7 PANDANGAN ALKITAB TENTANG KESUKSESAN

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th

“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mazmur 1:1-3)
6 PANDANGAN ALKITAB TENTANG KESUKSESAN
otomotif, bisnis
PENGANTAR

Semua orang ingin sukses! Sukses dalam karier dan usaha, memiliki keuangan mapan, kekayaan berlimpah dan keluarga bahagia adalah impian setiap orang. Tetapi kita tahu bahwa sukses lebih dari sekedar impian. Memimpikan sukses tidak akan membuat seseorang menjadi sukses. Sebuah ungkapan mengatakan “knowledge is power but action gets things done”. Di antara impian dan kenyataan ada suatu proses yaitu suatu tindakan dan usaha nyata untuk merealisasikan impian tersebut.

Tidak ada masalah dengan “sukses”, melainkan bagaimana cara meraih sukses itulah masalahnya. Ratusan buku berisi teori sukses dan cara meraih sukses telah ditulis. Tidak sedikit dari buku tersebut menawarkan cara sukses yang instan, cepat dan praktis, menghalalkan segala cara yang keliru dan merugikan orang lain. Ironisnya, banyak orang Kristen yang tergoda dan terjebak dengan tawaran tersebut.

Alkitab adalah buku panduan utama bagi iman dan praktik hidup Kristen (Yosua 1:8; Mazmur 1:1-3). Pemahaman yang benar tentang sukses berdasarkan perspektif Alkitab akan mendorong kita berkarya dan melakukan yang terbaik sesuai kemampuan kita (Ulangan 8:18). Sebaliknya pemahaman yang keliru tentang kesuksesan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam “jurang” kehancuran. Jika demikian, apakah kesuksesan yang sebenarnya? Dan bagaimana pandangan Alkitab mengenai sukses?

Pertama, kesuksesan adalah kemampuan untuk merealisasikankan seluruh aspek kehidupan yang terintegrasi secara utuh (3 Yohanes 1:2). Aspek-aspek kehidupan yang perlu perhatikan, yaitu: keluarga, karier dan perkerjaan, keuangan atau ekonomi, kepribadian yang matang, kesehatan yang prima, relasi dengan sesama, dan spiritualitas religi. Mengabaikan atau mengorbankan satu dari aspek-aspek ini dapat berakibat fatal. Sebagai contoh, sangat menyedihkan bila sukses dalam karier tapi gagal dalam mencapai kebahagiaan rumah tangga, atau banyak harta tetapi kesehatan buruk. Karena itu perlu mengintegrasi dan menyeimbangkan semua aspek kehidupan tersebut. Walaupun dalam analisisi terakhir tidak ada yang mampu mengintegrasi semua aspek tersebut, tetapi perlu mengusahakan dan memelihara keseimbangannya.

Kedua, standar kesuksesan tidaklah sama bagi setiap orang. Bakat, potensi, dan kemampuan setiap orang berbeda (Roma 12:3-8). Meniru dan berusaha mengejar kesuksesan menurut ukuran orang lain adalah upaya memaksa diri dan mengingkari keberadaan pribadi kita. Memang perlu belajar dari orang lain sebagaimana dikatakan John C. Maxwell “orang paling bijaksana adalah orang yang belajar dari keberhasilan orang lain”. Tetapi ini bukan berarti meniru sukses menurut ukuran orang lain. Sukses ialah bagaimana menjalani hidup dengan menjadi diri sendiri, melakukan yang terbaik sesuai potensi yang terus digali dan kemampuan pribadi yang terus ditingkatkan.

Ketiga, kesuksesan adalah filosofi hidup benar yang dijalani dengan benar. Disadari atau tidak, setiap orang memiliki filsafat hidup. Filsafat hidup merupakan ekspresi dari keunikan seseorang dan mencerminkan semua aspek kehidupannya. Filsafat hidup seseorang akan mempengaruhi perilaku dan jalan hidupnya. Memahami filsafat hidup yang benar dan menjalankannya dengan benar akan membawa dampak kesuksesan hidup. Alkitab berkata: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2).

Keempat, kesuksesan bukanlah tujuan hidup melainkan suatu proses dan perjalanan hidup dalam mencapai tujuan Tuhan bagi hidup kita. Tuhan menjadikan segala sesuatu termasuk manusia bagi kemuliaan-Nya (Roma 11:36; Kolose 1:16). Memenuhi tujuan hidup yang Tuhan inginkan bagi kita merupakan panggilan hidup yang tertinggi. Mother Theresa dari India, karena panggilan Tuhan rela meninggalkan kehidupan nyaman dan aman di biara, pergi melayani orang-orang miskin, pinggiran dan tak tersentuh di kalccuta. Ini merupakan contoh dari seorang yang memenuhi tujuan Tuhan dalam hidupnya.

Kelima, kesuksesan yang tidak mengikutsertakan Tuhan merupakan suatu penghinaan terhadap Tuhan. Tuhan adalah pencipta dari semua. Tuhan adalah pemilik segalanya. Alkitab menyatakan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1 bandingkan Mazmur 50:10, 12). Dengan demikian kesuksesan bukan semata-mata masalah sekuler tetapi menyangkut masalah spiritual yang berdampak kekal. Seperti yang dikatakan oleh Tony Evans “Kesuksesan tidak bisa disebut sekuler karena pemilik segala sesuatu adalah Tuhan. Kita tidak bisa membicarakan kesuksesan, tanpa menaruh perspektif Tuhan lebih dulu”.

Keenam, sukses di dunia bersifat sementara, sukses yang dari Tuhan bernilai kekal. Tuhan memberikan kesuksesan bagi kita supaya digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan-Nya. Jika kita bisa menunjukkan bagaimana berkat-berkat Tuhan dalam kehidupan kita mengalir kepada orang lain, maka Tuhan punya alasan untuk memberi kita kesuksesan. Jika Tuhan tidak punya alasan untuk memberi kita kesuksesan, maka satu-satunya cara untuk mendapatkan kesuksesan adalah cara yang terpisah dan berlawanan dengan-Nya. Jika ini yang terjadi, maka kita akan membayar harga yang mahal untuk mendapatkannya. Karena itu, jadikan kesuksesan kita menjadi berkat bagi orang lain.

TERAKHIR Ketujuh, kesuksesan tidak ditentukan sepenuhnya oleh manusia melainkan atas perkenan dan kehendak Tuhan (Yosua 1:8; Ulangan 28:1-13; Matius 6:33). Artinya, sukses melibatkan campur tangan Tuhan. Justru sukses yang tidak mengikutsertakan Tuhan merupakan suatu penghinaan terhadap Tuhan. Tuhan adalah pencipta dari semua. Tuhan adalah pemilik segalanya. Alkitab menyatakan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1 bandingkan Mazmur 50:10, 12). 

Dengan demikian, kehidupan kita di bumi adalah sebuah kepercayaan dari Tuhan. Waktu yang kita miliki di bumi, tenaga, kepandaian, kesempatan, hubungan, dan kekayaan, semua pemberian dari Tuhan yang Dia percayakan dalam pemeliharaan dan pengelolaan kita. Dengan demikian kesuksesan bukan semata-mata masalah sekuler tetapi menyangkut masalah spiritual yang berdampak kekal. Seperti yang dikatakan oleh Toni Evans “Kesuksesan tidak bisa disebut sekuler karena pemilik segala sesuatu adalah Tuhan. Kita tidak bisa membicarakan kesuksesan, tanpa menaruh perspektif Tuhan lebih dulu”.

PENUTUP

Akhirnya, perlu diingat bahwa dalam realitas ada kesuksesan yang justru menjadi bencana yang menghancurkan hidup seseorang , yaitu kesuksesan yang membawa seseorang menjadi tinggi hati atau sombong. Hal ini terjadi karena mereka lupa bahwa kesuksesan yang diraih selama ini adalah anugerah Tuhan. 

Secara psikologis, sejalan dengan kesuksesan yang diraih yang semakin menjulang, menyebabkan rasa kebanggaan seseorang akan dirinya sendiri juga semakin naik, yang dapat berakibat pada kesombongan diri. Ketika raja Saul menjadi raja Israel ia berkata, “Siapakah aku ini? Aku orang biasa dari kota kecil dan suku Israel terkecil!”. Namun setelah ia menjadi raja, ketika ditegur kesalahannya oleh nabi Samuel, ia berkata, “Hormatilah aku sebagai raja”. 


Itulah yang justru menghancurkan hidupnya. Karena itu hal tersebut mengingatkan kita untuk tetaplah rendah hati, ketika kita berada di puncak kesuksesan. Seseorang pernah berkata, “charisma will bring us to the top, but only character can maintain us at the top”. 

 Ketika keadaan susah seseorang berkata, “apa yang akan kumakan hari ini?”, Tetapi ketika sudah mulai sukses ia berkata, “di mana aku akan makan hari ini?”, dan ketika sudah mencapai puncak kesuksesan, Ia berkata, “siapa yang akan kumakan hari ini?”. Jangan sampai hal seperti itu terjadi pada kita! karena itu ketika sukses berpihak pada kita, tetaplah rendah hati dan memuliakan Tuhan. Amin. 7 PANDANGAN ALKITAB TENTANG KESUKSESAN. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post