IMAN, PERBUATAN BAIK DAN PAHALA DALAM KEKRISTENAN
Pdt.Samuel T.Gunawan,M.Th.
Salah satu cara kita diminta untuk memberi respon terhadap kasih karunia Allah adalah dengan melakukan pekerjaan baik.
Pernyataan klasik tentang keselamatan hanya “karena kasih karunia oleh iman” adalah frase Yunani “tê gar khariti este sesôsmenoi dia tês pisteôs” yang diterjemahkan “Sebab adalah karena kasih karunia kamu telah diselamatkan melalui iman”, langsung diikuti oleh pernyataan ini “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10).
Frase Yunani “pekerjaan baik” dalam ayat ini adalah “ergois agathois” diterjemahkan “perbuatan-perbuatan yang baik”. Kata “agathois” berasal dari kata “agathos” yaitu kata Yunani biasa untuk menerangkan gagasan yang “baik” sebagai kualitas jasmani atau moral. Kata ini dapat berarti “baik, mulia, patut, yang terhormat, dan mengagumkan”. gadget, bisnis, otomotif
Menurut Mark L. Bailey, “Perbuatan baik (agothos) dapat didefinisikan sebagai perbuatan-perbuatan yang dilakukan dalam Allah seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 321. Perbuatan-perbuatan itu bisa juga dikategorikan sebagai pekerjaan iman (1 Tesalonoka 1:3)”.[40]
Lawan dari perbuatan baik (agathos) adalah perbuatan tidak baik (phaulos), yaitu perbuatan-perbuatan yang tidak ada harganya dihadapan Tuhan. Perbuatan-perbuatan semacam itu bisa juga disebut perbuatan-perbuatan yang mati atau perbuatan kedagingan. Bahaya menghasilkan perbuatan kedagingan adalah kesia-siaan (1 Korintus 15:58), kehampaan (1 Timotius 6:20; 2 Timotius 2:16), dan tidak berguna (Galatia 4:9; Titus 3:9; Yakobus 1:26).
Perbuatan-perbuatan jahat tidak memenuhi standar, dan karena itu dikarakterisasi sebagai kayu, jerami, dan limbah kayu, benda-benda yang kecil nilainya maupun kegunaannya. Itulah perbuatan-perbuatan semacam itu dihasilkan oleh tenaga kedagingan, terlepas dari kuasa Roh. Karya-karya pelayanan juga bisa menjadi buruk jika dilakukan dengan motivasi yang salah.
Paul Enns mengatakan, “Disana orang percaya akan dibalas untuk segala perbuatannya, yang baik atau yang sia-sia. Hidup orang percaya akan direfleksikan pada penghakiman ini (1 Korintus 3:12-15). Sebagian tidak akan mendapatkan upah; Pekerjaan mereka akan dibakar, karena motivasi mereka salah (1 Korintus 3:14-15; 4:5)”.[42]
Jadi, ketaatan kita kepada Allah dilakukan karena rasa terima kasih kita untuk kasih karuniaNya, bukan sebagai upaya untuk menggantikan kasih karunia dengan pekerjaan atau perbuatan-perbuatan yang baik. Perhatikan apa yang Paulus katakan mengenai dirinya sendiri, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Korintus 15:10).
Rasul Paulus yang telah mengatakan bahwa ia diselamatkan hanya karena kasih karunia yang tidak sepatutnya ia terima, namun ia tidak duduk dan bermalas-malasan, melainkan melayani Tuhan dan bekerja dengan giat bagi Allah.
1. Iman dan perbuatan baik.
Telah disebutkan diatas, menurut Paulus dalam Efesus 2:8 bahwa kita tidak diselamatkan karena perbuatan-perbuatan. Hal ini juga dikatakan Paulus dalam Roma 3:28 demikian, “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”. Tetapi menurut Yakobus, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Yakobus mengatakan demikian, “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman” (Yakobus 2:24).
Peter H. Davids mengatakan bahwa sejak jaman Martin Luther, orang Kristen telah bergumul untuk memahami Yakobus 2:24 dan membandingkannya dengan pernyataan rasul Paulus dalam Roma 3:28 tersebut. Pertanyaannya: Apakah disini Yakobus bertentangan dengan Paulus? Jawabannya tidak! Karena Paulus dan Yakobus menggunakan kata “ergon” atau perbuatan/pekerjaan dengan pengertian yang berbeda.
Ketika Paulus menyebut diselamatkan bukan karena perbuatan atau pekerjaan maka yang dimaksud adalah menunjuk kepada keinginan seseorang untuk memperoleh perkenan dan keselamatan melalui usaha menanati hukum Taurat dengan kekuatan sendiri dan bukan melalui iman pada anugerah Tuhan.
Bruce Milne mengatakan, “Paulus menggunakan istilah yang sama (“perbuatan”) dengan arti perbuatan menurut hukum Taurat yang dilakukan khusus untuk mendapatkan keselamatan terlepas dari Kristus. Dengan demikian Roma 3:28 mempertentangkan iman yang hidup dengan perbuatan untuk membenarkan diri”.
Sedangkan ketika Yakobus menggunakan kata perbuatan (ergon, bentuk tunggal dari erga yang berarti perbuatan atau pekerjaan) menunjuk kepada perbuatan-perbuatan yang bersumber dari iman sejati dan kehidupan yang telah diselamatkan. Kata “ergon” dalam Yakobus menunjuk kepada kualitas dasar dari kehidupan seseorang yang dinyatakaan dengan perilakunya. Tindakan atau perbuatan seseorang mencerminkan fakta bahwa iman sejati ada di dalam perbuatan-perbuatan itu.
Dengan demikian hubungan antara iman dan perbuatan adalah bahwa setelah diselamatkan kita harus aktif mengerjakan keselamatan itu di dalam kehidupan kita dengan perbuatan-perbuatan yang kita lakukan atau hal-hal yang kita kerjakan. (Filipi 2:12-13; Efesus 2:10, agatha). Perbuatan-perbuatan itu merupakan tanda apakah iman kita itu benar-benar hidup (Yakobus 2:14-17) dan tanda ketaatan iman kepada Allah, yang berbeda dengan setan yang percaya pada Allah tetapi tidak taat (Yakobus 2:18-20).
2. Perbuatan baik dan Pahala.
Di dalam Kekristenan dikenal apa yang disebut dengan pahala. Namun pemberian pahala bukan untuk menentukan apakah orang-orang percaya akan masuk surga atau neraka, dengan kata lain pahala bukan untuk keselamatan karena keselamatan itu semata-mata anugerah (Efesus 2:8).
R.C. Sproul mengatakan demikian, “Meskipun perbuatan-perbuatan baik kita tidak menghasilkan keselamatan, tetapi hal itu merupakan dasar bagi janji Allah untuk memberi upah kepada kita di surga. Masuknya kita ke kerajaan Allah hanya berdasarkan iman. Upah kita di dalam kekekalan adalah sesuai dengan perbuatan-perbuatan baik kita”.
Sementara itu Mark L. Bailey mengatakan, “Masalah utama pada Tahta Pengadilan Kristus bukanlah apak kita orang-orang percaya atau bukan, atau apakah kita akan masuk surga atau tidak. Faktanya adalah, siapapun yang harus menghadap Tahta Pengadilan Kristus sudah berada di surga.
Pengampunan sudah digenapkan selamanya melalui penebusan, dan pendamaian dengan Allah yang Mahakudus sudah dijamin... Karena itu apapun yang dinilai di hadapan Tahta Pengadilan Kristus bukanlah masalah dosa dan hubungannya dengan hukuman kekal. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah karya orang-orang percaya itu berharga atau tidak berharga dimataNya. Itulah kebenaran hakiki dalam pemberian upah atas karya masing-masing”.
Pahala dihubungkan dengan tanggung jawab dalam Kekristenan yaitu penilaian atas kehidupan dan pelayanan orang percaya di hari pemahkotaan. Paulus mengingatkan, “Demikianlah setiap orang di antara kita (semua orang percaya yang sudah diselamatkan) akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah” (Roma 14:12). Inilah tujuan hidup dan pelayanan Kristen, yaitu memperoleh pahala dan mahkota pada hari pemahkotaan di Tahta Pengadilan Kristus.
Karena itu Paulus mengingatkan, “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Korintus 9:24-27).
Tahta Pengadilan Kristus (Judgment seat of Christ) disebut “Bema Kristus” (2 Korintus 5:10) adalah peristiwa besar pertama yang terjadi di surga setelah gereja diangkat. Pada saat itu semua harus mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka sewaktu hidup di dunia sejak mereka percaya kepada Kristus
Pekerjaan yang berharga dan tidak berharga akan dibedakan, pekerjaan ini adalah pekerjaan yang dibuat selama hidup kekristenan mereka. Apakah pekerjaan itu dibangun diatas emas, perak, batu, permata, kayu, rumput kering atau jerami, semuanya akan teruji (1 Korintus 3:10-15).
Hasil dari penghakiman ini bukanlah penghukuman tetapi pemberian pahala diantaranya berupa pujian dan mahkota. Pahala-pahala lainnya yang disebutkan Alkitab adalah pahala kesetiaan (Matius 25:21-23), pahala nabi dan orang benar (Matius 10:41,42), pahala hamba Allah dan orang kudus (Wahyu 11:18) dan mahkota emas (Wahyu 4:4;3:11).
Dengan demikian pengadilan ini tidak berhubungan dengan keselamatan, dalam pengertian penentuan masuk surga atau neraka, karena mereka yang diadili adalah orang-orang yang sudah diselamatkan.
Tim LaHaye mengatakan, “Penghakiman ini bukan bertujuan untuk menentukan apakah kita akan diselamatkan atau tidak, juga bukan merupakan penghakiman atas dosa-dosa yang dilakukan sebelum kita diselamatkan karena dosa-dosa itu telah dihakimi Allah di Kalvari ketika Kristus mati bagi dosa-dosa itu dan diampuni saat kita mengakuinya (1 Yohanes 1:9). Sebaliknya, penghakiman itu adalah untuk menentukan upah yang akan kita terima atas pelayanan yang setia setelah diselamatkan.”
Pengadilan ini adalah penilaian atas kehidupan dan pelayanan orang percaya dalam rangka pemberian pahala dan mahkota. Meskipun sama-sama diangkat pada hari pengangkatan saat Kristus datang diangkasa menjemput GerejaNya, namun pada waktu pengangkatan gereja ini, kualitas rohani setiap orang berbeda-beda (1 Korintus 3:12-14).
BACA JUGA: 8 PEMBERIAN TERBAIK UNTUK TUHAN
Pengupahan disesuaikan dengan catatan jejak (track record) kehidupan dan pelayanan yang dilakukan selama hidup Keristenannya di bumi. Itu sebabnya Paulus mengingatkan dirinya sendiri untuk waspada dengan berkata, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Korintus 9:27).
Ditolak disini bukan berarti kehilangan keselamatan, karena keselamatan itu bersifat pasti. Namun yang dimaksud disini adalah kaitannya dengan mendapat pahala dan mahkota ataukah tidak.
Tuhan menghargai kualitas hidup dan pelayanan setiap orang percaya. Kemuliaan orang yang berprestasi secara rohani akan lebih bersinar daripada dari pada mereka yang kirang berprestasi dan hanya mencari pujian manusia. Ada hamba Tuhan yang mungkin sewaktu hidup di dunia tidak dihargai dan tidak dihormati, namun di surga hamba Tuhan yang sungguh-sungguh akan mendapat kemuliaan lebih sebagai pahala.
Rasul Paulus menggambarkan perbedaan kemuliaan antara oang percaya di surga kelak, “Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain” (1 Korintus 15:41). Karena kesalehan, ketaatan dan kehidupan rohani orang percaya itu penting dihubungkan dengan pemberian pahala pada hari pemahkotaan di Tahta Pengadilan Kristus kelak, maka orang percaya perlu mengejar prestasi rohani dan perkenan Tuhan bukan pujian dari manusia.
Mark Hitchcock menyebutkan area utama dalam kehidupan orang percaya yang akan diuji dan di evaluasi ketika mereka berdiri dihadapan Kristus di Tahta PengadilanNya,[50] sebagai berikut : Perlakukan terhadap orang-orang percaya lainnya (Ibrani 6:10; Matius 10:41-42); Penggunaan bakat dan kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita (Matius 25:14-29; Lukas 19:11-26; 1 Korintus 12:4; 2 Timotius 1:6; 1 Petrus 4:10); Penggunaan uang kita (Matius 6:1-4; 1 Timotius 6:17-19); Tanggapan yang baik terhadap perlakuan salah dan ketidakadilan (Matius 5:11-12; Markus 10:29-30; Lukas 6:27-28; Roma 8:18; 2 Korintus 4:17; 1 Petrus 4:12-13); Ketabahan menanggung penderitaan dan pencobaan (Yakobus 1:12; Wahyu 2:10); Penggunaan waktu kita (Mazmur 90:9-12; Efesus 5:16; Kolose 4:5; 1 Petrus 1:17); Kepatuhan terhadap aturan perlombaan yang ditetapkan bagi kita (1 korintus 9:24; Filipi 2:16; 3:13-14; Ibrani 12;10); Pengendalian diri terhadap keinginan kedagingan kita (1 Korintus 9:25-27); Bersaksi dan memenangkan jiwa bagi Kristus (Amsal 11:30; Daniel 12:3; 1 Tesalonika 2:19-20); Respon terhadap doktrin pengangkatan dan kedatangan Tuhan (2 Timotius 4:8); Kesetiaan kepada Firman Tuhan dan umat Tuhan (Kisah rasul 20;26-28; 2 Timotius 4:1-2; Ibrani 13:17; Yakobus 3:1; 1 Petrus 5:1-2; 2 Yohanes 1:7-8); Memberi tumpangan kepada orang asing (Matius 25:35-36; Lukas 14:12-140); Pengunaan kata-kata dan pengendalian lidah (Matius 12:36; Yakobus 3:1-12).
BACA JUGA: DIBENARKAN KARENA IMAN ATAU PERBUATAN
Sehubungan dengan penghakiman di Tahta Pengadilan Kristus tersebut Mark L. Bailey memberikan beberapa nasihat Alkitab yang dapat dilakukan oleh orang-orang percaya mendapatkan upah atau pahala, yaitu : Setia dalam pelayanan yang Tuhan sudah percayakan (1 Korintus 4:2); Jadikan menyenangkan Tuhan sebagai Tujuan hidup (2 Korintus 5:9); Lakukan semua pekerjaan dengan segenap hati seperti melakukan untuk Tuhan (Kolose 3:23); Berusahalah supaya tidak bercacat cela dihadapanNya dalam perdamaian dengan Dia (2 Petrus 3:14); Jangan pernah berusaha menghakimi karya pelayanan sesama orang beriman (Matius 7:1-2; Roma 4:4); Tetaplah bersikap rendah hati dengan menyadari betapa kita tidak layak menjadi pelayanNya (Lukas 10:7-10); Pertahankan komitmen yang kuat dan tak tergoyahkan dalam melayani Tuhan (1 Korintus 15:58); Hindari menghakimi orang lain yang juga akan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka masing-masing kepada Tuhan (Roma 14:10; 1 Korintus 4:5); Jangan membanding-bandingkan diri dengan orang lain (2 Korintus 10:12); dan bersihkan diri dari semua kecemaran spiritual dan kepalsuan yang bisa menghalangi kita (2 Korintus 11:2).
gadget, bisnis, otomotif |
Lawan dari perbuatan baik (agathos) adalah perbuatan tidak baik (phaulos), yaitu perbuatan-perbuatan yang tidak ada harganya dihadapan Tuhan. Perbuatan-perbuatan semacam itu bisa juga disebut perbuatan-perbuatan yang mati atau perbuatan kedagingan. Bahaya menghasilkan perbuatan kedagingan adalah kesia-siaan (1 Korintus 15:58), kehampaan (1 Timotius 6:20; 2 Timotius 2:16), dan tidak berguna (Galatia 4:9; Titus 3:9; Yakobus 1:26).
Perbuatan-perbuatan jahat tidak memenuhi standar, dan karena itu dikarakterisasi sebagai kayu, jerami, dan limbah kayu, benda-benda yang kecil nilainya maupun kegunaannya. Itulah perbuatan-perbuatan semacam itu dihasilkan oleh tenaga kedagingan, terlepas dari kuasa Roh. Karya-karya pelayanan juga bisa menjadi buruk jika dilakukan dengan motivasi yang salah.
Paul Enns mengatakan, “Disana orang percaya akan dibalas untuk segala perbuatannya, yang baik atau yang sia-sia. Hidup orang percaya akan direfleksikan pada penghakiman ini (1 Korintus 3:12-15). Sebagian tidak akan mendapatkan upah; Pekerjaan mereka akan dibakar, karena motivasi mereka salah (1 Korintus 3:14-15; 4:5)”.[42]
Jadi, ketaatan kita kepada Allah dilakukan karena rasa terima kasih kita untuk kasih karuniaNya, bukan sebagai upaya untuk menggantikan kasih karunia dengan pekerjaan atau perbuatan-perbuatan yang baik. Perhatikan apa yang Paulus katakan mengenai dirinya sendiri, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Korintus 15:10).
Rasul Paulus yang telah mengatakan bahwa ia diselamatkan hanya karena kasih karunia yang tidak sepatutnya ia terima, namun ia tidak duduk dan bermalas-malasan, melainkan melayani Tuhan dan bekerja dengan giat bagi Allah.
1. Iman dan perbuatan baik.
Telah disebutkan diatas, menurut Paulus dalam Efesus 2:8 bahwa kita tidak diselamatkan karena perbuatan-perbuatan. Hal ini juga dikatakan Paulus dalam Roma 3:28 demikian, “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”. Tetapi menurut Yakobus, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Yakobus mengatakan demikian, “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman” (Yakobus 2:24).
Peter H. Davids mengatakan bahwa sejak jaman Martin Luther, orang Kristen telah bergumul untuk memahami Yakobus 2:24 dan membandingkannya dengan pernyataan rasul Paulus dalam Roma 3:28 tersebut. Pertanyaannya: Apakah disini Yakobus bertentangan dengan Paulus? Jawabannya tidak! Karena Paulus dan Yakobus menggunakan kata “ergon” atau perbuatan/pekerjaan dengan pengertian yang berbeda.
Ketika Paulus menyebut diselamatkan bukan karena perbuatan atau pekerjaan maka yang dimaksud adalah menunjuk kepada keinginan seseorang untuk memperoleh perkenan dan keselamatan melalui usaha menanati hukum Taurat dengan kekuatan sendiri dan bukan melalui iman pada anugerah Tuhan.
Bruce Milne mengatakan, “Paulus menggunakan istilah yang sama (“perbuatan”) dengan arti perbuatan menurut hukum Taurat yang dilakukan khusus untuk mendapatkan keselamatan terlepas dari Kristus. Dengan demikian Roma 3:28 mempertentangkan iman yang hidup dengan perbuatan untuk membenarkan diri”.
Sedangkan ketika Yakobus menggunakan kata perbuatan (ergon, bentuk tunggal dari erga yang berarti perbuatan atau pekerjaan) menunjuk kepada perbuatan-perbuatan yang bersumber dari iman sejati dan kehidupan yang telah diselamatkan. Kata “ergon” dalam Yakobus menunjuk kepada kualitas dasar dari kehidupan seseorang yang dinyatakaan dengan perilakunya. Tindakan atau perbuatan seseorang mencerminkan fakta bahwa iman sejati ada di dalam perbuatan-perbuatan itu.
Dengan demikian hubungan antara iman dan perbuatan adalah bahwa setelah diselamatkan kita harus aktif mengerjakan keselamatan itu di dalam kehidupan kita dengan perbuatan-perbuatan yang kita lakukan atau hal-hal yang kita kerjakan. (Filipi 2:12-13; Efesus 2:10, agatha). Perbuatan-perbuatan itu merupakan tanda apakah iman kita itu benar-benar hidup (Yakobus 2:14-17) dan tanda ketaatan iman kepada Allah, yang berbeda dengan setan yang percaya pada Allah tetapi tidak taat (Yakobus 2:18-20).
2. Perbuatan baik dan Pahala.
Di dalam Kekristenan dikenal apa yang disebut dengan pahala. Namun pemberian pahala bukan untuk menentukan apakah orang-orang percaya akan masuk surga atau neraka, dengan kata lain pahala bukan untuk keselamatan karena keselamatan itu semata-mata anugerah (Efesus 2:8).
R.C. Sproul mengatakan demikian, “Meskipun perbuatan-perbuatan baik kita tidak menghasilkan keselamatan, tetapi hal itu merupakan dasar bagi janji Allah untuk memberi upah kepada kita di surga. Masuknya kita ke kerajaan Allah hanya berdasarkan iman. Upah kita di dalam kekekalan adalah sesuai dengan perbuatan-perbuatan baik kita”.
Sementara itu Mark L. Bailey mengatakan, “Masalah utama pada Tahta Pengadilan Kristus bukanlah apak kita orang-orang percaya atau bukan, atau apakah kita akan masuk surga atau tidak. Faktanya adalah, siapapun yang harus menghadap Tahta Pengadilan Kristus sudah berada di surga.
Pengampunan sudah digenapkan selamanya melalui penebusan, dan pendamaian dengan Allah yang Mahakudus sudah dijamin... Karena itu apapun yang dinilai di hadapan Tahta Pengadilan Kristus bukanlah masalah dosa dan hubungannya dengan hukuman kekal. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah karya orang-orang percaya itu berharga atau tidak berharga dimataNya. Itulah kebenaran hakiki dalam pemberian upah atas karya masing-masing”.
Pahala dihubungkan dengan tanggung jawab dalam Kekristenan yaitu penilaian atas kehidupan dan pelayanan orang percaya di hari pemahkotaan. Paulus mengingatkan, “Demikianlah setiap orang di antara kita (semua orang percaya yang sudah diselamatkan) akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah” (Roma 14:12). Inilah tujuan hidup dan pelayanan Kristen, yaitu memperoleh pahala dan mahkota pada hari pemahkotaan di Tahta Pengadilan Kristus.
Karena itu Paulus mengingatkan, “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Korintus 9:24-27).
Tahta Pengadilan Kristus (Judgment seat of Christ) disebut “Bema Kristus” (2 Korintus 5:10) adalah peristiwa besar pertama yang terjadi di surga setelah gereja diangkat. Pada saat itu semua harus mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka sewaktu hidup di dunia sejak mereka percaya kepada Kristus
Pekerjaan yang berharga dan tidak berharga akan dibedakan, pekerjaan ini adalah pekerjaan yang dibuat selama hidup kekristenan mereka. Apakah pekerjaan itu dibangun diatas emas, perak, batu, permata, kayu, rumput kering atau jerami, semuanya akan teruji (1 Korintus 3:10-15).
Hasil dari penghakiman ini bukanlah penghukuman tetapi pemberian pahala diantaranya berupa pujian dan mahkota. Pahala-pahala lainnya yang disebutkan Alkitab adalah pahala kesetiaan (Matius 25:21-23), pahala nabi dan orang benar (Matius 10:41,42), pahala hamba Allah dan orang kudus (Wahyu 11:18) dan mahkota emas (Wahyu 4:4;3:11).
Dengan demikian pengadilan ini tidak berhubungan dengan keselamatan, dalam pengertian penentuan masuk surga atau neraka, karena mereka yang diadili adalah orang-orang yang sudah diselamatkan.
Tim LaHaye mengatakan, “Penghakiman ini bukan bertujuan untuk menentukan apakah kita akan diselamatkan atau tidak, juga bukan merupakan penghakiman atas dosa-dosa yang dilakukan sebelum kita diselamatkan karena dosa-dosa itu telah dihakimi Allah di Kalvari ketika Kristus mati bagi dosa-dosa itu dan diampuni saat kita mengakuinya (1 Yohanes 1:9). Sebaliknya, penghakiman itu adalah untuk menentukan upah yang akan kita terima atas pelayanan yang setia setelah diselamatkan.”
Pengadilan ini adalah penilaian atas kehidupan dan pelayanan orang percaya dalam rangka pemberian pahala dan mahkota. Meskipun sama-sama diangkat pada hari pengangkatan saat Kristus datang diangkasa menjemput GerejaNya, namun pada waktu pengangkatan gereja ini, kualitas rohani setiap orang berbeda-beda (1 Korintus 3:12-14).
BACA JUGA: 8 PEMBERIAN TERBAIK UNTUK TUHAN
Pengupahan disesuaikan dengan catatan jejak (track record) kehidupan dan pelayanan yang dilakukan selama hidup Keristenannya di bumi. Itu sebabnya Paulus mengingatkan dirinya sendiri untuk waspada dengan berkata, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Korintus 9:27).
Ditolak disini bukan berarti kehilangan keselamatan, karena keselamatan itu bersifat pasti. Namun yang dimaksud disini adalah kaitannya dengan mendapat pahala dan mahkota ataukah tidak.
Tuhan menghargai kualitas hidup dan pelayanan setiap orang percaya. Kemuliaan orang yang berprestasi secara rohani akan lebih bersinar daripada dari pada mereka yang kirang berprestasi dan hanya mencari pujian manusia. Ada hamba Tuhan yang mungkin sewaktu hidup di dunia tidak dihargai dan tidak dihormati, namun di surga hamba Tuhan yang sungguh-sungguh akan mendapat kemuliaan lebih sebagai pahala.
Rasul Paulus menggambarkan perbedaan kemuliaan antara oang percaya di surga kelak, “Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain” (1 Korintus 15:41). Karena kesalehan, ketaatan dan kehidupan rohani orang percaya itu penting dihubungkan dengan pemberian pahala pada hari pemahkotaan di Tahta Pengadilan Kristus kelak, maka orang percaya perlu mengejar prestasi rohani dan perkenan Tuhan bukan pujian dari manusia.
Mark Hitchcock menyebutkan area utama dalam kehidupan orang percaya yang akan diuji dan di evaluasi ketika mereka berdiri dihadapan Kristus di Tahta PengadilanNya,[50] sebagai berikut : Perlakukan terhadap orang-orang percaya lainnya (Ibrani 6:10; Matius 10:41-42); Penggunaan bakat dan kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita (Matius 25:14-29; Lukas 19:11-26; 1 Korintus 12:4; 2 Timotius 1:6; 1 Petrus 4:10); Penggunaan uang kita (Matius 6:1-4; 1 Timotius 6:17-19); Tanggapan yang baik terhadap perlakuan salah dan ketidakadilan (Matius 5:11-12; Markus 10:29-30; Lukas 6:27-28; Roma 8:18; 2 Korintus 4:17; 1 Petrus 4:12-13); Ketabahan menanggung penderitaan dan pencobaan (Yakobus 1:12; Wahyu 2:10); Penggunaan waktu kita (Mazmur 90:9-12; Efesus 5:16; Kolose 4:5; 1 Petrus 1:17); Kepatuhan terhadap aturan perlombaan yang ditetapkan bagi kita (1 korintus 9:24; Filipi 2:16; 3:13-14; Ibrani 12;10); Pengendalian diri terhadap keinginan kedagingan kita (1 Korintus 9:25-27); Bersaksi dan memenangkan jiwa bagi Kristus (Amsal 11:30; Daniel 12:3; 1 Tesalonika 2:19-20); Respon terhadap doktrin pengangkatan dan kedatangan Tuhan (2 Timotius 4:8); Kesetiaan kepada Firman Tuhan dan umat Tuhan (Kisah rasul 20;26-28; 2 Timotius 4:1-2; Ibrani 13:17; Yakobus 3:1; 1 Petrus 5:1-2; 2 Yohanes 1:7-8); Memberi tumpangan kepada orang asing (Matius 25:35-36; Lukas 14:12-140); Pengunaan kata-kata dan pengendalian lidah (Matius 12:36; Yakobus 3:1-12).
BACA JUGA: DIBENARKAN KARENA IMAN ATAU PERBUATAN
Sehubungan dengan penghakiman di Tahta Pengadilan Kristus tersebut Mark L. Bailey memberikan beberapa nasihat Alkitab yang dapat dilakukan oleh orang-orang percaya mendapatkan upah atau pahala, yaitu : Setia dalam pelayanan yang Tuhan sudah percayakan (1 Korintus 4:2); Jadikan menyenangkan Tuhan sebagai Tujuan hidup (2 Korintus 5:9); Lakukan semua pekerjaan dengan segenap hati seperti melakukan untuk Tuhan (Kolose 3:23); Berusahalah supaya tidak bercacat cela dihadapanNya dalam perdamaian dengan Dia (2 Petrus 3:14); Jangan pernah berusaha menghakimi karya pelayanan sesama orang beriman (Matius 7:1-2; Roma 4:4); Tetaplah bersikap rendah hati dengan menyadari betapa kita tidak layak menjadi pelayanNya (Lukas 10:7-10); Pertahankan komitmen yang kuat dan tak tergoyahkan dalam melayani Tuhan (1 Korintus 15:58); Hindari menghakimi orang lain yang juga akan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka masing-masing kepada Tuhan (Roma 14:10; 1 Korintus 4:5); Jangan membanding-bandingkan diri dengan orang lain (2 Korintus 10:12); dan bersihkan diri dari semua kecemaran spiritual dan kepalsuan yang bisa menghalangi kita (2 Korintus 11:2).