ANALISA LEKSIKAL HAKIKAT BERDOA (MATIUS 6:5-13)
Kata berdoa dalam bahasa Yunani ada empat, yaitu
1. Euchomai (εὔχομαί) yang berarti “berdoa (kepada Allah)," kata ini memiliki arti seperti di dalam 2 Korintus 13 : 7 King James Version (KJV) menerjemahkannya sebagai "wish" yang berarti mengharapkan, menginginkan atau menghendaki seperti dalam Yakobus 5 : 16. Dalam arti mengungkapkan kehendak atau keinginan.
otomotif, gadget, bisnis |
2. Proseuchomai (proseu/xomai), yang berarti “berdoa” selalu digunakan oleh seseorang yang berdoa kepada Allah. Kata ini sebagian besar sering digunakan terutama di dalam Injil Sinoptik (Matius 6 : 6) dan Kisah Para Rasul, serta sesekali juga digunakan dalam kitab-kitab yang lainnya, seperti Roma 8 : 26, Efesus 6 :18, Filipi 1 : 9, 1 Timotius 2 : 8, Ibrani 13 : 18, Yudas 1 : 20, dan 1 Tesalonika 5 : 17.
3. Erotao (ἐrwta/w), yang berarti “meminta”. Kata ini merupakan terjemahan dari kata kerja “berdoa” di dalam Lukas 14 : 18-19, Yohanes 4 : 31; 14 : 16; 16 : 26; 17 : 9, 15, 20. Terdapat juga dalam 1 Yohanes 5 : 16 oleh King James Version sebagai “akan membuat permintaan”.
4. Deomai (δέομαι), yang berarti “hasrat atau keinginan”. Kata ini Paulus gunakan dalam 2 Korintus 5 : 20 dan 8 : 4 yang bisa juga diartikan “memohon”.
Untuk berdoa yang digunakan Matius 6: 5 – 15 di sini ialah kata proseu/xomai karena kata προσεύχησθε merupakan kata yang diambil dari kata dasar proseu/xomai. Jadi berdoa yang dimaksud disini adalah kata yang digunakan dalam hal hubungan antara manusia dan Allah. Berdoa merupakan sarana untuk berkomunikasi dan meminta apa saja kepada Allah.
Munafik (ὑποκριταί)
Kata ini digunakan untuk menunjukan seorang “aktor panggung”; merupakan kebiasaan bagi aktor Yunani dan Romawi untuk berbicara dengan topeng besar dengan alat mekanis untuk menambahkan kekuatan suara; maka kata ini digunakan secara metaforis dari “seorang pembelot”. Kata ini hanya ditemukan di Injil Sinoptik, dan selalu digunakan oleh Tuhan. lima belas kali di dalam Matius dan di tempat lain seperti Markus 7 : 6, Lukas 6 : 42; 11 : 44.
Matius menggunakan kata ini untuk menunjuk orang Farisi yang terlihat beribadah kepada Allah tetapi hatinya jauh dari pada Allah. Jadi, kata munafik adalah kata yang digunakan untuk orang Farisi (karena yang berdoa di rumah ibadat biasanya orang Farisi) yang melakukan hal-hal keagamaan secara rutinitas saja, sedangkan esensi dari kegiatan tersebut telah hilang, karena pada dasarnya mereka melakukan rutinitas keagamaan itu agar dilihat oleh manusia, bukan karena hati yang tertuju kepada Tuhan.
Kamar (ταμεῖόν)
Dalam bahasa Yunani, kata kamar yang diterjemahkan dari bahasa Inggris (Chamber) terdiri dari dua kata, yaitu:
1. Tameion (ταμεῖόv), yang memiliki arti: ruang penyimpanan, ruang pribadi, ruang rahasia. Kata ini ditemukan dalam Matius 6 : 6, digunakan juga dalam Lukas 24 : 26 (KJV: inner chamber) yang berarti kamar bagian dalam, atau tempat yang bersifat sangat pribadi. Lukas juga menggunakan kata ini dalam Lukas 12 : 3 untuk mennunjukkan tempat yang bersifat pribadi, dan dalam Lukas 12 : 24, hanya saja dalam Lukas 12 : 24 sedang menunjukkan gudang/lumbung penyimpanan yang dimiliki oleh burung-burung.
2. Huperoon (ὑπερῷον), merupakan kata yang menunjukkan sebuah ruangan yang terdapat di atas, atau bisa diterjemahkan “ruang atas”. Kata ini dapat ditemukan di dalam Kisah Para Rasul 1 : 13; 9 : 27, 38; 20 : 8.
Dalam teks Matius 6 : 6 ini, kata yang digunakan ialah ταμεῖόv yang sedang menunjukan kepada ruangan yang tersembunyi, yang tidak diketahui oleh orang lain. Oleh sebab itu Tuhan memberi perintah agar seorang yang berdoa tidak perlu dilihat oleh orang lain, tetapi lakukanlah itu di tempat yang tersembunyi, yang rahasia (kamar pribadi). Karena berdoa pada dasarnya adalah melakukan komunikasi secara pribadi dengan Bapa.
Bertele-tele (βατταλογήσητε)
Kata ini menunjukan pengulangan kata-kata untuk hal-hal yang tidak berguna, kata ini dapat ditemukan dalam Matius 6 : 7. Jadi Tuhan Yesus menggunakan kata-kata ini agar umat-Nya berdoa dengan bahasa yang singkat, pada dan jelas. Tidak perlu bertele-tele atau mengulang-ulang kata-kata tidak berguna, karena pada dasarnya Allah Bapa itu adalah mahatahu. Jadi esensi dua bukan dari seberapa banyaknya kata yang digunakan, tetapi seberapa seringnya umat itu datang berdoa kepada Allah.
Orang yang tidak mengenal Allah (ἐθνικοί)
Kata ini digunakan sebagai kata benda, dan diterjemahkan sebagai “orang bukan Yahudi”. Kata ini dapat ditemukan dalam Matius 5 : 47; 6 : 7, yang diterjemahkan sebagai “manusia kafir” oleh terjemahan King James Version. 3 Yohanes 7 menggunakan kata ini untuk menunjukkan “bangsa-bangsa lain” (KJV).
Tuhan menggunakan kata ini sebagai perbandingan, bahwa tidak ada bedanya antara orang yang memiliki Allah dengan orang yang memiliki Allah jika orang-orang yang memiliki Allah ini berdoa bertele-tele. Oleh sebab itu Tuhan mengatakan secara sederhana “jangan seperti mereka, sebab kamu semua itu memiliki Allah yang mahatahu”.
Kerajaan (βασιλεία)
Kata ini merupakan kata benda yang sedang menunjuk kepada “kedaulatan atau kekuasaan”. Kerajaan yang dimaksud bukanlah kerajaan dunia, tetapi kerajaan milik Allah Bapa dan Anak Allah, yaitu Yesus Kristus.
Matius menggunakan kata ini dengan berfokus pada masa yang akan datang. Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa “Datanglah Kerajaan-Mu”. Kata ini didukung oleh penekanan tensis dalam kata kerjanya, yaitu mengisyaratkan sesuatu yang akan terjadi dan itu pasti. Yaitu Kerajaan Allah yang ada di dalam surga turun ke atas dunia, dan Yesus Kristus sebagai Raja di atas segala raja akan memerintah atas dunia dalam Kerajaan yang damai ini, atau yang sering juga disebut sebagai Kerajaan Seribu Tahun.
Roti/makanan (ἄρτον)
Dalam bahasa Yunani, kata yang diterjemahkan sebagai roti dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua kata,yaitu 1. Artos (ἄρτος), kata ini kemungkinan berasal dari akat kata ar, dan menunjuk kepada
a) Sebuah “roti kecil atau kue” yang terdiri dari tepung dan air yang dipanggang, berbentuk lonjong atau bulat, dan setebal jempol. Roti ini tidak dipotong, tetapi dipatahkan, dan dikuduskan kepada Tuhan setiap hari Sabat dan disebut sebagai “roti yang diunjukkan), Matius 12 : 4; ketika roti yang diunjukkan itu dibentuk kembali oleh Nehemia dalam Nehemia 10 : 32-33 yang 1/3 syikal diwajibkan untuk memberi setiap tahunnya bagi keperluan ibadah di rumah ibadah yang dibebankan kepada orang Yahudi, Matius 17 : 24
b) Roti pada Perjamuan Tuhan (Yesus mengambil roti), pemecahan roti menjadi nama lembaga
c) Roti dalam bentuk apa pun
d) Roti secara metafora dari Kristus sebagai Roti Allah dan Roti Hidup yang digunakan oleh Yohanes dalam Yohanes 6 : 33, 35 e) Makanan pada umumnya, yang dibutuhkan setiap harinya untuk penghidupan yang digunakan dalam Matius 6 : 11; 2 Korintus 9 : 10 dan lain sebagainya.
BACA JUGA: DOA BAPA KAMI: MATIUS 6:7-8
2. Azumos (ἄζυμός), merupakan kata yang digunakan untuk menunjuk kepada roti yang tidak beragi, tanpa proses fermentasi apa pun; oleh karena itu secara metafora digunakan untuk menggambarkan kondisi spiritual yang suci, ketulusan dan kebenaran seperti yang digunakan dalam 1 Korintus 5 : 7 – 8. Ini juga menunjuk kepada sebuah pesta roti yang tidak beragi, seperti dalam Matius 26 : 17; Markus 14 : 1, 12; Lukas 22 : 1, 7; Kisah Para Rasul 12 : 3; 20 : 6.
Dalam teks Matius 6 : 11, Yesus menggunakan kata ἄρτος untuk menunjukkan roti yang ia maksudkan, yaitu roti yang merupakan makanan pada umumnya, yang dibutuhkan setiap harinya untuk penghidupan sehari-hari.
Hutang (ὀφειλήματα)
Dalam bahasa Yunani, kata hutang ini terdiri dari 3 kata yang berbeda-beda arti serta penggunaannya. Kata-kata yang dimaksud ialah sebagai berikut:
1. Opheile (ὀφειλή), kata yang menunjuk kepada orang yang mengatur hutang, seperti yang digunakan dalam Matius 18 : 32, dalam bentuk jamak diterjemahkan “iuran” seperti yang digunakan dalam Roma 13 : 7.
2. Opheilema (ὀφειλήμα), kata ini merupakan bentuk panjang dari kata yang telah di jelaskan dalam No. 1 di atas, dan mengungkapkan hutang secara lebih konkret. Kata ini bisa digunakan secara harafiah dan metafora.
a) Secara harafiah merupakan apa yang harus dibayar saat itu juga, seperti yang digunakan dalam Roma 4 : 4. b) Secara metafora merupakan gambaran dari dosa sebagai hutang, karena menuntut pembebasan, dan dengan demikian harus dibayar dengan cara hukuman. Kata ini dapat ditemukan di dalam Matius 6 : 12.
3. Daneion (δάνειον), merupakan kata yang digunakan untuk menunjuk kepada sebuah pinjaman, mirip dengan “hadiah”, yang diterjemahkan sebagai hutang dalam Matius 18 : 27, dari sepuluh ribu talenta seorang debitor. Seperti seorang debitor yang memberikan pinjaman kepada seorang kreditor.
Dalam teks Matius 6 : 12, kata hutang yang digunakan ialah ὀφειλήμα, yang merupakan metafora dari dosa. Dosa digambarkan sebagai hutang, karena menuntut suatu pembebasan, dan dengan demikian harus dibayar dengan cara hukuman. Oleh sebab itu Yesus katakan Bapa mampu menghapuskan itu, tetapi manusia juga dituntut untuk mengampuni dosa sesama mereka, layaknya seperti sebuah hutang yang dihapus. Ketika LAI menerjemahkan sebagai kesalahan, memang bukanlah sesuatu yang salah, tetapi ketika diterjemahkan sebagai sebuah hutang, maka akan sangat dimengerti bahwa dosa kita sebagai manusia itu harus segera diselesaikan, jangan sampai berlarut-larut.
Godaan (peirasmo,j)
Kata ini dalam bahasa Yunani hanya satu saja, tetapi memiliki beberapa arti yang berbeda, diantaranya ialah:
1) Ujian yang diizinkan dengan tujuan dan efek yang bermanfaat, seperti yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 20 : 19; Yakobus 1 : 2; 1 Petrus 1 : 6, 4 : 12, yang bertujuan untuk membuktikan seperti 2 Petrus 2 : 9.
2) Ujian yang dirancang untuk menyebabkan tindakan salah, seperti dalam Lukas 4 : 13,
3) Mencoba atau menentang Tuhan oleh manusia.
4) Godaan yang selanjutnya ialah godaan yang merupakan gabungan dari poin 1 dan 2 dengan pengertian yang luas, yaitu:
a) Godaan/pencobaan dengan makna yang baik atau netral, contohnya dalam Galatia 4 : 14 mengenai kelemahan fisik Paulus, “godaan” bagi orang Galatia dengan membangkitkan perasaan jijik.
b) Godaan/pencobaan dari karakter yang bervariasi. Matius 6 : 13 dan Lukas 11 : 4 di mana orang-orang yang percaya diperintahkan untuk berdoa agar tidak dipimpin sedemikian rupa oleh kekuatan-kekuatan yang berada di luar kendali mereka. Matius 26 : 41, Markus 14 : 38 dan Lukas 22 : 40, 46, di mana mereka diperintahkan untuk berjaga-jaga dan berdoa untuk tidak masuk ke dalam godaan karena kecerobohan atau ketidaktaatan mereka sendiri. Dalam kasus-kasus seperti ini, 1 Korintus mencatat bahwa Allah selalu memberikan jalan keluar.
Dalam teks Matius 6 : 13, kata peirasmo,j yang digunakan menunjuk kepada godaan-godaan yang di luar kendali orang percaya, oleh sebab itu dalam teks ini Yesus mengajarkan para pendengar saat itu ataupun para pembaca sekarang ini untuk berdoa agar Tuhan tidak membawa ke dalam godaan itu, artinya berdoa mengharapkan perlindungan dari Tuhan.
KESIMPULAN
Dalam perikop hal berdoa (Matius 6:5 – 13) Yesus ingin menyatakan hakikat dari berdoa, yaitu bukanlah dengan gaya berdoa di depan umum, melainkan berdoa merupakan berkomunikasi dengan Allah. Meskipun memang ada tempat-tempat tertentu yang digunakan sebagai tempat berdoa di depan umum, tetapi berdoa hanya agar diperhatikan oleh orang lain hanyalah menunjukkan bahwa pendengar doa tersebut bukanlah berdoa kepada Allah, tetapi sedang “mencari muka”.
Dalam perikop hal berdoa (Matius 6:5 – 13) Yesus ingin menyatakan hakikat dari berdoa, yaitu bukanlah dengan gaya berdoa di depan umum, melainkan berdoa merupakan berkomunikasi dengan Allah. Meskipun memang ada tempat-tempat tertentu yang digunakan sebagai tempat berdoa di depan umum, tetapi berdoa hanya agar diperhatikan oleh orang lain hanyalah menunjukkan bahwa pendengar doa tersebut bukanlah berdoa kepada Allah, tetapi sedang “mencari muka”.
Selain sebagai komunikasi dengan Allah, Yesus juga menyatakan bahwa hakikat dari doa bukanlah karena panjangnya kata-kata, melainkan apa adanya dalam hal berkata-kata, karena Allah sendiri mahatahu, lalu mengapa harus berdoa? Kembali lagi bahwa berdoa adalah berkomunikasi dengan Allah, relasi seperti inilah yang sangat diinginkan oleh Tuhan.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa hakikat berdoa ialah apa adanya, tidak perlu bertele-tele, maka Yesus memberikan bagaimana harus berdoa, yaitu:
Ditujukan kepada Bapa yang ada di dalam surga
Berdoa dengan suatu pengharapan/kepercayaan
Berdoa untuk kebutuhan sehari-hari
Makanan secukupnya
Mengharapkan pengampunan untuk setiap kesalahan yang telah dilakukan
Mengaharapkan perlindungan Tuhan dari si jahat
Seperti yang telah dijelaskan bahwa hakikat berdoa ialah apa adanya, tidak perlu bertele-tele, maka Yesus memberikan bagaimana harus berdoa, yaitu:
Ditujukan kepada Bapa yang ada di dalam surga
Berdoa dengan suatu pengharapan/kepercayaan
Berdoa untuk kebutuhan sehari-hari
Makanan secukupnya
Mengharapkan pengampunan untuk setiap kesalahan yang telah dilakukan
Mengaharapkan perlindungan Tuhan dari si jahat