2 PETRUS 2:1,3,17 (5 FAKTA ORANG KRISTEN PALSU)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
2 Petrus 2:1 Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.
Orang-orang yang dibicarakan dalam 2 Petrus 2:1 ini, jelas bukan orang kristen / orang pilihan, tetapi hanya orang Kristen KTP. Ini terlihat dari beberapa fakta:
1. Mereka disebut ‘guru-guru palsu’ (2 Petrus 2: 1,3,17), dan mereka disamakan dengan ‘nabi-nabi palsu’ dalam Perjanjian Lama (2 Petrus 2:1).
2. Adanya kalimat “Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan” (ay 1).
3. Neraka telah disediakan untuk mereka.
2 Petrus 2:3,17 - “(3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda. ... (17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat”.
4. Penggambaran tentang kehidupan mereka dalam seluruh 2 Petrus 2 sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang Kristen yang sejati.
5. Mereka digambarkan sebagai ‘anjing’ dan ‘babi’.
2 Petrus 2:22 - “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Jadi, digunakannya kata-kata ‘Penguasa yang telah menebus mereka’ / ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ (KJV), tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang Kristen yang sejati, tetapi hanya menggambarkan mereka menurut pengakuan mereka.
Kitab Suci memang sering menggambarkan orang bukan sesuai faktanya, tetapi sesuai pengakuannya / keadaan lahiriahnya (bdk. Yohanes 2:23-25 Yohanes 6:66 Kisah Para Rasul 8:13).
Alexander Nisbet: “‘That they should deny the Lord that bought them;’ which is not to be understood as if either Christ had died for such men (for then they could not have perished, John 10:11,28), or as if they had expressly denied Christ to be the Redeemer; for then could they not have prevailed as they did with professors of Christ (v 2), ... The meaning therefore is that they, being by profession and in their own and other’s esteem, redeemed ones, should vent such errors as would in substance tend to the denial of the sovereignty and Lordship of Christ over His people” [= ‘Bahwa mereka menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka’; yang tidak boleh dimengerti seakan-akan Kristus telah mati untuk orang-orang seperti itu (karena kalau demikian mereka tidak bisa binasa, Yohanes 10:11,28), atau seakan-akan mereka secara explicit menyangkal Yesus Kristus sebagai Penebus; karena kalau demikian mereka tidak akan bisa diikuti oleh para pengaku Kristus (2 Petrus 2: 2), ... Karena itu artinya adalah bahwa mereka mengaku sebagai orang-orang yang ditebus, dan juga dalam pandangan mereka sendiri ataupun orang-orang lain, mereka adalah orang-orang yang ditebus, tetapi mereka menyemburkan kesalahan-kesalahan yang pada hakekatnya merupakan penyangkalan terhadap kedaulatan dan ke Tuhanan dari Kristus atas umat-Nya] - hal 245.
Matthew Poole: “This is spoken not only of their pretences, that they should profess themselves redeemed by Christ, but in the style of the visible church, which should judge them to be so till they declared the contrary by their wicked actions; ... whosoever professeth himself to be redeemed by Christ, and yet denies him in his deeds, is said to deny the Lord that bought him” (=Ini dikatakan bukan hanya karena kepura-puraan mereka, di mana mereka mengaku diri mereka sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi dalam gaya dari gereja yang kelihatan, yang harus menilai mereka demikian sampai mereka menyatakan sebaliknya oleh tindakan-tindakan mereka yang jahat; ... siapa pun mengaku dirinya sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi menyangkal-Nya dalam perbuatan-perbuatannya, dikatakan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka) - hal 921.
Louis Berkhof: “that these false teachers are described according to their own profession and the judgment of charity. They gave themselves out as redeemed men, and were so accounted in the judgment of the Church while they abode in her communion” (=bahwa guru-guru palsu ini digambarkan menurut pengakuan mereka sendiri dan penghakiman / penilaian dari kasih. Mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang ditebus, dan dianggap demikian dalam penghakiman / penilaian dari Gereja sementara mereka tinggal dalam persekutuan Gereja) - ‘Systematic Theology’, hal 397.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
2 PETRUS 2:1,3,17 (5 FAKTA ORANG KRISTEN PALSU)