KEMURTADAN, PERTOBATAN DAN KESELAMATAN SALOMO
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Dalam Alkitab ada 3 orang yang paling banyak dianggap sebagai orang-orang yang murtad, yaitu Salomo, Raja Saul, Yudas Iskariot. Mungkin beberapa orang menambahkan nabi dalam 1Raja-Raja 13, Bileam, Simson, Ananias dan Safira, dan banyak lagi yang lain.
Dalam bukunya yang berjudul ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, Pdt. Jusuf B. S. berulangkali menggunakan Raja Saul dan Yudas Iskariot sebagai contoh orang yang murtad. Tetapi anehnya ia tak menyebut Salomo, padahal kasus Salomo adalah yang paling sukar dijawab dibandingkan dengan kasus Raja Saul dan Yudas Iskariot. Karena itu, saya justru akan membahas kasus Salomo ini lebih dulu.
a) Salomo.
1Raja-Raja 11:1-43 - “(1) Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, (2) padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: ‘Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.’ Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. (3) Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN. (4) Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. (5) Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, (6) dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya. (7) Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. (8) Demikian juga dilakukannya bagi semua isterinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka. (9) Sebab itu TUHAN menunjukkan murkaNya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya, (10) dan yang telah memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN. (11) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Salomo: ‘Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapanKu yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu. (12) Hanya, pada waktu hidupmu ini Aku belum mau melakukannya oleh karena Daud, ayahmu; dari tangan anakmulah Aku akan mengoyakkannya. (13) Namun demikian, kerajaan itu tidak seluruhnya akan Kukoyakkan dari padanya, satu suku akan Kuberikan kepada anakmu oleh karena hambaKu Daud dan oleh karena Yerusalem yang telah Kupilih.’ (14) Kemudian TUHAN membangkitkan seorang lawan Salomo, yakni Hadad, orang Edom; ia dari keturunan raja Edom. (15) Sesudah Daud memukul kalah orang Edom, maka panglima Yoab pergi menguburkan orang-orang yang mati terbunuh, lalu menewaskan semua laki-laki di Edom; (16) enam bulan lamanya Yoab diam di sana dengan seluruh Israel, sampai dilenyapkannya semua laki-laki di Edom. (17) Tetapi Hadad melarikan diri bersama-sama dengan beberapa orang Edom dari pegawai-pegawai ayahnya, dan mengungsi ke Mesir; adapun Hadad itu masih sangat muda. (18) Mereka berangkat dari Midian, lalu sampai ke Paran; mereka membawa beberapa orang dari Paran, lalu mereka sampai ke Mesir kepada Firaun, raja Mesir. Ia ini memberikan rumah kepada Hadad, menentukan belanjanya dan menyerahkan sebidang tanah kepadanya. (19) Hadad demikian disayangi Firaun, sehingga diberikannya kepadanya seorang isteri, yakni adik isterinya sendiri, adik permaisuri Tahpenes. (20) Lalu adik Tahpenes itu melahirkan baginya seorang anak laki-laki, Genubat namanya, dan Tahpenes menyapih dia di istana Firaun, sehingga Genubat ada di istana Firaun di tengah-tengah anak-anak Firaun sendiri. (21) Ketika didengar Hadad di Mesir, bahwa Daud telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya dan bahwa panglima Yoab sudah mati juga, maka berkatalah Hadad kepada Firaun: ‘Biarkanlah aku pergi ke negeriku.’ (22) Lalu bertanyalah Firaun kepadanya: ‘Tetapi kekurangan apakah engkau padaku ini, maka engkau tiba-tiba berniat pergi ke negerimu?’ Jawabnya: ‘Aku tidak kekurangan apapun, namun demikian, biarkanlah juga aku pergi.’ (23) Allah membangkitkan pula seorang lawan Salomo, yakni Rezon bin Elyada, yang telah melarikan diri dari tuannya, yakni Hadadezer, raja Zoba. (24) Ia mengumpulkan orang-orang, lalu menjadi kepala gerombolan. Ketika Daud hendak membunuh mereka, maka pergilah mereka ke Damsyik; mereka diam di sana dan di situlah mereka mengangkat Rezon menjadi raja. (25) Dialah yang menjadi lawan Israel sepanjang umur Salomo; ia mendatangkan malapetaka sama seperti Hadad. Ia muak akan orang Israel dan menjadi raja atas Aram. (26) Juga Yerobeam bin Nebat, seorang Efraim dari Zereda, seorang pegawai Salomo, nama ibunya Zerua, seorang janda, memberontak terhadap raja. (27) Inilah alasannya, mengapa ia memberontak terhadap raja: Salomo mendirikan Milo, dan ia menutup tembusan tembok kota Daud, ayahnya. (28) Yerobeam adalah seorang tangkas; ketika Salomo melihat, bahwa orang muda itu seorang yang rajin bekerja, maka ditempatkannyalah dia mengawasi semua pekerja wajib dari keturunan Yusuf. (29) Pada waktu itu, ketika Yerobeam keluar dari Yerusalem, nabi Ahia, orang Silo itu, mendatangi dia di jalan dengan berselubungkan kain baru. Dan hanya mereka berdua ada di padang. (30) Ahia memegang kain baru yang di badannya, lalu dikoyakkannya menjadi dua belas koyakan; (31) dan ia berkata kepada Yerobeam: ‘Ambillah bagimu sepuluh koyakan, sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari tangan Salomo dan akan memberikan kepadamu sepuluh suku. (32) Tetapi satu suku akan tetap padanya oleh karena hambaKu Daud dan oleh karena Yerusalem, kota yang Kupilih itu dari segala suku Israel. (33) Sebabnya ialah karena ia telah meninggalkan Aku dan sujud menyembah kepada Asytoret, dewi orang Sidon, kepada Kamos, allah orang Moab dan kepada Milkom, allah bani Amon, dan ia tidak hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dengan melakukan apa yang benar di mataKu dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturanKu, seperti Daud, ayahnya. (34) Bukan dari tangannya akan Kuambil seluruh kerajaan itu; Aku akan membiarkan dia tetap menjadi raja seumur hidupnya, oleh karena hambaKu Daud yang telah Kupilih dan yang tetap mengikuti segala perintah dan ketetapanKu. (35) Tetapi dari tangan anaknyalah Aku akan mengambil kerajaan itu dan akan memberikannya kepadamu, yakni sepuluh suku. (36) Dan kepada anaknya akan Kuberikan satu suku, supaya hambaKu Daud selalu mempunyai keturunan di hadapanKu di Yerusalem, kota yang Kupilih bagiKu supaya namaKu tinggal di sana. (37) Maka engkau ini akan Kuambil, supaya engkau memerintah atas segala yang dikehendaki hatimu dan menjadi raja atas Israel. (38) Dan jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mataKu dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintahKu seperti yang telah dilakukan oleh hambaKu Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan bagimu suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku akan memberikan orang Israel kepadamu. (39) Dan untuk itu Aku akan merendahkan keturunan Daud, tetapi bukan untuk selamanya.’ (40) Lalu Salomo berikhtiar membunuh Yerobeam, tetapi Yerobeam bangkit dan melarikan diri ke Mesir, kepada Sisak, raja Mesir, dan di Mesirlah ia tinggal sampai Salomo mati. (41) Selebihnya dari riwayat Salomo dan segala yang dilakukannya dan hikmatnya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab riwayat Salomo? (42) Lamanya Salomo memerintah di Yerusalem atas seluruh Israel ialah empat puluh tahun. (43) Kemudian Salomo mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud, ayahnya. Maka Rehabeam, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
1. Pembicaraan tentang dosa Salomo sudah dimulai pada 1Raja 10, dan memuncak dalam 1Raja 11.
a. Ia mengumpulkan emas dan perak.
1Raja-Raja 10:14-25,27 - “(14) Adapun emas, yang dibawa kepada Salomo dalam satu tahun ialah seberat enam ratus enam puluh enam talenta, (15) belum terhitung yang didapat dari saudagar-saudagar dan dari pedagang-pedagang dan dari semua raja Arab dan bupati-bupati di negeri itu. (16) Raja Salomo membuat dua ratus perisai besar dari emas tempaan, enam ratus syikal emas dipakainya untuk setiap perisai besar; (17) ia membuat juga tiga ratus perisai kecil dari emas tempaan, tiga mina emas dipakainya untuk setiap perisai kecil; lalu raja menaruh semuanya itu di dalam gedung ‘Hutan Libanon’. (18) Juga raja membuat takhta besar dari gading, yang disalutnya dengan emas tua. (19) Takhta itu enam tingkatnya; pada takhta itu ada di sebelah belakang sebuah kepala bundar, dan pada kedua sisi tempat duduk ada kelek-kelek. Di samping kelek-kelek itu berdiri dua singa, (20) sedang dua belas singa berdiri di atas keenam tingkat itu sebelah-menyebelah; belum pernah diperbuat yang demikian bagi sesuatu kerajaan. (21) Segala perkakas minuman raja Salomo dari emas dan segala barang di gedung ‘Hutan Libanon’ itu dari emas murni; tidak ada barang perak, sebab orang menganggap perak tidak berharga pada zaman Salomo. (22) Sebab di laut raja mempunyai kapal-kapal Tarsis bergabung dengan kapal-kapal Hiram; dan sekali tiga tahun kapal-kapal Tarsis itu datang membawa emas dan perak serta gading; juga kera dan burung merak. (23) Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat. (24) Seluruh bumi berikhtiar menghadap Salomo untuk menyaksikan hikmat yang telah ditaruh Allah di dalam hatinya. (25) Mereka datang masing-masing membawa persembahannya, yakni barang-barang perak dan barang-barang emas, pakaian, senjata, rempah-rempah, kuda dan bagal, dan begitulah tahun demi tahun. ... (27) Raja membuat banyaknya perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit.”.
b. Ia mengumpulkan banyak kuda dan kereta.
1Raja-Raja 10:26,28-29 - “(26) Salomo mengumpulkan juga kereta dan orang berkuda, sehingga ia mempunyai seribu empat ratus kereta dan dua belas ribu orang berkuda, yang semuanya ditempatkan dalam kota-kota kereta dan dekat raja di Yerusalem. ... (28) Kuda untuk Salomo didatangkan dari Misraim dan dari Kewe; saudagar-saudagar raja membelinya dari Kewe dengan harga pasar. (29) Sebuah kereta yang didatangkan dari Misraim berharga sampai enam ratus syikal perak, dan seekor kuda sampai seratus lima puluh syikal; dan begitu juga melalui mereka dikeluarkan semuanya itu kepada semua raja orang Het dan kepada raja-raja Aram.”.
c. Dan sekarang dalam 1Raja 11, ia mempunyai banyak istri.
1Raja-Raja 11:3 - Salomo mempunyai 700 istri dan 300 gundik (semua ini mungkin merupakan bilangan hasil pembulatan).
Barnes’ Notes (tentang ay 3): “These numbers seem excessive to many critics, and it must be admitted that history furnishes no parallel to them. In Song 6:8 the number of Solomon’s legitimate wives is said to be sixty, and that of his concubines eighty. It is, perhaps probable, that the text has in this place suffered corruption. For ‘700’ we should perhaps read ‘70.’” [= Bilangan-bilangan ini kelihatannya berlebihan bagi banyak pengkritik, dan harus diakui bahwa sejarah tidak memberikan kasus paralel terhadap bilangan-bilangan ini. Dalam Kidung 6:8 bilangan dari istri-istri sah Salomo dikatakan sebagai enam puluh, dan bilangan dari gundik-gundiknya delapan puluh. Jadi, mungkin, bahwa text di tempat ini telah mengalami kerusakan. Untuk ‘700’ kita mungkin seharusnya membaca ‘70’.].
Kidung 6:8 - “Permaisuri ada enam puluh, selir delapan puluh, dan dara-dara tak terbilang banyaknya.”.
Ada seorang yang bercerita kepada temannya tentang Salomo yang mempunyai 700 istri dan 300 gundik. Dan ia lalu mengatakan bahwa Salomo memberikan istri-istrinya makanan-makanan yang mewah. Temannya menyela: ‘Aku tidak peduli ia memberi istri-istrinya makanan apa. Makanan apa yang Salomo sendiri makan?’.
Dari banyaknya istri ini Adam Clarke sudah mengatakan: bagaimana orang seperti itu bisa saleh? Jaman sekarang kita tidak menganggap seorang kristen sebagai saleh kalau ia mempunyai istri kedua. Lalu bagaimana dengan orang yang mempunyai 1000 istri / gundik?
Adam Clarke: “Was it possible that such a person could have any piety to God, who was absorbed by such a number of women? We scarcely allow a man to have the fear of God who has a second wife or mistress; in what state then must the man be who has one thousand of them?” [= Apakah mungkin bahwa orang seperti itu, yang dipikat / diasyikkan oleh jumlah perempuan sebanyak itu, bisa mempunyai kesalehan apapun terhadap / bagi Allah? Kita hampir tidak bisa mengakui seseorang, yang mempunyai istri kedua atau gundik, sebagai mempunyai rasa takut kepada Allah; maka dalam keadaan apa seseorang harus / pasti ada, yang mempunyai 1000 istri?] - hal 426.
Adam Clarke: “We may endeavour to excuse all this by saying, ‘It was a custom in the East to have a multitude of women ...’” [= Kita bisa berusaha untuk mencari alasan untuk semua ini dengan mengatakan: ‘Itu merupakan kebiasaan / tradisi di Timur untuk mempunyai banyak perempuan ...’] - hal 426.
Memang, menyamakan keadaan jaman sekarang, dengan keadaan jaman dulu di tempat itu, dimana poligami memang sangat membudaya, apalagi bagi seorang raja, merupakan sesuatu yang tidak benar. Pada jaman itu di sana, hampir semua orang saleh mempraktekkan poligami / pergundikan, seperti Abraham, Yakub, Daud dan sebagainya.
Clarke juga mengatakan bahwa ada orang yang mengatakan bahwa di antara para istri itu ada yang diperistri sebagai tindakan politik, sehingga hanya statusnya saja sebagai istri, tetapi Salomo tidak pernah berhubungan sex dengannya.
Pulpit Commentary: “The polygamy was but a part of his worldliness, like chariots, gold, &c.” [= Polygamy hanya merupakan satu dari keduniawiannya, seperti kereta kuda, emas, dsb.] - hal 220.
Pulpit Commentary juga mengatakan (hal 220) bahwa istri-istri dari bermacam-macam negara / bangsa itu dimaksudkan untuk membuat dirinya lebih termasyhur. Jadi di sini jelas ada kesombongan.
Bagaimanapun juga, dan apapun alasannya, ketiga hal di atas ini bertentangan dengan firman Tuhan dalam Ulangan 17:14-17 - “(14) ‘Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku, (15) maka hanyalah raja yang dipilih TUHAN, Allahmu, yang harus kauangkat atasmu. Dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu tidaklah boleh kauangkat atasmu. (16) Hanya, janganlah ia memelihara banyak kuda dan janganlah ia mengembalikan bangsa ini ke Mesir untuk mendapat banyak kuda, sebab TUHAN telah berfirman kepadamu: Janganlah sekali-kali kamu kembali melalui jalan ini lagi. (17) Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak.”.
2. Yang ditekankan di sini adalah ‘istri-istri asing’.
Biarpun polygamy jelas juga adalah dosa (bdk. Ul 17:17a), tetapi yang menjadi tekanan dari dosa Salomo dalam 1Raja-Raja 11 ini bukanlah banyak istri, tetapi ‘banyak istri asing, yang berasal dari bangsa-bangsa yang menyembah berhala’.
Ay 1-2,8: “(1) Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, (2) padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: ‘Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.’ Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. ... (8) Demikian juga dilakukannya bagi semua isterinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka.”.
Di atas sudah dikatakan bahwa pernikahan Salomo dengan para istri asingnya, hanyalah bertujuan politik. Tetapi ay 1,2b mengatakan bahwa Salomo mencintai para istri tersebut, dan apapun alasannya ia menikahi para istri asing tersebut, tindakannya itu tetap bertentangan dengan larangan Tuhan dalam ay 2a: “padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: ‘Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.’”.
Barnes’ Notes (tentang ay 2): “Strictly speaking, the prohibition in the Law of intermarriage was confined to the Canaanite nations. But the principle of the prohibition applied equally to the Moabites, Ammonites, and Edomites who all bordered on the holy land; and was so applied by Ezra (Ezra 9:1) and Nehemiah (Neh 13:23).” [= Berbicara secara ketat, larangan dalam hukum Taurat tentang pernikahan campuran dibatasi pada bangsa-bangsa Kanaan. Tetapi prinsip dari larangan itu diterapkan secara sama kepada orang-orang Moab, Amon, dan Edom, yang semuanya berbatasan dengan Tanah Suci; dan diterapkan seperti itu oleh Ezra (Ezra 9:1) dan Nehemia (Neh 13:23).].
Ezra 9:1 - “Sesudah semuanya itu terlaksana datanglah para pemuka mendekati aku dan berkata: ‘Orang-orang Israel awam, para imam dan orang-orang Lewi tidak memisahkan diri dari penduduk negeri dengan segala kekejiannya, yakni dari orang Kanaan, orang Het, orang Feris, orang Yebus, orang Amon, orang Moab, orang Mesir dan orang Amori.”.
Catatan: kalau mau lebih jelas, baca terus sampai Ezra 10:44.
Neh 13:23-27 - “(23) Pada masa itu juga kulihat bahwa beberapa orang Yahudi memperisteri perempuan-perempuan Asdod, perempuan-perempuan Amon atau perempuan-perempuan Moab. (24) Sebagian dari anak-anak mereka berbicara bahasa Asdod atau bahasa bangsa lain itu dan tidak tahu berbicara bahasa Yahudi. (25) Aku menyesali mereka, kukutuki mereka, dan beberapa orang di antara mereka kupukuli dan kucabut rambutnya dan kusuruh mereka bersumpah demi Allah, demikian: ‘Jangan sekali-kali kamu serahkan anak-anak perempuanmu kepada anak-anak lelaki mereka, atau mengambil anak-anak perempuan mereka sebagai isteri untuk anak-anak lelakimu atau untuk dirimu sendiri! (26) Bukankah Salomo, raja Israel, telah berbuat dosa karena hal semacam itu? Walaupun di antara begitu banyak bangsa tidak ada seorang raja seperti dia, yang dikasihi Allahnya dan diangkat oleh Allah itu menjadi raja seluruh Israel, namun diapun terbawa ke dalam dosa oleh perempuan-perempuan asing itu. (27) Apakah orang harus mendengar bahwa juga kamu berbuat segala kejahatan yang besar itu, yakni berubah setia terhadap Allah kita karena memperisteri perempuan-perempuan asing?’”.
Bandingkan dengan 2 text di bawah ini:
Keluaran 34:12-16 - “(12) Berawas-awaslah, janganlah kauadakan perjanjian dengan penduduk negeri yang kaudatangi itu, supaya jangan mereka menjadi jerat bagimu di tengah-tengahmu. (13) Sebaliknya, mezbah-mezbah mereka haruslah kamu rubuhkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, dan tiang-tiang berhala mereka kamu tebang. (14) Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang namaNya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu. (15) Janganlah engkau sampai mengadakan perjanjian dengan penduduk negeri itu; apabila mereka berzinah dengan mengikuti allah mereka dan mempersembahkan korban kepada allah mereka, maka mereka akan mengundang engkau dan engkau akan ikut makan korban sembelihan mereka. (16) Apabila engkau mengambil anak-anak perempuan mereka menjadi isteri anak-anakmu dan anak-anak perempuan itu akan berzinah dengan mengikuti allah mereka, maka mereka akan membujuk juga anak-anakmu laki-laki untuk berzinah dengan mengikuti allah mereka.”.
Ulangan 7:1-5 - “(1) ‘Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, (2) dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. (3) Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; (4) sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari padaKu, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera. (5) Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis.”.
Ini bukan merupakan larangan kawin antar bangsa, tetapi larangan kawin antar agama / kepercayaan. Bandingkan dengan ayat-ayat Perjanjian Baru ini:
a. 1Korintus 7:39 - “Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.”.
b. 2Korintus 6:14-17 - “(14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu. (17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.”.
Matthew Poole: “possibly Solomon might think himself too wise to be drawn to idolatry by his wives,” [= mungkin Salomo mengira dirinya sendiri terlalu bijaksana untuk ditarik kepada penyembahan berhala oleh istri-istrinya,] - hal 679.
Bdk. 1Korintus 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
Pulpit Commentary: “‘And his wives turned away his heart.’ ‘Satan hath found this bait to take so well that he never changed since he crept into Paradise’ (Bp. Hall).” [= ‘Dan isteri-isterinya itu menarik hatinya’. ‘Setan mendapati bahwa umpan ini begitu manjur sehingga ia tidak pernah menggantinya sejak ia masuk ke dalam Taman Firdaus’ (Bp. Hall).] - hal 221.
Catatan: Firdaus tak sama dengan Eden, menurut saya seharusnya Eden, bukan Firdaus.
3. Mentoleransi penyembahan berhala oleh para istri asing tersebut di negaranya (ay 8).
Bdk. Ulangan 13:6-16 - “(6) Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, (7) salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, (8) maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, (9) tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. (10) Engkau harus melempari dia dengan batu, sehingga mati, karena ia telah berikhtiar menyesatkan engkau dari pada TUHAN, Allahmu, yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. (11) Maka seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu. (12) Apabila di salah satu kota yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diam di sana, kaudengar orang berkata: (13) Ada orang-orang dursila tampil dari tengah-tengahmu, yang telah menyesatkan penduduk kota mereka dengan berkata: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak kamu kenal, (14) maka haruslah engkau memeriksa, menyelidiki dan menanyakan baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di tengah-tengahmu, (15) maka bunuhlah dengan mata pedang penduduk kota itu, dan tumpaslah dengan mata pedang kota itu serta segala isinya dan hewannya. (16) Seluruh jarahan harus kaukumpulkan di tengah-tengah lapangan dan harus kaubakar habis kota dengan seluruh jarahan itu sebagai korban bakaran yang lengkap bagi TUHAN, Allahmu. Semuanya itu akan tetap menjadi timbunan puing untuk selamanya dan tidak akan dibangun kembali.”.
4. Pada masa tuanya Salomo tertarik kepada penyembahan berhala dari para istri asing tersebut, dan bahkan ia mendirikan kuil bagi berhala-berhala tersebut (1Raja 11:3-8).
Ay 3-8: “(3) Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN. (4) Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. (5) Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, (6) dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya. (7) Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. (8) Demikian juga dilakukannya bagi semua isterinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka.”.
Ada beberapa hal yang ingin saya bahas dalam persoalan kejatuhan Salomo ke dalam penyembahan berhala ini:
a. Sampai sejauh mana kemurtadan / penyembahan berhala yang dilakukan oleh Salomo?
Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian, mengatakan bahwa Salomo betul-betul murtad sejauh mungkin.
Adam Clarke: “He seems to have gone as far in iniquity as it was possible.” [= Kelihatannya ia telah pergi / berjalan di dalam dosa / kejahatan sejauh hal itu memungkinkan.] - hal 427.
Clarke juga mengatakan bahwa ada hal-hal yang memperberat dosa Salomo:
(1)Salomo adalah orang yang diberi kebijaksanaan oleh Tuhan, dan mempunyai banyak pengetahuan.
Bdk. Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.
Adam Clarke: “Solomon deserved more punishment for his worship of Ashtaroth than any of the Sidonians did, though they performed precisely the same acts. The Sidonians had never known the true God; Solomon had been fully acquainted with him.” [= Salomo layak mendapat hukuman lebih banyak untuk penyembahannya terhadap Asytoret dari pada orang-orang Sidon, sekalipun mereka melakukan hal yang persis sama. Orang-orang Sidon tidak pernah mengenal Allah yang benar; Salomo telah mengenalNya sepenuhnya.] - hal 427.
(2)Allah telah 2 x menampakkan diri kepadanya (ay 9).
Ay 9: “Sebab itu TUHAN menunjukkan murkaNya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya,”.
(3)Allah telah memperingatkan dia untuk tidak melakukan dosa ini (ay 10 bdk. 9:3-9 3:14).
Ay 10: “dan yang telah memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN.”.
1Raja-Raja 3:14 - “Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintahKu, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu.’”.
1Raja-Raja 9:3-9 - “(3) Firman TUHAN kepadanya: ‘Telah Kudengar doa dan permohonanmu yang kausampaikan ke hadapanKu; Aku telah menguduskan rumah yang kaudirikan ini untuk membuat namaKu tinggal di situ sampai selama-lamanya, maka mataKu dan hatiKu akan ada di situ sepanjang masa. (4) Mengenai engkau, jika engkau hidup di hadapanKu sama seperti Daud, ayahmu, dengan tulus hati dan dengan benar, dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan jika engkau tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturanKu, (5) maka Aku akan meneguhkan takhta kerajaanmu atas Israel untuk selama-lamanya seperti yang telah Kujanjikan kepada Daud, ayahmu, dengan berkata: Keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel. (6) Tetapi jika kamu ini dan anak-anakmu berbalik dari padaKu dan tidak berpegang pada segala perintah dan ketetapanKu yang telah Kuberikan kepadamu, dan pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, (7) maka Aku akan melenyapkan orang Israel dari atas tanah yang telah Kuberikan kepada mereka, dan rumah yang telah Kukuduskan bagi namaKu itu, akan Kubuang dari hadapanKu, maka Israel akan menjadi kiasan dan sindiran di antara segala bangsa. (8) Dan rumah ini akan menjadi reruntuhan, sehingga setiap orang yang lewat akan tertegun, bersuit, dan berkata: Apakah sebabnya TUHAN berbuat yang demikian kepada negeri ini dan kepada rumah ini? (9) Maka orang akan berkata: Sebab mereka meninggalkan TUHAN, Allah mereka, yang membawa nenek moyang mereka keluar dari tanah Mesir dan sebab mereka berpegang pada allah lain dan sujud menyembah kepadanya dan beribadah kepadanya. Itulah sebabnya TUHAN mendatangkan segala malapetaka ini ke atas mereka.’”.
Tetapi kebanyakan penafsir tidak sependapat dengan Adam Clarke.
Albert Barnes (hal 178) mengatakan bahwa Salomo tidak pernah betul-betul murtad.
Barnes’ Notes (tentang ay 4): “The true nature of Solomon’s idolatry was neither complete apostasy - an apostasy from which there could be no recovery; nor a mere toleration, rather praise-worthy than blameable. Solomon did not ever openly or wholly apostatize. He continued his attendance on the worship of Yahweh, and punctually made his offerings three times a year in the temple (1 Kings 9:25); but his heart was not ‘perfect’ with God. The religious earnestness of his younger days was weakened by wealth, luxury, sensualism, an increasing worldliness leading him to worldly policy and latitudinarianism arising from contact with all the manifold forms of human opinion. His lapse into deadly sin was no doubt gradual. Partly from ostentation, partly from that sensualism which is the most common failing of Oriental monarchs, he established a harem on a grand and extraordinary scale. To gratify ‘strange women,’ i.e., foreigners, admitted either from worldly policy, or for variety’s sake, he built magnificent temples to their false gods, right over against Jerusalem, as manifest rivals to ‘the temple.’ He thus became the author of a syncretism, which sought to blend together the worship of Yahweh and the worship of idols - a syncretism which possessed fatal attractions for the Jewish nation. Finally, he appears himself to have frequented the idol temples (1 Kings 11:5,10), and to have taken part in those fearful impurities which constituted the worst horror of the idolatrous systems, thus practically apostatising, though theoretically he never ceased to hold that Yahweh was the true God.” [= Sifat yang benar dari penyembahan berhala Salomo bukanlah kemurtadan sepenuhnya - suatu kemurtadan dari mana di sana tidak bisa ada pemulihan; juga bukan semata-mata toleransi, agak lebih layak dipuji dari pada bisa disalahkan (?). Salomo tidak pernah murtad secara terbuka atau sepenuhnya. Ia melanjutkan kehadirannya pada penyembahan Yahweh, dan secara tepat waktu membuat persembahannya 3 x setahun di Bait Suci (1Raja-Raja 9:25); tetapi hatinya tidak ‘sempurna’ dengan Allah. Kesungguhan agamawi dari masa mudanya dilemahkan oleh kekayaan, kemewahan, dan nafsu, suatu peningkatan keduniawian membimbingnya kepada politik duniawi dan kebebasan pemikiran agamawi yang muncul dari kontak dengan semua bentuk yang bermacam-macam dari pandangan manusia. Penyelewengannya ke dalam dosa yang mematikan tak diragukan terjadi secara perlahan-lahan. Sebagian dari sikap pameran, sebagian dari nafsu itu yang merupakan kelemahan yang paling umum dari raja-raja Timur, ia mendirikan suatu harem dengan suatu skala yang besar dan luar biasa. Untuk membahagiakan ‘perempuan-perempuan asing’, yaitu orang-orang asing, diijinkan atau dari politik duniawi, atau demi variasi, ia membangun kuil-kuil yang megah bagi allah-allah palsu mereka, tepat berhadapan dengan Yerusalem, sebagai saingan-saingan yang nyata bagi ‘Bait Suci’. Jadi ia menjadi pencipta dari suatu sinkretisme, yang berusaha mencampur penyembahan terhadap Yahweh dan penyembahan berhala-berhala - suatu sinkretisme yang mempunyai daya tarik yang fatal bagi bangsa Yahudi. Akhirnya ia sendiri kelihatan sering mengunjungi kuil-kuil berhala (1Raja 11:5,10), dan untuk ikut ambil bagian dalam hal-hal najis yang menakutkan itu, yang membentuk kengerian dari sistim penyembahan berhala, dengan demikian murtad secara praktis, sekalipun secara teoretis ia tidak pernah berhenti mempercayai bahwa Yahweh adalah Allah yang benar.].
Matthew Poole (hal 679) mengatakan bahwa kemurtadan Salomo bukan berarti bahwa ia berubah pikiran tentang Allah, tetapi bahwa ia menjadi dingin / suam. Juga ia mengijinkan dan bahkan membangun kuil-kuil berhala, dan mungkin kadang-kadang ikut secara lahiriah dalam upacara-upacara berhala.
Matthew Poole (tentang ay 4): “‘Turned away his heart after other gods,’ not that they changed his mind or opinion about the true God and idols, which is not credible; but that they cooled his zeal against them, obtained from him a public indulgence for their worship, and money for the making of idols, and the support of the charges of their priests and sacrifices, and possibly persuaded him sometimes in complaisance to join with them in the outward act of idol worship, or, at least, in their feasts upon their sacrifices, which was a participation of their idolatry.” [= ‘Mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain’, bukan bahwa mereka mengubah pikiran atau pandangannya tentang Allah yang benar dan berhala-berhala, yang adalah tidak dapat dipercaya; tetapi bahwa mereka mendinginkan semangatnya menentang mereka, mendapatkan darinya suatu hak umum untuk penyembahan mereka, dan uang untuk pembuatan berhala-berhala, dan sokongan untuk ongkos-ongkos dari imam-imam dan korban-korban mereka, dan mungkin membujuk dia kadang-kadang dalam kemauan untuk menyenangkan untuk bergabung dengan mereka dalam tindakan luar / lahiriah dari penyembahan berhala, atau sedikitnya, dalam pesta-pesta korban mereka, yang merupakan suatu partisipasi dalam penyembahan berhala mereka.].
Pulpit Commentary: “The text does not limit Solomon’s polygamy to the time of old age, but his idolatrous leanings. I say ‘leanings’ for it is doubtful to what extent Solomon himself took part in actual idolatry.” [= Text ini tidak membatasi polygamynya Salomo pada masa tuanya, tetapi membatasi kecondongan penyembahan berhalanya. Saya mengatakan ‘kecondongan’ karena diragukan sampai sejauh mana Salomo sendiri ikut serta dalam penyembahan berhala yang sungguh-sungguh.] - hal 221.
Alasannya:
(1)Tidak pernah dikatakan bahwa Salomo ‘served’ [= beribadah; Ibrani: AVAD] allah lain, suatu ungkapan / istilah yang selalu digunakan untuk penyembahan berhala. Misalnya:
1Raja-Raja 16:31 - “Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya.”.
1Raja-Raja 22:54 - “Ia beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya dan dengan demikian ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, tepat seperti yang dilakukan ayahnya.”.
2Raja-Raja 17:12 - “mereka beribadah kepada berhala-berhala, walaupun TUHAN telah berfirman kepada mereka: ‘Janganlah kamu berbuat seperti itu!’”.
(2)Kalau ia memang menyembah berhala, maka dosanya lebih besar dari pada dosa Yerobeam (1Raja 12:29).
1Raja-Raja 12:29 - “Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan.”.
Lalu mengapa selanjutnya bukan dosa Salomo, tetapi dosa Yerobeam, yang selalu dijadikan patokan dari kejahatan, seperti dalam ayat-ayat di bawah ini?
1Raja 15:34 - “Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosanya yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.”.
1Raja 16:2,19,26,31 - “(2) ‘Oleh karena engkau telah Kutinggikan dari debu dan Kuangkat menjadi raja atas umatKu Israel, tetapi engkau telah hidup seperti Yerobeam dan telah menyuruh umatKu Israel berdosa, sehingga mereka menimbulkan sakit hatiKu dengan dosa mereka, ... (19) oleh karena dosa-dosa yang telah dilakukannya dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula. ... (26) Ia hidup menurut segala tingkah laku Yerobeam bin Nebat dan menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, dengan dewa-dewa kesia-siaan mereka. ... (31) Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya.”.
1Raja-raja 22:53 - “Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan hidup menurut kelakuan ayahnya dan ibunya dan Yerobeam bin Nebat, yang telah mengakibatkan orang Israel berdosa.”.
(3)Kata-kata ‘tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN / mengikuti TUHAN’ (1Raja 11:4,6) menunjukkan bahwa Salomo tidak sepenuhnya meninggalkan Tuhan.
1Raja 11:4,6 - “(4) Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. ... (6) dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya.”.
Matthew Henry: “Solomon did not quickly nor wholly turn away from God; therefore God did not quickly nor wholly take the kingdom from him.” [= Salomo tidak dengan cepat dan sepenuhnya berbalik dari Allah; karena itu Allah tidak dengan cepat ataupun sepenuhnya mengambil kerajaan dari dia.].
(4)Kalau ia betul-betul murtad, bagaimana mungkin dikemudian hari kehidupannya, bersama-sama dengan kehidupan Daud, masih tetap dijadikan teladan?
2Taw 11:17 - “Demikianlah mereka memperkokoh kerajaan Yehuda dan memperkuat pemerintahan Rehabeam bin Salomo selama tiga tahun, karena selama tiga tahun mereka hidup mengikuti jejak Daud dan Salomo.”.
Adam Clarke tak memberi komentar apapun tentang Salomo menjadi teladan di sini!
Salomo memang ikut membangun kuil, dan itu jelas salah, tetapi ia tidak pernah betul-betul ikut menyembah berhala. Perhatikan 1Raja 11:7-8, yang menunjukkan bahwa Salomo hanya membangun kuilnya, tetapi para istri asing itulah yang mempersembahkan korban kepada berhala / dewa mereka.
1Raja-raja 11:7-8 - “(7) Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. (8) Demikian juga dilakukannya bagi semua isterinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka.”.
Pulpit Commentary: “It was not actual idolatry. True, Solomon built altars, but he built them for his wives (vers. 7,8).” [= Itu bukan betul-betul penyembahan berhala. Memang benar bahwa Salomo membangun altar-altar / mezbah-mezbah, tetapi ia membangun altar-altar / mezbah-mezbah itu untuk istri-istrinya (ay 7,8).] - hal 223.
Pulpit Commentary: “the distinction, so far as the sin is concerned, between this and actual idolatry is a fine one. It is not implied, however, that Solomon ever discarded the worship of Jehovah.” [= Mengenai dosa yang dipersoalkan, perbedaan antara dosanya ini dan penyembahan berhala yang sungguh-sungguh, merupakan perbedaan yang tipis. Tetapi bagaimanapun text itu tidak menunjukkan bahwa Salomo pernah membuang penyembahan kepada Yehovah.] - hal 222.
b. Problem 1Raja 11:33: apakah ayat ini menunjukkan bahwa Salomo betul-betul jatuh ke dalam penyembahan berhala?
Ayat ini adalah ayat satu-satunya yang seolah-olah menunjukkan bahwa Salomo betul-betul jatuh ke dalam penyembahan berhala secara pribadi.
1Raja 11:33 - “Sebabnya ialah karena ia telah meninggalkan Aku dan sujud menyembah kepada Asytoret, dewi orang Sidon, kepada Kamos, allah orang Moab dan kepada Milkom, allah bani Amon, dan ia tidak hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dengan melakukan apa yang benar di mataKu dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturanKu, seperti Daud, ayahnya.”.
Tetapi sebetulnya belum tentu, karena ayat ini salah terjemahan. Terjemahan Kitab Suci Indonesia diambil dari LXX / Septuaginta [= Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani] yang dalam seluruh ayat ini menggunakan bentuk tunggal. Bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘Because that they have forsaken me, and have worshipped Ashtoreth the goddess of the Zidonians, Chemosh the god of the Moabites, and Milcom the god of the children of Ammon, and have not walked in my ways, to do (that which is) right in mine eyes, and (to keep) my statutes and my judgments, as (did) David his father.’ [= Karena mereka telah meninggalkan Aku, dan telah menyembah Asytoret dewi orang Sidon, Kamos dewa orang Moab, Milkom dewa bangsa Amon, dan telah tidak berjalan dalam jalanKu, melakukan apa yang benar di mataKu, dan memelihara hukum-hukumKu dan penghakimanKu, seperti yang dilakukan oleh Daud, bapanya.].
Jadi KJV menterjemahkan hampir seluruh ayat itu dalam bentuk jamak, kecuali bagian terakhir dari ayat itu. RSV menterjemahkan seperti terjemahan LAI; NIV/NASB seperti KJV.
Pulpit Commentary: “But the plural is to be retained, the import being that Solomon was not alone in his idolatrous leanings; or it may turn our thoughts to the actual idolaters - his wives - whose guilt he shared. The singular looks as if an alteration had been made to bring the words into harmony with the context, and especially with the concluding words of this verse, ‘David his father.’” [= Tetapi bentuk jamak itu harus dipertahankan, maksudnya adalah bahwa Salomo tidak sendirian dalam kecondongannya pada penyembahan berhala; atau itu bisa mengarahkan pikiran kita kepada penyembah-penyembah berhala yang sesungguhnya - istri-istrinya - dengan siapa ia ikut bersalah. Bentuk tunggal ini kelihatannya menunjukkan seakan-akan suatu perubahan telah dibuat untuk mengharmoniskan kata-kata ini dengan kontext, dan khususnya dengan kata-kata penutup dari ayat ini, ‘Daud, bapanya’.] - hal 236-237.
Saya sendiri beranggapan bahwa kata-kata ‘mereka meninggalkan Aku’ (KJV) tidak bisa diterapkan kepada istri-istri asing tersebut, karena mereka belum pernah mengenal / mengikut Tuhan. Jadi kata ‘mereka’ itu harus diterapkan kepada Salomo dan istri-istrinya yang bukan orang asing / penyembah berhala.
Demikian juga dengan kata-kata pada bagian akhir ay 33 itu - ‘telah tidak berjalan dalam jalanKu, melakukan apa yang benar di mataKu, dan memelihara hukum-hukumKu dan penghakimanKu’ (KJV). Ini semua hanya berlaku untuk Salomo dan istri-istrinya yang bukan orang asing / penyembah berhala, dan tidak berlaku untuk istri-istri asing Salomo.
Kalau demikian, maka bisa juga diambil kebalikannya, yaitu dengan menerapkan kata-kata ‘telah menyembah’ (KJV) hanya kepada para istri asing tersebut, dan tidak kepada Salomo.
Salomo memang mungkin sekali ikut dalam upacara / kebaktian penyembahan berhala itu, tetapi jelas bahwa hatinya tidak sungguh-sungguh mempercayai berhala-berhala tersebut. Dengan kata lain, ia hanya ikut dalam penyembahan berhala itu secara lahiriah.
Ini mungkin bisa disamakan dengan Naaman yang dalam 2Raja 5:17-18 meminta ijin kepada Elisa untuk ikut sujud menyembah kepada dewa Rimon (secara lahiriah).
2Raja-Raja 5:17-18 - “(17) Akhirnya berkatalah Naaman: ‘Jikalau demikian, biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN. (18) Dan kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud menyembah di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal itu.’”.
Saya berpendapat bahwa tindakan itu salah, dan Elisa juga salah dalam memberikan ijin (2Raja 5:19), tetapi itu tetap bukan merupakan suatu kemurtadan. Jadi, demikian juga dengan tindakan Salomo. Kalau ia secara lahiriah ikut menyembah dewa-dewa istri-istrinya, itu jelas merupakan suatu kompromi yang jelas-jelas merupakan dosa, tetapi itu bukan merupakan kemurtadan yang sungguh-sungguh.
Sedang tentang kata-kata ‘telah meninggalkan Aku’ dalam ay 33 ini, tidak terlalu jadi masalah. Tindakan Salomo, biarpun hanya secara lahiriah, memang merupakan dosa, dan karena itu disebut sebagai ‘meninggalkan Tuhan’.
Bahwa ini memang merupakan artinya, terlihat dari ay 33b-nya.
1Raja 11:33 - “Sebabnya ialah karena ia telah meninggalkan Aku dan sujud menyembah kepada Asytoret, dewi orang Sidon, kepada Kamos, allah orang Moab dan kepada Milkom, allah bani Amon, dan ia tidak hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dengan melakukan apa yang benar di mataKu dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturanKu, seperti Daud, ayahnya.”.
c. Dalam menafsirkan semua ayat yang seolah-olah menunjukkan kemurtadan, kita harus menafsirkannya dengan memperhatikan ayat-ayat di bawah ini, yang jelas mengatakan bahwa orang percaya yang sungguh-sungguh tidak mungkin murtad, dan yang bisa murtad hanyalah orang kristen KTP.
· Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.”.
Kata-kata ‘sekiranya mungkin’ jelas menunjukkan bahwa itu tidak mungkin terjadi.
· Yohanes 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
Jelas bahwa kalau seseorang murtad, ia tidak bisa dikatakan sebagai ‘tetap dalam firman’, dan karena itu harus dianggap sebagai bukan ‘benar-benar murid’!
· 1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.”.
5. Apakah Salomo akhirnya bertobat dari dosa-dosanya ini?
1Raja 11 ini ditutup dengan cerita tentang akhir hidup / kematian Salomo, tanpa menceritakan sedikitpun tentang pertobatannya.
1Raja-Raja 11:41-43 - “(41) Selebihnya dari riwayat Salomo dan segala yang dilakukannya dan hikmatnya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab riwayat Salomo? (42) Lamanya Salomo memerintah di Yerusalem atas seluruh Israel ialah empat puluh tahun. (43) Kemudian Salomo mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud, ayahnya. Maka Rehabeam, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.
a. Pandangan Adam Clarke.
(1)Salomo tidak pernah bertobat sampai akhir hidupnya, dan ia binasa dalam dosanya (tidak diselamatkan).
Memang kalau saudara membaca 1Raja 11 itu, bagian akhirnya hanya menceritakan kematian Salomo, tanpa menceritakan pertobatannya. Ini oleh Clarke dianggap sebagai menunjukkan bahwa Salomo memang tidak bertobat.
Adam Clarke: “This dismal account has a more dismal close still; for, in the same place in which we are informed of his apostasy, we are informed of his death, without the slightest intimation that he ever repented and turned to God.” [= Cerita yang menyedihkan ini mempunyai penutup yang lebih menyedihkan; karena di tempat yang sama (pasal yang sama) dimana kita diberi informasi tentang kemurtadannya, kita juga diberi informasi tentang kematiannya, tanpa petunjuk sedikitpun bahwa ia pernah bertobat dan berbalik kepada Allah.] - hal 433.
(2)Tentang kitab Pengkhotbah.
Adam Clarke: “It is true that what is wanting in fact is supplied by conjecture; for it is firmly believed that ‘he did repent, and wrote the book of Ecclesiastes after his conversion, which is a decided proof of his repentance.’” [= Memang benar bahwa apa yang dalam faktanya tidak ada disuplai oleh suatu dugaan; karena dipercaya secara teguh bahwa ‘ia memang bertobat, dan menuliskan kitab Pengkhotbah setelah pertobatannya, yang merupakan suatu bukti yang nyata / pasti tentang pertobatannya’.] - hal 433.
Adam Clarke: “I am sorry I cannot strengthen this opinion; of which I find not the shadow of a proof.” [= Saya minta maaf bahwa saya tidak bisa menguatkan pandangan ini; tentang mana saya tidak bisa menemukan petunjuk yang lemahpun dari suatu bukti.] - hal 433.
Clarke lalu memberikan beberapa hal untuk menentang pandangan bahwa kitab Pengkhotbah menunjukkan pertobatan Salomo:
(a)Kitab Pengkhotbah, sekalipun berbicara tentang banyak kesia-siaan, tetapi sama sekali tidak berbicara tentang kesia-siaan dari penyembahan berhala, yang merupakan dosa / kemurtadan Salomo.
(b)Kitab Pengkhotbah tidak menggunakan kata-kata dari orang yang bertobat dari dosa yang hebat / kejatuhan yang dalam, karena sama sekali tidak ada pengakuan dosa di dalamnya dan sama sekali berbeda dengan Maz 51, yang merupakan doa pengakuan dosa dari Daud.
(c)Diragukan bahwa Salomo menulis kitab Pengkhotbah, karena dalam beberapa bagian terlihat bahwa itu berasal dari jaman sesudah Salomo (Clarke, hal 434).
(3)Terhadap pandangan yang mengatakan bahwa Salomo merupakan type dari Kristus dan karena itu ia pasti selamat, Clarke mengatakan:
(a)Ia tidak menganggap Salomo sebagai type dari Kristus.
(b)Seandainya ia memang type dari Kristus, itu tidak membuktikan pertobatan / keselamatannya, karena ular tembaga yang jelas merupakan type dari Kristus (Yohanes 3:14-15), akhirnya dihancurkan karena disembah (2Raja-Raja 18:4).
Adam Clarke: “Typical persons and typical things may perish as well as others; the antitype alone will infallibly remain.” [= Orang-orang atau hal-hal / benda-benda yang merupakan type bisa binasa seperti yang lain; hanya anti typenya saja yang tertinggal secara pasti / tak bisa salah.] - hal 434.
Catatan: dalam point ini saya setuju dengan Clarke. Dan saya tak pernah tahu ada orang yang mengatakan Salomo selamat karena ia adalah TYPE dari Kristus. Ia memang TYPE dari Kristus, tetapi itu tak menjamin keselamatannya. Karena itu, nanti di bawah saya tak merasa perlu untuk menjawab point ini.
(4)Clarke menggunakan 1Taw 28:9.
1Taw 28:9 (kata-kata Daud) - “Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.”.
Adam Clarke: “That awful denunciation of Divine justice stands point blank in the way of all contrary suppositions: ‘If thou forsake the Lord, he will cast thee off for ever,’ 1Chron. 28:9. He did forsake the Lord; and he forsook him in his very last days; and there is no evidence that he ever again clave to him.” [= Ancaman yang mengerikan dari keadilan Ilahi berada secara langsung di jalan dari semua anggapan yang bertentangan: ‘Jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya’, 1Taw 28:9. Ia memang meninggalkan Tuhan; dan ia meninggalkanNya pada hari-hari terakhirnya; dan tidak ada bukti bahwa ia pernah berpegang kepadaNya lagi.] - hal 434.
(5)Alasan lain (alasan ini bukan diberikan oleh Adam Clarke, tetapi dibicarakan oleh Matthew Poole dalam tafsirannya tentang 1Raja 11:43).
2Raja-Raja 23:13 - “Bukit-bukit pengorbanan yang ada di sebelah timur Yerusalem di sebelah selatan bukit Kebusukan dan yang didirikan oleh Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewa kejijikan sembahan orang Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan Moab, dan untuk Milkom, dewa kekejian sembahan orang Amon, dinajiskan oleh raja.”.
Ayat ini dipakai untuk menunjukkan bahwa Salomo tidak bertobat, karena seandainya ia bertobat, ia pasti sudah menghancurkan kuil-kuil yang ia bangun. Tetapi kenyataannya semua itu masih ada jauh setelah kematiannya.
Catatan: ‘raja’ dalam 2Raja 23:13 itu adalah raja Yosia, yang hidup sekitar 300 tahun setelah Salomo.
Kesimpulan yang diberikan oleh Adam Clarke:
Adam Clarke: “there seems every evidence that he died in his sins. ... there is not a single testimony in the Old or New Testament that intimates he died in a safe state.” [= kelihatannya ada setiap bukti bahwa ia mati dalam dosa-dosanya. ... tidak ada satupun kesaksian dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa ia mati dalam keadaan selamat.] - hal 434.
Adam Clarke: “Reader, let him that standeth take heed lest he fall; not only foully but finally. Certainly, unconditional final perseverance will find little support in the case of Solomon. He was once most incontrovertibly in grace. He lost that grace and sinned most grievously against God. He was found in this state in his old age. He died, as far as the Scripture informs us, without repentance. Even the doubtfulness in which the bare letter of the Scripture leaves the eternal state of this man, is a blast of lightning to the syren song of ‘Once in grace, and still in grace;’ ‘Once a child, and a child for ever.’” [= Pembaca, siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh; bukan hanya jatuh secara buruk, tetapi jatuh pada akhirnya / sampai akhir. Jelas bahwa ketekunan akhir yang tidak bersyarat tidak menemukan dukungan dalam kasus Salomo. Bahwa ia pernah berada dalam kasih karunia merupakan sesuatu yang tidak dapat dibantah. Ia kehilangan kasih karunia itu dan berdosa secara sangat menyedihkan terhadap Allah. Ia didapati dalam keadaan ini pada masa tuanya. Ia mati, sejauh yang Kitab Suci informasikan kepada kita, tanpa pertobatan. Bahkan keragu-raguan dimana huruf-huruf telanjang dari Kitab Suci meninggalkan keadaan kekal dari orang ini, merupakan suatu ledakan petir bagi nyanyian yang menggoda / mencobai tentang ‘Sekali dalam kasih karunia, dan tetap dalam kasih karunia’; ‘Sekali seorang anak, dan seorang anak selama-lamanya’.] - hal 434.
1Korintus 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
b. Penafsir-penafsir lain kelihatannya tidak ada yang setuju dengan Adam Clarke. Hampir semua beranggapan bahwa Salomo bertobat dan diselamatkan.
Alasan-alasan yang diberikan:
(1)Pertama-tama tentang 2Raja 23:13 yang baru saja saya bahas di atas.
2Raja-Raja 23:13 - “Bukit-bukit pengorbanan yang ada di sebelah timur Yerusalem di sebelah selatan bukit Kebusukan dan yang didirikan oleh Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewa kejijikan sembahan orang Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan Moab, dan untuk Milkom, dewa kekejian sembahan orang Amon, dinajiskan oleh raja.”.
Matthew Poole (hal 768) yang tadinya membicarakan serangan ini, menjawab sendiri serangan itu. Ia menafsirkan ini bukan sebagai apa yang didirikan oleh Salomo, karena itu sudah dihancurkan pada saat ia bertobat, tetapi lalu diatasnya / di tempat yang sama, didirikan lagi oleh orang lain, dan untuk penggunaan yang sama, sehingga disebutkan atas nama Salomo.
Matthew Poole: “not the same individual altars; which doubtless either Solomon upon his repentance, or some other of Josiah’s godly predecessors, had taken away long before this time; but other altars built by Manasseh or Amon, which because erected by Solomon’s example, and for the same use, and in the same place, are called by his name;” [= bukan mezbah individual yang sama; yang tak diragukan atau Salomo pada pertobatannya, atau pendahulu-pendahulu yang saleh yang lain dari Yosia, telah mengambilnya lama sebelum saat ini; tetapi mezbah-mezbah yang lain yang dibangun oleh Manasye atau Amon, yang karena didirikan oleh teladan Salomo, dan untuk penggunaan yang sama, dan ada di tempat yang sama, disebut dengan namanya;] - hal 768.
Matthew Henry menganggap ini hanya sebagai sisa-sisa dari kuil-kuil berhala yang didirikan oleh Salomo. Jadi sebetulnya sudah dihancurkan tetapi ada sisa-sisanya.
Matthew Henry (tentang 2Raja 23:13): “There were ‘high places before Jerusalem, which Solomon had built,’ v. 13. The altars and images on those high places, we may suppose, had been taken away by some of the preceding godly kings, or perhaps Solomon himself had removed them when he became a penitent; but the buildings, or some parts of them, remained, with other high places, till Josiah’s time.” [= Disana ada ‘tempat-tempat tinggi / bukit-bukit sebelum / di depan Yerusalem, yang telah dibangun oleh Salomo’, ay 13. Mezbah-mezbah dan patung-patung di tempat-tempat tinggi / bukit-bukit itu, kita bisa menganggap, telah disingkirkan oleh beberapa dari raja-raja yang saleh sebelumnya, atau mungkin Salomo sendiri telah menyingkirkan mereka pada waktu ia bertobat / menyesal; tetapi bangunan-bangunan itu, atau beberapa bagian-bagian dari mereka, tetap tinggal, bersama-sama dengan tempat-tempat tinggi / bukit-bukit, sampai jaman Yosia.].
Jamieson, Fausset & Brown bahkan berpendapat itu bukan sisa-sisa tetapi hanya tanahnya saja. Karena itu dikatakan Yosia hanya menajiskannya, bukan menghancurkannya.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2Raja 23:13): “Josiah is said not to have destroyed, but only defiled, ‘the high places on the hill of Corruption.’ It is most probable that Hezekiah had long before demolished the idolatrous temples erected there by Solomon; but as the superstitious people continued to regard the spot as consecrated ground, Josiah defiled it.” [= Yosia dikatakan tidak menghancurkan, tetapi hanya menajiskan, ‘tempat-tempat tinggi / bukit-bukit di bukit Kebusukan’. Adalah sangat memungkinkan bahwa Hizkia jauh sebelumnya telah menghancurkan kuil-kuil berhala yang didirikan disana oleh Salomo; tetapi karena bangsa yang percaya takhyul itu terus menganggap tempat itu sebagai tanah yang kudus / keramat, Yosia menajiskannya.].
2Raja 23:13 - “Bukit-bukit pengorbanan yang ada di sebelah timur Yerusalem di sebelah selatan bukit Kebusukan dan yang didirikan oleh Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewa kejijikan sembahan orang Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan Moab, dan untuk Milkom, dewa kekejian sembahan orang Amon, dinajiskan oleh raja.”.
(2)Kedua saya ingin membahas usaha pembunuhan oleh Salomo terhadap Yerobeam (ay 40).
Mengapa ini perlu dibahas? Karena kalau Salomo ingin membunuh Yerobeam karena nabi Ahia menubuatkan Yerobeam akan mengambil 10 suku dari anaknya (Rehabeam), maka ini menunjukkan bahwa Salomo berkeras dalam dosanya (baca 1Raja 11:11-13,29-40).
1Raja-Raja 11:40 - “Lalu Salomo berikhtiar membunuh Yerobeam, tetapi Yerobeam bangkit dan melarikan diri ke Mesir, kepada Sisak, raja Mesir, dan di Mesirlah ia tinggal sampai Salomo mati.”.
KJV: ‘Solomon sought therefore to kill Jeroboam. And Jeroboam arose, and fled into Egypt, unto Shishak king of Egypt, and was in Egypt until the death of Solomon’ [= Karena itu, Salomo berusaha untuk membunuh Yerobeam. Dan Yerobeam bangkit, dan lari ke Mesir, kepada Sisak raja Mesir, dan ada di Mesir sampai kematian Salomo].
Adanya kata ‘therefore’ [= karena itu] di sini menyebabkan orang menganggap bahwa Salomo mau membunuh Yerobeam, karena nubuat Ahia (ay 29-39). Kata ‘therefore’ [= karena itu] ini juga ada dalam RSV dan NASB, tetapi sebetulnya kata itu tidak ada dalam bahasa aslinya, dan karena itu NIV secara benar tidak memberikan kata itu.
NIV: ‘Solomon tried to kill Jeroboam, but Jeroboam fled to Egypt, to Shishak the king, and stayed there until Solomon’s death.’ [= Salomo berusaha untuk membunuh Yerobeam, tetapi Yerobeam lari ke Mesir, kepada Sisak sang raja, dan tinggal disana sampai kematian Salomo.].
Jadi, Salomo mau membunuh Yerobeam, bukan karena nubuat Ahia, tetapi karena pemberontakan Yerobeam dalam ay 26.
1Raja-Raja 11:26 - “Juga Yerobeam bin Nebat, seorang Efraim dari Zereda, seorang pegawai Salomo, nama ibunya Zerua, seorang janda, memberontak terhadap raja.”.
Pemberontakan Yerobeam jelas merupakan sesuatu yang salah karena sekalipun Ahia menubuatkan bahwa Yerobeam akan menjadi raja, tetapi Ahia secara explicit juga mengatakan bahwa Salomo masih akan bertakhta seumur hidupnya (ay 34).
1Raja-Raja 11:34 - “Bukan dari tangannya akan Kuambil seluruh kerajaan itu; Aku akan membiarkan dia tetap menjadi raja seumur hidupnya, oleh karena hambaKu Daud yang telah Kupilih dan yang tetap mengikuti segala perintah dan ketetapanKu.”.
(3)Tentang tidak adanya cerita tentang pertobatan Salomo dalam 1Raja 11, atau di tempat lain manapun dalam Alkitab, itu merupakan ‘argument from silence’ [= argumentasi dari ke-diam-an], yang tidak mempunyai kekuatan untuk membuktikan bahwa Salomo tidak bertobat.
(a)Matthew Poole (tentang 1Raja-Raja 11:43): “We read nothing of the repentance of Adam, Noah, after his drunkenness, Lot, Samson, Asa, &c.; shall we therefore conclude they were all damned? The silence of the Scripture is a very weak argument in matters of history.” [= Kita tidak pernah membaca tentang pertobatan Adam, Nuh, setelah ia mabuk, Lot, Simson, Asa, dsb; apakah karena itu kita akan menyimpulkan bahwa mereka semua dihukum? Diamnya Kitab Suci merupakan suatu argumentasi yang lemah dalam persoalan-persoalan sejarah.] - hal 682.
Catatan: Adam - Kej 5; Nuh - Kej 9; Simson - Hakim 16; Asa - 2Taw 16.
(b)Poole menambahkan bahwa kalau ia bertobat, dan Kitab Suci tidak menceritakan sehingga ada keraguan tentang nasib akhirnya, maka itu menjadi sesuatu yang membuat takut orang-orang kristen sehingga tidak sembarangan berbuat dosa (hal 682).
Matthew Poole (tentang 1Raja 11:43): “If he did repent, yet the silence of the Scripture about it in this history was not without wise reasons; as, among others, that his eternal condition being thus far left doubtful, his example might have the greater influence for the terror and caution of future offenders.” [= Jika ia memang bertobat, tetapi diamnya Kitab Suci tentang hal ini dalam sejarah ini bukanlah tanpa alasan-alasan yang bijaksana; seperti, antara lain, bahwa dengan kondisi kekalnya dibiarkan meragukan seperti itu, teladan / contohnya bisa mempunyai pengaruh yang lebih besar untuk rasa takut dan sikap berhati-hati dari pelanggar-pelanggar yang akan datang.] - hal 682.
Matthew Henry juga memberi komentar yang kurang lebih sama artinya dengan Matthew Poole.
Matthew Henry (tentang 1Raja-Raja 11:9-11): “But, though we have all this reason to hope he repented and found mercy, yet the Holy Ghost did not think fit expressly to record his recovery, but left it doubtful, for warning to others not to sin upon presumption of repenting, for it is but a peradventure whether God will give them repentance, or, if he do, whether he will give the evidence of it to themselves or others.” [= Tetapi, sekalipun kita mempunyai semua alasan ini untuk berharap ia bertobat dan menemukan belas kasihan, tetapi Roh Kudus tidak menganggap cocok untuk mencatat secara jelas pemulihan / pertobatannya, tetapi membiarkannya meragukan, sebagai peringatan bagi orang-orang lain untuk tidak berdosa dengan kesombongan tentang pertobatan, karena hanya merupakan suatu yang meragukan apakah Allah akan memberi mereka pertobatan, atau, jika Ia memberi, apakah Ia akan memberi bukti tentangnya kepada diri mereka sendiri atau orang-orang lain.].
(4)Tentang kitab Pengkhotbah.
Dimulai oleh Martin Luther, dan banyak orang yang lalu mengikutinya, ada banyak penafsir yang menentang pandangan bahwa kitab Pengkhotbah ditulis oleh Salomo.
Penulis dari Pulpit Commentary tentang kitab Pengkhotbah, sekalipun menganggap bahwa penulis kitab ini bukan Salomo (‘Introduction’, hal xii), tetapi menambahkan sebagai berikut:
Pulpit Commentary (tentang Pengkhotbah): “In deciding thus we are not precluded from considering that many of the proverbs and sayings contained herein come from an earlier age, and may have been popularly attributed to Solomon himself.” [= Dalam memutuskan seperti itu kami tidak membuang / mengeluarkan dari pemikiran bahwa banyak dari amsal-amsal dan pepatah-pepatah yang ada di dalamnya datang dari jaman yang lebih awal, dan bisa / mungkin secara populer dianggap berasal dari Salomo sendiri.] - ‘Introduction’, hal xiv.
Catatan: ini memang tidak bisa salah, karena perhatikan Pkh 1:1 - “Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem.”.
Anak Daud yang menjadi raja di Yerusalem tidak ada lain kecuali Salomo. Jadi, kalaupun bukan Salomo yang menulis Kitab Pengkhotbah, maka tetap pasti bahwa kata-kata Salomo banyak dikutip / dimasukkan ke dalam Kitab ini oleh penulisnya.
Pulpit Commentary (tentang 1Raja-Raja 11): “We need not attempt to solve the purely speculative question as to whether he ever recovered from his fall; his later writings suggest at least the hope that it was so.” [= Kita tidak perlu mencoba untuk menyelesaikan pertanyaan yang sepenuhnya bersifat spekulasi berkenaan dengan apakah ia pernah pulih dari kejatuhannya; tulisan-tulisannya pada masa belakangan sedikitnya menunjukkan harapan bahwa ia memang pulih / bertobat.] - hal 231.
Keil & Delitzsch (tentang 1Raja 11:41-43): “Whether Solomon turned to the Lord again with all his heart, a question widely discussed by the older commentators ... cannot be ascertained from the Scriptures. If the Preacher (Koheleth) is traceable to Solomon so far as the leading thoughts are concerned, we should find in this fact an evidence of his conversion, or at least a proof that at the close of his life Solomon discovered the vanity of all earthly possessions and aims, and declared the fear of God to be the only abiding good, with which a man stand before the judgment of God.” [= Apakah Salomo berbalik kepada Tuhan lagi dengan segenap hatinya, suatu pertanyaan yang didiskusikan secara meluas oleh penafsir-penafsir kuno ... tidak bisa dipastikan dari Kitab Suci. Jika kitab Pengkhotbah bisa ditelusuri jejaknya sampai kepada Salomo sejauh pokok-pokok utamanya yang dipersoalkan, kita harus mendapatkan dalam fakta ini suatu bukti dari pertobatannya, atau sedikitnya suatu bukti bahwa pada akhir hidupnya Salomo menemukan kesia-siaan dari semua milik dan tujuan duniawi, dan menyatakan rasa takut kepada Allah sebagai satu-satunya hal baik yang menetap, dengan mana seseorang berdiri di hadapan penghakiman Allah.] - hal 182,183.
The Bible Exposition Commentary (tentang 1Raja-Raja 11:1-8): “When you read the Book of Ecclesiastes, you discover that when Solomon’s heart began to turn from the Lord, he went through a period of cynicism and despair. He even questioned whether his life was worth living. Without a close walk with the Lord, his heart was empty, so he pursued pleasure, became involved in commercial ventures with many foreign nations, and engaged in vast building programs. However, he still found no enjoyment in life. At least thirty-eight times in Ecclesiastes, Solomon wrote, ‘Vanity of vanities.’” [= Pada waktu engkau membaca Kitab Pengkhotbah, engkau menemukan bahwa pada waktu hati Salomo mulai berbalik dari Tuhan, ia melalui suatu masa dari sikap sinis dan putus asa. Ia bahkan mempertanyakan apakah hidupnya layak untuk dijalani. Tanpa suatu hidup yang dekat dengan Tuhan, hatinya kosong, sehingga ia mengejar kesenangan, menjadi terlibat dalam usaha-usaha komersial dengan banyak bangsa-bangsa asing, dan sibuk dengan program-program pembangunan yang luas / banyak. Tetapi ia tetap tidak menemukan penikmatan dalam kehidupan. Sedikitnya 38 kali dalam Pengkhotbah, Salomo menulis, ‘kesia-siaan dari kesia-siaan’.].
Matthew Henry (tentang 1Raja-Raja 11:9-11): “Upon this message which God graciously sent to Solomon, to awaken his conscience and bring him to repentance, we have reason to hope that he humbled himself before God, confessed his sin, begged pardon, and returned to his duty, that he then published his repentance in the book of Ecclesiastes, where he bitterly laments his own folly and madness (ch. 7:25,26), and warns others to take heed of the like evil courses, and to fear God and keep his commandments, in consideration of the judgment to come, which, it is likely, had made him tremble, as it did Felix. That penitential sermon was as true an indication of a heart broken for sin and turned from it as David’s penitential psalms were, though of another nature. God’s grace in his people works variously.” [= Terhadap pernyataan / pesan ini yang Allah secara penuh kasih karunia kirimkan kepada Salomo, untuk membangunkan hati nuraninya dan membawanya pada pertobatan, kami mempunyai alasan untuk berharap bahwa ia merendahkan dirinya sendiri di hadapan Allah, mengakui dosanya, meminta ampun, dan kembali pada kewajibannya, bahwa ia lalu mempublikasikan pertobatannya dalam kitab Pengkhotbah, dimana ia dengan pahit meratapi kebodohan dan kegilaannya sendiri (psl 7:25,26), dan memperingati orang-orang lain untuk memperhatikan jalan-jalan jahat yang serupa, dan untuk takut kepada Allah dan mentaati hukum-hukum / perintah-perintahNya, dengan mempertimbangkan penghakiman yang akan datang, yang, adalah mungkin, telah membuatnya gemetar, seperti hal itu membuat Felix gemetar. Khotbah pertobatan / penyesalan itu adalah suatu petunjuk yang sama benarnya tentang suatu hati yang remuk untuk dosa dan berbalik darinya, seperti mazmur-mazmur pertobatan / penyesalan Daud, sekalipun sifat dasarnya berbeda. Kasih karunia Allah dalam umatNya bekerja secara berbeda-beda.].
Pkh 7:25-26 - “(25) Aku tujukan perhatianku untuk memahami, menyelidiki, dan mencari hikmat dan kesimpulan, serta untuk mengetahui bahwa kefasikan itu kebodohan dan kebebalan itu kegilaan. (26) Dan aku menemukan sesuatu yang lebih pahit dari pada maut: perempuan yang adalah jala, yang hatinya adalah jerat dan tangannya adalah belenggu. Orang yang dikenan Allah terhindar dari padanya, tetapi orang yang berdosa ditangkapnya.”.
The Bible Exposition Commentary (tentang 1Raja 11:33): “Solomon reigned from 971 to 931. Did he return to the Lord before he died? Bible students don’t agree in their interpretations and answers. Certainly his admonition in Eccl 12:13-14 points in the direction of repentance and restoration, and we trust this was so.” [= Salomo bertakhta dari 971 sampai 931 (SM). Apakah ia kembali kepada Tuhan sebelum ia mati? Pelajar-pelajar Alkitab tidak sependapat dalam penafsiran dan jawaban mereka. Pastilah peringatan / nasehatnya dalam Pkh 12:13-14 menunjuk ke arah pertobatan dan pemulihan, dan demikianlah kami percaya.].
Pkh 12:13-14 - “(13) Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. (14) Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.”.
Matthew Poole (tentang 1Raja 11:43): “But it seems to be put out of dispute by the Book of Ecclesiastes, which (by the general consent both of Jewish and Christian interpreters) was written by Solomon, and that after his fall, as is evident, not only from the unanimous testimony of the Hebrew writers, who thence conclude that he did repent, and was saved; but also from the whole strain of that book, which was written long after he had finished all his works, and after he had liberally drunk of all sorts of sensual pleasures, and sadly experienced the bitter effects of his love of women, Ec 7:27, &c; which makes it more than probable, that as David wrote Ps 51, so Solomon wrote this book, as a public testimony and profession of his repentance. And this argument is so cogent, that those interpreters who are of the other opinion confess it, if Solomon did write this book after his fall, which they pretend he wrote before it; but they offer not any argument to prove it. And therefore we have reason to conclude that Solomon did repent, and was saved.” [= Tetapi itu (pertobatan Salomo) kelihatannya disingkirkan dari perdebatan oleh Kitab Pengkhotbah, yang (oleh persetujuan umum baik dari penafsir-penafsir Yahudi maupun Kristen) ditulis oleh Salomo, dan bahwa setelah kejatuhannya, seperti adalah jelas, bukan hanya dari kesaksian dengan suara bulat dari penulis-penulis Ibrani, yang dari situ menyimpulkan bahwa ia memang bertobat, dan diselamatkan; tetapi juga dari seluruh nada dari kitab itu, yang ditulis lama setelah ia telah menyelesaikan semua pekerjaannya, dan setelah ia telah meminum secara bebas semua jenis kesenangan-kesenangan daging / duniawi, dan mengalami secara pahit hasil-hasil / efek-efek yang pahit dari cintanya kepada perempuan-perempuan, Pkh 7:27, dst.; yang membuatnya lebih dari mungkin, bahwa seperti Daud menulis Maz 51, demikian juga Salomo menulis Kitab ini, sebagai suatu kesaksian dan pengakuan umum tentang pertobatannya. Dan argumentasi ini adalah begitu kuat / meyakinkan, sehingga penafsir-penafsir yang mempunyai pandangan lain mengakui argumentasi ini, jika Salomo memang menulis kitab ini setelah kejatuhannya, yang mereka claim ia tuliskan sebelumnya; tetapi mereka tidak memberikan argumentasi apapun untuk membuktikannya. Dan karena itu kita mempunyai alasan untuk menyimpulkan bahwa Salomo memang bertobat, dan diselamatkan.] - hal 682.
Catatan: terhadap argumentasi Clarke di atas yang mengatakan bahwa dalam kitab Pengkhotbah tidak disebutkan tentang kesia-siaan dari penyembahan berhala, dan juga tidak ada pengakuan dosa / permintaan ampun, saya menjawab sebagai berikut:
(a)Penjahat yang bertobat di kayu salib juga tidak diceritakan bahwa ia mengaku dosa, minta ampun dan sebagainya. Tetapi tetap ia dianggap betul-betul bertobat!
(b)Pertobatan dari pemungut cukai (Lukas 18:13), yang juga tidak membicarakan korupsi / penindasan yang ia lakukan, tetapi ia toh diampuni / dibenarkan.
(c)Mazmur 51 itu sendiri, yang merupakan doa pengakuan dosa raja Daud, sama sekali tidak menyinggung tentang perzinahan (dengan Batsyeba) dan pembunuhan (terhadap Uria) yang ia lakukan.
Catatan: perlu diketahui bahwa Maz 51:1-2 dalam Kitab Suci Indonesia, yang memang membicarakan perzinahannya dengan Batsyeba, sebetulnya tidak termasuk dalam Kitab Suci. Itu hanya merupakan catatan tambahan dari ahli Taurat yang menyalin manuscript / naskah. Dalam Kitab Suci bahasa Inggris bagian-bagian seperti itu selalu diletakkan di headnote (catatan kepala). Dan Mazmur 51:3 dalam Kitab Suci Indonesia = Psalm 51:1 dalam Alkitab bahasa Inggris.
(d)Kalau seseorang harus bertobat / mengaku dosa dari setiap dosanya sebelum kematiannya dan baru ia diselamatkan, maka:
· Hanya sangat sedikit orang percaya yang selamat. Pikirkan, ada berapa orang bisa / sempat bertobat dan mengaku setiap dosanya sebelum kematiannya? Dan kalau ada yang menjawab bahwa itu hanya berlaku untuk dosa-dosa yang besar / berat saja, seperti penyembahan berhala yang dilakukan oleh Salomo, maka saya menjawab: dimana letak batasannya antara dosa besar dan dosa kecil? Kalau dusta termasuk dosa kecil, bagaimana dengan mencuri, merampok, menculik, membunuh, berzinah, dan sebagainya. Yang mana yang masuk dosa kecil, dan yang mana dosa besar? Pertanyaan ini tidak mungkin bisa dijawab.
· Ini berbau ajaran sesat ‘salvation by works’ [= keselamatan oleh perbuatan baik].
(d)Kitab Pengkhotbah memang bukan merupakan suatu doa pengakuan dosa seperti Maz 51. Tetapi dari isinya kita bisa melihat sikap hati Salomo.
Ada satu bagian dari kitab Pengkhotbah yang menunjukkan pandangan negatif Salomo tentang perempuan, dan ini bisa saja berhubungan dengan dosanya yang disebabkan karena perempuan-perempuan.
Pkh 7:26-29 - “(26) Dan aku menemukan sesuatu yang lebih pahit dari pada maut: perempuan yang adalah jala, yang hatinya adalah jerat dan tangannya adalah belenggu. Orang yang dikenan Allah terhindar dari padanya, tetapi orang yang berdosa ditangkapnya. (27) Lihatlah, ini yang kudapati, kata Pengkhotbah: Sementara menyatukan yang satu dengan yang lain untuk mendapat kesimpulan, (28) yang masih kucari tetapi tidak kudapati, kudapati seorang laki-laki di antara seribu, tetapi tidak kudapati seorang perempuan di antara mereka. (29) Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.”.
Matthew Henry (tentang Pkh 7:23-29): “Solomon had hitherto been proving the vanity of the world and its utter insufficiency to make men happy; now here he comes to show the vileness of sin, and its certain tendency to make men miserable; and this, as the former, he proves from his own experience, and it was a dear-bought experience. He is here, more than any where in all this book, putting on the habit of a penitent. ... He now discovered more than ever of the evil of that great sin which he himself had been guilty of, the ‘loving of many strange women,’ 1 Kings 11:1. This is that which he here most feelingly laments, and in very pathetic expressions.” [= Sampai disini Salomo telah membuktikan kesia-siaan dari dunia dan ketidak-cukupannya yang mutlak untuk membuat manusia bahagia; sekarang disini ia menunjukkan kejahatan / kebejatan dari dosa, dan kecondongannya yang pasti untuk membuat manusia tidak bahagia; dan hal ini, seperti hal yang lalu, ia buktikan dari pengalamannya sendiri, dan itu adalah pengalaman yang dibayar dengan mahal. Ia di sini, lebih dari pada dimanapun dalam seluruh kitab ini, mengenakan kebiasaan dari seorang petobat / orang yang menyesal. ... Sekarang ia mendapati lebih dari kapanpun tentang kejahatan dari dosa yang besar itu tentang mana ia sendiri bersalah, ‘cinta terhadap banyak perempuan asing’, 1Raja 11:1. Ini adalah hal yang di sini ia ratapi dengan paling penuh perasaan, dan dalam pernyataan-pernyataan yang paling menyedihkan.].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Pkh 7:26): “I find that of all my sinful follies, none has been so ruinous a snare in seducing me from God as idolatrous women (1 Kings 11:3-4; Prov 5:3-4). Since ‘God’s favour is better than life,’ she who seduces from God is ‘more bitter than death.’” [= Aku mendapati bahwa dari semua kebodohan-kebodohan berdosaku, tak ada yang begitu telah lebih menghancurkan dalam menggoda / membujuk aku seperti perempuan-perempuan penyembah berhala (1Raja 11:3-4; Amsal 5:3-4). Karena ‘kebaikan / kasih setia Allah lebih baik dari pada hidup’, ia yang menggoda / membujuk dari Allah adalah ‘lebih pahit dari pada maut’.].
Mazmur 63:4 - “Sebab kasih setiaMu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Pkh 7:28): “Solomon, in the word ‘thousand,’ alludes to his 300 wives and 700 concubines (1 Kings 11:3). Among these it was not likely that he should find the fidelity which one true wife pays to one husband.” [= Salomo, dalam kata ‘seribu’ menunjuk secara tak langsung kepada 300 istri dan 700 gundiknya (1Raja 11:3). Di antara ini tidak ada kemungkinan bahwa ia mendapati kesetiaan yang diberikan satu istri yang benar kepada suaminya.].
Catatan: seharusnya istri yang 700 dan gundiknya 300 (1Raja 11:3).
(5)Tentang kata-kata Daud kepada Salomo dalam 1Taw 28:9.
1Taw 28:9 (kata-kata Daud) - “Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.”.
(a)Kata-kata ‘jika engkau meninggalkan Dia’ oleh Matthew Poole ditafsirkan sebagai suatu kemurtadan total. Dan menurut saya memang harus diartikan demikian, karena kalau tidak, maka ayat ini akan bertentangan dengan 2Sam 7:14-15.
2Sam 7:12-15 - “(12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.”.
Menurut 2Samuel 7:14 ini, kalau Salomo melakukan kesalahan, yang Tuhan akan lakukan adalah menghajar dia, bukan membuang dia untuk selamanya.
Matthew Henry (tentang 1Raja-Raja 11:9-11): “Thus, though Solomon fell, he was not utterly cast down; what God had said to David concerning him was fulfilled: I will chasten him with the rod of men, but my mercy shall not depart from him, 2 Sam 7:14,15.” [= Jadi, sekalipun Salomo jatuh, ia tidak sepenuhnya dikecewakan; apa yang Allah katakan kepada Daud tentang dia digenapi: Aku akan menghajar dia dengan tongkat dari manusia, tetapi belas kasihanKu tidak akan meninggalkannya, 2Sam 7:14-15.].
(b)Saya menganggap 1Taw 28:9 ini bukan sebagai problem, karena memang sekalipun Kitab Suci di satu sisi memberikan jaminan keselamatan bagi orang kristen yang sejati, tetapi di sisi lain Kitab Suci juga memberikan ayat-ayat yang menuntut orang kristen yang sejati itu hidup secara bertanggung jawab.
(6)Argumentasi yang meragukan berdasarkan 2Taw 9.
Dalam kitab 2Tawarikh, cerita tentang Salomo diceritakan dalam pasal 1-9. Tetapi yang aneh adalah cerita tentang kejatuhan / kemurtadan Salomo sama sekali tidak diceritakan dalam 2Taw. Mengapa? Ini jawaban Matthew Henry.
Matthew Henry (tentang 2Taw 9:13-31): “It is very observable that no mention is here made of Solomon’s departure from God in his latter days, not the least hint given of it, 1. Because the Holy Ghost would teach us not to take delight in repeating the faults and follies of others. If those that have been in reputation for wisdom and honour misbehave, though it may be of use to take notice of their misconduct for warning to ourselves and others, yet we must not be forward to mention it, once the speaking of it is enough; why should that unpleasing string be again struck upon? Why can we not do as the sacred historian here does, speak largely of that in others which is praise-worthy, without saying any thing of their blemishes, yea, though they have been gross and obvious? This is but doing as we would be done by. 2. Because, though he fell, yet he was not utterly cast down. His sin is not again recorded, because it was repented of, and pardoned, and became as if it had never been. Scripture-silence sometimes speaks. I am willing to believe that its silence here concerning the sin of Solomon is an intimation that none of the sins he committed were mentioned against him, Ezek 33:16. When God pardons sin he casts it behind his back and remembers it no more.” [= Merupakan sesuatu yang jelas bahwa tak ada penyebutan dibuat di sini tentang tindakan Salomo meninggalkan Allah pada hari-hari belakangannya, tidak ada petunjuk yang terkecil sekalipun diberikan tentangnya, 1. Karena Roh Kudus mau mengajar kita tidak bersenang-senang dengan mengulangi kesalahan-kesalahan dan kebodohan-kebodohan orang-orang lain. Jika mereka yang telah mempunyai reputasi untuk hikmat dan hormat bertindak secara buruk, sekalipun bisa berguna untuk memperhatikan kesalahan mereka sebagai peringatan bagi diri kita sendiri dan orang-orang lain, tetapi kita tidak boleh bersemangat / mempunyai kecenderungan untuk menyebutkannya, setelah sekali membicarakan tentangnya itu sudah cukup; mengapa senar yang tidak menyenangkan itu harus dipetik lagi? Mengapa kita tidak bisa melakukan seperti ahli sejarah yang keramat / kudus di sini lakukan, berbicara terutama tentang hal-hal yang layak dipuji dalam orang-orang lain, tanpa mengatakan apapun dari cacat-cacat mereka, ya, sekalipun mereka adalah memalukan dan jelas? Ini hanyalah tindakan dimana kita mau mencari keuntungan (?). 2. Karena, sekalipun ia jatuh, tetapi ia tidak sepenuhnya ditolak. Dosanya tidak dicatat lagi, karena ia sudah bertobat darinya, dan diampuni, dan menjadi seakan-akan itu tidak pernah terjadi. Diamnya Kitab Suci kadang-kadang berbicara. Saya mau percaya bahwa diamnya Kitab Suci di sini berkenaan dengan dosa Salomo merupakan suatu petunjuk bahwa tak ada dari dosa-dosa yang ia lakukan disebutkan menentang / terhadap dia, Yeh 33:16. Pada waktu Allah mengampuni dosa Ia membuangnya di belakang punggungNya dan tidak mengingatnya lagi.].
Yeh 33:14-16 - “(14) Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti mati! - tetapi ia bertobat dari dosanya serta melakukan keadilan dan kebenaran, (15) orang jahat itu mengembalikan gadaian orang, ia membayar ganti rampasannya, menuruti peraturan-peraturan yang memberi hidup, sehingga tidak berbuat curang lagi, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. (16) Semua dosa yang diperbuatnya tidak akan diingat-ingat lagi; ia sudah melakukan keadilan dan kebenaran, maka ia pasti hidup.”.
Bandingkan juga dengan ayat-ayat ini:
Maz 130:3 - “Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?”.
Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.”.
Saya tidak tahu argumentasi Matthew Henry ini bisa dipakai secara sah atau tidak, karena kalau kita melihat Daud, sekalipun ia sudah bertobat dalam urusannya dengan Batsyeba / Uria (2Sam 11-12), tetapi dosanya dibicarakan lagi dalam 1Raja 15:5.
1Raja-Raja 15:5 - “karena Daud telah melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkanNya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu.”.
Catatan: ini cerita tentang Yerobeam, jadi pada jaman sesudah Salomo mati. Sebetulnya secara keseluruhan ini merupakan pujian terhadap Daud, tetapi toh cacat besarnya dibicarakan pada bagian akhir ayat ini.
Juga dosa Daud dalam melakukan sensus (2Sam 24), terhadap mana ia sudah bertobat (2Sam 24:10), tetap dibicarakan lagi dalam 1Taw 21.
Bahkan, untuk Salomo sendiri, dosa-dosanya dalam mengumpulkan emas, perak, kuda dan kereta tetap dibicarakan lagi dalam 2Taw 9 ini.
2Taw 9:1,9-10,13-28 - “(1) Ketika ratu negeri Syeba mendengar kabar tentang Salomo, maka dengan pasukan pengiring yang sangat besar dan dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal datanglah ia ke Yerusalem hendak menguji Salomo dengan teka-teki. Setelah ia sampai kepada Salomo, dipercakapkannyalah segala yang ada dalam hatinya dengan dia. ... (9) Lalu diberikan kepada raja seratus dua puluh talenta emas, dan sangat banyak rempah-rempah dan batu permata yang mahal-mahal; tidak pernah lagi ada rempah-rempah seperti yang diberikan ratu negeri Syeba kepada raja Salomo itu. (10) Lagipula hamba-hamba Huram dan hamba-hamba Salomo, yang membawa emas dari Ofir, membawa juga kayu cendana dan batu permata yang mahal-mahal. ... (13) Adapun berat emas, yang dibawa kepada Salomo dalam satu tahun ialah seberat enam ratus enam puluh enam talenta, (14) belum terhitung yang dibawa oleh saudagar-saudagar dan pedagang-pedagang; juga semua raja Arab dan bupati-bupati di negeri itu membawa emas dan perak kepada Salomo. (15) Raja Salomo membuat dua ratus perisai besar dari emas tempaan, enam ratus syikal emas tempaan dipakainya untuk setiap perisai besar; (16) ia membuat juga tiga ratus perisai kecil dari emas tempaan, tiga ratus syikal emas dipakainya untuk setiap perisai kecil; lalu raja menaruh semuanya itu di dalam gedung ‘Hutan Libanon’. (17) Juga raja membuat takhta besar dari gading, yang disalutnya dengan emas murni. (18) Takhta itu enam tingkatnya, dan tumpuan kakinya dari emas, yang dipautkan pada takhta itu, dan pada kedua sisi tempat duduk ada kelek-kelek. Di samping kelek-kelek itu berdiri dua singa, (19) sedang dua belas singa berdiri di atas keenam tingkat itu sebelah-menyebelah; belum pernah diperbuat yang demikian bagi sesuatu kerajaan. (20) Segala perkakas minuman raja Salomo dari emas dan segala barang di gedung ‘Hutan Libanon’ itu dari emas murni; perak tidak dianggap berharga pada zaman Salomo. (21) Sebab raja mempunyai kapal-kapal yang berlayar ke Tarsis bersama-sama dengan orang-orang Huram; dan sekali tiga tahun kapal-kapal Tarsis itu datang membawa emas dan perak serta gading; juga kera dan burung merak. (22) Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat. (23) Semua raja di bumi berikhtiar menghadap Salomo untuk menyaksikan hikmat yang telah ditaruh Allah di dalam hatinya. (24) Mereka datang masing-masing membawa persembahannya, yakni barang-barang perak dan barang-barang emas, pakaian, senjata, rempah-rempah, kuda dan bagal, dan begitulah tahun demi tahun. (25) Salomo mempunyai juga empat ribu kandang untuk kuda-kudanya dan kereta-keretanya dan dua belas ribu orang berkuda, yang ditempatkan dalam kota-kota kereta dan dekat raja di Yerusalem. (26) Dan ia memerintah atas semua raja mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai ke tapal batas Mesir. (27) Raja membuat banyaknya perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit. (28) Kuda untuk Salomo didatangkan dari Misraim dan dari segala negeri.”.
Pulpit Commentary (tentang 2Taw 9): “Gold must be hoarded, and Christ and heaven must be lost;” [= Emas harus ditimbun / dikumpulkan, dan Kristus dan surga harus terhilang;] - hal 112.
Pulpit Commentary (tentang 2Taw 9): “Vers. 13–20, 27. - Gold and silver. ... But what was (or is) the value of it? We may consider the extent to which the plentifulness of silver and gold is - I. A source of present gratification. Undoubtedly Solomon, his courtiers, and his subjects did find a pleasure in the fact that all these objects were ‘of beaten gold,’ that gold and silver met their eye everywhere. At first that pleasure may have been keen enough. But it was one of those joys that pall and pass with time; familiarity with it made it to lose its charm; it must have become less delightful as it became more common, until it became literally true that ‘it was not anything accounted of’ (ver. 20). Splendid surroundings are pleasurable enough at first, but their virtue fades with the passing years and even with the fleeting months; and it is not long before that which seemed so brilliant and promised so much enjoyment is ‘not accounted of’ at all. ... Great wealth does not go far to enrich a nation when it does nothing more for it than provide targets and shields, drinking-vessels and ivory thrones overlaid with gold with golden footstools - nothing more than multiply splendours about the royal palace. ... Wealth that only ministers to luxury does very little good to its owner. ... Wealth tends to luxury; luxury to indulgence; indulgence to deterioration; deterioration to ruin. Much gold and silver may be attractive enough; but they need to be well fortified with sacred principles who would stand the test of them, and be quite unscathed by them.” [= Ay 13-20,27. - Emas dan perak. ... Tetapi apa nilai darinya, dulu atau sekarang? Kita bisa mempertimbangkan nilai dari kelimpahan dari perak dan emas, yang adalah - I. Suatu sumber dari kesenangan / kepuasan pada saat ini. Tak diragukan, Salomo, pegawai-pegawai istananya, dan bawahan-bawahannya memang mendapatkan suatu kesenangan dalam fakta bahwa semua benda-benda ini adalah ‘dari emas tempaan’, bahwa emas dan perak bisa mereka lihat dimana-mana. Pertama-tama / mula-mula kesenangan itu bisa cukup kuat. Tetapi itu adalah salah satu dari sukacita-sukacita itu yang jadi membosankan dan berlalu / berakhir dengan berjalannya waktu; keakraban dengannya membuatnya kehilangan daya tariknya; itu pasti telah menjadi kurang menyenangkan pada waktu itu menjadi lebih umum, sampai itu menjadi benar secara hurufiah bahwa ‘itu bukanlah sesuatu yang dianggap’ (ay 20). Lingkungan yang sangat bagus cukup menyenangkan pada mulanya, tetapi keindahan mereka memudar dengan berlalunya tahun-tahun dan bahkan bulan-bulan; dan tak butuh waktu lama sebelum apa yang tadinya kelihatan begitu indah / megah dan menjanjikan begitu banyak penikmatan, menjadi ‘tidak dianggap’ sama sekali. ... Kekayaan yang besar tidak berhasil untuk memperkaya suatu bangsa pada waktu itu tidak melakukan apapun yang lebih untuk bangsa itu dari pada menyediakan perisai-perisai kecil dan besar, perkakas-perkakas minuman dan takhta dari gading berlapis emas dengan tumpuan kaki dari emas - tidak lebih dari menambah keindahan / kemegahan tentang istana raja. ... Kekayaan yang hanya melayani kemewahan tidak berguna untuk pemiliknya. ... Kekayaan cenderung pada kemewahan; kemewahan condong pada pemuasan nafsu / keinginan; pemuasan nafsu / keinginan condong pada keburukan / kemerosotan; keburukan / kemerosotan condong pada kehancuran. Banyak emas dan perak bisa cukup menarik; tetapi mereka perlu dibentengi dengan baik dengan prinsip-prinsip kudus yang akan menahan ujian mereka, dan tidak dirugikan / dilukai oleh mereka.] - hal 113-114.
Pulpit Commentary (tentang 2Taw 9): “Grandeur without godliness. The historian is drawing his records of the reign of Solomon to a close; and, in taking his view (or his review) of it, he has much to say of the splendours of his throne and of his surroundings; of the multitude of his horses and chariots, with their stalls and stables; of his store of gold and silver; of his apes and peacocks; of his ships and his cedars; but he says nothing of his service of Jehovah; nothing of the gratitude he showed to God for the very bountiful blessings he had bestowed upon him, and the high estate to which he had raised him, and the special gifts of mind with which he had endowed him. Here there is a painful absence, a silence that speaks only too forcibly. ... It must have been in painful, not to say guilty, contrast with much poverty in many hundreds of Hebrew homes. ... It entailed a heavy penalty on the people in the shape of burdensome taxes. Grandeur without godliness is a serious sin and a profound mistake. It is as guilty as it is foolish. And so we find the man who ‘passed all the kings of the earth’ in wealth and in a certain order of wisdom (ver. 22), going down into fault and failure because he lost that ‘fear of God’ which he ought to have understood was ‘the beginning of wisdom.’” [= Kemegahan tanpa kesalehan. Sang ahli sejarah sedang menggambarkan catatannya tentang pemerintahan Salomo sampai pada akhirnya; dan, dalam mengambil pandangannya (atau memeriksa kembali) tentangnya, ia mempunyai banyak hal untuk dibicarakan tentang kemegahan dari takhtanya dan dari sekelilingnya; tentang banyaknya kuda dan keretanya, dengan kandang-kandangnya; tentang jumlah yang besar dari emas dan peraknya; tentang kera-kera dan burung-burung meraknya; tentang kapal-kapal dan kayu arasnya; tetapi ia tidak berkata apapun tentang pelayanannya bagi Yehovah; tidak ada apapun tentang rasa terima kasih ia tunjukkan kepada Allah untuk berkat-berkat yang berlimpah-limpah yang telah Ia berikan kepadanya, dan posisi / keadaan yang tinggi pada mana Ia telah meninggikan dia, dan karunia-karunia khusus tentang pikiran dengan mana Ia telah memperlengkapinya. Di sini ada suatu absen / ketiadaan yang menyakitkan, suatu ke-diam-an yang berbicara terlalu kuat. ... Itu pasti merupakan kontras yang menyakitkan, bahkan bersalah, dengan banyak kemelaratan dalam ratusan rumah-rumah orang Ibrani. ... Itu membutuhkan suatu konsekwensi yang berat pada bangsa itu dalam bentuk pajak-pajak yang sangat membebani. Kemegahan tanpa kesalehan adalah suatu dosa yang serius dan suatu kesalahan yang mendalam. Itu merupakan suatu kesalahan maupun suatu kebodohan. Dan demikianlah kita mendapati orang yang ‘melebihi semua raja-raja di bumi’ dalam kekayaan dan tingkat tertentu dari hikmat (ay 22), berjalan turun ke dalam kesalahan dan kegagalan karena ia kehilangan ‘rasa takut kepada Allah’ itu yang seharusnya telah ia mengerti sebagai ‘permulaan dari hikmat’.] - hal 114-115.
Bdk. Amsal 1:7 - “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”.
Pulpit Commentary (tentang 2Taw 9): “Simplicity and sacred service. Rather than have grandeur without godliness, who would not live in obscurity with a name that does not travel beyond his ‘native hills,’ in a home unfamiliar with ivory and gold, living on homeliest fare and dressed in plainest raiment, with the love of the heavenly Father in the heart, the sense of his abiding favour in the soul, Christ’s happy and holy service for the heritage of the life, and his nearer presence the promise of the future? Before honour is humility, before grandeur is godliness, before gold and silver is a noble and a useful life.” [= Kesederhanaan dan pelayanan kudus. Dari pada mempunyai kemegahan tanpa kesalehan, siapa yang tak mau hidup dalam keadaan tak dikenal dengan suatu nama yang tidak melampaui ‘bukit kelahiran’nya, dalam sebuah rumah yang tidak akrab dengan gading dan emas, hidup dengan makanan / minuman yang paling biasa dan berpakaian dalam pakaian yang paling sederhana / biasa, dengan kasih dari Bapa surgawi dalam hati, perasaan tentang kebaikanNya yang tetap ada dalam jiwa, pelayanan yang menyenangkan dan kudus dari Kristus sebagai warisan kehidupan, dan kehadiranNya yang lebih dekat sebagai jaminan dari masa yang akan datang? Kerendahan hati harus lebih dipilih dari kehormatan, kesalehan harus lebih dipilih dari kemegahan, suatu kehidupan yang mulia dan berguna harus lebih dipilih dari emas dan perak.] - hal 115.
Catatan:
· Bagian yang saya beri garis bawah ganda itu membingungkan, dan saya tidak tahu persis bagaimana menterjemahkannya. Tetapi arti kutipan ini jelas, yaitu membandingkan kehidupan Salomo yang kaya, mewah dan megah tanpa kesalehan itu, dengan kehidupan Kristus yang sederhana tetapi saleh.
· Seandainya saja orang-orang Indonesia, khususnya orang-orang yang berkedudukan tinggi, dan para konglomerat, mempunyai prinsip seperti pada bagian yang saya garis bawah tunggal itu, alangkah indahnya Indonesia!
Pulpit Commentary (tentang 2Taw 9): “Learn: 1. The vanity of earthly glory - the magnificence of Solomon unequal to the raiment of a lily (Matt. 6:29). 2. The worthlessness of all earthly things without religion: Solomon had everything that could satisfy ambition, and yet he declined from the worship of Jehovah (Matt. 19:20). 3. The certainty of death: if a Solomon could not evade the king of terrors, how shall common men? (Eccles. 8:8).” [= Pelajarilah: 1. Kesia-siaan dari kemuliaan duniawi - kemegahan Salomo tidak setara dengan pekaian dari sebuah bunga bakung (Mat 6:29). 2. Ketidak-berhargaan dari semua hal-hal duniawi tanpa agama: Salomo mempunyai segala sesuatu yang bisa memuaskan ambisi, tetapi ia menurun dari penyembahan terhadap Yehovah (Mat 19:20). 3. Kepastian dari kematian: jika seorang Salomo tidak bisa menghindari raja dari rasa takut, bagaimana dengan manusia biasa? (Pkh 8:8).] - hal 119.
Matius 6:29 - “namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.”.
Matius 19:20 - “Kata orang muda itu kepadaNya: ‘Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?’”. Ayat ini rasanya tak cocok.
Pkh 8:8 - “Tiada seorangpun berkuasa menahan angin dan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian. Tak ada istirahat dalam peperangan, dan kefasikan tidak melepaskan orang yang melakukannya.”.
Juga istri kafir sebetulnya dibicarakan dalam 2Taw, yaitu 2Taw 8:11.
2Taw 8:11 - “Dan Salomo memindahkan anak Firaun dari kota Daud ke rumah yang didirikannya baginya, karena katanya: ‘Tidak boleh seorang isteriku tinggal dalam istana Daud, raja Israel, karena tempat-tempat yang telah dimasuki tabut TUHAN adalah kudus.’”.
Bdk. 1Raja-Raja 3:1 - “Lalu Salomo menjadi menantu Firaun, raja Mesir; ia mengambil anak Firaun, dan membawanya ke kota Daud, sampai ia selesai mendirikan istananya dan rumah TUHAN dan tembok sekeliling Yerusalem.”.
1Raja-Raja 9:24 - “Segera sesudah anak Firaun pindah dari kota Daud ke rumah yang telah didirikan Salomo baginya, Salomopun mendirikan Milo.”.
Ini sebetulnya jelas sudah berdosa, tetapi setidaknya di sini ia masih mempunyai sikap yang benar dalam memperlakukan istri kafirnya ini.
(7)Bahwa ia bertobat bisa terlihat secara implicit dari bagian setelah Salomo mati, dimana jalannya dan jalan Daud digabungkan menjadi satu sebagai teladan.
2Taw 11:17 - “Demikianlah mereka memperkokoh kerajaan Yehuda dan memperkuat pemerintahan Rehabeam bin Salomo selama tiga tahun, karena selama tiga tahun mereka hidup mengikuti jejak Daud dan Salomo.”.
Catatan: dalam kitab 2Taw, kematian Salomo diceritakan dalam 2Taw 9:29-31.
Dalam pelajaran yang lalu, saya sudah pernah mengutip ayat ini, tetapi tujuan saya pada saat itu adalah untuk menunjukkan kalau Salomo tidak murtad secara total. Sekarang saya mengutip ayat ini lagi untuk menunjukkan pertobatan dan keselamatan Salomo. Kalau Salomo tidak bertobat / tidak selamat, adalah mustahil bahwa setelah kematiannya jalannya digabungkan dengan jalan Daud sebagai suatu teladan yang baik.
Adam Clarke (tentang 2Taw 11:17): “‘For three years they walked in the way of David.’ During this time he prospered; but for fourteen years after this he and the people were unfaithful to the Lord, except as such intervals as the hand of God’s judgments was upon them.” [= ‘Untuk / selama tiga tahun mereka berjalan dalam jalan Daud’. Selama masa ini ia makmur; tetapi untuk 14 tahun setelah ini ia dan bangsa itu tidak setia kepada Tuhan, kecuali dalam masa dimana tangan penghakiman Allah ada pada mereka.].
Catatan: ini adalah seluruh komentar Clarke tentang 2Taw 11:17. Ia hanya membicarakan Rehabeam, dan sama sekali tidak membicarakan Salomo yang dalam ayat ini dijadikan teladan yang baik bersama-sama dengan Daud. Bahkan dalam mengutip bagian akhir dari 2Taw 11:17 itu, ia memotong / membuang kata-kata ‘dan Salomo’! Rasanya mustahil ia tidak tahu bahwa ayat ini dijadikan dasar oleh penafsir-penafsir lain untuk mengatakan bahwa Salomo bertobat dan diselamatkan. Jadi, menurut saya jelas bahwa ia tak mempunyai jawaban apapun terhadap argumentasi ini.
Matthew Henry (tentang 1Raja 11:9-11): “Though God may suffer those whom he loves to fall into sin, he will not suffer them to lie still in it. Solomon’s defection, though it was much his reproach and a great blemish to his personal character, yet did not so far break in upon the character of his reign but that it was afterwards made the pattern of a good reign, 2 Chron 11:17, where the kings are said to have done well, while ‘they walked in the way of David and Solomon.’” [= Sekalipun Allah bisa membiarkan mereka yang Ia kasihi jatuh ke dalam dosa, Ia tidak akan membiarkan mereka untuk tetap tinggal di dalam dosa itu. Cacat Salomo, sekalipun itu adalah kesalahan yang besar dan suatu cacat bagi karakter pribadinya, tetapi ia tidak sampai mengganggu karakter dari pemerintahannya tetapi bahwa itu belakangan dijadikan pola dari suatu pemerintahan yang baik, 2Taw 11:17, dimana raja-raja dikatakan telah melakukan yang baik, pada waktu ‘mereka berjalan dalam jalan Daud dan Salomo’.].
Catatan: menurut saya, bukan pemerintahannya yang dibicarakan tetapi kehidupannya.
Matthew Poole (tentang 1Raja 11:43): “His repentance is sufficiently implied in this, ... that after Solomon’s death the way of Solomon is mentioned with honour, and joined with the way of David, 2Ch 11:17.” [= Pertobatannya dinyatakan secara implicit tetapi secara cukup dalam hal ini, ... bahwa setelah kematian Salomo jalan Salomo disebutkan dengan penghormatan, dan digabungkan dengan jalan Daud, 2Taw 11:17.] - hal 682.
Matthew Poole (tentang 2Taw 11:17): “This honourable mention of Solomon, as a pattern of piety, is a considerable evidence of his true repentance before his death; of which See Poole ‘1Ki 11:43’” [= Penyebutan yang bersifat menghormat tentang Salomo, sebagai suatu pola dari kesalehan, adalah suatu bukti besar / menyolok / layak dipertimbangkan dari pertobatannya yang sungguh-sungguh sebelum kematiannya; tentang mana lihat Poole ‘1Raja 11:43’] - hal 831.
(8)Pembahasan tentang text-text lain yang mendukung keselamatan Salomo.
(a)2Sam 7:12-16 (kata-kata Tuhan melalui nabi Natan kepada Daud) - “(12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum (menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’”.
Kata-kata ‘kasih setiaKu’ diterjemahkan berbeda-beda:
KJV: ‘my mercy’ [= belas kasihanKu].
RSV: ‘my steadfast love’ [= kasih setiaKu].
NIV: ‘my love’ [= kasihKu].
NASB: ‘My lovingkindness’ [= kebaikan dari kasihKu].
Dalam tafsirannya tentang bagian ini Adam Clarke berkata: “he shall have affliction, but his government shall not be utterly subverted. But this has a higher meaning. ... His house shall be a lasting house, and he shall die in the throne of Israel, his children succeeding him; and the spiritual seed, Christ, possessing and ruling in that throne to the end of time. The family of Saul became totally extinct; the family of David remained till the incarnation.” [= ia akan mendapatkan penderitaan, tetapi pemerintahannya tidak akan ditumbangkan sepenuhnya. Tetapi bagian ini mempunyai arti yang lebih tinggi. ... Keluarganya akan ada selama-lamanya, dan ia akan mati di takhta Israel, keturunannya menggantikannya; dan benih / keturunan rohani, Kristus, memiliki dan memerintah di takhta itu sampai akhir jaman. Keluarga Saul punah secara total; keluarga Daud tetap ada sampai inkarnasi.] - hal 325.
Saya berpendapat bahwa ia menghindari kata-kata dari text ini, dan menujukannya hanya untuk keadaan jasmani dari Salomo, dan menerapkannya secara penuh untuk Yesus Kristus.
Memang dalam text tersebut ada bagian-bagian yang ditujukan kepada Kristus (bahkan terutama menunjuk kepada Kristus), tetapi ay 14b-15 tidak mungkin ditujukan kepada Kristus, karena berbicara tentang ‘melakukan kesalahan’ dan ‘hukuman Tuhan baginya’. Itu hanya bisa diterapkan / ditujukan kepada Salomo.
Untuk jelasnya saya kutip ulang ay 14b-15: “(14b) Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum (menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.”.
Tentang hal ini Clarke (hal 327) mengatakan bahwa kata-kata ‘to commit iniquity’ [= melakukan kejahatan] bisa diterjemahkan ‘to suffer for iniquity’ [= menderita untuk kejahatan]. Juga ia berpendapat bahwa kata ‘iniquity’ [= kejahatan] bisa diterjemahkan ‘punishment’ [= hukuman]. Jadi, ia lalu mengubah kata-kata ‘if he commit iniquity’ [= jika ia melakukan kejahatan] menjadi ‘even in his suffering for iniquity’ [= bahkan dalam penderitaannya untuk kejahatan], dan ia menerapkan anak kalimat ini kepada Kristus!
Juga kata-kata ‘Aku akan menghukum (menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia’ diartikan oleh Clarke sebagai menunjuk kepada penderitaan Kristus dalam memikul dosa / hukuman kita (bdk. Yesaya 53:4-5). Dengan demikian, menurut Clarke, bagian ini cocok untuk Mesias.
Adam Clarke: “if the Messiah be the person here meant, as suffering innocently for the sins of others, Solomon cannot be;” [= jika sang Mesias adalah orang yang dimaksudkan di sini, yang menderita secara tak bersalah untuk dosa-dosa orang-orang lain, maka tidak bisa Salomo yang dimaksudkan;] - hal 327.
Tetapi, terjemahan Clarke ini:
· Sepanjang yang saya ketahui tidak didukung oleh terjemahan Kitab Suci manapun, bahkan tidak oleh Living Bible ataupun Good News Bible. Juga sepanjang yang saya ketahui, tidak ada seorang penafsirpun menafsirkan seperti tafsiran Adam Clarke ini.
· Sangat tidak cocok dengan kontext, yang jelas-jelas mengkontraskan Salomo (yang sekalipun berdosa, tetapi tidak ditinggalkan oleh Tuhan) dengan Saul (yang ditinggalkan Tuhan karena berdosa).
Ay 14b-15: “(14b) Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum (menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.”.
· Juga tidak cocok dengan text paralelnya dalam Mazmur 89:31-33 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
Catatan: bahwa kedua text ini memang paralel bisa terlihat kalau kita membaca Maz 89:21-38, yang nanti akan kita lihat di bawah.
Kata-kata yang saya garis-bawahi, biarpun artinya sama dengan kata-kata ‘Apabila ia melakukan kesalahan’ dalam 2Sam 7:14, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda, dan di sini tidak mungkin bisa diterjemahkan seperti terjemahan Adam Clarke di atas.
· Dalam kasus Kristus, Ia memikul hukuman kita, bukan hajaran kita! Karena itu kalau kita percaya kepada Dia, hukuman sama sekali tidak ada (Ro 8:1), tetapi hajaran tetap bisa ada (Ibr 12:5-7).
Roma 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.
Ibrani 12:5-7 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?”.
Adam Clarke menambahkan lagi: “Many have applied these verses and their parallels to support the doctrine of unconditional final perseverance; but with it the text has nothing to do; and were we to press it, ... the doctrine would most evidently be ruined, for there is neither proof nor evidence of Solomon’s salvation.” [= Banyak orang yang menerapkan ayat-ayat ini dan ayat-ayat paralelnya untuk mendukung doktrin dari ketekunan akhir yang tak bersyarat; tetapi text itu tidak mempunyai hubungan dengan doktrin itu; dan seandainya kita mau memaksakannya, ... doktrin ini justru jelas dihancurkan, karena tidak ada bukti dari keselamatan Salomo.] - hal 325.
Keil & Delitzsch: “It is very obvious, from all the separate details of this promise, that it related primarily to Solomon, and had a certain fulfilment in him and his reign. ... But in his old age Solomon sinned against the Lord by falling into idolatry; and as a punishment for this, after his death his kingdom was rent from his son, not indeed entirely, as one portion was still preserved to the family for David’s sake (1Kings 11:9 sqq.). Thus the Lord punished him with rods of men, but did not withdraw from him His grace.” [= Adalah sangat jelas, dari semua detail-detail yang terpisah dari janji ini, bahwa itu secara terutama berhubungan dengan Salomo, dan mempunyai penggenapan tertentu dalam dia dan pemerintahannya. ... Tetapi pada masa tuanya Salomo berdosa terhadap Tuhan dengan jatuh ke dalam penyembahan berhala; dan sebagai hukuman untuk ini, setelah kematiannya kerajaannya disobek dari anaknya, memang tidak seluruhnya, karena satu bagian masih ada pada keluarga tersebut demi Daud (1Raja-Raja 11:9-dst). Demikianlah Tuhan menghukumnya dengan rotan dari manusia, tetapi tidak menarik kasih karuniaNya darinya.] - hal 346.
Kelihatannya Keil & Delitzsch ini menganggap bahwa kata-kata ‘kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya’ hanya menunjuk pada fakta bahwa Salomo tetap menjadi raja sampai mati, dan demikian juga dengan keturunannya sampai jaman Yesus berinkarnasi. Ia tidak menghubungkannya dengan keselamatan Salomo. Ia memang juga tak mengatakan kalau Salomo tidak selamat; ia tidak membicarakan hal itu di sini.
Tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata itu tidak mungkin hanya mempunyai arti jasmani / duniawi saja. Adalah aneh untuk mengatakan bahwa Tuhan tidak menjauhkan kasih / kasih setiaNya dari Salomo, tetapi Salomo masuk neraka.
Matthew Henry: “The revolt of the ten tribes from the house of David was their correction for iniquity, but the constant adherence of the other two to that family, which was a competent support of the royal dignity, perpetuated the mercy of God to the seed of David, according to this promise; though that family was cut short, yet it was not cut off, as the house of Saul was. Never any other family swayed the sceptre of Judah than that of David. This is that covenant of royalty celebrated (Ps 89:3, &c.) as typical of the covenant of redemption and grace.” [= Pemberontakan dari 10 suku dari keluarga Daud merupakan koreksi untuk kesalahan mereka, tetapi kesetiaan yang konstan dari 2 suku yang lain pada keluarga itu, yang merupakan dukungan yang cukup dari kewibawaan kerajaan, mengabadikan belas kasihan Allah kepada benih / keturunan Daud, sesuai dengan janji ini; sekalipun keluarga itu dipotong pendek tetapi tidak dipunahkan seperti keluarga Saul. Tidak ada keluarga lain memegang tongkat kerajaan Yehuda selain keluarga Daud. Ini adalah perjanjian kerajaan yang dirayakan / diproklamirkan (Maz 89:4-dst) sebagai suatu type dari perjanjian penebusan dan kasih karunia.].
Matthew Henry: “The supposition of committing iniquity cannot indeed be applied to the Messiah himself, but it is applicable (and very comfortable) to his spiritual seed. True believers have their infirmities, for which they may expect to be corrected, but they shall not be cast off. Every transgression in the covenant will not throw us out of covenant.” [= Pengandaian tentang melakukan kesalahan memang tidak bisa diterapkan kepada sang Mesias sendiri, tetapi itu bisa diterapkan (dan sangat memuaskan) bagi benih / keturunan rohaninya. Orang-orang percaya yang sejati mempunyai kelemahan-kelemahan mereka, untuk mana mereka bisa berharap untuk dikoreksi, tetapi mereka tidak akan dibuang. Setiap pelanggaran dalam perjanjian tidak akan melemparkan kita keluar dari perjanjian.].
(b)1Taw 17:11-15 - “(11) Apabila umurmu sudah genap untuk pergi mengikuti nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, salah seorang anakmu sendiri, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (12) Dialah yang akan mendirikan rumah bagiKu dan Aku akan mengokohkan takhtanya untuk selama-lamanya. (13) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kuhilangkan dari padanya seperti yang Kuhilangkan dari pada orang yang mendahului engkau. (14) Dan Aku akan menegakkan dia dalam rumahKu dan dalam kerajaanKu untuk selama-lamanya dan takhtanya akan kokoh untuk selama-lamanya.’ (15) Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.”.
1Taw 17:11 (NIV): ‘When your days are over and you go to be with your fathers, I will raise up your offspring to succeed you, one of your own sons, and I will establish his kingdom’ [= Pada saat hari-harimu sudah lewat dan engkau pergi untuk berada dengan nenek moyangmu, Aku akan membangkitkan keturunanmu untuk menggantikan engkau, salah satu dari anak-anakmu sendiri, dan Aku akan meneguhkan kerajaannya].
Adam Clarke (tentang 1Taw 17:13): “‘I will not take my mercy away from him.’ I will not cut off his family from the throne, as I did that of his predecessor Saul.” [= ‘Aku tidak akan mengambil belas kasihanKu dari dia’. Aku tidak akan melenyapkan keluarganya dari takhta, seperti Aku lakukan itu tentang pendahulunya, Saul.].
Catatan: jadi, sama seperti dalam penafsirannya tentang 2Sam 7, Adam Clarke menafsirkan 1Taw 17:13 hanya berkenaan dengan keadaan jasmani dari Salomo. Menurut saya, ini sangat tak masuk akal.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘I will not take my mercy away from him, as I took it.’ My procedure in dealing with him will be different from my disposal of Saul. Should his misconduct call for personal chastisement, I shall spare his family. If I see it necessary to withdraw my favour and help for a time, it will be a corrective discipline, only to reform and restore, not to destroy. On this passage some have founded an argument for Solomon’s repentance and return to God.” [= ‘Aku tidak akan mengambil belas kasihanKu dari dia, seperti Aku mengambilnya ...’. CaraKu dalam menanganinya akan berbeda dengan pembuanganKu terhadap Saul. Jika perbuatan jahatnya memerlukan hajaran pribadi, Aku akan menyelamatkan keluarganya. Jika Aku menganggap perlu untuk menarik kebaikan dan pertolonganKu untuk sementara waktu, itu akan merupakan suatu disiplin yang bersifat memperbaiki, hanya untuk mereformasi dan memulihkan, bukan untuk menghancurkan. Berdasarkan text ini beberapa orang telah menegakkan / mendasarkan suatu argumentasi untuk pertobatan dan kembalinya Salomo kepada Allah.].
(c)Maz 89:31-34.
Supaya jelas kontextnya saya memberikan Maz 89:21-38 - “(21) Aku telah mendapat Daud, hambaKu; Aku telah mengurapinya dengan minyakKu yang kudus, (22) maka tanganKu tetap dengan dia, bahkan lenganKu meneguhkan dia. (23) Musuh tidak akan menyergapnya, dan orang curang tidak akan menindasnya. (24) Aku akan menghancurkan lawannya dari hadapannya, dan orang-orang yang membencinya akan Kubunuh. (25) KesetiaanKu dan kasihKu menyertai dia, dan oleh karena namaKu tanduknya akan meninggi. (26) Aku akan membuat tangannya menguasai laut, dan tangan kanannya menguasai sungai-sungai. (27) Diapun akan berseru kepadaKu: ‘Bapaku Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku.’ (28) Akupun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi. (29) Aku akan memelihara kasih setiaKu bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjianKu teguh bagi dia. (30) Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit. (31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. (34) Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaanKu. (35) Aku tidak akan melanggar perjanjianKu, dan apa yang keluar dari bibirKu tidak akan Kuubah. (36) Sekali Aku bersumpah demi kekudusanKu, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: (37) Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mataKu, (38) seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan.’ Sela”.
Dalam buku tafsirannya Adam Clarke tidak memberikan penafsiran tentang bagian ini, tetapi menyuruh para pembacanya melihat pada tafsirannya tentang 2Sam 7:14. Padahal tafsirannya di sana, yang mengubah terjemahan yang umum, tidak mungkin bisa diterapkan di sini! Bukan hanya kata-kata kerja yang digunakan berbeda, tetapi juga karena di sini ada kata-kata ‘TauratKu’, ‘hukumKu’, ‘ketetapanKu’, dan ‘perintah-perintahKu’, yang semuanya tidak ada dalam 2Sam 7:14. Disamping itu ada perbedaan lain antara 2Sam 7:14 dengan Maz 89:31-32, yaitu bahwa dalam 2Sam 7:14 subyeknya ada dalam bentuk tunggal, sedangkan dalam Maz 89:31-32 subyeknya ada dalam bentuk jamak. Ini lebih-lebih tidak memungkinkan untuk menerapkan tafsiran Adam Clarke tentang 2Samuel 7:14 pada Maz 89:31-32! Untuk jelasnya saya berikan 2Sam 7:14 dan Mazmur 89:31-33 sekali lagi di sini, untuk diperbandingkan.
2Sam 7:14 - “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.”.
Catatan: kata ‘anak’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk tunggal, dan juga semua kata ganti orang yang menunjuk kepada ‘anak’ itu juga ada dalam bentuk tunggal.
Maz 89:31-33 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
Catatan: di sini digunakan kata ‘anak-anak’ (bentuk jamak), dan kata ganti orang yang menunjuk kepada ‘anak-anak’ itu semuanya juga adalah kata ganti orang bentuk jamak. Bagaimana mungkin bentuk jamak ini bisa menunjuk kepada Kristus???
Calvin (tentang Maz 89:31): “The prophet proceeds yet farther, declaring, that although the posterity of David should fall into sin, yet God had promised to show himself merciful towards them, and that he would not punish their transgressions to the full extent of their desert. ... It was very necessary that this should be added; for so easily do we slide into evil, and so prone are we to continual falls, that unless God, in the exercise of his infinite mercy, pardoned us, there would not be a single article of his covenant which would continue stedfast. God, therefore, seeing that it could not be otherwise, but that the posterity of David, in so far as it depended upon themselves, would frequently fall from the covenant, by their own fault, has provided a remedy for such cases, in his pardoning grace. ... To limit what is here said to the ancient people of Israel, is an exposition not only absurd, but altogether impious. ... so the pardon which is here promised belongs to the spiritual kingdom of Christ: and it may be equally gathered from this passage, that the salvation of the Church depends solely upon the grace of God, and the truth of his promises.” [= Sang nabi meneruskan lebih jauh, dengan menyatakan bahwa sekalipun keturunan Daud jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah telah berjanji menunjukkan diriNya sendiri berbelas kasihan kepada mereka, dan bahwa Ia tidak akan menghukum pelanggaran mereka sampai pada tingkat yang penuh dari yang layak mereka dapatkan. ... Adalah sangat perlu bahwa hal ini ditambahkan; karena dengan begitu mudah kita tergelincir ke dalam kejahatan, dan begitu condong kita pada kejatuhan yang terus menerus, sehingga kecuali Allah, dalam penggunaan dari belas kasihanNya yang tak terbatas, mengampuni kita, maka tidak akan ada satu artikelpun dari perjanjianNya yang bisa terus setia / menetap. Karena itu, pada waktu Allah melihat bahwa tidak bisa lain, kecuali bahwa keturunan Daud, sejauh itu tergantung kepada diri mereka sendiri, akan berulang-ulang jatuh dari perjanjian, oleh kesalahan mereka sendiri, telah menyediakan suatu obat / cara pengobatan untuk kasus-kasus seperti itu, dalam kasih karuniaNya yang mengampuni. ... Membatasi apa yang dikatakan di sini pada bangsa Israel kuno merupakan suatu exposisi yang bukan hanya menggelikan, tetapi sama sekali jahat. ... demikianlah pengampunan yang dijanjikan di sini merupakan milik dari kerajaan rohani Kristus: dan juga bisa didapatkan secara sama dari text ini, bahwa keselamatan dari Gereja tergantung semata-mata pada kasih karunia Allah, dan kebenaran dari janji-janjiNya.] - hal 438,439,440,441.
Calvin (tentang Maz 89:31): “This fatherly chastisement then, which operates as medicine, holds the medium between undue indulgence, which is an encouragement to sin, and extreme severity, which precipitates persons into destruction. Here the inspired writer adverts to the prophecy recorded in 2 Samuel 7:14, where God declares that in chastising his own people, he will proceed after the manner of men - ‘If he commit iniquity, I will chasten him with the rod of men, and with the stripes of the children of men.’ (2 Samuel 7:14). God there speaks of his chastising his people after the manner of men, either because the anger of a father in correcting his children proceeds from love, - for he sees that otherwise he would fail in promoting their good; or it contains a contrast between God and men, implying, that in the task of chastising he will proceed with moderation and gentleness; for, were he to put forth his strength, he would immediately bring us to nothing, yea, he could do this simply by moving one of his fingers. The scope of both passages undoubtedly is, that whenever God punishes the sins of true believers, he will observe a wholesome moderation; and it is therefore our duty to take all the punishments which he inflicts upon us, as so many medicines.” [= Maka, hajaran kebapaan ini, yang bekerja seperti obat, memegang bagian di tengah-tengah diantara tindakan menuruti kemauan hati yang tidak semestinya, yang merupakan suatu dorongan pada dosa, dan kekerasan yang extrim, yang dengan cepat-cepat melemparkan orang-orang ke dalam kehancuran. Di sini penulis yang diilhami menunjuk pada nubuat yang dicatat dalam 2Samuel 7:14, dimana Allah menyatakan bahwa dalam menghajar bangsa / umatNya sendiri, Ia akan mengambil tindakan menurut cara manusia - ‘Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum (menghajar) dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia’ (2Samuel 7:14). Di sana Allah berbicara tentang tindakanNya menghajar bangsaNya menurut cara manusia, atau karena kemarahan dari seorang bapa dalam mengkoreksi anak-anaknya keluar dari kasih, - karena Ia melihat bahwa kalau tidak Ia akan gagal dalam memajukan kebaikan mereka; atau itu mengandung suatu kontras antara Allah dan manusia, yang secara tak langsung menunjukkan bahwa dalam tugas menghajar Ia akan bertindak dengan sikap tidak berlebih-lebihan dan kelembutan; karena seandainya Ia mengeluarkan kekuatanNya, Ia akan segera memusnahkan kita, ya, Ia bisa melakukan hal ini hanya dengan menggerakkan satu dari jari-jariNya. Jangkauan dari kedua text tak diragukan adalah bahwa kapanpun Allah menghukum dosa-dosa dari orang-orang percaya yang sejati, Ia akan menjalankan tindakan moderat yang sehat / bermanfaat; dan karena itu merupakan kewajiban kita untuk menerima semua hukuman yang Ia berikan kepada kita sebagai begitu banyak obat.] - hal 442-443.
Calvin (tentang Maz 89:31): “God has nothing else in view than to correct the vices of his children, in order that, after having thoroughly purged them, he may restore them anew to his favor and friendship; according to the words of Paul in 1 Corinthians 11:33, which affirm that the faithful ‘are chastened of the Lord, that they should not be condemned with the world.’ For this reason, lest they should be overwhelmed with the weight of chastisement, he restrains his hand, and makes considerate allowance for their infirmity. Thus the promise is fulfilled, That ‘he does not withdraw his loving-kindness from’ his people, even when he is angry with them; for, while he is correcting them for their profit and salvation, he does not cease to love them.” [= Allah tidak mempunyai hal lain dalam pandanganNya dari pada memperbaiki kejahatan-kejahatan dari anak-anakNya, supaya setelah menyucikan mereka, Ia bisa memulihkan mereka lagi pada kebaikan dan persahabatanNya; sesuai dengan kata-kata Paulus dalam 1Kor 11:33, yang menegaskan bahwa orang-orang percaya ‘dihajar oleh Tuhan, supaya mereka tidak dihukum bersama-sama dengan dunia’. Untuk alasan ini, supaya mereka tidak dibanjiri dengan berat dari hajaran, Ia menahan tanganNya, dan membuat kelonggaran yang baik untuk kelemahan mereka. Maka janji itu digenapi, Bahwa ‘Ia tidak akan menarik kebaikanNya yang penuh kasih dari’ umatNya, bahkan pada saat Ia marah kepada mereka; karena, sekalipun Ia memperbaiki / mengkoreksi mereka untuk keuntungan dan keselamatan mereka, Ia tidak berhenti untuk mengasihi mereka.] - hal 443.
Catatan: ‘1Kor 11:33’ seharusnya adalah ‘1Kor 11:32’.
1Korintus 11:32 - “Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.”.
KJV: ‘But when we are judged, we are chastened of the Lord, that we should not be condemned with the world.’ [= Tetapi pada waktu kita dihakimi, kita dihajar oleh Tuhan, supaya kita tidak dihukum bersama dengan dunia.].
Calvin (tentang Mazmur 89:35): “He had said above, ‘If the children of David break my statutes;’ and now, alluding to that breach, he declares that he will not requite them as they requite him, ‘My covenant will I not break,’ implying, that although his people may not altogether act in a manner corresponding to their vocation, as they ought to do, he will not suffer his covenant to be broken and disannulled on account of their fault, because he will promptly and effectually prevent this in the way of blotting out their sins by a gratuitous pardon. ... When the Jews, by their ingratitude and treachery, revolted from him, the covenant was not disannulled, because it was founded upon the perfect immutability of his nature. And still, at the present day, when our sins mount even to the heavens, the goodness of God fails not to rise above them, since it is far above the heavens.” [= Ia telah mengatakan di atas, ‘Jika anak-anak Daud melanggar peraturan-peraturanKu’; dan sekarang, menyinggung tentang pelanggaran itu, Ia menyatakan bahwa Ia tidak akan membalas mereka seperti mereka membalasNya, ‘PerjanjianKu tidak akan Aku langgar’, secara tak langsung menunjukkan bahwa sekalipun umatNya bisa sama sekali tidak bertindak dengan cara yang sesuai dengan panggilan mereka, seperti yang seharusnya mereka lakukan, Ia tidak akan mengijinkan perjanjianNya untuk dihancurkan dan dibatalkan karena kesalahan mereka, karena Ia akan dengan segera dan secara effektif menghalangi ini dengan cara menghapuskan dosa-dosa mereka oleh suatu pengampunan yang penuh kasih karunia. ... Pada waktu orang-orang Yahudi, oleh rasa tidak tahu terima kasih dan pengkhianatan mereka, memberontak dari Dia, perjanjian itu tidak dibatalkan, karena perjanjian itu didasarkan pada ketidak-berubahan yang mutlak dari sifat dasar / hakekatNya. Dan tetap, pada jaman ini, pada waktu dosa-dosa kita meningkat bahkan sampai ke surga / langit, kebaikan Allah tidak gagal untuk naik melampaui dosa-dosa itu, karena kebaikanNya berada jauh di atas surga / langit.] - hal 444-445.
Matthew Henry (tentang Mazmur 89): “His seed shall endure for ever, and with it his throne. Now this will be differently understood according as we apply it to Christ or David. (1.) If we apply it to David, by his seed we are to understand his successors, Solomon and the following kings of Judah, who descended from the loins of David. It is supposed that they might degenerate, and not walk in the spirit and steps of their father David; in such a case they must expect to come under divine rebukes, such as the house of David was at this time under, v. 38. But let this encourage them, that, though they were corrected, they should not be abandoned or disinherited. ... If David’s posterity, in after-times, should forsake God and their duty and revolt to the ways of sin, God would bring desolating judgments upon them and ruin the family; and yet he would not take away his lovingkindness from David, nor break his covenant with him; for, in the Messiah, who should come out of his loins, all these promises shall have their accomplishment to the full. Thus, when the Jews were rejected, the apostle shows that God’s covenant with Abraham was not broken, because it was fulfilled in his spiritual seed, the heirs of the righteousness of faith, Rom 11:7. (2.) If we apply it to Christ, by his seed we are to understand his subjects, all believers, his spiritual seed, the children which God has given him, Heb 2:13. This is that seed which shall be made to endure for ever, ... To the end Christ shall have a people in the world to serve and honour him.” [= Keturunannya akan bertahan selama-lamanya, dan bersama itu takhtanya. Ini akan dimengerti secara berbeda kalau diterapkan kepada Kristus atau kepada Daud. (1) Jika kita menerapkannya kepada Daud, dengan ‘keturunannya’ kita harus mengerti pengganti-penggantinya, Salomo dan raja-raja berikutnya dari Yehuda, yang diturunkan dari tubuh Daud. Dianggap bahwa mereka mungkin menjadi rusak, dan tidak berjalan dalam roh dan langkah / jejak dari bapa / nenek moyang mereka, Daud; dalam kasus seperti itu mereka harus mengharapkan untuk datang di bawah kemarahan ilahi, seperti keluarga Daud pada saat ini ada di bawahnya, ay 39. Tetapi hendaklah ini memberi semangat kepada mereka, bahwa, sekalipun mereka dihukum untuk memperbaiki mereka, mereka tidak ditinggalkan atau dicabut hak warisnya. ... Jika keturunan Daud, di waktu belakangan, meninggalkan Allah dan kewajiban mereka, dan memberontak ke jalan dosa, Allah akan membawa penghakiman yang muram terhadap mereka dan menghancurkan keluarga mereka; tetapi Ia tidak akan menghapus kebaikanNya yang penuh kasih dari Daud, ataupun membatalkan perjanjianNya dengan dia; karena dalam diri Mesias, yang harus datang dari tubuhnya, semua janji-janji ini akan mendapatkan penggenapan mereka sepenuhnya. Karena itu, pada waktu orang-orang Yahudi ditolak, sang rasul menunjukkan bahwa perjanjian Allah dengan Abraham tidak dibatalkan, karena perjanjian itu digenapi dalam keturunan rohaninya, pewaris-pewaris dari kebenaran dari iman, Ro 11:7. (2) Jika kita menerapkannya kepada Kristus, dengan ‘keturunanNya’ kita harus mengertinya sebagai orang-orang yang ada di bawah otoritasNya, semua orang percaya, keturunan rohaniNya, anak-anak yang Allah berikan kepadaNya, Ibr 2:13. Ini adalah keturunan yang akan dibuat bertahan selama-lamanya, ... Sampai akhir Kristus akan mempunyai suatu umat di dunia untuk melayani dan menghormatiNya.].
Matthew Henry memberikan 3 ayat referensi yang saya berikan di bawah ini. Tetapi Maz 89:39 saya berikan dengan kontextnya, sampai akhir dari pasal itu.
Mazmur 89:39-53 - “(39) Tetapi Engkau sendiri menolak dan membuang, menjadi gemas kepada orang yang Kauurapi, (40) membatalkan perjanjian dengan hambaMu, menajiskan mahkotanya laksana debu, (41) melanda segala temboknya, membuat kubu-kubunya menjadi reruntuhan. (42) Semua orang yang lewat di jalan merampoknya, dan ia menjadi cela bagi tetangganya. (43) Engkau telah meninggikan tangan kanan para lawannya, telah membuat semua musuhnya bersukacita. (44) Juga Kaubalikkan mata pedangnya, dan tidak membuat dia dapat bertahan dalam peperangan. (45) Engkau menghentikan kegemilangannya, dan takhtanya Kaucampakkan ke bumi. (46) Kaupendekkan masa mudanya, Kauselubungi dia dengan malu. Sela (47) Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau bersembunyi terus-menerus, berkobar-kobar murkaMu laksana api? (48) Ingatlah apa umur hidup itu, betapa sia-sia Kauciptakan semua anak manusia! (49) Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati? Sela (50) Di manakah kasih setiaMu yang mula-mula, ya Tuhan, yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada Daud demi kesetiaanMu? (51) Ingatlah cela hambaMu, ya Tuhan, bahwa dalam dadaku aku menanggung penghinaan segala bangsa, (52) yang dilontarkan oleh musuh-musuhMu, ya TUHAN, yang dilontarkan mencela jejak langkah orang yang Kauurapi. (53) Terpujilah TUHAN untuk selama-lamanya! Amin, ya amin.”.
Catatan: dalam seluruh Maz 89 ini penomoran ayat antara Alkitab bahasa Inggris dan Indonesia berbeda. Ay 1 dalam Alkitab bahasa Inggris adalah ay 2 dalam Alkitab Indonesia, dan seterusnya.
Jelas bahwa apa yang dibicarakan dalam text di atas ini tidak mungkin ditafsirkan bahwa Tuhan betul-betul membatalkan perjanjianNya. Ini hanya menunjukkan bahwa kelihatannya (dari sudut pandang manusia) Tuhan bersikap seperti itu. Dan mulai ay 47 sang Pemazmur berdoa, dan ini menunjukkan bahwa sekalipun semua kelihatannya sangat buruk, bahkan seolah-olah Tuhan telah meninggalkan mereka, tetapi sang Pemazmur tetap beriman bahwa sesungguhnya faktanya tidaklah demikian
Roma 11:7 - “Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya,”.
Ibr 2:13b - “‘Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepadaKu.’”.
Matthew Henry (tentang Maz 89): “It is here supposed that there will be much amiss in the subjects of Christ’s kingdom. His children may forsake God’s law (v. 30) by omissions, and break his statutes (v. 31) by commissions. ... Their being related to Christ shall not excuse them from being called to an account. But observe what affliction is to God’s people. 1. It is but a rod, not an axe, not a sword; it is for correction, not for destruction. This denotes gentleness in the affliction; it is the rod of men, such a rod as men use in correcting their children; and it denotes a design of good in and by the affliction, such a rod as yields the peaceable fruit of righteousness. 2. It is a rod on the hand of God (I will visit them), he who is wise, and knows what he does, gracious, and will do what is best.” [= Di sini dianggap bahwa disana akan ada banyak kesalahan dalam orang-orang yang berada di bawah otoritas dari kerajaan Kristus. Anak-anakNya bisa meninggalkan hukum-hukum Allah (ay 31) oleh pengabaian, dan melanggar peraturan-peraturanNya (ay 32) oleh tindakan-tindakan. ... Hubungan mereka dengan Kristus tidak akan membebaskan mereka dari panggilan untuk pertanggung-jawaban. Tetapi perhatikan apa penderitaan itu bagi umat Allah. 1. Itu hanyalah tongkat, bukan kapak, bukan pedang; itu adalah untuk memperbaiki, bukan untuk menghancurkan. Ini menunjukkan kelembutan dalam penderitaan; itu adalah tongkat manusia, seperti tongkat yang dipakai oleh manusia untuk memperbaiki anak-anak mereka; dan itu menunjukkan rancangan yang baik dalam dan oleh penderitaan itu, seperti sebuah tongkat karena menghasilkan buah kebenaran yang penuh damai. 2. Itu adalah tongkat di tangan Allah (Aku akan mengunjungi mereka), Ia yang bijaksana, dan tahu apa yang Ia lakukan, penuh kasih karunia, dan akan melakukan apa yang terbaik.].
Catatan:
Mazmur 89:33 - “maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
KJV: ‘Then will I visit their transgression with the rod, and their iniquity with stripes’ [= Maka Aku akan mengunjungi pelanggaran mereka dengan tongkat, dan kesalahan mereka dengan cambuk].
Matthew Henry: “Note, Afflictions are not only consistent with covenant-love, but to the people of God they flow from it. Though David’s seed be chastened, it does not follow that they are disinherited; they may be cast down, but they are not cast off.” [= Perhatikan, Penderitaan-penderitaan bukan hanya konsisten dengan kasih perjanjian, tetapi bagi umat Allah penderitaan itu keluar dari kasih perjanjian. Sekalipun keturunan Daud dihajar, itu tidak berarti mereka dicabut dari hak waris; mereka bisa sedih / tertekan, tetapi mereka tidak dibuang.].
Barnes’ Notes (tentang Maz 89:33): “‘Then will I visit their transgression with the rod.’ They shall be punished, though my mercy shall not be wholly taken from them. God has two objects in his dealings with his backsliding and offending people; (a) one is to show his displeasure at their conduct, or to punish them; (b) the other is to reclaim them. All who have been truly converted, or who are truly his people, will be recovered though they fall into sin; but it may be done, and will be likely to be done, in such a way as to show his own displeasure at their offences.” [= ‘Maka Aku akan mengunjungi pelanggaran mereka dengan tongkat’. Mereka akan dihukum, sekalipun belas kasihanKu tidak akan diambil sepenuhnya dari mereka. Allah mempunyai dua tujuan dalam penangananNya terhadap umatNya yang mundur dan bersalah; (a) yang satu adalah menunjukkan ketidak-senanganNya pada tingkah laku mereka, atau menghukum mereka; (b) yang lain adalah untuk memperoleh mereka kembali. Semua yang telah sungguh-sungguh bertobat, atau yang sungguh-sungguh adalah umatNya, akan dipulihkan sekalipun mereka jatuh ke dalam dosa; tetapi itu bisa dilakukan, dan sangat mungkin akan dilakukan, dengan suatu cara sehingga menunjukkan ketidak-senanganNya sendiri terhadap kesalahan-kesalahan mereka.].
Barnes’ Notes (tentang Maz 89:34): “‘Will I not utterly take from him.’ ... This passage contains a very important principle in regard to the dealings of God with his people. The principle is, that if people are converted, if they in fact become his people - he will never suffer them wholly to fall away and perish. They may be suffered to backslide; they may fall into sin, but they will not be allowed to go so far as to apostatize wholly. They will be brought back again. Whatever method may be necessary for this, will be adopted. Commands; warnings; entreaties; remonstrances; their own experience; the admonitions of others; the influences of the Holy Spirit: judgments and calamities; sickness; loss of property; bereavement; disappointment; disgrace; any of these, or all of these, may be resorted to, in order to bring them back; but they will be brought back. God, in mercy and in love, will so visit them with sorrow and trouble that they shall be recovered, and that their ‘spirit shall be saved in the day of the Lord Jesus.’” [= ‘Aku tidak akan mengambilnya sama sekali dari dia’. ... Text ini mengandung suatu prinsip yang sangat penting berkenaan dengan penanganan Allah terhadap umatNya. Prinsipnya adalah bahwa jika orang-orang dipertobatkan, jika mereka dalam faktanya menjadi umatNya - Ia tidak akan membiarkan mereka murtad sepenuhnya dan binasa. Mereka bisa dibiarkan untuk mundur; mereka bisa jatuh ke dalam dosa, tetapi mereka tidak akan diijinkan untuk berjalan begitu jauh sehingga murtad seluruhnya. Mereka akan dibawa kembali lagi. Apapun metode yang bisa diperlukan untuk ini, akan diambil. Perintah; peringatan; protes / bujukan; pengalaman mereka sendiri; nasehat dari orang lain; pengaruh dari Roh Kudus; penghakiman dan bencana; penyakit; kehilangan harta; kehilangan melalui kematian; kekecewaan; rasa malu; yang manapun dari hal-hal ini, atau semua hal-hal ini, bisa diusahakan untuk membawa mereka kembali; tetapi mereka akan dibawa kembali. Allah, dalam belas kasihan dan dalam kasih, akan mengunjungi mereka sedemikian rupa dengan kesedihan dan kesukaran sehingga mereka akan dipulihkan, dan supaya ‘roh mereka akan diselamatkan pada hari Tuhan Yesus’.].
Bdk. 1Kor 5:4-5 - “(4) Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, (5) orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.”.
C. H. Spurgeon (tentang Maz 89:33): “Ver. 32. ‘Then will I visit their transgressions with the rod.’ ... He hates sin too much not to visit it, and he loves his saints too well not to chasten them. ... As sin is so frequent, the rod never rests long together; in God’s family the rod is not spared, or the children would be spoiled.” [= Ay 33. ‘maka Aku akan mengunjungi pelanggaran mereka dengan tongkat’. ... Ia terlalu membenci dosa untuk tidak mengunjunginya, dan Ia mengasihi orang-orang kudus terlalu baik untuk tidak menghajar mereka. ... Karena dosa begitu sering, tongkat tidak pernah berhenti / beristirahat lama; dalam keluarga Allah tongkat tidak dihemat, atau anak-anak akan dimanjakan / dirusak.] - hal 32.
C. H. Spurgeon (tentang Maz 89:34): “Ver. 33. ‘Nevertheless.’ And a glorious nevertheless too! ‘Nevertheless my lovingkindness will I not utterly take from him.’ O glorious fear killing sentence! This crowns the covenant with exceeding glory. Mercy may seem to depart from the Lord’s chosen, but it shall never altogether do so. Jesus still enjoys the divine favour, and we are in him, and therefore under the most trying circumstances the Lord’s lovingkindness to each one of his chosen will endure the strain. If the covenant could be made void by our sins it would have been void long ere this; and if renewed its tenure would not be worth an hour’s purchase if it had remained dependent upon us. God may leave his people, and they may thereby suffer much and fall very low, but utterly and altogether he never can remove his love from them; for that would be to cast a reflection upon his own truth, and this he will never allow, for he adds, ‘nor suffer my faithfulness to fail.’ Man fails in all points, but God in none. To be faithful is one of the eternal characteristics of God, in which he always places a great part of his glory: his truth is one of his peculiar treasures and crown jewels, and he will never endure that it should be tarnished in any degree. This passage sweetly assures us that the heirs of glory shall not be utterly cast off. Let those deny the safety of the saints who choose to do so, we have not so learned Christ. We believe in the gospel rod, but not in the penal sword for the adopted sons.” [= Ay 34. ‘Tetapi’. Dan suatu ‘tetapi’ yang mulia! ‘Tetapi kebaikanKu yang penuh kasih tidak akan Kuambil sama sekali dari dia’. Betul-betul suatu kalimat mulia yang membunuh rasa takut! Ini memahkotai perjanjian dengan kemuliaan yang berlimpah-limpah. Belas kasihan bisa kelihatannya meninggalkan orang-orang pilihan Tuhan, tetapi itu tidak akan pernah sepenuhnya berbuat demikian. Yesus tetap menikmati kebaikan ilahi, dan kita ada dalam Dia, dan karena itu, di bawah keadaan yang paling mencobai, kebaikan yang penuh kasih dari Tuhan kepada setiap orang pilihanNya akan menahan ketegangan itu. Seandainya perjanjian itu bisa dibatalkan oleh dosa-dosa kita, perjanjian itu akan sudah batal jauh sebelum ini; dan jika diperbaharui kedudukannya tidak akan mempunyai nilai pembelian 1 jam jika itu tetap tergantung kepada kita. Allah bisa meninggalkan umatNya, dan oleh hal itu mereka bisa banyak menderita dan jatuh sangat dalam, tetapi Ia tidak pernah bisa sepenuhnya menyingkirkan kasihNya dari mereka; karena itu akan memberikan suatu bayangan / celaan pada kebenaranNya sendiri, dan ini Ia tidak akan pernah mengijinkan, karena Ia menambahkan, ‘ataupun mengijinkan kesetiaanKu untuk gagal’. Manusia gagal dalam banyak hal, tetapi Allah tidak pernah gagal dalam apapun. Setia adalah salah satu dari karakteristik yang kekal dari Allah, dalam mana Ia selalu menempatkan sebagian besar dari kemuliaanNya: kebenaranNya merupakan salah satu harta khusus dan permata terbaikNya, dan Ia tidak akan pernah tahan bahwa itu dinodai / dipudarkan dalam tingkat apapun. Text ini dengan manis menjamin / meyakinkan kita bahwa pewaris-pewaris dari kemuliaan tidak akan sepenuhnya dibuang. Biarlah mereka menyangkal keamanan dari orang-orang kudus yang memilih untuk bersikap demikian, tetapi kami tidak belajar demikian dari Kristus. Kami percaya kepada tongkat Injil, tetapi tidak kepada pedang hukuman bagi anak-anak yang diadopsi.] - hal 32.
Maz 89:32 (KJV): ‘Nevertheless my lovingkindness will I not utterly take from him, nor suffer my faithfulness to fail’ [= Tetapi kebaikanKu yang penuh kasih tidak akan Kuambil sama sekali dari dia, ataupun mengijinkan kesetiaanKu untuk gagal].
C. H. Spurgeon (tentang Maz 89:34): “Ver. 33. ‘Nevertheless my lovingkindness,’ etc. Except the covenant of grace had this article in it for remission of sin and for fatherly correction, to drive unto repentance, that the penitent person coming to God by faith might have sin forgiven him and lovingkindness shown to him; this covenant should fail us no less than the covenant of works. - David Dickson.” [= Ay 34. ‘Namun / sekalipun demikian kebaikanKu yang penuh kasih’, dsb. Kecuali perjanjian kasih karunia mempunyai bagian ini di dalamnya untuk pengampunan dosa dan untuk koreksi kebapaan, untuk mendorong pada pertobatan, supaya orang-orang bertobat yang datang kepada Allah oleh iman bisa diampuni dosanya dan kebaikan yang penuh kasih ditunjukkan kepadanya; maka perjanjian ini akan menjatuhkan kita sama seperti perjanjian perbuatan baik. - David Dickson.] - hal 50.
Catatan: ‘covenant of works’ [= perjanjian perbuatan baik] merupakan lawan dari ‘covenant of grace’ [= perjanjian kasih karunia]. ‘Covenant of works’ [= perjanjian perbuatan baik] hanya ada pada saat Adam masih belum jatuh ke dalam dosa.
C. H. Spurgeon (tentang Mazmur 89:34): “Ver. 33. ‘I will not utterly take from him.’ Why ‘from him?’ Because all God’s lovingkindness to his people is centred in Christ. Does God love you? it is because he loves Christ; you are one with Christ. Your transgressions are your own; they are separate from Christ; but God’s love is not your own; it is Christ’s: you receive it because you are one with him. How beautifully that is distinguished here - ‘If they transgress, I will punish them; but my lovingkindness will I not take from him’ - in whom alone they find it; and in union with whom alone they enjoy it. - Capel Molyneux.” [= Ay 34. ‘Aku tidak akan sepenuhnya mengambil dari Dia’. Mengapa ‘dari Dia’? Karena seluruh kebaikan yang penuh kasih dari Allah kepada umatNya berpusat kepada Kristus. Apakah Allah mengasihi kamu? itu karena Ia mengasihi Kristus; kamu adalah satu dengan Kristus. Pelanggaran-pelanggaranmu adalah milikmu sendiri; pelanggaran-pelanggaran itu terpisah dari Kristus; tetapi kasih Allah bukanlah milikmu sendiri; itu adalah milik Kristus: kamu menerimanya karena kamu satu dengan Dia. Betapa dengan indahnya hal itu dibedakan di sini - ‘Jika mereka melanggar, Aku akan menghukum mereka; tetapi kebaikanKu yang penuh kasih tidak akan Aku ambil dari Dia’ - dalam Dia saja mereka mendapatkannya; dan dalam persatuan dengan Dia saja mereka menikmatinya. - Capel Molyneux.] - hal 50-51.
Catatan:
a. Kata-kata “Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kujauhkan dari padanya” dalam ay 34, kelihatannya diterapkan baik kepada Salomo maupun kepada Kristus sebagai anti-TYPE dari Salomo. Demikian juga dengan kutipan-kutipan di bawah.
b. Saya berpendapat bahwa ada sesuatu yang tidak tepat dalam kata-kata di atas ini, karena Allah bukannya mengasihi kita sejak kita percaya kepada Kristus atau menjadi satu dengan Kristus. Ia sudah mengasihi kita pada waktu kita masih ada dalam dosa (Ro 5:8 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”). Tetapi mungkin orang ini meninjaunya dari sudut rencana Allah / predestinasi.
Bdk. Ef 1:4-5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya,”.
C. H. Spurgeon (tentang Maz 89:34): “Ver. 33. ‘From him.’ The words, ‘Nevertheless my lovingkindness will I not utterly take from him,’ are worthy of consideration; for the question being about those who are chastised, it would appear that he should have written, ‘from them,’ and not ‘from him.’ But the prophet has thus worded it, because, being the children and members of his Christ, the favours which God bestows upon us belong to him in some manner; and it seems that the Psalmist wishes to show us hereby, that it is in Jesus Christ, and for love of him alone, that God bestows favours on us. And that which follows, in Psalm 89:34 verse, agrees herewith, - ‘My covenant will I not break’ - for it is properly to Jesus Christ, on account of his admirable obedience, that God the Father has promised to be merciful to our iniquities, and never to leave one of those to perish who are in covenant with him. - Jean Daille.” [= Ay 34. ‘Dari Dia’. Kata-kata ‘Tetapi kebaikanKu yang penuh kasih tidak akan sepenuhnya Aku ambil dari Dia’, merupakan sesuatu yang layak direnungkan; karena persoalan tentang mereka yang dihajar, kelihatannya ia seharusnya menuliskan ‘dari mereka’, dan bukan ‘dari Dia’. Tetapi sang nabi memberi kata-kata seperti itu, karena sebagai anak-anak dan anggota-anggota dari KristusNya, kebaikan yang Allah berikan kepada kita adalah milikNya dalam cara tertentu; dan kelihatannya sang Pemazmur ingin menunjukkan kepada kita melalui hal ini, bahwa adalah dalam Yesus Kristus, dan demi kasih untuk Dia saja, bahwa Allah memberikan kebaikan kepada kita. Dan yang selanjutnya, dalam Mazmur 89:35, sesuai dengan ini, - ‘PerjanjianKu tidak akan Aku langgar’ - karena adalah benar bagi Yesus Kristus, karena ketaatanNya yang patut dikagumi, bahwa Allah Bapa telah berjanji untuk bersikap penuh belas kasihan pada kesalahan-kesalahan kita, dan tidak pernah meninggalkan satupun dari mereka untuk binasa, yang ada dalam perjanjian dengan Dia. - Jean Daille.] hal 51.
Calvin (tentang Mazmur 89:34): “‘My lovingkindness or mercy will I not withdraw from Him.’ It ought surely to have been said, ‘them’ instead of ‘him,’ since it is children in the plural number who are before spoken of. But it is very probable that this form of expression is purposely employed to teach us that we are reconciled to God only through Christ; and that if we would expect to find mercy, we must seek for it from that source alone.” [= ‘KebaikanKu yang penuh kasih atau belas kasihanKu tidak akan Aku tarik dari Dia’. Pasti seharusnya dikatakan ‘mereka’ dan bukannya ‘Dia’, karena adalah ‘anak-anak’ dalam bentuk jamak yang sebelumnya dibicarakan. Tetapi adalah mungkin bahwa bentuk ungkapan ini secara sengaja digunakan untuk mengajar kita bahwa kita diperdamaikan dengan Allah hanya melalui Kristus; dan bahwa jika kita ingin mengharapkan untuk mendapatkan belas kasihan, kita harus mencarinya dari sumber itu saja.].
(9)Satu hal yang ingin saya tambahkan adalah: pada saat Tuhan menghajar anakNya yang berdosa, Ia pasti berhasil mempertobatkan mereka. Coba perhatikan ayat-ayat di bawah ini, yang berbicara tentang hajaran, yang pasti berhasil mempertobatkan:
(a)Im 26:14-39 - “(14) ‘Tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah itu, (15) jikalau kamu menolak ketetapanKu dan hatimu muak mendengar peraturanKu, sehingga kamu tidak melakukan segala perintahKu dan kamu mengingkari perjanjianKu, (16) maka Akupun akan berbuat begini kepadamu, yakni Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu, batuk kering serta demam, yang membuat mata rusak dan jiwa merana; kamu akan sia-sia menabur benihmu, karena hasilnya akan habis dimakan musuhmu. (17) Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu, dan mereka yang membenci kamu akan menguasai kamu, dan kamu akan lari, sungguhpun tidak ada orang mengejar kamu. (18) Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mendengarkan Daku, maka Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali lipat karena dosamu, (19) dan Aku akan mematahkan kekuasaanmu yang kaubanggakan dan akan membuat langit di atasmu sebagai besi dan tanahmu sebagai tembaga. (20) Maka tenagamu akan habis dengan sia-sia, tanahmu tidak akan memberi hasilnya dan pohon-pohonan di tanah itu tidak akan memberi buahnya. (21) Jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku, maka Aku akan makin menambah hukuman (pukulan) atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosamu. (22) Aku akan melepaskan kepadamu binatang liar yang akan memunahkan anak-anakmu dan yang akan melenyapkan ternakmu, serta membuat kamu menjadi sedikit, sehingga jalan-jalanmu menjadi sunyi. (23) Jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mau Kuajar, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, (24) maka Akupun akan bertindak melawan kamu dan Aku sendiri akan menghukum (memukul) kamu tujuh kali lipat karena dosamu, (25) dan Aku akan mendatangkan ke atasmu suatu pedang, yang akan melakukan pembalasan oleh karena perjanjian itu; bila kamu berkumpul kelak di kota-kotamu, maka Aku akan melepas penyakit sampar ke tengah-tengahmu dan kamu akan diserahkan ke dalam tangan musuh. (26) Jika Aku memusnahkan persediaan makananmu, maka sepuluh perempuan akan membakar roti di dalam satu pembakaran. Mereka akan mengembalikan rotimu menurut timbangan tertentu, dan kamu akan makan, tetapi tidak menjadi kenyang. (27) Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mendengarkan Daku, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, (28) maka Akupun akan bertindak keras melawan kamu dan Aku sendiri akan menghajar kamu tujuh kali lipat karena dosamu, (29) dan kamu akan memakan daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan. (30) Dan bukit-bukit pengorbananmu akan Kupunahkan, dan segala pedupaanmu akan Kulenyapkan. Aku akan melemparkan bangkai-bangkaimu ke atas bangkai-bangkai berhalamu dan hatiKu akan muak melihat kamu. (31) Kota-kotamu akan Kubuat menjadi reruntuhan dan tempat-tempat kudusmu akan Kurusakkan dan Aku tidak mau lagi menghirup bau persembahanmu yang menyenangkan. (32) Aku sendiri akan merusakkan negeri itu, sehingga musuhmu yang tinggal di situ akan tercengang karenanya. (33) Tetapi kamu akan Kuserakkan di antara bangsa-bangsa lain dan Aku akan menghunus pedang di belakang kamu, dan tanahmu akan menjadi tempat tandus dan kota-kotamu akan menjadi reruntuhan. (34) Pada waktu itulah tanah itu pulih dari dilalaikannya tahun-tahun sabatnya selama tanah itu tandus dan selama kamu tinggal di negeri musuh-musuhmu; pada waktu itulah tanah itu akan menjalani sabatnya dan dipulihkan tahun-tahun sabat yang belum didapatnya. (35) Selama ketandusannya tanah itu akan menjalani sabat yang belum dijalaninya pada tiap-tiap tahun sabatmu, ketika kamu masih diam di situ. (36) Dan mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari antaramu, Aku akan mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka, dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. (37) Dan mereka akan jatuh tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang, sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di hadapan musuh-musuhmu. (38) Dan kamu akan binasa di antara bangsa-bangsa lain, dan negeri musuhmu akan memusnahkan kamu. (39) Dan siapa yang masih tinggal hidup dari antaramu, mereka akan hancur lebur (membusuk) dalam hukumannya di negeri-negeri musuh mereka, dan karena kesalahan nenek moyang mereka juga mereka akan hancur lebur (membusuk) sama seperti nenek moyangnya.”.
Catatan:
· Kata ‘hukuman’ dalam ay 21 salah terjemahan.
KJV/RSV/NASB: ‘plagues’ / ‘plague’ [= wabah / penderitaan].
NIV: ‘afflictions’ [= penderitaan].
· Dan kalau kita melihat sejarah, maka sekalipun Tuhan memang menghajar dengan membuang Israel ke dalam pembuangan, tetapi Ia tak pernah memunahkan mereka.
· Kalau dalam penghajaran itu ada orang-orang yang betul-betul dibinasakan, maka mereka bukan betul-betul anak-anak Allah.
Matthew Henry (tentang Im 26): “Note, There is nothing got by striving with God Almighty, for he will break either the heart or the neck of those that contend with him, will bring them either to repentance or ruin.” [= Perhatikan, Disana tak ada apapun yang didapatkan dengan melawan / berkelahi dengan Allah Yang Mahakuasa, karena Ia atau akan mematahkan hati atau mematahkan leher mereka yang melawanNya, akan membawa mereka atau pada pertobatan atau pada kehancuran.].
Matthew Henry (tentang Im 26): “As they continued obstinate, the judgments should increase yet more upon them. If the first sensible tokens of God’s displeasures do not attain their end, to humble and reform them, then (v. 18), ‘I will punish you seven times more,’ and again (v. 21), ‘I will bring seven times more plagues,’ and (v. 24), ‘I will punish you yet seven times,’ and (v. 28), ‘I, even I, will chastise you seven times for your sins.’ Note, If less judgments do not do their work, God will send greater; for, when he judges, he will overcome.” [= Pada waktu mereka terus keras kepala, penghakiman akan / harus lebih meningkat kepada mereka. Jika tanda pertama yang dirasakan dari ketidak-senangan Allah tidak mencapai tujuannya, untuk merendahkan dan mereformasi mereka, maka (ay 18), ‘Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali lipat,’ dan lagi (ay 21), ‘Aku akan membawa tujuh kali lipat penderitaan’, dan (ay 24), ‘Aku akan menghukum kamu tujuh kali lipat’, dan (ay 28), ‘Aku, bahkan Aku sendiri, akan menghajar kamu tujuh kali lipat untuk dosa-dosamu’. Perhatikan, Jika penghakiman yang sedikit / kecil tidak melakukan pekerjaan mereka, Allah akan mengirimkan yang lebih besar; karena, pada waktu Ia menghakimi, Ia akan mengalahkan / menang.].
Matthew Henry (tentang Im 26): “God’s judgments, as they cannot be outfaced, so they cannot be outrun.” [= Penghakiman-penghakiman Allah, sebagaimana kita tidak bisa melawan / mengalahkan mereka, demikian juga kita tak bisa lolos dari mereka.].
(b)Maz 118:18 - “TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut.”.
(c)Yes 26:16 - “Ya TUHAN, dalam kesesakan mereka mencari Engkau; ketika hajaranMu menimpa mereka, mereka mengeluh dalam doa.”.
(d)Yes 57:16-19 - “(16) Sebab bukan untuk selama-lamanya Aku hendak berbantah, dan bukan untuk seterusnya Aku hendak murka, supaya semangat mereka jangan lemah lesu di hadapanKu, padahal Akulah yang membuat nafas kehidupan. (17) Aku murka karena kesalahan kelobaannya, Aku menghajar dia, menyembunyikan wajahKu dan murka, tetapi dengan murtad ia menempuh jalan yang dipilih hatinya. (18) Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi Aku akan menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan dia dengan penghiburan; juga pada bibir orang-orangnya yang berkabung (19) Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat - firman TUHAN - Aku akan menyembuhkan dia!”.
(e)Yes 60:10 - “Orang-orang asing akan membangun tembokmu, dan raja-raja mereka akan melayani engkau; sebab dalam murkaKu Aku telah menghajar engkau, namun Aku telah berkenan untuk mengasihani engkau.”.
(f) Yer 30:11-22 - “(11) Sebab Aku menyertai engkau, demikianlah firman TUHAN, untuk menyelamatkan engkau: segala bangsa yang ke antaranya engkau Kuserahkan akan Kuhabiskan, tetapi engkau ini tidak akan Kuhabiskan. Aku akan menghajar engkau menurut hukum, tetapi Aku sama sekali tidak memandang engkau tak bersalah. (12) Sungguh, beginilah firman TUHAN: Penyakitmu sangat payah, lukamu tidak tersembuhkan! (13) Tidak ada yang membela hakmu, tidak ada obat untuk bisul, kesembuhan tidak ada bagimu! (14) Semua kekasihmu melupakan engkau, mereka tidak menanyakan engkau lagi. Sungguh, Aku telah memukul engkau dengan pukulan musuh, dengan hajaran yang bengis, karena kesalahanmu banyak, dosamu berjumlah besar. (15) Mengapakah engkau berteriak karena penyakitmu, karena kepedihanmu sangat payah? Karena kesalahanmu banyak, dosamu berjumlah besar, maka Aku telah melakukan semuanya ini kepadamu. (16) Tetapi semua orang yang menelan engkau akan tertelan, dan semua lawanmu akan masuk ke dalam tawanan; orang-orang yang merampok engkau akan menjadi rampokan, dan semua orang yang menjarah engkau akan Kubuat menjadi jarahan. (17) Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan, yakni sisa yang tiada seorangpun menanyakannya. (18) Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku akan memulihkan keadaan kemah-kemah Yakub, dan akan mengasihani tempat-tempat tinggalnya, kota itu akan dibangun kembali di atas reruntuhannya, dan puri itu akan berdiri di tempatnya yang asli. (19) Nyanyian syukur akan terdengar dari antara mereka, juga suara orang yang bersukaria. Aku akan membuat mereka banyak dan mereka tidak akan berkurang lagi; Aku akan membuat mereka dipermuliakan dan mereka tidak akan dihina lagi. (20) Anak-anak mereka akan menjadi seperti dahulu kala, dan perkumpulan mereka akan tinggal tetap di hadapanKu; Aku akan menghukum semua orang yang menindas mereka. (21) Orang yang memerintah atas mereka akan tampil dari antara mereka sendiri, dan orang yang berkuasa atas mereka akan bangkit dari tengah-tengah mereka; Aku akan membuat dia maju dan mendekat kepadaKu, sebab siapakah yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk mendekat kepadaKu? demikianlah firman TUHAN. (22) Maka kamu akan menjadi umatKu, dan Aku akan menjadi Allahmu.’”.
(g)Yer 31:18-20 - “(18) Telah Kudengar sungguh-sungguh Efraim meratap: Engkau telah menghajar aku, dan aku telah menerima hajaran, seperti anak lembu yang tidak terlatih. Bawalah aku kembali, supaya aku berbalik, sebab Engkaulah TUHAN, Allahku. (19) Sungguh, sesudah aku berbalik, aku menyesal, dan sesudah aku tahu akan diriku, aku menepuk pinggang sebagai tanda berkabung; aku merasa malu dan bernoda, sebab aku menanggung aib masa mudaku. (20) Anak kesayangankah gerangan Efraim bagiKu atau anak kesukaan? Sebab setiap kali Aku menghardik dia, tak putus-putusnya Aku terkenang kepadanya; sebab itu hatiKu terharu terhadap dia; tak dapat tidak Aku akan menyayanginya, demikianlah firman TUHAN.”.
(h)Yeremia 46:27-28 - “(27) Maka engkau, janganlah takut, hai hambaKu Yakub, janganlah gentar, hai Israel! Sebab sesungguhnya, Aku menyelamatkan engkau dari tempat jauh dan keturunanmu dari negeri pembuangan mereka. Yakub akan kembali dan hidup tenang dan aman, dengan tidak ada yang mengejutkan. (28) Maka engkau, janganlah takut, hai hambaKu Yakub, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku menyertai engkau: segala bangsa yang ke antaranya engkau Kuceraiberaikan akan Kuhabiskan, tetapi engkau ini tidak akan Kuhabiskan. Aku akan menghajar engkau menurut hukum, tetapi Aku sama sekali tidak memandang engkau tak bersalah.’”.
(i) 1Korintus 11:32 - “Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.”.
KJV: ‘But when we are judged, we are chastened of the Lord, that we should not be condemned with the world.’ [= Tetapi pada waktu kita dihakimi, kita dihajar oleh Tuhan, supaya kita tidak dihukum bersama dengan dunia.].
Calvin (tentang 1Kor 11:32): “God is angry with believers in such a way as not in the meantime to be forgetful of his mercy: nay more, that it is on this account particularly that he punishes them - that he may consult their welfare. It is an inestimable consolation - that the punishments by which our sins are chastened are evidences, not of God’s anger for our destruction, but rather of his paternal love, and are at the same time of assistance towards our salvation, for God is angry with us as his sons, whom he will not leave to perish.” [= Allah marah kepada orang-orang percaya dengan cara sedemikian rupa sehingga pada saat itu tidak lupa akan belas kasihanNya: bahkan, bahwa karena alasan khusus ini maka Ia menghukum mereka - supaya Ia bisa merencanakan / mengatur kesejahteraan mereka. Ini merupakan suatu penghiburan yang tak ternilai - bahwa hukuman-hukuman dengan mana dosa-dosa kita dihajar adalah bukti-bukti, bukan dari kemarahan Allah bagi kehancuran kita, tetapi lebih dari kasih kebapaanNya, dan pada saat yang sama merupakan pertolongan kepada keselamatan kita, karena Allah marah kepada kita sebagai anak-anakNya, yang Ia tidak akan / mau tinggalkan untuk binasa.].
Calvin (tentang 1Kor 11:32): “When he says - ‘that we may not be condemned with the world,’ he intimates two things. The first is, that the children of this world, while they sleep on quietly and securely in their delights, are fattened up, like hogs, for ‘the day of slaughter.’ (Jeremiah 12:3.) For though the Lord sometimes invites the wicked, also, to repentance by his chastisements, yet he often passes them over as strangers, and allows them to rush on with impunity, until they ‘have filled up the measure’ of their final condemnation. (Genesis 15:16.) This privilege, therefore, belongs to believers exclusively - that by punishments they are called back from destruction. The second thing is this - that chastisements are necessary remedies for believers, for otherwise they, too, would rush on to everlasting destruction, were they not restrained by temporal punishment.” [= Pada waktu ia berkata - ‘supaya kita tidak dihukum bersama dengan dunia’, ia mengisyaratkan dua hal. Yang pertama adalah, bahwa anak-anak dari dunia ini, pada waktu mereka tidur dengan tenang dan aman dalam kesenangan mereka, digemukkan, seperti babi-babi, untuk hari penyembelihan’. (Yer 12:3). Karena sekalipun Tuhan kadang-kadang juga mengundang orang jahat kepada pertobatan oleh hajaran-hajaranNya, tetapi Ia sering melewati mereka sebagai orang-orang asing, dan mengijinkan mereka untuk lari cepat-cepat dengan lolos dari hukuman, sampai mereka ‘telah memenuhi takaran’ dari hukuman akhir mereka. (Kej 15:16). Karena itu, hak ini adalah milik exklusif dari orang-orang percaya - bahwa oleh hukuman-hukuman mereka dipanggil kembali dari kehancuran. Hal kedua adalah ini - bahwa hajaran-hajaran adalah obat yang perlu bagi orang-orang percaya, karena kalau tidak mereka juga akan lari cepat-cepat pada kehancuran kekal, seandainya mereka tidak dikekang oleh hukuman sementara.].
Yer 12:1-3 - “(1) Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? (2) Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka. (3) Ya TUHAN, Engkau mengenal aku, Engkau melihat aku, dan Engkau menguji bagaimana hatiku terhadap Engkau. Tariklah mereka ke luar seperti domba-domba sembelihan, dan khususkanlah mereka untuk hari penyembelihan.”.
Kejadian 15:16 - “Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.’”.
(j) Ibrani 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”.
Catatan: kalau ada orang yang betul-betul dibinasakan oleh Tuhan, maka saya yakin itu bukan anak! Bahkan dalam mengajar kita untuk mendidik anak kita, Tuhan berkata demikian dalam ayat di bawah ini.
Amsal 19:18 - “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.”.
Kalau ada perintah untuk membunuh anak yang betul-betul jahat / sesat (Ulangan 21:18-21 Ul 13:6-11), maka itu hanya untuk menunjukkan bahwa kita harus lebih mengutamakan Tuhan dari keluarga / anak. Tetapi secara umum, baik bapa duniawi kita maupun Bapa surgawi kita, hanya menghajar kita, tetapi tidak membinasakan kita, pada waktu kita bersalah.
Dalam kasus Salomo, tak diragukan bahwa ia adalah seorang anak Allah yang sungguh-sungguh, dan tak diragukan bahwa ia jatuh ke dalam dosa yang hebat.
Dan bahwa Allah menghajar dia, itu dijanjikan / ditunjukkan dalam ayat-ayat ini:
· 2Sam 7:14 - “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.”.
· Mazmur 89:31-33 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan.”.
· 1Raja 11:9-39 - “(9) Sebab itu TUHAN menunjukkan murkaNya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya, (10) dan yang telah memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN. (11) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Salomo: ‘Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapanKu yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu. (12) Hanya, pada waktu hidupmu ini Aku belum mau melakukannya oleh karena Daud, ayahmu; dari tangan anakmulah Aku akan mengoyakkannya. (13) Namun demikian, kerajaan itu tidak seluruhnya akan Kukoyakkan dari padanya, satu suku akan Kuberikan kepada anakmu oleh karena hambaKu Daud dan oleh karena Yerusalem yang telah Kupilih.’ (14) Kemudian TUHAN membangkitkan seorang lawan Salomo, yakni Hadad, orang Edom; ia dari keturunan raja Edom. (15) Sesudah Daud memukul kalah orang Edom, maka panglima Yoab pergi menguburkan orang-orang yang mati terbunuh, lalu menewaskan semua laki-laki di Edom; (16) enam bulan lamanya Yoab diam di sana dengan seluruh Israel, sampai dilenyapkannya semua laki-laki di Edom. (17) Tetapi Hadad melarikan diri bersama-sama dengan beberapa orang Edom dari pegawai-pegawai ayahnya, dan mengungsi ke Mesir; adapun Hadad itu masih sangat muda. (18) Mereka berangkat dari Midian, lalu sampai ke Paran; mereka membawa beberapa orang dari Paran, lalu mereka sampai ke Mesir kepada Firaun, raja Mesir. Ia ini memberikan rumah kepada Hadad, menentukan belanjanya dan menyerahkan sebidang tanah kepadanya. (19) Hadad demikian disayangi Firaun, sehingga diberikannya kepadanya seorang isteri, yakni adik isterinya sendiri, adik permaisuri Tahpenes. (20) Lalu adik Tahpenes itu melahirkan baginya seorang anak laki-laki, Genubat namanya, dan Tahpenes menyapih dia di istana Firaun, sehingga Genubat ada di istana Firaun di tengah-tengah anak-anak Firaun sendiri. (21) Ketika didengar Hadad di Mesir, bahwa Daud telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya dan bahwa panglima Yoab sudah mati juga, maka berkatalah Hadad kepada Firaun: ‘Biarkanlah aku pergi ke negeriku.’ (22) Lalu bertanyalah Firaun kepadanya: ‘Tetapi kekurangan apakah engkau padaku ini, maka engkau tiba-tiba berniat pergi ke negerimu?’ Jawabnya: ‘Aku tidak kekurangan apapun, namun demikian, biarkanlah juga aku pergi.’ (23) Allah membangkitkan pula seorang lawan Salomo, yakni Rezon bin Elyada, yang telah melarikan diri dari tuannya, yakni Hadadezer, raja Zoba. (24) Ia mengumpulkan orang-orang, lalu menjadi kepala gerombolan. Ketika Daud hendak membunuh mereka, maka pergilah mereka ke Damsyik; mereka diam di sana dan di situlah mereka mengangkat Rezon menjadi raja. (25) Dialah yang menjadi lawan Israel sepanjang umur Salomo; ia mendatangkan malapetaka sama seperti Hadad. Ia muak akan orang Israel dan menjadi raja atas Aram. (26) Juga Yerobeam bin Nebat, seorang Efraim dari Zereda, seorang pegawai Salomo, nama ibunya Zerua, seorang janda, memberontak terhadap raja. (27) Inilah alasannya, mengapa ia memberontak terhadap raja: Salomo mendirikan Milo, dan ia menutup tembusan tembok kota Daud, ayahnya. (28) Yerobeam adalah seorang tangkas; ketika Salomo melihat, bahwa orang muda itu seorang yang rajin bekerja, maka ditempatkannyalah dia mengawasi semua pekerja wajib dari keturunan Yusuf. (29) Pada waktu itu, ketika Yerobeam keluar dari Yerusalem, nabi Ahia, orang Silo itu, mendatangi dia di jalan dengan berselubungkan kain baru. Dan hanya mereka berdua ada di padang. (30) Ahia memegang kain baru yang di badannya, lalu dikoyakkannya menjadi dua belas koyakan; (31) dan ia berkata kepada Yerobeam: ‘Ambillah bagimu sepuluh koyakan, sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari tangan Salomo dan akan memberikan kepadamu sepuluh suku. (32) Tetapi satu suku akan tetap padanya oleh karena hambaKu Daud dan oleh karena Yerusalem, kota yang Kupilih itu dari segala suku Israel. (33) Sebabnya ialah karena ia telah meninggalkan Aku dan sujud menyembah kepada Asytoret, dewi orang Sidon, kepada Kamos, allah orang Moab dan kepada Milkom, allah bani Amon, dan ia tidak hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dengan melakukan apa yang benar di mataKu dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturanKu, seperti Daud, ayahnya. (34) Bukan dari tangannya akan Kuambil seluruh kerajaan itu; Aku akan membiarkan dia tetap menjadi raja seumur hidupnya, oleh karena hambaKu Daud yang telah Kupilih dan yang tetap mengikuti segala perintah dan ketetapanKu. (35) Tetapi dari tangan anaknyalah Aku akan mengambil kerajaan itu dan akan memberikannya kepadamu, yakni sepuluh suku. (36) Dan kepada anaknya akan Kuberikan satu suku, supaya hambaKu Daud selalu mempunyai keturunan di hadapanKu di Yerusalem, kota yang Kupilih bagiKu supaya namaKu tinggal di sana. (37) Maka engkau ini akan Kuambil, supaya engkau memerintah atas segala yang dikehendaki hatimu dan menjadi raja atas Israel. (38) Dan jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mataKu dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintahKu seperti yang telah dilakukan oleh hambaKu Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan bagimu suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku akan memberikan orang Israel kepadamu. (39) Dan untuk itu Aku akan merendahkan keturunan Daud, tetapi bukan untuk selamanya.’”.
Apakah Tuhan gagal dalam mendisiplin anakNya sendiri? Itu mustahil.
Kesimpulan: Cerita tentang ‘kemurtadan’ Salomo ini tidak menunjukkan bahwa orang percaya yang sejati bisa murtad dan terhilang / binasa, karena:
1. Salomo tidak betul-betul murtad secara total.
2. Salomo akhirnya bertobat dan diselamatkan, atau lebih tepat, tetap diselamatkan.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America