KEUNIKAN AGAMA KRISTEN

Pdt.Budi Asali, M.Div.
KEUNIKAN AGAMA KRISTEN. Apa artinya Agama Kristen menjadi unik di samping agama-agama lain di masa kini? Ketika kita berbicara tentang Agama Kristen, kita sedang membahas tentang agama yang paling berbeda dan kontroversial dimuka bumi.
KEUNIKAN AGAMA KRISTEN
gadget, education
Banyak orang menganggap bahwa ada sedikit persamaan antar semua agama, yaitu kalau berbicara tentang ajaran moral dan etika. Misalnya semua agama melarang untuk membunuh, berdusta, berzinah, dan sebagainya. Sebetulnya bahkan dalam hal-hal ini, Kristen berbeda dengan agama lain manapun. Perbedaannya adalah:

1) Tuntutan dalam Kristen jauh lebih tinggi; tak ada agama lain yang punya tuntutan setinggi Kristen.
Misalnya:

Matius 22:37-39 – “(37) Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Matius 5:28 – “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”.

Matius 5:38-48 – “(38) Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. (39) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (40) Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. (41) Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (42) Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. (43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (46) Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (47) Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? (48) Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.

Roma 12:17-21 – “(17) Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! (18) Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (19) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. (20) Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. (21) Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”.

1Korintus 10:31 – “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.

Jadi jelaslah dlm beberapa ayat ini saja sdh menunjukkan akan tuntutan kesucian hidup Kristen yang tinggi dan berbeda dengan agama lainnya.

2) Dalam Kristen, semua hukum (perintah dan larangan) bersifat Kristosentris (berpusatkan Kristus).

a) Semua hukum tujuan utama / pertamanya bukan supaya manusia mentaatinya sehingga diselamatkan, tetapi supaya manusia sadar akan dosa-dosanya. Bahwasannya, tidak satu orang pun dapat melakukan perintah Allah dengan sempurna.

Roma 3:20 – “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”.

b) Setelah manusia sadar dosa, maka manusia harus percaya kepada Kristus supaya mendapat pengampunan, dan setelah itu, baru mentaati hukum-hukum itu, dengan tujuan menyenangkan dan memuliakan Tuhan Yesus Kristus.

- Yohanes 14:15 – “‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.

- 1Korintus 10:31 – “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.

- Matius 5:16 – “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

3) Dalam Kristen ada Roh Kudus yang membantu dalam ketaatan; tanpa Dia tidak mungkin ada satupun ketaatan.

Yohanes. 14:16 – “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.

Yohanes 14:26 – “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”.

Galatia 5:22-23 – “(22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”.

Jadi, dari beberapa ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa manusia tidak dapat menaati hukum Allah dengan usaha atau kemampuannya sendiri. Allah sendiri yg memampukan kita untuk mengingat dan melakukan apa yang Allah mau yang berkenan kepada-Nya.

Kalau kita masuk lebih jauh lagi, secara khusus berbicara tentang doktrin, Kristen sekali lagi adalah yang paling berbeda dan bahkan bertentangan, secara dasari, dengan semua agama lain. Dalam hal apa saja?

I) OBYEK PENYEMBAHAN

Orang Kristen menyembah Allah Tritunggal di mana Allah itu dipercaya Esa di dalam hakikatNya tetapi 3 di dalam pribadi-Nya yakni Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kepercayaan seperti ini tidak pernah ada di dalam agama manapun juga. Saksi Yehovah dan juga islam menuduh bahwa doktrin ini berasal dari kepercayaan kafir kuno, tetapi mereka gagal melihat perbedaan antara Tritunggal dan Triteisme. Kepercayaan tentang Triteisme (benar2 ada 3 allah) berbeda secara hakiki dengan kepercayaan pada Tritunggal (1 hakikat 3 pribadi). Jadi benar bahwa iman Tritunggal tidak pernah ada di dalam agama manapun juga. Hanya di dalam kekristenan.

1) Mengapa kita percaya kepada Allah Tritunggal?

a. Adanya ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah.

Ulangan 6:4 – “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.

b. Adanya hal-hal yang menunjukkan adanya semacam kejamakan dalam diri Allah.

Kejadian 1:26-27 – “(26) Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka”.

Yesaya 6:8a – “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘SIAPAKAH YANG AKAN KUUTUS, DAN SIAPAKAH YANG MAU PERGI UNTUK AKU?’”.

KJV: ‘Whom shall I send, and who will go for us?’ (= Siapakah yang akan Kuutus, dan siapa yang mau pergi untuk kami?).

c. Keilahian Yesus dan Roh Kudus.

1. Yesus adalah Allah.

Tentang ini kita sudah tidak perlu ragu lagi. Tetapi saya ingin menunjukkan 1 ayat saja yg dgn jelas sdh menunjukan bhw Yesus adalah Allah. Yohanes 1:1 – “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. jadi jelas ditegaskan bahwa Yesus adalah Allah.

2. Roh Kudus adalah Allah.

Kisah Para Rasul 5:3-4 – “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau MENDUSTAI ROH KUDUS dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (4) Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? ENGKAU BUKAN MENDUSTAI MANUSIA, TETAPI MENDUSTAI ALLAH.’”.

Perhatikan bahwa dalam ayat 3 dikatakan mendustai Roh kudus tetapi di ayat 4 dikatakan mendustai Allah. Dengan demikian Roh Kudus = Allah.

2) (hal kedua tentang obyek penyembahan): Doktrin Allah Tritunggal ada di tengah-tengah agama monotheisme mutlak (Islam, Saksi Yehova) dan sekaligus berada di tengah-tengah agama Polytheisme (Hindu, agama Yunani dan Romawi kuno).

3) Ajaran tentang Allah Tritunggal melampaui akal, dan ini yang masuk akal.

Ayub 11:7-9 – “(7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit – apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati – apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera”.

Kalau Allah bisa dipahami oleh akal manusia, maka Ia bukanlah Allah. Dan Allah di dalam berbagai agama/kepercayaan adalah Allah yang bisa dipahami sepenuhnya oleh akal manusia. Kekristenan mempunyai doktrin tritunggal yang tidak akan pernah bisa dipahami sepenuhnya dan ini justru masuk akal karena Allah itu memang melampaui akal.

Ini semua membuat kekristenan berbeda dari agama/kepercayaan apapun di bawah kolong langit ini.

II) Doktrin KESELAMATAN.

Keunikan Kristen yang ke 2 adalah dalam masalah keselamatan. Hanya Kristen yang mengajarkan hal-hal seperti ini :

1) Allah menjadi manusia untuk mencari yang terhilang.

Lukas 19:10 – “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”
Dalam agama lain, tidak pernah kita temukan Allah seperti ini, mencari yang hilang.

2) Adanya penebusan, dimana Allah yang telah menjadi manusia itu menderita dan mati di salib untuk menebus dosa umat manusia.

Galatia 3:13 – “KRISTUS TELAH MENEBUS KITA DARI KUTUK HUKUM TAURAT dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.

Markus 10:45 – “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk MEMBERIKAN NYAWANYA MENJADI TEBUSAN BAGI BANYAK ORANG.’”.

1Petrus 1:18-19 – “(18) Sebab kamu tahu, bahwa KAMU TELAH DITEBUS dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan DENGAN DARAH YANG MAHAL, YAITU DARAH KRISTUS yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”.

3) Keselamatan hanya oleh iman.

Efesus 2:8-9 – “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Roma 3:24,27-28 – “(24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan Cuma-Cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. ... (27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.

Yesaya 55:1 – “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!”.

Sedangkan agama-agama lain di dunia ini menekankan perbuatan baik / usaha manusia untuk mendapatkan keselamatan. Dalam kristen (yang Alkitabiah dan Injili), kita bisa selamat hanya karena iman / percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik kita. Jadi, dalam agama kristen, sekalipun perbuatan baik itu juga harus dilakukan, tetapi perbuatan baik itu sama sekali tidak punya andil dalam menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.

Matius 5:16: “Demikianlah hendaklah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga”.

KEUNIKAN AGAMA KRISTEN

Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.

I. KONSEP ALLAHNYA UNIK.

Masing-masing agama tentu mempunyai konsep tentang Allah. Tapi dalam hal ini, kekristenan memiliki konsep Allah yang unik, yang tidak sama dengan agama manapun di dunia ini. Mengapa? Karena kekristenan percaya bahwa Allah itu adalah yang Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan Allah Tritunggal inilah yang menjadi obyek penyembahan Kristen yang nampak lewat doa-doa ataupun puji-pujian orang Kristen.

Tapi bagaimana sebenarnya orang Kristen memahami Allah Tritunggal ini? Orang Kristen percaya bahwa Allah itu esa di dalam hakikat-Nya tetapi tiga di dalam pribadi-Nya.

B. B. Warfield – Ada satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari keallahan ini ada tiga pribadi yang sama kekal dan sepadan, sama di dalam hakikat, tetapi berbeda di dalam pribadi. (Charles C. Ryrie; Basic Theology; hal. 53).

Mengapa orang Kristen bisa percaya demikian? Karena orang Kristen percaya di dalam Kitab Suci, Allah di satu sisi dinyatakan sebagai Allah yang esa tapi di sisi yang lain Alkitab juga menggambarkan adanya kejamakan tertentu dalam diri Allah yang nantinya dalam PB menjadi jelas bahwa kejamakan itu adalah 3 pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus).

Bahwa Allah itu esa dinyatakan dalam ayat-ayat berikut :

Ulangan 6:4 - Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

1 Raja-raja 8:60 - supaya segala bangsa di bumi tahu, bahwa TUHANlah Allah, dan tidak ada yang lain

1 Timotius 2:5 - Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.

Dan bahwa ada kejamakan dalam diri Allah dinyatakan dalam ayat-ayat berikut :

Kejadian 1:26 - Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara …’

Kejadian 3:22 - Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; ….

Kejadian 11:7 - Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."

Yesaya 6:8 – “….Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”.

Note : Yes 6:8 ini diterjemahkan tidak tepat oleh LAI. Dalam Alkitab-Alkitab bahasa Inggris kata ganti yang kedua berbentuk jamak yakni “Kami”. Lihat terjemahan KJV berikut ini :

KJV – “…. Whom shall I send, and who will go for Us? .. (Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?).

Ini sama dengan terjemahan RSV, NIV dan NASB.

Di sini saya tidak sedang memberikan dasar-dasar Alkitab bagi doktrin Allah Tritunggal secara lengkap dan karenanya saya hanya mengutipkan beberapa ayat saja untuk menunjukkan dasar pemikiran orang Kristen.

Jadi ada 2 data Alkitab tentang Allah :

1. Allah itu esa / satu.

2. Ada semacam kejamakan dalam diri Allah (3 pribadi)

Nah, kalau kita mau berkata bahwa Allah itu esa secara mutlak (1 pribadi), maka kita hanya mengutamakan data 1 dan mengabaikan data 2. Sedangkan kalau kita mau berkata bahwa ada 3 Allah, berarti kita hanya mengutamakan data 2 dan mengabaikan data 1. Tapi kalau kita mau mengakomodir kedua data tersebut maka kita akan sampai pada ajaran tentang Allah Tritunggal di mana ada Allah yang esa tetapi Allah yang esa itu terdiri dari 3 pribadi.

Stephen Tong - Doktrin Tritunggal termasuk doktrin monoteisme yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa. Dan Allah Yang Maha Esa itu mempunyai tiga pribadi, bukan satu. Pribadi pertama adalah Allah Bapa, pribadi kedua adalah Allah Anak (Yesus Kristus) dan pribadi ketiga Roh Kudus. Tiga pribadi bukan berarti tiga Allah, dan satu Allah bukan berarti satu pribadi. Tiga pribadi itu mempunyai satu esensi atau sifat dasar (Yunani: Ousia; Inggris : substance) yang sama, yaitu Allah. Allah Bapa adalah Allah, Allah Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah, namun ketiga-Nya mempunyai satu ousia, yaitu esensi Allah”. (Allah Tritunggal, hal. 20-21).

Beberapa catatan dapat diberikan tentang doktrin Tritunggal ini yakni :

a. 3 pribadi itu bukanlah 3 unsur yang membentuk 1 keallahan.

Maksudnya adalah Allah yang esa itu bukanlah hasil penggabungan 3 pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus) sehingga sebenarnya masing-masing pribadi hanyalah sepertiga Allah dan baru menjadi 1 Allah ketika bergabung / digabungkan. Bapa sendiri tanpa Anak dan Roh Kudus adalah Allah secara full. Anak sendiri tanpa Bapa dan Roh Kudus adalah Allah secara full. Dan Roh Kudus sendiri tanpa Bapa dan Anak adalah Allah secara full. Dan itu berarti bahwa ilustrasi-ilustrasi yang menunjukkan sebuah benda dengan 3 unsur yang membentuknya adalah ilustrasi yang salah. Misalnya:
Tritunggal itu seperti rokok di mana ada filter, ada kertas dan ada tembakau tetapi hanya ada 1 rokok.

Kelemahannya adalah : Filter tanpa kertas dan tembakau bukannya rokok. Kertas tanpa filter dan tembakau bukannya rokok. Dan tembakau tanpa kertas dan filter bukannya rokok. Jadi ilustrasi ini salah.

Tritunggal seperti matahari di mana ada sinar, panas dan gas helium tetapi hanya ada 1 matahari.

Kelemahannya adalah : Sinar tanpa panas dan gas helium bukan-nya matahari. Panas tanpa sinar dan gas helium bukannya mata-hari. Dan gas helium tanpa panas dan sinar bukannya matahari. Jadi ilustrasi ini salah.

Tritunggal seperti pohon di mana ada batang, daun dan akar tetapi hanya ada 1 pohon.

Kelemahannya adalah : Batang tanpa daun dan akar bukannya pohon. Daun tanpa batang dan akar bukannya pohon. Akar tanpa daun dan batang bukannya pohon. Jadi ilustrasi ini salah.

Tritunggal seperti manusia di mana ada tubuh, jiwa dan roh tetapi hanya ada 1 manusia.

Kelemahannya adalah : Pertama-tama apakah benar manusia itu terdiri dari 3 yakni tubuh, jiwa dan roh (trikotomi)? Suatu studi yang lebih mendalam justru menunjukkan bahwa jiwa dan roh adalah elemen yang sama dan dengan demikian manusia hanay terdiri dari 2 bagian saja yakni tubuh dan jiwa/roh (dikotomi) sehingga ilustrasi ini menjadi tidak relevan. Tapi seandainya trikotomi yang benar, persoalannya tetap sama yakni tubuh tanpa jiwa dan roh bukannya manusia. Jiwa tanpa tubuh dan roh bukannya manusia. Dan roh tanpa jiwa dan tubuh bukannya manusia. Jadi ilustrasi ini salah.

b. Tritunggal bukanlah 1 pribadi dengan 3 nama / jabatan / fungsi / perwujudan.

Ada yang memahami Allah Tritunggal sebagai 1 pribadi saja tetapi pada zaman PL dikenal sebagai Bapa, pada masa inkarnasi dikenal sebagai Anak / Yesus dan pada masa pasca inkarnasi dikenal sebagai Roh Kudus. Jadi pada dasarnya Allah itu hanya 1 pribadi tetapi mempunyai 3 nama / jabatan / fungsi / perwujudan.

Ilustrasi yang populer untuk konsep ini adalah Pak John di rumahnya sebagai ayah, di kantor sebagai bos, di kampung sebagai lurah, tetapi hanya ada 1 pak John.

Ini konsep yang salah! Doktrin seperti ini dalam sejarah dikenal sebagai paham modalisme atau monarkhianisme. Kelemahan dari konsep ini adalah :

• Ayah, bos dan lurah tidak bisa hadir pada saat yang bersamaan.

• Ayah, bos dan lurah tidak bisa saling berbicara / berkomunikasi.

• Ayah, bos dan lurah tidak bisa saling mengutus

Tetapi Tritunggal bisa :

Bapa, Anak dan Roh Kudus bisa hadir bersamaan misalnya dalam peristiwa Yesus dibaptis.

Matius 3:16-17 - (16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’.

Bapa, Anak dan Roh Kudus bisa saling berbicara / berkomunikasi.

Markus 1:11 - Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."

Yohanes 11:41 - Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.

Roma 8:26 - Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.

Bapa, Anak dan Roh Kudus bisa saling mengutus / diutus.

Galatia 4:4 - Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.

Yohanes 15:26 - Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.

Galatia 4:6 - Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

Jadi jelas bahwa pemahaman tersebut adalah salah. Ingat bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah 3 pribadi berbeda. Jadi Bapa bukan Anak, Anak bukan Roh Kudus dan Roh Kudus bukan Bapa. Tapi Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah.

c. Tritunggal itu berbeda pribadi tetapi memiliki hakikat yang sama dan satu.

Apa itu “hakikat” dan apa itu “pribadi”? Hakikat adalah unsur dasar / zat / inti dari sesuatu sedangkan pribadi adalah hasil personalisasi dari hakikat. Misalnya saya. Saya adalah 1 pribadi yang bernama Esra dan hakikat saya adalah manusia. Demikian juga Umi adalah pribadi tertentu tapi hakikatnya manusia. Nokar adalah pribadi tertentu tapi hakikatnya manusia. Jika demikian sekarang pikirkan bahwa di sini ada 3 orang, katakanlah A, B, dan C. 3 orang ini jelas adalah 3 pribadi berbeda.

Tapi A adalah manusia, B adalah manusia, C juga adalah manusia. Berarti A, B dan C mempunyai hakikat yang sama tapi tetap ada 3 hakikat dan bukan 1 hakikat.

Jadi kalau ada 3 orang maka mereka memiliki 3 pribadi dengan 3 hakikat yang sama. Tapi Allah Tritunggal tidak demikian. Allah Tritunggal itu memiliki 3 pribadi berbeda dengan hakikat yang sama dan satu.

Dan ini membedakan Allah dari manusia yang memiliki hakikat yang sama tapi tidak satu,

d. 3 Pribadi Tritunggal itu setara dalam segala hal.

Maksudnya adalah Bapa tidak lebih besar daripada Anak, Anak tidak lebih besar daripada Roh Kudus dan Roh Kudus tidak lebih besar daripada Bapa. Ketiganya setara.

A.W.Tozer – Di dalam Tritunggal ini tidak ada yang lebih dahulu atau lebih kemudian, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil, tetapi ketiga pribadi itu sama-sama kekal, bersama-sama, dan setara. (Mengenal Yang Maha Kudus, hal. 35)

Dengan demikian gambaran Bapa, Anak dan Roh Kudus yang bersifat hirarki adalah salah.

Seharusnya demikian :

Urut-urutan hanyalah kronologi penyebutan dan seringkali itu dibolak-balik.

Matius 28:19 - Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus

2 Korintus 13:13 - Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.

Efesus 4:4-6 - (4) “… satu Roh, sebagai-mana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, (5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, (6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. ….

Hanya saja pada masa inkarnasi, Anak dengan rela menempatkan diri di bawah Bapa sebagaimana kata Filipi 2:6-8.

Fil 2:6-8 - (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allahitu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Tapi di sini Yesus lebih rendah dalam hal posisi / fungsi dan bukannya dalam hal hakikat. Dalam hal hakikat, Ia tetap setara dengan Bapa.

Ilustrasi : Saya dan Umi sama-sama adalah manusia. Dalam hal ini kami setara. Tapi di gereja ini, dalam hal jabatan, Umi lebih rendah dari saya karena saya adalah Gembala Sidang / Ketua Majelis sedangkan Umi adalah Evangelis. Demikian juga pada masa inkarnasi, Yesus adalah seorang utusan sedangkan Bapa adalah pengutus. Dalam hal ini Bapa lebih besar / lebih tinggi daripada Yesus. Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa Bapa lebih besar daripada Dia.

Yohanes 14:28 – “…Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.

Demikianlah 4 catatan tentang doktrin Tritunggal

*********
Satu hal yang perlu dijelaskan adalah apakah konsep semacam ini menyalahi logika? Sama sekali tidak! Perhatikan definisinya. Doktrin Allah Tritunggal mengatakan bahwa Allah itu 1 di dalam hakikat-Nya tetapi 3 di dalam pribadi-Nya. Terlihat bahwa 3 dan 1 yang dibicarakan di sini menunjuk pada hal yang berbeda di mana 3 menunjuk pada pribadi dan 1 menunjuk pada hakikat. Ini barulah menyalahi logika jika 3 dan 1 menunjuk pada hal yang sama. Misalnya kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 pribadi dan 3 pribadi atau 1 hakikat dan 3 hakikat.

Ilustrasi : Kalau saya mengatakan bahwa saya mempunyai 2 mata dan 4 mata atau saya mempunyai 2 mata kaki dan 4 mata kaki maka itu menyalahi logika karena saya tidak bisa memiliki 2 mata dan 4 mata sekaligus atau 2 mata kaki dan 4 mata kaki sekaligus. Tapi kalau saya mengatakan saya mempunyai 2 mata dan 4 mata kaki maka itu sama sekali tidak salah.

Jadi doktrin Allah Tritunggal ini sama sekali tidak bertentangan dengan logika.

Nah, inilah doktrin Allah Tritunggal dan Allah Tritunggal inilah yang menjadi obyek penyembahan dari orang Kristen dan ini adalah salah satu keunikan agama Kristen. Tidak ada satu agama pun di dunia ini yang mempunyai konsep Allah seperti ini. Agama-agama seperti Yahudi dan Islam serta bidat Saksi Yehovah dan Unitarianisme mempercayai bahwa Allah itu tunggal secara mutlak (1 hakikat, 1 pribadi) sedangkan agama-agama seperti Hindu dan agama-agama kafir Romawi dan Yunani mempercayai ada banyak allah / dewa. (Hindu misalnya, mempercayai adanya 2 juta dewa). Jadi konsep doktrin Allah Tritunggal ada di tengah-tengah monoteisme mutlak dan politeisme.

Memang dalam agama-agama kafir tertentu ada kepercayaan terhadap dewa-dewa 3 serangkai / Triteisme. Misalnya :

Dalam agama Hindu adanya dewa 3 serangkai yang disebut Trimurti yakni Brahma, Wishnu dan Siwa.

Dalam kepercayaan Mesir kuno adalah dewa 3 serangkai yakni Isis, Osirus dan Horus.

Dalam kepercayaan Babel kuno ada dewa 3 serangkai yakni Istar, Sin, Samas.
Dll

Dan ini menyebabkan orang-orang yang anti doktrin Tritunggal seperti Islam, Saksi Yehovah dan Unitarianisme menuduh bahwa kekristenan mengadopsi konsep kafir tersebut ke dalam gereja sehingga menjadi doktrin Allah Tritunggal.

Saksi Yehovah - Diseluruh dunia zaman purba, di Babel dulu, ibadat kepada dewa-dewa kafir yang dikelompokkan dalam tiga serangkai, sangat umum. Pengaruh itu juga umum di Mesir, Yunani, dan Roma pada abad-abad sebelum, selama, dan setelah Kristus. Dan setelah rasul-rasul meninggal, kepercayaan kafir tersebut menyusup ke dalam kekristenan” (Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?, hal. 9,11).

Saksi Yehovah - Sejarawan Will Durant mengatakan: ‘Kekristenan tidak memusnahkan kekafiran; ia menerimanya. ...Dari Mesir datang gagasan mengenai trinitas ilahi.’ Dan dalam buku Egyptian Religion Siegfried Morenz berkata: ‘Tritunggal merupakan hal yang terutama menyita perhatian para teolog Mesir ... Tiga allah digabung dan diperlakukan seperti satu pribadi tunggal, disapa dalam bentuk tunggal. Dengan cara ini kekuatan rohani dari agama Mesir memperlihatkan hubungan yang langsung dengan teologi Kristen.’” (Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?, hal. 11).

Saksi Yehovah - “A Dictionary of Religious Knowledge menyatakan bahwa Tritung¬gal ‘adalah suatu penyelewengan yang dipinjam dari agama-agama kafir, dan dicangkokkan ke dalam iman Kristen’. Dan The Paganism in Our Christianity berkata: ‘Asal usul (Tritunggal) seluruhnya kafir’. (Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?, hal. 11).

Tapi ini adalah tuduhan yang ngawur. Jikalau kita mempelajari lebih dalam konsep-konsep allah 3 serangkai dalam kepercayaan-kepercayaan kafir itu maka jelas konsepnya sangat berbeda dengan konsep Allah Tritunggal.
Tentang Tritunggal Hindu / Trimurti (Brahma, Wishnu dan Siwa).

Ketiganya jelas adalah 3 pribadi berbeda dengan hakikat yang tidak satu. Lagi pula yang satu bisa mempunyai sifat yang kontras dengan yang lain. Misalnya Siwa adalah dewa perusak yang jelas kontras dengan Brahma dan Wishnu yang adalah dewa pencipta dan pemelihara. Selain itu dewa yang satu juga bisa superior terhadap dewa yang lain. Ini jelas berbeda dengan doktrin Tritunggal Kristen yang sama dan satu dalam hakikat-Nya dan tidak ada yang lebih berkuasa daripada yang lain. Ketiga-Nya setara.

Tentang Tritunggal Mesir kuno (Isis, Osirus dan Horus).

Setelah memberikan penjelasan panjang lebar soal Isis, Osirus dan Horus ini, Pdt. Budi Asali memberikan kesimpulannya :

Budi Asali - Kesimpulan dari semua penjelasan tentang kepercayaan Mesir kuno itu adalah bahwa:
Tiga Serangkai Mesir ini adalah bapa, ibu dan anak.
Ada lebih dari 3 dewa, dan ada yang perempuan (dewi), yang kekuatannya berbeda satu sama lain.
Dewa bisa bermusuhan, berkelahi dan membunuh dewa lain.
Dewa-dewa itu mempunyai tubuh yang bisa dirusak / dibunuh, juga bisa disembuhkan / dihidupkan kembali oleh dewa / dewi yang lain.
Dewa bisa kawin dengan dewi dan mempunyai anak, yang juga adalah dewa.
Anak dewa bisa bertumbuh dan bertambah kuat.
Dewi bisa sedih karena kematian suami.
Pada saat seorang dewa mati, ia bisa tetap berkuasa dalam dunia orang mati.

Pikirkan sendiri, apakah ini mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal? (Bagaimana Menaklukkan dan Membongkar Fitnah / Dusta / Kepalsuan Saksi-Saksi Palsu Yehuwa : Jilid 4, hal. 17).
Tentang Tritunggal Babel kuno (Istar, Sin, Samas).

Setelah memberikan penjelasan panjang lebar soal Istar, Sin, Samas ini, Pdt. Budi Asali memberikan kesimpulannya :

Budi Asali – Kesimpulan dari penjelasan tentang kepercayaan Babel kuno ini adalah bahwa:
Lagi-lagi ada lebih dari 3 dewa, yang mempunyai kekuasaan dan keahlian sendiri-sendiri.
Yang disebut tiga serangkai adalah satu dewa dengan satu anak lelaki (dewa) dan satu anak perempuan (dewi). Tetapi sang bapa punya istri dewi lain, dan punya bapa, yang juga adalah dewa lain lagi.
Dewa bisa mempunyai kekuasaan / fungsi yang berbeda pada malam hari dan pada siang hari.
Ada dewa dan dewi yang bisa berpasangan / kawin dan mempunyai anak, yang juga adalah dewa / dewi.
Ada dewi yang melindungi kejahatan (pelacuran dan rumah minum). Dan penyembahan terhadap dewi tersebut mencakup pelacuran dalam kuil.
Dewa yang satu bisa mengambil / menerima kuasa dari dewa yang lain.

Pikirkan sendiri, apakah ini mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal? (Bagaimana Menaklukkan dan Membongkar Fitnah / Dusta / Kepalsuan Saksi-Saksi Palsu Yehuwa : Jilid 4, hal. 27).

Akhirnya Pdt. Budi Asali, setelah menguraikan masing-masing kepercayaan dewa 3 serangkai dalam berbagai kepercayaan kafir yang ada, lalu membuat kesimpulan umum demikian :

Budi Asali – “…kalau cerita perdewaan itu diuraikan seluruhnya, terlihat secara sangat menyolok, bahwa itu sama sekali berbeda dan tidak ada hubungannya dengan doktrin Allah Tritunggal. Tidak ada agama lain yang mempunyai konsep Tritunggal (1 hake¬kat, 3 pribadi yang setingkat). Yang ada pada mereka adalah kepercayaan terhadap 3 allah / dewa (Polytheisme / Tritheisme), dan 3 dewa itu mempunyai daerah kekuasaan dan kemampuan sendiri-sendiri, dan kekuatan yang berbeda satu dengan yang lain, dan masih ditambah lagi dengan banyak dewa dan dewi yang lain, dan kadang-kadang bahkan masih ditambah dengan banyak tiga serangkai yang lain. Ini sangat berbeda dengan konsep kristen tentang Allah Tri¬tunggal. (Bagaimana Menaklukkan dan Membongkar Fitnah / Dusta / Kepalsuan Saksi-Saksi Palsu Yehuwa : Jilid 4, hal. 35)

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa konsep tentang Allah Tritunggal adalah konsep yang unik dan tiada duanya di dunia ini. Tidak ada agama mana pun yang mempunyai konsep seperti ini.

*******
Setelah saya jelaskan tentang doktrin Tritunggal ini terlihat dan terasa bahwa doktrin ini sangat sukar dipahami bukan? Mengapa sukar? Karena memang kita sedang berbicara tentang Allah. Dan Alkitab menggambarkan Allah sebagai :

a. Berada di atas atau melampaui segala pikiran dan pengertian manusia.

Ayub 11:7-9 - (7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit -- apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati -- apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera.

Ayub 36:26 - Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahunNya tidak dapat diselidiki”.

Ayub 37:22-23a - (22) Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat. (23) Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, ....”

Mazmur 139:6 - Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.

b. Tidak sama seperti siapa pun atau apa pun.

Yes 40:18,25 - (18) Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia? (25) Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.

Yesaya 46:5,9 – (5) Kepada siapakah kamu hendak menyamakan Aku, hendak membandingkan dan mengumpamakan Aku, sehingga kami sama? (9) Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku.

Karl Barth - Allah itu adalah Ia yang tidak pernah identik dengan apa yang disebut sebagai Allah, yang dialami sebagai Allah, yang dirindukan dan disembah… (Horst G. Poehlmann, Allah itu Allah - Potret 6 Teolog Besar Kristen Protestan Abad Ini, hal.15).

Note : Karena Allah tidak sama seperti apa pun atau siapa pun maka jelas tidak ada ilustrasi apa pun yang bisa dipakai untuk menggambarkan Allah.

Stephen Tong - Biasanya kita mengerti sesuatu karena sesuatu itu mempunyai persamaan dengan sesuatu yang lain, sehingga melalui persamaan itu kita menemukan analoginya. Karena ada persamaan, kita mempunyai jembatan analogis untuk pengertian kita, sehingga dari sesuatu yang sudah dimengerti kita loncat ke sesuatu yang belum kita mengerti, akhirnya kita mengerti semuanya. Tetapi di dalam kita mengerti Allah, tidak ada pembanding-Nya, tidak ada persamaan-Nya, sehingga tidak bisa dimengerti dengan rasio sepenuhnya. (Allah Tritunggal, hal.16).

Karena 2 alasan ini maka sangatlah logis jika Allah itu sukar dimengerti atau dipahami sepenuhnya oleh pikiran / rasio manusia.

Loraine Boettner - Tidak perlu heran bahwa di dalam keallahan kita menemukan bentuk kepribadian yang unik dan berbeda dengan yang ditemukan di dalam manusia. Di dalam tingkat yang berkembang di dalam dunia, kita berpindah dari yang sederhana ke yang kompleks. Tanaman hidup tetapi tidak memiliki kesadaran. Binatang memiliki perasaan. Manusia jauh lebih tinggi dari binatang dengan memiliki akal budi, kesadaran moral dan jiwa kekal. Tingkatan yang tinggi di dalam manusia tidak dimengerti sama sekali oleh binatang, burung, dll. Maka tidak perlu heran apabila kita tidak bisa mengerti Allah Tritunggal. (Studies in Theology, hal.108).

Jadi kalau pikiran kita sukar memahami Allah sepenuhnya, itu justru masuk akal dan benar. Tapi jikalau pikiran tidak mengalami kesulitan apa pun di dalam memahami Allah, maka menjadi tidak masuk akal dan tidak benar. Allah yang dengan mudah dipahami akal pastilah bukan Allah yang benar dan sungguh-sungguh karena Ia menjadi lebih kecil dari akal dan dikuasai oleh akal.

Karl Barth - Allah bukanlah Allah, seandainya Dia bukan Dia yang sama sekali lain, Dia yang asing, yang tak terpahami, seandainya Dia cuma perpanjangan dunia. (Horst G. Poehlmann; Allah Itu Allah, hal. 13-14).

Robert Crossley - Allah yang dapat dipahami seluruhnya adalah bukan Allah. (Tritunggal Yang Esa, hal. 40).

Nah, sekarang pikirkan! Apakah konsep Allah dalam agama-agama non Kristen sukar untuk dipikirkan? Sama sekali tidak! Akal kita dengan mudah dapat memahami konsep yang mengatakan bahwa ada banyak Allah / dewa dan sekaligus kita melihat ketidaklogisan dari konsep politeisme seperti ini karena mustahil ada lebih dari 1 pribadi yang terpisah total yang memiliki kedaulatan yang mutlak atas segala sesuatu. Akal kita juga dengan mudah dapat memahami konsep yang mengatakan bahwa Allah itu 1 hakikat dan 1 pribadi. Terlalu mudah menemukan analogi dari konsep Allah seperti ini. Tapi ini jelas berbeda dengan konsep tentang Allah Tritunggal yang dipegang Kristen. Ada 3 pribadi berbeda tetapi memiliki kesamaan dan kesatuan hakikat. Bapa bukan Anak, Anak bukan Roh Kudus, Roh Kudus bukan Bapa, tapi Bapa adalah Allah, Anak adalah Allahm Roh Kudus adalah Allah. Tapi di sana tidak ada 3 Allah melainkan 1 Allah. Bandingkan ini dengan Pengakuan Iman Athanasius.

Pengakuan Iman Athanasius: 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan. (A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal. 117-118).

Kebenaran ini bukan bertentangan dengan akal tetapi melampaui akal dan karenanya sukar dipahami akal.

Loraine Boettner - Ketika kita memandang Allah Tritunggal, kita merasa seperti orang yang memandang langsung matahari pada tengah hari. (Studies in Theology, hal. 124).

Tapi justru dalam hal sukar dipahami inilah kita boleh yakin bahwa kita sementara menyembah Allah yang benar, yang lebih tinggi dari akal dan pikiran kita yang paling cerdas, yang jauh berada di atas segala sesuatu sehingga tidak sama seperti apa pun.

Michael de Milinos - Kita akan dapat mengunjung Allah lebih tinggi, jikalau kita mengetahui bahwa Allah itu tak dapat dimengerti dan berada di luar jangkauan pengertian kita…” (A.W.Tozer; Mengenal Yang Maha Kudus, hal. 31-32).

Sekali lagi, semua agama mempunyai konsep Allah yang begitu sederhana dan begitu mudah dipahami. Dan itu seharusnya membuat kita curiga, apakah mereka sedang menyembah Allah yang benar? Tapi kekristenan lain sendiri, kekristenan unik, karena konsep Allahnya begitu tinggi, melampaui akal tetapi karena itu jugalah maka menjadi masuk akal. Biarlah setiap orang Kristen menyadari keunikan ini dan menyembah Allah Tritunggal sebagai Allah yang sejati.

Pada tahun 1783-1826 hiduplah seorang bernama Reginald Heber. Ia adalah seorang dari gereja Anglican Inggris tetapi menjadi missionaris yang bertugas di India.

Dalam satu perenungan pribadinya, ia bertemu dengan ayat Kitab Suci Wah 4:8.

Wahyu 4:8 - Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Ia juga bertemu dengan ayat sejenis yakni Yesaya 6:3.

Yesaya 6:1-3 – (1) “…. aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. (2) Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!

Ia merasa heran mengapa para malaikat memuji Allah dengan mengatakan kata “kudus” sebanyak tiga kali? Dalam perenungan selanjutnya ia sadar bahwa pujian para malaikat yang memakai kata ”kudus” sebanyak tiga kali ini pasti berkaitan dengan 3 pribadi Allah Tritunggal. Berarti “Kudus, kudus, kudus” adalah pujian kepada Allah Tritunggal. Ia pun lalu menciptakan lagu pujian kepada Allah Tritunggal berdasarkan ayat-ayat ini.

Holy, holy, holy, Lord God Almighty

Early in the morning our song shall rise to Thee

Holy, holy, holy, merciful and mighty

God in three Persons blessed Trinity

Lagu ini begitu agung dan indah karena dicipta dengan suatu perpaduan teologia dan musik yang hebat di mana karena menyadari bahwa Allah Tritunggal begitu tinggi maka nada yang diberikan untuk kata-kata “Holy…Holy…Holy…” juga meninggi (1 1 3 3 5 5) dan mencapai puncaknya pada kata-kata “God ini three Persons” atau “Allah Tritunggal” (1 5 5 6 3). Tapi juga sambil meninggikan Allah Tritunggal, manusia harus mendapati bahwa ia begitu rendah di hadapan Allah. Karena itu ketika nada lagu ini meninggi pada “Holy..Holy…Holy”, bassnya justru merendah. (1 1 6 6 5 5). Ya, lagu Reginald Heber ini begitu indah dan luhur. Kiranya kita dapat merenungkannya dan menyanyikannya dengan sungguh-sungguh bagi kemuliaan Allah Tritunggal yang kita sembah, Allah yang unik, tiada bandingnya.

Suci, suci, suci Tuhan Maha Kuasa

Dikau kami puji di pagi yang teduh

Suci, suci, suci, murah dan perkasa

Allah Tritunggal, agung namaMu

Suci, suci, suci! Kaum kudus tersungkur

di depan takhtaMu memb`ri mahkotanya

Segenap malaikat sujud menyembahMu

Tuhan, Yang Ada s`lama-lamanya

Suci, suci, suci! Walau tersembunyi

walau yang berdosa tak nampak wajahMu

Kau tetap Yang Suci, tiada terimbangi

Kau Mahakuasa, murni kasihMu

Suci, suci, suci! Tuhan Mahakuasa

Patut Kau dipuji seluruh karyaMu

Suci, suci, suci, murah dan perkasa

Allah Tritunggal, agung namaMu.

II. KONSEP DOSANYA UNIK.

Hampir semua agama di dunia ini mempunyai konsep dosa. Dan semua agama yang mempunyai konsep dosa ini menyakini bahwa semua penganutnya atau bahkan semua manusia di dunia ini adalah orang berdosa. Tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang tidak pernah berdosa. Sampai disini tentu saja kekristenan sama dan setuju karena sesuai dengan Rom 3:23 dan Pengkh 7:20.

Roma 3:23 - Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

Pengkh 7:20 - Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!

Tetapi sekalipun semua agama itu melihat manusia sebagai orang berdosa, mereka masih tetap menilai manusia cukup tinggi di dalam hal moral sehingga beranggapan bahwa manusia masih sanggup berbuat baik, bahkan berbuat baik yang memperkenankanm hati Tuhan dan layak diganjari dengan keselamatan / surga. Pada titik inilah kekristenan mulai berbeda dan berpisah dengan semua agama. Kekristenan bukan hanya menilai manusia sebagai orang berdosa, tetapi bahwa manusia berdosa itu telah mengalami apa yang disebut sebagai “Total Depravity” (kebejadan total) di mana manusia berdosa itu hanya dapat berbuat dosa dan tidak dapat berbuat sesuatu yang baik di mata Tuhan.

Bahwa manusia berdosa tidak dapat berbuat sesuatu yang baik, ini dinyatakan secara eksplisit dalam ayat-ayat berikut :

Roma 3:10,12 – (10) seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.

Roma 7:18 - Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.

Titus 1:15 – “….bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci,karena baik akal maupun suara hati mereka najis.

Markus 10:18 - Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.

Selain itu ada juga sejumlah ayat yang sekalipun tidak eksplisit, tetapi tidak bisa tidak mengajarkan bahwa manusia berdosa tidak dapat berbuat kebaikan.

Kejadian 6:5 - Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.

Pengkhotbah 9:3 - Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusia pun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.

Matius 7:16-18 - (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.

Ayat ini menunjukkan bahwa pohon yang tidak baik tidak bisa menghasilkan buah yang baik. Gara-gara dosa Adam, maka semua manusia lahir sebagai orang berdosa (pohon yang tidak baik), dan karena itu jelas bahwa tidak ada orang yang bisa menghasilkan buah yang baik / perbuatan baik.

Yoh 8:34b - “setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa”.

Istilah ‘hamba’ perlu ditekankan di sini. Dengan manusia dinyatakan sebagai ‘hamba dosa’, itu jelas menunjukkan bahwa ia selalu / terus menerus menuruti dosa, dan tidak bisa berbuat baik. Ini dinyatakan secara lebih jelas oleh Rom 6:20 :

Roma 6:20 - Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.

Istilah ‘bebas dari kebenaran’ itu jelas menunjukkan bahwa manusia berdosa itu tidak bisa berbuat apa pun yang benar.

Yohanes 15:4-5 - (4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Sama seperti ranting anggur tidak bisa berbuah kalau tidak melekat pada pokok anggur, demikian juga manusia di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat apapun yang baik.

Roma 8:7-8 - (7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

Lalu ada juga ayat-ayat yang dinyatakan pada orang / kelompok tertentu yang menyatakan bahwa mereka tidak dapat berbuat baik.

Yeremia 4:22 - Sungguh, bodohlah umatKu itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu.

Yeremia 13:23 - Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?

Jadi kekristenan tidak hanya mengajarkan bahwa semua orang adalah orang berdosa tetapi juga bahwa orang berdosa itu tidak dapat melakukan satu hal baik pun.

Tetapi mengapa bisa begitu? Bukankah dalam pengalaman kita sehari-hari, kita dapat melihat ada orang-orang berdosa bahkan dari agama lain yang bisa melakukan hal-hal yang baik seperti jujur, nenolong orang susah, menyumbang panti asuhan, dll? Apakah itu bukan kebaikan? Tentu saja itu adalah kebaikan tapi di sini yang kita bicarakan adalah kebaikan di mata Tuhan atau kebaikan yang memperkenankan hati Tuhan. Untuk yang ini, memang benar-benar tidak ada satu orang pun yang dapat dikatakan telah berbuat baik.

G. I. Williamson - Karena manusia itu rusak dan dikotori dalam setiap bagian, ia berbuat dosa terus menerus. ... Ia tidak bisa melakukan apa pun yang bukan dosa dari sudut pandang Allah. (The Westminster Confession of Faith, hal 55).

Tapi mengapa demikian? Karena Allah telah menetapkan begini :

Ibrani 11:6 - Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. ….

Roma 14:23 – “…. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.

Tentang 2 ayat ini Pdt. Budi Asali berkata :

Budi Asali - Perlu ditekankan di sini bahwa dalam konteks Kitab Suci, ‘iman’ artinya adalah ‘iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat’. Jadi, ‘iman’ di sini tidak bisa diartikan ‘iman dalam agama lain’, ataupun ‘iman kepada Kristus sebagai dokter, penyembuh, pemberi berkat, dsb’. (Calvinisme Yang Difitnah : Jilid 1, hal.60).

Jadi sekalipun seorang berbuat baik tapi kalau dalam dirinya tidak ada iman kepada Kristus maka perbuatan baiknya itu tidak berkenan kepada Allah (Ibr 11:6) dan bahkan adalah dosa (Rom 14:23). Jadi kalau ada orang yang menolong orang miskin, itu sebenarnya baik. Tapi karena orang itu tidak beriman / memiliki iman, maka itu menjadi dosa sehingga dengan menolong orang ia menjadi berdosa. Kalau ada orang yang membantu korban bencana, itu sebenarnya baik. Tapi karena orang itu tidak beriman / memiliki iman, maka itu menjadi dosa sehingga dengan membantu korban bencana ia menjadi berdosa. Kalau ada orang yang memberikan sumbangan untuk gereja, itu sebenarnya baik. Tapi karena orang itu tidak beriman / memiliki iman, maka itu menjadi dosa sehingga dengan memberikan sumbangan untuk gereja ia menjadi berdosa. Kalau ada orang yang rajin mengikuti kebaktian, itu sebenarnya baik. Tapi karena orang itu tidak beriman / memiliki iman, maka itu menjadi dosa sehingga dengan rajin mengikuti kebaktian ia menjadi berdosa. Kalau ada orang yang terlibat pelayanan di gereja, itu sebenarnya baik. Tapi karena orang itu tidak beriman / memiliki iman, maka itu menjadi dosa sehingga dengan terlibat pelayanan di gereja, ia menjadi berdosa, dll. Dengan konsep semacam ini maka bagi seorang yang tidak beriman, apa saja yang dia lakukan (entah jahat ataupun baik) adalah dosa dan menambah dosanya.

Kalau berbuat baik pun hanya menambah dosa, lebih baik tidak berbuat baik supaya dosa jangan bertambah. Jikalau menolong orang miskin membuat saya menjadi berdosa, lebih baik tidak usah menolong supaya tidak berdosa. Jikalau memberikan sumbangan untuk gereja membuat saya menjadi berdosa, lebih baik tidak usah memberikan sumbangan supaya tidak berdosa. Jikalau rajin berbakti membuat saya menjadi berdosa, lebih baik tidak usah berbakti supaya tidak berdosa. Jikalau terlibat di dalam pelayanan membuat saya menjadi berdosa, lebih baik tidak usah terlibat di dalam pelayanan supaya tidak berdosa, dll. Memang masuk akal pemikiran demikian. Tapi jangan lupa ada juga ayat Firman Tuhan yang lain.

Yakobus 4:17 - Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Jadi kalau saudara tahu menolong orang miskin itu baik tapi saudara tidak menolongnya, saudara berdosa. Kalau saudara tahu memberikan sumbangan untuk gereja itu baik tapi saudara tidak memberikannya, saudara berdosa. Kalau saudara tahu rajin berbakti itu baik tapi saudara tidak rajin berbakti, saudara berdosa. Kalau saudara tahu terlibat dalam pelayanan itu baik tapi saudara tidak mau terlibat, saudara berdosa. Kalau begitu, bagi seorang yang tidak beriman, berbuat jahat adalah dosa, berbuat baik juga dosa, tidak berbuat baik juga dosa. Tiga hal ini (berbuat jahat, berbuat baik, tidak berbuat baik) jika adalah dosa maka ini telah mengurung seorang manusia pada keadaan bejad secara total di hadapan Allah. Maksudnya adalah hidupnya di hadapan Tuhan semata-mata adalah dosa. Tidak ada bagian dari hidupnya yang tidak menjadi dosa. Dosanya full dan perbuatan baiknya (di hadapan Allah) nol (0).

Inilah konsep dosa dalam kekristenan. Dan jelas konsep ini tidak ada duanya. Agama-agama yang lain paling-paling mengatakan bahwa semua manusia adalah orang berdosa atau ada orang-orang tertentu yang dosanya besar sekali. Tapi mereka tetap saja mengakui bahwa manusia berdosa itu bisa berbuat baik dan lalu diselamatkan melalui perbuatan baik mereka itu. Kekristenan menolak pemikiran yang demikian dan ini akan saya jelaskan lebih dalam pada point berikut. Yang jelas dengan konsep semacam ini maka kekristenan melihat orang berdosa benar-benar dalam kondisi hitam legam tanpa satu titik putih pun di mata Allah. Ini unik karena tidak ada agama atau kepercayaan lain mana pun yang memiliki konsep yang demikian.

III. KONSEP KESELAMATANNYA UNIK.

Dalam konsep keselamatan, kekristenan juga berbeda dan sekaligus unik dibandingkan dengan semua kepercayaan yang ada di dunia ini. Beberapa hal dapat dicatat di sini :

a. Kekristenan mempunyai prinsip “Allah mencari manusia”.

Prinsip ini unik karena tidak ada agama yang mengajarkan demikian. Semua agama berdiri di atas prinsip bahwa manusialah yang mencari Allah.

Thomas Arnold - Perbedaan antara kekristenan dan semua sistim agama lain sebagian besar terletak di sini, yaitu bahwa dalam agama-agama lain, manusia didapati mencari Allah, sedangkan kekristenan adalah Allah mencari manusia. (‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal. 95).

Mengapa Kristen mempunyai konsep yang demikian? Ini ada kaitannya dengan dosa karena pada dasarnya dosa adalah penyimpangan manusia dari Allah sehingga manusia berdosa itu dianggap tersesat / terhilang dari Allah.

Yesaya 53:6 - Kita sekalian sesat seperti domba….

Mazmur 119:176 - Aku sesat seperti domba yang hilang….

1 Petrus 2:25 - Sebab dahulu kamu sesat seperti domba….

Sekarang pikirkan mana yang masuk akal. Apakah yang terhilang yang mencari yang kehilangan atau yang kehilangan yang mencari yang terhilang? Kalau anda kehilangan HP, apakah anda yang mencari HP itu atau HP yang mencari anda? Sudah pasti yang kehilangan yang mencari yang terhilang bukan? Itulah sebabnya kelanjutan dari Maz 119:176 yang dikutip di atas berbunyi :

Mazmur 119:176 - Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, ….

Bandingkan :

Matius 10:6 – “….pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Tapi mungkin ada yang protes. Kalau HP yang hilang, memang HP tidak bisa mencari manusia tapi sekarang yang hilang adalah manusianya. Manusia bukan HP dan HP bukan manusia. Jadi HP tidak bisa mencari tuannya tapi manusia bisa mencari Tuhan / Allah. Itu masuk akal. HP bukan manusia dan manusia bukan HP tapi masalahnya apakah Alkitab menggambarkan bahwa manusia yang dianggap sesat seperti domba itu mencari tuannya? Perhatikan kalimat selanjutnya dari Yes 53:6.

Yesaya 53:6 - Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, ….

Tentang kata-kata : “masing-masing kita mengambil jalannya sendiri” Calvin memberikan komentar :

Calvin - ‘Kita sekalian / semua kita sesat seperti domba’ (Yesaya 53:6). ... Maka artinya adalah kita semua sesat dari jalan keselamatan, dan berjalan di jalan kehancuran. (Commentary on the First Epistle of Peter, hal. 83).

Dari sini terlihat bahwa manusia berdosa (sekalipun bukan HP), tetap saja tidak mencari Allah. Semua manusia berdosa sedang berjalan di jalan kehancuran sebagaimana kata Calvin. Semakin lama semakin menjauh dari Allah. Tidak ada yang mencari Allah.

Roma 3:11 - Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah.

Di sinilah kekristenan mempunyai konsep yang terbalik dari semua agama. Kekristenan percaya bahwa bukan manusia berdosa yang mencari Allah tetapi Allahlah yang mencari manusia berdosa. Perhatikan kisah dalam kejatuhan manusia yang pertama.

Kejadian 3:8-9 – (8) Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. (9) Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”

Terlihat bahwa pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka tidak mencari Allah. Mereka justru bersembunyi. Allahlah yang mencari mereka dengan memanggil : “Di manakah engkau?”

Bandingkan :

Yeh 34:16 - Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya”.

Dan itu dilakukan melalui kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini.

Lukas 19:10 - Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Jadi prinsip yang benar adalah Allah yang mencari manusia dan bukannya manusia yang mencari Allah.

Tetapi bagaimana dengan sejumlah ayat Kitab Suci yang menyuruh manusia mencari Allah? Misalnya :

Yesaya 55:6 - Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!

Mazmur 105:4 - Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!

Mazmur 27:8 - Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.

Amos 5:4,6 – (4) Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: "Carilah Aku, maka kamu akan hidup! (6) Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup, supaya jangan Ia memasuki keturunan Yusuf bagaikan api, yang memakannya habis dengan tidak ada yang memadamkan bagi Betel.

Kelihatannya ayat-ayat ini bertentangan dengan apa yang saya katakana bukan? Tidak! Ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari Allah ini, tidak menunjukkan bahwa manusia bisa mencari Allah atau ada manusia yang mencari Allah. Manusia mungkin sekali ikut agama tertentu untuk mencari keselamatan. Mereka bisa saja mencari berkat Allah. Tetapi manusia tidak mungkin mencari Allah. Sebetulnya manusia bisa mencari Allah, tetapi itu baru bisa terjadi kalau Allah sudah terlebih dahulu mencari dia dan bekerja di dalam dirinya, sehingga ia lalu mencari Allah. Kalau Allah tidak mencari manusia lebih dulu dan bekerja di dalam diri manusia itu, maka manusia itu tidak akan mencari Allah.

William Barclay – Jauh pada abad ke-12, Santo Bernardus sering mengatakan kepada para biarawannya, "Sepagi apa pun kalian bangun dan menaikkan doa di kapel, pada pagi hari yang dingin di pertengahan musim dingin, atau bahkan di tengah malam buta, kalian akan selalu menjumpai Allah sudah bangun sebelum kalian, la menantikan kalian - yah, Dialah yang telah membangunkan kalian untuk mencari wajah-Nya." (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 219).

Jadi, prinsip yang benar tetap adalah ‘Allah mencari manusia’, bukan ‘manusia mencari Allah’. Kalau ada orang yang mencari Allah dan menemukan-Nya, artinya Allah telah lebih dahulu mencari dan menemukannya dan menarik dia kepada-Nya.

Anonim – Sekarang telah kutemukan Dia yang menemukanku.

Kita bersyukur bahwa bukan kita yang mencari Allah karena kalau pun kita yang mencari Allah, belum tentu atau bahkan pasti kita tidak menemukan Allah. Tapi kalau Allah yang mencari kita, sudah pasti Dia menemukan kita.

Esra Alfred Soru - Ya! Semua agama mengajarkan bahwa manusia harus mencari Allah. Dan sebetulnya ini tidak masuk akal. Jikalau dikatakan bahwa manusia mencari Allah, itu seolah-olah menunjukkan bahwa Allahlah yang hilang dan karenanya manusia berusaha menemukan Dia. Tetapi faktanya adalah manusialah yang terhilang dan Allahlah yang mencarinya. Juga kalau manusia mencari Allah, bagaimana ia bisa menemukannya? Mustahil! Tetapi kalau Allah yang mencari manusia, mustahil Ia tidak menemukannya. (Bagaimana Kristus Menilai Gereja-Nya, hal. 394-395).

Agama-agama lain berpikir mereka sedang mencari Allah, padahal mereka sedang berjalan menuju kebinasaan / kehancuran tapi kita bersyukur bahwa Allah di dalam Kristus menemukan kita dan menyelamatkan kita.

b. Kekristenan mempunyai konsep penebusan dosa.

Keunikan lain dari kekristenan adalah adanya konsep penebusan dosa di mana manusia berdosa seharusnya dihukum oleh Allah tetapi Yesus Kristuslah yang mengorbankan diri-Nya untuk mati dan menggantikan manusia dan dengan demikian menebus dosa-dosa manusia. Sekarang bandingkan dengan kutipan berikut :

Subhadra Bhiksu: A Buddhist Catechism: Tak seorangpun bisa ditebus oleh orang lain. Tidak ada Allah dan tidak ada orang suci yang bisa membentengi seorang manusia dari konsekuensi dari tindakan jahat. Setiap orang dari kita harus menjadi penebusnya sendiri. (‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal. 590).

Jelas bahwa agama Budha (dan juga semua agama) memang percaya bahwa manusia sendirilah yang harus menanggung semua akibat dosanya. Lalu mengapa kekristenan percaya pada konsep penebusan dosa?

Begini, para teolog Kristen percaya bahwa di hadapan fakta dosa manusia, terjadilah ketegangan antara 2 sifat Allah yakni kasih dan keadilan. Allah adalah Allah yang adil yang menuntut adanya penghukuman bagi setiap dosa sekecil apa pun.

Ayub 10:14 - kalau aku berbuat dosa, maka Engkau akan mengawasi aku, dan Engkau tidak akan membebaskan aku dari pada kesalahanku.

Nah 1:3 - TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.

Tetapi Allah juga adalah Allah yang penuh kasih. Dia pengasih dan penyayang, sabar dan berlimpah kasih setia.

Mazmur 103:8-9 – (8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9) Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. (10) Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita

Ini penting untuk ditekankan karena ada banyak orang baik Kristen maupun non Kristen berpikir mengapa Allah tidak mengampuni dosa manusia begitu saja? Mengapa harus ada penghukuman lagi? Mengapa harus ada penebusan dosa segala? Perhatikan kutipan berikut ini :

Ajith Fernando – Jika Allah langsung mengumumkan pengampunan, maka pengampunan itu dijadikan murahan. Dosa kita terlalu serius untuk ditanggapi seperti itu. Kita terlalu signifikan sehingga kesalahan kita tidak bisa diperlakukan dengan begitu acuh tak acuh. (Supremasi Kristus, hal. 155).

Jadi kalau ada manusia berdosa, kasih Allah menuntut untuk mengampuninya tetapi keadilan Allah menuntut untuk menghukumnya dan tidak membebaskannya.

Bilangan 14:18 - TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.

Perhatikan ayat ini baik-baik. Dalam ayat ini 2 sifat Allah ditampilkan bersama-sama. Kata-kata : “berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran” menunjukkan kasih Allah sedangkan kata-kata : “sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman” menunjukkan keadilan Allah.

Karena itulah dikatakan terjadilah ketegangan dalam diri Allah, terjadi tarik menarik antara 2 sifat Allah ini. Di satu sisi Ia harus mengampuni orang berdosa itu karena kasih-Nya tapi di sisi lain Ia harus menghukum orang berdosa itu karena keadilan-Nya. Jika ada orang berdosa di hadapan-Nya dan Ia lalu mengampuninya begitu saja, lalu di mana keadilan-Nya? Tapi kalau Ia lalu menghukumnya dengan segera, lalu di mana kasih-Nya? Bagaimana Ia harus tetap mengampuni orang berdosa itu sambil tetap menghukumnya? Bagaimana Ia harus menghukum dosa itu tapi sekaligus mengampuninya? Ketegangan semacam ini hanya mendapatkan solusinya dengan adanya ide tentang substitusi / penggantian dari orang berdosa itu. Jadi misalkan si A berdosa maka dibutuhkan orang lain yang berdiri di sana untuk menggantikan si A menerima hukuman atas dosa itu sehingga keadilan Allah terpuaskan. Dan kalau itu yang terjadi maka secara otomatis si A tidak lagi menerima hukuman atas dosanya. Ia bebas, ia diampuni dan dengan demikian kasih Allah nyata atas diri A.

Tapi bukankah dengan mengalihkan hukuman yang seharusnya diterima si A kepada orang lain maka Allah menjadi Allah yang tidak adil karena menghukum orang yang tidak bersalah? Jelas saja itu sebuah ketidakadilan kalau pihak yang dihukum itu benar-benar orang lain. Tapi bagaimana kalau pihak yang dihukum itu adalah yang menjatuhkan hukuman itu sendiri? Untuk menggambarkan ini, saya kutipkan sebuah cerita yang diangkat seorang teman di Facebook. Soal benar atau tidak, tidak jadi soal tapi kisah itu sendiri dapat menggambarkan apa yang saya maksudkan. Berikut ini kisahnya :
“Di ruang sidang pengadilan, hakim Marzuki duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa PU terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong. Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, cucunya lapar,.... namun manajer PT A*K (B grup ) tetap pada tuntutannya, agar menjadi contoh bagi warga lainnya. Hakim Marzuki menghela nafas, dia memutus di luar tuntutan jaksa PU, 'maafkan saya', katanya sambil memandang nenek itu, 'saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum. Saya mendenda anda 1 juta rupiah dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa PU'. Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam, sementara hakim Marzuki mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil dan memasukkan uang 1 juta rupiah ke topi toganyaserta berkata kepada hadirin. "Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini sebesar 50 ribu rupiah, sebab menetap di kota ini, yang membiarkan seseorg kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya, saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa." Sampai palu diketuk dan hakim Marzuki meninggalkan ruang sidang, nenek itu pun pergi dengan mengantongi uang 3,5 juta rupiah, termasuk uang 50 ribu yang dibayarkan oleh manajer PT AK* yang tersipu malu karena telah menuntutnya”.

Tentu saja tidak semua cerita ini sesuai dengan konsep yang saya jelaskan tetapi apa yang dilakukan hakim Marzuki jelas menyeimbangkan keadilan dan kasih. Karena rasa keadilan, ia harus tetap menjatuhkan hukuman kepada si nenek itu dengan denda 1 juta. Tapi karena rasa kasih ia sendiri membayar yang 1 juta itu. Ini akan menjadi tidak adil apabila hakim Marzuki meminta orang lain yang tidak bersalah dalam pencurian itu untuk membayar denda karena pencurian itu. (Kalau hakim Marzuki mendenda hadirin yang ada, itu dengan tuduhan yang berbeda, bukan dengan tuduhan mencuri melainkan membiarkan ada orang miskin di kota mereka tanpa ditolong). Tapi itu bukanlah ketidakadilan jika ia atas kehendaknya sendiri menanggung hukuman yang ia jatuhkan sendiri kepada si nenek yang bersalah.

Nah, demikian juga jika Allah menghukum pihak lain karena dosa manusia, maka Ia berlaku tidak adil. Tapi bukanlah ketidakadilan apabila Ia atas kerelaan-Nya sendiri bersedia menanggung hukuman yang Ia sendiri jatuhkan untuk orang berdosa. Ia yang menghukum dan Ia sendiri yang menerima / menanggung hukuman itu. Itu adalah tindakan kasih bukan ketidakadilan.

Ajith Fernando – Tetapi di sini Hakimnyalah yang dihukum. Guillebaud berkata : Pengganti yang mati di Kalvari menyatakan diri-Nya sebagai Hakim seluruh dunia (Matius 12:41-42; 25:31-46). (Supremasi Kristus, hal. 152).

Dengan menjatuhkan hukuman atas dosa manusia maka keadilan Allah terpuaskan. Dan dengan terbebasnya manusia dari hukuman-Nya maka kasih-Nya terpuaskan.

Ajith Fernando - Dia memberlakukan hukum kasih. Dia mengizinkan hukum itu menyelamatkan kita. Tetapi Dia melakukannya tanpa melanggar hukum keadilan atau membatalkan tuntutan-Nya. Apa yang Dia lakukan dalam kasih adalah untuk memuaskan tuntutan tersebut. Tuntutan keadilan tidaklah diabaikan atau dibatalkan. Tuntutan tersebut dipenuhi. Satu-satunya jalan Allah bisa melakukan hal tersebut adalah melalui hukuman yang ditanggung Anak-Nya yang tanpa dosa bagi kita. (Supremasi Kristus, hal. 137).

Ya, begitulah konsepnya. Tapi di balik konsep semacam itu harus ada seorang pengganti bukan? Pengganti yang menerima semua hukuman yang dijatuhkan Allah atas dosa manusia. Pengganti itulah yang menyebabkan manusia selamat dari hukuman Allah dan karenanya penggantinya disebut sebagai juruselamat. Dan supaya Allah tidak bertindak tidak adil maka pengganti-Nya adalah diri-Nya sendiri seperti yang sudah saya ilustrasikan di atas. Tapi bagaimana Allah di surga dapat menerima hukuman yang Ia jatuhkan sendiri sedangkan hukumannya hanya cocok diterima manusia yakni mati sesuai Kej 2:17 dan Roma 3:23? (Allah tidak bisa mati). Caranya adalah Allah berinkarnasi / menjelma menjadi manusia. Dan itulah yang sudah Ia lakukan dengan datang ke dalam dunia ini, menjadi manusia Yesus Kristus. Yesus Kristus inilah yang nantinya menerima / menanggung semua hukuman atas dosa manusia di atas kayu salib. Dialah pengganti kita.

Yesaya 53:4-6 - (4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Ya, hukuman kita ditanggung oleh Yesus Kristus yang adalah Allah sendiri. Dosa kita dibayar oleh Dia yang telah menuntut pembayaran itu. Karena itu dengan tepat Yesus disebut sebagai Juruselamat dan penebus dosa manusia.

Inilah konsep penebusan dosa. Konsep ini begitu agung dan dalam karena ini keluar dari hikmat Allah yang sangat tinggi / besar. Itulah sebabnya William H. Doan menulis lagu tentang ini dalam NKB 03 :

Terpujilah Allah, hikmat-Nya besar,

Begitu kasih-Nya ‘tuk dunia cemar,

Sehingga dib’rilah Putra-Nya Kudus

Mengangkat manusia serta menebus.

Refrein:

Pujilah, pujilah! Buatlah dunia bergemar,

Bergemar mendengar suara-Nya.

Dapatkanlah Allah demi Putra-Nya,

B’ri puji pada-Nya sebab hikmat-Nya.

Luar biasa hikmat Allah! Agama lain tidak punya konsep demikian. Mereka tidak mau menerima adanya seorang juruselamat / penebus dosa yang disediakan oleh Allah dan itu berarti mereka sendirilah yang harus menerima hukuman Allah itu dengan terlempar ke neraka.

Ada seorang Islam yang menulis di Facebook dan menuduh Kristen dan konsep penebusan dosanya sebagai sikap tidak bertanggung jawab. Mengapa manusia yang berdosa tapi hukumannya ditanggung oleh orang lain? Itu suatu sikap yang tidak bertanggung jawab katanya. Dia berkata : “Saya yang berdosa, sayalah yang harus bertanggung jawab. Jadi kalau saya harus masuk neraka, saya akan terima itu dengan lapang dada tanpa mengeluh dan protes karena saya memang harus bertanggung jawab atas dosa-dosa saya. Itu sikap yang dewasa yang lebih terhormat daripada merengek-rengek minta ditebus dosanya oleh Yesus”.

Menurut saya orang ini bukannya orang yang mau bertanggung jawab tapi orang yang bodoh yang sombong. Dia berbicara demikian karena tidak menyadari betapa mengerikannya neraka / hukuman Allah yang dilandasi dengan murka-Nya. Bayangkan, Yesus sendiri begitu ketakutan di Getsemani karena melihat akan datangnya tsunami murka Allah yang menimpa diri-Nya beberapa jam lagi. Jika Yesus saja gentar karena murka itu, mustahil ada orang bisa menerima murka itu dengan lapang dada. Apalagi hukuman di neraka itu bersifat maksimal dalam kualitas dan kuantitasnya. Maksudnya adalah rasa sakitnya sangat hebat dan sangat lama (tidak ada akhir / kekal). Jikalau saudara harus memilih, mana yang saudara pilih antara sakitnya sedikit tetapi berlangsung lama atau sakitnya hebat / sangat tapi berlangsung cepat? Saudara bisa memilih salah satunya tapi saya merasa tidak ada orang gila yang mau sakitnya sangat / hebat tetapi berlangsung lama bukan? Tapi justru begitulah neraka. Di neraka orang mengalami penderitaan yang luar biasa hebatnya (ada orang yang bilang bahwa rasa sakit yang paling kecil di neraka masih lebih sakit daripada rasa sakit yang paling besar di dunia) dan itu berlangsung sangat lama, bukan 10 atau 20 tahun, bukan seribu atau dua ribu tahun, bukan satu juta atau dua juta tahun tapi selama-lamanya, tanpa akhir.

Kalau ada khotbah yang pernah menggemparkan dan menimbulkan rasa ngeri yang hebat terhadap neraka, itu adalah khotbahnya Jonathan Edwards yang berjudul “Sinners in the Hands of an Angry God” (Orang berdosa di tangan Allah yang Maha murka). Dikatakan bahwa setelah Edward menyelesaikan khotbahnya, ia tidak mendapati seorang jemaat pun yang masih ada di tempat duduknya. Mereka semua telah jatuh tersungkur ke lantai, menangis ketakutan terhadap neraka, bahkan ada yang sampai memegang erat-erat tiang-tiang gereja karena merasa akan segera terlempar ke neraka. Memangnya apa yang dikatakan Edwards dalam khotbahnya? Simak kata-katanya :

Jonathan Edwards : Ini adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan / mengerikan untuk menderita kehebatan dan murka Allah yang Mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi kamu harus menderitanya sampai kekal. Kamu akan benar-benar putus asa untuk bisa mendapatkan pembebasan, akhir, pengurangan / peringanan hukuman, istirahat. Kamu pasti akan tahu bahwa kamu akan menjalani zaman-zaman yang panjang, berjuta-juta zaman, dalam pergumulan dan pertentangan dengan pembalasan hebat tanpa belas kasihan ini; dan bila kamu telah menjalaninya, bila begitu banyak zaman telah kamu lalui dengan cara ini, maka kamu akan tahu bahwa semua itu hanyalah satu titik dibandingkan dengan waktu yang tersisa. Dengan demikian hukumanmu itu betul-betul tidak terbatas. (‘Sinners in the Hands of an Angry God’)

Maksud Edward adalah, jutaan tahun yang sudah kita lewati di neraka sekalipun, ternyata itu hanyalah semacam satu titik kecil. Masih ada satu garis panjang tanpa ujung yang harus dijalani si pendosa di neraka. Lalu berapa lama lagi harus menderita di neraka? Selama-lamanya! Tidakkah ini mengerikan? Jadi bagi saya adalah kebodohan jika orang berpikir akan menerima hukuman neraka dengan lapang dada. Ia pasti akan meraung-raung minta belas kasihan dari Yesus tapi tak aka nada belas kasihan baginya.

Tapi mungkin juga orang beragama lain berpikir sekalipun mereka tidak mempunyai juruselamat / penebus dosa, mereka tridak harus pergi ke neraka. Mereka tetap bisa selamat / masuk surga melalui perbuatan baik mereka. Bagaimana dengan pemikiran seperti ini? Ini mengantar kita pada keunikan berikutnya dalam kekristenan.

c. Kekristenan mempunyai konsep keselamatan karena iman saja.

Sebagaimana saya katakan sebelumnya, memang semua agama yang tidak mempunyai juruselamat / penebus dosa berpikir bahwa mereka bisa selamat melalui perbuatan baik mereka. Misalnya :

Agama Hindu.

Fritz Ridenour - Manusia dibenarkan melalui pembaktian, meditasi, perbuatan baik dan penguasaan diri sendiri. (‘So What’s the Difference’, hal. 82).

Agama Budha.

Fritz Ridenour – Manusia diselamatkan hanya oleh usaha sendiri. (‘So What’s the Difference’, hal. 92).

Agama Islam.

Fritz Ridenour – Manusia memperoleh keselamatannya sendiri, membayar untuk dosa-dosanya sendiri. (‘So What’s the Difference’, hal. 72).

Agama-agama secara umum.

Fritz Ridenour – Banyak agama dan sekte mengakui problem dosa, tetapi solusi mereka selalu berbeda dengan solusi dari kekristenan. Sementara kekristenan mengatakan bahwa satu-satunya keselamatan dari dosa adalah iman kepada Yesus Kristus dan kematianNya yang menebus di salib, agama-agama lain mencari keselamatan melalui perbuatan-perbuatan baik atau pemeliharaan peraturan-peraturan dan hukum-hukum. (‘So What’s the Difference’, hal. 17).

Agama Roma Katolik.

Sekalipun Roma Katolik menekankan iman kepada Kristus tetapi bagi mereka perbuatan baik tetap mempunyai andil dalam keselamatan.

Fritz Ridenour – Roma Katolik mengajar bahwa iman hanyalah permulaan dari keselamatan, sehingga orang percaya harus terus menerus bekerja dalam sepanjang hidupnya untuk melengkapi proses itu. (‘So What’s the Difference’, hal. 41).

Fritz Ridenour – Keselamatan dipastikan oleh iman ditambah perbuatan baik - seperti yang disalurkan melalui Gereja Roma Katolik. (‘So What’s the Difference’, hal. 45-46).

Bagi kekristenan, ini sesuatu yang mustahil. Mengapa? Ingat konsep tentang dosa di atas bahwa manusia berdosa sama sekali tidak mempunyai perbuatan baik setitik pun di hadapan Allah. Coba pikirkan, bagaimana bisa selamat melalui perbuatan baiknya sedangkan perbuatan baiknya sama sekali tidak ada? Bagaimana bisa Allah menghitung amal baiknya seseorang itu kalau di mata Allah dia hanya bisa berbuat dosa terus tanpa satu kebaikan pun? Ketika dia berbuat jahat, dia berdosa. Ketika dia berbuat baik, dia berdosa dan ketika dia tidak berbuat baik, dia berdosa juga? Masuk akalkah manusia mengharapkan keselamatan melalui amal baiknya? Bahkan seandainya kita bisa berbuat baik pun, itu adalah kekejian di hadapan Allah.

Yesaya 64:6 - Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor….”

Perhatikan bahwa yang disebut sebagai kain kotor di sini bukanlah DOSA manusia melainkan KESALEHAN manusia. Juga bukan SEBAGIAN kesalehan tapi SEGALA kesalehan kita. Jadi kalau kita tumpuk seluruh perbuatan baik kita dari lahir sampai mati dan dibawa ke hadapan Allah, semuanya Allah nilai sebagai kain kotor. Coba perhatikan Yes 64:6 ini dalam terjemahan GW.

GW - We've all become unclean, and all our righteous acts are like permanently stained rags (seperti kain yang bernoda secara tetap)….”

Jadi noda dari kain ini adalah noda permanent yang tidak bisa dibersihkan / dihilangkan dengan detergen apa pun. (Rinso, Daia, B 29, Soklin, Mama Lemon, dll). Tapi kain apa ini?

DRB - And we are all become as one unclean, and all our justices as the rag of a menstruous woman….” (seperti kain dari menstruasi perempuan)

MKJV - But we are all as the unclean thing, and all our righteousnesses are as a menstruation cloth….” (seperti sebuah kain menstruasi).

Jadi rupanya ini bukan kain kotor biasa tapi kain yang dipakai sebagai pembalut bagi seorang perempuan ketika menstruasi yang akhirnya menjadi kain yang bernoda secara tetap. Zaman dulu pakai kain saja karena belum ada Laurier, Wings, Whisper, Charm, Softness, Honeysoft, Vclass, Carefree, Softex, Kotex, Protex, dll. Jadi Alkitab melihat kebaikan / kesalehan kita seperti kain pembalut wanita ini. Artinya adalah seluruh kebaikan manusia adalah jijik di hadapan Allah. Nah pikirkan, apakah kita mau andalkan kain kotor seperti itu untuk masuk surga? Layakkah kain pembalut semacam itu dijadikan sebagai tiket untuk masuk surga? Orang yang berpikir seperti itu sebenarnya adalah orang yang tidak tahu diri di hadapan Tuhan. Jadi adalah mustahil orang bisa selamat / masuk surga dengan perbuatan baik.

Cynddylan Jones - Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri.

Martin Luther - Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang Mahasuci. (D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal. 31-32).

Kekristenan jelas menolak konsep semacam ini. Karena itu jangan pernah sekali-kali saudara berpikir untuk selamat melalui berbuat baik / ketaatan pada Firman Tuhan. Saudara bisa selamat melalui ketaatan pada Firman Tuhan asalkan taat semuanya tanpa kurang satu pun. Begitu kurang 1 saudara harus masuk neraka.

Yakobus 2:10-11 – (10) Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. (11) Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.

Juga jangan pernah saudara menyuruh / mengajar orang untuk melakukan sesuatu demi keselamatan / supaya dia masuk surga. Kiranya guru-guru Sekolah Minggu maupun orang tua mencamkan ini! Pada saat saudara hendak menyuruh anak melakukan sesuatu, jangan menyuruhnya melakukan itu dengan iming-iming surga. Misalnya rajin Sekolah Minggu supaya masuk surga, jujur supaya masuk surga, rajin kerja supaya masuk surga, hormati orang tua supaya masuk surga, dll. Itu ajaran sesat! Juga hati-hati dengan lagu-lagu yang menjurus kepada ajaran sesat ini. Misalnya lagu Sekolah Minggu yang populer : “Anak Sekolah Minggu dengar-dengaran, taat orang tua terlebih Tuhan, itulah tandanya anak yang manis, nanti masuk surga t’rima upahnya”. Memang kita bisa berargumentasi bahwa taat orang tua di sini tidak berhubungan dengan “nanti masuk surga” melainkan “t’rima upahnya”tapi persoalannya adalah itu terlalu rumit bagi pemikiran seorang anak. Yang ditangkap oleh anak adalah “taat orang tua nanti masuk surga”. Ini membuat mereka besar dengan pemahaman yang sesat! Jadi berhentilah memakai lagu itu! Carilah lagu lain yang lebih benar!

Kekristenan mengajarkan bahwa setelah dosa kita ditebus / dibayar oleh Kristus, keselamatan hanya dapat terjadi melalui iman saja kepada Kristus.

Roma 3:27-28 – (27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat

Efesus 2:8-9 – (8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Galatia 2:16 - Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. …”

Ya, hanya iman saja! Bukan karena perbuatan baik, bukan karena iman + perbuatan baik. Hanya iman? Kok sederhana sekali? Kok ringan sekali? Kok mudah sekali? Ya, sederhana sekali karena yang ruwet sekali, yang sukar sekali, yang berat sekali sudah ditanggung Kristus di atas kayu salib. Engkau kebagian yang sederhana, mudah dan ringan itu dan semuanya karena kasih Allah. Ya, tetapi mengapa harus iman? Karena inti dosa adalah ketidakberimanan / ketidakpercayaan. Bukanlah ketidakberimanan / ketidakpercayaan kepada Allahlah yang membuat Adam dan hawa menuruti kata-kata ular di taman Eden? Jadi inti dari dosa adalah ketidakberimanan / ketidakpercayaan. Ini ditegaskan oleh Yesus sendiri ketika Ia membicarakan tentang apa yang dikerjakan Roh Kudus.
Yohanes 16:8-9 – (8) Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa,…. (9) akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku.

Bandingkan :

Ibrani 3:12 - Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.

Jadi dosa berarti berpaling dari Allah dan memiliki hati yang tidak percaya. Dan karenanya setelah tuntutan keadilan Allah dipuaskan dengan hukuman yang sudah diterima Kristus, bukanlah suatu hal yang terlalu remeh bahwa hanya iman yang dituntut untuk keselamatan dari dosa itu bukan? Itulah kekristenan! Sayangnya ada banyak orang (non Kristen maupun Kristen termasuk pendeta-pendeta) yang sukar menerima konsep ini. Mengapa? Stephen Neil menjawab :

Stephen Neil – Hal yang paling tidak diinginkan oleh individu-individu modern adalah bergantung pada orang lain. (The Supremacy of Chris, hal. 147-148).

Benar sekali! Banyak orang merasa tidak puas kalau mereka harus menggantungkan diri mereka pada orang lain / belas kasihan orang lain. Termasuk dalam hal keselamatan di mana orang harus menggantungkan keselamatannya pada belas kasihan Allah dalam Kristus. Tidak! Kita harus berjuang untuk diri kita sendiri. Itulah akar masalahnya mengapa banyak orang sukar menerima konsep Kristen. Tapi persoalannya adalah dalam hal apa kita bergantung pada pertolongan pihak lain? Jikalau untuk hal di mana saya mampu melakukannya, tentu saya tidak mau bergantung pada orang lain. Tapi bagaimana kalau itu dalam hal yang berada di luar kemampuan saya? Mengapa tidak mengharapkan dan bergantung dari pertolongan orang lain? Kalau saya bisa memasak sendiri tentu saya tidak perlu bergantung pada orang lain untuk makannya saya. Saya bisa mandiri. Tapi bagaimana kalau kapal saya tenggelam di lautan luas dan sudah 2 minggu terkatung-katung di sana dan sekarat tanpa makanan dan minuman? Apakah saya akan menolak pertolongan yang datang untuk menyelamatkan saya dengan alasan saya ingin mandiri? Itu bukan mandiri, itu ketololan!

Nah, masalah selamat dengan perbuatan baik adalah sesuatu yang mustahil karena seperti telah dijelaskan, perbuatan baik kita 0 (nol) di hadapan Allah. Lalu mengapa tidak menggantungkan keselamatan kita hanya dengan beriman kepada Kristus saja? Mengapa harus sombong atau bersembunyi di balik kemandirian dan lalu binasa di neraka? Dalam hal ini kekristenan sangat logis untuk menggantungkan keselamatannya hanya pada anugerah Allah di dalam Kristus yang hanya diterima dengan iman saja.

Sementara semua agama yang lain berjuang untuk selamat dengan kekuatan sendiri, kekristenan menawarkan prinsip salib di mana keselamatan dapat diperoleh dengan cuma-cuma dalam Kristus. Itulah Injil, kabar baik.


Roma 3:24 - dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.

Anonim – Agama berkata, “Capailah”, Injil berkata, “Dapatkanlah”. Agama berkata, “Berusahalah”, Injil berkata, “Terimalah”. Agama berkata, “Cobalah”, Injil berkata “Percayalah”. Agama berkata, “Lakukanlah ini”, Injil berkata, “Sudah dilakukan”. (Supremasi Kristus, hal. 139).

Karena itu dalam urusan keselamatan, buang jauh-jauh pemikiran tentang perbuatan baik. Kita tidak butuh setitik pun perbuatan baik untuk keselamatan kita. Nanti setelah selamat, kita memang harus berbuat baik. Tapi perbuatan baik itu bukan lagi sebagai syarat keselamatan melainkan buah / bukti keselamatan.

Efesus 2:8-10 – (8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (10) Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Perhatikan bahwa keselamatan oleh iman terjadi lebih dulu (ayat 8-9) baru menyusul perbuatan baik (ayat 10). Ini jangan dibalik nanti sesat.

Inilah keunikan Kristen yang tiada duanya. Orang berdosa hanya bisa selamat melalui iman kepada Kristus. Dan karenanya kita tidak mungkin menerima ajaran Pluralisme dan Inklusivisme yang membuka pintu keselamatan bagi orang beragama lain tanpa iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dan saya hendak mengakhiri khotbah ini dengan bertanya secara lembut kepada saudara : “Sudahkah saudara beriman kepada Yesus? Sudahkah Dia menjadi Tuhan dan Juruselamat pribadimu?”. 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

AMIN
Next Post Previous Post