Pengantar:
Peristiwa baptisan Yesus Kristus di sungai Yordan merupakan salah satu momen penting dalam pelayanan-Nya di dunia, yang dicatat dalam Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi teologis adalah mengenai cara baptisan Yesus: apakah Yesus dibaptis dengan cara diselamkan sepenuhnya ke dalam air (baptisan selam) atau dengan cara dipercikkan air (baptisan percik)?
Untuk memahami pertanyaan ini dengan lebih baik, kita akan mengeksplorasi beberapa hal: konteks teologis dan historis dari baptisan Yesus, makna baptisan dalam teologi Kristen, serta bukti-bukti Alkitabiah dan tradisi gereja terkait cara baptisan yang digunakan.
I. Konteks Baptisan Yesus (Matius 3:13-17)
Peristiwa baptisan Yesus di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis dicatat dalam Matius 3:13-17:
"Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: 'Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?' Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: 'Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.' Dan Yohanes pun menuruti-Nya. Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: 'Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.'” (Matius 3:13-17, AYT).
Baptisan Yesus bukanlah peristiwa yang sembarangan. Ini menandai dimulainya pelayanan publik-Nya di dunia dan meneguhkan identitas-Nya sebagai Anak Allah. Dalam konteks ini, Yesus tidak menerima baptisan untuk pengampunan dosa, karena Dia tidak berdosa. Sebaliknya, Dia dibaptis untuk memenuhi seluruh kehendak Allah, sebagai teladan ketaatan, dan untuk mengidentifikasikan diri-Nya dengan umat manusia yang berdosa, yang membutuhkan penebusan.
II. Makna Baptisan dalam Alkitab
Untuk memahami perdebatan mengenai cara baptisan Yesus, kita perlu terlebih dahulu mengerti makna baptisan dalam konteks Alkitab. Baptisan memiliki beberapa makna teologis yang mendalam dalam kehidupan orang percaya, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
A. Baptisan sebagai Tanda Pertobatan
Dalam konteks pelayanan Yohanes Pembaptis, baptisan adalah tanda pertobatan. Yohanes berkhotbah di padang gurun Yudea, menyerukan umat Israel untuk bertobat dan mempersiapkan kedatangan Mesias (Matius 3:1-2). Baptisan yang dilakukan oleh Yohanes melambangkan pembersihan dari dosa dan perubahan hidup menuju Allah.
Namun, Yesus tidak membutuhkan pertobatan, karena Dia tanpa dosa. Oleh karena itu, baptisan Yesus memiliki makna yang berbeda. Yesus dibaptis untuk menggenapi seluruh kehendak Allah dan untuk mengidentifikasikan diri-Nya dengan manusia berdosa yang Ia datang selamatkan. Baptisan-Nya juga menandai permulaan dari pelayanan publik-Nya, di mana Roh Kudus turun atas-Nya, mengurapi-Nya untuk pekerjaan penebusan yang akan Ia lakukan.
B. Baptisan sebagai Tanda Identifikasi dengan Kristus
Setelah kebangkitan Yesus, baptisan dalam Kekristenan mendapatkan makna yang lebih mendalam. Dalam surat-surat Paulus, baptisan diidentifikasikan dengan kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus. Dalam Roma 6:3-4, Paulus menulis:
"Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus Yesus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru."
Di sini, baptisan dilihat sebagai simbol dari pengalaman rohani seseorang, di mana orang percaya disatukan dengan Kristus dalam kematian-Nya terhadap dosa dan kebangkitan-Nya menuju kehidupan yang baru. Baptisan menandakan transformasi spiritual, bukan sekadar pembersihan lahiriah, tetapi perubahan batin yang membawa kehidupan baru dalam Kristus.
III. Cara Baptisan: Selam atau Percik?
Perdebatan mengenai cara baptisan — apakah dengan cara selam (baptism by immersion) atau percik (baptism by sprinkling) — adalah salah satu topik yang telah lama dibahas dalam sejarah gereja. Untuk menjawab pertanyaan apakah Yesus dibaptis dengan selam atau percik, mari kita tinjau bukti Alkitabiah dan tradisi gereja terkait cara baptisan yang digunakan.
A. Kata "Baptizo" dalam Bahasa Yunani
Salah satu argumen utama yang diajukan oleh pendukung baptisan selam adalah arti kata Yunani baptizo, yang secara harfiah berarti "mencelupkan" atau "menyelamkan." Dalam banyak konteks di luar Alkitab, baptizo digunakan untuk menggambarkan tindakan merendam sesuatu sepenuhnya ke dalam air. Berdasarkan hal ini, beberapa teolog berargumen bahwa baptisan yang dilakukan di masa Perjanjian Baru, termasuk baptisan Yesus, dilakukan dengan cara diselamkan sepenuhnya ke dalam air.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kata baptizo dalam Alkitab tidak selalu merujuk pada tindakan mencelupkan sepenuhnya. Dalam beberapa kasus, istilah ini dapat merujuk pada tindakan yang lebih simbolis atau ritus pembersihan, di mana air digunakan untuk menyucikan, tetapi tidak selalu melibatkan penyelaman penuh.
B. Bukti dari Konteks Alkitab
Ayat-ayat dalam Matius 3:16 dan Markus 1:10 menyatakan bahwa setelah dibaptis, Yesus "keluar dari air." Beberapa menafsirkan frasa ini sebagai bukti bahwa Yesus dibaptis dengan cara diselamkan sepenuhnya ke dalam air, karena hanya setelah selam seseorang akan keluar dari air. Namun, frasa ini juga dapat diartikan secara lebih umum, yaitu Yesus keluar dari sungai atau tempat di mana Ia dibaptis, tanpa menentukan secara spesifik cara baptisan tersebut.
Dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, tidak ada perincian yang spesifik mengenai cara baptisan yang digunakan. Misalnya, dalam Kisah Para Rasul 2:41 dikatakan bahwa "mereka yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis," tetapi tidak disebutkan secara rinci bagaimana baptisan itu dilakukan, apakah dengan cara selam atau percik.
C. Tradisi Gereja dan Sejarah Baptisan
Sejarah gereja menunjukkan bahwa praktik baptisan selam dan percik telah ada sejak zaman gereja mula-mula. Di beberapa wilayah yang memiliki akses air yang cukup, baptisan selam menjadi metode yang umum. Namun, di tempat-tempat di mana air sulit didapatkan atau dalam situasi di mana seseorang tidak dapat dibaptis dengan cara diselam (misalnya, karena alasan kesehatan), baptisan percik sering kali digunakan.
Didache, sebuah dokumen gereja mula-mula yang berasal dari abad pertama atau kedua, memberikan panduan tentang baptisan, di mana disarankan bahwa jika air yang mengalir tidak tersedia, baptisan dapat dilakukan dengan cara menuangkan air di atas kepala. Ini menunjukkan bahwa sejak awal, gereja telah mengenal variasi cara baptisan yang dapat digunakan, tergantung pada situasi.
Pada abad-abad berikutnya, kedua metode ini terus dipraktikkan di berbagai tradisi Kristen. Gereja Ortodoks Timur umumnya menggunakan baptisan selam, sedangkan beberapa denominasi Protestan dan Katolik sering kali menggunakan baptisan percik, terutama dalam baptisan anak.
IV. Makna Lebih Penting daripada Cara
Dalam diskusi mengenai cara baptisan — apakah selam atau percik — kita perlu mengingat bahwa inti dari baptisan bukanlah terletak pada cara fisiknya, tetapi pada makna rohaninya. Baptisan adalah tanda lahiriah dari anugerah Allah dan komitmen kita sebagai orang percaya. Dalam 1 Petrus 3:21, Rasul Petrus menjelaskan bahwa baptisan bukanlah sekadar pembersihan tubuh fisik, tetapi merupakan "permohonan kepada Allah untuk hati nurani yang baik" melalui kebangkitan Yesus Kristus.
Tujuan utama baptisan adalah menandai transformasi rohani dan kesatuan kita dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Meskipun cara baptisan dapat bervariasi, makna teologisnya tetap sama: baptisan adalah tanda masuk ke dalam perjanjian baru dengan Allah, di mana kita disucikan oleh darah Kristus dan dibangkitkan untuk hidup yang baru dalam Dia.
V. Kesimpulan
Pertanyaan mengenai apakah Yesus dibaptis dengan selam atau percik adalah perdebatan yang menarik dan telah lama dibahas dalam sejarah gereja. Berdasarkan bukti Alkitabiah dan tradisi gereja, tidak ada konsensus yang mutlak mengenai cara spesifik yang digunakan dalam baptisan Yesus. Kata Yunani baptizo dapat merujuk pada penyelaman, tetapi juga memiliki makna yang lebih luas dalam konteks pembersihan dan pemurnian.
Yang terpenting, baptisan Yesus di sungai Yordan adalah momen yang menandai awal pelayanan-Nya, di mana Dia mengidentifikasikan diri-Nya dengan umat manusia dan menggenapi kehendak Allah. Dalam teologi Kristen, baptisan kita juga merupakan tanda bahwa kita mengikuti Kristus, disatukan dengan-Nya dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan dipanggil untuk hidup baru yang memuliakan Allah.
Baik dilakukan dengan selam maupun percik, yang paling penting adalah sikap hati dan iman kita dalam menerima baptisan sebagai tanda keselamatan dan komitmen untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah. Baptisan adalah peringatan yang penuh kasih dari Allah bahwa kita telah dibersihkan dari dosa dan sekarang hidup dalam perjanjian kasih karunia-Nya yang kekal.
Pdt.Esra Alfred Soru.
Teks kita tidak menceritakan prosesi pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis melainkan hanya memberikan informasi setelah ia dibaptis. Itu pun dengan sangat singkat. Ayat 16 berkata : Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air…”. Ini menimbulkan pertanyaan bagi kita dengan cara apakah atau cara bagaimanakah Yesus dibaptis? Kita akan mempelajari pandangan-pandangan seputar cara Yesus dibaptis ini.
Ini adalah pandangan dari orang-orang Pentakosta / Kharismatik atau pemegang paham baptisan selam. Berdasarkan informasi yang singkat dalam ayat ini, mereka mengatakan dengan yakin bahwa Yesus dibaptis dengan cara selam. Lalu bagian manakah dari teks kita yang mereka tafsirkan sebagai baptisan selam?
a. Ada istilah “keluar dari air”.
Matius 3:16 - Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air…”
Adanya kata-kata “keluar dari air” ini mereka artikan sebagai sebelumnya Yesus ditenggelamkan dalam air dan dengan demikian Ia dibaptis dengan cara selam. Perhatikan kutipan-kutipan berikut :
Derek Prince - Sesudah dibaptis Yesus segera keluar dari air… Berdasarkan logika sederhana, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ketika Ia dibaptiskan, Yesus terlebih dahulu turun ke dalam air, kemudian keluar lagi dari air itu. (Dari Sungai Yordan Sampai Hari Pentakosta, hal.30).
Discover Online (Pelajaran 19) - Kristus dibenamkan saat pembaptisan-Nya; Ia tidak hanya dipercikkan dengan air. Yohanes membaptis Dia di Sungai Yordan "sebab di situ banyak air" (Yohanes 3:23). Ketika Yesus dibaptis, Ia turun ke dalam air, dan "sesudah dibaptis (dibenamkan, Yunani), Yesus segera “keluar dari air" (Matius 3:16). (Memasuki Kehidupan Kristen : http://languages.bibleschools.com).
Fu Xie - Ada cukup banyak petunjuk yang jelas tentang cara baptisan dalam Alkitab. Pada waktu Yesus dibaptis, dikatakan dalam Alkitab : "Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air (Matius 3:16)." Kalau dikatakan "Yesus keluar dari air," berarti pada saat dibaptis Dia masuk ke dalam air. Kalau hanya dipercik atau diguyur saja, tentunya tidak perlu seorang harus masuk ke dalam air. (Baptisan Air : www.betha.or.id).
Jadi Yesus pasti dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dengan cara diselamkan.
b. Arti dari kata “baptis” itu sendiri.
Menurut orang-orang Pentakosta-Kharismatik atau pemegang paham baptisan selam, kata “baptis” itu sendiri hanya mempunyai satu arti yakni diselam / ditenggelamkan / dibenamkan. Perhatikan juga kutipan-kutipan berikut :
Jeremia Rim & Team - Kita melihat adanya berbagai macam cara pembaptisan. Namun sebenarnya Alkitab hanya mengajarkan satu macam cara pembaptisan, yaitu dengan cara diselamkan ke dalam air. Kata baptis sendiri dalam bahasa Gerika baptw = bapto, artinya ditenggelamkan. (Pelajaran Alkitab : Dasar Kekristenan yang Kokoh, hal.16).
John Wesley Brill - Kebanyakan para ahli bahasa Yunani berpendapat bahwa “baptizo” hanya berarti baptisan selam. Demikian pula banyak ahli dan guru-guru besar mengakui bahwa baptisan yang sah yaitu baptisan selam. (Dasar Yang Teguh, hal. 278).
Derek Prince – Kata Yunani “baptizo” selalu mempunyai arti yang sama, yang tidak pernah berubah sepanjang masa. Mulai dari bahasa Yunani klasik sampai pada bahasa Yunani Perjanjian Baru. Kata itu tidak pernah berubah maknanya, yaitu : “membiarkan sesuatu dicelupkan”, “membenamkan sesuatu di bawah permukaan air atau cairan yang lain”. (Dari Sungai Yordan Sampai Hari Pentakosta, hal.15).
Karena arti kata “baptis” berarti diselamkan maka Fu Xie mengatakan demikian :
Fu Xie - Kata "Baptis" berasal dari kata Yunani yaitu "Bapto". Kata "Bapto" ini berarti: "ditenggelamkan" atau "diselamkan." Jadi, sewaktu Tuhan Yesus memberikan Amanat Agung yang dicatat dalam Matius 28:19, ayat tersebut dalam pengertian orang-orang saat itu berbunyi: "jadikanlah semua bangsa muridKu dan selamkanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus". (Baptisan Air : www.betha.or.id).
Karena itu kalau dikatakan bahwa Yesus dibaptis seperti teks Mat 3:16 :
Matius 3:16 - Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air…”
Sudah tentu artinya adalah Yesus diselamkan / ditenggelamkan di bawah air.
Derek Prince – Apabila kita mengingat arti harafiah dari kata kerja “baptis” maka kita tidak sedikitpun meragukan bahwa Yesus membiarkan diri-Nya dibenamkan seluruhnya dalam air sungai Yordan. (Dari Sungai Yordan Sampai Hari Pentakosta, hal.30).
Itulah 2 dasar dari orang-orang Pentakosta-Kharismatik dan pemegang paham baptisan selam untuk mengatakan bahwa Yesus dibaptis dengan cara selam. Karena Yesus dibaptis dengan cara selam maka bagi mereka, orang Kristen juga seharusnya dibaptis dengan cara yang sama dengan cara baptisan Yesus yakni diselam.
Derek Prince - Mari kita perhatikan kata “demikianlah”, atau “dengan cara itu”. Melalui teladan yang diberikan-Nya itu Yesus menetapkan cara atau metode baptisan yang harus ditempuh. (Dari Sungai Yordan Sampai Hari Pentakosta, hal.29).
Orang Kristen yang tidak dibaptis dengan cara Yesus dibaptis ini pada hakikatnya belum dibaptis dan karena itu perlu dibaptis dengan cara selam.
Catatan : Bagi kita itu adalah baptisan ulang tetapi mereka itu bukan baptisan ulang karena mereka tidak pernah mengakui percik sebagai baptisan.
II. TANGGAPAN UNTUK PANDANGAN BAHWA YESUS DIBAPTIS SELAM.
Apakah benar bahwa Yesus dibaptis selam? Apakah 2 argumentasi yang mereka kemukakan di atas benar? Kita akan mengujinya satu per satu.
a. Persoalan istilah “keluar dari air”.
Untuk ini saya mempunyai 3 jawaban :
1. Istilah ini secara logis tidak serta merta menunjukkan bahwa seseorang diselamkan / ditenggelamkan di dalam / di bawah air.
Apakah benar kalau dikatakan bahwa Yesus “keluar dari air” berarti sebelumnya Ia ada di dalam air? Benar! Pasti! Tetapi apakah benar “berada di dalam air” berarti tenggelam di dalam / di bawah air? Belum tentu! Karena seseorang bisa berada di dalam air tanpa tenggelam di dalam air itu.
Itu berarti seseorang bisa berada di dalam air tanpa tenggelam di dalam / di bawah air. Dan ini bisa terjadi pada Yesus di mana Ia masuk ke dalam air sungai Yordan dan berdiri di sana dengan air sedalam lutut / pinggang dan dia dibaptis dengan cara percik dan pada waktu dia meninggalkan sungai Yordan itu dikatakan Dia “keluar dari air”.
Budi Asali - Kata-kata ‘keluar dari air’ tidak harus berarti bahwa Yesus direndam dalam air lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai (hanya kaki-Nya yang terendam), lalu keluar dari air / sungai. (Exposisi Injil Matius : Jilid 1, hal.56).
2. Perbandingan istilah ini dengan penggunaannya di dalam ayat yang lain.
Kalau benar bahwa istilah “keluar dari air” diartikan bahwa sebelumnya pihak yang dibaptis berada di dalam air dalam arti diselamkan / ditenggelamkan di dalam / di bawah air, maka perhatikan ayat berikut :
Kisah Para Rasul 8:36, 38-39 – (36) Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39) Dan setelah mereka keluar dari air,…”
Catatan : Ayat ini bercerita tentang Filipus membaptis Sida-Sida dari Ethiopia.
Perhatikan bahwa dalam ayat 38 ada istilah “turun ke dalam air” dan ayat 39 ada istilah “keluar dari air”, persis seperti istilah yang digunakan dalam
Matius 3:16. Siapa yang “turun ke dalam air” dan “keluar dari air”?
Kis 8:38-39 - (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39) Dan setelah mereka keluar dari air,…”
Berarti yang “turun ke dalam air” adalah Filipus dan Sida-Sida itu. Dan yang “keluar dari air” juga adalah Filipus dan Sida-Sida itu. Nah, mengikuti logika kaum baptis bahwa “keluar dari air” artinya orangnya diselamkan / ditenggelamkan berarti baik Filipus dan Sida-Sida karena keduanya “turun ke dalam air” dan “keluar dari air” berarti keduanya diselamkan / ditenggelamkan di dalam / di bawah air. Kalau keduanya diselamkan / ditenggelamkan di dalam / di bawah air, lalu siapa yang membaptis siapa? Ini jelas lelucon yang tidak masuk akal! Sebenarnya sederhana bahwa ketika dikatakan keduanya “turun ke dalam air” berarti keduanya menuju ke air / masuk ke air tanpa tenggelam. Dan kalau dikatakan mereka “keluar dari air” artinya keduanya meninggalkan air itu. Itu saja! Karena itu kalau dikatakan setelah dibaptis Yesus segera “keluar dari air” itu tidak bisa secara otomatis diartikan bahwa Yesus dibaptis selam.
3. Analisa kata Yunani yang dipakai dalam teks ini.
Kata Yunani yang diterjemahkan “keluar dari” dalam Matius 3:16 adalah “apo”.
Kata “apo” ini bisa diartikan “keluar dari” tetapi bisa juga diartikan “dari”. Mayoritas diartikan “dari” daripada “keluar dari”. Dan perlu diketahui bahwa kata “apo” ini tidak selamanya berarti “keluar dari” dalam pengertian sebelumnya sementara berada di bawah sesuatu darimana ia keluar. Contohnya dalam Luk 2:4 :
Lukas 2:4 - Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem
Jika “apo” berarti sebelumnya diselam / tenggelam maka kalau dikatakan Yusuf pergi “apo” kota Nazaret berarti Yusufnya mula-mula nongol dari dalam tanah kota Nazaret (karena sebelumnya tenggelam di sana) dan meninggalkan kota itu. Jelas ini tidak masuk akal! Di sini kata “apo” yang dikaitkan dengan kata sebelumnya hanya berarti bahwa Yusuf pergi meninggalkan kota Nazaret.
Dengan demikian jika dikatakan Yesus “apo tou hudatos” (keluar dari air), itu tidak harus berarti sebelumnya Yesus diselam / ditenggelamkan di bawah air. Itu bisa berarti Yesus pergi meninggalkan air itu. Itu saja! Dengan demikian gugurlah argumentasi pertama dari kaum baptis selam ini.
b. Persoalan arti kata “baptis”.
Tadi kita sudah melihat sejumlah kutipan dari kaum baptis selam bahwa arti kata “baptis” yang dalam bahasa Yunaninya “bapto” (kata kerjanya “baptizo” berarti menyelamkan / menenggelamkan). Dan itu adalah satu-satunya arti dari kata itu. Benarkah demikian? Jawabannya harus datang dari Kitab Suci sendiri! Suatu studi yang cermat terhadap kata Yunani “bapto” dan “baptizo” ini menunjukkan arti yang beragam / bervariasi. Contoh :
· Markus 7:4 - dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
Perhatikan bahwa di dalam ayat ini kata “membersihkan” diterjemahkan dari kata Yunani “baptizo” sedangkan kata “mencuci” diterjemahkan dari “baptismous” yang keduanya berasal dari kata dasar yang sama yakni “bapto”. Dengan demikian kata “baptis” itu bisa berarti membersihkan / mencuci.
Mungkin penganut baptisan selam masih bisa berkata bahwa mencuci di sana dilakukan dengan menenggelamkan obyek yang dicuci. Itu mungkin bisa saja untuk cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga dalam ayat 7b tetapi tidak mungkin untuk diri di dalam ayat 7a. Kalau itu dipaksakan maka ayat itu menjadi tidak masuk di akal :
Markus 7:4 - dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan (menyelamkan) dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (menyelamkan) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
· Lukas 11:38 - Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
Kata “mencuci” dalam ayat ini menggunakan kata Yunani “baptizo”. Berarti kata “baptis” dalam ayat ini berarti mencuci. Tetapi ini terjemahan yang kurang tepat. Kita harus mengetahui bagaimana tradisi orang Yahudi dalam mencuci tangan sebelum makan. Ini bukanlah mencuci tangan untuk kesehatan melainkan untuk penyucian.
William Barclay - Menurut hukum itu sebelum makan tangan harus dicuci dengan hukum-hukum yang sangat mendetail. Dengan sengaja disimpan air khusus untuk keperluan tersebut sebab air biasa dikuatirkan tidak bersih. Air yang dipakai paling kurang sebanyak satu perempat dari batang bambu. Pertama-tama air itu harus dituangkan ke atas tangan dimulai dari jari kelingking dan terus sampai ke pergelangan. Kemudian telapak tangan haruslah dibersihkan dengan menggosokkan genggam yang satu kepada yang lainnya. Akhirnya sekali lagi air dituangkan ke atas tangan, kali ini dimulai dari pergelangan dan berakhir pada ujung-ujung jari” (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Lukas, hal. 224).
Dari cara mencuci tangan seperti ini maka lebih tepat dikatakan bahwa kata “baptis” di sini berarti tuang atau menuangkan.
· Matius 26:23 - Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku.
Di sini kata “mencelupkan” diterjemahkan dari bata “embapto” yang kata dasarnya adalah “bapto”. Berarti kata “baptis” bisa berarti celup / mencelupkan. Apakah ini berarti bahwa pencelupan seluruhnya seperti ditenggelamkan? Jelas tidak! Karena yang dicelupkan adalah tangan. Bagaimana bisa seluruh tangan dicelupkan dalam arti ditenggelamkan di dalam sebuah pinggan?
Matius 26:23 - Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku
Ingat bahwa kata-kata Yesus ini diucapkan tentang Yudas saat terjadi perjamuan malam di mana Yesus dan murid-murid-Nya makan roti dan minum anggur perjamuan. Karena itu pencelupan yang dimaksudkan di sini adalah pencelupan roti yang dipegang oleh tangan.
BIS - Yesus menjawab, "Orang yang mencelup roti ke dalam mangkuk bersama-sama-Ku, dialah yang akan mengkhianati Aku.
Tetapi pikirkan, apakah roti yang dicelupkan itu ditenggelamkan seluruhnya sehingga berada di bawah anggur? Jelas tidak! Tentu ada sebagian kecil dari roti itu yang tidak tercelup pada anggur yakni bagian yang dipegang oleh tangan si pencelup. Dengan demikian arti kata “baptis” di sini adalah mencelup tetapi tidak seluruhnya dalam arti ditenggelamkan / dibenamkan.
· Ibrani 9:10 – karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.
Kata “pembasuhan” dalam ayat ini diterjemahkan dari kata Yunani “baptismous” yang kata dasarnya adalah “bapto”. Karena itu ada terjemahan Alkitab yang menggunakan kata “baptis” dalam ayat ini.
YLT - only in victuals, and drinks, and different baptisms, and fleshly ordinances--till the time of reformation imposed upon them.
Maka di sini dapat dikatakan bahwa kata “baptis” bisa berarti basuh / membasuh. Konteks ayat ini menunjuk pada pelbagai macam pembasuhan / pembaptisan dalam hukum Taurat. Nah, pembasuhan / pembaptisan macam apakah yang dibicarakan dalam ayat ini? Ini terlihat dalam ayat-ayat selanjutnya yakni ayat 13,19 dan 21.
Ibr 9:13,19,21 – (13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (19) Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat, (21) Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah.
Perhatikan bahwa 3 ayat ini semuanya berbicara tentang pemercikan dan bukan penyelaman / penenggelaman. Tetapi itu disebut sebagai baptisan dalam ayat 10.
Perlu diketahui bahwa ide tentang penyelaman / penenggelaman adalah ide yang asing dalam penyucian / pembasuhan menurut hukum Taurat. Sebaliknya, ide yang nampak adalah pemercikan. Jadi percikan darah, air dan abu dalam ayat-ayat ini yang dimaksudkan dengan pembasuhan / pembaptisan dalam ayat 10 maka dapat dikatakan bahwa kata “baptis” dalam ayat-ayat itu berarti percik / memerciki.
· 1 Korintus 10:1-2 – (1) Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. (2) Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.
Dalam ayat 1 dikatakan bahwa nenek moyang Israel berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Ini jelas menunjuk pada 2 peristiwa dalam kitab Keluaran yakni tiang awan dan penyeberangan laut Teberau. Menariknya dalam ayat 2 dikatakan bahwa mereka dibaptis dalam awan dan dalam laut. Jikalau kata “baptis” berarti diselamkan / ditenggelamkan, lalu kapan orang Israel diselamkan / ditenggelamkan dalam awan dan laut? Awan bahkan tidak menyentuh mereka sama sekali. Mereka juga tidak tenggelam di dalam laut. Mereka berjalan di tanah kering.
Keluaran 14:21-22 – (21) “….semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. (22) Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.
Catatan : Yang diselamkan justru tentara Mesir yang mengejar mereka.
Dengan demikian kata “baptis” di sini tidak bisa diartikan diselamkan / ditenggelamkan.
Albert Barnes – Teks ini adalah teks yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka.
Lalu apa arti kata baptis di dalam ayat ini? Tidak perlu dibahas di sini karena itu masalah lain. Yang pasti tidak mungkin berarti diselamkan / ditenggelamkan.
Dari contoh-contoh yang saya berikan jelas bahwa kata Yunani “bapto” dengan kata kerjanya “baptizo” mempunyai pengertian yang jamak atau bervariasi. Kata itu bisa berarti diselam (seperti pandangan kaum baptis), tetapi juga bisa berarti membersihkan / mencuci, menuang, mencelup, membasuh, memercik.
Dengan demikian pandangan kaum baptis selam bahwa kata “bapto” atau “baptizo” hanya berarti menyelamkan / menenggelamkan adalah keliru. Menyelamkan / menenggelamkan hanyalah salah satu arti dari kata “baptis”, bukan satu-satunya arti. Karena itu jangan terlalu silau kalau kaum baptis berbicara dengan anda memakai bahasa Yunani segala. Biasanya mereka tidak mendalami itu dan hanya mengikuti kata para pemimpin mereka saja yang juga kurang belajar. Ini sama juga dengan penganut Saksi-Saksi Yehuwa yang sering berargumentasi dengan menggunakan bahasa Yunani / Ibrani padahal mereka sendiri mungkin tidak tahu abjad Yunani – Ibrani.
Semua yang sudah saya jelaskan ini membuktikan bahwa Yesus belum tentu dibaptis selam. Tetapi kalau Yesus belum tentu dibaptis selam berada masih ada kemungkinan Yesus memang dibaptis selam. Betul sekali! Bisa saja Yesus dibaptis selam mengingat salah satu arti kata “baptis” adalah menyelam / menenggelamkan. Tetapi kita tidak bisa memastikan itu mengingat argumentasi-argumentasi yang saya berikan.
III. YESUS DIBAPTIS PERCIK.
Setelah menanggapi argumentasi-argumentasi dari kaum baptis, sekarang saya akan mengemukakakan argumentasi-argumentasi saya yang menguatkan kemungkinan bahwa Yesus dibaptis dengan cara percik. Saya akan berikan 2 argumentasi :
Cara dari baptisan Yohanes Pembaptis.
Yang mau dibicarakan di sini adalah sewaktu Yohanes Pembaptis melayani dan membaptis banyak orang, dengan cara baptisan apakah ia membaptis orang banyak itu?
· Mari perhatikan Mat 3:11 :
Matius 3:11 - Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
KJV - I indeed baptize you with water unto repentance. but he that cometh after me is mightier than I, whose shoes I am not worthy to bear: he shall baptize you with the Holy Ghost, and with fire:
Coba pikirkan, dari ayat di atas, kira-kira Yohanes membaptis orang banyak dengan cara apa? Kalau Yohanes membaptis orang-orang dengan cara selam, kalimatnya akan berbunyi: “Aku menyelamkan kamu dengan air”. Apakah ini cocok? Jelas tidak! Kalau Yohanes membaptis dengan cara selam seharusnya ayat itu berbunyi “Aku menyelamkan kamu dalam air (in water)” bukan “dengan air”. Tapi kalau Yohanes membaptis dengan cara percik / tuang maka kata-katanya menjadi cocok. “Aku memercik kamu dengan air”. Kata Yunani yang diterjemahkan “dengan” dalam ayat itu adalah “en” yang memang bisa diterjemahkan “dengan” tetapi bisa juga diterjemahkan “dalam”. Tetapi bagian paralelnya dalam Lukas 3:16 menggunakan kata “hudati” yang berarti “dengan air” dan bukan “dalam air”. Dengan demikian Matius 3:11 lebih tepat diterjemahkan “dengan air” daripada “dalam air”. Jadi dari kata-kata yang digunakan kelihatannya Yohanes membaptis dengan cara percik dan bukan selam.
· Perhatikan juga bahwa Yohanes membaptis dengan air. Mengapa baptisan harus menggunakan air? Karena air berfungsi untuk membersihkan. Sehingga sebenarnya baptisan dengan air itu melambangkan pembersihan / penyucian dosa karena pertobatan. Bahwa baptisan dengan air ini berkaitan dengan penyucian terlihat dari ayat berikut ini :
Yohanes 3:23,25 – (23) Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, (25) Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian.
Tentu saja penyucian yang dimaksudkan di sini adalah penyucian orang Yahudi menurut hukum Taurat. Lalu bagaimana sebenarnya upacara penyucian menurut hukum Taurat? Menarik sekali bahwa berbagai upacara penyucian itu tidak pernah dikaitkan dengan cara penyelaman / penenggelaman melainkan dengan pemercikan.
Imamat 14:6-7 – (6) “…bersama-sama dengan burung itu semuanya harus dicelupkannya ke dalam darah burung yang sudah disembelih di atas air mengalir itu. (7) Kemudian ia harus memercik tujuh kali kepada orang yang akan ditahirkan dari kusta itu…”
Bilangan 8:7 – Beginilah harus kaulakukan kepada mereka untuk mentahirkan mereka: percikkanlah kepada mereka air penghapus dosa, kemudian haruslah mereka mencukur seluruh tubuhnya dan mencuci pakaiannya dan dengan demikian mentahirkan dirinya.
Bilangan 19:18 – Kemudian seorang yang tahir haruslah mengambil hisop, mencelupkannya ke dalam air itu dan memercikkannya ke atas kemah dan ke atas segala bejana dan ke atas orang-orang yang ada di sana, dan ke atas orang yang telah kena kepada tulang-tulang,…”.
Dengan demikian kalau baptisan Yohanes berkaitan dengan upacara penyucian menurut aturan Yahudi (hukum Taurat), maka itu pasti dilakukan dengan cara percik dan bukan selam.
· Hal lain lagi adalah baptisan Yohanes dengan air ini dikaitkan dengan baptisan Yesus dengan Roh Kudus di akhir ayat itu.
Matius 3:11 - Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Dan baptisan Roh Kudus itu terjadi pada hari Pentakosta (Kis 2). Pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan ke atas murid-murid dan bukan murid-murid diselamkan / ditenggelamkan dalam Roh Kudus. Itu disebut baptisan Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 2:3 - dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Jikalau baptisan dengan Roh Kudus bukanlah murid-murid diselamkan / ditenggelamkan di dalam Roh Kudus melainkan Roh Kudus yang dicurahkan ke atas murid-murid, maka baptisan Yohanes juga seharusnya bukan orang-orang yang diselamkan / ditenggelamkan ke dalam air melainkan air yang dicurahkan ke atas orang-orang.
Esra Alfred Soru - Perhatikan baik-baik bahwa cara yang dipakai dalam baptisan Roh Kudus adalah Roh Kudus yang dicurahkan ke atas murid-murid dan bukan murid-murid yang ditenggelamkan atau diselamkan ke dalam Roh Kudus. Jika kita sepakat seperti prinsip sebelumnya bahwa cara yang terdapat di dalam baptisan Roh Kudus haruslah merupakan cara yang dipakai di dalam baptisan air, maka cara baptisan air yang sesungguhnya bukanlah orang percaya yang ditenggelamkan di dalam air melainkan air (lambang Roh Kudus itu) yang di curahkan ke atas kepala orang percaya. (Kontroversi Seputar Masalah Baptisan Air, hal. 6)
Dengan demikian boleh dipastikan bahwa Yohanes membaptis orang-orang pada saat itu dengan cara dituang / dipercik dan bukan diselam.
· Alkitab juga berkata :
Matius 3:5-6 – (5) Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. (6) Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan
Dari ayat ini terlihat bahwa dalam kurun waktu 6 bulan itu Yohanes telah membaptis banyak orang. Robert G. Rayburn memperkirakan ada sekitar 2 juta orang yang dibaptis oleh Yohanes dalam waktu 6 bulan itu. Kalau ini benar maka sekurang-kurangnya Yohanes harus membaptis lebih dari 300 ribu orang per bulan. Dan itu berarti per hari ia membaptis 1000 orang per hari. Sekarang pikirkan, apakah jumlah itu memungkinkan untuk membaptis secara selam? Jelas tidak! Yang paling mungkin adalah baptisan percik.
Nah sekarang pikirkan ini, jikalau setiap hari Yohanes membaptis orang dengan cara percik, dan pada salah satu dari hari-hari itu muncullah Yesus meminta dibaptis, kira-kira Yohanes membaptis Yesus dengan cara apa? Saya yakin ia membaptis Yesus dengan cara percik juga! Atau sekurang-kurangnya jauh lebih besar kemungkinan ia membaptis dengan baptisan percik daripada dengan baptisan selam.
Kesesuaian dengan cara pentahbisan imam dalam hukum Taurat.
Perlu diketahui bahwa pembaptisan Yesus sebenarnya adalah penyamaan diri-Nya dengan upacara pentahbisan imam di dalam Perjanjian Lama.
Keluaran 29:4-9 – (4) Lalu kausuruhlah Harun dan anak-anaknya datang ke pintu Kemah Pertemuan dan haruslah engkau membasuh mereka dengan air. (5) Kemudian kauambillah pakaian itu, lalu kaukenakanlah kepada Harun kemeja,…. (7) Sesudah itu kauambillah minyak urapan dan kautuang ke atas kepalanya, dan kauurapilah dia….(9) … maka merekalah yang akan memegang jabatan imam; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya. Demikianlah engkau harus mentahbiskan Harun dan anak-anaknya.
Jikalau dalam pentahbisan imam itu Musa membasuh Harun dan anak-anaknya dengan air, dan itu disejajarkan Yohanes membaptis Yesus dengan air, rasanya aneh kalau Yesus diselamkan / ditenggelamkan di dalam air. Penyelaman / penenggelaman Yesus di dalam air justru menciptakan perbedaan yang menyolok dengan pembasuhan para imam dengan air. Karena itu menurut saya baptisan Yesus harus dilakukan dengan cara yang mirip dengan pembasuhan imam dengan air. Dan cara yang mirip dengan itu adalah penuangan / pemercikan.
Demikianlah 2 argumentasi yang mendukung pandangan bahwa Yesus dibaptis dengan cara percik.
Setelah kita mempelajari semua argumentasi ini secara mendalam, terlihat bahwa posisi baptisan percik dalam kaitan dengan cara baptisan Yesus tidak dapat diremehkan kalau tidak mau dikatakan sebagai yang paling benar. Dan apabila mengikuti cara berpikir kaum baptis bahwa cara baptisan Yesus harus menjadi cara baptisan kita maka seharusnya cara baptisan kita adalah percik dan bukan selam! Meskipun demikian saya tidak mau mengambil sikap ekstrim semacam ini. Bagaimanapun juga diselam / ditenggelamkan adalah salah satu arti dari kata “bapto” dan karena itu penyelaman / penenggelaman juga harus dianggap sebagai baptisan yang sah. Bahkan saya beranggapan bahwa cara baptisan Yesus tidak harus menjadi cara baptisan kita. Artinya adalah seandainya Yesus dibaptis selam, itu bukan keharusan bagi kita untuk dibaptis selam. Sebaliknya seandainya Yesus dibaptis percik, itu bukan keharusan bagi kita untuk dibaptis percik. Ingat bahwa tidak semua hal yang dilakukan / dialami oleh Yesus harus kita teladani. Yesus puasa 40 hari, apakah kita harus meneladani-Nya? Yesus tidak pacaran / kawin, apakah kita harus mengikuti-Nya? Yesus tidak pernah naik mobil, sebaliknya naik keledai waktu masuk ke Yerusalem. Apakah kita harus meneladani-Nya? Yesus hanya mempunyai murid 12 orang, apakah gereja / sekolah teologia harus meneladani-Nya? Yesus pernah berjalan di atas air. Apakah kita harus meneladani-Nya? Yesus mati di kayu salib, apakah kita harus mengikuti-Nya? Waktu Yesus mati, mayat-Nya tidak dimasukkan di peti mati. Apakah kita harus meneladani-Nya? Tentu tidak! Kita harus membandingkan semua itu dengan Kitab Suci barulah kita memutuskan apakah tindakan Yesus atau apa yang dialami-Nya itu dapat diteladani atau tidak. Hal-hal yang saya sebutkan di atas, sekalipun dilakukan ./ dialami oleh Yesus tetapi tidak ada perintah Kitab Suci untuk melakukan / mengalami hal yang sama. Dan karena itu dalam hal-hal itu Yesus tidak perlu diteladani. Tapi dalam hal-hal yang lain di mana Kitab Suci memerintahkan itu, maka Yesus harus diteladani. Misalnya, Yesus memberitakan Injil. Dan Kitab Suci memerintahkan kita memberitakan Injil. Berarti dalam pemberitaan Injil, Yesus harus menjadi teladan kita. Yesus mengampuni orang yang bersalah kepada-Nya. Dan Kitab Suci mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Karena itu Yesus harus menjadi teladan bagi kita dalam hal mengampuni. Yesus peduli dan memperhatikan orang-orang yang susah dan sengsara. Dan Kitab Suci memang memerintahkan kita untuk melakukan hal itu. Karena itu dalam hal itu Yesus harus menjadi teladan kita. Yesus berani menegor orang yang ahli-ahli Taurat yang bersalah. Dan Kitab Suci memerintahkan kita untuk menegur mereka yang bersalah. Dalam hal ini Yesus menjadi teladan kita. Jadi apa yang dilakukan / dialami oleh Yesus harus dibandingkan dengan seluruh Kitab Suci barulah kita memutuskan apakah dalam hal itu Yesus perlu diteladani atau tidak. Demikian juga dengan baptisan. Apakah Kitab Suci pernah menyuruh kita dibaptis dengan cara Yesus dibaptis? Tidak! Karena itu bagi saya tidak peduli Yesus dibaptis dengan cara apa pun, itu tidak harus kita ikuti / teladani sepanjang apa yang kita lakukan masih merupakan baptisan yang sah menurut Kitab Suci. Tapi seandainya kaum baptis selam tidak setuju dan mau mengharuskan kita meneladani Yesus dalam cara baptisan-Nya, maka sudah saya buktikan bahwa posisi baptisan percik justru jauh lebih kuat daripada baptisan selam. Juga kalau tetap bersikeras bahwa Yesus dibaptis selam dan kita harus mengikuti-Nya, maka jangan ikuti sebagian saja. Ikutilah semuanya termasuk dibaptisnya harus di sungai Yordan dan harus Yohanes Pembaptis yang melaksanakannya. Bisa?
Apa yang saya kemukakan ini bukan untuk menyalahkan praktek baptisan selam tetapi untuk membuktikan bahwa baptisan percik juga adalah benar / sah dan memiliki dasar Alkitab yang kuat. Kalau memang Yesus sangat mungkin dibaptis dengan cara percik, dan juga baptisan percik adalah baptisan yang sah, maka kita seharusnya yakin dengan baptisan percik yang sudah kita terima dan tidak perlu terpengaruh dengan propaganda-propaganda murahan yang menyuruh kita dibaptis ulang lagi dengan cara selam. Apalagi kalau itu dikaitkan dengan keselamatan dengan berkata “Jikalau tidak dibaptis selam maka tidak akan selamat” yang adalah kata-kata / ajaran yang sesat!
Budi Asali – Baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada orang-orang bodoh yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina baptisan yang pertama! (Baptisan Selam atau Non Selam?, hal.49).
Dan ini adalah dosa! Apabila saudara sudah terlanjur baptisan ulang maka saudara perlu memohon pengampunan dari Tuhan atas dosa itu. Tidak boleh dibaptis ulang ini tidak hanya berlaku dari baptisan percik ke baptisan selam, tetapi sebaliknya dari baptisan selam ke baptisan percik juga. Seorang yang sudah dibaptis percik jangan lagi mau dibaptis selam. Dan seorang yang sudah dibaptis selam, jangan lagi mau dibaptis percik dengan alasan apa pun sepanjang baptisan yang pertama itu sah. Mungkin hanya ada 3 kasus di mana baptisan harus diulang yakni apabila baptisan itu tidak dilakukan dalam nama Tritunggal, baptisan itu dilakukan oleh gereja yang secara doktrinal tidak percaya doktrin Tritunggal (misalnya Saksi-Saksi Yehuwa) dan baptisan itu tidak menggunakan air (misalnya menggunakan bendera seperti gereja Bala Keselamatan). Selain itu, semua cara baptisan sebagaimana kandungan arti dari kata “bapto” atau “baptizo” harus dianggap sah.
Jikalau gereja kita melaksanakan baptisan percik, itu bukan karena kita menganggap percik adalah cara yang paling benar di mana cara yang lain adalah salah. Kita percaya cara percik adalah Alkitabiah sebagaimana juga cara selam dan cara yang lainnya tetapi alasan praktis membuat kita lebih memilih praktek baptisan percik. Ingat bahwa baptisan hanyalah tanda / simbol penyucian dosa dan ini sama sekali tidak menyelamatkan.
Hanya iman yang menyelamatkan seseorang. Dibaptis dengan cara apapun dan berapa banyak kali pun, sepanjang orangnya tidak sungguh-sungguh beriman, dia tetap tidak akan selamat / masuk neraka. Kiranya pelajaran ini dapat memperkuat pemahaman kita seputar cara baptisan dan tidak mudah dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang ekstrim bahkan sesat terkait dengan baptisan ini.
Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :