4 DIMENSI PEMURIDAN (MATIUS 28:19-20)

Pemahaman Yesus tentang pemuridan mungkin berbeda dengan pemahaman kebanyakan orang pada masa sekarang. Pada umumnya orang akan senang ketika banyak orang datang untuk menjadi murid Yesus, tetapi tidak demikian dengan Yesus. 

Ada dua orang yang ditolak oleh Yesus untuk menjadi murid-Nya. Penolakan ini mengandung maksud, bahwa Yesus menghendaki orang-orang yang mau mengikuti Dia bukan hanya menjadi pengikut, tetapi benar-benar siap untuk menjadi penerus-Nya.

4 DIMENSI PEMURIDAN (MATIUS 28:19-20)
otomotif, gadget, bisnis

Berdasarkan analisis maka diperoleh empat dimensi pemuridan, yaitu: 1.penjangkauan, 2.penggabungan, 3.pengajaran, dan 4.duplikasi (pelipatgandaan). Masing-masing dimensi tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1. Penjangkauan

Ketika Yesus memberi perintah kepada murid-murid untuk pergi, sebenarnya Ia sudah memberikan contoh terlebih dulu bahwa dalam pelayanannya Ia pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Yesus memulai pelayanan-Nya di Galilea setelah penangkapan Yohanes Pembaptis. Daerah ini adalah sebagian besar tempat pelayanan Yesus. Terletak di atas Samaria dan barat dari Danau Galilea, Galilea adalah daerah didominasi Yahudi diperintah oleh Herodes Antipas.

Injil Matius mengaitkan lokasi awal pelayanan ini sebagai kegenapan nubuat nabi Yesaya (Matius 4:15-16; Yesaya 8:23-9:1). Menurut Cole, Galilea tepat melambangkan umat Allah dalam perbudakan, kepada siapa cahaya keselamatan pertama akan datang. Khotbah Yesus kepada orang-orang Galilea adalah untuk percaya kepada Injil. 

Secara khusus Ia memanggil mereka untuk percaya bahwa kerajaan Allah akan terjadi. Mereka percaya bahwa Mesias akan datang segera, kemudian dalam waktu singkat panggilan untuk percaya itu diarahkan kepada Yesus. Hughes mengaitkan undangan kepada orang-orang Galilea untuk percaya dengan undangan kepada kepala penjara di Filipi untuk percaya kepada Yesus. “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’” (Kis. 16:31).

Tuhan Yesus datang ke dunia bukan untuk melihat-lihat manusia atau hanya untuk sekadar berjalan-jalan. Tuhan Yesus mempunyai tujuan yang pasti yaitu untuk menyelamatkan jiwa. Hati-Nya penuh dengan belas kasihan kepada jiwa-jiwa yang terhilang. Setiap kali melihat orang berdosa, orang yang menderita, orang yang sakit, lumpuh, kekurangan, atau yang susah, hati Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan. 

Tuhan Yesus berjalan keliling untuk memberitakan Injil, supaya banyak orang mendengar tentang keselamatan dan pengampunan dosa. Ia rela mengorbankan banyak waktu-Nya untuk melatihmurid-murid-Nya, bahkan perasaan dan banyak hal dalam hidup-Nya hanya untuk satu tujuan yaitu menyelamatkan jiwa.

Karena penyelamatan jiwa-jiwa adalah tujuan utama Tuhan Yesus datang ke dunia, maka bagi umat Tuhan upaya pemberitaan Injil demi keselamatan jiwa-jiwa adalah kesinambungan dari karya Tuhan Yesus. Morgan mengatakan, bahwa Kristus adalah pemberita Injil. Dia sekarang memenuhi pekerjaan besar-Nya memberitakan kabar baik melalui Tubuh-Nya, yaitu Gereja.

Morgan juga menyatakan, bahwa gereja tidak bisa dilepaskan dari penginjilan. Penginjilan bukan karunia khusus Roh Kudus yang hanya diberikan kepada beberapa anggota Tubuh. Ini adalah perintah dari Tuhan kita, dan hak istimewa dan tanggung jawab setiap orang percaya.

Penting sekali adanya fokus dan gol yang jelas dalam pelayanan, yaitu menyelamatkan jiwa. Ada orang Kristen yang setelah baptis berhenti dan tidak maju lagi. Mereka merasa cukup menjadi anggota jemaat biasa saja. Mereka tidak akan pernah bertumbuh maju dan tidak akan pernah sampai pada tujuan yang sudah ditetapkan Allah dalam hidupnya. 

Ada juga yang kelihatan sibuk melakukan banyak kegiatan, tapi sebetulnya tidak lebih maju, hanya berputar-putar saja dan akhirnya tidak sampai pada tujuan Allah. Orang yang seperti ini senang sekali dengan hal-hal yang baru, oleh karena itu mudah sekali ditarik-tarik orang. Ada orang yang sudah mau maju di dalam Tuhan, tidak mau buang banyak waktu untuk hal-hal yang tidak menuju sasaran tapi akhirnya terjebak pada aliran yang menyimpang. Ada orang Kristen yang memiliki sasaran yang jelas dalam pelayanan, yang sungguh-sungguh menuju pada tujuan utama dari Tuhan Yesus, yaitu keselamatan jiwa-jiwa.

2. Penggabungan

Baptisan adalah upacara yang menandai seorang menjadi bagian dari jemaat Allah. Orang yang telah dibaptis dalam Kristus telah mengenakan Kristus, dan semua orang yang dibaptis dalam Kristus adalah satu di dalam Kristus (Galatia 3:27-8). Di dalam satu Roh, semua orang percaya telah dibaptis menjadi satu tubuh (1Korintus 12:13). Saucy mengemukakan, “‘Oleh satu Roh,’ yang juga dapat diterjemahkan ‘dalam satu Roh’, menandakan sarana terbentuknya tubuh. Sebagai orang percaya berada dalam area Roh, mereka menyatu ke dalam tubuh rohani yang diidentifikasi sebagai gereja (Ef. 1:22-23; 5:30; Kolose 1:18).” 

Dari pernyataan Alkitab tersebut tampak bahwa lewat baptisan, seseorang digabungkan ke dalam tubuh Kristus. Dengan demikian perintah baptisan dapat dimaknai secara harfiah maupun secara figuratif. Secara harfiah, membaptiskan berarti membenamkan seseorang di dalam air di dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Secara figuratif, membaptiskan berarti membawa seseorang menjadi bagian dari tubuh Kristus.

Makna yang kedua ini perlu untuk diwujudkan bukan hanya sebagai bagian dari gereja universal tetapi juga bagian dari gereja lokal. Nas di atas telah menegaskan bahwa orang percaya yang dibaptis dihisabkan sebagai anggota dari tubuh Kristus, ia adalah bagian dari gereja universal. Tetapi gereja universal bukanlah gereja yang kelihatan, orang percaya tidak bisa hanya menjadi bagian dari gereja universal yang tidak kelihatan tanpa menjadi bagian dari gereja lokal yang kelihatan. 

Dengan demikian tindakan membaptiskan tidak boleh berhenti sampai pada upacara pembasuhan, tetapi juga harus disertai upaya agar orang tersebut menjadi bagian dari komunitas orang percaya. Ia perlu menjadi bagian dari sebuah keluarga rohani.

Setelah Tuhan Yesus memberitakan Injil dan banyak orang menerima-Nya, Ia tidak berhenti sampai di situ saja. Ia memilih dua belas orang untuk digabungkan dalam suatu kelompok kecil supaya di situ Tuhan Yesus bisa menggembalakan, mengajar dan melindungi mereka sehingga iman mereka bisa terawat dan bertumbuh dengan baik. Jika orang yang sudah menerima Yesus tidak dipelihara dan dibiarkan begitu saja, maka iman mereka bisa mati dan mungkin mereka jadi terhilang. Setiap orang yang sudah menerima Yesus perlu mendapat pemeliharaan yang baik, dirawat dan digembalakan dengan baik.

Jiwa yang baru diselamatkan adalah seperti bayi yang baru lahir (1Petrus 2:2), yang memerlukan susu untuk pertumbuhannya. Sebagai bayi ia perlu memiliki sebuah keluarga yang akan melindungi, memelihara dan merawatnya dengan baik, sebab jika tidak maka bayi itu akan mati. Jiwa yang baru diselamatkan harus segera bergabung ke dalam keluarga rohani supaya ia dapat dilindungi, dipelihara dan dirawat. Keluarga rohani adalah komunitas umat Allah, di dalamnya orang-orang percaya bukan orang asing atau pendatang melainkan menjadi anggota keluarga Allah (Efesus 2:19).

Seumpama kehadiran bayi di dalam keluarga jasmani, ketika ada bayi yang baru lahir, harus ada keluarga yang siap menampung dia, sebab jika tidak maka bayi itu akan mati atau menjadi anak yang liar. Jadi setiap anak yang lahir harus tergabung dalam keluarga. Demikian pula secara rohani, ketika seseorang diselamatkan, ia juga harus tergabung dalam suatu gereja lokal dan kelompok sel supaya bisa dibimbing, dipelihara, dirawat sehingga rohaninya dapat bertumbuh dengan lebih baik.

Jadi, setelah ada gerakan untuk menjangkau jiwa-jiwa dan mereka menerima Yesus sebagai Tuhan, perlu ada gerakan lanjutan untuk menggabungkan mereka ke dalam komunitas orang percaya, sebab jika tidak maka mereka akan terhilang lagi. Morgan menyatakan, perlu dipercayai bahwa hubungan antara Gereja dan pekerjaan penginjilan semua penting, sebagai pertimbangan yang cermat mengenai Gereja berdasarkan penciptaannya, sifatnya, dan tujuannya.

Shelley memberikan contoh tindakan nyata upaya penggabungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menggabungkan adalah menindaklanjuti pengunjung didasarkan pada asumsi mereka telah dibawa oleh teman-teman. 

Ketika pengunjung membuat keputusan untuk menerima Kristus, kepada jemaat yang mengajaknya dapat dikatakan seperti, “Jika Anda membawa pengunjung hari ini, dan dia perlu bantuan dalam belajar lebih banyak tentang kehidupan Kristen, kami mendorong Anda untuk pergi bersama-sama ke ruang penyambutan. Di sana Anda dapat mengambil paket ditujukan untuk mereka yang baru saja membuat keputusan untuk Kristus. Silakan mempertimbangkan pengaturan waktu dalam minggu ini, mungkin saat makan siang, untuk bersama-sama mengerjakan paket tersebut.

Upaya penggabungan tidak cukup dilakukan oleh pihak gereja saja. Seperti halnya malaikat di surga bersukacita ketika ada orang berdosa yang bertobat (Lukas 15:7,10), demikian pula jemaat perlu belajar bersukacita untuk menyambut jiwa baru ke dalam tubuh Kristus. Kecurigaan berlebihan dan resistensi terhadap perubahan keadaan dapat membuat jiwa baru hanya menjadi orang asing dan pendatang, bukan sebagai anggota keluarga Allah.

Berhubungan dengan penyambutan, gereja perlu belajar ketertinggalannya dari lembaga-lembaga publik dalam memberikan respon positif. Dalam era globalisasi, di mana persaingan semakin ketat, hotel-hotel dan bank-bank bersaing positif dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelangannya. Mereka menyambut dan menerima para pelanggan mereka sedemikian rupa sehingga para pelanggan merasa nyaman berada dalam lembaga itu dan berhubungan dengannya.

Setidaknya, sebagai standar minimal, setiap individu dalam gereja bisa memiliki sikap penerimaan sebagaimana dicontohkan oleh lembaga-lembaga tersebut. Jika lembaga-lembaga sekular bisa memberikan sikap penerimaan yang begitu baik dengan motivasi agar pelanggannya merasa nyaman, seharusnya gereja memiliki standar motivasi yang lebih tinggi. 

Gereja bukan hanya memiliki cara penerimaan yang lebih baik dari lembaga-lembaga tersebut agar setiap jemaat merasa nyaman menjadi bagian dari gereja tersebut, tetapi lebih dari itu, yaitu karena Allah sudah memberikan yang terbaik bagi umat-Nya dan menerima umat-Nya apa adanya bahkan selagi masih berdosa.

Beberapa gereja memberikan kartu keanggotaan bagi mereka yang berkomitmen untuk tertanam. Jika dikelola dengan benar, kartu keanggotaan merupakan sarana yang baik untuk mengetahui keberadaan dan perkembangan jemaat.

3. Pengajaran

Tuhan Yesus memerintahkan kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil bukan hanya supaya banyak orang menjadi percaya saja, menjadi pengikut saja, atau menjadi anggota gereja saja, tetapi ada satu tujuan yang pasti dari Tuhan Yesus yaitu supaya setiap orang diajar untuk melakukan semua yang telah diperintahkan-Nya. 

Demikian juga setelah gereja menjangkau orang-orang sehingga menerima keselamatan dan digabungkan, mereka tidak cukup hanya sampai dibaptis saja, hanya sampai menjadi anggota gereja saja, atau hanya sampai rutin datang dalam ibadah raya dan kelompok sel saja tetapi harus ada langkah-langkah berikutnya yaitu mengajar dan melatih mereka agar /mereka melakukan semua yang telah diperintahkan oleh Tuhan Yesus.

BACA JUGA: EKSPOSISI YOHANES 14:6

Selama melayani di bumi, Tuhan Yesus banyak mengajar murid-murid-Nya. Kadang-kadang ajarannya disampaikan dalam bentuk perumpamaan, kadang-kadang disampaikan secara lugas. Ajaran yang disampaikan Yesus bukan merupakan hukum yang semakin membebani hidup pendengarnya melainkan memberikan kelegaan dan sukacita. Alkitab menyaksikan bahwa ajaran Yesus disampaikan dengan wibawa tidak seperti yang dilakukan oleh para ahli Taurat bangsa Israel.

Maka secara lengkap arti dari klausa ini adalah mengajarkan mereka melakukan semua yang Aku sudah perintahkan kepadamu”.

Dengan demikian dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa yang diajarkan adalah semua yang Yesus sudah perintahkan. Dengan kata lain, isi pengajaran adalah perintah Yesus. Ini merupakan persiapan bagi sebuah duplikasi atau penggandaan. Ketika seorang murid berhasil menyerap pelajaran dari gurunya, maka guru tersebut sedang melakukan proses penggandaan atas muridnya itu.

Seperti halnya Yesus selalu mengajar murid-murid-Nya, maka murid-murid yang kemudian disebut rasul-rasul itu juga selalu mengajar di pertemuan umat Allah. Gereja Yerusalem merupakan gereja yang kuat dalam pengajaran rasul-rasul. Alkitab memberikan kesaksian bahwa setiap kali mereka berkumpul dan mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul.

4. Pelipatgandaan

Perintah untuk menjadikan murid ditujukan kepada murid-murid. Di dalam Matius 28:16 jelas disebut bahwa yang sedang berbicara dengan Yesus adalah sebelas orang murid, dan perintah untuk menjadikan murid itu ditujukan kepada mereka. Tidak disebutkan bahwa saat itu Yesus berbicara kepada orang lain selain sebelas murid itu. 

Hal ini menunjukkan bahwa kehendak Tuhan Yesus adalah murid menghasilkan murid; dimuridkan untuk memuridkan. Ini adalah dimensi penggandaan atau duplikasi dari pemuridan. Para murid itu menjadi duplikat dari Sang Guru, dan selanjutnya para murid itu harus bisa menggandakan diri kepada murid-murid mereka.

BACA JUGA: PEMURIDAN: PERINTAH, PENGERTIAN, TUJUAN DAN HARGA

Yesus dalam misinya di dunia memberikan langkah baru tentang kepemimpinan. Ia memberikan teladan bahwa pemimpin bukan sekadar orang yang merekrut orang lain untuk menjadi pengikutnya, mengikuti teladannya atau menuntun mereka di sepanjang jalan. 

Tetapi seorang pemimpin harus mereproduksi dirinya ke dalam diri orang-orang yang dipimpinnya dengan cara melatih mereka untuk melakukan hal-hal yang dilakukan oleh pemimpin. Ketika seorang pemimpin sedang memuridkan para pengikutnya, berarti ia sedang memultiplikasikan kemampuannya, pengetahuannya dan prinsip hidupnya ke dalam diri para pengikutnya.

D. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa perintah utama dalam Amanat Agung adalah menuridkan atau menjadikan murid. Ada tindakan-tindakan atau dimensi-dimensi yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam pemuridan tersebut.

Pemuridan yang benar perlu memperhatikan empat dimensi. 

Dimensi yang pertama adalah penjangkauan, yaitu penetapan sasaran dan langkah-langkah yang jelas untuk menjangkau orang-orang yang belum mengenal Kristus. 

Dimensi yang kedua adalah penggabungan, yaitu upaya agar orang yang sudah menerima Kristus tergabung ke dalam komunitas orang percaya.

Dimensi yang ketiga adalah pengajaran, yaitu upaya agar orang percaya bertumbuh secara rohani dan melakukan perintah Tuhan Yesus. Dimensi yang

keempat adalah pelipatgandaan, yaitu menjadikan orang yang dimuridkan mampu memuridkan orang lain juga. -4 DIMENSI PEMURIDAN (MATIUS 28:19-20). https://teologiareformed.blogspot.com/

Next Post Previous Post