanjang di dunia ini tanpa baju, tanpa rumah, tanpa mobil, tanpa jabatan dan kuasa apa pun. Karena itu kalau saudara adalah orang yang merasa diri terlalu hebat, terlalu tinggi, terlalu besar dan lalu melihat / menilai / memperlakukan orang lain dengan begitu rendah dan hina, sadarlah itu adalah kebodohan dan dosa.
Amsal 11:12 - Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi, tetapi orang yang pandai, berdiam diri.
BIS - Menghina orang lain adalah perbuatan yang dungu; orang yang berbudi, tidak akan mengatakan sesuatu pun.
Amsal 14:21 - Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita.
Bertobatlah saudara karena Tuhan bisa saja membuat saudara merayap di waktu-waktu yang akan datang. Ini termasuk saudara yang suka memaki orang lain seenaknya. Ingat, orang yang saudara maki dengan segala macam nama binatang adalah manusia ciptaan Tuhan. Merendahkan mereka sampai setara dengan binatang adalah suatu penghinaan bukan saja kepada mereka tetapi terlebih kepada Tuhan yang menciptakan mereka. Bahkan juga pada diri sendiri. Karena itu yang tukang maki dan mulut kotor serta suka menghina orang lain, memandang rendah orang lain, bertobatlah kamu. Kamu tidak lebih tinggi nilainya dari mereka yang kamu hina, dan mereka yang kamu hina sesungguhnya tidak lebih rendah daripada kamu. Belajarlah menilai dan menghargai setiap orang karena dia adalah manusia dan bukan karena kedudukan, kekayaan, pangkat, jabatan, dll yang sementara di dalam hidupnya.
Matthew Henry – Karena kita semua dibuat dari tanah yang sama, oleh tangan yang sama, dan berdiri sederajat di hadapan Allah. (Injil Matius 1-14, hal. 344).
Para pemudi / cewek juga harus memperhatikan ini. Kalau kamu menolak cinta seorang laki-laki, tolaklah dengan sopan dan penuh penghormatan. Jangan dengan penghinaan. Demikian juga bagi saudara yang dihina, diperlakukan dengan begitu rendah, jangan terlalu dipedulikan harga diri saudara tidak ditentukan oleh semuanya itu. Harga diri saudara terletak pada kenyataan bahwa saudara adalah seorang manusia. Bukankah uang 100.000 itu mau dikucak-kucak, dibanting, dilempar, diinjak-injak, nilainya yang 100.000 itu sama sekali tidak berkurang bukan? Lagi pula orang yang menghina dan merendahkan saudara itu sebenarnya sedang menghina Tuhan.
Amsal 14:31 - Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya....
Jadi biarlah Tuhan yang berurusan dengan dia.
AMIN