DOA BAPA KAMI: MATIUS 6: 7-8

Pdt. Budi Asali MDiv.
DOA BAPA KAMI: Matius 6: 7-8. Matius 6: 7-8: Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. (8) Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya”.
DOA BAPA KAMI: Matius 6: 7-8
gadget, bisnis, otomotif
Matius 6: 7: ‘janganlah kamu bertele-tele’.

Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan ‘bertele-tele’ adalah kata yang unik yang tidak dijumpai di tempat lain. Karena itu kata itu tidak diketahui dengan tepat terjemahannya.

NASB: ‘do not use meaningless repetition’ (= janganlah menggunakan pengulangan yang tidak mempunyai arti).

NIV: ‘do not keep up babbling’ (= janganlah terus menerus mengoceh).

RSV: ‘do not heap up empty phrases’ (= janganlah menumpuk ungkapan-ungkapan yang kosong).

KJV: ‘use not vain repetitions’ (= janganlah menggunakan pengulangan yang sia-sia).

Banyak penafsiran tentang hal ini:

· doa yang dipanjang-panjangkan (bdk. Matius 6: 7: ‘banyaknya kata-kata’. Calvin menganggap kata ini berarti ‘pembicaraan yang tidak berarti’).

· doa yang isinya kalimat-kalimat yang sama diulang-ulang, padahal kalimatnya tidak berarti.

· doa yang hanya dengan bibir / lidah, tetapi tidak dengan hati.

· doa dengan tujuan memberi informasi kepada Tuhan (bdk. Matius 6: 8).

Contoh:

¨ Kisah Para Rasul 19:34 - “Tetapi ketika mereka tahu, bahwa ia adalah orang Yahudi, berteriaklah mereka bersama-sama kira-kira dua jam lamanya: ‘Besarlah Artemis dewi orang Efesus!’”.

¨ 1Raja-raja 18:25-29 - “Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: ‘Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.’ Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’ Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian”.


¨ doa rosario dalam Katolik.

¨ doa Bapa Kami dalam kebaktian, sekalipun tidak selalu, tetapi sering menjadi doa seperti itu.

Untuk mengatasi kesalahan seperti ini, lalu dikatakan Matius 6: 8: “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya”.

Kalau begitu apa gunanya doa? Calvin mengatakan bahwa orang kristen berdoa bukan untuk memberi informasi kepada Tuhan tentang hal-hal yang tidak diketahuiNya, atau untuk mendorongNya untuk melakukan kewajibanNya, atau untuk mendesak Dia untuk melakukan sesuatu yang segan dilakukanNya. Orang kristen berdoa supaya:

· mereka menggerakkan diri mereka sendiri untuk mencari Dia.

· mereka bisa mempraktekkan iman pada janji-janjiNya.

· mereka bisa menenangkan kekuatiran mereka dengan mencurahkannya kepada Tuhan.

· mereka bisa menyatakan bahwa hanya dari Dia saja mereka mengharapkan hal-hal yang baik, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

Calvin: “We must, ... maintain both of these truths, that He freely anticipates our wishes, and yet that we obtain by prayer what we ask” (= Kita harus, mempertahankan kedua kebenaran ini, bahwa Ia dengan bebas mengantisipasi / mendahului keinginan-keinginan kita, tetapi sekalipun demikian kita mendapatkan melalui doa apa yang kita minta) - hal 314.

Matius 6: 9-15: “(9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, (10) datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] (14) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. (15) Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.’”.

Doa Bapa Kami (Matius 6:9-13).

1) Doa ini juga ada dalam Injil Lukas, yaitu dalam Lukas 11:2-4 - “(2) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah namaMu; datanglah KerajaanMu. (3) Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya (4) dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.’”.

Calvin mengatakan bahwa tidak ada kepastian apakah Yesus mengajar Doa Bapa Kami ini hanya satu kali atau dua kali. Ada orang yang menganggap dua kali, karena dalam Matius Yesus mengajarkan tanpa diminta sedangkan dalam Lukas Yesus mengajarkan setelah diminta. Tetapi Calvin mengatakan bahwa mungkin saja Matius tidak menceritakan tentang permintaan itu.

2) Dalam Lukas, Tuhan Yesus mengajarkan doa ini atas permintaan murid-murid.

Lukas 11:1 - “Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-muridNya kepadaNya: ‘Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.’”.

Kita memang perlu meminta agar Tuhan mengajar kita berdoa. Bandingkan dengan Roma 8:26-27 - “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus”.

Karena itu, merupakan sesuatu yang penting untuk memulai doa kita dengan permintaan: ‘Tuhan, tolong pimpin aku supaya bisa berdoa sesuai dengan kehendakMu’.

3) Tujuan pemberian Doa Bapa Kami.

a) Doa Bapa Kami diberikan bukan dengan tujuan untuk didoakan kata demi kata.

Calvin: “Christ does not enjoin his people to pray in a prepared form of words” (= Kristus tidak memerintahkan umatNya untuk berdoa dengan suatu bentuk / susunan kata-kata yang sudah disiapkan) - hal 316.

Pada catatan kakinya diberikan terjemahan yang lain, dimana dikatakan: “Christ does not command his people to adhere to certain words” (= Kristus tidak memerintahkan umatNya untuk berpegang pada kata-kata tertentu) - hal 316 (footnote).

Calvin melanjutkan: “It was not the intention of the Son of God ... to prescribe the words which we must use, so as not to leave us at liberty to depart from the form which he has dictated” (= Bukanlah merupakan maksud dari Anak Allah ... untuk menentukan kata-kata yang harus kita gunakan, sehingga tidak memberikan kita kebebasan untuk menyimpang dari bentuk yang telah Ia diktekan / perintahkan) - hal 316.

Jadi, menurut Calvin (dan saya setuju dengan dia), tujuan Yesus dalam memberikan Doa Bapa Kami bukanlah untuk didoakan kata demi kata seperti yang dilakukan oleh banyak gereja-gereja Protestan dan Katolik.

Bukti / alasan dari pandangan ini:

1. Matius 6: 9: ‘berdoalah demikian’.

RSV: ‘Pray then like this’ (= Maka berdoalah seperti ini).

NASB: ‘pray, then, in this way’ (= Maka, berdoalah dengan cara ini).

KJV: ‘After this manner therefore pray ye’ (= Karena itu, berdoalah menurut cara ini).

Tidak dikatakan ‘pray in these words’ (= berdoalah dengan kata-kata ini).

Jadi, kita tidak harus berdoa persis seperti itu kata demi kata.

2. Doa Bapa Kami dalam Matius 6:9-13 berbeda dengan Lukas 11:2-4. Mengapa? Ada 2 kemungkinan:

· Lukas 11:2-4 adalah singkatan dari Matius 6:9-13.

· Tuhan Yesus mengajar lebih dari satu kali dan bentuknya berbeda.

Yang manapun yang benar dari 2 kemungkinan ini, tidak terlalu jadi soal. Tetapi ini jelas menunjukkan bahwa kita tidak harus berdoa persis seperti itu, karena kalau kita memang harus berdoa seperti itu kata demi kata, maka tidak mungkin bisa ada 2 versi!

b) Doa Bapa Kami diberikan sebagai contoh / model doa, tentang apa yang seharusnya kita minta dalam doa.

Calvin: “Christ ... only points out what ought to be the object of all our wishes and prayers” (= Kristus ... hanya menunjukkan apa yang seharusnya merupakan obyek dari semua keinginan dan doa kita) - hal 316.

Calvin: “His intention rather was, to guide and restrain our wishes, that they might not go beyond those limits” (= MaksudNya adalah, untuk memimpin dan mengekang keinginan-keinginan kita, supaya tidak melampaui batas) - hal 316.


4) Doa Bapa Kami bukan mantera.

Gereja Katolik menggunakan Doa Bapa Kami, doa Salam Maria dan sebagainya sebagai semacam mantera (harus berdoa tiga kali dan sebagainya). Ini tidak pernah diajarkan dalam Kitab Suci.

5) Arti Doa Bapa Kami.

a) ‘Bapa kami yang di surga’ (Matius 6: 9).

1. Pada permulaan doa, bahkan sebelum doa, kita harus sadar kepada siapa kita berbicara. Kita berbicara bukan sekedar kepada manusia biasa tetapi kepada Bapa yang di surga!

2. Kata ‘Bapa’ menunjukkan hubungan yang dekat, kasihNya dan sebagainya.

Kalau saudara tidak yakin bahwa Allah adalah Bapa saudara, atau bahwa saudara adalah anakNya, maka sebetulnya saudara tidak layak untuk berdoa kepadaNya. Jadi, percayalah dahulu kepada Yesus, supaya saudara menjadi anak Allah (Yoh 1:12), dan barulah saudara boleh berdoa kepadaNya. Juga kalau saudara memberikan counseling kepada orang kafir / orang kristen KTP yang sedang menderita, terkena musibah dsb, jangan menyuruh dia berdoa kalau ia belum percaya kepada Kristus. Itu tidak ada gunanya. Memang kadang-kadang Tuhan bisa mendengar dan mengabulkan doa dari orang yang belum percaya kepadaNya (mungkin dengan tujuan supaya orang itu mau percaya), tetapi pada umumnya Ia tidak mau mendengarkan doa orang yang bukan anakNya!

Calvin: “as it would be the folly and madness of presumption, to call God our Father, except on the ground that, through our union to the body of Christ, we are acknowledged as his children, we conclude, that there is no other way of praying aright, but by approaching God with reliance on the Mediator” (= sebagaimana merupakan kelancangan yang bodoh dan gila untuk menyebut Allah Bapa kita, kecuali atas dasar bahwa melalui persatuan kita dengan tubuh Kristus, kita diakui sebagai anak-anakNya, kami menyimpulkan bahwa tidak ada jalan lain untuk berdoa dengan benar, kecuali dengan mendekati Allah dengan bersandar pada sang Pengantara) - hal 317-318.

Bdk. 1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.

3. Kata ‘di surga’ bukan menekankan ‘tempat dari Allah’ tetapi menekankan keilahian, otoritas, kuasa dari Allah. Ia berbeda dengan yang lain!

4. Kata ‘di surga’ tidak berarti bahwa Allah hanya ada di surga (bdk. 2Taw 2:6 - “... langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Dia”). Ini hanya merupakan suatu penghormatan.

5. Kata-kata ‘Bapa’ dan ‘yang di surga’ harus ditekankan secara seimbang. Kalau hanya ditekankan ‘Bapa’ kita akan datang kepada Dia dengan kurang ajar / tidak hormat. Kalau hanya ditekankan ‘di surga’, kita akan takut datang kepada Dia.

b) ‘Dikuduskanlah namaMu’ (Matius 6: 9).

‘Nama Allah’ berarti ‘diri Allah’ sendiri. Ini terlihat dari banyak ayat seperti:

· Mazmur 9:11 - “Orang yang mengenal namaMu percaya kepadaMu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN”.

· Yohanes 17:6,26 - “(6) Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu. ... (26) dan Aku telah memberitahukan namaMu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.’”.

Ini adalah suatu doa supaya Allah dihormati / dimuliakan dan diakui oleh manusia.

Calvin berkata bahwa kebalikan dari ini adalah pada waktu manusia berbicara tentang Allah tanpa rasa hormat kepadaNya.

Calvin: “the highest dishonour that can be done to him is unbelief and contempt of his word” (= sikap tidak hormat tertinggi yang bisa dilakukan terhadap Dia adalah ketidak-percayaan dan sikap jijik / menghina / memandang rendah terhadap firmanNya) - hal 319.

c) ‘Datanglah kerajaanMu’ (Matius 6: 10).

Ini adalah suatu doa supaya Allah memerintah. Memang Allah sudah memerintah, tetapi ada banyak orang yang tidak mengakuiNya sebagai Raja. Kita berdoa supaya orang-orang itu mau mengakuiNya sebagai Raja.

Ini tidak berarti kita hanya perlu berdoa seperti ini dan tidak perlu memberitakan Injil. Kita harus berdoa dan bekerja! Jadi, kita harus berdoa supaya semua orang mau tunduk pada pemerintahan Allah, tetapi kita juga harus memberitakan Injil / Firman Tuhan supaya semua orang bisa percaya dan tunduk kepada Kristus.

Calvin mengatakan (hal 320) bahwa tanpa pekerjaan Roh Kudus, maka pemberitaan Firman Tuhan tidak akan ada gunanya. Jadi keduanya harus digabungkan supaya Kerajaan Allah bisa ditegakkan. Karena itu kita berdoa supaya Allah bekerja, baik melalui firmanNya maupun RohNya, supaya seluruh dunia tunduk kepadaNya.

d) ‘Jadilah kehendakMu’ (Matius 6: 10).

Istilah ‘kehendak Allah’ bisa menunjuk pada rencana kekalNya yang pasti akan terlaksana, tetapi bisa juga menunjuk pada firmanNya.

Dalam arti yang pertama, ini merupakan suatu pernyataan bahwa kita mau menerima kehendak Allah (bdk. Matius 26:42).

Dalam arti yang kedua, ini adalah suatu doa supaya firman / hukum-hukum Allah ditaati. Kalimat selanjutnya dari Doa Bapa Kami ini menunjukkan bahwa di surga malaikat-malaikat sudah mentaati Allah, dan kita berdoa supaya di bumi hal itu juga terjadi.

e) ‘Di bumi seperti di surga’ (Matius 6: 10).

Kalimat ini berhubungan bukan hanya dengan kalimat ke 4 di atas, tetapi berhubungan dengan kalimat ke 2, ke 3, ke 4.

Di surga hal-hal tersebut di atas (no 2-4) sudah terjadi. Kita berdoa supaya hal-hal tersebut juga terjadi di bumi.

Orang-orang Saksi Yehovah menafsirkan bahwa ini menunjuk pada bumi yang akan disempurnakan (Firdaus), yang akan menjadi tempat tinggal dari orang-orang yang diselamatkan, selain dari 144.000 orang yang masuk surga. Ini jelas merupakan penafsiran yang sesat.

f) ‘Berikanlah kepada kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya’ (Matius 6: 11).

1. Kata ‘makanan’ secara hurufiah adalah ‘roti’.

NASB: ‘Give us this day our daily bread’ (= Berilah kami hari ini roti harian kami).

· Ada yang menganggap bahwa dengan ‘roti / makanan’ di sini bukanlah betul-betul roti / makanan karena mereka menganggap permintaan seperti itu terlalu duniawi. Mereka lalu menafsirkan ‘roti’ sebagai Firman Tuhan / Perjamuan Kudus. Tetapi ini salah! Allah memang juga memperhatikan kebutuhan jasmani kita (bdk. Yohanes 6:5 - “Ketika Yesus memandang sekelilingNya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya, berkatalah Ia kepada Filipus: ‘Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?’”).

· Calvin menganggap bahwa kata ‘roti’ mencakup segala macam makanan, dan bahkan segala kebutuhan jasmani kita.

2. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘yang secukupnya’ dalam Kitab Suci Indonesia, oleh NASB diterjemahkan ‘daily’ (= harian) adalah EPIOUSION.

Calvin menafsirkan bahwa arti dari kata ini adalah ‘terus menerus’. Jadi, karena kita tiap hari mempunyai kebutuhan jasmani, maka kita meminta supaya setiap hari Tuhan memberikan kebutuhan kita secara terus menerus / tanpa terputus.

Editor dari Calvin’s Commentary mengatakan bahwa kata ini tidak pernah muncul di bagian lain dari Kitab Suci kita, dan bahkan juga tidak dalam tulisan-tulisan non kristen, sehingga sukar diketahui artinya. Ia sendiri menganggap bahwa arti dari kata itu adalah ‘yang secukupnya’ (seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia). Tetapi sebetulnya terjemahan ‘daily’ (= harian) dari NASB juga memberikan arti yang tidak terlalu berbeda.

Jadi kata ini mengajarkan kita untuk tidak meminta secara serakah. Mintalah apa yang benar-benar dibutuhkan. Bdk. Amsal 30:8-9 - “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku”.

3. Bukan hanya orang miskin, tetapi orang kayapun juga harus menaikkan doa seperti ini. Mengapa? Karena kita sepenuhnya tergantung kepada Tuhan dan segala kekayaan bisa hilang dalam sekejap (bdk. Ayub).

Calvin: “unless God feed us daily, the largest accumulation of the necessaries of life will be of no avail. Though we may have abundance of corn, and wine, and every thing else, unless they are watered by the secret blessing of God, they will suddenly vanish, or we will be deprived of the use of them, or they will lose their natural power to support us, so that we shall famish in the midst of plenty” (= kecuali Allah memberi kita makan setiap hari, pengumpulan yang terbesar dari kebutuhan-kebutuhan hidup akan sia-sia / tak berguna. Sekalipun kita mempunyai jagung dan anggur dan segala sesuatu yang lain berlimpah-limpah, kecuali semua itu diairi oleh berkat rahasia dari Allah, mereka akan lenyap dengan tiba-tiba, atau kita tidak akan bisa menggunakannya, atau mereka akan kehilangan kekuatan alamiahnya untuk menopang kita, sehingga kita akan kelaparan / mati kelaparan di tengah-tengah kelimpahan) - hal 324-325.

Calvin: “A certain man has abundant wine and grain. Since he cannot enjoy a single morsel of bread apart from God’s continuing favor, his wine and granaries will not hinder him from praying for his daily bread” (= Seorang tertentu mempunyai anggur dan padi / gandum berlimpah-limpah. Karena ia tidak bisa menikmati sepotong kecil rotipun terpisah dari kemurahan / kebaikan hati yang terus menerus dari Allah, anggur dan lumbung-lumbungnya tidak menghalangi dia untuk berdoa untuk roti hariannya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XX, No 7.

Bdk. Mazmur 104:27-28 - “(27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan”.

4. Adanya doa ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu bekerja (bdk. 2Tes 3:10b - “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”).

Sebaliknya, kalau kita bekerja, dan bisa mendapatkan makanan, kita tidak boleh sombong dan menganggap bahwa kita bisa mencukupi kebutuhan kita sendiri. Pekerjaan kita, kalau bukan karena berkat Tuhan, tidak akan ada hasilnya / gunanya.

Calvin: “The fields must, no doubt, be cultivated, labour must be bestowed on gathering the fruits of the earth, and every man must submit to the toil of his calling, in order to procure food. But all this does not hinder us from being fed by the undeserved kindness of God, without which men might waste their strength to no purpose. We are thus taught, that what we seem to have acquired by our own industry is his gift” (= Tidak diragukan bahwa ladang-ladang harus diusahakan / ditanami, jerih payah harus diberikan untuk mengumpulkan buah-buah dari bumi, dan setiap orang harus bekerja sesuai panggilannya, untuk mendapatkan makanan. Tetapi semua ini tidak menghalangi diri kita untuk diberi makan oleh kebaikan yang tidak layak kita dapatkan dari Allah, tanpa mana orang-orang akan menghabiskan kekuatan mereka tanpa ada gunanya. Maka kita diajar bahwa apa yang kelihatannya kita dapatkan oleh kerajinan kita adalah pemberianNya) - hal 325.

g) ‘Dan ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami’ (Matius 5: 12).

· Kata ‘kesalahan’ seharusnya adalah ‘hutang’ (Inggris: ‘debts’). Lukas 11:4 menggunakan istilah ‘dosa’ (Yunani: HAMARTIA). Dosa memang adalah suatu hutang (bdk. Lukas 7:36-50)!

· Ini merupakan doa pengakuan dosa, dan ini adalah sesuatu yang penting sekali. Dosa merusak persekutuan dengan Allah, menghalangi doa kita sehingga tidak bisa mencapai Allah (Yesaya 59:1-2), menghalangi berkat Tuhan, menarik kepada dosa lain, menghancurkan damai dan sebagainya, dan karena itu dosa harus dibereskan secepatnya. Calvin beranggapan (hal 326) bahwa kita harus memulai doa kita dengan pengakuan dosa.

· Jangan beranggapan bahwa semua orang mempunyai hak untuk meminta ampun atas dosa-dosanya! Kata pertama dalam Doa Bapa Kami ini adalah ‘Bapa’. Ini menunjukkan bahwa yang boleh meminta ampun atas dosa-dosanya adalah ‘anak-anak Allah’ saja, yaitu orang-orang yang percaya kepada Yesus (Yohanes 1:12).

· ‘seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami’.

Bagian ini diperluas dalam Matius 6: 14-15 - “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.’” (bdk. Matius 18:22-35).

Ini tidak boleh diartikan bahwa pengampunan yang kita berikan menyebabkan kita diampuni. Iman kita yang menyebabkan kita diampuni, tetapi iman harus dibuktikan dengan maunya kita mengampuni orang lain.


Calvin: “This condition is added, that no one may presume to approach God and ask forgiveness, who is not pure and free from all resentment. And yet the forgiveness, which we ask that God would give us, does not depend on the forgiveness which we grant to others: ... Christ did not intend to point out the cause, but only to remind us of the feelings which we ought to cherish towards brethren, when we desire to be reconciled to God” (= Syarat ini ditambahkan, supaya tak seorangpun berani mendekati Allah dan meminta pengampunan, jika ia tidak murni dan bebas dari semua kemarahan / kebencian. Tetapi pengampunan yang kita minta Allah berikan kepada kita, tidak tergantung pada pengampunan yang kita berikan kepada orang-orang lain: ... Kristus tidak bermaksud untuk menunjukkan penyebabnya, tetapi hanya mengingatkan kita tentang perasaan yang harus kita pelihara terhadap saudara-saudara kita, pada waktu kita ingin diperdamaikan dengan Allah) - hal 327.

· Kita minta ampun langsung kepada Bapa. Pengantara kita adalah Yesus Kristus (1Timotius 2:5), bukan pendeta, pastor dan sebagainya. Bandingkan dengan orang Katolik yang mengaku dosa kepada pastor!

· Satu pertanyaan yang dibahas oleh Calvin adalah: pemberesan dosa tentu lebih penting dari makanan. Lalu mengapa doa tentang makanan didahulukan dari pada doa tentang pengakuan / pengampunan dosa? Calvin menjawab: “Though the forgiveness of sins is to be preferred to food, as far as the soul is more valuable than the body, yet our Lord commenced with bread and the supports of an earthly life, that from such a beginning he might carry us higher” (= Sekalipun pengampunan dosa harus lebih didahulukan dari makanan, sebagaimana jiwa lebih berharga dari tubuh, tetapi Tuhan kita mulai dengan roti dan penopang dari kehidupan duniawi, supaya dari permulaan seperti itu Ia bisa membawa kita lebih tinggi) - hal 322.

h) ‘Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat’ (Matius 6: 13)

Ada 2 problem dengan kalimat ini:

1. Allah tidak mencobai kita (Yakobus 1:13). Lalu untuk apa kita doa seperti itu?

2. Pencobaan bermanfaat bagi kita (Yakobus 1:2-4 - “(2) Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. (4) Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun”). Lalu mengapa kita minta supaya terhindar dari pencobaan?

Jawab:

· pencobaan di sini adalah pencobaan di dalam hati / pikiran. Kita tidak minta dijauhkan dari pencobaan dari luar karena ini membawa kebaikan. Kita minta dihindarkan dari pencobaan di dalam karena ini adalah dosa.

· ini bukan permintaan supaya terhindar dari pencobaan / tidak terkena pencobaan, tetapi permintaan supaya tidak jatuh ke dalam dosa pada waktu menghadapi pencobaan. Jadi, ini adalah suatu permintaan supaya Tuhan tidak mengijinkan kita untuk mendapatkan pencobaan yang akan menjatuhkan kita dalam dosa.

i) ‘Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin’ (Matius 5: 13b).

Bagian ini diperdebatkan keasliannya dan karena itu bagian ini diletakkan di dalam tanda kurung tegak. Memang kalau tidak ada kalimat ini, doa Bapa Kami ini menjadi ‘aneh’, karena terhenti secara tiba-tiba. Tetapi bagaimanapun juga, Lukas 11:2-4 juga tidak memiliki bagian itu. Disamping itu, untuk Matius 6:9-13, manuscript-manuscript yang kuno tidak memiliki kalimat itu dan manuscript-manuscript yang memiliki kalimat itu, kalimatnya bervariasi / berbeda satu dengan yang lain.

Kesimpulan: kalimat ini tidak ada dalam aslinya!

6) Peninjauan terhadap Doa Bapa Kami secara keseluruhan.

a) Matius 6: 9-10: 3 permintaan untuk kemuliaan Allah.

Matius 6: 11-13: 3 permintaan untuk diri sendiri.

Jadi, dalam doa kemuliaan Allah harus lebih diutamakan dari kepentingan diri sendiri, tetapi permintaan untuk diri sendiri tetap tidak boleh diabaikan.

Calvin: “in prayer Christ enjoins us to consider and seek the glory of God, and, at the same time, permits us to consult our own interest” (= dalam doa, Kristus memerintahkan kita untuk memikirkan dan mencari kemuliaan Allah, dan pada saat yang sama, mengijinkan kita untuk mempertimbangkan / mengingat kepentingan kita sendiri) - hal 316.

Calvin: “we must not be so exclusively occupied with what is advantageous to ourselves, as to omit, in any instance, to give the first place to the glory of God” (= kita tidak boleh sibuk / dipenuhi semata-mata dengan apa yang menguntungkan diri kita sendiri, sehingga menghapuskan, dalam keadaan apapun, untuk memberikan tempat pertama bagi kemuliaan Allah) - hal 322.

Karena itu, tentu saja kalau kepentingan kita sendiri bertentangan dengan kemuliaan Allah, maka kemuliaan Allahlah yang harus kita cari / doakan!

b) Bagian yang untuk diri sendiri (Matius 6: 11-13) terdiri dari permintaan yang bersifat jasmani dan rohani. Kedua-duanya perlu dalam hidup kita! Kalau saudara berdoa apakah saudara meminta hanya hal-hal yang bersifat jasmani saja? Atau sebaliknya saudara hanya meminta hal-hal yang bersifat rohani saja? Mintalah kedua-duanya!

Dalam doa Bapa Kami ini permintaan untuk jasmani didahulukan. Ini tidak berarti bahwa jasmani lebih penting dari rohani.

Markus 2:1-12 - Yesus mengampuni dosa dahulu, baru menyembuhkan penyakit orang itu.

Matius 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.

1Timotius 4:7-8 - “Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”.

c) Masa lampau, sekarang, dan yang akan datang, tercakup dalam doa ini.

Matius 6: 11: ‘hari ini’. Ini masa sekarang.

Ay 12: tentang kesalahan / dosa. Ini menunjuk pada masa lampau.

Ay 13: tentang pencobaan. Ini menunjuk pada masa yang akan datang.

Jadi, seluruh hidup diserahkan kepada Tuhan dalam doa.

d) Allah Tritunggal merupakan obyek dari doa kita.

Ay 11: minta makanan. Ini menunjuk kepada Bapa.

Ay 12: minta ampun. Ini menunjuk kepada Yesus.

Matius 6: 13: minta tolong dalam menghadapi pencobaan. Ini menunjuk kepada Roh Kudus.

Jadi, dalam doa, kita minta supaya Allah Tritunggal campur tangan dalam hidup kita.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post