EKSPOSISI INJIL LUKAS PASAL 8:1-56

 Pdt.Budi Asali, M.Div.

EKSPOSISI INJIL LUKAS PASAL 8:1-56

LUKAS 8:1-3


Lukas 8:1-3 - “(1) Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, (2) dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, (3) Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka”.


I) Pelayanan Yesus.


Lukas 8: 1a: “Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah”.


1) Sekalipun Yesus tahu bahwa kalau Ia memberitakan Injil / Firman Tuhan selalu muncul bermacam-macam tanggapan, termasuk tanggapan-tanggapan yang negatif (bdk. Lukas 8:4-15 - perumpamaan tentang penabur yang menabur di 4 golongan tanah), tetapi Ia tetap memberitakan Injil / Firman Tuhan dimanapun Ia bisa melakukannya. Ini merupakan sesuatu yang harus ditiru. Tugas kita adalah memberitakan Injil, dan kalau orang-orang yang kita injili memberikan tanggapan negatif, maka itu adalah urusan mereka dengan Tuhan!


2) Pulpit Commentary mengatakan (hal 200) bahwa mulai saat ini Yesus berhenti menjadikan Kapernaum kotaNya / tempat tinggalNya, dan Ia mulai berkeliling untuk memberitakan Injil.


3) Barclay menganggap bahwa pada saat ini rumah-rumah ibadat telah tertutup untuk Yesus, dan karena itu Ia mulai memberitakan Injil di kota-kota dan desa-desa. Hendriksen, berdasarkan Yohanes 18:20 mengatakan bahwa hal itu tidak benar, tetapi Yoh 18:20 itu mungkin menceritakan apa yang terjadi sebelum saat ini.


William Barclay: “Jesus was on the road. The synagogues were not now open to him, as once they had been. He had begun, as it were, in the church, where any man with a message from God might expect to find a responsive and receptive audience. Instead of a welcome he had found opposition; instead of eager listeners he had found the scribes and Pharisees bleakly waiting to catch him out; so now he took to the open road and the hillside and the lake shore” (= Yesus ada di jalan. Sekarang sinagog-sinagog tidak terbuka bagiNya seperti sebelumnya. Bisa dikatakan bahwa Ia telah memulai di dalam gereja, dimana seseorang dengan berita dari Allah bisa berharap untuk mendapatkan pendengar yang tanggap dan mau menerima. Tetapi Ia bukannya mendapatkan sambutan yang baik, melainkan oposisi; bukannya mendapatkan orang-orang yang ingin sekali mendengar, melainkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang suram yang menunggu untuk menjebakNya; jadi sekarang Ia pergi ke jalan-jalan dan lereng-lereng bukit dan tepi-tepi danau) - hal 96.


Penerapan:

  • kalau saudara adalah pemberita Injil, maka jangan terpancang hanya pada orang-orang tertentu. Kalau mereka menolak Injil itu, beritakanlah Injil kepada orang-orang lain.

  • kalau saudara adalah orang-orang yang tidak menghargai Injil / Firman Tuhan, maka ingat bahwa ada saatnya Tuhan akan mengalihkan Injil / Firman Tuhan itu dari saudara kepada orang-orang lain!


4) Pemberitaan Injil / Firman Tuhan merupakan pelayanan utama dari Tuhan Yesus, dan karena itu juga harus menjadi pelayanan utama dari para pelayan / hamba Tuhan.


Matthew Poole: “I cannot but observe, that preaching the gospel, and thereby showing the glad tidings of salvation, ... was Christ’s great work. His working miracles was but subservient to this, and for the confirmation of the doctrine which he preached; hence, when a people showed a contempt of his word, he refused to work any miracles before them. How any one can dream, that either praying, or government, or administering sacraments, or any thing else, should be more the work of a minister of Christ than preaching, may justly amaze any thinking soul that ever read the gospel” (= Saya tidak bisa tidak memperhatikan, bahwa pemberitaan Injil, dan dengan cara demikian menunjukkan kabar gembira tentang keselamatan, ... adalah pekerjaan yang besar dari Kristus. PekerjaanNya dalam melakukan mujijat-mujijat lebih rendah dari pada pekerjaanNya dalam memberitakan Injil, dan merupakan konfirmasi / peneguhan dari ajaran yang Ia khotbahkan; karena itu, ketika sekelompok orang memandang rendah pada firmanNya, Ia menolak untuk mengerjakan mujijat-mujijat di hadapan mereka. Bagaimana seseorang bisa bermimpi, bahwa doa, atau pemerintahan, atau pelaksanaan sakramen, atau hal lain apapun juga, harus lebih merupakan pekerjaan dari seorang pelayan Kristus dari pada khotbah, bisa dengan benar mengherankan jiwa yang bisa berpikir yang pernah membaca injil) - hal 219.


Penerapan: kata-kata Matthew Poole ini harus direnungkan khususnya oleh hamba-hamba Tuhan yang selalu sibuk dengan hal-hal yang relatif remeh (seperti counseling, bezoek, penyembuhan, penanganan organisasi, dsb), tetapi mengabaikan atau memberi terlalu sedikit waktu / tenaga / pikiran untuk pelayanan pemberitaan Injil / Firman Tuhan.


II) Orang-orang yang menyertai dan mendukung Yesus dalam pelayananNya.


1) Kedua belas murid (Lukas 8: 1b).

Mungkin pada saat ini mereka hanya mengikuti Yesus dan melihat bagaimana Ia melakukan pemberitaan Injil. Tetapi dikemudian hari mereka juga diutus untuk memberitakan Injil (Lukas 9:1-6  Lukas 10:1-12,17-20  Lukas 22:35-37  Kis 1:8).


Pada waktu seseorang pertama-tama percaya kepada Yesus, tentu tidak mungkin baginya untuk langsung terjun ke dalam pelayanan pemberitaan Injil / Firman Tuhan. Ia harus belajar Firman Tuhan dan cara-cara pemberitaan Injil / Firman Tuhan lebih dulu. Tetapi setelah itu, ia harus mulai memberitakan Injil / Firman Tuhan.


Tetapi dalam kenyataannya kita melihat sesuatu yang menyedihkan dimana sangat sedikit orang kristen yang mau melakukan pemberitaan Injil / Firman Tuhan dalam kehidupan mereka. Bandingkan dengan orang-orang Saksi Yehovah yang menggunakan begitu banyak waktu untuk memberitakan Injil sesat mereka.


Edmund Burke berkata: “All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing” (= Semua yang dibutuhkan supaya kejahatan menang adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa) - ‘Streams in the Desert’, vol 2, June 13.


Daniel Webster berkata sebagai berikut: “If religious books are not widely circulated among the masses in this country, I do not know what is going to become of us as a nation. If truth be not diffused, error will be; if God and His Word are not known and received, the devil and his works will gain the ascendancy; if the evangelical volume does not reach every hamlet, the pages of a corrupt and licentious literature will; if the power of the Gospel is not felt throughout the length and breadth of the land, anarchy and misrule, degradation and misery, corruption and darkness, will reign without mitigation or end” (= Kalau buku-buku agama / rohani tidak beredar secara luas di antara rakyat dalam negara ini, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita sebagai bangsa. Kalau kebenaran tidak disebarkan, maka kesalahanlah yang akan tersebar; kalau Allah dan FirmanNya tidak diketahui / dikenal dan diterima, setan dan pekerjaannya akan mendapatkan kekuasaan / pengaruh; kalau buku-buku injili tidak mencapai setiap desa, halaman-halaman yang jahat dan literatur yang tidak bermoral akan mencapainya; kalau kuasa Injil tidak dirasakan diseluruh lebar dan panjang negara ini, maka anarkhi dan pemerintahan yang salah, keburukan dan kesengsaraan, korupsi / kejahatan / kecurangan dan kegelapan, akan memerintah tanpa pengurangan atau akhir).


2) Perempuan-perempuan yang mengikut Yesus (Lukas 8: 2-3).


a) Ada beberapa perempuan yang mengikuti Yesus yang disebutkan di sini, yaitu:


1. Maria Magdalena.


a. Pandangan yang salah tentang Maria Magdalena.

Entah dari mana asal usulnya, tetapi ada banyak orang yang menganggap bahwa Maria Magdalena dulunya adalah seorang pelacur.

  • ada yang menganggap bahwa Maria Magdalena adalah perempuan berdosa yang mengurapi Yesus dalam Luk 7:36-50. Pulpit Commentary mengatakan bahwa mungkin hal itu bersumber pada kitab Talmud Yahudi. Ada juga yang menghubungkan secara demikian, karena kontext dari Luk 7:36-50 itu persis terjadi sebelum kontext yang kita bahas saat ini, yang membicarakan tentang Maria Magdalena. Tetapi semua penafsir dari buku-buku tafsiran yang saya miliki mengatakan bahwa Maria Magdalena bukanlah perempuan yang diceritakan dalam Luk 7:36-50.

  • William Hendriksen mengatakan (hal 419) bahwa ada orang-orang yang mengambil kesimpulan bahwa Maria Magdalena adalah seorang yang tidak bermoral (pelacur), karena tadinya ia kerasukan 7 setan. Tetapi Hendriksen mengatakan bahwa tidak ada bukti sedikitpun untuk mengatakan bahwa orang yang kerasukan setan pasti tidak bermoral (pelacur).

  • Pdt. Yesaya Pariadji dari GBI Tiberias bahkan menganggap bahwa Maria Magdalena adalah pelacur yang dibawa kepada Yesus dalam Yoh 8:1-11.

Pdt. Yesaya Pariadji: “Di waktu Maria Magdalena kedapatan berbuat zinah, ia ditangkap oleh orang Yahudi dihadapkan pada Yesus. Orang ini didapati berzinah, hukum Taurat menyatakan harus dilempari batu hingga mati, betapa mengerikan tetapi Tuhan membela Maria Magdalena dengan mengatakan bahwa orang yang berhak menghukum adalah orang yang tangannya suci. Jadi dalam Alkitab orang Yahudi memberikan contoh bahwa orang yang melakukan zinah akan dirajam maka mengapa Tuhan memilih Maria Magdalena? Karena Tuhan ingin menghadirkan Allah yang Maha Kuasa” - Majalah ‘Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 18, kolom 2,3.


Semua tuduhan ini bukan hanya ngawur, tetapi juga merupakan fitnahan yang sama sekali tidak berdasar terhadap Maria Magdalena!


b. Pembelaan yang salah dari Adam Clarke terhadap Maria Magdalena.


Adam Clarke: “if she ever had been such, it would have been contrary to every rule of prudence, and every dictate of wisdom, for Christ and his apostles to have permitted such a person to associate with them, however fully she might have been converted to God, and however exemplary her life, at that time, might have been. As the world, who had seen her conduct, and knew her character, (had she been such as insinuated,) could not see the inward change, and as they sought to overwhelm Christ and his disciples with obloquy and reproach on every occasion, they would certainly have availed themselves of so favourable an opportunity to subject the character and ministry of Christ to the blackest censure, had he permitted even a converted prostitute to minister to him and his disciples. They were ready enough to say that he was the friend of publicans and sinners, because he conversed with them in order to instruct and save their souls; but they could never say he was a friend of prostitues, because it does not appear that such persons ever came to Christ; or that he, in the way of his ministry, ever went to them. I conclude therefore that the common opinion is a vile slander on the character of one of the best women mentioned in the Gospel of God; ... From the whole account of Mary Magdalene, it is highly probable that she was a person of great respectability in that place; such a person as the wife of Chuza, Herod’s steward, could associate with; and a person on whose conduct or character the calumniating Jews could cast no aspersions” [= jika ia (Maria Magdalena) pernah menjadi orang seperti itu (pelacur), maka merupakan sesuatu yang bertentangan dengan setiap peraturan kebijaksanaan, dan setiap ketentuan hikmat, bagi Kristus dan rasul-rasulNya untuk mengijinkan orang seperti itu untuk bergabung dengan mereka, betapapun penuhnya pertobatannya kepada Allah, dan betapapun patut diteladaninya kehidupannya pada saat itu. Karena dunia, yang dahulu telah melihat tingkah lakunya, dan telah mengetahui karakternya, (seandainya ia memang adalah sebagaimana ia diperkenalkan), tidak bisa melihat perubahan di dalam, dan karena mereka berusaha untuk membanjiri Kristus dan murid-muridNya dengan fitnahan dan celaan pada setiap kesempatan, mereka pasti akan memanfaatkan kesempatan yang begitu bagus untuk memberikan kritikan yang tergelap terhadap karakter dan pelayanan dari Kristus, seandainya Ia mengijinkan seorang pelacur yang telah bertobat untuk melayani Dia dan murid-muridNya. Mereka cukup siap untuk mengatakan bahwa Ia adalah sahabat dari para pemungut cukai dan orang berdosa, karena Ia berhubungan / bergaul dengan mereka untuk mengajar dan menyelamatkan jiwa-jiwa mereka; tetapi mereka tidak pernah bisa mengatakan bahwa Ia adalah sahabat dari para pelacur, karena tidak terlihat bahwa orang-orang seperti itu pernah datang kepada Kristus; atau bahwa Ia, dalam pelayananNya, pernah pergi kepada mereka. Karena itu saya menyimpulkan bahwa pandangan yang umum merupakan suatu fitnahan yang busuk / keji terhadap karakter dari salah seorang perempuan yang terbaik yang disebutkan dalam Injil Allah; ... Dari seluruh cerita tentang Maria Magdalena, adalah sangat mungkin bahwa ia adalah seorang pribadi yang sangat terhormat di tempat itu; seorang dengan siapa istri dari Khuza, bendahara Herodes, bisa bergaul; dan seseorang yang tingkah laku atau karakternya tidak bisa difitnah oleh para pemfitnah Yahudi] - hal 417.


Saya berpendapat bahwa ini merupakan kata-kata tolol dan mirip sekali dengan sikap dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat! Bandingkan dengan kata-kata dari Matthew Poole di bawah ini.


Matthew Poole: “They were not ashamed to be seen following of Christ, though doubtless they met with scoffs enough. Nor were they ashamed to be reproached for their former failing; nor was Christ, because of their former lives, or the life of some of them, to have them following him. It is a glory to Christ, and to the church of Christ, to have great sinners brought to him, and brought into it; the only shame is to such as, being in the church, or pretending at least to be Christians, are debauchers still” [= Mereka (para perempuan tersebut) tidak malu untuk terlihat mengikuti Kristus, sekalipun tidak diragukan mereka menjumpai cukup banyak cercaan / ejekan. Juga mereka tidak malu untuk dicela karena kelemahan mereka dahulu; juga Kristus tidak malu untuk diikuti mereka karena kehidupan mereka dahulu, atau kehidupan dari sebagian dari mereka. Merupakan suatu kemuliaan bagi Kristus, dan bagi gereja Kristus, untuk mendapatkan orang-orang yang sangat berdosa dibawa kepada Dia, dan dibawa ke dalam gereja; satu-satunya yang memalukan adalah adanya orang-orang yang berada di dalam gereja, atau berpura-pura menjadi orang-orang kristen, tetapi tetap adalah orang-orang yang bejat moralnya] - hal 219.


c. Kitab Suci mengatakan bahwa Maria Magdalena adalah seorang perempuan yang pernah dilepaskan oleh Yesus dari tujuh setan (ay 2  bdk. Mark 16:9), dan ia dengan setia mengikut Yesus, sampai pada penyaliban (Yoh 19:25) dan kebangkitan Kristus (Yoh 20:1-18).


Calvin: “We see that it was not in vain that Mary Magdalene was delivered from seven devils, (Mark 16:9; Luke 8:2;) since she showed herself, to the last, to be so faithful a disciple to Christ” [= Kita melihat bahwa tidaklah sia-sia bahwa Maria Magdalena dibebaskan dari tujuh setan (Mark 16:9; Luk 8:2); karena ia menunjukkan dirinya sendiri, sampai akhir, sebagai murid yang begitu setia dari Kristus] - hal 232.


Penerapan: saudara mungkin tidak pernah dibebaskan dari 7 setan seperti Maria Magdalena, tetapi kalau saudara betul-betul adalah orang kristen yang sejati, maka saudara sudah dibebaskan dari neraka. Bukankah juga seharusnya saudara mempunyai kesetiaan seperti Maria? Cobalah periksa / introspeksi bagaimana kesetiaan saudara dalam hal:

  • belajar Firman Tuhan.

  • bersaat teduh.

  • berdoa.

  • menguduskan diri / menahan diri dari dosa.

  • melayani.

  • memberitakan Injil.

  • memberi persembahan persepuluhan.


2. Yohana, istri Khuza, bendahara Herodes.


a. Khuza, bendahara Herodes.

Herodes yang dimaksud adalah Herodes Antipas, sedangkan kata ‘bendahara’ diterjemahkan berbeda dalam Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV/RSV/NASB: ‘steward’ (= pengurus).

NIV: ‘the manager of Herod’s household’ (= pengurus dari rumah tangga Herodes).


Barnes’ Notes: “The word ‘steward,’ here, means one who has charge of the domestic affairs of a family, to provide for it. This office was generally held by a slave who was esteemed the most faithful, and was often conferred as a reward of fidelity” (= Kata ‘pengurus’ di sini berarti seseorang yang mempunyai tanggung jawab terhadap urusan rumah tangga dari suatu keluarga, untuk menyediakan kebutuhannya. Jabatan ini biasanya dipegang oleh seorang budak yang dianggap paling setia, dan sering diberikan sebagai upah dari kesetiaannya) - hal 206.


Leon Morris (Tyndale): “That he was Herod’s steward shows that he was a man of substance, though the precise nature of his office is not clear. The word translated ‘steward’ may denote the manager of Herod’s estates, or it may point to a political office” (= Bahwa ia adalah pengurus dari rumah tangga Herodes menunjukkan bahwa ia akan orang yang kaya, sekalipun sifat yang persis dari jabatan ini tidak jelas. Kata yang diterjemahkan ‘pengurus’ bisa menunjuk kepada pengurus dari milik / tanah Herodes, atau itu bisa menunjuk pada suatu jabatan politik) - hal 150.


b. Ada yang menganggap bahwa Khuza ini adalah pegawai istana yang anaknya disembuhkan oleh Yesus dalam Yoh 4:46-53, tetapi tentu saja ini hanya merupakan suatu dugaan.


c. Orang-orang dari kalangan atas yang dibawa kepada Kristus.

Adanya nama ‘Yohana isteri Khuza bendahara Herodes’ menunjukkan bahwa penginjilan juga harus dilakukan terhadap orang-orang yang berkedudukan tinggi. Jadi ayat-ayat seperti Mat 11:5  Luk 4:18 dan Luk 7:22 tidak boleh diartikan bahwa kabar baik / Injil hanya boleh diberitakan kepada orang-orang miskin.


Bdk. Kis 13:1 - “Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus”.


Jadi jelas bahwa pada abad pertama itu Injil bisa mencapai kalangan atas! Mengapa jaman sekarang tidak bisa? Karena banyak pendeta / pengkhotbah takut memberitakan Injil kepada pejabat! Dalam acara Natal, Paskah, dsb yang dihadiri oleh pejabat, maka pengkhotbah menjadi takut memberitakan Injil, dan sebaliknya meminta pejabat itu yang memberikan wejangan / kata sambutan, sehingga akhirnya orang kristenlah yang ‘diinjili’ oleh pejabat yang non kristen itu. Ini bodoh dan salah! Kesempatan memberitakan Injil seperti itu harus digunakan dengan sebaik-baiknya!


Baik Yohana maupun Menahem ini mau mengorbankan kedudukan dan istana demi Kristus.


Bdk. Ibr 11:24-26 - “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah”.


Ini kontras sekali dengan kebanyakan orang kristen jaman sekarang yang justru mengorbankan Kristus / gereja / acara gereja demi bisnis / uang! Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara adalah orang yang meninggalkan Kristus / gereja demi dunia, atau orang yang mengorbankan dunia demi Kristus? Apa yang rela saudara tinggalkan demi Kristus? Bdk. Lukas 14:33 - “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu”.


d. Nama Yohana ini muncul lagi dalam Luk 24:10 (setelah kebangkitan Yesus) - “Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul”.


3. Susana.

Kita tidak mengetahui apa-apa tentang Susana ini, karena ia tidak pernah lagi disebutkan dalam Kitab Suci.


b) Para perempuan yang berbeda latar belakangnya ini bisa bersatu dalam mengikut Yesus.


William Barclay: “It is an amazing thing to find Mary Magdalene, with the dark past, and Joanna, the lady of the court, in the one company. It is one of the supreme achievement of Jesus that he can enable the most diverse people to live together without in the least losing their own personalities or qualities. ... There is nothing which the church needs more than to learn how to yoke in common harness the diverse temperaments and qualities of different people. If we are failing it is our own fault, for, in Christ, it can be done - and has been done” (= Merupakan sesuatu yang mengherankan untuk mendapati Maria Magdalena, dengan masa lalu yang gelap, dan Yohana, seorang wanita dari istana, dalam satu rombongan. Merupakan salah satu pencapaian tertinggi dari Yesus bahwa Ia bisa memampukan orang-orang yang paling berbeda untuk hidup bersama-sama tanpa sedikitpun kehilangan kepribadian atau kwalitet mereka sendiri. ... Tidak ada yang lebih dibutuhkan oleh gereja dari pada untuk belajar bagaimana untuk menggabungkan / mempersatukan temperamen-temperamen dan kwalitet-kwalitet dari orang-orang yang berbeda. Jika kita gagal itu adalah kesalahan kita sendiri, karena dalam Kristus itu bisa dilakukan, dan telah dilakukan) - hal 96-97.


c) Para perempuan ini melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka.


1. Problem text.

Lukas 8: 3: “Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka”

KJV: ‘And Joanna the wife of Chuza Herod’s steward, and Susanna, and many others, which ministered unto him of their substance’ (= Dan Yohana, istri Khuza, pengurus Herodes, dan Susana, dan banyak yang lain, yang melayani Dia dengan kekayaan mereka).


RSV: ‘and Joanna, the wife of Chuza, Herod's steward, and Susanna, and many others, who provided for them out of their means’ (= Dan Yohana, istri Khuza, pengurus Herodes, dan Susana, dan banyak yang lain, yang menyediakan untuk mereka dari kekayaan mereka).


NIV: ‘Joanna the wife of Cuza, the manager of Herod’s household; Susanna; and many others. These women were helping to support them out of their own means’ (= Yohana istri Khuza, pengurus rumah tangga Herodes; Susana; dan banyak yang lain. Perempuan-perempuan ini menolong untuk menyokong mereka dari kekayaan mereka sendiri).


NASB: ‘and Joanna the wife of Chuza, Herod’s steward, and Susanna, and many others who were contributing to their support out of their private means’ (= dan Yohana istri Khuza, pengurus Herodes, dan Susana, dan banyak yang lain yang memberikan sumbangsih untuk menyokong mereka dari kekayaan pribadi mereka ).


Hanya KJV yang menggunakan bentuk tunggal, yang lain menggunakan bentuk jamak. Adam Clarke mengatakan (hal 417) bahwa ada textual problem di sini. Jadi KJV menggunakan manuscript yang berbeda, dan Clarke mengatakan bahwa manuscripts yang terbaik menggunakan kata Yunani auvtoij (= to them / bagi mereka).


2. Pelayanan para perempuan ini dengan menggunakan kekayaan mereka.

Perhatikan beberapa komentar dari para penafsir tentang hal ini:


David Gooding: “salvation is not of works, but by grace through faith. ... while salvation is not of works, once it is received it leads to good works” (= keselamatan bukan karena perbuatan baik, tetapi oleh kasih karunia melalui iman. ... sementara keselamatan bukan karena perbuatan baik, sekali itu diterima itu membimbing pada perbuatan baik) - hal 137.


David Gooding: “though salvation is, and must be, not by works, but by grace through faith, none the less where it is genuinely experienced, it will lead to love and gratitude to the Saviour, and love and gratitude will in turn lead to devotion and practical good works” (= sekalipun keselamatan bukan karena perbuatan baik, dan tidak bisa karena perbuatan baik, tetapi oleh kasih karunia melalui iman, sekalipun demikian dimana  keselamatan itu dialami dengan sungguh-sungguh, itu akan membimbing kepada kasih dan rasa terima kasih kepada sang Juruselamat, dan selanjutnya kasih dan rasa terima kasih itu akan membawa kepada pembaktian dan perbuatan baik yang praktis) - hal 139.


Barnes’ Notes: “Christians then believed, when they professed to follow Christ, that it was proper to give all up to him - their property, as well as their hearts. And the same thing is still required - that is, to commit all that we have to his disposal; to be willing to part with it for the promotion of his glory; and to leave it when he calls us away from it” (= Orang-orang Kristen pada saat itu percaya bahwa pada waktu mereka mengikut Kristus, maka adalah benar untuk memberikan semua kepada Dia, milik / kekayaan mereka maupun hati mereka. Dan hal yang sama masih diwajibkan, yaitu, untuk menyerahkan semua yang kita miliki untuk Ia atur / gunakan; untuk mau berpisah dengannya demi kemajuan kemuliaanNya; dan untuk meninggalkannya pada waktu Ia memanggil kita darinya) - hal 206.


William Barclay: “In this list of women we have a group whose help was practical. Being women, they would not be allowed to preach; but they gave the gifts they had. There was an old shoemaker who once had wished to become a minister but the way had never opened up. He was a friend of a young divinity student; and when the lad one day was called to his first charge the old man asked him for a favour. He asked to be allowed always to make his shoes so that he might feel the preacher was wearing his shoes in that pulpit into which he could never go himself. It is not always the person in the foreground who is doing the greatest work. Many a man who occupies a public position could not sustain it for one week without the help of the home behind him! There is no gift which cannot be used in the service of Christ. Many of his greatest servants are in the background, unseen but essential to his cause” (= Dalam daftar perempuan-perempuan ini kita mendapatkan suatu kelompok yang memberikan pertolongan praktis. Sebagai perempuan, mereka tidak diijinkan untuk berkhotbah; tetapi mereka memberikan karunia-karunia yang mereka miliki. Ada seorang pembuat sepatu yang sudah tua yang pernah menginginkan untuk menjadi seorang pendeta, tetapi jalannya tidak pernah terbuka baginya. Ia adalah teman dari seorang mahasiswa theologia yang masih muda; dan pada waktu pemuda itu suatu hari dipanggil untuk tugas pertamanya, orang tua itu memintanya untuk melakukan sesuatu. Ia meminta untuk diijinkan selalu membuat sepatunya sehingga ia bisa merasa sang pengkhotbah memakai sepatunya di mimbar, dimana ia sendiri tidak pernah bisa berdiri. Tidak selalu orang yang ada di latar depan yang melakukan pekerjaan yang terbesar. banyak orang yang menempati posisi di depan banyak orang tidak bisa mempertahankannya untuk satu minggu tanpa pertolongan dari keluarga di belakangnya! Tidak ada karunia yang tidak bisa digunakan dalam pelayanan Kristus. Banyak dari pelayan-pelayanNya yang terbesar ada di latar belakang, tidak terlihat tetapi sangat dibutuhkan bagi perkaraNya) - hal 97.


3. Kristus menerima pelayanan mereka ini.


Matthew Poole: “Nor was Christ ashamed to live upon the baskets of others, while he was providing spiritual food for the souls of all” (= Kristus tidak malu untuk hidup dari keranjang orang lain, sementara Ia menyediakan makanan rohani untuk jiwa-jiwa dari semua orang) - hal 219. Bdk. Luk 9:3-4  Luk 10:4-8  1Kor 9:4-14  2Kor 11:8  Gal 6:6  Fil 4:17-18  1Tim 5:17-18.


Penutup / kesimpulan.


Apakah saudara yakin bahwa diri saudara sudah diselamatkan, bukan oleh perbuatan baik saudara, tetapi karena hanya karena kasih karunia yang saudara terima melalui iman? Kalau ya, apakah hal itu membangkitkan kasih dan syukur dalam diri saudara kepada Tuhan? Dan apakah kasih dan syukur itu mewujudkan diri dalam pelayanan / persembahan harta benda kepada Tuhan? 


LUKAS 8:4-21(1)


Lukas 8:4-21 - “(4) Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: (5) ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. (6) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.’ Setelah berkata demikian Yesus berseru: ‘Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!’ (9) Murid-muridNya bertanya kepadaNya, apa maksud perumpamaan itu. (10) Lalu Ia menjawab: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. (11) Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. (12) Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. (13) Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. (14) Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. (15) Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.’ (16) ‘Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. (17) Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. (18) Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.’ (19) Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepadaNya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. (20) Orang memberitahukan kepadaNya: ‘IbuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.’ (21) Tetapi Ia menjawab mereka: ‘IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.’”.


I) Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan.


1) Banyak orang datang kepada Yesus dari tempat-tempat yang jauh (Lukas 8: 4).


a) Sekalipun kelihatannya ada banyak orang datang kepada Yesus, tetapi sesuai dengan perumpamaan ini, yang sungguh-sungguh cuma sedikit.

Dalam Luk 9:10-17 ada cerita tentang Yesus memberi makan 5000 orang, dan dari cerita ini terlihat bahwa yang ‘mengikut’ Yesus ada ribuan orang. Dalam Injil Yohanes cerita tersebut ada dalam Yoh 6:1-14, dan pada akhir dari Yoh 6 diceritakan bahwa banyak murid yang mengundurkan diri dan tidak mengikuti Yesus lagi (Yoh 6:66). Jadi jelas bahwa pengikut sejati memang hanya sedikit. Apakah saudara termasuk yang sedikit itu?


b) Bahwa mereka mau datang dari tempat yang jauh, tidak membuktikan bahwa mereka betul-betul berniat mencari Yesus dan firmanNya.

Bisa saja mereka datang hanya karena ingin tahu, hanya ikut-ikutan, atau untuk mencari kesembuhan, dan berkat-berkat jasmani yang lain.


Bdk. Yoh 6:26-27 - “Yesus menjawab mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.’”.


Bahwa Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang penabur ini untuk mereka, dan tidak menjelaskannya untuk mereka, jelas menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka bukanlah ‘tanah yang baik’ (Lukas 8: 8).


Calvin: “if those who ran from distant places to Christ, like hungry persons, are compared to an unproductive and barren soil, we need not wonder if, in our own day, the Gospel does not yield fruit in many, of whom some are lazy and sluggish, others hear with indifference, and others are scarcely drawn even to hear” (= jika mereka yang datang dari tempat yang jauh kepada Kristus, seperti orang-orang yang lapar, dibandingkan dengan tanah yang tidak produktif dan gersang, kita tidak perlu heran jika, pada jaman kita, Injil tidak memberikan buah dalam banyak orang, yang sebagian di antaranya malas dan pasif / lamban, sedangkan yang lain mendengar dengan sikap acuk tak acuh, dan yang lain hampir-hampir tidak mendengar) - hal 101.


2) Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan.


a) Persamaan dan perbedaan antara perumpamaan dengan dongeng.

Baik perumpamaan maupun dongeng menekankan suatu kebenaran moral, tetapi dalam dongeng ceritanya hanya merupakan khayalan yang tidak masuk akal, seperti binatang berbicara dsb, sedangkan dalam perumpamaan ceritanya bukan khayalan tetapi betul-betul bisa terjadi (Pulpit Commentary, hal 201-202).


b) Sebetulnya sebelum saat ini Yesus sudah pernah mengajar dengan menggunakan perumpamaan, misalnya dalam Mat 7:24-27. Tetapi sebelum saat ini, Yesus tidak banyak mengajar dengan menggunakan perumpamaan, dan perumpamaan-perumpamaan yang Ia berikan pendek-pendek, dan cukup jelas artinya. Tetapi mulai saat ini Yesus mengajar dengan banyak perumpamaan, dan perumpamaan-perumpamaan itu panjang-panjang, dan tidak bisa dimengerti kecuali dijelaskan.


3) Mengapa Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan?


a) Apakah ay 9 bertentangan dengan Mat 13:10?

Lukas 8: 9: “Murid-muridNya bertanya kepadaNya, apa maksud perumpamaan itu”.

Mat 13:10  - “Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’”.

Ini bukan kontradiksi, tetapi saling melengkapi. Jadi sebetulnya mereka menanyakan kedua pertanyaan ini; Matius menceritakan yang satu, Lukas menceritakan yang lain. Luk 8:10 / Mat 13:11-17 menjawab pertanyaan dalam Mat 13:10; sedangkan penjelasan arti perumpamaan ini (Lukas 8:11-15 / Mat 13:18-23) menjawab pertanyaan dalam Lukas 8:9.


b) Alasan / tujuan Yesus mengajar dengan perumpamaan ada dalam Luk 8:10 - “Lalu Ia menjawab: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti”.


1. ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah’.


a. ‘diberi karunia’.

Calvin: “Christ, by declaring that it was ‘given’ to them, excludes all merit. Christ declares that there are certain and elect men, on whom God specially bestows this honour of revealing to them his secrets, and that others are deprived of this grace. No other reason will be found for this distinction, except that God calls to himself those whom he has gratuitously elected” (= Kristus, dengan menyatakan bahwa hal itu ‘diberikan’ kepada mereka, membuang semua jasa / kebaikan. Kristus menyatakan bahwa ada orang-orang tertentu dan pilihan, kepada siapa Allah secara khusus memberikan kehormatan dengan menyatakan kepada mereka rahasia-rahasiaNya, dan orang-orang yang lain tidak diberi kasih karunia ini. Tidak ada alasan lain akan ditemukan untuk pembedaan ini, kecuali bahwa Allah memanggil kepada diriNya sendiri, mereka yang telah dipilihNya dengan murah hati / penuh kasih karunia) - hal 104.


David Gooding mengatakan (hal 140) bahwa mula-mula para murid sama tidak mengertinya dengan orang-orang lain. Tetapi mereka mempunyai keinginan / kerinduan untuk mengerti, dan karena itu mereka bertanya kepada Yesus, dan mendapatkan penjelasan (ay 9-dst).


Tetapi kita tetap tidak bisa mengatakan bahwa para murid diberi pengertian karena mereka lebih baik dari pada orang banyak tersebut. Orang banyak itu tidak rindu pada Firman Tuhan, sedangkan mereka rindu. Mengapa? Karena kerinduan itu merupakan pemberian Tuhan (bdk. Kis 16:14b)! Dan Tuhan memberikannya hanya kepada orang-orang pilihanNya.


Bandingkan dengan komentar Calvin tentang ay 8b: “Setelah berkata demikian Yesus berseru: ‘Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”, dimana Calvin berkata sebagai berikut: “he makes distinction among the hearers, by pronouncing some to have ears, and others to be deaf. If it is next inquired, how it comes to pass that the former have ears, Scripture testifies in other passages, that it is the Lord who pierces the ears, (Psalm 40:7,) and that no man obtains or accomplishes this by his own industry” [= Ia membedakan para pendengar, dengan menyatakan bahwa sebagian mempunyai telinga, dan yang lain tuli. Jika selanjutnya ditanyakan: bagaimana bisa terjadi bahwa yang pertama mempunyai telinga, Kitab Suci menyaksikan dalam text-text yang lain, bahwa Tuhanlah yang menusuk / membuka telinga (Maz 40:7), dan bahwa tidak seorangpun mendapatkan atau mencapai hal ini oleh kerajinannya sendiri] - hal 101.


Maz 40:7 - “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut”.


b. ‘rahasia’.

Leon Morris (Tyndale): “To them are revealed ‘the secrets of the kingdom of God.’ ‘Secrets’ (MUSTERIA) are truths which man could never discover for himself, but which God has revealed” [= Kepada mereka dinyatakan ‘rahasia dari Kerajaan Allah’. ‘Rahasia’ (MUSTERIA) adalah kebenaran-kebenaran yang tidak pernah bisa ditemukan oleh manusia untuk dirinya sendiri, tetapi yang telah dinyatakan oleh Allah] - hal 151-152.


David Gooding: “God’s way of salvation, that is, his way of establishing his kingdom, is admittedly a mystery; though the word ‘mystery’ has a somewhat different meaning on the lips of Christ from what it has in our normal modern parlance. He means that God’s was of salvation is a plan devised by God which no-one would ever have known anything about if God had not revealed it” (= Jalan keselamatan Allah, yaitu caraNya untuk menegakkan kerajaanNya, diakui merupakan suatu misteri / rahasia; sekalipun kata ‘rahasia / misteri’ mempunyai arti yang agak berbeda di bibir Kristus dari artinya dalam percakapan modern yang normal. Ia memaksudkan bahwa jalan keselamatan Allah merupakan suatu rencana yang direncanakan oleh Allah yang tak akan pernah diketahui oleh siapapun seandainya Allah tidak menyatakannya) - hal 140.


William Hendriksen: “By no means has this mystery been revealed to all. That it was made known to us was pure grace. Hence, all the more we should, with gratitude to God, share what we have freely received. ‘Woe to me if I do not preach the gospel’ (1Cor. 9:16)” [= Rahasia / misteri ini sama sekali tidak dinyatakan kepada semua orang. Bahwa itu dinyatakan kepada kita, itu merupakan kasih karunia yang murni. Jadi, kita harus lebih membagikan apa yang kita dapat dengan cuma-cuma, dengan rasa syukur kepada Allah. ‘Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil’ (1Kor 9:16)] - hal 432.


2. ‘tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti’.


Kata Yunaninya: HINA (= ‘that’ / ‘supaya’). Ini menunjukkan tujuan penggunaan perumpamaan.

Mark 4:11-12 - “JawabNya: ‘Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.’”.

Jadi, Markus juga menggunakan kata Yunani HINA. 

Mat 13:13 - “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti”.


Matius menggunakan kata Yunani HOTI (= ‘because’ / ‘karena’). Ini menunjukkan alasan penggunaan perumpamaan.


A. T. Robertson: “Jesus speaks in parables because the multitudes see without seeing and hear without hearing. But He also speaks in parable in order that they may see without seeing and hear without hearing” (= Yesus berbicara dalam perumpamaan-perumpamaan karena orang banyak memandang tanpa melihat dan mendengar tanpa menanggap. Tetapi Ia juga berbicara dalam perumpamaan supaya mereka memandang tanpa melihat dan mendengar tanpa menanggap) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 113.


Jadi, yang salah pertama-tama adalah para pendengar yang brengsek ini. Karena itu, sebagai hukuman, Yesus mengajar dalam perumpamaan, supaya mereka makin tidak mengerti ajaranNya.


William Hendriksen: “It was because by their own choice these impenitent Pharisees and their followers had refused to see and hear, that, as a punishment for this refusal, they are now addressed in parables, that (or in order that) seeing, they may not see; and hearing, they may not understand” (= Adalah karena pilihan mereka sendiri orang-orang Farisi yang tidak bertobat dan para pengikut mereka telah menolak untuk melihat dan mendengar, sehingga, sebagai hukuman untuk penolakan ini, sekarang mereka diajar dalam perumpamaan-perumpamaan, supaya mereka memandang tetapi tidak melihat; dan mendengar tetapi tidak mengerti) - hal 425.


Calvin: “all whom God does not enlighten with the Spirit of adoption are men of unsound mind; and that, while they are more and more blinded by the word of God, the blame rests wholly on themselves, because this blindness is voluntary” (= semua yang tidak diterangi oleh Allah dengan Roh adopsi adalah orang-orang dengan pikiran yang tidak sehat; dan bahwa sementara mereka makin lama makin dibutakan oleh firman Allah, kesalahan sepenuhnya berada pada diri mereka sendiri, karena kebutaan ini terjadi secara sukarela) - hal 108.


Jadi jelas bahwa bagi para pendengar yang brengsek itu, pengajaran menggunakan perumpamaan merupakan sesuatu yang bersifat penghakiman / penghukuman, dan ini memisahkan pencari firman yang sungguh-sungguh dan yang sambil lalu / asal-asalan.


Leon Morris (Tyndale): “The crowds were thronging about Jesus. He was becoming a popular preacher. But He looked for more than a superficial adherence, so He intensified His use of parables, stories which yielded their meaning only to those who were prepared to search for them. The parables demand thought and spiritual earnestness. They separate the sincere seeker from the casual hearer” (= Orang banyak berdesak-desakan di sekitar Yesus. Ia menjadi pengkhotbah yang populer. Tetapi Ia mencari sesuatu yang lebih dari sekedar kesetiaan yang dangkal / lahiriah, jadi Ia meningkatkan penggunaan perumpamaan-perumpamaan, cerita-cerita yang memberikan artinya hanya kepada mereka yang siap untuk mencarinya. Perumpamaan-perumpamaan ini menuntut pemikiran dan kesungguhan rohani. Mereka memisahkan pencari yang sungguh-sungguh dari pendengar yang sambil lalu) - hal 150.


Leon Morris (Tyndale): “Parables both reveal and conceal the truth; they reveal it to the genuine seeker who will take the trouble to dig beneath the surface and discover the meaning, but they conceal it from him who is content simply to listen to the story. ... Parables are a mine of information to those who are in earnest, but they are a judgment on the casual and careless” (= Perumpamaan menyatakan dan menyembunyikan kebenaran; perumpamaan menyatakannya kepada pencari yang sungguh-sungguh yang mau berjerih payah untuk menggali di bawah permukaan dan menemukan artinya, tetapi perumpamaan menyembunyikannya dari dia yang puas dengan sekedar mendengarkan ceritanya. ... Perumpamaan adalah suatu tambang informasi bagi mereka yang sungguh-sungguh, tetapi merupakan suatu penghakiman bagi orang-orang yang sambil lalu dan ceroboh) - hal 152.


Pulpit Commentary mengutip kata-kata Godet: “The veil which it (the parable) throws over the truth becomes transparent to the attentive mind, while it remains impenetrable to the careless” (= Selubung yang dilemparkan ke atas kebenaran oleh perumpamaan itu menjadi transparan bagi pikiran yang penuh perhatian, sementara itu tetap tidak bisa ditembus bagi orang-orang yang ceroboh / sembarangan) - hal 203.


Pulpit Commentary: “The element of judgment in parabolic teaching. ... While to a docile and childlike spirit a parable sets truth in its most attractive aspect, to a proud, self-sufficient spirit it veils and hides the truth. It is light or darkness according to our spiritual attitude” (= Elemen penghakiman dalam pengajaran yang menggunakan perumpamaan. ... Sementara bagi roh / semangat yang patuh dan seperti anak suatu perumpamaan menyatakan kebenaran dalam aspeknya yang paling menarik, bagi roh / semangat yang sombong dan merasa dirinya cukup perumpamaan itu menyelubungi dan menyembunyikan kebenaran. Itu adalah terang atau gelap menurut sikap rohani kita) - hal 228,229.


Pulpit Commentary: “Those who did not wish to learn were sent away with the feeling, A dark saying has been uttered: who can hear it?” (= Mereka yang tidak ingin belajar akan pergi dengan perasaan: Suatu kata-kata yang gelap telah diucapkan: siapa bisa mendengarnya?) - hal 211.


Pernahkah setelah mendengar suatu khotbah saudara berpikir dalam hati: ‘Ngomong apa sih pengkhotbah itu?’. Ini memang bisa terjadi karena kesalahan pengkhotbah, yang berkhotbah secara ruwet / tidak jelas. Tetapi ini juga bisa terjadi karena kesalahan pendengar, yang karena memang tidak rindu terhadap Firman Tuhan, tidak diberi pengertian oleh Tuhan.


3. Tuhan punya cara lain untuk membuat orang tidak mengerti firmanNya.

Calvin: “the word of God is not obscure, except so far as the world darkens it by its own blindness. And yet the Lord conceals its mysteries, so that the perception of them may not reach the reprobate. There are two ways in which he deprives them of the light of his doctrine. Sometimes he states, in a dark manner, what might be more clearly expressed; and sometimes he explains his mind fully, without ambiguity and without metaphor, but strikes their senses with dulness and their minds with stupidity, so that they are blind amidst bright sunshine” (= firman Allah tidaklah merupakan sesuatu yang kabur / tidak jelas, kecuali dunia menggelapkannya dengan kebutaan mereka sendiri. Dan Tuhan menyembunyikan misteri-misterinya, sehingga pengertian tentang hal itu tidak mencapai orang-orang yang ditetapkan untuk binasa. Ada 2 jalan dengan mana Ia tidak memberi mereka terang dari doktrin / ajaranNya. Kadang-kadang Ia menyatakan, dengan cara yang gelap, sesuatu yang bisa dinyatakan secara lebih jelas; dan kadang-kadang Ia menjelaskan pikiranNya secara penuh, tanpa arti ganda dan tanpa kiasan, tetapi Ia memukul pengertian mereka dengan ketumpulan dan pikiran mereka dengan kebodohan, sehingga mereka buta di tengah-tengah matahari yang terang) - hal 102-103.


4. Ketidak-mengertian terhadap Firman Tuhan ini mempunyai resiko yang sangat hebat!

Ini tidak terlihat dalam Injil Lukas, tetapi terlihat dalam Injil Matius dan Markus, karena dalam Matius dan Markus ada tambahan kata-kata yang tidak ada dalam Lukas.

Mat 13:15 - “Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.


Mark 4:12 - “supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.’”.

Kesembuhan yang dibicarakan oleh Matius jelas tidak mungkin diartikan sebagai kesembuhan jasmani, tetapi harus diartikan sebagai kesembuhan rohani. Dan kalau diartikan demikian, menjadi sama dengan Markus yang menggunakan kata ‘mendapatkan ampun’.

Jadi, ketidak-mengertian terhadap Firman Tuhan berhubungan dengan keselamatan kekal!


Kesimpulan: kerinduan terhadap Firman Tuhan merupakan sesuatu yang sangat penting. Memang bagi orang-orang yang bukan pilihan, Allah tidak akan memberikannya, sehingga mereka tidak akan pernah bisa rindu dengan sungguh-sungguh. Tetapi bagi orang-orang pilihan / orang kristen yang sejati, yang sudah rindu Firman Tuhan, kerinduan itu perlu dijaga / ditingkatkan dengan cara betul-betul belajar Firman Tuhan, mempercayainya dan mentaatinya.


Perlu diketahui bahwa:

a) Berbeda dengan rasa lapar secara jasmani, yang kalau tidak dituruti akan makin lama makin hebat, maka rasa lapar rohani justru akan pudar kalau tidak dituruti!

b) Dosa / ketidak-taatan, apalagi yang disadari / disengaja, dan yang dipertahankan dengan sikap tegar tengkuk, dalam waktu singkat akan menghancurkan kerinduan terhadap Firman Tuhan!

Karena itu, rajin dan tekunlah dalam belajar Firman Tuhan, dan taatlah kepada Firman Tuhan!


LUKAS 8:4-21(2)


II) Perumpamaan tentang seorang penabur dan artinya.


1) Tanah tepi jalan, yang merupakan tanah yang keras sehingga tak memungkinkan benih itu bertumbuh.

Ay 5b,12 - “(5) ... sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. ... (12) Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan”.


a) Ay 12: ‘Iblis’ [HO DIABOLOS (= the devil)].

Mat 13:19 - ‘si jahat’.

Mark 4:15 - ‘Iblis’ [HO SATANAS (= the Satan)].


Adam Clarke: “It is worthy of remark, that the three evangelists should use each a different appellative of this mortal enemy of mankind; probably to show that the devil, with all his powers and properties, opposes every thing that tends to the salvation of the soul” [= Merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan bahwa ketiga penginjil (Matius, Markus, Lukas) masing-masing menggunakan sebutan yang berbeda tentang musuh manusia ini; mungkin untuk menunjukkan bahwa setan, dengan semua kuasa dan miliknya, menentang segala sesuatu yang mempunyai kecenderungan pada keselamatan jiwa] - hal 145.


b) Lukas 8: 12 ini menunjukkan bahwa setan pasti ada di gereja / di manapun Injil / Firman Allah disampaikan!


Banyak orang yang menganggap bahwa setan senang untuk berada di kuburan-kuburan.

Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Kalau anda ingin tahu, gudangnya setan-setan adalah di kuburan-kuburan. ... Rumah-rumah sakit, terutama di ruang I.C.U. juga gentayangan setan-setan. Setan-setan akan berusaha dan mencari kesempatan untuk menerkam orang-orang yang menjelang ajal, masuk alam roh” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 40.


Adalah sesuatu yang menggelikan bahwa ada banyak orang percaya, apalagi kalau ia seorang pendeta, bahwa setan paling senang ada di kuburan-kuburan. Apa yang dia lakukan di sana? Siapa yang dia goda? Mungkin memang ada setan di sana, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran yang jelek tentang kuburan, dan supaya banyak orang percaya bahwa setan senang di sana, supaya dengan demikian orang-orang itu tidak menyadari bahwa tempat yang paling dia senangi adalah gereja / tempat dimana Firman Tuhan / Injil disampaikan. Mengapa tempat ini ia senangi? Sebetulnya ia ada di sana jelas bukan karena ia menyenangi tempat itu, tetapi karena ia tahu bahwa di tempat itu Injil / Firman Tuhan diberitakan, sehingga kalau ia tidak bekerja di sana, akan ada banyak orang yang bertobat dan mengikut Tuhan.


c) Adanya pekerjaan setan ini tidak berarti bahwa orang yang termasuk ‘tanah tepi jalan’ ini tidak bersalah.


William Hendriksen: “By no means does Jesus excuse these people, as if only the devil and not they themselves were responsible for what happened to the divine message that had been spoken to them. Verse 12 does not cancel verse 8b or verse 18a! But here in verse 12 these frivolous hearers are being told that in treating the word of God so lightly they are co-operating with the prince of evil, whose purpose is to prevent them from believing and being saved!” [= Yesus sama sekali tidak memaafkan / memberi dalih untuk orang-orang ini, seakan-akan hanya setan dan bukan mereka sendiri yang bertanggung jawab untuk apa yang terjadi pada berita / pesan ilahi yang telah diucapkan kepada mereka. Ayat 12 tidak membatalkan ayat 8b (‘Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!’) atau ayat 18a (‘Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar’)! Tetapi di sini dalam ayat 12 para pendengar yang sembrono ini diberitahu bahwa dengan memperlakukan firman Allah dengan begitu meremehkan, mereka bekerja sama dengan pangeran dari kejahatan, yang tujuannya adalah menghalangi mereka percaya dan diselamatkan!] - hal 426.


Setan memang kurang ajar, tetapi pada saat saudara berbuat dosa, saudara tidak bisa mengkambing-hitamkan setan, dan menggunakan dia sebagai dalih untuk menutupi kesalahan saudara!


d) Beberapa alasan yang menyebabkan seseorang menjadi ‘tanah tepi jalan’.


William Hendriksen: “These people do nothing with the message. They do not use it to good advantage. ‘Immediately’ after they have heard it, any favorable effect it might have had on them is annihilated. What accounts for their negative reaction? Perhaps it is ill will toward the messenger. Or perhaps hostility with respect to this particular message. Or they do not wish to be inconvenienced (Acts 24:25). The spirit of indifference may have crept into them, perhaps little by little until it was total, their hearts having become as hard as the path on which the seed of the parable was scattered” [= Orang-orang ini tidak melakukan apa-apa dengan berita / pesan itu. Mereka tidak menggunakannya untuk keuntungan mereka. ‘Segera’ setelah mereka mendengarnya, akibat yang menyenangkan apapun yang bisa terjadi pada diri mereka dihapuskan. Apa yang menyebabkan reaksi negatif ini? Mungkin sikap yang tidak baik terhadap pemberitanya. Atau mungkin permusuhan / ketidak senangan berkenaan dengan berita yang khusus itu. Atau mereka tidak ingin merasa susah (Kis 24:25). Sikap hati yang acuh tak acuh bisa telah masuk perlahan-lahan ke dalam diri mereka, mungkin sedikit demi sedikit sampai menyeluruh, hati mereka telah menjadi sekeras tanah tepi jalan dimana benih dari perumpamaan itu disebarkan] - hal 426-427.


Kis 24:25 - “Tetapi ketika Paulus berbicara tentang kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang, Feliks menjadi takut dan berkata: ‘Cukuplah dahulu dan pergilah sekarang; apabila ada kesempatan baik, aku akan menyuruh memanggil engkau.’”.


Juga perlu diperhatikan bahwa Matius mengatakan bahwa orang-orang ini mendengar Firman tetapi ‘tidak mengertinya’ (Mat 13:19). Mungkin mereka menuruti godaan setan untuk melamun, omong-omong, dan sebagainya.


e) Contoh dari ‘tanah tepi jalan’:

1. Kedua calon menantu Lot (Kej 19:14).

2. Orang-orang Kharismatik yang mendengar khotbah saya tentang bahasa Roh / baptisan. Sedikitnya 2 gereja dan satu sekolah theologia memutuskan hubungan dengan saya karena saya mengajarkan apa yang betul-betul berdasarkan Kitab Suci dan yang tidak bisa mereka bantah. Bagi mereka berlaku peribahasa: ‘buruk muka cermin dibelah’!


2) Tanah berbatu, yang merupakan batu besar yang dilapisi tanah tipis, sehingga memungkinkan benih bertumbuh, tetapi lalu mati karena tidak berakar.

Lukas 8: 6,13: “(6) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. ... (13) Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad”.


a) Yang dimaksud dengan ‘tanah berbatu’ bukanlah tanah yang bercampur dengan batu-batu kecil. Di tanah yang seperti ini tanaman bisa tumbuh. Yang dimaksud dengan ‘tanah berbatu’ adalah batu besar yang dilapisi tanah tipis. Benih bisa timbuh, tetapi akarnya tidak bisa menembus batu, sehingga tiodak tahan lama. Pada waktu sinar matahari yang panas menimpa tanaman itu, ia menjadi layu / kering dan mati.


b) Orang-orang ini mendengar firman dan menerimanya dengan gembira, tetapi mereka ini tidak berakar.


Norval Geldenhuys (NICNT): “the seed falling upon the rock, are those who, when listening to the preaching, receive it with emotional excitement and superficial enthusiasm” (= benih yang jatuh di tanah berbatu adalah mereka yang pada waktu mendengar pada pemberitaan, menerimanya dengan kegembiraan yang emosionil dan semangat / kegairahan yang palsu / lahiriah) - hal 244.


William Hendriksen: “These are emotional people. Now it is a good thing to be emotional. ... the trouble with the people symbolized by seed that fell on rock is that their emotions are superficial, not based on deep-seated convictions. These people ‘have no root.’” (= Ini adalah orang-orang yang emosionil. Adalah sesuatu yang baik untuk menjadi emosionil. ... problem dengan orang-orang yang disimbolkan oleh benih yang jatuh di tanah berbatu adalah bahwa emosi mereka palsu / lahiriah, dan tidak didasarkan pada keyakinan yang berakar. Orang-orang ini ‘tidak berakar’.) - hal 427.


Pulpit Commentary menganggap golongan ini sebagai orang-orang yang cepat-cepat membuat suatu pengakuan iman, tetapi mereka tidak menghitung ongkosnya, sehingga pada saat penderitaan / penganiayaan tiba, mereka murtad.


c) Mereka ‘percaya sebentar saja’ dan dalam masa pencobaan mereka murtad.

Apakah ini menunjukkan bahwa iman bisa hilang? Apakah ini menunjukkan bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad dan akhirnya binasa? Tentu saja tidak, karena ‘iman’ mereka bukanlah iman yang sejati, dan orang-orang ini tidak pernah menjadi orang kristen yang sejati.


Calvin: “According to Luke, Christ says that they believe for a time; because that honour which they render to the Gospel resembles faith” (= Menurut Lukas, Kristus berkata bahwa mereka ‘percaya sebentar saja’; karena ‘hormat yang mereka berikan kepada Injil’ menyerupai ‘iman’) - hal 115.


Jadi kata-kata ‘percaya sebentar saja’ jelas bukan merupakan fakta tetapi suatu penggambaran secara lahiriah / dari luar.


d) Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

1. Mat 7:13-14 - “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.’”.

2. Mat 10:38 - “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu”.

3. Mat 11:6 - “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.’”.

4. Mat 24:9,10,13 - “(9) Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu, (10) dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. ... (13) Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.

5. Ibr 10:32-36 - “(32) Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, (33) baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. (34) Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya. (35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. (36) Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.


Kalau ada dari saudara yang saat ini sedang mengalami penderitaan dalam mengikut Tuhan, dan mungkin sedang digoda setan untuk berhenti ikut Tuhan, renungkan ayat-ayat di atas ini!


e) Contoh dari tanah berbatu.

1. Ada yang menganggap bahwa Herodes adalah salah satu contoh dari tanah berbatu ini.

Mark 6:20 - “sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Sebetulnya saya lebih condong untuk mengatakan bahwa Herodes adalah tanah tepi jalan, karena ia tidak pernah mengikut Tuhan.

2. Semua orang yang berhenti ikut Kristus karena adanya penderitaan dan penganiayaan.


3) Tanah bersemak duri.

Lukas 8: 7,14: “(7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. ... (14) Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang”.


a) Ini adalah orang-orang yang mendengar Firman Tuhan, dan mereka bukannya tidak mempedulikannya. Mereka peduli pada Firman Tuhan, tetapi mereka juga sangat peduli dengan hal-hal duniawi, bahkan mereka mengutamakan hal-hal duniawi lebih dari Tuhan dan firmanNya.


Pulpit Commentary: “These hear the Word, and, hearing it, grasp its deep solemn meaning, and for a part of each day honestly try to live the life which that Divine Word pressed home to them. But with these there is another life; side by side with the golden grain has grown up a crop of thorns, which, unless destroyed in time, will choke and utterly mar, as, alas, it often does, the true corn. Such men and women, ... try to serve two masters - God and the world” (= Orang-orang ini mendengar Firman, dan pada waktu mendengarnya mereka menangkap arti khidmatnya yang dalam, dan untuk sebagian dari setiap hari mereka dengan sungguh-sungguh hidup sebagaimana Firman Ilahi itu memberi kesan kepada mereka. Tetapi dengan hal-hal ini ada suatu kehidupan yang lain; berdampingan dengan bulir yang keemasan telah tumbuh suatu kumpulan semak duri, yang, kecuali dihancurkan pada waktunya, akan mencekik dan merusak jagung yang sejati / benar secara total, seperti yang sering terjadi. Orang-orang seperti itu, ... berusaha melayani dua tuan - Allah dan dunia) - hal 204.


Norval Geldenhuys (NICNT): “Material want or material abundance and worldly pleasures so completely absorb the lives of these people, that the fruit borne in their lives by the preaching of the Word is ere long altogether destroyed” (= Kekurangan atau kelimpahan materi dan kesenangan-kesenangan duniawi begitu menyerap kehidupan dari orang-orang ini, sehingga dalam waktu singkat buah yang dikeluarkan dalam kehidupan mereka oleh pemberitaan Firman dihancurkan sama sekali) - hal 244.


Leon Morris (Tyndale): “these people fill their lives with so many things that there is no room for spiritual fruit” (= orang-orang ini mengisi kehidupan mereka dengan begitu banyak hal sehingga tidak ada tempat untuk buah rohani) - hal 152.


Ciri dari orang seperti ini adalah: pada waktu diminta untuk melakukan sesuatu untuk Tuhan, seperti belajar Firman Tuhan / ikut Pemahaman Alkitab, bersaat teduh / berdoa, melayani dsb, selalu mengatakan: ‘Tidak ada waktu!’.


Kalau saudara adalah orang seperti ini perhatikan peringatan / ancaman Firman Tuhan dalam Amsal 1:24-28 - “(24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku”.


b) William Hendriksen mengatakan (hal 428) bahwa untuk tanah golongan ke 3 ini ada 3 bahaya:

1. ‘the cares and worries of life’ (= perhatian / urusan dan kekuatiran dari kehidupan).

2. ‘riches, the craving for wealth and / or the inordinate yearning to cling to it, come what may’ (= kekayaan, keinginan untuk kekayaan dan / atau hasrat / kerinduan yang sangat besar untuk memegangnya erat-erat, apapun yang terjadi).

3. ‘the pleasures of life. These, too, if a person does not watch out, may become soul-ruining entanglements. They are of two kinds: (a) those that are wrong in themselves: drunkenness, drug addiction, gambling, sexual vice, etc.; (b) those that are wrong when a person overindulges in them: games, sports, entertainments, etc.’ [= kesenangan-kesenangan hidup. Ini juga, jika seseorang tidak waspada, bisa menjadi belitan-belitan yang menghancurkan jiwa. Hal-hal ini terdiri dari 2 jenis: (a) hal-hal yang salah dalam dirinya sendiri, seperti mabuk, kecanduan narkoba, berjudi, kejahatan sexual, dsb.; (b) hal-hal yang salah pada waktu seseorang menuruti kesukaan hatinya secara berlebihan dalam hal-hal itu: permainan, olah raga, hiburan-hiburan, dsb.].


Karena itu hati-hati dengan olah raga, hiburan, siaran piala dunia, dsb.! Ini termasuk point (b). Jadi sebetulnya itu bukan dosa, tetapi kalau saudara menurutinya secara berlebihan, sampai menyingkirkan Tuhan (Pemahaman Alkitab, Kebaktian, Saat Teduh / doa, dsb.), maka itu menjadi dosa, dan bisa menjadikan saudara sebagai tanah bersemak duri!


c) Jadi, dengan membandingkan tanah golongan 2 dan tanah golongan 3, kita bisa menyimpulkan bahwa setan menyerang manusia dengan cara-cara yang bermacam-macam. Kadang-kadang ia menyerang kita dengan hal-hal yang tidak enak, seperti problem, kegagalan, penyakit, kemiskinan, penderitaan, penganiayaan (tanah golongan 2), tetapi kadang-kadang ia menyerang justru dengan memberikan hal-hal yang enak, seperti bisnis / pekerjaan yang menghasilkan banyak uang (tetapi menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran), atau godaan sex, hiburan-hiburan, pesta, dan sebagainya! Kita harus waspada terhadap kedua cara yang bertentangan ini!


d) Karena itu, kita harus mengutamakan Tuhan dan firmanNya!

Pulpit Commentary: “We cannot hear to advantage if we put anything before the Word. Unless it is put before worldly concerns, there will not be much fruit” (= Kita tidak bisa mendengar sehingga mendapatkan keuntungan / manfaat, jika kita meletakkan apapun di depan Firman. Kecuali Firman diletakkan di depan urusan-urusan duniawi, di sana tidak akan ada banyak buah) - hal 229.


Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

1. Mat 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.

2. Mat 10:37,39 - “(37) Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu. ... (39) Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.

3. Mat 16:24 - “Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”.

4. Luk 9:62 - “Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’”.

5. Luk 14:33 - “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu.”.

6. Luk 21:34 - “‘Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat”.

7. 1Yoh 2:15 - “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu”.


e) Contoh tanah bersemak duri:

1. Yudas Iskariot, yang rela menjual Gurunya dengan harga hanya 30 keping perak.

2. Ananias dan Safira, yang rela berdusta demi kepopuleran / penghormatan manusia (Kis 5:1-11).

3. Pemuda kaya, yang lebih mementingkan kekayaannya dari Yesus (Mat 19:16-26).

4. Istri Lot (Kej 19:26).

5. Demas.

Kol 4:14 - “Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas.

Filemon 23-24 - “Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus, dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku”.

2Tim 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.


4) Tanah yang baik / subur.

Ay 8a,15: “(8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.’ ... (15) Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.’”.


David Gooding: “The Word of God is a living thing like seed. Where it is given the opportunity, it will show its living power by producing fruit. If no permanent fruit is produced, then one may question whether the word of God was truly received” (= Firman Allah adalah sesuatu yang hidup seperti benih. Dimana ia diberi kesempatan, ia akan menunjukkan kuasanya yang hidup dengan menghasilkan buah. Jika tidak ada buah yang permanen yang dihasilkan, maka seseorang boleh mempertanyakan apakah Firman Allah betul-betul diterima) - hal 141.


5) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perumpamaan ini.


a) William Hendriksen mengatakan bahwa:

1. Tanah golongan 1 adalah ‘the unresponsive heart’ (= hati yang tidak menanggapi).

2. Tanah golongan 2 adalah ‘the impulsive heart’ (= hati yang menuruti dorongan hati).

3. Tanah golongan 3 adalah ‘the preoccupied heart’ [= hati yang sudah ditempati / diasyikkan (oleh hal-hal lain / duniawi)].

4. Tanah golongan 4 adalah ‘the good, responsive, or well-prepared heart’ (= hati yang baik, tanggap, atau disiapkan dengan baik).

Saudara termasuk yang mana?


b) Ini tidak berarti bahwa setiap kali kita memberitakan Injil pasti 25 % bertobat dengan sungguh-sungguh. Tujuan Kristus dengan perumpamaan ini hanyalah untuk menyatakan bahwa pada waktu kita memberitakan Injil ada banyak orang yang tidak sungguh-sungguh bertobat. Ia tidak mempersoalkan persentasenya (Calvin, hal 113). Persentase pertobatan yang sejati pasti berubah-ubah pada setiap penginjilan / pemberitaan Firman Tuhan.


c) Banyak orang yang mendengar Injil / Firman Tuhan, tetapi tidak diselamatkan!


Pulpit Commentary: “Many are the children of opportunity who are not heirs of the kingdom of God; many go into the ‘house of God’ who remain outside the Church of Christ; who hear but do not heed, or who listen but do not ponder and pray, or who pray but do not determine and devote; who at some point or other fall short of the kingdom. It is a sad thing to be ‘in the way of salvation,’ and yet to be unsaved” (= Banyak orang-orang yang mendapatkan kesempatan tetapi yang bukan ahli-ahli waris dari Kerajaan Allah; banyak orang pergi ke ‘rumah Allah’ yang tetap berada di luar Gereja Kristus; yang mendengar tetapi tidak memperhatikan / mempedulikan, atau yang mendengar tetapi tidak merenungkan dan berdoa, atau yang berdoa tetapi tidak memutuskan dan membaktikan diri / bertekun; yang pada titik tertentu gagal untuk memenuhi standard dari kerajaan. Merupakan hal yang menyedihkan untuk berada ‘dalam jalan keselamatan’, tetapi tidak diselamatkan) - hal 220.


d) Ini bisa menjadi penghiburan bagi para pelayan Firman / pemberita Injil, jika pelayanan mereka tidak berbuah.

Calvin: “Again, the ministers of the word ought to seek consolation from this passage, if the success of their labours does not always correspond to their wish” (= Selanjutnya, pelayan-pelayan firman harus mencari penghiburan dari text ini, jika sukses dari jerih payah mereka tidak selalu sesuai dengan harapan mereka) - hal 108.


e) Lukas 8: 11: ‘benih’ menunjuk pada ‘Firman Allah’.


1. Memang mungkin yang ditekankan adalah ‘bagian Firman Allah yang berupa Injil’, karena dalam ay 12 akhir ada kata-kata ‘supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan’ (bdk. Mat 13:15c dan Mark 4:12b).

Jadi memang ada orang-orang yang pada waktu mendengar Injil akan ada macam-macam reaksi:

a. Tidak mau ikut Kristus sama sekali, mungkin karena merasa tidak butuh Kristus / merasa diri cukup baik untuk bisa masuk ke surga tanpa Kristus, atau karena tidak peduli pada kehidupan yang akan datang; atau karena sudah mempunyai agama lain, dan sebagainya.

b. ‘Ikut / percaya’ Kristus cepat-cepat, tetapi lalu murtad pada waktu penderitaan dan penganiayaan datang.

c. ‘Ikut / percaya’ Kristus, tetapi lalu luntur / mundur, karena kehidupannya terlalu dipenuhi dengan hal-hal duniawi.

d. Ikut / percaya Kristus dengan sungguh-sungguh dan bertekun sampai akhir.


2. Tetapi bagaimanapun, karena benih menunjuk pada Firman Allah, maka ini juga bisa diterapkan pada pemberitaan Firman Tuhan yang bukan Injil, seperti:

a. Perintah untuk belajar Firman Tuhan.

b. Perintah untuk berdoa.

c. Perintah untuk melayani / memberitakan Injil.

d. Perintah untuk memberikan persembahan persepuluhan.

e. Larangan dan perintah berkenaan dengan hari Sabat.

f. Perintah untuk saling mengasihi dan bersekutu.

g. Perintah untuk mengutamakan Tuhan di atas segala sesuatu.


Terhadap semua bagian dari Firman Tuhan, saudara bisa memberikan 4 macam tanggapan, yaitu:

(1) Sama sekali tidak mempedulikan / mentaati, atau bahkan marah kepada si pemberita Firman Tuhan.

(2) Mempedulikan / mentaati, tetapi lalu ‘murtad’ pada waktu ada penderitaan / penganiayaan karena ketaatan tersebut.

(3) Mempedulikan / mentaati, tetapi lalu berhenti karena terlalu disibukkan oleh hal-hal duniawi.

(4) Mempedulikan dan mentaati dengan tekun.

Maukah untuk selalu menjadi tanah yang baik / subur? 


LUKAS 8:4-21(3)


III) Perumpamaan tentang pelita dan artinya (Lukas 8: 16-18).


1) Lukas 8: 16-17: “(16) ‘Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. (17) Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan”.


Apa yang dimaksudkan dengan perumpamaan ini?


a) Ada yang menganggap bahwa pelita di sini menunjuk pada kehidupan.


1. Sekalipun saya tidak setuju dengan pandangan pertama ini, tetapi saya tetap memberikan pendangan pertama ini, dan komentar-komentar dari orang-orang yang menerima pandangan ini. Kata-kata mereka benar / tidak salah. Kesalahan mereka adalah karena mereka mendapatkan pandangan itu dari ayat ini, yang sebetulnya artinya bukan demikian.


2. Mungkin orang-orang yang mengambil pandangan ini melihat bahwa ay 16-17 ini sama dengan Mat 5:15 - “Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu”, dan mereka beranggapan bahwa Mat 5:15 itu mempersoalkan kehidupan, karena kontextnya membicarakan orang kristen sebagai terang dunia.


3. Kalau pelita menunjuk pada kehidupan, maka ay 16-17 artinya adalah: hidup orang kristen tidak boleh disembunyikan.


William Barclay: “Verse 16 stresses the essential conspicuousness of the Christian life. Christianity is in its very nature something which must be seen. It is easy to find prudential reasons why we should not flaunt our Christianity in the world’s face. In almost every person there is an instinctive fear of being different; and the world is always likely to persecute those who do not conform to pattern” (= Ayat 16 menekankan sifat menyolok yang penting dari kehidupan Kristen. Kekristenan dalam hakekatnya adalah sesuatu yang harus terlihat. Adalah mudah untuk mendapatkan alasan-alasan yang bijaksana mengapa kita tidak memamerkan kekristenan kita di hadapan dunia. Dalam hampir setiap orang ada rasa takut yang bersifat naluri tentang menjadi berbeda; dan dunia selalu mungkin menganiaya mereka yang tidak menyesuaikan diri dengan pola) - hal 101.


William Barclay: “Hard as it may be, the duty is laid upon us of never being ashamed to show whose we are and whom we serve; and if we regard the matter in the right way it will be, not a duty, but a privilege” (= Bagaimanapun sukarnya hal itu, kita diwajibkan untuk tidak pernah malu untuk menunjukkan siapa yang memiliki kita dan siapa yang kita layani; dan jika kita memandang persoalan ini dengan cara yang benar, maka hal itu tidak akan merupakan suatu kewajiban tetapi suatu hak) - hal 101.


4. Orang yang berbuat dosa / hidup jahat jelas justru tidak mau melaksanakan ay 16-17 ini, karena mereka pasti tidak mau menunjukkan kehidupan mereka, tetapi sebaliknya, menyembunyikannya. Mengapa? Karena mereka tidak akan senang jika dosa-dosanya terlihat / diketahui orang lain. Bdk. Yoh 3:19-20 - “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak”.


Tetapi dalam hal seperti ini, Lukas 8: 17 ini berlaku. Semua dosa akan disingkapkan. Penyingkapan dosa bisa terjadi dalam hidup ini, tetapi yang pasti akan terjadi di masa yang akan datang / penghakiman akhir jaman. Bandingkan dengan:

a. Ro 2:16 - “Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus”.

b. 1Kor 4:5 - “Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah”.


Pikirkan bagaimana malunya orang-orang pada saat itu, karena penyingkapan dosa-dosanya di depan semua orang. Tetapi penyingkapan dosa pada akhir jaman itu hanya berlaku untuk orang-orang yang tidak percaya. Bagi kita yang percaya kepada Kristus, dosa-dosa kita dihapus dan dikubur selama-lamanya. Ini terlihat dari:

(1) Maz 103:10-12 - “(10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita.

(2) Mikha 7:18-19 - “(18) Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milikNya sendiri; yang tidak bertahan dalam murkaNya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? (19) Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.

(3) Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.


Pada saat Kristus menderita dan mati di atas kayu salib, Ia nyaris telanjang, dan dengan demikian Ia mengalami rasa malu yang luar biasa. Tetapi dengan demikian Ia telah memikul rasa malu yang seharusnya merupakan bagian kita sebagai orang-orang berdosa. Karena itu siapapun yang percaya kepadaNya, tidak akan mengalami penyingkapan dosa pada akhir jaman, dan dengan demikian juga tidak mungkin akan dipermalukan pada saat itu.


5. Keberatan terhadap pandangan pertama ini (yang menganggap bahwa ‘pelita’ menunjuk pada ‘kehidupan’) adalah:

a. Sekalipun ay 16-17 sama / mirip dengan Mat 5:15, tetapi penekanan kontextnya berbeda. Dalam Mat 5 itu kontextnya mempersoalkan orang kristen sebagai terang dunia, tetapi dalam Luk 8 ini kontextnya mempersoalkan sikap terhadap Firman Tuhan / mendengar Firman Tuhan (bdk. ay 18, juga ay 19-21, dan bahkan ay 4-15, yang semuanya mempersoalkan tentang ‘mendengar Firman Tuhan’).

b. Juga, dalam Mat 5 itu sendiri belum tentu ‘pelita’ harus diartikan hanya sebagai kehidupan. Tetap memungkinkan untuk mengartikannya sebagai Firman Tuhan, mengingat terang itu memberi petunjuk dalam kegelapan. 


b) Ada yang menganggap bahwa pelita menunjuk pada Firman Tuhan.

Jadi, arti dari ay 16-17 adalah: Firman Tuhan tidak boleh disembunyikan, tetapi sebaliknya harus dinyatakan kepada dunia. Ini pandangan yang saya terima.


1. Kristus sendiri tidak ingin menyembunyikan pengetahuan / Firman Tuhan.

Cara mereka yang salah dalam mendengarlah yang menyebabkan Kristus lalu menyembunyikan arti dari ajaranNya, dengan jalan mengajar menggunakan perumpamaan. Bdk. Lukas 8: 18 - “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.’”.


Bdk. Mark 4:21-25 - “(21) Lalu Yesus berkata kepada mereka: ‘Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. (22) Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. (23) Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!’ (24) Lalu Ia berkata lagi: ‘Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. (25) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.’”. Kata ‘camkanlah’ diterjemahkan secara berbeda-beda.


KJV/RSV: ‘Take heed’ (= Perhatikanlah).

NIV: ‘Consider carefully’ (= Pertimbangkanlah dengan seksama).

NASB: ‘Take care’ (= Peliharalah).

Yang manapun yang kita ambil, ayat ini tetap menunjukkan bahwa kita harus mempunyai sikap yang baik terhadap Firman Tuhan / dalam persoalan mendengar Firman Tuhan.


2. Setelah para murid mendengar dan mengerti Firman Tuhan, mereka harus memberitakannya.

Pulpit Commentary: “What was then hidden in the minds of the disciples they were to reveal to the world in due time; the truth which the Master was making known to them ‘in the darkness’ they were to ‘speak in the light.’” (= Apa yang tersembunyi dalam pikiran dari murid-murid harus mereka nyatakan kepada dunia pada waktunya; kebenaran yang dinyatakan oleh sang Guru kepada mereka dalam kegelapan, harus mereka nyatakan dalam terang) - hal 221.


Bdk. Mat 10:26-27 - “(26) Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. (27) Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”.


Pulpit Commentary: “The disciples had received Jesus’ explanation of the first parable. And now he further applies it to their case. They are intended, he tells them, to be lights in the world; and he has no intention of putting them under a bushel or bed, where the light would be lost and useless, but on a candlestick to illuminate all who enter the house” (= Murid-murid telah menerima penjelasan Yesus tentang perumpamaan yang pertama. Dan sekarang Ia menerapkannya lebih lanjut kepada kasus mereka. Ia berkata kepada mereka, bahwa mereka dimaksudkan untuk menjadi terang dalam dunia; dan Ia tidak mempunyai maksud untuk meletakkan mereka di bawah gantang atau ranjang / tempat tidur, dimana terang itu akan hilang dan tak berguna, tetapi pada kaki dian untuk menerangi semua yang memasuki rumah) - hal 229.


Penerapan: saudara mungkin banyak belajar / mendengar Firman Tuhan, tetapi apakah saudara memberitakan Firman Tuhan itu kepada orang-orang di sekitar saudara? Ingat bahwa makin banyak kita diberi, makin besar tanggung jawab yang dituntut dari kita (Luk 12:47-48).


2) Lukas 8: 18: “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.’”.


a) Ayat ini berhubungan dengan ‘mendengar Firman Tuhan’.


Leon Morris (NICNT): “This is not, of course, a message of encouragement for the moneyed classes: it is connected with hearing the word of God. If we use what God gives it will increase. And the next words underline the opposite truth: if we do not, we will lose even what we think we have. This is total loss” (= Tentu saja ini bukan suatu berita yang membesarkan hati untuk golongan yang berada / beruang: ini dihubungkan dengan mendengar firman Allah. Jika kita menggunakan apa yang Allah berikan, itu akan bertambah. Dan kata-kata selanjutnya menekankan kebenaran yang sebaliknya: jika kita tidak menggunakan apa yang Allah berikan, kita akan kehilangan bahkan apa yang kita kira kita punyai. Ini merupakan kehilangan total) - hal 153.


Jelas bahwa ay 18 ini:

1. Tidak dimaksudkan dalam persoalan uang / materi. Tetapi seringkali hal ini berlaku dalam persoalan uang / materi. Orang yang sudah mempunyai banyak uang, juga lebih gampang dalam mencari uang lebih banyak lagi. Sebaliknya orang yang miskin, sukar sekali mencari uang. Tetapi ini tidak mutlak, karena seperti dikatakan Firman Tuhan: ‘di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar dan mencurinya’ (Mat 6:24b).

2. Dimaksudkan dalam persoalan ‘mendengar Firman Tuhan’.


Pulpit Commentary: “The real student, patient, humble, and restlessly industrious, he shall be endowed with ever-increasing powers; while the make-believe, lazy, and self-sufficient one shall be punished by the gradual waning of the little light which once shone in his soul” (= Murid yang sungguh-sungguh, sabar, rendah hati, dan rajin tanpa henti-hentinya, akan diberi kuasa-kuasa yang selalu bertambah; sementara seorang murid khayalan, malas, dan merasa diri cukup akan dihukum dengan penyusutan perlahan-lahan dari sedikit terang yang pernah bersinar dalam jiwanya) - hal 205.


William Hendriksen: “In matters spiritual, standing still is impossible. A person either gains or loses; he either advances or declines” (= Dalam persoalan rohani, berdiri diam merupakan sesuatu yang mustahil. Seseorang mendapatkan atau kehilangan; ia maju atau mundur / turun) - hal 431.


Barclay: “Verse 18 lays down the universal law that the man who has will get more; and that the man who has not will lose what he has. If a man is physically fit and keeps himself so, his body will be ready for ever greater efforts; if he lets himself go flabby, he will lose even the abilities he has. The more a student learns, the more he can learn; but if he refuses to go on learning, he will lose the knowledge he has. This is just another way of saying that there is no standing still in life. All the time we are either going forward or going back. The seeker will always find; but the man who stops seeking will lose even what he has” (= Ayat 18 memberikan hukum universal bahwa orang yang mempunyai akan mendapatkan lebih banyak; dan bahwa orang yang tidak mempunyai akan kehilangan apa yang ia miliki. Jika seseorang sehat secara fisik dan menjaga dirinya sendiri supaya sehat, tubuhnya akan siap untuk usaha-usaha yang lebih besar; jika ia membiarkan dirinya sendiri lembek, ia akan kehilangan kemampuan-kemampuan yang ia miliki. Makin banyak seorang murid belajar, makin ia bisa belajar; tetapi jika ia menolak untuk terus belajar, ia akan kehilangan pengetahuan yang ia miliki. Ini merupakan suatu cara lain untuk mengatakan bahwa tidak ada ‘berdiri diam’ dalam kehidupan. Dalam sepanjang waktu, atau kita maju atau kita mundur. Orang yang mencari akan selalu mendapat; tetapi orang yang berhenti mencari akan kehilangan apa yang ia miliki) - hal 102.


Catatan: saya tidak setuju dengan bagian awal dari kata-kata Barclay ini. Ay 18 ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menjadi hukum universal dalam segala hal, sekalipun harus diakui bahwa kata-kata dalam ayat ini bisa benar dalam banyak hal.


Misalnya gereja yang mempunyai banyak jemaat, gampang untuk menambah jemaat. Tetapi gereja yang mempunyai sedikit jemaat, sukar untuk menambah jemaat, tetapi gampang kehilangan jemaat. Tetapi secara strict / ketat, ayat ini tidak dimaksudkan untuk diarahkan ke sana.


b) Beberapa cara mendengar Firman Tuhan.


William Hendriksen: “Some people listen hardly at all (Isa. 40:21). Some listen merely to be entertained (Ezek. 33:31,32). Some listen in order to find fault (Mark 12:13; Luke 11:54). Some listen in order to obtain true wisdom and to put it to good use (Acts 17:10,11)” [= Sebagian orang hampir tidak mendengar sama sekali (Yes 40:21). Sebagian lain mendengar hanya untuk mendapatkan penghiburan (Yeh 33:31-32). Sebagian lagi mendengar untuk mencari kesalahan (Mark 12:13; Luk 11:54). Sebagian lagi mendengar untuk mendapatkan hikmat yang benar dan menggunakannya dengan baik (Kis 17:10-11)] - hal 432.


c) Ketidak-berhasilan dalam suatu pemberitaan Firman Tuhan tidak harus merupakan kesalahan dari pemberita firman.


Pulpit Commentary: “It is the manner of hearing that is the main thing - the motive, the desire, the extent to which the heart and the soul are engaged whilst hearing. Persons are apt to blame the speaker, to lay the want of effect at his door. It may be so; no doubt it often is so. But what of these persons themselves? Let each of us examine himself. Eloquence, it has been said, is in the audience; ... Christ reminds us that, where there is failure, the hearer at least divides the blame” (= Adalah ‘cara mendengar’ yang merupakan hal yang utama - motivasi, keinginan, tingkat ketertarikan dari hati dan jiwa pada waktu mendengar. Orang-orang suka / condong untuk menyalahkan si pembicara, menyalahkannya karena kurangnya hasil. Itu memang memungkinkan, dan tidak diragukan bahwa seringkali memang demikian. Tetapi bagaimana tentang orang-orang itu sendiri? Hendaklah setiap orang memeriksa dirinya sendiri. Dikatakan bahwa kefasihan ada pada pendengar; ... Kristus mengingatkan kita bahwa dimana ada kegagalan, pendengarnya sedikitnya ikut bersalah) - hal 212.


Bandingkan dengan perumpamaan penabur (Lukas 8: 4-15) yang menunjukkan bahwa gagal atau tidaknya tergantung jenis tanahnya! Kalau seseorang menabur di tepi jalan, biarpun ia menabur dengan hati-hati, tetap saja benih itu tidak tumbuh. Tetapi sebaliknya, kalau ia menabur di tanah yang subur / baik, sekalipun benih itu dilemparkan dengan keras ke tanah tersebut, tetap saja benih itu akan tumbuh dan akhirnya berbuah. Ini tentu saja tidak berarti bahwa seorang pemberita firman boleh sembarangan saja dalam mempersiapkan dan dalam memberitakan firman. Ia tetap harus melakukan semua itu dengan sebaik-baiknya. Tetapi kalaupun ia melakukan dengan sebaik-baiknya, hasil juga sangat dipengaruhi oleh para pendengarnya.


IV) Ibu dan saudara Yesus (Lukas 8: 19-21).


Ay 19-21: “(19) Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepadaNya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. (20) Orang memberitahukan kepadaNya: ‘IbuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.’ (21) Tetapi Ia menjawab mereka: ‘IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.’”.


1) Ay 19-21 bdk. Mark 3:31-35 / Mat 12:46-50.

Baik dalam Matius maupun Markus, bagian ini terjadi sebelum perumpamaan tentang seorang penabur. Lukas memang sering tidak chronologis.


2) Saudara-saudara Yesus adalah anak-anak Maria. 

Norval Geldenhuys (NICNT): “Since in the New Testament Jesus’ brothers and even sisters are frequently mentioned in a most natural manner as if they were His own brothers and sisters, born of Mary (Matt. 12:46; 13:55; Mark 3:32; 6:3; John 2:12), and since in Like 2:7 He is called the ‘first-born’, apart from various other considerations, there can be no doubt that the Lord really had blood-brothers and sisters. The Roman Catholic opinion that the ‘brethren and sisters’ were step-brothers and step-sisters (children of Joseph by a former wife), or His ‘cousins’, is unfounded and would never have existed had it not been for Epiphanius, Jerome and later Roman leaders who embraced a false asceticism and regarded Mary as a woman who had remained a virgin throughout her life. Even Tertullian insisted on taking the ‘brethren and sisters’ of Jesus as real children of Mary” [= Karena dalam Perjanjian Baru saudara-saudara dan bahkan saudari-saudari Yesus sering disebutkan dengan cara yang paling alamiah / wajar / biasa seakan-akan mereka adalah saudara-saudara dan saudari-saudariNya sendiri, dilahirkan oleh Maria (Mat 12:46; 13:55; Mark 3:32; 6:3; Yoh 2:12), dan karena dalam Luk 2:7 Ia disebut ‘sulung’, terpisah dari bermacam-macam pertimbangan yang lain, tidak ada keraguan bahwa Tuhan betul-betul mempunyai saudara-saudara dan saudari-saudari sedarah. Pandangan Roma Katolik bahwa ‘saudara-saudara dan saudari-saudari’ itu adalah saudara-saudara tiri dan saudari-saudari tiri (anak-anak dari Yusuf oleh istri yang terdahulu), atau ‘saudara-saudara sepupu’Nya, tidak mempunyai dasar, dan tidak akan pernah ada, kalau bukan karena Epiphanius, Jerome dan pemimpin-pemimpin Roma (Katolik) belakangan yang memeluk / mempercayai pertapaan yang palsu dan menganggap Maria sebagai seorang perempuan yang tetap perawan sepanjang hidupnya. Bahkan Tertullian berkeras untuk mengartikan ‘saudara-saudara dan saudari-saudari’ Yesus sebagai betul-betul anak-anak Maria] - hal 250 (footnote).


3) Kedatangan Maria dan saudara-saudara Yesus pasti dengan maksud / cara yang tidak bisa dibenarkan, karena kalau tidak, tidak akan muncul kata-kata ‘yang tidak enak’ seperti itu dari mulut Yesus.


Kata-kata ‘yang tidak enak’ itu tidak terlalu terlihat dalam Injil Lukas, tetapi lebih terlihat dalam Injil Matius.


Lukas 8: 21: “Tetapi Ia menjawab mereka: ‘IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.’”. Bdk. Mat 12:48-50 - “Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadaNya: ‘Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu?’ Lalu kataNya, sambil menunjuk ke arah murid-muridNya: ‘Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu! Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.’”.


Barclay mengatakan bahwa tidak sukar untuk melihat bahwa dalam hidup Yesus, keluargaNya tidak bersimpati dengan Dia. Bdk. Mark 3:21 - “Waktu kaum keluargaNya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi”.


Calvin: “‘Who is my mother?’ These words were unquestionably intended to reprove Mary’s eagerness, and she certainly acted improperly in attempting to interrupt the progress of his discourse” (= ‘Siapa ibuKu?’. Kata-kata ini tidak diragukan dimaksudkan untuk memarahi keinginan Maria, dan ia jelas bertindak secara tidak pantas dalam berusaha untuk menginterupsi percakapan Yesus yang sedang berjalan) - hal 90.


Penerapan: karena itu jangan mengganggu jalannya pemberitaan Firman Tuhan. Juga jangan membiarkan anak-anak saudara ribut dalam kebaktian sehingga mengganggu jalannya pemberitaan Firman Tuhan. Dan kalau saudara menyalahkan pengkhotbah yang memarahi jemaat yang ribut pada saat khotbah, maka pikirkan: beranikah saudara menyalahkan Yesus di sini?


4) Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa:


a) Maria bukan orang suci.


Norval Geldenhuys (NICNT): “This story proves to us clearly that Mary was not the perfect saint as she is represented to have been by the Roman church. She was and is indeed the blessed one amongst women, because to her was given the privilege of being the mother of the Redeemer, but she was also a fallible mortal, beset with sin and weakness” [= Cerita ini membuktikan dengan jelas kepada kita bahwa Maria bukanlah orang suci yang sempurna sebagaimana ia digambarkan oleh gereja Roma (Katolik). Dulu maupun sekarang ia memang adalah seseorang yang diberkati di antara perempuan, karena kepada dia diberikan hak untuk menjadi ibu dari sang Penebus, tetapi ia juga adalah seseorang yang fana yang bisa salah, yang dikepung oleh dosa dan kelemahan] - hal 250 (footnote).


b) Yesus lebih menekankan hubungan rohani dari pada hubungan jasmani / darah. Bandingkan dengan kata-kata ‘Persekutuan orang kudus’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.

Penerapan: kalau ada jemaat kawin, jarang ada jemaat yang menghadiri acara pemberkatan nikah.


c) Yesus sangat menekankan pentingnya mendengar dan mentaati Firman Tuhan, karena hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah keluarga rohani Tuhan Yesus.

Kesimpulan / Penutup.


Bagi saudara yang memiliki sikap yang tidak baik atau kurang baik terhadap Firman Tuhan, perbaikilah sikap itu. Dan bagi yang sudah memiliki sikap yang baik terhadap Firman Tuhan, jagalah dan bahkan tingkatkanlah sikap yang baik itu. Tuhan memberkati saudara.


LUKAS 8:22-25


Luk 8:22-25 - “(22) Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-muridNya, dan Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah kita bertolak ke seberang danau.’ Lalu bertolaklah mereka. (23) Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. (24) Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: ‘Guru, Guru, kita binasa!’ Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh. (25) Lalu kataNya kepada mereka: ‘Di manakah kepercayaanmu?’ Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepadaNya?’”.


I) Yesus dan murid-murid terkena badai.


1) Yesus mengajak para murid untuk menyeberangi danau (ay 22b).

Ay 22b: “Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-muridNya, dan Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah kita bertolak ke seberang danau.’”.


William Hendriksen: “We must not forget that divine guidance was operative here, as always: Jesus must be on these waters in order, by means of an astounding miracle, to strengthen the faith of his disciples. He must land on the eastern shore because there a demon-possessed man needs him (8:26-39). To what extent Jesus, according to his human nature, was aware of these matters is not revealed” [= Kita tidak boleh lupa bahwa pimpinan ilahi sedang bekerja di sini, seperti yang selalu terjadi: Yesus harus berada di danau ini supaya, melalui mujijat yang sangat mengherankan, bisa menguatkan iman dari murid-muridNya. Ia harus mendarat di pantai sebelah timur karena di sana seorang yang dirasuk setan membutuhkan Dia (8:26-39). Sejauh mana Yesus, berkenaan dengan hakekat manusiaNya, menyadari persoalan-persoalan ini, tidak dinyatakan] - hal 438-439.


Sebagai keterangan tambahan, perlu diketahui bahwa danau Galilea adalah danau yang cukup besar. Panjangnya 13 mil (20,8 km) dan lebarnya 7 ½ mil (12 km) - William Hendriksen, hal 439.


2) Murid-murid menuruti ajakan Yesus untuk menyeberangi danau.

Lukas 8: 22: “Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-muridNya, dan Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah kita bertolak ke seberang danau.’ Lalu bertolaklah mereka”.


Ay 22 ini / Mark 4:35 menunjukkan bahwa Yesus yang mengajak murid-murid untuk menyeberangi danau, dan Mat 8:23 mengatakan bahwa murid-murid itu mengikuti Yesus. Jadi, kontras dengan Yunus yang mengalami badai karena ketidak-taatan / pemberontakan, bahkan karena suatu tindakan melarikan diri dari Tuhan, maka murid-murid ini mengalami badai justru karena mereka mentaati Yesus, dan mereka ada bersama dengan Yesus.

Penerapan: jangan menganggap bahwa kalau saudara mentaati / bersama Yesus, hidup akan selalu tenang tanpa badai / bahaya.


3) Ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur (ay 23a).

Dari Mark 4:35 terlihat bahwa peristiwa ini terjadi pada malam hari, dan karena itu tidak heran kalau Yesus tertidur. Ia lelah setelah melayani sepanjang hari.

William Hendriksen: “Since Jesus was not only thoroughly divine but also thoroughly human, he was in need of rest” (= Karena Yesus bukan hanya sepenuhnya ilahi tetapi juga sepenuhnya manusiawi, Ia membutuhkan istirahat) - hal 438.


4) Sekonyong-konyong turunlah badai (ay 23b).

Lukas 8: 23: “Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya”.


a) Baik dalam Mat 8:24 maupun Lukas 8:23 ada kata ‘sekonyong-konyong’, yang menunjukkan bahwa badai itu datang secara mendadak. Letak danau Galilea secara geografis menyebabkan badai bisa datang secara mendadak di sana.


Ini sama seperti apa yang terjadi dalam kehidupan. Badai dalam kehidupan bisa datang secara mendadak. Contoh: kehidupan Ayub.


C. H. Spurgeon: “Thus may our loveliest calms be succeeded by overwhelming storms. A Christian man is seldom long at ease. ... ‘Boast not thyself of to-morrow,’ saith the wise man; and he might have added, ‘Boast not thyself of to-day, for thou knowest not how the evening may close, however brightly the morning may have opened.’” [= Demikianlah ketenangan kita yang paling menyenangkan bisa digantikan oleh badai yang sangat hebat. Seorang Kristen jarang mengalami kesenangan / ketenteraman untuk waktu yang lama. ... ‘Janganlah memuji / membanggakan diri karena / tentang esok hari’ (Amsal 27:1), kata orang yang bijaksana; dan ia sebetulnya bisa menambahkan, ‘Jangan membanggakan diri tentang hari ini, karena engkau tidak tahu bagaimana sore / malam akan berakhir, bagaimanapun cerahnya pagi itu dimulai’] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 263,264.


b) Banyak penafsir yang menganggap ini sebagai pekerjaan / serangan setan, tetapi ada yang tidak setuju dengan pandangan itu. Apakah itu pekerjaan setan atau bukan, tidak terlalu jadi soal, karena kalaupun itu pekerjaan setan, pasti harus ada ijin dari Tuhan bagi setan untuk melakukan hal itu.


Calvin: “it is certain that the storm which agitated the lake was not accidental: for how would God have permitted his Son to be driven about at random by the violence of the waves? But on this occasion he intended to make known to the apostles how weak and inconsiderable their faith still was. Though Christ’s sleep was natural, yet it served the additional purpose of making the disciples better acquainted with their weakness. I will not say, as many do, that Christ pretended (to?) sleep, in order to try them. On the contrary, I think that he was asleep in such a manner as the condition and necessity of human nature required” (= adalah pasti bahwa badai yang menggoncangkan danau bukanlah kebetulan: karena bagaimana Allah bisa mengijinkan AnakNya didorong kesana kemari dengan sembarangan oleh kehebatan gelombang-gelombang? Tetapi pada peristiwa ini Ia bermaksud untuk menyatakan kepada rasul-rasul betapa lemah dan tidak berartinya iman mereka. Sekalipun tidurnya Kristus merupakan sesuatu yang alamiah, tetapi itu mempunyai tujuan tambahan untuk membuat murid-murid mengetahui kelemahan mereka dengan lebih baik. Saya tidak akan mengatakan, seperti yang dikatakan oleh banyak orang, bahwa Kristus berpura-pura untuk tidur, untuk menguji mereka. Sebaliknya, saya berpikir bahwa Ia tidur dengan cara sedemikian rupa seperti yang dibutuhkan oleh kondisi dan kebutuhan manusia) - hal 423-424.


Calvin: “Let us therefore conclude, that all this was arranged by the secret providence of God, - that Christ was asleep, that a violent tempest arose, and that the waves covered the ship, which was in imminent danger of perishing. And let us learn hence that, whenever any adverse occurrence takes place, the Lord tries our faith” (= Karena itu hendaknya kita menyimpulkan, bahwa semua ini diatur oleh providensia rahasia dari Allah, - supaya Kristus tidur, supaya suatu badai yang hebat muncul, dan supaya gelombang-gelombang melingkupi perahu, yang ada dalam bahaya dari kehancuran. Dan hendaknya kita belajar bahwa kapanpun terjadi peristiwa apapun yang merugikan / bersifat bermusuhan, Tuhan menguji iman kita) - hal 424.


II) Sikap murid-murid dalam badai itu.


1) Murid-murid menjadi takut.

Ay 24a: “Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: ‘Guru, Guru, kita binasa!’”.


Bahwa murid-murid Yesus, yang beberapa di antaranya adalah tukang ikan, bisa takut, menunjukkan bahwa badai itu luar biasa. Tetapi bagaimanapun, rasa takut ini menunjukkan kelemahan iman mereka. Ini mungkin tidak akan pernah mereka sadari seandainya mereka tidak mengalami badai ini.


Adam Clarke: “One advantage of trials is to make us know our weakness” (= Satu keuntungan dari ujian-ujian adalah membuat kita mengetahui kelemahan kita) - hal 105.


2) Murid-murid membangunkan Yesus, tetapi dengan cara sedemikian rupa, sehingga tidak menunjukkan iman.


a) Cerita dalam Lukas bertentangan dengan Matius dan Markus?

Ay 24a - “Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: ‘Guru, Guru, kita binasa!’”.

Mark 4:38b - “Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’”.

Mat 8:25 - “Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: ‘Tuhan, tolonglah, kita binasa.’”.


Kata-kata yang berbeda ini bukan kontradiksi. Dalam kepanikan seperti itu, bisa saja murid yang satu mengucapkan suatu hal, dan murid yang lain mengucapkan hal yang lain.


b) Bahwa kata-kata / tindakan ini mereka ucapkan / lakukan tanpa iman, terlihat jelas dari reaksi Yesus terhadap kata-kata / sikap mereka ini (Lukas 8: 25).


c) Saya ingin menyoroti bagian paralel dari cerita ini dalam Injil Markus, yaitu Mark 4:38 - “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’”.


Contoh lain dimana Yesus kelihatannya tidak peduli pada badai yang dialami oleh orang-orang percaya adalah dalam Yoh 11. Pada saat Lazarus sakit, Maria dan Marta mengirim pesan kepada Yesus, tetapi Yesus santai-santai saja, sungguh pada saat sampai di sana, Lazarus sudah mati selama 4 hari.


Di sini saya memberikan beberapa kutipan tentang ‘ketidak-pedulian’ Kristus terhadap badai yang kita alami:


1. Kristus hanya tampaknya saja tidak peduli, tetapi sebetulnya Ia selalu siap menolong kita.


Pulpit Commentary: “Christ sleeping when the boat was sinking! It looked like negligence! ‘Carest thou not that we perish?’ That negligence was only apparent; there was no real danger. ... That was not the last time that the Master seemed negligent of his own. To his Church in its storm of terrible persecution, to his people (in their individual lives) in the tempest of temptation or adversity through which they have passed, Christ may often, indeed has often, seemed to be heedless and indifferent. But he has always been at hand, always ready for action at the right moment” [= Kristus tidur pada waktu perahu sedang tenggelam! Itu kelihatannya seperti kecerobohan / kealpaan! ‘Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’ Kecerobohan / kealpaan itu hanya kelihatannya; di sana tidak ada bahaya yang sebenarnya. ... Itu bukan kali yang terakhir sang Guru kelihatannya mengabaikan milikNya. Bagi GerejaNya dalam badai penganiayaan yang hebat, bagi umatNya (dalam kehidupan pribadi mereka) dalam badai pencobaan atau kesengsaraan melalui mana mereka lewat, Kristus bisa sering, dan memang telah sering, kelihatan seperti tidak memperdulikan dan acuh tak acuh. Tetapi Ia selalu tersedia di dekat kita, selalu siap untuk bertindak pada saat yang tepat] - hal 224.


2. Segala sesuatu ditetapkan dan diatur oleh Allah untuk kebaikan kita, dan karena itu semua badai yang kita alami pasti berguna untuk kita.


C. H. Spurgeon: “There is no such power as a law of nature acting by itself; all power lies in God, ... The laws of nature are but a powerless letter; God worketh all things. What hath he himself said, ‘I create the light, and I create darkness.’ Not a seed swells beneath the soil, not a bud bursts into beauty, not an ear of corn ripens for the harvest, without God; ... Happy is he who in all things beholds a present Deity. ... His ways of action must be right, and if they cause us grief, we nevertheless feel that he is not afflicting us willingly, or grieving us without design. When we perceive his hand we kiss the rod. Instead of saying, ‘Master, carest thou not that we perish,’ we cry out in resignation, ‘It is the Lord, let him do what seemeth him good.’” [= Tidak ada kuasa yang merupakan hukum alam yang bertindak sendiri; semua kuasa ada pada Allah, ... Hukum-hukum alam hanyalah merupakan huruf yang tidak mempunyai kuasa; Allah mengerjakan segala sesuatu. Apa yang telah dikatakanNya sendiri: ‘Aku menciptakan terang, dan Aku menciptakan kegelapan’ (Yes 45:7). Tidak ada benih yang berkembang dalam tanah, tidak ada kuncup yang berkembang menjadi suatu keindahan, tidak ada bulir jagung yang matang untuk panen, tanpa Allah; ... Berbahagialah ia yang di dalam segala sesuatu melihat Allah yang hadir. ... Jalan dari tindakanNya pasti benar, dan jika itu menyebabkan kita sedih, bagaimanapun kita merasa bahwa Ia tidak dengan senang hati menyakiti kita, atau menyedihkan kita tanpa rencana. Pada waktu kita merasakan tanganNya kita mencium tongkatNya. Dari pada mengatakan ‘Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’, kita berteriak dalam penyerahan ‘Itu Tuhan, biarlah Ia melakukan apa yang Ia anggap baik’ (1Sam 3:18)] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 265.


Bdk. Yes 45:7 - “yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini”.


C. H. Spurgeon: “we believe that all things, great and small, are fixed in the eternal purpose, and will surely be as they are ordained. This doctrine becomes the lurking-place of a temptation. We gaze upon the ponderous wheels of predestination in their awful revolution, and fear that they will grind us to powder. ... God hath his purpose and his way, and his purposes are both for his own glory and for the good of his people. Who among us would wish the Lord to turn aside from his holy and gracious designs? He has ordained the best, would we have him vary? He hath determined all things wisely, would we have him determine otherwise? ... Do not say - ‘Carest thou not that we perish?’ but believe that instead of perishing your complete salvation will be promoted by all the events of providence” (= kita percaya bahwa segala sesuatu, besar atau kecil, ditentukan dalam rencana kekal, dan pasti akan terjadi seperti mereka ditentukan. Doktrin ini menjadi tempat bersembunyi dari suatu pencobaan. Kita memandang pada roda-roda yang berat / membosankan dari predestinasi dalam perputaran mereka yang tidak menyenangkan, dan takut bahwa mereka akan menghancurkan kita menjadi bubuk. ... Allah mempunyai rencana dan jalanNya, dan rencanaNya adalah bagi kemuliaanNya sendiri maupun bagi kebaikan umatNya. Siapa di antara kita menginginkan supaya Tuhan menyimpang dari rencanaNya yang kudus dan murah hati / penuh kasih karunia? Ia telah menentukan yang terbaik, apakah kita menghendaki Ia berubah? Ia telah menentukan segala sesuatu dengan bijaksana, apakah kita menghendaki Ia menentukan yang lain? ... Jangan berkata ‘Engkau tidak perduli kalau kita binasa?’ tetapi percayalah bahwa sebaliknya dari binasa, keselamatanmu yang lengkap / sempurna akan dimajukan oleh semua peristiwa-peristiwa dari providensia) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 265-266.


3. Mungkin kita menganggap bahwa kalau orang-orang brengsek terkena badai, dan bahkan binasa dalam badai itu, maka itu memang sudah pada tempatnya. Tetapi kita tidak bisa menerima bahwa kita, yang betul-betul beriman dan mengasihi / mentaati Tuhan, terkena badai. Tetapi orang yang dididik / dihajar oleh Tuhan, justru adalah orang yang dikasihiNya.


C. H. Spurgeon: “‘We are thine apostles, we love thee, we spend our lives for thee, carest thou not that we perish. We could understand that the vessel which carries a load of publicans and sinners should go to the bottom; but carest thou not that we perish?’ ... Sometimes under trouble we have wondered why we are so afflicted, for we have felt that the Lord has kept us from known sin, and led us in the way of holiness; and therefore we have seen no special cause for his scourging. ... It is not written, ‘As many as I hate I chasten,’ far from it: ... But it is written, ‘As many as I love I rebuke and chasten:’ the favourites of heaven are inheritors of the rod. It is not said, ‘The branches which bring forth no fruit shall be pruned.’ No, they shall be utterly taken away in due season, and cast into the fire; but it is written, ‘Every branch that beareth fruit, he purgeth it, that it may bring forth more fruit.’ ... The gold is put into the furnace because it is gold; it would have been of no use to put mere stones and rubbish there” [= ‘Kami adalah rasul-rasulMu, kami mengasihiMu, kami menghabiskan hidup kami untukMu, apakah Engkau tidak perduli bahwa kami / kita binasa? Kami bisa mengerti bahwa perahu yang mengangkut pemungut-pemungut cukai dan orang-orang berdosa tenggelam; tetapi apakah Engkau tidak perduli kalau kami / kita binasa?’ ... Kadang-kadang di bawah kesukaran kita bertanya-tanya mengapa kita ditimpa penderitaan seperti itu, karena kita merasa bahwa Tuhan telah menjaga kita dari dosa-dosa yang kita ketahui, dan memimpin kita di jalan kekudusan; dan karena itu kita tidak melihat penyebab khusus untuk hajaran ini. ... Tidak dituliskan, ‘Sebanyak yang Aku benci Aku hajar’, jauh dari itu: ... Tetapi tertulis ‘Sebanyak yang Aku kasihi Kutegur dan Kuhajar’; orang-orang kesukaan surga adalah pewaris-pewaris dari tongkat (untuk menghajar). Tidak dikatakan ‘Ranting-ranting yang tidak berbuah dibersihkannya’. Tidak, mereka akan dipotong sama sekali pada saatnya, dan dibuang ke dalam api; tetapi dituliskan ‘Setiap ranting yang berbuah dibersihkannya, supaya lebih banyak berbuah’. ... Emas dimasukkan ke dapur api karena ia adalah emas; tidak ada gunanya memasukkan batu dan sampah ke sana] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 266-267.


4. Juga ada orang percaya yang dalam badai mengharapkan terjadinya mujijat, tetapi karena Tuhan tidak memberikan mujijat yang ia inginkan, ia menganggap Tuhan tidak peduli kepadanya. Padahal merupakan sesuatu yang lebih hebat kalau Tuhan menopang kita di dalam badai, dari pada kalau Ia mengeluarkan kita dari badai / menghentikan badai.


C. H. Spurgeon: “Mayhap, dear brethren, we have thought that Jesus did not care for us because he has not wrought a miracle for our deliverance, and has not interposed in any remarkable way to help us. You are at this time in such sore distress that you would fain cry, O that he would rend the heavens and descend for my deliverance!’ but he has not rent the heavens. You have read in biographies of holy men the details of very extraordinary providence, but no extraordinary providence has come to your rescue. You are getting gradually poorer and poorer, or you are becoming more and more afflicted in body, and you had hoped that God would have taken some extraordinary method with you, but he has done nothing of the sort. My dear brother, do you know that sometimes God works a greater wonder when he sustains his people in trouble than he would do if he brought them out of it. For him to let the bush burn on and yet not to be consumed is a grander thing than for him to quench the flame and so save the bush” (= Mungkin saudara-saudara yang kekasih, kita berpikir bahwa Yesus tidak peduli kepada kita karena Ia tidak melakukan suatu mujijat untuk pembebasan kita, dan tidak melakukan intervensi dengan cara yang luar biasa untuk menolong kita. Pada saat ini engkau ada dalam keadaan yang sangat sukar / berbahaya sehingga engkau berteriak dengan sungguh-sungguh, ‘Oh supaya Ia membuka langit / surga dan turun untuk pembebebasanku!’ tetapi Ia tidak membuka langit / surga. Engkau telah membaca dalam biografi dari orang-orang kudus detail-detail dari providensia yang luar biasa, tetapi tidak ada providensia yang luar biasa yang datang untuk menolongmu. Engkau menjadi makin lama makin miskin, atau engkau menjadi makin menderita / sakit dalam tubuhmu, dan engkau berharap bahwa Allah mengambil metode yang luar biasa dengan kamu, tetapi Ia tidak melakukan hal seperti itu. Saudaraku yang kekasih, tahukah kamu bahwa Allah kadang-kadang mengerjakan mujijat yang lebih besar pada waktu Ia menopang umatNya dalam kesukaran dari pada jika Ia membawa mereka keluar darinya. Bagi Dia untuk membiarkan semak menyala tetapi tidak terbakar merupakan sesuatu yang lebih agung / hebat dari pada memadamkan nyala itu dan dengan demikian menyelamatkan semak itu) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 267.


5. Ada juga orang yang bukannya menginginkan mujijat, tetapi hanya menginginkan supaya di tengah-tengah badai, ia merasakan kehadiran Tuhan sedemikian rupa, sehingga ada sukacita dan damai yang begitu hebat, yang seakan-akan menguburkan semua penderitaan yang sedang ia alami. Tetapi ternyata hal-hal itu tidak terjadi; ia tidak merasakan kehadiran Tuhan, Ia tidak merasa damai dan sukacita, sehingga ia menganggap Tuhan tidak peduli kepadanya. Ini tetap merupakan sikap yang salah, karena kita harus tetap percaya kepada Allah sekalipun Ia ‘menyembunyikan diri’. Fakta tentang penderitaan dan kematian Yesus di atas kayu salib harus membuat kita tetap percaya akan kasih dan kepedulianNya terhadap kita sekalipun kita tidak melihat Dia.


C. H. Spurgeon: “Possibly the hard suspicion that Jesus does not care for you takes another form. ‘I do not ask the Lord to work a miracle, but I do ask him to cheer my heart. I want him to apply the promises to my soul. I want his Spirit to visit me, as I know he does some good people, so that my pain may be forgotten in the delight of the Lord’s presence. I want to feel such a full assurance of the Saviour’s presence that the present trial shall, as it were, be swallowed up in a far more exceeding weight of joy. But, alas, the Lord hides his face from me, and this makes my trial all the heavier.’ Beloved, can you not believe in a silent God? Do you always want tokens from God? Must you be petted like a spoiled child? Is your God of such a character that you must needs mistrust him if his face be veiled? Can you trust him no further than you can see him? ... what greater tokens do you require than he had already given you in your past experience, or than he has presented to you in the flowing wounds of a dying Saviour?” (= Mungkin kecurigaan keras bahwa Yesus tidak peduli kepadamu mengambil bentuk yang lain. ‘Aku tidak meminta Tuhan untuk mengerjakan mujijat, tetapi aku meminta Dia untuk menggembirakan hatiku. Aku ingin Ia menerapkan janji-janjiNya kepada jiwaku. Aku ingin RohNya mengunjungi aku, seperti yang aku tahu Ia lakukan kepada beberapa orang saleh, supaya rasa sakitku bisa terlupakan dalam kesenangan karena kehadiran Tuhan. Aku ingin merasakan keyakinan yang begitu penuh tentang kehadiran sang Juruselamat supaya ujian saat ini akan seakan-akan ditelan dalam suatu sukacita yang jauh melebihinya. Tetapi ternyata Tuhan menyembunyikan wajahNya dari aku, dan ini membuat ujianku makin berat’. Kekasih, tidak bisakah engkau percaya kepada Allah yang diam? Apakah kamu selalu menginginkan tanda-tanda / bukti-bukti dari Allah? Haruskah kamu dielus-elus seperti anak yang manja? Apakah Allahmu mempunyai karakter seperti itu sehingga engkau harus tidak percaya kepadaNya jika wajahNya ditutupi? Tidak bisakah engkau mempercayai Dia sekalipun engkau tidak bisa melihat Dia? ... tanda-tanda / bukti-bukti lebih besar apa yang engkau butuhkan / kehendaki dari pada yang Ia sudah berikan kepadamu dalam pengalamanmu yang lalu, atau dari pada yang Ia sudah berikan kepadamu dalam luka-luka yang mengalir dari Juruselamat yang sekarat?) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 267,268.


III) Tindakan Yesus.


Lukas 8: 24b-25 - “(24b) Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh. (25) Lalu kataNya kepada mereka: ‘Di manakah kepercayaanmu?’ Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepadaNya?’”.


1) Yesus bangun.


a) Yesus tidur, tetapi tidak pernah terlambat bangun.

C. H. Spurgeon: “I am, however, comforted by the reflection that Jesus sleeps, but he never oversleeps” (= Tetapi saya terhibur oleh pemikiran bahwa Yesus tidur tetapi Ia tidak pernah terlambat bangun) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 273.


b) Badai tak bisa membangunkan Dia, tetapi teriakan / doa dari para murid bisa.

William Hendriksen: “It is comforting to know that an outcry of human distress awakens the One whom a most violent storm cannot awaken” (= Merupakan sesuatu yang menghibur untuk tahu bahwa suatu teriakan dari kesedihan manusia membangunkan Orang yang tidak bisa dibangunkan oleh suatu badai yang paling hebat) - hal 442.


2) Ada perbedaan antara Lukas dan Markus di satu pihak, dan Matius di pihak lain.

Lukas dan Markus mengatakan bahwa Yesus menenangkan badai itu dulu, baru menegur para murid, tetapi Matius mengatakan bahwa Yesus menegur para murid dulu, dan baru setelah itu menenangkan badai.


Ada 2 kemungkinan untuk mengharmoniskan bagian-bagian ini:

Atau Matius atau Markus / Lukas menceritakan secara tidak khronologis.

Yesus menegur para murid sebelum maupun sesudah menenangkan badai.


3) Yesus menenangkan badai / ombak.


a) Lukas 8: 24: Yesus menghardik angin (Mat 8:26  Mark 4:39). Ada yang mengatakan bahwa kata ‘menghardik’ menunjukkan bahwa ada setan di balik badai itu. Tetapi ini belum tentu. Dalam Luk 4:39 juga dikatakan bahwa Yesus menghardik demam dari ibu mertua Simon Petrus.


William Hendriksen: “this is simply a figurative or poetic manner of speaking” (= ini hanya merupakan cara bicara yang bersifat simbolis atau puisi) - hal 439.


b) Hardikan ini menyebabkan badai dan ombak langsung berhenti.


1. Tafsiran sesat dan bodoh dari orang Liberal.

A. T. Robertson: “‘J. Weiss explains that by an astounding coincidence the storm happened to lull at the moment that Jesus spoke!’ (McNeile). Some minds are easily satisfied by their own stupidities” [= ‘J. Weiss menjelaskan bahwa oleh suatu kebetulan yang sangat mengherankan badai itu kebetulan reda pada saat Yesus berbicara!’ (McNeile). Ada pikiran-pikiran yang dipuaskan dengan mudah oleh ketololan-ketololan mereka sendiri] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol I, hal 69.


Kata-kata ini cocok untuk orang-orang Liberal yang tidak percaya mujijat sehingga selalu mencari penjelasan ‘yang masuk akal’, padahal penjelasan itu seringkali lebih tidak masuk akal dari pada kalau hal itu diterima sebagai mujijat.


2. Ini jelas merupakan suatu mujijat, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.


a. Tadi Yesus tidur, dan ini menunjukkan bahwa Ia adalah manusia sama seperti kita. Sekarang Yesus menghardik dan menghentikan badai, dan ini menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.


Pulpit Commentary: “Who but the Son of God could, of his own will and in his own name, command the mighty elements of nature? Who but a veritable Son of man could be overcome by weariness, and sleep in the midst of the raging of the storm?” (= Siapa kecuali Anak Allah yang bisa, dari kehendakNya sendiri dan dalam namaNya sendiri, memerintahkan elemen-elemen yang kuat dari alam? Siapa kecuali Anak  Manusia yang sejati bisa dikuasai oleh kelelahan, dan tidur di tengah-tengah badai yang mengamuk?) - hal 224.


Bandingkan dengan pengakuan-pengakuan iman yang kita pakai.


b. Ada dukungan lain terhadap keilahian Kristus ini yaitu dalam ay 25 yang menunjukkan bahwa setelah angin itu menjadi reda, murid-murid tetap takut, tetapi sekarang ketakutan mereka terjadi karena mereka berhadapan dengan seseorang yang bisa menenangkan badai. Mereka menyadari keilahian Yesus, dan karena itu mereka takut.


William Hendriksen: “Filled with deep reverence were they. They began to realize: Jesus is even greater than we had previously imagined. He exercised control not only over audience (4:32), sicknesses (6:19), demons (4:35,36), and death (7:11-17; cf. 7:22), but even over the elements of nature, the winds and the water. ... it takes deity to change the weather. It is Jesus who commands the elements of the weather, with the result that even the winds and the water obey him!” [= Mereka dipenuhi dengan rasa takut dan hormat yang mendalam. Mereka mulai menyadari: Yesus bahkan lebih besar dari pada yang tadinya mereka bayangkan. Ia mempunyai kendali bukan hanya atas pendengar-pendengar (4:32), penyakit-penyakit (6:19), setan-setan (4:35,36), dan kematian (7:11-17; bdk. 7:22), tetapi bahkan atas elemen-elemen dari alam, angin dan air. ... membutuhkan keallahan untuk mengubah cuaca. Yesuslah yang memerintah elemen-elemen cuaca, dengan hasil / akibat bahwa bahkan angin dan air taat kepadaNya!] - hal 442.


c. Dukungan lain terhadap keilahian Yesus datang dari Maz 89:9-10.

Maz 89:9-10 - “(9) Ya TUHAN (YAHWEH), Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya TUHAN (YAHWEH), dan kesetiaanMu ada di sekelilingMu. (10) Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya.

Kalau saudara memperhatikan Maz 89:9, terlihat bahwa ayat ini berbicara tentang TUHAN (YAHWEH). Dan dalam Maz 89:10nya dikatakan bahwa YAHWEH itulah yang memerintah kecongkakan laut, meredakannya dan sebagainya. Jadi kalau di sini Yesus bisa memerintah badai / laut, sehingga semua menjadi reda, itu jelas membuktikan bahwa Ia adalah Allah / YAHWEH sendiri.


c) Tindakan Yesus ini mengeluarkan mereka semua dari bahaya.

Pulpit Commentary: “Jesus may lead his people into danger, but he always shares it with them, and leads in due time out of it” (= Yesus bisa membimbing umatNya ke dalam bahaya, tetapi Ia selalu mengalaminya bersama mereka, dan membimbing keluar darinya pada saatnya) - hal 230.


4) Yesus menegur para murid (ay 25a).


a) Dari teguran ini terlihat bahwa sekalipun para murid ‘berdoa’ kepada Yesus pada saat mereka ada dalam bahaya, mereka berdoa secara salah (tanpa / kurang iman). Tetapi, sekalipun doa mereka cacat, doa itu tetap didengar dan dikabulkan.


Adam Clarke: “our imperfections may not hinder us from praying to God. ... it is not our merits which make our prayers effectual” (= ketidak-sempurnaan kita tidak boleh menghalangi kita dari berdoa kepada Allah. ... bukan jasa kita yang membuat doa-doa kita effektif) - hal 106.


Kata-kata ini ada benarnya, karena kita tidak harus suci dulu baru boleh berdoa, karena kalau demikian tidak ada orang yang bisa berdoa. Tetapi kata-kata ini juga tidak boleh diextrimkan, seakan-akan sekalipun kita mempertahankan dosa secara sengaja, doa kita tetap didengar dan dikabulkan oleh Allah.


Bandingkan dengan beberapa ayat di bawah ini:

1. Amsal 1:23-31 - “(23) Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu. (24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku. (29) Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN, (30) tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku, (31) maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh rencana mereka”.

2. Amsal 28:9 - “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian”.

3. Yes 1:15 - “Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah”.

4. Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”.


b) Dari teguran Yesus ini terlihat bahwa Yesus menghendaki mereka tetap beriman dan tidak takut.

Lukas 8: 25 - “Lalu kataNya kepada mereka: ‘Di manakah kepercayaanmu?’”.

Mark 4:40 - “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?’”.

Mat 8:26a - “Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?’”.


Barnes’ Notes: “Christians should never fear danger, disease, or death. With Jesus they are safe” (= Orang-orang Kristen tidak pernah boleh takut pada bahaya, penyakit, atau kematian. Bersama Yesus mereka aman) - hal 40.


Kata-kata Albert Barnes ini ada bahayanya. Bandingkan dengan kata-kata Calvin di bawah ini untuk memberikan keseimbangan.


Calvin: “It is not every kind of fear that is opposed to faith. This is evident from the consideration that, if we fear nothing, an indolent and carnal security steals upon us; and thus faith languishes, the desire to pray becomes sluggish, and the remembrance of God is at length extinguished. Besides, those who are not affected by a sense of calamities, so as to fear, are rather insensible than firm. Thus we see that fear, which awakens faith, is not in itself faulty till it go beyond bounds. ... But as it never happens that believers exercise such restraint on themselves as to keep their faith from being injured, their fear is almost always attended by sin. Yet we ought to be aware that it is not every kind of fear which indicates a want of faith, but only that dread which disturbs the peace of the conscience in such a manner that it does not rest on the promise of God” (= Bukan setiap jenis rasa takut bertentangan dengan iman. Ini nyata dari pertimbangan bahwa, jika kita tidak takut pada apapun, suatu rasa aman yang tidak berperasaan dan bersifat daging mendatangi kita dengan tiba-tiba; dan lalu iman kendor / layu, keinginan berdoa menjadi melempem, dan ingatan kepada Allah akhirnya padam. Disamping itu, mereka yang tidak dipengaruhi oleh suatu perasaan bahaya, sehingga menjadi takut, bukannya teguh tetapi tidak berperasaan. Karena itu kita lihat bahwa rasa takut, yang membangunkan iman, dalam dirinya sendiri bukan merupakan sesuatu yang salah kecuali itu melampaui batas. ... Tetapi karena tidak pernah terjadi bahwa orang-orang percaya mempunyai kekang seperti itu terhadap diri mereka sendiri sehingga menjaga iman mereka dari luka, rasa takut mereka hampir selalu disertai oleh dosa. Tetapi kita harus sadar bahwa bukan setiap jenis rasa takut menunjukkan kurangnya iman, tetapi hanya rasa takut yang mengganggu damai dari hati nurani sedemikian rupa sehingga tidak bersandar pada janji Allah) - hal 425.


IV) Tidak ada jawaban dari para murid.


Terhadap teguran / pertanyaan Yesus yang bersifat menegur dalam Lukas 8: 25 ini tidak ada jawaban yang diberikan (kecuali mereka menjadi takut).


William Hendriksen: “The answer is not given. ... Very appropriately the present narrative ends by fixing the attention upon the person of Jesus Christ, so that everyone who reads it may give his own answer, may profess his own faith, and add his own doxology” (= Jawabannya tidak diberikan. ... Sangat tepat / cocok bahwa cerita ini berakhir dengan mencamkan perhatian pada pribadi dari Yesus Kristus, sehingga setiap orang yang membacanya bisa memberikan jawabannya sendiri, bisa mengaku imannya sendiri, dan menambahkan pujiannya sendiri) - hal 442.


Kesimpulan / penutup.


Apakah saat ini saudara sedang ada dalam penderitaan / problem / bahaya yang hebat? Pertama-tama pastikan bahwa itu bukan disebabkan oleh dosa. Setelah itu yakinlah bahwa Yesus bersama dengan saudara dalam badai kehidupan tersebut. Tetaplah beriman dan berharap kepada Dia. Ia pasti akan menolong saudara pada waktuNya.


LUKAS 8:26-39


Luk 8:26-39 - “(26) Lalu mendaratlah Yesus dan murid-muridNya di tanah orang Gerasa yang terletak di seberang Galilea. (27) Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan. (28) Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapanNya dan berkata dengan suara keras: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.’ (29) Ia berkata demikian sebab Yesus memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu. Karena sering roh itu menyeret-nyeret dia, maka untuk menjaganya, ia dirantai dan dibelenggu, tetapi ia memutuskan segala pengikat itu dan ia dihalau oleh setan itu ke tempat-tempat yang sunyi. (30) Dan Yesus bertanya kepadanya: ‘Siapakah namamu?’ Jawabnya: ‘Legion,’ karena ia kerasukan banyak setan. (31) Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut. (32) Adalah di sana sejumlah besar babi sedang mencari makan di lereng gunung, lalu setan-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia memperkenankan mereka memasuki babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka. (33) Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas. (34) Setelah penjaga-penjaga babi itu melihat apa yang telah terjadi, mereka lari lalu menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. (35) Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. (36) Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu memberitahukan kepada mereka, bagaimana orang yang dirasuk setan itu telah diselamatkan. (37) Lalu seluruh penduduk daerah Gerasa meminta kepada Yesus, supaya Ia meninggalkan mereka, sebab mereka sangat ketakutan. Maka naiklah Ia ke dalam perahu, lalu berlayar kembali. (38) Dan orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu meminta supaya ia diperkenankan menyertaiNya. Tetapi Yesus menyuruh dia pergi, kataNya: (39) ‘Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.’ Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya”.


I) Kasus kerasukan setan.


1) Tempat terjadinya kasus ini.

Lukas 8: 26: “Lalu mendaratlah Yesus dan murid-muridNya di tanah orang Gerasa yang terletak di seberang Galilea”. Bdk. Mat 8:28 - ‘Gadara’; Mark 5:1 - ‘Gerasa’.

Ada 2 cara pengharmonisan:


a) Ada yang mengatakan bahwa Gerasa terletak 12 mil sebelah tenggara Gadara dan mungkin peristiwa itu terjadi di antara dua tempat itu sehingga Matius menyebut Gadara dan Markus menyebut Gerasa.


A. T. Robertson: “Dr. Thomson discovered by the lake the ruins of Khersa (Gerasa). This village is in the district of the city of Gadara some miles southeastward so that it can be called after Gerasa or Gadara” [= Dr. Thomson menemukan dekat danau reruntuhan dari Khersa (Gerasa). Desa ini ada di daerah kota Gadara beberapa mil di sebelah tenggaranya sehingga tempat itu bisa disebut Gerasa atau Gadara] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol I, hal 69.


b) Pulpit Commentary mengatakan (Luke, hal 206) bahwa ada yang mengatakan ‘Gergesa’, dan ini berbeda dengan Gadara maupun Gerasa. Gadara dan Gerasa adalah kota yang lebih besar / penting, sedangkan Gergesa adalah tempat / kota yang sama sekali tidak penting. Pulpit Commentary lalu berkata bahwa mungkin di kota kecil itulah terjadi peristiwa ini, dan karena itu Markus dan Lukas tidak mau menggunakan nama kota kecil yang tidak dikenal itu, tetapi menggunakan kota yang lebih besar di dekatnya, yang lebih dikenal.

Tetapi:

1. Leon Morris (Tyndale) mengatakan bahwa nama ‘Gergesa’ itu ‘diciptakan’ oleh Origen.

2. A. T. Robertson mengatakan bahwa Matius menggunakan ‘Gadara’; sedangkan Markus dan Lukas menggunakan ‘Gerasa’. Jadi, tidak ada ‘Gergesa’.


2) Jumlah orang yang kerasukan setan.

Lukas 8: 27: “Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan”.

Mark 5:2 juga mengatakan ‘seorang’.


Bdk. Mat 8:28 - “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu”.


Jadi, Matius mengatakan ‘dua orang’, tetapi Markus dan Lukas mengatakan ‘seorang’.

Pengharmonisan: Perhatikan bahwa Markus dan Lukas tidak berkata hanya seorang’. Mereka hanya menceritakan salah satu saja, mungkin karena orang itu lebih dikenal, dan / atau karena orang itu lebih parah keadaannya.


Pulpit Commentary  memberikan kemungkinan lain, yaitu karena hanya satu yang berdialog dengan Yesus, maka yang satu itulah yang diceritakan oleh Markus dan Lukas (hal 206).


3) Apa yang dilakukan Setan terhadap orang yang ia rasuk.


a) Memberinya kekuatan yang luar biasa.

Ay 29b: “Karena sering roh itu menyeret-nyeret dia, maka untuk menjaganya, ia dirantai dan dibelenggu, tetapi ia memutuskan segala pengikat itu ...”.

Mark 5:3-4 - “(3) Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, (4) karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya”.


Tentu tidak selalu terjadi seperti ini, tetapi bisa terjadi seperti ini. Setan memang bisa memberi kekuatan luar biasa / supranatural / gaib seperti ‘tenaga dalam’, ilmu kebal dan sebagainya.


Calvin: “Naturally, he was not able to break the chains; and hence we infer that Satan is sometimes permitted to make extraordinary movements, the effect of which goes beyond our comprehension and beyond ordinary means” (= Secara wajar ia tidak bisa memutuskan rantai; dan karena itu kami menyimpulkan bahwa Setan kadang-kadang diijinkan untuk membuat gerakan-gerakan yang luar biasa, yang akibatnya melampaui pengertian kita dan melampaui cara-cara biasa) - hal 429-430.


b) Menyiksanya secara fisik.

Mark 5:5 - “Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.


c) Menyiksanya secara batin.

Ini dilakukan oleh setan, antara lain dengan membawanya ke tempat sunyi / kuburan / bukit-bukit.

Ay 27b: “orang itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan.

Ay 29c: “ia dihalau oleh setan itu ke tempat-tempat yang sunyi.

Mark 5:5 - “Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu”.


Calvin: “As to the opinion that the man dwelt among the graves, either because devils are delighted with the stench of dead bodies, or gratified by the smell of oblations, or because they watch over souls which are desirous to approach their bodies; it is an idle, and, indeed, a foolish conjecture. On the contrary, this wretched man was kept among the graves by an unclean spirit, that he might have an opportunity of terrifying him continually with the mournful spectacle of death, as if he were cut off from the society of men, and already dwelt among the dead. We learn from this also, that the devil does not only torment men in the present life, but pursues them even to death, and that in death his dominion over them is chiefly exercised” (= Berkenaan dengan pandangan bahwa orang itu tinggal di pekuburan, karena setan senang dengan bau busuk dari mayat, atau dipuaskan oleh bau persembahan / korban, atau karena mereka menjaga jiwa-jiwa yang ingin untuk mendekati tubuh-tubuh mereka; itu merupakan omong kosong, dan bahkan merupakan suatu dugaan yang bodoh. Sebaliknya, orang yang malang ini dijaga untuk tetap berada di pekuburan oleh roh jahat, supaya ia mempunyai kesempatan untuk menakut-nakutinya terus-menerus dengan pandangan kematian yang menyedihkan, seakan-akan ia dipotong dari masyarakat dan sudah tinggal bersama dengan orang mati. Dari hal ini kita juga belajar bahwa setan tidak hanya menyiksa manusia dalam hidup ini, tetapi mengejar mereka bahkan sampai pada kematian, dan bahwa dalam kematian penguasaannya atas mereka secara terutama dijalankan) - hal 429.


Catatan: kata-kata terakhir dari kutipan ini tidak berarti bahwa Calvin mempercayai bahwa setan bisa menyiksa manusia setelah kematian, tetapi hanya bahwa begitu mati, setan mendapatkan kemenangan mutlak atas orang itu.


Calvin: “It was indeed a sad and shocking exhibition, but may serve to remind us how wretched and alarming it is to be placed under the tyranny of Satan, and also that bodily agony, however violent or cruel, is not more to be dreaded than distress of mind” (= Itu memang merupakan pertunjukan yang menyedihkan dan mengejutkan, tetapi bisa berfungsi untuk mengingatkan kita betapa menyedihkan / buruk dan menakutkan untuk ditempatkan di bawah kekejaman Setan, dan juga bahwa penderitaan jasmani, bagaimanapun berat atau kejamnya, tidak boleh lebih ditakuti dari pada penderitaan pikiran) - hal 430.


4) Dari semua detail-detail dalam cerita ini terlihat dengan jelas bahwa ini memang merupakan kasus kerasukan setan.

Tetapi bandingkan dengan komentar William Barclay tentang cerita ini.


William Barclay: “This man was a case of violent insanity. ... When Jesus asked the man his name, he answered, ‘Legion.’ ... Doubtless this man had seen a Roman legion on the march, and his poor, afflicted mind felt that there was not one demon but a whole regiment inside him. It may well be that the word haunted him because he had seen atrocities carried out by a Roman legion when he was a child. It was possible that it was the sight of such atrocities which left a scar upon his mind and ultimately sent him mad. ... He would never have believed that he was cured unless he had visible demonstration. Nothing less than the visible departure of the demons would have convinced him. Surely what happened was this. The herd of swine was feeding there on the mountain side. Jesus was exerting his power to cure what was a very stubborn case. Suddenly the man’s wild shouts and screams disturbed the swine and they went dashing down the steep place into the sea in blind terror. ‘Look!’ said Jesus, ‘Look! Your demons are gone!’ Jesus had to find a way to get into the mind of this poor man; and in that way he found it” (= Orang ini merupakan suatu kasus kegilaan yang hebat. ... Pada waktu Yesus menanyakan orang ini namanya, ia menjawab: ‘Legion’. ... Tidak diragukan bahwa orang ini pernah melihat suatu Legion Romawi sedang berbaris / bergerak, dan pikirannya yang malang dan tersiksa / menderita itu merasa bahwa di dalam dirinya bukan ada satu setan tetapi seluruh resimen. Mungkin juga bahwa kata itu menghantui dia karena ia pernah melihat kekejaman yang dilakukan oleh legion Romawi pada waktu ia adalah seorang anak kecil. Adalah mungkin bahwa pemandangan terhadap kekejaman seperti itu meninggalkan bekas luka pada pikirannya dan akhirnya membuat ia menjadi gila. ... Ia tidak pernah akan mempercayai bahwa ia telah disembuhkan kecuali ia mendapatkan pertunjukkan yang bisa dilihat. Tidak kurang dari tindakan meninggalkan yang bisa dilihat dari setan-setan itu bisa meyakinkan dia. Pasti yang terjadi adalah ini. Kumpulan babi itu sedang makan pada lereng gunung. Yesus sedang mengerahkan kekuatanNya untuk menyembuhkan apa yang merupakan kasus yang sangat sukar untuk disembuhkan. Tiba-tiba teriakan dan jeritan yang liar dari orang itu mengganggu / mengejutkan babi-babi itu dan mereka lari menuruni tempat yang curam itu ke dalam laut / danau dalam ketakutan yang buta. ‘Lihat!’, kata Yesus, ‘Lihat! Setan-setanmu telah pergi / hilang!’. Yesus harus menemukan suatu cara untuk masuk ke dalam pikiran dari orang yang malang ini; dan dengan cara itu Ia menemukannya) - hal 107,108.


Kalau kata-kata Barclay benar, maka Yesusnya berdusta, karena sebetulnya tidak ada setan, tetapi Ia mengatakan ‘Setan-setanmu telah pergi / hilang’. Dan entah bagaimana Barclay menjelaskan pembicaraan antara Yesus dengan setan-setan itu.


A. T. Robertson: “Some hold that it is merely the ancient way of describing disease. But that does not explain the situation here. Jesus is represented as treating the demons as real existences separate from the human personality” (= Sebagian orang percaya bahwa ini sekedar merupakan cara kuno untuk menggambarkan penyakit. Tetapi itu tidak menjelaskan situasi di sini. Yesus digambarkan sebagai memperlakukan setan-setan sebagai keberadaan-keberadaan nyata yang terpisah dari kepribadian manusia) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol I, hal 69.


II) Pengusiran setan oleh Yesus.


1) Orang yang kerasukan itu mendatangi Yesus.

Ay 27a: “Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan ...”.

Mengapa setan-setan itu membawa orang itu untuk mendatangi Yesus?


Calvin: “They did not come of their own accord into the presence of Christ, but were drawn by a secret exercise of his authority. ... a superior power compels them to appear reluctantly at the tribunal of their judge. Hence we infer, that the whole of Satan’s kingdom is subject to the authority” (= Mereka tidak datang ke hadapan Kristus dari persetujuan mereka sendiri, tetapi ditarik oleh penggunaan otoritasNya yang bersifat rahasia. ... suatu kuasa yang lebih besar memaksa mereka untuk menghadap dengan segan pada pengadilan dari hakim mereka. Karena itu kami menyimpulkan bahwa seluruh kerajaan Setan tunduk kepada otoritasNya) - hal 430.


Norval Geldenhuis mengatakan bahwa mungkin orang itu ingin menyerang Yesus dan murid-muridNya, tetapi begitu bertemu dengan Yesus, Yesus mengusir setan-setan itu, dan karena itu orang itu lalu tersungkur / menyembah Yesus. Saya lebih condong kepada penafsiran Geldenhuis dari pada penafsiran Calvin.


2) Orang yang kerasukan setan itu menyembah Yesus.

Ay 28a: “Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapanNya”.

Mark 5:6 - “Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkanNya lalu menyembahNya”.

Mengapa orang itu menyembah Yesus?


William Hendriksen: “This ‘homage,’ however, is an act of fear rather than humble reverence” (= Tetapi, ‘penghormatan / penyembahan’ ini merupakan tindakan dari ketakutan dari pada rasa hormat yang rendah hati) - hal 446.


3) Yesus menyuruh setan-setan itu keluar dari orang itu.

Ay 28-29a: “(28) Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapanNya dan berkata dengan suara keras: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.’ (29) Ia berkata demikian sebab Yesus memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu.


4) Jawaban / tanggapan setan.

Ay 28: “Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapanNya dan berkata dengan suara keras: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.’.

Bdk. Mat 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.

Mark 5:7 - “dan dengan keras ia berteriak: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!’”.


a) ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi?’

A. T. Robertson: “They know that there is nothing in common between them and the Son of God” (= Mereka tahu bahwa tidak ada persamaan antara mereka dengan Anak Allah) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol I, hal 70.


Bandingkan dengan kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa. Dalam majalah Menara Pengawal, tg 15 Agustus 2002, hal 11, dikatakan: “Ketika Yesus merasa lelah dan lapar, Setan berupaya menggodanya. Betapa berbedanya kedua putra Allah ini!”. Jadi, mereka menyebut setan sebagai ‘putra Allah’. Waktu saya tanyakan mengapa setan disebut ‘putra Allah’, mereka menjawab: ‘Karena ia diciptakan sebagai malaikat’. Kalau demikian, mengapa setan-setan ini tidak berkata: ‘Hai ko de!’?


b) ‘Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.’.

Calvin: “As criminals, when they come to the judgment-seat, expect their punishment, so devils and all wicked men must tremble at the sight of God, as truly as if they already experienced hell, the unquenchable fire, and the torments that await them. Now, the devils knew that Christ was the Judge of the world; and therefore we need not wonder that the sight of him impressed them with dread of immediate torment” (= Seperti kriminal-kriminal mengharapkan hukuman mereka pada waktu mereka datang pada kursi penghakiman, demikianlah setan-setan dan semua orang jahat pasti gemetar pada saat melihat Allah, sama benarnya seperti jika mereka sudah mengalami neraka, api yang tak terpadamkan, dan siksaan-siksaan yang menanti mereka. Setan tahu bahwa Kristus adalah Hakim dari dunia ini; dan karena itu kita tidak perlu heran bahwa penglihatan tentang Dia memberikan kesan kepada mereka dengan rasa takut terhadap siksaan langsung) - hal 431-432.


c) Kata-kata ‘sebelum waktunya’ dalam Mat 8:29 menunjukkan bahwa penyiksaan itu ada dan waktunya sudah ditetapkan.

Bdk. Kis 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.


Memang Kis 17:31 membicarakan penghakiman, tetapi pada penghakiman itu juga setan (dan semua orang berdosa yang tidak percaya kepada Yesus) akan dihukum dan dibuang ke neraka.


Bandingkan dengan:

1. Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.

2. Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.


Setan tahu akan hal ini, dan dari kata-kata mereka jelas terlihat bahwa mereka sangat takut akan hal itu. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Saksi-Saksi Yehuwa, yang tidak mempercayai adanya neraka. Kalau neraka memang tidak ada, apa yang menyebabkan setan-setan itu begitu takut? Perhatikan juga bahwa baik ay 28, Mat 8:29, Mark 5:7 menggunakan kata ‘siksa’ / ‘menyiksa’, bukan ‘memusnahkan’.


d) Calvin mengatakan bahwa kata-kata setan ini menunjukkan keinginan untuk menunda penghukuman tetapi ini tidak ada gunanya.


Calvin: “the reprobate never reckon that ‘the time’ for punishing them is fully come: for they would willingly delay it from day to day. Any measure of delay, which the Lord is pleased to allow them, is counted gain; and thus by subterfuges they endeavour to avoid his sentence, though attempt is to no purpose” (= orang-orang yang ditentukan untuk binasa tidak pernah menganggap bahwa ‘waktu’ untuk menghukum mereka sudah datang: karena mereka ingin menundanya dari hari ke hari. Setiap penundaan, yang Tuhan berkenan untuk ijinkan, dianggap sebagai suatu keuntungan; dan demikikanlah dengan dalih-dalih / alasan-alasan mereka berusaha untuk menghindari hukumanNya, sekalipun usaha ini tidak ada gunanya) - hal 432.


5) Pembicaraan selanjutnya antara Yesus dan setan.


a) Lukas 8: 30: “Dan Yesus bertanya kepadanya: ‘Siapakah namamu?’ Jawabnya: ‘Legion,’ karena ia kerasukan banyak setan”.

Calvin: “Legion denotes here not a definite number of men, but merely a great multitude. Hence it is evident what a wretched creature man is, when he is deprived of the divine protection. Every man is not only exposed to a single devil, but becomes the retreat of vast numbers” (= Di sini ‘Legion’ tidak menunjuk kepada suatu jumlah orang yang tertentu, tetapi hanya suatu kumpulan yang banyak. Karena itu nyatalah betapa malangnya manusia pada waktu ia tidak mendapatkan perlindungan ilahi. Setiap orang bukan hanya terbuka terhadap satu setan, tetapi menjadi tempat persembunyian dari sejumlah besar setan) - hal 432.


b) Lukas 8: 31: “Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut.

Mark 5:10 - “Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.

Mungkin yang dimaksudkan ‘daerah itu’ adalah ‘bumi’, sehingga diusir dari daerah itu berarti mereka dibuang ke dalam ‘jurang maut’ (bdk. Wah 9:1,2,11), dan ini oleh banyak orang diartikan sebagai neraka.


c) Lukas 8: 32: “Adalah di sana sejumlah besar babi sedang mencari makan di lereng gunung, lalu setan-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia memperkenankan mereka memasuki babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka”.

Markus mengatakan jumlah babi adalah 2000, dan kalau 1 ekor babi harganya Rp 1 juta, maka semuanya ini harganya Rp 2 Milyar.


Calvin yakin bahwa setan-setan itu ingin melakukan ini supaya pemilik babi marah kepada Allah / Yesus karena penyembuhan orang tersebut. Kristus mengijinkan, untuk menguji orang-orang di sana / pemilik babi, atau untuk menghukum mereka karena dosa-dosa mereka. Ingat bahwa babi adalah binatang haram berdasarkan hukum Musa. Kalau ini benar, ini menunjukkan sikap Yesus terhadap orang yang mau / berani melanggar hukum Tuhan demi uang.


Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus mengijinkan setan-setan itu masuk ke dalam babi-babi itu supaya orang yang dirasuk setan itu bisa melihat bahwa setan-setan itu memang sudah keluar dari dirinya. Ini mempunyai manfaat psikologis baginya.

Sekalipun kita tidak bisa memastikan alasan Yesus untuk mengijinkan, tetapi kita tahu bahwa Ia pasti mempunyai alasan untuk mengijinkan hal itu.


Akibat dari ijin yang diberikan itu, terjadilah ay 33: “Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas”.


William Hendriksen: “without this permission the demons would not have been able to carry out their plan. ... everything, even in the realm of demons, is completely under Christ’s control” (= tanpa ijin ini setan-setan tidak akan bisa melaksanakan rencana mereka. ... segala sesuatu, bahkan dalam alam setan, sepenuhnya ada di bawah kontrol dari Kristus) - hal 447.


6) Orang yang kerasukan itu sembuh.

Ay 35b: “.. orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras”.


Calvin: “Though we are not tortured by the devil, yet he holds us as his slaves, till the Son of God delivers us from his tyranny. Naked, torn, and disfigured, we wander about, till he restores us to soundness of mind” (= Sekalipun kita tidak disiksa oleh setan, tetapi ia memegang kita sebagai budaknya, sampai Anak Allah membebaskan kita dari kekejamannya. Telanjang, compang-camping, dan jelek, kita mengembara, sampai Ia memulihkan kita kepada pikiran yang sehat) - hal 436.


III) Reaksi terhadap tindakan Yesus.


1) Reaksi orang-orang Gadara / Gerasa.

Lukas 8: 34-37: “(34) Setelah penjaga-penjaga babi itu melihat apa yang telah terjadi, mereka lari lalu menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. (35) Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. (36) Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu memberitahukan kepada mereka, bagaimana orang yang dirasuk setan itu telah diselamatkan. (37) Lalu seluruh penduduk daerah Gerasa meminta kepada Yesus, supaya Ia meninggalkan mereka, sebab mereka sangat ketakutan. Maka naiklah Ia ke dalam perahu, lalu berlayar kembali”.


a) Mereka sedikitpun tidak peduli terhadap kesembuhan orang yang dirasuk setan itu.

William Hendriksen: “Note that they show no interest whatever in the restoration of the demoniac” (= Perhatikan bahwa mereka tidak menunjukkan perhatian / kepedulian apapun terhadap pemulihan dari orang yang kerasukan setan itu) - hal 449.

Penerapan: jaman sekarang juga ada banyak orang kristen yang tidak peduli apakah seseorang bertobat atau tidak.


b) Mereka meminta Yesus meninggalkan daerah mereka (Lukas 8: 37).


1. Sebetulnya ada alasan-alasan yang menyebabkan mereka tidak mengusir Yesus.

a. Dari kata-kata ‘maka takutlah mereka’ (ay 35b) dan kata ‘meminta’ (ay 37), dan ‘sangat ketakutan’ (ay 37) menunjukkan bahwa mereka yakin bahwa Yesus memang adalah hamba Tuhan / nabi!

b. Kesembuhan orang yang dirasuk setan itu sebetulnya menguntungkan mereka karena mereka bebas dari ketakutan yang selama ini ada pada mereka terhadap orang yang kerasukan setan itu.


Leon Morris (Tyndale) mengutip kata-kata Farrar: “the freeing of the neighbourhood from the peril and terror of this wild maniac was a greater benefit to the whole city than the loss of this herd” (= pembebasan lingkungan itu dari bahaya dan rasa takut dari orang gila yang liar ini merupakan keuntungan yang lebih besar bagi seluruh kota dari pada kehilangan / kerugian babi-babi ini) - hal 156.


Bdk. Mat 8:28 - “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu.


2. Tetapi toh seluruh penduduk meminta Yesus untuk pergi (ay 37a).

a. Ini jelas disebabkan karena kerugian babi-babi yang mereka alami.

b. Mengapa seluruh penduduk itu meminta Yesus meninggalkan mereka? Mungkin karena mereka semua memelihara babi.

c. Ini jelas menunjukkan bahwa mereka lebih mementingkan harta / babi mereka dari pada kesembuhan / keselamatan orang yang dirasuk itu, maupun dari pada keselamatan mereka sendiri.


Norval Geldenhuys (NICNT): “it is clear that they attached far more value to their earthly possession than to the salvation of the possessed man and their own salvation as well” (= adalah jelas bahwa mereka memberikan nilai yang jauh lebih besar pada milik / harta duniawi mereka dari pada kepada keselamatan dari orang-orang yang kerasukan itu dan juga pada keselamatan mereka sendiri) - hal 256.


Calvin: “Thus at the present day, so long as men believe that the kingdom of God is opposed to their interest, ... they are prepossessed by a depraved and carnal fear, and have no relish for his grace” (= Demikianlah pada masa ini, selama manusia percaya bahwa kerajaan Allah bertentangan dengan kepentingan mereka, ... mereka sudah dikuasai oleh rasa takut yang bejad dan bersifat daging, dan tidak mempunyai kesukaan untuk kasih karuniaNya) - hal 435.


Calvin: “It is a mark of shameful insensibility in those men, that the loss of their swine gives them more alarm than the salvation of their soul would give them joy” (= Merupakan suatu tanda ketidak-berperasaan yang memalukan dalam orang-orang ini, bahwa kehilangan babi-babi mereka memberikan mereka rasa takut yang lebih besar dari pada keselamatan jiwa mereka memberikan mereka sukacita) - hal 435.


Pulpit Commentary: “They felt they could not keep both the Saviour and their swine, and of the two they preferred their swine” (= Mereka merasa bahwa mereka tidak bisa memegang sang Juruselamat dan babi mereka, dan dari kedua hal itu mereka lebih memilih babi mereka) - hal 208.


Ini tidak berbeda dengan pemuda kaya dalam Mat 19:21-22 - “(21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya”.


J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh tahunannya yang berjudul Awake My Heart, tgl 1 Maret, memberikan suatu cerita sebagai berikut:

“There was a young man in Lancashire who used to be anxious about salvation as he heard the preachers in the local church. He had determined, however, that when he grew up he would somehow become owner of a cotton mill; and not even salvation must interfere with that. For years he worked inordinately, until, in his forties, he owned a big mill and much money. Then he became ill and lay dying. He died frantically muttering, ‘Over there ... Jesus ... saying something ... but ... I cannot hear for the noise of the mill’” (= Ada seorang muda di Lancashire yang menguatirkan keselamatannya pada saat ia mendengar pengkhotbah-pengkhotbah di gereja lokal. Tetapi ia telah memutuskan bahwa kalau ia dewasa ia akan menjadi pemilik dari pemintalan kapas; dan bahkan keselamatan tidak boleh mencampuri hal itu. Selama bertahun-tahun ia bekerja bukan main banyaknya, sampai pada usia empatpuluhan ia memiliki pemintalan kapas yang besar dan banyak uang. Lalu ia jatuh sakit dan terbaring dalam keadaan sekarat. Ia mati dengan sangat ketakutan sambil berkomat-kamit: ‘Di sana ... Yesus ... berkata sesuatu ... tetapi ... saya tidak bisa mendengarnya karena suara bising pemintalan kapas’).


J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh tahunannya ‘Awake My Heart’, tgl 9 Maret memberikan puisi sebagai berikut:

“Rabbi, begone! Thy powers

Bring loss to us and ours.

Our ways are not as Thine.

Thou lovest men, we, swine.

Oh, get you hence, Omnipotence,

And take this fool of Thine!

His soul? What care we for his soul?

What good to us that Thou hast made him whole,

Since we have lost our swine?

And Christ went sadly,

He had wrought for them a sign

Of love, and hope, and tenderness divine;

They wanted - swine!

Christ stands without our door and gently knocks;

But if our gold, or swine, the entrance blocks,

He forces no man’s hold - He will depart,

And leaves us to the meanness of our heart”


(= Rabi / Guru, enyahlah! KuasaMu

Membawa kerugian / kehilangan kepada kami dan milik kami

Jalan kami tidaklah seperti jalanMu

Engkau mengasihi manusia, kami mengasihi babi.

O, pergilah dari sini, Yang mahakuasa.

Dan bawalah orang tolol milikMu ini!

Jiwanya? Apa peduli kami tentang jiwanya?

Apa untungnya bagi kami bahwa Engkau telah membuatnya utuh,

Karena kami telah kehilangan babi kami?

Dan Kristus pergi dengan sedih,

Ia telah membuat tanda untuk mereka

Tentang kasih, dan pengharapan, dan kelembutan ilahi;

Mereka menginginkan - babi!

Kristus berdiri di luar pintu kita dan mengetuk dengan lembut;

Tetapi jika emas kita, atau babi, menutup jalan masuk,

Ia tidak memaksa penolakan manusia - Ia akan pergi,

Dan meninggalkan kita pada kepicikan / kejahatan hati kita).


Pulpit Commentary: “Are there not many whose secret heart protests, ‘Let us alone, Lord God! Let us make money as best we can; eat, drink, and enjoy ourselves. Away with the spiritual - with Church, with God! Give us our swine, and let heaven go!’” (= Bukankah banyak orang yang hatinya memprotes secara diam-diam: ‘Biarkan kami sendiri, Tuhan Allah! Biarkan kami mencari uang sebaik kami bisa; makan, minum, dan menikmati diri kami sendiri. Enyah dengan hal-hal rohani - dengan Gereja, dengan Allah! Berikanlah kami babi kami, dan biarlah surga enyah!’) - hal 215.


c) Yesus meninggalkan tempat itu (ay 37b).

Pulpit Commentary: “The chance, as far as the Gadarene district was concerned, was gone for ever. Jesus probably returned thither no more. Within forty years this district was the scene of one of the terrible calamities of the great Roman war. The sack of Gadara, and the desolation and ruin which was the hapless lot of this once wealthy but evil-livingly district, is one of the many melancholy chapters of the hopeless Jewish revolt ... A modern traveller, Dr. Thomson, remarks, singularly enough, that the old district of Gadara at the present day is infested with wild, fierce hogs: ‘Everywhere,’ he writes, ‘the land is ploughed up by wild hogs in search of roots on which they live’” (= Kesempatan bagi daerah Gadara hilang selama-lamanya. Mungkin Yesus tidak pernah kembali ke sana lagi. Dalam 40 tahun daerah ini merupakan pemandangan dari salah satu bencana-bencana yang hebat dari perang Romawi yang besar. Penjarahan Gadara, dan perusakan dan reruntuhan yang merupakan nasib sial dari daerah yang dulunya kaya tetapi hidup secara berdosa ini, merupakan satu dari banyak babak yang menyedihkan dari pemberontakan Yahudi yang tidak ada harapan ... Seorang pelancong modern, Dr. Thomson, mengatakan secara cukup luar biasa bahwa daerah kuno Gadara pada saat ini ditempati dengan babi-babi yang liar dan garang: ‘Di mana-mana’ tulisnya, ‘tanah itu dibajak oleh babi-babi liar yang mencari akar-akar dengan mana mereka hidup’) - hal 208.


2) Reaksi orang yang telah disembuhkan itu.


a) Ia ingin menyertai Yesus.

Ay 38a: “Dan orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu meminta supaya ia diperkenankan menyertaiNya”.


b) Yesus melarangnya dan menyuruhnya melakukan hal yang lain.

Lukas 8: 38b-39: “(38b) Tetapi Yesus menyuruh dia pergi, kataNya: (39) ‘Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.’ Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya”.


1. Setiap orang mempunyai panggilan dari Tuhan yang berbeda.

Maria Magdalena juga dilepaskan dari setan tetapi ia diijinkan mengikuti Yesus secara jasmani (Luk 8:1-2), tetapi orang ini disuruh tinggal untuk memberitakan Injil!

Marta disalahkan karena melayani sehingga tidak bersekutu dengan Dia (Luk 10:38-42), tetapi orang ini disuruh melayani sehingga tidak bisa bersama Dia secara jasmani.


2. Bahwa ‘doa’ orang ini ditolak (Lukas 8: 38), sedangkan ‘doa’ setan dikabulkan (ay 32b), dan demikian juga ‘doa’ dari seluruh penduduk Gadara / Gerasa (ay 37b), bukanlah bukti bahwa Yesus lebih mengasihi setan dan orang-orang yang mengusirNya itu.


3. Yesus menyuruh orang itu memberitakan apa yang telah ia alami dan orang itu melakukannya.


a. Bagian ini menunjukkan keilahian Yesus.

  • Mark 5:19 - “Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: ‘Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!’”.

  • Luk 8:39 - “‘Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.’”.

Apa yang Yesus perintahkan itu sesuai dengan Maz 66:16 - “Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukanNya terhadap diriku.


Tetapi apa yang lalu terjadi?

  • Mark 5:20 - “Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran”.

  • Luk 8:39b - “Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya”.

Jelas bahwa Yesus dianggap sebagai ‘Tuhan’ (TDB: ‘Yehuwa’) dan ‘Allah’.


Pulpit Commentary: “It is noteworthy how the Master referred the great act of deliverance to God. But to the restored, Jesus was at once his Deliverer and his God” (= Patut diperhatikan bagaimana sang Tuhan / Guru mengarahkan tindakan pembebasan yang besar kepada Allah. Tetapi bagi orang yang dipulihkan itu, Yesus adalah sekaligus Pembebasnya dan Allahnya) - hal 209.


Leon Morris (Tyndale): “Luke will want us to catch the allusion that what Jesus had done God had done” (= Lukas menghendaki kita menangkap penunjukkan tidak langsung bahwa apa yang Yesus lakukan, Allah telah lakukan) - hal 157.


b. Mengapa di sini orang itu boleh memberitakan apa yang Yesus lakukan, sedangkan dalam banyak kasus lain tidak boleh? Mungkin karena daerah ini adalah daerah non Yahudi, dan karena itu tidak ada problem dengan pemberitaan itu. Tetapi di daerah orang-orang Yahudi, bisa menjadi problem.


c. Orang itu memberitakan ‘Injil’!

Orang yang betul-betul merasakan berkat dari Tuhan / kasih dari Tuhan, pasti akan memberitakan Injil!


Calvin: “in magnifying his grace, we testify our gratitude” (= Dalam membesarkan kasih karuniaNya, kita menyaksikan rasa terima kasih kita) - hal 436.


C. H. Spurgeon: “If you can tell such a story, do not keep it to yourself. If Jesus has done great things for thee, be ever ready to speak of it, till all men shall know what Christ can do. ... If you have been valiant against the truth, be valiant for the truth. If you were not lukewarm when you served Satan, be not lukewarm now that you have come to serve Christ” (= Jika engkau bisa menceritakan cerita seperti itu, jangan menyimpannya bagi dirimu sendiri. Jika Yesus telah melakukan hal-hal yang besar untukmu, siaplah selalu untuk membicarakannya, sampai semua orang mengetahui apa yang Kristus bisa lakukan. ... Jika engkau pernah berani menentang kebenaran, beranilah untuk kebenaran. Jika dulu engkau tidak suam-suam kuku pada waktu engkau melayani Setan, janganlah sekarang suam-suam kuku pada waktu engkau telah datang untuk melayani Kristus) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 275-276.


Penerapan: saudara mungkin tidak pernah dilepaskan dari kerasukan seperti dalam cerita ini, tetapi kalau saudara betul-betul sudah diselamatkan, dan tahu bahwa tadinya saudara menuju ke neraka dan sekarang menuju ke surga, maka seharusnya saudara juga merasakan betapa besar kasih Tuhan kepada saudara, dan seharusnya saudara juga memberitakan kasih Tuhan!


Penutup.


Norval Geldenhuys (NICNT): “it is heartening to be brought by this story to a fresh realisation that Christ Jesus is the Conqueror of all evil spirits. ... where God still permits them to make assaults upon the faithful, this is only to test and refine us, and He never gives them free play. Ere long an end will be put for ever to their activities, when He comes in power and glory to establish His everlasting and heavenly kingdom upon the new earth” (= merupakan sesuatu yang membesarkan hati untuk dibawa oleh cerita ini kepada suatu kesadaran yang segar bahwa Kristus Yesus adalah sang Penakluk dari semua roh-roh jahat. ... dimana Allah mengijinkan mereka untuk menyerang orang-orang yang setia, ini hanya untuk menguji dan memurnikan kita, dan Ia tidak pernah memberi mereka kebebasan. Tidak lama lagi aktivitas mereka akan diakhiri, pada waktu Ia datang dalam kuasa dan kemuliaan untuk menegakkan kerajaanNya yang kekal dan surgawi di atas bumi yang baru) - hal 257.


LUKAS 8:40-56


Luk 8:40-56 - “(40) Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan Dia. (41) Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepadaNya, supaya Yesus datang ke rumahnya, (42) karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak. (43) Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun. (44) Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya. (45) Lalu kata Yesus: ‘Siapa yang menjamah Aku?’ Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: ‘Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.’ (46) Tetapi Yesus berkata: ‘Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu.’ (47) Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depanNya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh. (48) Maka kataNya kepada perempuan itu: ‘Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!’ (49) Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: ‘Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!’ (50) Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: ‘Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.’ (51) Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut masuk dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya. (52) Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: ‘Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur.’ (53) Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati. (54) Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kataNya: ‘Hai anak bangunlah!’ (55) Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan. (56) Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu”.


I) Yesus dan Yairus.


1) Kontras dengan text sebelumnya.

William Hendriksen mengatakan bahwa perpindahan dari text sebelumnya ke text ini mengandung suatu kontras yang harus diperhatikan. Kalau dalam text sebelumnya penduduk Gadara / Gerasa itu meminta Yesus untuk meninggalkan mereka, maka di sini terjadi yang sebaliknya, dimana:


a) Banyak orang menantikan dan menyambut Dia.

Lukas 8: 40: “Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan Dia”.

Tentang kata ‘menyambut’ (‘welcomed’) A. T. Robertson mengatakan bahwa artinya adalah ‘to receive with pleasure’ (= menerima dengan senang).


Tetapi Pulpit Commentary mengatakan: “This .... was only a temporary religious revival, but still while it lasted it gathered great crowds in every place where he visited” (= Ini ... hanya merupakan kebangunan rohani agamawi yang bersifat sementara, tetapi sementara hal itu bertahan hal itu tetap mengumpulkan kumpulan orang banyak di setiap tempat yang Ia kunjungi) - hal 209.


Penafsir yang lain dari Pulpit Commentary mengatakan (hal 226) bahwa tidak semua orang mempunyai perasaan dan motivasi yang sama dan benar tentang kedatangan Yesus ini. Mungkin ada yang hanya sekedar ingin tahu, ada yang ingin disembuhkan, ada yang ingin keluarganya disembuhkan, ada yang ingin belajar dari Dia, dan sebagainya.

Kalau saudara datang kepada Yesus / menerima Yesus, motivasi saudara perlu diperhatikan.


b) Yairus meminta Yesus untuk datang. 

Ay 41: “Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepadaNya, supaya Yesus datang ke rumahnya”.


1. Lukas (dan Markus) mengatakan ‘tersungkur’, tetapi Mat 9:18 mengatakan ‘menyembah’.


Calvin berpendapat bahwa yang dimaksud adalah sekedar berlutut di depan Yesus. Yairus tidak melakukan penyembahan ilahi terhadap Yesus, tetapi menghormatiNya sebagai seorang nabi.

Tetapi tetap perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak menolak diperlakukan seperti itu. Bdk. dengan Petrus yang menolaknya (Kis 10:25-26), dan juga malaikat dalam kitab Wahyu (Wah 19:10  Wah 22:8-9).


2. Lukas 8: 41 ini menunjukkan bahwa Yairus adalah seorang kepala rumah ibadat / synagogue, tetapi ia tersungkur / menyembah Yesus. Ia mau merendahkan diri di hadapan Yesus. Ini merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan. Bagaimanapun tingginya kedudukan saudara, di hadapan Yesus / Allah, saudara harus merendahkan diri.


2) Permintaan Yairus.

Yairus ingin Yesus menolong anaknya. Yang dipersoalkan adalah: anak Yairus itu sakit berat dan hampir mati, atau sudah mati?

Ay 41b-42a: “(41b) Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepadaNya, supaya Yesus datang ke rumahnya, (42a) karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati.


Sekarang kita bandingkan dengan ayat-ayat paralelnya:

Mark 5:22-23 - “(22) datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kakiNya (23) dan memohon dengan sangat kepadaNya: ‘Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tanganMu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.’”.


Mat 9:18 - “Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya, maka ia akan hidup.’”.


Markus sama dengan Lukas, tetapi Matius kelihatannya memberikan cerita yang kontradiksi dengan Markus dan Lukas, karena Matius mengatakan bahwa anak itu ‘baru saja meninggal’.


Cara mengharmoniskan:

a) Calvin mengatakan (hal 410) bahwa Matius hanya menyingkat cerita tanpa mempedulikan detail-detailnya, sedangkan Markus dan Lukas menceritakan detail-detailnya. Leon Morris (Tyndale) juga mempunyai pandangan seperti ini (hal 158).

b) Kata-kata Yairus yang sebenarnya adalah: ‘Anakku sakit begitu berat sehingga pasti saat ini ia sudah mati’. Matius lalu mengambil sebagian dari kata-kata ini dan Markus / Lukas mengambil bagian yang lain.

Ini adalah satu penafsiran yang mungkin sekali. Memang dalam Mark 5:23 di katakan: ‘Supaya ia selamat dan tetap hidup’. Ayat ini seolah-olah menentang penafsiran ini. Tetapi kata ‘tetap’ dalam ayat itu sebetulnya tidak ada sehingga penafsiran ini tetap mempunyai kemungkinan benar.

c) Anak itu masih hidup waktu Yairus meninggalkan rumah, tetapi sudah mati waktu Yairus berbicara dengan Yesus. Matius memasukkan fakta itu ke dalam perkataan Yairus, sedangkan Markus / Lukas menceritakan kata-kata Yairus sesuai dengan anggapan Yairus (Yairus tidak tahu anaknya sudah mati). Ini juga merupakan penafsiran yang mungkin sekali benar.


3) Yesus pergi ke rumah Yairus (Lukas 8: 42).

Adam Clarke (tentang Mat 9:19): “Our blessed Lord could have acted as well at a distance as present; but he goes to the place, to teach his ministers not to spare either their steps or their pains when the salvation of a soul is in question. Let them not think it sufficient to pray for the sick in their closets; but let them go to their bed-sides, that they may instruct and comfort them” (= Tuhan kita yang terpuji bisa bertindak dari jarak jauh seakan-akan Ia hadir; tetapi Ia pergi ke tempat itu, untuk mengajar pelayan-pelayanNya untuk tidak menghemat langkah mereka atau usaha mereka pada waktu keselamatan dari suatu jiwa dipersoalkan. Hendaklah mereka tidak berpikir bahwa adalah cukup untuk berdoa bagi orang sakit di dalam kamar; tetapi hendaklah mereka pergi ke sisi ranjang orang sakit itu, supaya bisa mengajar dan menghibur orang sakit itu).


II) Interupsi: Perempuan yang sakit pendarahan.


Lukas 8: 42b-44: “(42b) Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak. (43) Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun. (44) Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya”.


Mark 5:26-29 - “(26) Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. (27) Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya. (28) Sebab katanya: ‘Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.’ (29) Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya”.


1) Penderitaan perempuan ini:

a) Pendarahan. Ini sudah merupakan penderitaan.


b) Im 15:19-27 - “(19) Apabila seorang perempuan mengeluarkan lelehan, dan lelehannya itu adalah darah dari auratnya, ia harus tujuh hari lamanya dalam cemar kainnya, dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis sampai matahari terbenam. (20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. (21) Setiap orang yang kena kepada tempat tidur perempuan itu haruslah mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (22) Setiap orang yang kena kepada sesuatu barang yang diduduki perempuan itu haruslah mencuci pakaiannya, membasuh diri dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (23) Juga pada waktu ia kena kepada sesuatu yang ada di tempat tidur atau di atas barang yang diduduki perempuan itu, ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga. (25) Apabila seorang perempuan berhari-hari lamanya mengeluarkan lelehan, yakni lelehan darah yang bukan pada waktu cemar kainnya, atau apabila ia mengeluarkan lelehan lebih lama dari waktu cemar kainnya, maka selama lelehannya yang najis itu perempuan itu adalah seperti pada hari-hari cemar kainnya, yakni ia najis. (26) Setiap tempat tidur yang ditidurinya, selama ia mengeluarkan lelehan, haruslah baginya seperti tempat tidur pada waktu cemar kainnya dan setiap barang yang didudukinya menjadi najis sama seperti kenajisan cemar kainnya. (27) Setiap orang yang kena kepada barang-barang itu menjadi najis, dan ia harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam”.


Peraturan ini kelihatannya berlaku untuk perempuan yang datang bulan, tetapi boleh dikatakan semua penafsir menganggap bahwa ini juga berlaku untuk penyakit pendarahan seperti yang dialami oleh perempuan ini. Dalam jaman Perjanjian Baru Im 15 yang merupakan ‘ceremonial law’ (= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan) ini tak berlaku lagi (bdk. Ef 2:15). Tetapi Perjanjian Baru baru dimulai pada saat Yesus mati dan bangkit. Jadi pada saat itu peraturan ini masih berlaku. Peraturan ini membuat penderitaan perempuan ini semakin hebat. Ia tidak bisa berbakti ataupun bersekutu dengan orang lain!


William Hendriksen mengatakan bahwa berdasarkan Im 15:19-dst di atas, maka perempuan itu harus dianggap sebagai najis, dan siapapun yang menyentuh dia juga menjadi najis. Mungkin ini alasannya sehingga ia tidak menyentuh Yesus, tetapi hanya ujung jubahNya.


c) Jangka panjang yaitu 12 tahun!


d) Mark 5:26 mengatakan bahwa ia sudah mencari semua tabib sehingga semua uang habis untuk itu, tetapi penyakitnya bukan hanya tidak sembuh tetapi bahkan semakin memburuk.

Mark 5:26 - “Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk”.


2) Perempuan itu sudah mendengar tentang Yesus.

Mark 5:27 - Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya”.

Ia sudah mendengar berita tentang Yesus. Iman timbul dari pendengaran (Ro 10:17).


3) Iman dan pemikiran perempuan ini.

Mark 5:27b-28: “(27b) maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya. (28) Sebab katanya: ‘Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.’”.


Memang perempuan ini mempunyai iman, tetapi imannya:

a) Lemah. Ini terlihat dari kata-kata Yesus kepadanya: ‘teguhkanlah hatimu’ (Mat 9:22).

b) Bercampur dengan kesalahan dan bahkan takhyul. Ini terlihat dari kepercayaannya berkenaan dengan penyentuhan ujung jubah Yesus (Mark 5:28).

c) Jelek. Ia mengira Yesus tak akan tahu kalau ujung jubahNya disentuh.

Tetapi Kristus toh menerimanya dan bahkan memuji imannya (ay 48).


Calvin: “there was a mixture of sin and error in the woman’s faith, which Christ graciously bears and forgives. ... Christ bestows high commendation on her faith. ... God deals kindly and gently with his people, - accepts their faith, though imperfect and weak” (= ada suatu campuran dosa dan kesalahan dalam iman perempuan ini, yang dengan murah hati ditahan dan diampuni oleh Kristus. ... Kristus memberikan pujian / penghargaan yang tinggi tentang imannya. ... Allah menangani umatNya dengan baik dan lembut, - menerima iman mereka, sekalipun tidak sempurna dan lemah) - hal 411,412.


Dalam kasus Yairus sendiri Calvin beranggapan bahwa iman Yairus lemah, dan tidak sekuat iman perwira dalam Luk 7:1-10. Dan inilah komentar Calvin tentang hal itu.


Calvin: “his faith was feeble and nearly exhausted. Yet Christ yields to his prayers, ... Though we have not such abundance of faith as might be desired, there is no reason why our weakness should drive away or discourage us from prayer” (= imannya lemah dan nyaris habis. Tetapi Kristus mengabulkan doanya, ... Sekalipun kita tidak mempunyai iman yang berlimpah-limpah seperti yang diinginkan, tidak ada alasan mengapa kelemahan kita harus mengusir kita dari doa atau mengecilkan hati kita untuk berdoa) - hal 411. 


Pulpit Commentary: “This is not the only instance of this kind of strange faith mingled with superstition being signally rewarded. The case of the miraculous efficacy of the handkerchiefs and aprons which had had contact with Paul’s body (Acts 19:12) is an interesting example. A still more startling one exists in the healing influence of the shadow of Peter falling on the sick as he passed along the street (Acts 5:15). ... this incident in the Divine and perfect life which we have just dwelt on, teaches us with striking clearness that he can and will bless the dimmest, most imperfect faith, the faith of the little child, and of the poorest untaught one” [= Ini bukanlah satu-satunya kejadian tentang jenis iman yang aneh yang dicampur dengan takhyul yang diberi pahala secara menyolok. Kasus dari kemujaraban yang bersifat mujijat dari sapu tangan dan kain yang pernah bersentuhan dengan tubuh Paulus (Kis 19:12) merupakan contoh yang menarik. Contoh yang lebih mengejutkan terdapat dalam pengaruh yang menyembuhkan dari bayangan Petrus yang jatuh pada orang sakit pada saat ia melewati jalanan (Kis 5:15). ... peristiwa dalam kehidupan Ilahi dan sempurna yang baru kita pikirkan ini, mengajar kita dengan kejelasan yang menyolok bahwa Ia bisa dan akan memberkati iman yang paling suram dan tidak sempurna, iman dari seorang anak, dan seorang miskin yang bodoh] - hal 209,210.


Hati-hati dalam mengartikan kata-kata ini. Kata-kata ini berbahaya, karena iman dalam persoalan keselamatan berbeda dengan iman dalam doa. Dalam persoalan keselamatan, iman harus benar. Iman yang tidak sempurna, dalam arti sangat cacat, misalnya kalau seseorang percaya bahwa ia diselamatkan oleh perbuatan baik, atau tidak mempercayai keilahian Kristus, tidak akan diberkati.


Tetapi dalam persoalan doa, iman yang tidak sempurna itu tetap bisa diterima dan diberkati oleh Tuhan, karena iman yang tidak sempurna itu disempurnakan oleh iman kita kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.


4) Yesus bertanya siapa yang menyentuh Dia.

Lukas 8: 45-48: “(45) Lalu kata Yesus: ‘Siapa yang menjamah Aku?’ Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: ‘Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.’ (46) Tetapi Yesus berkata: ‘Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu.’ (47) Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depanNya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh. (48) Maka kataNya kepada perempuan itu: ‘Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!’”.


a) Mengapa Yesus menanyakan: ‘Siapa yang menjamah Aku?’. Tentu bukan karena Ia tidak tahu, tetapi karena:


1. Seseorang yang mengalami berkat / pertolongan Tuhan, harus memuliakan Tuhan.

Maz 50:15 - “Berserulah kepadaKu pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.’ Sela”.


Pulpit Commentary: “That sensitive heart, trying to screen herself from the observation of the crowd, and wishing to come and go unnoticed, was not rejected. Nevertheless, the Lord, by his repeated questioning, constrained her to come forward and acknowledge the blessing she had received. Christ does not wish for an ostentatious piety; he hates all pretence; but he approves and desires a suitable and grateful avowal of our indebtedness to him. Though we come with a trembling heart, yet we are to come and tell our friends what great things the Lord has done for us” (= Hati yang peka itu, yang berusaha untuk menutupi dirinya sendiri dari pengamatan orang banyak, dan ingin datang dan pergi tanpa diperhatikan, tidak ditolak. Namun, Tuhan, dengan pertanyaanNya yang berulang-ulang, mendesaknya untuk maju dan mengakui berkat yang telah ia terima. Kristus tidak menginginkan suatu kesalehan yang bersifat pameran; Ia membenci semua kepura-puraan; tetapi Ia merestui dan menginginkan suatu pengakuan yang sesuai dan penuh syukur dari keberhutangan kita kepadaNya. Sekalipun kita datang dengan hati yang gemetar, tetapi kita harus datang dan memberi tahu teman-teman kita hal-hal besar apa yang Tuhan telah lakukan untuk kita) - hal 227.


Penerapan: bagian ini merupakan teguran bagi orang kristen yang tidak pernah mau mensharingkan berkat yang telah mereka terima.


2. Pertanyaan ini akan menyebabkan perempuan itu memberikan pengakuan / kesaksian, dan pengakuan / kesaksian ini baik / bermanfaat untuk perempuan itu sendiri maupun untuk orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian perempuan itu tidak lagi dianggap najis.


b) Kata-kata Petrus maksudnya adalah ‘banyak orang mengerumuni dan mendesak Engkau, dan karena itu tentu banyak yang menjamah / menyentuh Engkau’.

Jawaban Yesus dalam ay 46 menunjukkan adanya perbedaan antara sekedar kontak fisik, dan kontak rohani. Manusia tidak bisa membedakan kedua hal ini, tetapi Yesus bisa!

Penerapan: kalau saudara berbakti di gereja, berdoa, bersaat teduh, datang dalam Pemahaman Alkitab, dsb, jangan asal ada ‘kontak fisik’, tetapi harus ada ‘kontak rohani’ dengan Tuhan.


Pulpit Commentary: “it conveys to us the important truth that we are not lost in the crowd. ... The fact that he controls the universe is no reason why he should not watch the workings of each humblest human soul. The vastness of the range of his observation does not diminish the fulness of his knowledge of every member of his family” (= itu menyampaikan kepada kita kebenaran yang penting bahwa kita tidak terhilang dalam kumpulan orang banyak. ... Fakta bahwa ia mengontrol alam semesta bukanlah alasan mengapa Ia tidak mengawasi pekerjaan dari setiap jiwa yang paling rendah. Keluasan dari pengamatanNya tidak mengurangi kepenuhan dari pengetahuanNya tentang setiap anggota dari keluargaNya) - hal 227.


William Barclay: “Almost everybody would have regarded the woman in the crowd as totally unimportant. For Jesus she was someone in need, and therefore he, as it were, withdrew from the crowd and gave himself to her. ‘God loves each one of us as if there was only one of us to love.’” (= Hampir setiap orang akan menganggap perempuan dalam kumpulan orang banyak itu sebagai sama sekali tidak penting. Untuk Yesus ia adalah seseorang dalam kebutuhan, dan karena itu Ia seakan-akan menarik diri dari kumpulan orang banyak itu dan memberikan diriNya kepadanya. ‘Allah mengasihi setiap orang dari kita seakan-akan di sana hanya ada satu orang dari kita untuk dikasihi’) - hal 114.


c) Mengapa perempuan itu menjadi takut?

William Hendriksen mengatakan (hal 459) bahwa pada saat itu di tempat itu perempuan dianggap tidak layak untuk bicara di tempat umum. Juga karena ia dianggap najis, tetapi menyentuh Yesus, yang dianggap sebagai nabi / guru.


d) Yesus lalu berkata kepada perempuan itu dalam Lukas 8: 48: “Maka kataNya kepada perempuan itu: ‘Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!’”.


1. Kata ‘anakKu’ dalam bahasa Inggris adalah ‘daughter’ (= anak perempuan).

Pulpit Commentary: “This is the only place in the Gospels where our Lord is reported to have used this loving word to any woman” (= Ini adalah satu-satunya tempat dalam Injil-injil dimana Tuhan kita dilaporkan telah menggunakan kata yang penuh kasih ini kepada seorang perempuan) - hal 210.


Pulpit Commentary juga mengatakan (hal 210) bahwa dalam kitab Apocrypha yang disebut ‘Injil Nikodemus’, perempuan bernama ‘Veronica’, dan pada waktu Yesus jatuh pada saat memikul kayu salib, perempuan ini memberikan sapu tangan untuk menyeka wajah Yesus. Tetapi tentang kebenaran dari cerita ini, tentu saja sama sekali tidak bisa dipastikan.


2. ‘Imanmu telah menyelamatkan engkau’.

William Hendriksen: “Her faith, though not the basic cause of her cure, had been the channel through which the cure had been accomplished” (= Imannya, sekalipun bukan penyebab dasar dari penyembuhannya, mereka saluran melalui mana penyembuhan itu tercapai) - hal 459.


Barnes’ Notes (tentang Mat 9:22): “Her faith, her strong confidence in Jesus, had been the means of her restoration. It was the ‘power’ of Jesus that cured her; but that power would not have been exerted but in connection with faith. So in the salvation of a sinner. No one is saved who does not believe; but faith is the instrument, and not the power, that saves” (= Imannya, keyakinannya yang kuat kepada Yesus, telah menjadi jalan dari pemulihannya. Adalah kuasa dari Yesus yang menyembuhkannya; tetapi kuasa itu tidak akan digunakan kecuali berhubungan dengan iman. Demikian juga dalam keselamatan dari seorang berdosa. Tidak seorangpun yang diselamatkan yang tidak percaya; tetapi iman adalah alat, dan bukan kuasa, yang menyelamatkan).


Saya tidak setuju dengan pemutlakan iman dalam persoalan kesembuhan seperti ini, dan juga dengan penyamaan kemutlakan iman dalam persoalan kesembuhan dan dalam persoalan keselamatan. Dalam hal keselamatan iman memang mutlak harus ada, tetapi dalam hal kesembuhan tidak. Misalnya pada waktu Lazarus mati, ia sendiri tentu tidak beriman, dan kedua saudaranya juga tidak beriman, tetapi toh Lazarus dibangkitkan.


III) Pembangkitan anak Yairus.


1) Interupsi dari perempuan itu merupakan pencobaan bagi Yairus.

Interupsi dari perempuan tadi jelas merupakan suatu pencobaan hebat bagi Yairus! Anaknya sakit berat / sekarat, dan pertolongan harus cepat datang atau anak itu akan mati, tetapi sekarang perempuan ini menyebabkan Yesus tertunda untuk menolong anaknya.

Tetapi sebetulnya, pada saat yang sama, interupsi ini juga membantu iman Yairus, karena dalam peristiwa ini ia melihat bahwa Yesus menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan itu.


2) Anak Yairus mati.

Lukas 8: 49: “Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: ‘Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!’”.


a) Orang yang membawa kabar ini memberi nasehat yang maksudnya baik, yaitu untuk tidak lagi menyusahkan Yesus, tetapi ia tetap salah.

Pulpit Commentary: “Christ may be much troubled by our distance and neglect; he is not likely to be burdened by our earnest approaches and appeals” (= Kristus bisa disusahkan oleh kejauhan dan pengabaian kita; Ia tidak mungkin disusahkan oleh pendekatan dan permohonan kita yang sungguh-sungguh) - hal 228.


Jadi, kalau saudara jauh dari Dia atau mengabaikan Dia, itu menyusahkan Dia. Tetapi kalau saudara mendekat kepadaNya dan memohon kepadaNya, betapapun banyaknya dan besarnya permintaan saudara, itu tidak menyusahkan Dia.


Pulpit Commentary: “the cause may be very low, the heart may be very cold, the character may be very corrupt, the life may be very base, the case may seem very hopeless; but do not shrink from ‘troubling the Master;’ his touch ‘has still its ancient power;’” (= perkaranya boleh rendah, hati boleh sangat dingin, karakter boleh sangat jahat, kehidupan boleh sangat jelek / hina, kasusnya boleh kelihatan tak ada harapan; tetapi jangan segan untuk ‘menyusahkan Guru’; sentuhanNya ‘tetap mempunyai kuasanya yang kuno’) - hal 228.


b) Anak Yairus mati.

Pencobaan seperti ini sering terjadi. Kita mendapat  problem yang berat, dan kita lalu datang kepada Tuhan dalam doa. Tetapi apa yang terjadi? Bukannya keadaan lalu membaik tetapi sebaliknya memburuk sedemikian rupa, sehingga dalam pandangan kita menjadi mustahil untuk dibereskan. Pada saat seperti itu, kita juga harus memperhatikan apa yang Yesus katakan.


Lukas 8: 50: “Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: ‘Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.’”.

Mark 5:36 - “Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: ‘Jangan takut, percaya saja!’”.


Markus menggunakan kata Yunani PISTEUE, suatu present imperative, yaitu perintah yang harus dilakukan terus menerus, atau ‘teruslah percaya’.


Lukas menggunakan kata Yunani PISTEUSON, suatu aorist imperative, yaitu perintah yang hanya perlu dilakukan 1 x saja.

Keduanya harus digabungkan.


Leon Morris (Tyndale): “Jesus certainly made it clear to the ruler of the synagogue that in the face of the disaster that had hit him he must have faith. Nothing else mattered” (= Yesus pasti membuatnya jelas kepada kepala rumah ibadat itu bahwa di hadapan bahaya yang telah menghantamnya ia harus mempunyai iman. Tidak ada hal lain yang berarti) - hal 161.

Bdk. Amsal 24:10 - “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu”.

KJV: ‘If thou faint in the day of adversity, thy strength is small’ (= Jika engkau lemah / takut / suam pada hari kesengsaraan, kekuatamu kecil).

NASB: ‘If you are slack in the day of distress, Your strength is limited’ (= Jika engkau mengendur pada hari kesukaran, Kekuatanmu terbatas).

NIV: ‘If you falter in times of trouble, how small is your strength!’ (= Jika engkau bimbang / goyang pada masa kesukaran, alangkah kecilnya kekuatanmu).


3) Pembangkitan anak Yairus.

Lukas 8: 51-56: “(51) Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut masuk dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya. (52) Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: ‘Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur.’ (53) Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati. (54) Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kataNya: ‘Hai anak bangunlah!’ (55) Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan. (56) Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu”.


a) Yang diceritakan dalam ay 52 ini adalah peratap profesional.

Bdk. Yer 9:17-18 - “(17) Perhatikanlah! Panggillah perempuan-perempuan peratap, supaya mereka datang, dan suruhlah orang kepada perempuan-perempuan yang bijaksana, supaya mereka datang! (18) Biarlah mereka bersegera dan meratap karena kita, supaya mata kita mencucurkan air mata, dan kelopak mata kita melelehkan air!”.


Adam Clarke: “Pompous funeral ceremonies are ridiculous in themselves, and entirely opposed to the spirit and simplicity of the religion of Christ. Everywhere they meet with his disapprobation” (= Upacara-upacara penguburan yang megah merupakan sesuatu yang menggelikan dalam dirinya sendiri, dan sepenuhnya bertentangan dengan semangat dan kesederhanaan dari agama Kristus. Dimana-mana hal-hal seperti itu ditemui dengan penolakanNya).


Kalau saudara menghabiskan banyak uang untuk penguburan, maka renungkan kata-kata Clarke ini.


Matthew Henry (tentang Mat 9): “Observe, The parents, who were immediately touched with the affliction, were silent, while the people and minstrels, whose lamentations were forced, made such a noise. Note, The loudest grief is not always the greatest; rivers are most noisy where they run shallow. ... That grief is most sincere, which shuns observation” (= Perhatikan, orang tua anak itu, yang secara langsung disentuh oleh penderitaan / kesusahan itu, diam, sementara orang-orang dan penyanyi / pemusik, yang ratapannya dipaksakan, membuat keributan besar. Perhatikan, kesedihan yang paling keras bunyinya tidak selalu adalah kesedihan yang terbesar; sungai sangat keras bunyinya kalau mereka dangkal. ... Kesedihan itu paling sungguh-sungguh, yang menghindari pengamatan / pengawasan).


Pulpit Commentary: “The hired mourners, with their shouts and cries, their ostentation and display, are abhorrent to the Lord. Simplicity and genuineness of emotion befit the house of the dead, and all connected with death and burial” (= Orang-orang berkabung sewaan, dengan teriakan dan tangisan mereka, pameran dan pertunjukan mereka, merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi Tuhan. Kesederhanaan dan keaslian dari perasaan cocok dengan rumah dari orang mati, dan semua yang berhubungan dengan kematian dan penguburan) - hal 217.


Bandingkan dengan orang-orang kristen yang nangis-nangis di gereja-gereja Pentakosta / Kharismatik. Sekalipun ini tak berhubungan dengan kematian tetapi ini juga bukan tangisan yang tulus, dan pasti tidak disenangi oleh Tuhan.


b) Yesus berkata bahwa anak itu tidak mati tetapi tidur (ay 52).

Komentar William Barclay tentang text ini diberi judul ‘An only child is healed (= Anak tunggal disembuhkan)!


William Barclay: “They were sure she was dead, but Jesus said she was asleep. It is perfectly possible that Jesus meant this literally. It may well be that here we have a real miracle of diagnosis; that Jesus saw the girl was in a deep trance and that she was on the point of being buried alive” (= Mereka yakin bahwa ia mati, tetapi Yesus berkata bahwa ia tidur. Adalah sangat mungkin bahwa Yesus memaksudkan ini secara hurufiah. Mungkin di sini kita mempunyai suatu mujijat diagnose yang sejati; bahwa Yesus melihat gadis itu ada dalam suatu trance yang dalam, dan bahwa ia ada pada titik dimana ia akan dikubur hidup-hidup) - hal 110-111.


Ini merupakan omong kosong yang bodoh. Ada banyak hal yang jelas menunjukkan bahwa anak itu betul-betul telah mati, yaitu:

1. Kalau itu hanya suatu diagnose yang benar, maka itu bukan suatu mujijat yang hebat, sehingga tak akan dicatat oleh 3 penulis Injil.


2. Istilah ‘tidur’ sering dipakai untuk menyatakan ‘mati’.

Calvin: “‘Sleep’ is everywhere in Scripture employed to denote ‘death;’ and there is no doubt but this comparison, taken from temporal rest, points out a future resurrection. But here Christ expressly makes a distinction between ‘sleep’ and ‘death,’ so as to excite an expectation of life” (= ‘Tidur’ dimana-mana dalam Kitab Suci digunakan untuk menunjukkan ‘kematian’; dan tidak ada keraguan bahwa perbandingan ini, diambil dari istirahat sementara, menunjuk pada suatu kebangkitan pada masa yang akan datang) - hal 415-416.

Leon Morris (Tyndale): “In the New Testament believers are never said to die, but to sleep” (= Dalam Perjanjian Baru orang-orang percaya tidak pernah dikatakan mati, tetapi tidur) - hal 162.

Bdk. Yoh 11:11-14 - “(11) Demikianlah perkataanNya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: ‘Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.’ (12) Maka kata murid-murid itu kepadaNya: ‘Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.’ (13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: ‘Lazarus sudah mati;”.

Di sini Yesus secara jelas menjelaskan bahwa yang Ia maksud dengan ‘tidur’ adalah ‘mati’. Dan Kitab Suci seringkali juga meniru penggunaan istilah ‘tidur’ dalam arti ‘mati’.

Kis 7:60 (NIV): “Then he fell on his knees and cried out, ‘Lord, do not hold this sin against them.’ When he had said this, he fell asleep (= Lalu ia berlutut dan menjerit: ‘Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini terhadap mereka’. Pada waktu ia telah mengatakan ini, ia jatuh tertidur).


1Tes 4:13-16 (NIV): ‘(13) Brothers, we do not want you to be ignorant about those who fall asleep, or to grieve like the rest of men, who have no hope. (14)  We believe that Jesus died and rose again and so we believe that God will bring with Jesus those who have fallen asleep in him. (15) According to the Lord’s own word, we tell you that we who are still alive, who are left till the coming of the Lord, will certainly not precede those who have fallen asleep. (16) For the Lord himself will come down from heaven, with a loud command, with the voice of the archangel and with the trumpet call of God, and the dead in Christ will rise first’ [= (13) Saudara-saudara, kami tidak mau bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang jatuh tertidur, atau berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. (14) Kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, dan kita percaya juga bahwa Allah akan membawa dengan Yesus mereka yang telah jatuh tertidur dalam Dia. (15) Sesuai dengan kata-kata Tuhan sendiri, kami memberitahu kamu bahwa kita yang masih hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah jatuh tertidur. (16) Sebab Tuhan sendiri akan turun dari surga, dengan perintah yang keras, dengan suara dari penghulu malaikat dan dengan panggilan sangkakala dari Allah, dan orang-orang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit].

3. Ay 55 mengatakan bahwa roh anak itu kembali, dan ini menunjukkan bahwa tadinya telah terjadi perpisahan antara tubuh dan jiwa / roh anak itu.


c) Lukas 8: 53: “Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati”.

Bahwa mereka bisa mendadak berubah dari menangis menjadi tertawa, menunjukkan kemunafikan mereka. Tetapi ini juga menunjukkan keyakinan mereka tentang kematian anak itu.


Adam Clarke tentang Mat 9: “People of the world generally ridicule those truths which they neither comprehend nor love, and deride those who publish them; but a faithful minister of God (copying the example of Christ), keeps on his way, and does the work of his Lord and Master” [= Orang-orang dunia pada umumnya mengejek kebenaran yang tidak mereka mengerti ataupun kasihi, dan mengejek mereka yang mengumumkannya; tetapi seorang pelayan yang setia dari Allah (meniru teladan Kristus), meneruskan jalannya, dan melakukan pekerjaan dari Tuhan dan Gurunya].


d) Lukas 8: 54: “Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kataNya: ‘Hai anak bangunlah!’”.


Matthew Henry tentang Mat 9: “Christ went in and took her by the hand, as it were to awake her, and to help her up, prosecuting his own metaphor of her being asleep. The high priest, that typified Christ, was not to come near the dead (Lev. 21:10-11), but Christ touched the dead. The Levitical priesthood leaves the dead in their uncleanness, and therefore keeps at a distance from them, because it cannot remedy them; but Christ, having power to raise the dead, is above the infection, and therefore is not shy of touching them. He took her by the hand, and the maid arose. So easily, so effectually was the miracle wrought; not by prayer, as Elijah did (1 Kin. 17:21), and Elisha (2 Kin. 4:33), but by a touch. They did it as servants, he as a Son, as a God, to whom belong the issues from death. Note, Jesus Christ is the Lord of souls, he commands them forth, and commands them back, when and as he pleases” [= Kristus masuk dan memegang tangannya, seakan-akan membangunkannya, dan menolongnya untuk bangun, melaksanakan kiasannya sendiri bahwa ia tidur. Imam besar, yang merupakan type dari Kristus, tidak boleh mendekati orang mati (Im 21:10-11), tetapi Kristus menyentuh orang mati. Keimaman Lewi meninggalkan orang mati dalam kenajisan mereka, dan karena itu menjaga jarak terhadap mereka, karena tidak bisa menyembuhkan mereka; tetapi Kristus, yang mempunyai kuasa untuk membangkitkan orang mati, ada di atas penularan itu, dan karena itu tidak takut untuk menyentuh mereka. Ia memegangnya pada tangannya, dan gadis itu bangkit. Begitu mudah, begitu efektif mujijat itu dilakukan; tidak dengan doa, seperti yang dilakukan Elia (1Raja 17:21), dan Elisa (2Raja 4:33), tetapi dengan sentuhan. Perhatikan, Yesus Kristus adalah Tuhan dari jiwa-jiwa, Ia memerintahkan mereka pergi dan memerintahkan mereka kembali, kapan dan seperti yang Ia inginkan].


e) Roh anak itu kembali dan anak itu hidup kembali.

Ay 55a: “Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri”.


1. Ini bertentangan dengan ajaran Saksi-Saksi Yehuwa yang menganggap seseorang musnah pada saat mati.


Matthew Henry: “This plainly proves that the soul exists and acts in a state of separation from the body, and therefore is immortal; that death does not extinguish this candle of the Lord, but takes it out of a dark lantern. ... it is ... something that subsists by itself, which, after death, is somewhere else than where the body is. Where the soul of this child was in this interval we are not told; it was in the hand of the Father of spirits, to whom all souls at death return” (= Ini secara jelas membuktikan bahwa jiwa ada dan bertindak dalam keadaan terpisah dari tubuh, dan karena itu tidak bisa mati; bahwa kematian tidak memadamkan lilin Tuhan ini, tetapi mengambilnya keluar dari lentera yang gelap. ... itu adalah sesuatu yang tetap ada / hidup dalam dirinya sendiri, yang, setelah kematian, ada di suatu tempat yang lain dari tempat dimana tubuhnya berada. Dimana jiwa dari anak ini ada dalam interval itu kita tidak diberi tahu; itu ada dalam tangan dari Bapa dari roh-roh, kepada siapa semua jiwa kembali pada saat kematian).


2. Ini menunjukkan bahwa kematian merupakan perpisahan antara tubuh dengan jiwa / roh.

William Hendriksen: “Luke 8:55 states that at the command of Jesus ‘her spirit returned.’ It is clear, therefore, that there had been a separation between spirit and body” (= Luk 8:55 menyatakan bahwa atas perintah Yesus ‘rohnya kembali’. Karena itu jelas bahwa di sana telah ada perpisahan antara roh dan tubuh) - hal 462.


Bandingkan dengan tulisan Ir. Herlianto, M. Th. yang melarang kremasi, dengan alasan: kita tidak tahu kerugian apa yang akan terjadi pada roh orang itu, karena pada saat mati roh seseorang tidak langsung meninggalkan tubuhnya.

Ir. Herlianto:

“dalam pembakaran demikian kita membuka kemungkinan ikut terbakarnya roh / jiwa disamping tubuh, sebab kita tidak tahu berapa lama roh / jiwa manusia masih mempunyai keterkaitan dengan tubuh jasmani setelah seseorang dinyatakan meninggal secara klinis, dan apa yang dirasakan roh / jiwa saat terbakar!” - hal 2, kolom 1.


“proses pembakaran jenazah akan berdampak kemungkinan ikut terbakarnya roh / jiwa yang mungkin masih punya keterikatan dengan tubuh jasmani itu. Kita jangan berspekulasi mengenai kemungkinan apa yang bisa terjadi dengan roh / jiwa pada saat kita membakar tubuh jasmaninya dengan sengaja” - hal 3, kolom 1.


“Ada kemungkinan bahwa roh / jiwa tidak langsung melepaskan keterkaitannya dengan tubuh setelah seseorang dinyatakan mati tetapi membutuhkan waktu beberapa hari, bila demikian pembakaran jenazah dapat berdampak serius terhadap roh / jiwa yang masih punya keterikatan dengan tubuh” - hal 4, kolom 2.


Kepercayaan bahwa roh seseorang masih belum meninggalkan tubuhnya pada saat ia mati, adalah kepercayaan kafir, dan jelas bertentangan dengan Alkitab. Dari dulu definisi dari kematian adalah terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh, dan itu juga secara jelas dinyatakan dalam Kitab Suci. 


a. 1Raja 17:21-22 - “(21) Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa (Ibrani: NEPHESH = jiwa) anak ini ke dalam tubuhnya.’ (22) TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa (NEPHESH = jiwa) anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali”.

b. Luk 23:43,46 - “(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu (seharusnya ‘rohKu’).’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya (seharusnya ‘rohNya’).

c. Kis 7:59 - “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’”.

d. Penceritaan tentang kematian Ananias dan Safira dalam Kis 5:5,10, dan tentang kematian Herodes dalam Kis 12:23.

Kis 5:5,10 - ‘putuslah nyawanya’.

KJV: ‘gave up / yielded up the ghost’ (= menyerahkan roh).

RSV/NIV: ‘died’ (= mati).

NASB: ‘breathed his / her last’ (= menghembuskan nafas terakhir).

Kata Yunani yang dipakai adalah EXEPSUXEN (dalam Perjanjian Baru kata ini hanya digunakan 3 x, yaitu dalam Kis 5:5,10  Kis 12:23), yang berasal dari kata dasar EKPSUCHO. Kata EKPSUCHO ini pasti berasal dari 2 kata Yunani yaitu EK [= from (= dari), out from (= keluar dari), away from (= jauh dari)] + PSUCHE [= soul (= jiwa)]. Kata Yunani ini menunjukkan bahwa ‘mati’ merupakan ‘perpisahan tubuh dengan jiwa’.

e. Cara Paulus menggambarkan kematian dalam 2Kor 5:8 - “tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.

KJV: ‘to be absent from the body, and to be present with the Lord’ (= absen dari tubuh, dan hadir dengan Tuhan).

RSV: ‘be away from the body and at home with the Lord’ (= jauh dari tubuh dan di rumah dengan Tuhan).

NIV: ‘to be away from the body and at home with the Lord.’ (= jauh dari tubuh dan di rumah dengan Tuhan).

NASB: ‘to be absent from the body and to be at home with the Lord’ (= absen dari tubuh dan ada di rumah dengan Tuhan).

Yunani: EKDEMESAI EK TOU SOMATOS KAI ENDEMESAI PROS TON KURION.


Perhatikan kontras antara EKDEMESAI (= to go away from home / pergi dari rumah) dan ENDEMESAI (= to come home / pulang ke rumah). Jadi kematian digambarkan sebagai ‘pergi dari rumah menjauhi tubuh’, dan ‘pulang ke rumah kepada Tuhan’.

f. 2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).

RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).


Dalam bahasa Yunani memang digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.

Yang dimaksudkan oleh Paulus jelas adalah bahwa apa yang dihakimi nanti hanyalah apa yang dilakukan oleh seseorang pada saat ia masih hidup. Paulus menggambarkan ‘keadaan masih hidup’ itu dengan kata-kata ‘dalam tubuh’. Ini jelas menunjukkan bahwa pada saat mati, roh / jiwa seseorang meninggalkan / terpisah dari tubuhnya.


Disamping itu saya berpendapat bahwa Ir. Herlianto ini kacau pengertiannya tentang penebusan Kristus. Karena kalau tidak, seharusnya ia tahu bahwa pada saat orang kristen mati, penebusan Kristus menyebabkan orang percaya tidak mungkin menderita lagi. Pada saat masih hidup memang ada penderitaan, sebagai serangan setan, ujian Tuhan, hajaran / didikan Tuhan, dsb. Tetapi setelah mati, semua itu tidak ada lagi, sehingga tidak mungkin lagi ada penderitaan bagi orang percaya.


f) Yesus menyuruh memberi anak itu makan.

Ay 55b: “Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan”.

Adam Clarke mengatakan bahwa Yesus membangkitkan anak itu secara mujijat, tetapi dalam pemeliharaan anak itu selanjutnya Ia menghendaki digunakan cara-cara biasa. Anak itu harus makan.


Baca Juga: Eksposisi Injil Lukas Pasal 1-4


Penerapan: kalau sakit yang tidak mungkin bisa sembuh boleh saja harapkan mujijat sekalipun Tuhan tidak berjanji akan melakukannya. Tetapi kalau sakit yang ada obatnya, dan tidak mau menggunakan, itu dosa. Contoh: Artikel di Jawa Pos: ‘Keringat Pria Obat Stress Wanita?’. Mau menggunakan?


g) Lukas 8: 56b: Yesus melarang memberitahukan hal itu.

Aneh, dalam peristiwa orang yang kerasukan setan di Gerasa / Gadara itu Yesus justru menyuruh orang itu untuk memberitakan hal itu. Tetapi di sini dilarang, tetapi ini jelas hanya untuk sementara waktu.


Tetapi Mat 9:26 mengatakan bahwa kabar tentang hal itu tersiar. Jadi mungkin orang-orang itu tidak mentaati larangan Yesus tersebut. Dan sekalipun bukan orang tua anak itu yang memberitakan hal itu, bisa saja orang-orang yang di luar yang memberitakan. Sekalipun mereka tidak melihat Yesus membangkitkan anak itu, tetapi mereka tahu bahwa anak itu tadinya sudah mati, dan lalu mereka melihat anak itu hidup kembali.


Kesimpulan / penutup.


Tidak ada problem yang Tuhan tidak bisa bereskan. Bawalah problem saudara kepadaNya dalam doa!

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America

-AMIN-


Next Post Previous Post