AYUB 1:13-22 (BENCANA DAN BERKAT)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
AYUB 1:13-22 (BENCANA DAN BERKAT)
Ayub 1:13-22 - “(13) Pada suatu hari, ketika anak2nya yang lelaki dan yang perempuan makan2 dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (14) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: ‘Sedang lembu sapi membajak dan keledai2 betina makan rumput di sebelahnya, (15) datanglah orang2 Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga2. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (17) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Orang2 Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta2 dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Anak2 tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan2 dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (19) maka tiba2 angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang2 muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, (21) katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’ (22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut”.

Ayub 1: 13-19: “(13) Pada suatu hari, ketika anak2nya yang lelaki dan yang perempuan makan2 dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (14) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: ‘Sedang lembu sapi membajak dan keledai2 betina makan rumput di sebelahnya, (15) datanglah orang2 Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga2. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (17) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Orang2 Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta2 dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Anak2 tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan2 dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (19) maka tiba2 angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang2 muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’”.

Bencana-bencana yang menimpa Ayub.

1) Ia kehilangan seluruh ternaknya, dan juga semua (10 orang) anak-anaknya.

2) Bencana-bencana itu datang secara susul-menyusul dengan cepat.

Perhatikan kata-kata ‘sementara orang itu berbicara’ yang muncul 3 x dalam Ayub 1: 16,17,18.

Barnes’ Notes: “All this indicates the rapidity of the movement of Satan, and his desire to overwhelm Job with the suddenness and greatness of his calamities. The object seems to have been to give him no time to recover from the shock of one form of trial before another came upon him. If an interval had been given him he might have rallied his strength to bear his trials; but afflictions are much more difficult to be borne when they come in rapid succession. - It is not a very uncommon occurrence, however, that the righteous are tried by the rapidity and accumulation as well as the severity of their afflictions. It has passed into a proverb that ‘afflictions do not come alone.’” [= Semua ini menunjukkan cepatnya gerakan dari Setan, dan keinginannya untuk membanjiri Ayub dengan mendadaknya dan besarnya bencana-bencananya. Kelihatannya tujuannya adalah untuk tidak memberinya waktu untuk pulih dari goncangan dari satu pencobaan sebelum pencobaan yang lain datang kepadanya. Jika kepadanya diberikan selang waktu maka ia mungkin bisa mengerahkan kekuatannya untuk menanggung pencobaannya; tetapi penderitaan / kesusahan akan jauh lebih sukar untuk ditanggung pada saat mereka datang secara berturut-turut dan cepat. - Bukan merupakan hal yang jarang terjadi bahwa orang benar dicobai oleh kecepatan dan akumulasi maupun oleh beratnya penderitaan / kesusahan mereka. Itu telah berubah menjadi suatu pepatah bahwa ‘penderitaan-penderitaan tidak datang sendirian’.] - hal 106.

Illustrasi: dalam pertandingan tinju, serangan dengan pukulan beruntun yang dilakukan dengan terus menerus dan cepat, merupakan serangan yang sukar sekali untuk dibendung.

3) Bandingkan serangan setan atau bencana-bencana yang menimpa Ayub ini dengan ayat-ayat seperti Maz 34:8 dan Maz 91:7-11.

Mazmur 34:8 - “Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.”.

Mazmur 91:7-11 - “(7) Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. (8) Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik. (9) Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, (10) malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; (11) sebab malaikat-malaikatNya akan diperintahkanNya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.”.

Kalau kita membaca ayat-ayat di atas ini, maka kita perlu membandingkan ayat-ayat tersebut dengan Ayub 1:9-19 ini (dan juga Ayub 2:6-9), yang menunjukkan bahwa ada keadaan dimana Allah mengijinkan bencana yang begitu banyak dan hebat menimpa orang percaya yang begitu setia seperti Ayub, dan bahkan lalu seakan-akan tidak mempedulikannya.

Pada saat yang sama kita juga harus memperhatikan batasan yang Allah berikan dalam Ayub 1:12 dan Ayub 2:6, dan juga tujuan baik Allah dalam mengijinkan semua itu.

Tetapi ingat bahwa dalam kehidupan sehari-hari yang terlihat oleh mata kita hanyalah penderitaan dan bencana yang menimpa kita, dan bahkan sikap Allah yang kelihatannya acuh tak acuh, sedangkan batasan Allah maupun tujuan baik Allah itu tidak terlihat oleh mata kita (kecuali kita melihat dengan mata iman).

Ayub 1: 20-22: “(20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, (21) katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’ (22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.”.

1) Pengoyakan jubah dan pencukuran rambut (ay 20a).
Ini merupakan perwujudan dari kesedihan / perkabungan, dan kesedihan / perkabungan ini bukan hal yang salah, bahkan pada jaman sekarang. Ayat yang menyuruh untuk bersukacita senantiasa, seperti 

Filipi 4:4, tidak harus dilakukan secara mutlak (ini terbukti dari adanya ayat yang menunjukkan bahwa Yesus sedih atau bahkan menangis, Matius 26:37-38 Yohanes 11:35).

2) Ayub menyembah Tuhan (ay 20b).

3) Ayub mengucapkan ay 21: “katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.

a) Apakah pada saat orang mati ia kembali ke kandungan ibunya?
Jelas tidak. Tetapi mengapa ayat ini mengatakan demikian? Ada2 kemungkinan jawaban:

1. Arti hurufiahnya tidak perlu ditekankan.

Francis I. Andersen (Tyndale): “The literal meaning of ‘I shall return there’ need not be pressed.” [= Arti hurufiah dari ‘Aku akan kembali ke dalamnya’ tidak perlu ditekankan.] - hal 88.
Artinya sekedar adalah ‘mati’. Jadi, ini mungkin sama seperti ungkapan yang sangat sering muncul, khususnya dalam Perjanjian Lama, dimana dikatakan bahwa seseorang ‘dikumpulkan kepada kaum leluhurnya’.

Kejadian 25:7-8 - “(7) Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh limatahun, (8) lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.”.

Kejadian 25:17 - “Umur Ismael ialah seratus tiga puluh tujuh tahun. Sesudah itu ia meninggal. Ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.”.

Kejadian 35:29 - “Lalu meninggallah Ishak, ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia tua dan suntuk umur, maka Esau dan Yakub, anak-anaknya itu, menguburkan dia.”.

Kejadian 49:33 - “Setelah Yakub selesai berpesan kepada anak-anaknya, ditariknyalah kakinya ke atas tempat berbaring dan meninggallah ia, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.”.

Perhatikan bahwa ungkapan ini digunakan baik untuk orang-orang yang percaya (Abraham, Ishak dan Yakub) maupun yang tidak percaya (Ismael). Jadi, tentu tidak mungkin ungkapan ini diartikan secara hurufiah, kecuali kita mau percaya pada adanya tempat penantian umum (bagi orang percaya maupun tidak percaya), yang jelas bukan merupakan ajaran Reformed / Alkitab. Ajaran Reformed mempercayai bahwa orang mati langsung pergi ke surga atau neraka.

2. Kata ‘kandungan’ diartikan sebagai ‘kandungan bumi’.

Pulpit Commentary: “The expression must not be pressed. It arises out of the analogy, constantly felt and acknowledged, between ‘mother’ earth and a man’s actual mother (comp. Ps. 129:15).” [= 

Ungkapan ini tidak boleh ditekankan. Itu muncul dari analogi, yang dirasakan dan diakui secara terus menerus, antara ‘ibu’ bumi dan ibu yang sesungguhnya dari seseorang (bdk. Mazmur 129:15).] - hal 7.

Catatan:

a. ‘Mother earth’ artinya “the earth considered as the source of all its living beings and inanimate things.”[= bumi dianggap / dipertimbangkan sebagai sumber dari semua makhluk-makhluk hidupnya dan benda-benda matinya].

b. Rasanya yang dimaksud bukan Mazmur 129:15 tetapi Mazmur 139:15 - “Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;”.

Calvin: “Whereas he nameth his mother’s womb, he meaneth another thing that is to wit, the womb of the earth, who is the mother of all things.” [= Sekalipun ia menyebutkan kandungan ibunya, tetapi sebetulnya ia memaksudkan hal yang lain yaitu kandungan bumi, yang merupakan ibu dari segala sesuatu.] - ‘Sermons on Job’, hal 30.

Saya lebih condong pada penafsiran yang pertama.

b) Ay 21a ini sesuai dengan 1Tim 6:7.

Ayub 1:  21a: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.”.

1Timotius 6:7 - “Sebab kita tidak membawa sesuatu apapun ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.”.

Barnes’ Notes: “He had nothing when he came into the world, and all that he had obtained had been by the good providence of God. As he gave it, he had the right to remove it. ‎Such was the feeling of Job, and such is the true language of submission everywhere. He who has a proper view of what he possesses will feel that it is all to be traced to God, and that he has a right to remove it when he pleases.” [= Ia tidak mempunyai apa-apa pada waktu ia datang ke dalam dunia ini, dan semua yang telah ia dapatkan adalah karena providensia yang baik dari Allah. Karena Ia yang memberinya, Ia mempunyai hak untuk menyingkirkannya. Ia yang mempunyai pandangan yang benar tentang apa yang ia miliki akan merasa bahwa itu semua harus dilacak sampai kepada Allah, dan bahwa Ia mempunyai hak untuk menyingkirkannya pada waktu Ia menghendakinya.] - hal 111.

Adam Clarke: “I had no earthly possessions when I came into the world; I cannot have less going out of it. What I have the Lord gave: as it was his free gift, he has a right to resume it when he pleases; and I owe him gratitude for the time he has permitted me to enjoy this gift.” [= Aku tidak mempunyai milik duniawi pada saat aku datang ke dalam dunia ini; aku tidak bisa mempunyai lebih sedikit pada waktu meninggalkannya. Apa yang aku miliki Tuhan yang memberikannya: karena hal itu merupakan pemberian cuma-cuma dariNya, maka Ia mempunyai hak untuk mengambilnya kembali pada waktu Ia menghendakinya; dan aku harus berterima kasih kepadaNya untuk waktu yang Ia ijinkan bagiku untuk menikmati pemberian ini.] - hal 27.

Saya berpendapat ini berlaku bukan hanya untuk harta, tetapi juga untuk orang-orang yang kita cintai, atau apapun juga yang lain.

c) Kata-kata ‘TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil’ menunjukkan bahwa:

1. Ayub menganggap semua berkat merupakan pemberian Allah.
Bandingkan juga dengan:

a. Mazmur 127:1-3 - “(1) [Nyanyian ziarah Salomo.] Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. (2) Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah - sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur. (3) Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.”.

b. Mazmur 65:10-11 - “(10) Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah Engkau menyediakannya: (11) Engkau mengairi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya, dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya; Engkau memberkati tumbuh-tumbuhannya.”.

c. Mazmur 104:10-12,21-23,27-28 - “(10) Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, (11) memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan; (12) di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan. ... (21) Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah. (22) Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; (23) manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang. ... (27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan.”.


Penerapan: pada saat Tuhan memberi banyak berkat, khususnya secara duniawi, jangan menjadi lupa daratan, lupa Tuhan, menjadi sombong, dan sebagainya. Sebaliknya sadarilah bahwa semua itu merupakan berkat dari Tuhan, dan bersyukurlah kepadaNya, dan berusahalah untuk makin mengasihi Dia, dan juga untuk menggunakan berkat-berkat itu untuk kemuliaanNya.

2. Ayub menelusuri semua bencana itu sampai kepada Allah.

Bandingkan juga dengan:

a. Kejadian 45:5,7-9 - “(5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. ... (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. (9) Segeralah kamu kembali kepada bapa dan katakanlah kepadanya: Beginilah kata Yusuf, anakmu: Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas seluruh Mesir; datanglah mendapatkan aku, janganlah tunggu-tunggu.”.

b. Kejadian 50:20 - “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”.

c. 2Samuel 16:5-11 - “(5) Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sanaseorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk. (6) Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. (7) Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: ‘Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! (8) TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah.’ (9) Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: ‘Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya.’ (10) Tetapi kata raja: ‘Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?’ (11) Pulakata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: ‘Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.”.

d. Yohanes 3:25-27 - “(25) Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. (26) Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ‘Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepadaNya.’ (27) Jawab Yohanes: ‘Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.”.

e. Yohanes 18:11 - “Kata Yesus kepada Petrus: ‘Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?’”.

Ini menyebabkan Ayub tidak marah kepada:

a. Angin ribut yang membunuh anak-anaknya, ataupun petir yang memusnahkan kambing dombanya.

b. Orang-orang Syeba yang merampok kumpulan lembu, sapi dan keledainya ataupun orang-orang Kasdim yang merampok kumpulan untanya.

Catatan: ini tidak berarti bahwa kalau ada orang merampok / merugikan kita, kita tidak boleh melaporkannya ke polisi atau menyeretnya ke pengadilan. Semua ini boleh dilakukan demi keadilan, dan supaya hal itu tidak terjadi lagi.

c. Parapenjaga ternaknya (dengan anggapan bahwa mereka ceroboh dalam menjaga ternaknya).

d. Setan.

Barnes’ Notes: “the loss of his property was to be traced to God, and that he had a right to do as he had done.” [= kehilangan milik harus dilacak jejaknya sampai kepada Allah, dan bahwa Ia mempunyai hak untuk melakukan apa yang telah Ia lakukan.] - hal 111.

Barnes’ Notes: “It is not by accident; it is not the result of hap-hazard; it is not to be traced to storms and winds and the bad passions of men. It is the result of intelligent design, and whoever has been the agent or instrument in it, it is to be referred to the overruling providence of God.”[= Itu bukan kebetulan; itu bukan merupakan akibat dari kesembronoan; itu tidak boleh diikuti jejaknya kepada badai dan angin dan nafsu jahat manusia. Itu merupakan hasil dari rencana yang cerdas, dan siapapun yang merupakan agen atau alat di dalamnya, itu harus menunjuk pada providensia Allah yang berkuasa.]- hal 111.

Barnes’ Notes: “When we are afflicted, we should not vent our wrath on winds and waves; on the fraud and perfidy of our fellow-men; on embarrassments and changes in the commercial world; on the pestilence and the storm. Any or all of these may be employed as instruments in taking away our property or our friends, but we should trace the calamity ultimately to God. Storms and winds and waves, malignant spirits and our fellow-men, do no more than God permits. They are all restrained and kept within proper limits. They are not directed by chance, but they are under the control of an intelligent Being, and are the wise appointment of a holy God.” [= Pada waktu kita mengalami penderitaan / kesusahan, kita tidak boleh melepaskan kemarahan kita pada angin dan ombak; pada kecurangan dan pengkhianatan dari sesama manusia kita; pada kesukaran dan perubahan dalam dunia perdagangan; pada wabah dan badai. Yang manapun dari hal-hal ini bisa digunakan sebagai alat untuk mengambil milik kita atau teman kita, tetapi kita harus mengikuti jejak dari bencana kepada Allah. Badai dan angin dan ombak, roh jahat dan sesama manusia kita, tidak melakukan lebih jauh dari yang Allah ijinkan. Mereka semua dikekang dan dijaga dalam batasan-batasan yang tepat. Mereka tidak diarahkan secara kebetulan, tetapi mereka ada di bawah kontrol dari Makhluk yang cerdas, dan merupakan penentuan yang bijaksana dari Allah yang suci.] - hal 111.

Barnes’ Notes: “We see the true source of comfort in trials. It is not in the belief that things are regulated by chance and hap-hazard; or even that they are controlled by physical laws. ... It is only when we perceive an intelligent Being presiding over these events, and see that they are the result of plan and intention on his part, that we can find comfort in trial.” [= Kita melihat sumber penghiburan yang sebenarnya dalam pencobaan. Itu tidak ada dalam kepercayaan bahwa hal-hal diatur secara kebetulan dan sembarangan; atau bahkan bahwa mereka dikontrol oleh hukum-hukum alam. … Hanya pada waktu kita merasa seorang Makhluk cerdas memimpin peristiwa-peristiwa ini, dan melihat bahwa mereka merupakan akibat / hasil dari rencana dan maksudNya, maka kita bisa mendapatkan penghiburan dalam pencobaan.]- hal 112.

Pulpit Commentary: “whether suffering or rejoicing, saints should imitate the piety of Job, recognize God’s hand in everything, and ‘in everything give thanks.’” [= baik dalam penderitaan ataupun sukacita, orang kudus harus meniru kesalehan Ayub, mengenali tangan Allah dalam segala sesuatu, dan ‘mengucap syukur dalam segala sesuatu’.] - hal 13.

Francis I. Andersen (Tyndale): “The intense faith of Job immediately sees the hand of God in every ‘natural’ event. There are no ‘accidents’ in a universe ruled by the one sovereign Lord.”[= Iman yang hebat dari Ayub segera melihat tangan Allah dalam setiap peristiwa alamiah. Tidak ada ‘kebetulan’ dalam alam semesta yang diperintah / diatur oleh satu Tuhan yang berdaulat.]- hal 86.

Francis I. Andersen (Tyndale): “Job sees only the hand of God in these events. It never occurs to him to curse the desert brigands, to curse the frontier guards, to curse his own stupid servants, now lying dead for their watchlessness. All secondary causes vanish. It was the Lord who gave; it was the Lord who removed; and in the Lord alone must be the explanation of these strange happenings be sought.” [= Ayub hanya melihat tangan Allah dalam peristiwa-peristiwa ini. Tidak pernah terpikir olehnya untuk mengutuk perampok-perampok padang pasir itu, mengutuk penjaga-penjaga perbatasan, mengutuk para pelayannya sendiri yang bodoh, yang sekarang terbaring tak bernyawa karena tidak berjaga-jaga. Semua penyebab kedua hilang. Tuhanlah yang memberi; Tuhanlah yang menyingkirkan; dan dalam Tuhan saja penjelasan dari peristiwa-peristiwa aneh ini harus dicari.] - hal 88.

Adam Clarke: “Good when he gives, supremely good; Nor less when he denies; Afflictions from his sovereign hand, Are blessings in disguise.” [= Baik pada waktu Ia memberi, amat baik; tidak kurang dari itu pada waktu Ia menolak; Penderitaan-penderitaan / kesusahan-kesusahan dari tangan / kuasaNya yang berdaulat, Merupakan berkat-berkat dalam penyamaran.]- hal 27.

Francis I. Andersen (Tyndale): “It is harder to say ‘Praise the Lord’ when He takes than when He gives.” [= Adalah lebih sukar untuk berkata ‘Puji Tuhan’ pada waktu Ia mengambil dari pada pada waktu Ia memberi.] - hal 89.

Calvin: “For the story here written, showeth us how we be in God’s hand, and that it lieth in him to determine of our lives, and to dispose of the same according to his good pleasure: and that it is our duty to submit ourselves unto him with all humbleness and obedience: and that it is good reason, that we should be wholly his, both to live and die: and specially that when it pleaseth him to lay his hand upon us, although we perceive not for what cause he doth it, yet we should glorify him continually, acknowledging him to be just and upright, and not to grudge against him.” [= Karena cerita yang ditulis di sini menunjukkan kepada kita bahwa kita ada dalam tangan Allah, dan Dialah yang menentukan hidup kita, dan mengatur / membuangnya sesuai kehendakNya: dan merupakan kewajiban kita untuk menundukkan diri kita sendiri kepadaNya dengan segala kerendahan hati dan ketaatan: dan merupakan pertimbangan yang baik bahwa kita adalah milikNya sepenuhnya, baik hidup atau mati: dan khususnya pada waktu Ia berkenan untuk meletakkan tanganNya atas kita, sekalipun kita tidak mengerti mengapa Ia melakukan hal itu, tetapi kita harus memuliakan Dia secara terus menerus, mengakui Dia sebagai adil dan lurus / benar, dan tidak bersungut-sungut terhadap Dia.] - ‘Sermons on Job’, hal 1.

Calvin: “there is nothing better, than to submit ourselves unto God, and to suffer peaceably whatsoever he sendeth us, until he deliver us of his own mere goodness.” [= tidak ada yang lebih baik, dari pada menundukkan diri kita sendiri kepada Allah, dan memikul dengan tenang apapun yang Ia kirimkan kepada kita, sampai Ia membebaskan kita semata-mata karena kebaikanNya sendiri.] - ‘Sermons on Job’, hal 1.

d) Sikap Ayub ini membuktikan bahwa kata-kata Setan dalam ay 9-11 tentang Ayub adalah salah.
Dalam Ayub 1:9-11, setan meramalkan bahwa kalau segala sesuatu yang dimiliki Ayub diambil, Ayub pasti akan mengutuki Tuhan. Tetapi ternyata pada waktu hal itu terjadi, Ayub hanya menjadi sedih. Ia bukan saja tidak mengutuki Tuhan, tetapi sebaliknya ia memuji Tuhan. Ini pasti mengecewakan setan!

Adam Clarke: “In this Satan was utterly disappointed; he found a man who loved his God more than his earthly portion. This was a rare case, even in the experience of the devil. He had seen multitudes who bartered their God for money, and their hopes of blessedness in the world to come for secular possessions. He had been so often successful in this kind of temptation, that he made no doubt he should succeed again. He saw many who, when riches increased, set their hearts on them, and forgot God. He saw many also who, when deprived of earthly comforts, blasphemed their Maker. He therefore inferred that Job, in similar circumstances, would act like the others; he was disappointed. Reader, has he, by riches or poverty, succeeded with thee? Art thou pious when affluent, and patient and contented when in poverty?” [= Di sini Setan sangat kecewa; ia menemukan orang yang mengasihi Allahnya lebih dari milik duniawinya. Ini merupakan kasus yang jarang terjadi, bahkan dalam pengalaman dari setan. Ia telah melihat banyak orang yang menukarkan Allah mereka dengan uang, dan menukarkan pengharapan mereka akan berkat dalam dunia yang akan datang dengan milik duniawi. Ia telah begitu sering berhasil dalam pencobaan jenis ini, sehingga ia tidak ragu-ragu bahwa ia akan berhasil lagi. Ia melihat banyak orang yang pada waktu harta bertambah meletakkan hatinya pada hartanya, dan melupakan Allah. Ia melihat banyak orang yang pada waktu kesenangan hidup duniawinya dicabut, menghujat Penciptanya. Karena itu ia menduga bahwa Ayub, dalam keadaan yang mirip, akan bertindak seperti yang lain; ia kecewa. Pembaca, apakah ia, melalui kekayaan atau kemiskinan, telah berhasil dengan engkau? Apakah engkau saleh pada waktu kaya, dan sabar dan puas pada saat melarat?]- hal 27.

4) Ayub 1:  22: “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.”.

Pulpit Commentary: “It is easy to hide sin from view in times of quiet. ... The most difficult thing is not to sin when one is most tempted.” [= Adalah mudah untuk menyembunyikan dosa dari pandangan pada masa tenang. ... Hal yang paling sukar adalah untuk tidak berdosa pada waktu seseorang dicobai secara paling hebat.] - hal 33.AYUB 1:13-22 (BENCANA DAN BERKAT)

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post