KARUNIA-KARUNIA ROHANI MERUPAKAN KARYA ALLAH TRINITAS

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
KARUNIA-KARUNIA ROHANI MERUPAKAN KARYA ALLAH TRINITAS

Pertama-tama penting untuk menegaskan bahwa doktrin Kharismatik pada dasarnya mengakui bahwa karunia-karunia rohani (kharismata) bersumber dari Allah Trinitas (1 Korintus 12:4-6). Artinya, meskipun karunia-karunia itu terutama merupakan ekspresi Roh Kudus (1 Korintus 12:7-11), namun di balik karunia-karunia rohani itu berdiri Allah Trinitas. 

Dengan kata lain, di belakang operasional karunia-karunia rohani tersebut merupakan beban penuh Keallahan (Godhead): Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Meskipun merupakan fakta bahwa Roh Kudus memanifestasikan diriNya melalui karunia-karunia rohani namun operasi total dari karunia-karunia itu bukan hanya Pribadi Roh Kudus saja tetapi Allah Trinitas. 

Karena itu, seorang Kharismatik sejati yang bergerak dalam karunia-karunia Roh adalah seorang Trinitarian dalam operasi dan gaya hidupnya yang paling mendasar. Menjadi Kharismatik sejati berarti menjadi Trinitarianisme sepenuhnya. Namun, pertanyaan pentingnya adalah bagaimanakah kita dapat mengetahui bahwa karunia-karunia rohani bersumber dari Allah Trinitas? Jawabannya dari Alkitab itu sendiri.

Apabila kita memperhatikan tiga daftar karunia rohani dalam Perjanjian Baru, yaitu di dalam Roma 12:3-8; 1 Korintus 12:4-11; dan Efesus 4:7-16 maka kita akan melihat masing-masing dari pasal tersebut menekankan Pribadi Keallahan yang tidak terjadi begitu saja atau secara kebetulan, dimana: 

(1) Dalam Roma pasal 12 penekanannya kepada Pribadi Bapa sebagai pemberi karunia-karunia rohani terlihat dalam frase “menguasai diri menurut ukuran iman , yang dikaruniakan Allah (theos) kepada kamu masing-masing” (ayat 3). Kata “Theos” dalam ayat ini menunjuk kepada Pribadi Bapa. 

(2) Dalam 1 Korintus 12 penekanannya kepada Pribadi Roh Kudus sebagai pemberi karunia-karunia rohani terlihat dari frase “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh (Pneuma) untuk kepentingan bersama” (ayat 7) dan frase “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh (Pneuma) yang satu dan yang sama” (ayat 11). Kata “Pneuma” dalam ayat-ayat tersebut menunjuk kepada Pribadi Roh Kudus. Sedangkan 

(3) Dalam Efesus 4 penekanannya kepada Pribadi Anak sebagai pemberi karunia-karunia rohani terlihat dari frase “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus” (ayat 7) dan frase “Dan Ialah yang memberikan…” (ayat 11). 

Kata Yunani “Autos” atau “Ia sendiri” di ayat 11 mengacu kepada “Christos” di ayat 7 yang jelas menunjuk kepada Pribadi Anak sebagai pemberi karunia-karunia rohani. Karena itulah rasul Paulus ketika membahas karunia-karunia rohani sebagai “phanerosis Pneuma” atau “penyataan Roh” dalam 1 Korintis 12:7-11 terlebih dahulu menghubungkan karunia-karunia rohani tersebut dengan Keallahan kekal, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus ketika ia mengatakan, “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh (Pneuma). Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan (Kurios). Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah (Theos) adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang”. Kata “Pneuma” di ayat 4 menunjuk kepada Pribadi Roh Kudus, dan kata “Theos” di ayat 6 menunjuk kepada Pribadi Bapa. Sedangkan kata “Kurios” di ayat 5 menunjuk kepada Pribadi Anak. 

Catatan: Perlu diketahui gelar “Kurios” dalam Perjanjian Baru mengandung dua pengertian, yaitu: (1) Sebagai sapaan yang santun untuk menunjukkan rasa hormat (Misalnya, Matius 27:63). Jadi “kurios” disini diterjemahkan dengan “tuan”, yaitu gelar yang ditujukan kepada orang yang memiliki wibawa lebih tinggi, tetapi bukan terkait dengan hak-hak istimewa yang ilahi. (2). Sebagai pengakuan atas kekuasaan ilahi (Misalnya, Matius 8:25; 14:30; 17:4). 

Jadi “Kurios” disini diterjemahkan dengan “Tuhan” yang digunakan kepada Yesus sebagai Pribadi yang memiliki kekuasaan yang unik, yang dapat memberikan pertolongan kepada mereka yang mohon kepadaNya. Kurios biasanya dipakai sebagai padanan untuk kata Ibrani “Yahweh” dan atau (Adonay) dalam Perjanjian Lama. 

Septaguinta (Perjanjian Lama Terjemahan bahasa Yunani) jelas menggunakan kata “Kurios” untuk kata “Yahweh (Adonay)”. Sehingga Perjanjian Baru biasanya menggunakan kata “Kurios” ini untuk mengacu pada Yahweh (Adonay)”. Dengan demikian, istilah “kurios” atau “Lord (Tuhan)” merupakan gelar yang diberikan kepada Yesus yang memiliki hak-hak istimewa seperti Yang Ilahi, yang menunjukkan keilahianNya

Namun, pada kenyataannya ada orang-orang tertentu yang kurang memahami Alkitab, ketika mempelajari atau menjelaskan karunia-karunia rohani dalam 1 Korintus 12, justru seringkali tidak membahas ayat 4-6 tetapi langsung membahas ayat 7-11. Akibatnya terjadi distori saat mereka menyimpulkan bahwa karunia-karunia rohani tersebut semata-mata pemberian dan pekerjaan Roh Kudus saja. Padahal, meskipun merupakan fakta bahwa Roh Kudus memanifestasikan diriNya melalui karunia-karunia rohani dalam ayat 7-11, tetapi operasi total dari karunia-karunia itu bukan hanya Pribadi Roh Kudus saja tetapi pada Allah Trinitas (1 Korintus 12:4-6).

Catatan: Jadi di dalam ayat-ayat ini (1 Korintus 12:4-6), secara tidak langsung rasul Paulus mengajarkan konsep Trinitas Kristen. Hal ini menyiratkan bahwa walaupun formulasi baku doktrin Tritunggal baru dirumuskan oleh bapa-bapa gereja di periode selanjutnya (oleh Tertullianus dan Augustinus, dan di dalam Konsili Nicea dan Konsili Chalcedon) tetapi konsep dasarnya sudah diajarkan secara jelas oleh rasul Paulus dipertengahan abad pertama.

Dengan demikian “behind the spiritual gifts stands the Triune God (dibalik karunia-karunia rohani berdiri Allah Trinitas)”. Karena itulah, seorang Kharismatik sejati yang bergerak dalam karunia-karunia Roh seharusnya adalah seorang Trinitarian dalam operasi dan gaya hidupnya yang mendasar, atau menjadi seorang Kharismatik sejati berarti menjadi Trinitarianisme sepenuhnya. 

Kevin J. Conner pengajar Kharismatik dari Leter Rain Movement menyimpulkan, “Kita memiliki ‘beraneka macam karunia, tetapi satu Roh,’ yaitu Roh Kudus. Dan kita memiliki ‘pelayanan-pelayanan yang berbeda, tetapi satu Tuhan,’ yaitu Anak. Dan kita memiliki ‘beraneka macam pelaksanaan, tetapi satu Allah,’ yaitu Bapa. Beban Roh Kudus adalah orang percaya secara pribadi, dan juga seluruh Tubuh Kristus, yaitu jemaat, serta mencari semua yang mengalir ke dalam tempat dan fungsi mereka di dalam Tubuh. 

Dengan demikian, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang merupakan bentuk Keallahan kekal secara vital tercakup dalam maksud kekal yang berkaitan dengan jemaat”.Conner, Kevin J., 2004. Jemaat Dalam Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 297


J. Rodman Williams, teolog Protestan Kharismatik dan pelopor pembaharuan Kharismatik dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa karunia-karunia rohani merupakan aktivitas Allah Trinitas. Ia menjelaskan demikian, [“Sebelum membahas tentang karunia-karunia rohani, penting lebih lanjut untuk mengenali aktivitas Allah Trinitas. Kita melanjutkan dengan Paulus: “Sekarang ada berbagai jenis karunia, tetapi Roh yang sama; dan ada berbagai jenis pelayanan, tetapi Tuhan yang sama, dan ada berbagai jenis pekerjaan, tetapi Allah yang sama yang mengerjakan semuanya dalam setiap orang”(1 Korintus 12: 4–6). Di sini kita mencatat beberapa hal: 

(1) Apapun keragaman karunia, pelayanan, pekerjaan, itu adalah Roh Kudus yang sama, Tuhan Yesus yang sama, Allah yang sama yang masing-masing bekerja: ada perbedaan tetapi pada saat yang sama merupakan kesatuan. Pemisahan, perpecahan, faksionalisme — segala permainan yang mempertaruhkan satu aktivitas dengan aktivitas lainnya — tidak mungkin berasal dari Allah. 

(2) Tidak ada identifikasi sederhana dari karunia Roh Kudus dengan pelayanan Tuhan Yesus atau pekerjaan Allah Bapa. Dalam arti khusus, Roh bekerja dalam karunia, Kristus dalam berbagai pelayanan, dan Allah Bapa dalam berbagai operasi. 

(3) Apa pun karunia Roh Kudus juga merupakan pelayanan Tuhan Yesus yang dimuliakan dan juga pekerjaan Allah Bapa. Meskipun tidak ada identifikasi sederhana dari karunia, pelayanan, dan operasi, Allah Trinitas sedang bekerja di dalam dan melalui semuanya. Tidak ada karunia yang bukan merupakan pelayanan, tidak ada pelayanan yang bukan operasi atau pekerjaan, dan Allah yang sama — Bapa, Anak, dan Roh Kudus — ada di dalam semuanya. 
(4) Akhirnya, tampaknya ada semacam pergerakan naik. Paulus mulai dengan karunia Roh di dalam komunitas, selanjutnya berbicara tentang pelayanan Tuhan Yesus yang dimuliakan, kemudian memuncak dengan pekerjaan Allah Bapa secara keseluruhan. Roh, seperti biasa, menuntun kita kembali kepada Anak, dan Anak pada gilirannya mengarahkan kita kembali kepada Bapa. Ini adalah cara Trinitas yang diberkati. 

Dalam semua ini, penting untuk diingat bahwa di balik karunia-karunia rohani berdiri Allah Trinitas. Meskipun karunia-karunia itu terutama merupakan ekspresi Roh Kudus, di belakangnya ada beban penuh Ketuhanan: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Karena itu, komunitas yang benar-benar Kharismatik, bergerak dalam karunia pneumatik, adalah Trinitas dalam operasi dan gaya hidupnya yang paling mendasar. Meskipun merupakan fakta bahwa melalui Kharismata pneumatik, Roh Kudus memanifestasikan diriNya (lihat bagian selanjutnya) dan, oleh karena itu, ada perasaan yang meningkat tentang Pribadi dan kehadiranNya, bukan hanya Roh Kudus yang dikenali. 

Sama seperti fokusnya bukan Roh Kudus tetapi Kristus (bagian sebelumnya), maka operasi total bukanlah Roh Kudus tetapi Allah Trinitas. Menjadi benar-benar pneumatik berarti menjadi Kristosentris dan Trinitas secara menyeluruh”]. (Williams, J. Rodman., 1996. Renewal Theology: Systematic Theology from a Charismatic Perspective. Grand Rapids: Zondervan, page 1186-1187).

KESIMPULAN

Karunia-karunia rohani adalah anugerah dari Allah Trinitas untuk digunakan membangun jemaat. Bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk kepentingan orang lain dalam tubuh Kristus. Karunia rohani bukan untuk dipamerkan dan bagi kesombongan diri tetapi untuk kemuliaan Allah.
https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post