ROMA 2:4 (3 HAL MELIPUTI PERTOBATAN)
Roma 2:4, “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
gadget, bisnis, otomotif |
Kata “pertobatan” dalam ayat ini dari bahasa Yunani metanoia berarti compunction (=perasaan bersalah, menyesal, termasuk reformasi/perubahan radikal) atau reversal (of [another’s] decision) (=perubahan dari keputusan seseorang). Jadi, pertobatan meliputi 3 (tiga) hal, yaitu :
1.Pertama, perasaan bersalah dan mengaku diri bersalah.
Pertobatan terjadi dahulu mulai dari perasaan bersalah. Tanpa ada perasaan bersalah/dosa, maka mustahil terjadi pertobatan. Perasaan bersalah bukan sekedar perasaan manusia yang bersalah melakukan tindakan-tindakan yang salah, tetapi lebih ke arah esensi, yaitu perasaan manusia yang bersalah karena telah berdosa dan melawan Allah. Ingatlah, Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengajarkan bahwa manusia itu adalah makhluk yang dicipta (created), terbatas (limited) dan terpolusi dosa (polluted).
Karena ada tiga status manusia ini, manusia seharusnya sadar bahwa dirinya hanya debu tanah yang mudah rapuh. Renungkanlah apa yang dikatakan oleh Raja Daud, “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” (Mazmur 8:4-6).
Raja Daud juga mengajarkan, “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi. Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya.” (Mazmur 103:13-18)
Manusia itu makhluk yang mudah rapuh, lemah, terbatas, berdosa, meskipun mereka telah dikaruniai mahkota kemulian dan hormat dari Allah, sehingga akhirnya mereka tidak taat kepada perintah Allah yang melarang mereka memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Akibat ketidaktaatan manusia terhadap perintah-Nya, Allah terpaksa harus membuang mereka dari Taman Eden.
Itulah dosa, suatu tindakan yang bukan melawan perintah manusia, tetapi melawan perintah Allah. Kalau di abad postmodern, orang-orang dunia (bahkan orang-orang “Kristen” yang masih indekos di dalam gereja) menganggap bahwa manusia itu hebat, superman, pintar, berintelek, cerdas, lalu menganggap diri tidak mungkin berdosa lagi, karena telah menganggap dirinya identik dengan “allah”, maka bagaimana dengan anak-anak Tuhan sejati ? Biarlah kita tidak ikut-ikutan dengan arus zaman yang semakin menggila ini. Akuilah dosamu sebagai prinsip dasar pertobatan. Caranya ? Jika Firman Tuhan baik melalui perenungan/khotbah maupun Alkitab mengoreksi dosa yang telah kita perbuat, maka segera mengakui dosa-dosa tersebut, jangan menutup-nutupinya dengan beribu alasan, misalnya khilaf, dll !
2.Kedua, perasaan dan sikap menyesal.
Setelah mengakui dosa, benarkah itu sudah cukup? TIDAK. Perasaan dan pengakuan dosa harus dilanjutkan dengan sikap menyesal. Penyesalan bukan sekedar suatu perasaan tetapi juga sebuah sikap. Sikap penyesalan ini bisa ditandai dengan menangisi dosa, sedih terhadap dosa, dll. Tetapi ekspresi menangis tidak boleh di mutlak kan lalu kalau tidak menangis, dicap sebagai orang yang tidak mau menyesali dosa.
Kebangunan rohani yang dipimpin oleh Jonathan Edwards di Amerika pada abad 18 pun ditandai dengan sikap penyesalan terhadap dosa oleh jemaat-jemaat yang hadir setelah mereka mendengarkan khotbah Jonathan Edwards yang Ber inti kan murka Allah terhadap dosa. Mungkin sekali sikap penyesalan terhadap dosa menimbulkan kita yang melakukannya akan dicap sebagai orang bodoh, sok rohani, dll, karena bagi orang dunia, hal itu tak perlu dilakukan. Lalu, apa sikap kita ? Kita sebagai anak-anak Tuhan sejati tidak perlu menghiraukan ide-ide gila dari orang-orang dunia yang juga ikut-ikutan gila di abad postmodern ini. Kalau Roh Kudus menggerakkan dan mendorong kita untuk bertobat, sesalilah dosa-dosa kita.
Cukupkah hanya menyesali dosa ? TIDAK.
3.Ketiga, yaitu berubah total.
Kata Yunani, metanoia bukan sekedar berarti perubahan tingkah laku, tetapi perubahan radikal yang mencakup segala sesuatu, pertama-tama dari hati, pikiran, perkataan, sifat, tingkah laku sampai perbuatan kita. Hal ini saya sebut sebagai holistic reformation (perubahan radikal secara menyeluruh). Yohanes Pembaptis menegur orang-orang Farisi dan Saduki yang ingin dibaptis dengan mengatakan, “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Matius 3:8).
Yohanes mengerti prinsip pertobatan yang berkaitan dengan buah/hasil. Pertobatan jika hanya diucapkan di dalam mulut saja, itu adalah hal yang sia-sia, tetapi pertobatan harus di wujud nyatakan di dalam kehidupan kita sehari-hari, khususnya perubahan hati dan pikiran yang memimpin perubahan perilaku, perkataan, sifat dan tindakan kita.
Paulus menasihatkan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2). KJV menerjemahkan ayat ini dengan lebih teliti, “And be not conformed to this world: but be ye transformed by the renewing of your mind, that ye may prove what is that good, and acceptable, and perfect, will of God.”
Biarlah setelah mendengarkan perenungan Firman Tuhan ini, kita semakin disadarkan pentingnya pertobatan atas dosa-dosa kita sebelum Tuhan menimpakan murka-Nya kepada kita. ROMA 2:4 (3 HAL MELIPUTI PERTOBATAN). Amin. Soli Deo Gloria.