MALEAKHI 1:1-14 (KASIH ALLAH,TEGURAN DAN AKIBAT DOSA)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
MALEAKHI 1:1-14 (KASIH ALLAH,TEGURAN DAN AKIBAT DOSA)
I) Latar belakang / pendahuluan ( Maleakhi 1: 1):

1) Saat penulisan Maleakhi

Pada tahun 722 SM Israel / Kerajaan Utara dikalahkan oleh Asyur dan orang-orang Israel diangkut ke dalam pembuangan. Pada tahun 587 SM Yehuda / Kerajaan Selatan dikalahkan oleh Babilonia dan orang-orang Yehuda diangkut ke dalam pembuangan. Di antara tahun 538-444 SM, orang-orang Yehuda kembali dari pembuangan. Sedangkan Maleakhi menulis kitabnya kira-kira pada tahun 440 SM. Jadi, Maleakhi menulis kitabnya untuk orang-orang Yehuda sesudah kembali dari pembuangan. Jadi, kata ‘Israel’ dalam ay 1 menunjuk kepada orang-orang Yehuda yang kembali dari pembuangan.

2) Kerohanian pada saat itu betul-betul brengsek, baik imam-imamnya maupun rakyatnya.

Dosa-dosa mereka antara lain:

· mempersembahkan binatang cacat (Maleakhi 1:6-14).

· pengajaran yang brengsek dari para imam (2:1-9).

· kawin campur dan perceraian (2:10-16).

· tidak memberikan persembahan persepuluhan (3:6-12).

· dosa-dosa lain (3:5,13-14).

Kepada ‘gereja’ brengsek seperti itulah Maleakhi menu­liskan kitab ini.

Penerapan:

¨ berikan Firman Tuhan untuk menangani gereja / orang kristen yang brengsek! Selama orang kristen / gereja brengsek itu masih mau mendengar Firman Tuhan, maka masih ada kemungkinan bagi mereka untuk direformasi. Saudara bisa memberikan Firman Tuhan dengan cara memberitakannya melalui mulut saudara (melalui khotbah, pe-ngajaran sekolah minggu, atau penginjilan pribadi), atau saudara bisa memberikan Firman Tuhan yang tertulis, seperti buku-buku rohani, dengan catatan bahwa saudara harus memilihkan buku rohani yang baik / bermutu.

¨ memang gereja brengsek juga sangat membutuhkan doa saudara, tetapi kalau gereja itu hanya didoakan dan tidak diberi Firman Tuhan, maka gereja itu tidak mungkin bisa diper­baiki!

3) Siapakah Maleakhi itu?

Kata bahasa Ibraninya adalah MALAKHI, yang sebetulnya berarti my angel / my messenger (= malaikatku / utusanku).

Itu menyebabkan ada penafsir yang menganggap bahwa ‘Maleakhi’ sebetulnya bukanlah suatu nama. Penulis kitab ini hanya memperkenalkan diri sebagai ‘utusan Allah’, tetapi menyembu­nyikan identitasnya.

Calvin menganggap bahwa Maleakhi adalah julukan dari Ezra.

Siapa sebenarnya Maleakhi itu tidak diketahui dengan jelas.

4) ‘Ucapan ilahi’ (ay 1).

NIV/NASB/RSV: oracle (= ucapan ilahi / sabda dewa).

KJV/Lit: burden (= beban).

Kata bahasa Ibraninya adalah MASSA. Kata MASSA ini berasal dari kata kerja NASA, yang berarti to lift up (= mengangkat). Jadi MASSA berarti ‘sesuatu yang diangkat’, dan karena itu bisa diartikan ‘beban’.

Lalu apa yang dimaksud dengan ‘beban’ itu? Ada bermacam-macam penafsiran:

a) Kata ini menunjukkan bahwa Maleakhi merasa berat untuk menyam-paikan Firman yang penuh kecaman itu.

Penerapan:

Kalau saudara adalah orang yang senang melakukan kecaman, dalam arti saudara menikmati (enjoy) saat pengecaman itu, maka ada sesuatu yang tidak beres dengan keroha­nian saudara! Jelas bahwa saudara sedang kekurangan kasih! Bereskan dulu kerohanian saudara, baru menge­cam orang lain (bdk. Matius 7:1-5)!

b) Kata ini menunjukkan bahwa Maleakhi menyampaikan Firman Tuhan dengan beban, dalam arti yang sama seperti kalau kita berkata: orang itu mempunyai beban untuk melayani.

Penerapan:

Apakah saudara adalah orang yang melayani Tuhan / memberitakan Firman Tuhan dengan beban? Atau saudara melayani Tuhan hanya sebagai suatu rutinitas, dengan acuh tak acuh, terpaksa, berat hati, asal-asalan, dsb?

c) Kata ini menunjuk pada hukuman / penghakiman / teguran Allah. Tetapi lalu ada orang yang menambahkan : kata-kata Allah keras dan penuh ancaman, tetapi tetap ada penghiburan karena dalam ay 1 dikatakan bahwa kata-kata itu ditujukan ‘kepada Israel’ [Bahasa Inggrisnya : ‘to Israel’ (= kepada Israel), bukan ‘against Israel’ (= terhadap / menentang Israel)].

5) ‘Firman Tuhan ... dengan perantaraan Maleakhi’ (ay 1).

Maleakhi dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman Tuhan. Tuhan sebetulnya tidak membutuhkan manusia, karena Dia bisa berbicara secara langsung atau memakai seorang malaikat. Tetapi biasanya Ia tetap menggunakan manusia untuk menyampai­kan Firman Tuhan.

Tujuan ay 1 ini adalah untuk menunjukkan bahwa yang disampai­kan oleh Maleakhi ini adalah Firman Tuhan yang tidak bisa disamakan seperti khotbah-khotbah jaman sekarang ini.

Ada 2 pandangan extrim / salah tentang khotbah jaman sekarang:

a) Khotbah itu cuma kata-kata manusia / pendeta.

Ini menyebabkan orang kristen lalu tidak menghiraukan khotbah.

b) Khotbah itu tidak ada salahnya (infallible).

Ini menyebabkan orang kristen menerima apa saja yang dika­takan oleh pendeta, sekalipun itu adalah hal yang tidak sesuai dengan Kitab Suci atau tidak berdasarkan Kitab Suci.

Kedua sikap di atas ini salah. Khotbah jaman sekarang tidak ada yang bebas dari kesalahan. Karenanya pada waktu mendengarkan khotbah, kita harus selalu membandingkannya dengan Firman Tuhan / Kitab Suci (bdk. Kisah Para Rasul 17:11). Hanya kalau khotbah itu betul-betul didasarkan pada Kitab Suci, barulah khotbah itu bisa dianggap sebagai suatu kebenaran.

Tetapi apa yang disampaikan oleh Maleakhi (juga oleh penulis-penulis Kitab Suci yang lain) tidak sama dengan khotbah jaman sekarang, karena kata-katanya memang betul-betul tak ada salahnya (infallible & inerrant).

Adanya faktor manusia dalam penyampaian / penulisan Kitab Suci / Firman Tuhan, menyebabkan orang-orang dari golongan Liberal mengatakan bahwa Kitab Suci / Firman Tuhan sudah ber­campur dengan kesalahan, sehingga tidak lagi infallible & inerrant.

Terhadap pandangan sesat dari golongan Liberal ini ada 2 hal yang bisa kita katakan sebagai jawaban:

· Tuhan sudah mempersiapkan para penulis Kitab Suci itu sehingga mereka menjadi orang yang cocok secara sempurna untuk menuliskan Firman Tuhan.

E.J. Young, dalam bukunya yang berjudul “Thy Word Is Truth” (p 64), mengutip kata-kata B.B. Warfield sebagai berikut:

“A light that passes through the coloured glass of a cathe­dral window, we are told, is light from heaven, but is stained by the tints of the glass through which it passes; so any word of God which is passed through the mind and soul of a man must come out discoloured by the personality through which it is given, and just to that degree ceases to be the pure word of God. But what if this personality has itself been formed by God into precisely the personality it is, for the express purpose of communicating to the word given through it just the colouring which it gives it? What if the colours of the stained-glass window have been designed by the architect for express purpose of giving to the light that floods the cathedral precisely the tone and quality it re­ceives from them? What if the word of God that comes to His people is framed by God into the word of God it is, precisely by means of the qualities of the men formed by Him for the purpose, through which it is given?”

Penjelasan kata-kata Warfield ini:

Sinar yang masuk ke dalam katedral melalui kaca berwarna dari jendela katedral, telah dinodai / dikotori oleh warna kaca yang ia lewati. Orang (Liberal) lalu menganalogikan: demikian juga setiap firman Allah yang melewati / melalui pikiran dan jiwa manusia pasti keluarnya sudah dikotori oleh kepribadian melalui mana firman diberikan, dan pada saat itu tidak lagi merupakan firman Allah yang murni. Tetapi Warfield lalu berargumentasi: Bagai­mana kalau warna dari kaca jendela itu telah direncanakan oleh arsitek untuk memberikan warna dalam katedral persis seperti yang ia kehendaki? Bagaimana kalau kepribadian manu­sia, yang dipakai oleh Allah untuk menyampaikan firmanNya itu, telah dibentuk oleh Allah menjadi suatu kepribadian yang cocok persis untuk menyampaikan firman yang diberikan kepada­nya?

· Yesus Kristus sendiri adalah Allah dan manusia dalam 1 pribadi. Jadi bisa dikatakan bahwa Ia juga mengandung faktor manusia. Tetapi Allah bisa menjagaNya sehingga Ia sama sekali tidak pernah berbuat dosa / kesalahan, tetapi sebaliknya hidup suci murni. Kalau Allah bisa menjaga Yesus yang mempunyai faktor manusia itu sehingga tetap bebas dari kesalahan, mengapa Ia tidak bisa melakukannya dalam penulisan Kitab Suci?

II) Kasih Allah kepada Israel (ay 2-5):

1) Pernyataan kasih Allah.

Maleakhi 1: 2: ‘Aku mengasihi engkau’.

Dalam bahasa Ibraninya ini ada dalam bentuk past tense (= waktu lampau).

NIV menterjemahkan ‘I have loved you’ (= Aku telah mengasihi engkau).

Ini tidak berarti bahwa Allah hanya mengasihi Israel pada jaman dahulu, tetapi tidak lagi pada saat itu. Allah tetap mengasihi pada saat itu! Darimana kita bisa mengetahui hal itu?

a) Maleakhi 3:6 mengatakan Allah tidak berubah.

Jadi, kalau dahulu Ia mengasihi Israel, sekarangpun Ia pasti mengasihi Israel!

Penerapan:

Pada saat saudara jatuh ke dalam dosa, apakah saudara sering mengira bahwa Allah tidak mengasihi saudara lagi? Itu adalah bisikan setan yang ingin membuat saudara putus asa dan bahkan makin menjauh dari Tuhan. Tuhan tidak pernah berubah dalam kasihNya kepada saudara! Kalau dahu­lu, pada waktu saudara masih adalah anak setan, saudara dikasihi, dipanggil, dan diselamatkan oleh Allah, maka tidak mungkin sekarang setelah saudara menjadi anakNya, saudara justru dibuang oleh Allah (bdk. Ro 5:8-10).

b) Allah mau berbicara / menegur Israel melalui Maleakhi.

Itu berarti bahwa Ia masih mengasihi Israel. Kalau Ia tidak mengasihi, maka Ia tidak akan menegur (Ibrani 12:5b-6 Amsal 3:11-12).

Penerapan:

Setiap saudara mendengar teguran melalui khot­bah, saat teduh, dsb, ingatlah bahwa itu menunjukkan kalau Allah mengasihi saudara. Karena itu jangan keraskan hati saudara!

2) Keragu-raguan / ketidakpercayaan Israel akan kasih Allah kepada mereka (ay 2b).

a) Ay 2b berbunyi: “Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagai­manakah Engkau mengasihi kami?’”.

Kalimat ini tidak betul-betul diucapkan oleh orang Israel. Maleakhi hanya ‘membaca’ pikiran mereka. Maleakhi menyusun kitabnya dalam bentuk dialog / debat.

b) Orang Israel tahu / mengerti Kitab Suci tetapi masih menyangsikan kasih Allah. Karena apa?

· Keadaan setelah kembali dari pembuangan, jauh lebih buruk dari pada sebelum mereka pergi ke dalam pembuangan.

Misalnya keadaan Bait Allah pada saat itu. Mula-mula Bait Allah tidak ada karena sudah dihancurkan. Setelah mereka membangunnya kembali, keadaan Bait Allah itu kalah jauh dibandingkan Bait Allah yang dahulu, yang dibangun oleh Raja Salomo. Bdk. Ezra 3:12.

· Sekalipun mereka sudah kembali dari pembuangan, tetapi mereka belum merdeka. Mereka masih ada di bawah kekua­saan Persia.

· Mesias yang dijanjikan tidak kunjung datang.

Jadi, Israel meragukan kasih Allah, karena situasi dan kondisi di sekitar mereka kelihatannya tidak cocok dengan Firman Tuhan yang mengatakan bahwa Allah mengasihi mereka.

Penerapan:

Kalau situasi dan kondisi di sekitar saudara kelihatannya tidak cocok dengan Firman atau janji Tuhan, maukah saudara tetap percaya pada Firman / janji Tuhan itu?

3) Maleakhi membuktikan kasih Allah (ay 2b-4).

a) Yakub dan Esau adalah saudara kembar. Esau adalah anak yang sulung, sehingga seharusnya sedikitnya ia mempunyai hak yang sama dengan Yakub.

b) ‘Allah mengasihi Yakub tetapi membenci Esau’ (ay 2b-3a).

Apa artinya?

· Membenci berarti ‘kurang mengasihi’.

Hal seperti ini sering digunakan dalam Kitab Suci.

Contoh:

* dalam Kejadian 29:31, terjemahan hurufiahnya seharusnya adalah ‘Lea dibenci’, dan kata bahasa Ibrani yang dipakai adalah kata yang sama yang dipakai dalam Mal 1:3a ini. Artinya bisa dilihat dari Kejadian 29:30 yaitu: Yakub lebih mencintai Rahel daripada Lea.

* dalam Ulangan 21:15-17 kata-kata ‘tidak dicintai’ terjemahan hurufiahnya sebetulnya adalah ‘dibenci’.

* Bandingkan Lukas 14:26 dengan Mat 10:37. Dari perbandingan ini bisa kita dapatkan bahwa membenci bapa, ibu, dsb, artinya adalah: kita harus mengasihi Allah / Yesus lebih dari mereka

· Ini menunjuk pada Predestinasi / pemilihan.

Allah memi­lih Yakub, tetapi menolak Esau (bdk. Roma 9:10-16).

c) Maleakhi tidak terlalu menunjukkan bagaimana Allah menun­jukkan kasihNya kepada Yakub, tetapi Maleakhi lebih mene­kankan bagaimana Allah menunjukkan ‘kebencianNya’ kepada Esau (ay 3b-4).

· Baik Israel maupun Edom, sama-sama dikalahkan oleh Nebukadnezar (Babilonia). Tetapi, kalau Israel bisa kembali, Edom tidak!

· Edom mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri (ay 4a), dan mereka yakin bahwa mereka bisa bangun dari kejatuhan mereka. Tetapi Tuhan berkata bahwa itu tak mungkin terjadi karena Tuhan akan merobohkan apa yang mereka bangun (ay 4b). Dan memang sejarah menunjukkan bahwa Edom dikalahkan dan dihancurkan oleh: Persia, Nabatean, orang Yahudi di bawah Makabe, Makedonia, dan orang Islam. Mereka tidak pernah bangkit!

Maleakhi 1: 3 yang menunjukkan kejatuhan Edom, telah terjadi dan telah dilihat oleh Israel.

Maleakhi 1: 4 yang menunjukkan bahwa Tuhan akan menghancurkan usaha Edom untuk bangkit kembali, akan terjadi dan akan dilihat oleh Israel (bdk. ay 5 - ‘matamu akan melihat’).

· Edom disebut ‘daerah kefasikan’ (ay 4).

NIV: The Wicked Land (= Tanah jahat).

Ini kontras sekali dengan sebutan ‘holy land’ (= tanah kudus) bagi Kanaan / Israel.

· Tentang Edom dikatakan bahwa ‘Tuhan murka selama-lama­nya’ (ay 4).

Kepada Israel Ia juga murka, tetapi hanya sementara (bdk. Mazmur 89:31-34 Mazmur 103:8-14). Sedangkan kepada Edom Ia murka selama-lamanya. Ini kontras antara sikap Allah kepada ‘orang pilihan’ (elect) dan kepada ‘orang yang tidak dipilih’ (reprobate).

· Sekarang perlu dipertanyakan: apakah ay 5 menunjukkan kasih Allah kepada Edom / non Israel? Tidak! Perhatikan penjelasan di bawah ini:

Maleakhi 1: 5: ‘TUHAN maha besar sampai di luar daerah Israel’.

NIV: ‘Great is the LORD - even beyond the border of Israel’ (= Maha besar TUHAN - bahkan sampai melampaui perbatasan Israel).

Tetapi, kata bahasa Ibraninya (yaitu MEAL) bisa berarti above, over, upon (= atas / di atas). Jadi arti kalimat ini adalah: ‘TUHAN maha besar atas daerah Israel’.

Jadi ay 5 ini menunjukkan kasih Allah kepada Israel, bukan kepada Edom / non Israel.

Tafsiran ini lebih cocok dengan kontex (karena kontex ini justru menunjukkan kasih Allah kepada Israel, dan tidak kepada Edom / non Israel).

Juga tafsiran ini didukung oleh Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke bahasa Yunani) dan Latin Vulgate.

Kesimpulan:

Dalam bagian ini Maleakhi ingin berkata : ‘bandingkan nasibmu dengan Edom. Nasibmu masih jauh lebih baik dari nasih mereka. Jadi, itu merupakan bukti kalau Allah mengasihi kamu’.

Hal yang penting yang bisa kita pelajari di sini ialah: Dalam menghadapi ‘gereja’ yang rusak / bejad, hal yang pertama diberitakan adalah kasih Allah. Memang nanti kita akan melihat bahwa Maleakhi juga menegur, tetapi tegurannya akan sia-sia kalau mereka tidak diyakinkan lebih dulu akan kasih Allah terhadap mereka.

Penerapan:

Kalau menghadapi gereja / orang kristen yang rusak, jangan terus menerus menegur atau ‘mengancam’ mereka dengan hukuman Allah! Beritakanlah kasih Allah terlebih dulu, khususnya yang Ia tunjukkan di kayu salib! Dengan kata lain, beritakanlah Injil kepada mereka dan tekankanlah kasih Allah / Kristus kepada mereka

III) Menyadari kasih Allah kepada kita:

Kalau saudara masih sering membolos ke kebaktian / Bible Study, sering tidak saat teduh, memelihara dosa-dosa terten­tu, mengeluarkan uang / tenaga / pikiran / waktu sesedikit mungkin untuk Tuhan, maka saudara bukanlah orang yang menga­sihi Tuhan. Itu bisa terjadi karena saudara tidak / kurang menyadari kasih Tuhan.

Supaya saudara bisa sadar / percaya akan kasih Allah kepada saudara:

1) Lihatlah ke belakang.

Maleakhi mengajak bangsa Israel melihat ke belakang, kepada Yakub, Esau, Edom, dsb.

Kita juga bisa melihat ke belakang, kepada salib / pengorbanan Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa saudara. Itu bukti kasih Allah kepada saudara (bdk. Roma 5:8)!

2) Lihatlah pada predestinasi / pemilihan yang dilakukan oleh Allah atas diri saudara.

Maleakhi mengajak Israel melihat pada pemilihan Yakub dan Israel.

Kita juga perlu melihat hal itu. Saudara bisa menjadi orang kristen karena Allah telah memilih / menentu­kan saudara untuk menjadi anakNya, dan dalam pemilihan itu Ia memilih saudara sedikitpun bukan karena adanya kebaikan apapun dalam diri saudara (bdk. Efesus 1:4,5,11 Roma 9:11,15-18). Dan itu adalah bukti bahwa Ia mengasihi saudara.

3) Bandingkan diri saudara dengan orang lain.

Maleakhi mengajak Israel untuk membandingkan diri dengan Edom.

Kita juga perlu melakukan hal itu, tetapi harus secara positif. Kita bisa melakukannya secara negatif, misalnya membandingkan diri kita dengan orang yang lebih kaya, lebih sehat, lebih cantik / ngganteng, dsb, dari diri kita. Ini salah! Mengapa tidak membandingkan diri dengan orang yang lebih miskin, lebih sakit, lebih menderita dari kita?

Tetapi, yang terutama kita harus membandingkan diri kita dengan orang lain / kafir, dalam hal rohani. Mungkin ada orang yang kaya, sehat, cantik, dsb, tetapi ia bukan anak Allah. Maka nasib saudara tetap jauh lebih baik dari dia. Itu menunjukkan bahwa Allah mengasihi saudara.

4) Percayalah kepada Firman Tuhan, bukan kepada perasaan saudara!

Kalau Firman Tuhan bertentangan dengan perasaan, maka pasti yang betul adalah Firman Tuhan!

Contoh dari text kita ini:

· Maleakhi 1: 2: Firman Tuhan berkata ‘Aku mengasihi engkau’, tetapi perasaan Israel: ‘Allah tidak mengasihi mereka’. Maleakhi lalu membuktikan bahwa Firman Tuhanlah yang benar, bukan perasaan Israel.

· Maleakhi 1: 4: Edom merasa yakin bahwa mereka bisa bangun. Tetapi Firman Tuhan berkata ‘mereka tidak mungkin bangun’. Sejarah membuktikan bahwa Firman Tuhanlah yang betul.

Karena itu kalau saudara merasa bahwa Allah tidak / kurang mengasihi saudara, jangan pedulikan perasaan itu. Bacalah dan renungkanlah Firman Tuhan yang jelas menunjukkan bahwa Allah mengasihi saudara (Yohanes 3:16 Roma 5:8). Percayalah kepada Firman Tuhan, bukan pada perasaan saudara.

Maukah saudara melakukan keempat hal di atas ini supaya saudara bisa menjadi orang yang sadar, percaya, yakin akan kasih Allah kepada saudara?

MALEAKHI 1:6-14

Kalau pada Maleakhi 1:1-5 kita melihat Maleakhi menghibur Israel dengan menun-jukkan kasih Allah kepada mereka, maka di sini mulai Maleakhi 1:6 dan seterusnya kita bisa melihat bahwa Maleakhi memberi­kan teguran-teguran yang keras.

Penerapan:

Ini menunjukkan bahwa hamba Tuhan tidak boleh memanja­kan jemaat dengan hanya memberitakan hal-hal yang enak saja. Hanya memberitakan hal-hal yang enak / menyenangkan telinga saja adalah ciri nabi palsu - bdk. 2Taw 18:5,10-12 Yeremia 8:11 Yeremia 23:16-17 2Timotius 4:2-4. Tuhan memang mahakasih, tetapi juga mahasuci, sehingga Ia sangat membenci dosa. Dan Tuhan yang mahakasih itu juga mahaadil, sehingga Ia pasti akan menghukum semua orang berdosa yang tidak bertobat. Supaya jemaat sadar akan kesucian dan keadilan Allah, maka hamba Tuhan wajib memberitakan teguran Allah.

I) Teguran kepada para imam.

Dari kata-kata ‘hai para imam’ dalam Mal 1:6 dan Mal 2:1 terli­hat dengan jelas bahwa Mal 1:6-2:9 adalah teguran yang dituju­kan kepada imam-imam.

Dari sini ada beberapa hal yang bisa kita pelajari:

1) Ini menunjukkan bejadnya kerohanian pada saat itu.

Kalau imamnya saja bejad, bagaimana dengan rakyatnya / je­maatnya? Apalagi dari Perjanjian Lama jelas terlihat bahwa kerohanian bangsa Israel sangat tergantung kepada pemimpin­nya. Kalau pemimpinnya seorang yang rohani, maka mereka juga ikut menjadi rohani, sebaliknya kalau pemimpinnya brengsek, maka merekapun ikut menjadi brengsek.

Sekalipun dalam jaman Perjanjian Baru setiap orang percaya diberi Roh Kudus yang memimpin dia, tetapi pengaruh pemimpin rohani / pendeta tetap sangat besar terhadap kehidupan jemaat secara rohani, karena dialah yang mengajarkan Firman Tuhan kepada jemaat, dan mau tidak mau pengalaman rohaninya akan mempengaruhi pengajarannya. Ada orang yang berkata bahwa seorang pendeta tidak bisa membawa jemaatnya ke tingkat rohani yang lebih tinggi dari dirinya sendiri. Jadi, kalau pendetanya brengsek secara rohani, maka jemaatnya pasti juga akan menjadi brengsek. Karena itu, jangan berpendapat bahwa pergi ke gereja yang pendetanya sesat itu tidak apa-apa, toh kita berbakti kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Memang kita berbakti kepada Tuhan, tetapi kita juga memerlukan pertumbuhan rohani yang baik untuk bisa tetap mengikut Tuhan dengan setia, dan ini tidak bisa saudara dapatkan kalau pendeta saudara adalah orang yang dangkal rohaninya.

2) Maleakhi berani menegur imam.

Imam adalah ‘utusan TUHAN’ dan pengajar Firman Tuhan karena bangsa Israel belajar kepada imam.

Mal 2:7 - “Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam”.

Tetapi Maleakhi tetap tidak takut menegur mereka. Maleakhi yakin akan otoritas yang diberikan Tuhan kepadanya, dan ia juga yakin akan kesalahan dari imam-imam itu. Karena itulah ia berani menegur imam.

Penerapan: Kalau saudara melihat ada ‘orang gede’ berbuat salah, baik dia itu gede dalam hal rohani (majelis, pendeta), maupun dalam hal duniawi (boss, pejabat), beranikah saudara menegur dia?

3) Maleakhi mereformasi dari atas.

Kalau imam-imam bisa dibereskan kerohaniannya, maka dengan sendirinya rakyat juga akan beres.

Penerapan: Kalau saudara mau mereformasi gereja saudara, penekanan harus dilakukan untuk membereskan orang-orang yang ada di ‘atas’ seperti Pendeta, majelis, guru sekolah minggu, pengurus komisi, dsb. Pikirkan, apa yang bisa saudara lakukan untuk mereformasi mereka? Mengajak berdiskusi? Membelikan buku rohani?

II) Dosa para imam.

1) Persembahan yang salah.

Kata ‘roti’ dalam Maleakhi 1: 7 mungkin mewakili semua persembahan yang bisa dimakan. Disini dikatakan ‘roti cemar’, yang jelas menunjukkan persembahan yang salah.

Demikian juga dalam Maleakhi 1: 8 disebutkan persembahan yang salah yang lain, yaitu binatang buta, timpang, sakit, dan dalam Maleakhi 1: 13 disebutkan binatang yang dirampas, timpang, sakit.

Istilah ‘binatang yang dirampas’ dalam ay 13 diterjemahkan secara bervariasi.

RSV: what has been taken by violence (= yang diambil dengan kekerasan).

NASB: what was taken by robery (= yang diambil dengan meram­pok).

NIV: injured (= terluka).

KJV: that which was torn (= yang dicabik-cabik).

Para penafsir berpendapat bahwa istilah ini menunjuk pada domba / kambing yang dirampas kembali oleh gembalanya dari binatang buas yang menerkamnya. Daripada dibuang, binatang yang sudah dicabik-cabik ini lalu dipersembahkan kepada Tuhan.

Keluaran 22:31 - “Haruslah kamu menjadi orang-orang kudus bagiKu: daging ternak yang diterkam di padang oleh binatang buas, janganlah kamu makan, tetapi haruslah kamu lemparkan kepada anjing.’”.

Jadi, dalam Kel 22:31 ini dikatakan bahwa ‘binatang yang dirampas’ itu tidak boleh dimakan, tetapi harus diberikan kepada anjing. Tetapi ternyata mereka memberikannya kepada Tuhan!

Selanjutnya, dalam Maleakhi 1: 14 disebutkan tentang orang yang bernazar akan memberikan binatang jantan, tetapi lalu mem­berikan binatang cacat.

Mengapa persembahan seperti ini salah?

a) Karena Hukum Taurat melarang hal itu (Keluaran 12:5 Imamat 1:3,10 Im 22:18-25 Ulangan15:21).

Semua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa binatang yang diper­sembahkan kepada Tuhan harus selalu tidak bercacat / bercela. Ini bukan hanya karena mereka dituntut untuk mempersembahkan se-suatu yang bagus kepada Tuhan, tetapi juga karena binatang korban ini merupakan TYPE dari Kris­tus yang suci (1Pet 1:19).

b) Gubernur saja akan menolak persembahan seperti itu (Maleakhi 1: 8).

· Kata ‘bupati’ dalam ay 8 seharusnya adalah ‘gubernur’.

· Pada waktu mau memberikan sesuatu kepada Tuhan, baik itu berupa persembahan kita maupun pelayanan kita, kita memang harus mere­nungkan:

* Kalau persembahan yang akan kita berikan kepada Tuhan itu kita berikan kepada manusia, apakah manusia itu mau menerimanya?

* Kalau pelayanan yang akan kita lakukan bagi Tuhan itu kita lakukan bagi manusia, apakah manusia itu mau menerimanya?

Kalau manusia biasa saja menolak persembahan / pelayanan kita (karena menganggap sebagai penghinaan), bagaimana kita bisa memberikannya kepada Tuhan?

c) Tuhan itu mahabesar (ay 11,14b).

Dalam Maleakhi 1: 11 ada kata-kata ‘dipersembahkan korban bagi namaKu’. Kata ‘korban’ dalam ay 11 ini merupakan terjemahan yang salah. Terjemahan yang benar adalah ‘incense’ (= kemenyan / dupa). ‘Kemenyan’ dan ‘korban sajian yang tahir’ (ay 11) menggambarkan ibadah kepada Tuhan.

Pada saat itu di luar bangsa Israel, tidak ada bangsa yang menyembah Allah karena mereka semua menyembah berhala. Karena itu banyak penafsir menganggap bahwa ay 11,14 yang menunjukkan bahwa nama TUHAN itu populer di antara semua bangsa, sebagai sesuatu yang aneh. Ini menyebabkan mereka lalu menterjemahkan ay 11,14b ke dalam bentuk future tense (= bentuk akan datang). Dengan demikian kata-kata ini menjadi suatu nubuat. Nanti, bangsa-bangsa asing akan menyembah Tuhan.

Bagaimanapun juga, semua ini menunjukkan kebesaran Allah. Tetapi bangsa Israel memberikan persembahan binatang cacat kepada Tuhan yang mahabesar ini! Ini adalah suatu penghi­naan (ay 6)!

Hal yang selalu membuat seseorang tak menghormati Tuhan adalah tidak adanya kesadaran akan kebesaran Allah. Orang yang selalu menyadari kebesaran Allah pasti akan selalu menghormatiNya.

Penerapan:

Kalau saudara berdoa sebaiknya jangan selalu menyebut Tuhan dengan sebutan ‘Bapa’. Awas, saya tidak memaksudkan bahwa saudara tidak boleh menggunakan sebutan ‘Bapa’, tetapi saya memaksudkan untuk tidak selalu menyebut ‘Bapa’. Mengapa? Karena sebutan ‘Bapa’ hanya mengingatkan kita akan kasihNya kepada kita, dekatnya Dia dengan kita, dan pemeliharaanNya terhadap diri kita. Tetapi sebutan ‘Bapa’ ini tidak mengingatkan kita akan kebesaranNya. Sebaliknya, kalau kita menggunakan sebutan ‘Allah’ atau ‘Tuhan’ atau ‘Tuhan semesta alam’ atau ‘Allah yang mahakuasa’, maka sebutan-sebutan ini mengingatkan kita akan kebesaran Allah, se­hingga bisa menyebabkan kita menghormati Dia.

Kalau saudara melihat pada Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus, maka saudara bisa melihat bahwa kalimat perta­ma bukan hanya berbunyi ‘Bapa kami’, tetapi ‘Bapa kami yang di surga’ (Mat 6:9). Ini tujuannya supaya kita ingat bahwa sekalipun Ia memang adalah Bapa kita yang mengasihi kita, tetapi Ia juga adalah Allah yang bertahta di surga. Dengan demikian kita bisa mengingat kebesaran Tuhan dan menghormatiNya.

2) Membiarkan rakyat memberikan persembahan yang salah.

Jadi, sebetulnya bukan imam-imam yang memberikan persembahan binatang yang cacat itu. Rakyat yang memberikan, tetapi imam-imam menerima persembahan yang salah itu. Seharusnya, imam-imam me-nolak persembahan seperti itu. Ay 10 yang berbunyi: ‘Sekiranya ada di antara kamu yang menutup pintu ...’ jelas menunjukkan bahwa Tuhan sebetulnya menghen­daki imam-imam itu menolak persembahan yang salah itu. Tetapi imam-imam itu tak menolaknya tapi sebaliknya menerima persembahan binatang cacat itu. Karena itulah mereka berdosa!

Ini harus menjadi pelajaran bagi semua gereja Tuhan, untuk tidak dengan rakus menerima seadanya persembahan yang diberikan kepada gereja.

Misalnya:

· beberapa waktu yang lalu ada gereja yang mau menerima persembahan dari SDSB! Ini betul-betul memalukan Tuhan!

· banyak gereja mengecam orang yang merokok, tetapi anehnya kalau mencari sumbangan, mereka pergi ke pabrik rokok.

· bagaimana kalau ada orang yang mempersembahkan hasil dosanya ke gereja sebagai ‘penebus dosa’, padahal orangnya sendiri tidak bertobat dari dosanya? Gereja yang mau menerima persembahan semacam ini, melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh para imam pada jaman Ma­leakhi!

· bagaimana kalau ada orang kaya yang mau mempersembahkan jumlah besar, dengan syarat nama terangnya diumumkan sebagai pemberi persembahan tersebut? Mengumumkan nama terang dari orang yang memberi persembahan, memang merupakan praktek dari banyak gereja. Tetapi ini adalah praktek yang salah karena berten-tangan dengan Matius 6:2-4 (saya percaya bahwa ayat ini berlaku bukan hanya dalam persoalan memberi sedekah, tetapi juga dalam memberi persembahan. Alasannya, karena kontexnya, yaitu seluruh Matius 6:1-18, penekanannya adalah untuk tidak melakukan suatu tindakan yang baik sebagai suatu pameran supaya dilihat orang).

Ini juga harus menjadi pelajaran bagi setiap hamba Tuhan yang membiarkan begitu saja seadanya dosa dalam gereja. Hamba Tuhan wajib menegur jemaat yang berbuat dosa, dan bukannya membiarkannya begitu saja.

Pada jaman ini, sekalipun jemaat tidak lagi mempersembahkan binatang kepada Tuhan, tetap ada hal-hal tidak hormat yang bisa dilakukan oleh jemaat seperti:

¨ Memberikan persembahan Rp 25,- atau Rp 50,- dsb. Memang Tuhan menghargai dan mau menerima persembahan sedikit yang diberikan oleh orang miskin yang memang hanya bisa memberi sedikit (bdk. Lukas 21:1-4). Tetapi ada banyak orang memberi sedikit, bukan karena mereka tidak punya uang, tetapi karena mereka kikir atau karena mereka tidak menghargai / menghormati Tuhan. Ini jelas adalah dosa / penghinaan bagi Tuhan.

¨ Datang terlambat atau pulang terlalu pagi dalam kebaktian. Juga segala sikap-sikap yang tidak hormat dalam kebaktian, seperti: tidak ikut menyanyi tanpa alasan, mengantuk, melamun, berbicara satu dengan yang lain dsb.

¨ Membiarkan anak-anak kecil berlari-lari dan membuat keributan dalam kebaktian. Ini bukan sabar / kasih, tetapi tidak bisa / tidak berani mendisiplin!

¨ Menyebut nama Tuhan dengan sia-sia / sembarangan (bdk. Keluaran 20:7).

Adalah tugas dari semua hamba Tuhan dan majelis untuk menegur jema-at yang melakukan hal-hal tsb. Kalau hamba Tuhan membiarkan sikap / tindakan tak hormat itu, maka mereka melakukan kesalahan yang sama dengan imam-imam yang membiar­kan persembahan binatang cacat!

3) Menganggap pelayanan sebagai beban yang berat.

Maleakhi 1: 13: ‘alangkah susah payahnya’.

NIV: what a burden! (= alangkah beratnya / betul-betul suatu beban!)

Ini menunjukkan bahwa mereka tidak melayani dengan sukacita, tetapi dengan hati yang berat. Apakah saudara juga seperti itu? Kalau ya, sadarilah bahwa Yesus sudah terlebih dahulu melayani saudara dengan cara mati disalib secara sukarela. Maukah sekarang saudara membalas kasih dan kebaikan Tuhan dengan melakukan pelayanan bagi Tuhan dengan sukacita?

4) Memandang hina meja Tuhan (ay 12,13).

a) Maleakhi 1: 12 menunjukkan dengan jelas bahwa mereka menghina meja Tuhan yang kudus!

b) Dalam Maleakhi 1: 13 ada kata-kata ‘dan kamu menyusahkan Aku’. Ini lagi-lagi salah terjemahan.

NIV: you sniff at it contemptuously.

Agak sukar untuk menterjemahkan bagian ini. Kata sniff berarti menyedot udara melalui hidung dengan cukup keras sehingga bisa didengar orang. Ini mereka lakukan dengan sikap menghina / merendahkan. Dan penghinaan ini mereka tujukan pada meja Tuhan dalam ay 12.

Penerapan:

· apakah saudara sering memandang rendah pelayanan? Mungkin dengan melakukannya secara asal-asalan / tidak dengan sungguh-sungguh? Mungkin dengan menganggapnya tidak penting / tidak berguna? Jangan beranggapan bahwa pelayanan yang penting hanyalah pelayanan pendeta. Pelayanan saudara sebagai pemimpin liturgi / chairman, atau sebagai anggota komisi, atau sebagai organis, atau sebagai apapun juga yang lain, juga sangat penting! Kalau saudara menjadi chairman, dan saudara melakukannya dengan asal-asalan, dan saudara terus-menerus memilih lagu-lagu yang itu-itu saja, itu akan membuat puji-pujian dalam kebaktian menjadi suatu acara yang membosankan! Dan kalau ini terjadi, ini jelas akan mempengaruhi acara pemberitaan Firman Tuhannya! Karena itu, lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan dengan sebaik mungkin!

· jangan menghina / merendahkan apa yang kudus di hadapan Tuhan. Ada banyak orang yang bersikap seperti anjing dan babi yang tidak tahu menghargai barang yang kudus (bdk. Matius 7:6). Misalnya sikap tidak hormat terhadap Firman Tuhan, Baptisan, Perjamuan Kudus, dsb. Maukah saudara bertobat dari sikap-sikap semacam itu? Dan maukah saudara menasehati / menegur orang yang mempunyai sikap seperti itu?

III) Akibat dosa-dosa itu.

1) Tuhan tidak berkenan kepada mereka (ay 10).

Ay 10: ‘Aku tidak suka kepada kamu’.

NIV: I am not pleased with you (= Aku tidak berkenan kepa­damu).

Sekalipun mulut mereka menyebut Tuhan / Bapa, tapi tindakan mereka tidak hormat, bahkan menghina Tuhan, sehingga Tuhan tidak berkenan kepada mereka. Bahkan dalam ay 14 Tuhan menyebut mereka dengan menggunakan kata yang sangat keras yaitu ‘terkutuk’.

Penerapan:

· Kalau saudara tidak bertobat dari sikap / tindakan yang tidak hormat kepada Tuhan, maka Tuhan juga tidak berkenan kepada saudara!

· Bukan hanya sikap / tindakan tidak hormat, tetapi semua dosa membuat Tuhan tidak berkenan kepada kita. Karena itu buanglah semua dosa, tanpa kompromi!

2) Tuhan tidak mau menerima persembahan mereka (Maleakhi 1: 10).

Tuhan memang tidak pernah mau menerima persembahan dari orang yang hidupnya tidak berkenan kepada Tuhan (Kejadian 4:3-5 Yesaya 1:11-15 Hosea 6:6 Amos 5:21-24 Matius 5:23-24). Gereja / Pendeta / Majelis memang tidak bisa melihat kehidupan saudara, sehingga gereja / Pendeta / Majelis tetap menerima persembahan saudara. Tetapi Allah menolak persembah-an saudara yang hidupnya tidak berkenan kepada Dia, artinya Dia tidak akan senang dengan persembahan itu, dan tidak akan memberkati saudara karena persembahan yang saudara berikan itu.


Bandingkan ajaran Maleakhi tentang hal ini dengan ajaran dari banyak gereja jaman sekarang yang hanya menekankan persembahan / perpu-luhan, tanpa mempedulikan apakah hidup dari orang yang memberikan persembahan / persepuluhan itu berkenan kepada Tuhan atau tidak!

3) Imam-imam tidak bisa berfungsi dalam pelayanannya (Maleakhi 1: 9).

Kalau ay 9 diterjemahkan secara hurufiah ke dalam bahasa Inggris, maka terjemahannya adalah sebagai berikut:

“And now, intreat God’s face that he may favour us! By your hand has this been done. Will he on your account lift up the face?” (= Dan sekarang, mintalah dengan sangat pada wajah Allah agar Ia berkenan kepada kita. Oleh tanganmulah hal ini telah terjadi. Apakah demi engkau Ia mau mengangkat wajah?).

Kata-kata ‘by your hand has this been done’ (= oleh tangan­mulah hal ini telah terjadi) dalam ay 9b ini ditafsirkan 2 macam:

a) Ini menunjuk pada persembahan binatang cacat.

NIV mengambil penafsiran ini, sehingga menterjemahkan: ‘with such offerings from your hands’ (= dengan persembahan seperti itu dari tanganmu).

b) Ini menunjuk kepada tugas / fungsi / pelayanan imam-imam yaitu memperdamaikan manusia dengan Allah atau menjadi pengantara antara Allah dan manusia.

Saya lebih setuju dengan penafsiran yang kedua, karena penafsiran ini lebih cocok dengan seluruh kalimat Maleakhi 1: 10 tersebut. Dan kalau ini benar, maka ay 9 ini bukanlah suatu seruan untuk bertobat, melainkan suatu ejekan. Dengan kata lain, Maleakhi berkata kepada para imam: ‘Bukankah tugasmu adalah mendamaikan Allah dengan manusia? Sekarang dengan adanya sikap tidak hormat kepada Allah dalam dirimu, coba­lah lakukan tugasmu itu! Kamu tidak mungkin bisa melakukan tugasmu itu!’. Jelaslah bahwa ay 9 ini menunjukkan bahwa imam-imam itu tidak bisa berfungsi lagi. Adanya dosa dalam diri mereka menyebabkan mereka tidak bisa melayani Tuhan.

Penerapan:

Jangan berharap pelayanan saudara bisa sukses, kalau saudara tidak betul-betul berusaha menyucikan diri!

Penutup:

Kita sudah melihat akibat dari sikap / tindakan tidak hormat kepada Allah. Karena itu, mulai saat ini ingatlah selalu untuk bersikap / bertindak hormat kepada Allah baik dalam hidup pribadi maupun dalam berbakti di gereja! Maukah saudara?

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post