EKSPOSISI MATIUS 5:17-20


EKSPOSISI MATIUS 5:17-20
Dalam bagian ini akan diuraikan eksposisi Matius 5: 17-20.

Dalam ungkapan Yesus “...Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan menggenapinya.” (Matius 5:17). Ayat ini ingin menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat menyangkal apa yang sudah ditetapkan oleh-Nya, secara tidak langsung Yesus menyampaikan bahwa diri-Nya adalah pribadi yang berintegritas. Ungkapan ini merupakan bukti bahwa apa yang sudah tertulis dalam Perjanjian Lama, tidak akan berlalu dan pasti akan digenapi oleh Yesus. (Stuart:2004)

Yesus menjelaskan bahwa tidak ada kemunafikan yang dilakukan-Nya, melainkan ingin mengungkapkan semua kebenaran yang sudah tertulis dalam Kitab Suci.

Dalam Matius 5: 17a, Yesus berkata, ”janganlah kamu menyangka”. Frasa ”janganlah kamu menyangka” dalam bahasa Yunani yaitu, suatu kata kerja yang dipakai untuk menyatakan kemungkinan untuk dilakukan, ajakan, permohonan dan juga larangan.(Margianto;2005:181)

Kata ”jangan” merupakan sebuah partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan terhadap sebuah ungkapan atau pendapat dalam sebuah keadaan dan juga kata yang menyatakan melarang, berarti tidak boleh. (Arnd and Gingrich;1955:516)

Sedangkan W. E. Vine mengartikan kata ”menyangka” dengan terjemahan to suppose (mengira, menyangka bahwa itu benar), is sometimes rendered to think (berpikiran). (Vine’s;1885:127) Selain itu, Horst Balz and Gerhard Schneider menuliskan dalam bukunya dengan mengartikan believe (percaya), assume (menganggap, mengira). (Balz and Schneider;1993:470).

Ungkapan “janganlah kamu menyangka” menunjukkan sebuah peringatan bahwa ada sebuah kebenaran yang ditentang oleh pihak tertentu dan mencoba untuk mempersalahkan kebenaran tersebut. Yesus sedang memperingatkan para murid dan pendengar-Nya bahwa mereka harus waspada karena adanya kemungkinan orang-orang yang berprasangka buruk terhadap kedatangan Yesus ke dunia.

Anggapan tersebut muncul oleh karena beberapa alasan, di antaranya:

Pertama, karena ada yang beranggapan bahwa Yesus mengajarkan ”ajaran baru” dan mengajarkannya dengan cara yang berbeda.

Kedua, bahwa Kristus sendiri juga berbeda dengan ahli Taurat dan orang Farisi, yang pernah belajar teologia. Hal ini tentu tidak berarti bahwa Yesus tidak pernah belajar Firman Tuhan, namun hanya saja bahwa Yesus tidak pernah belajar di Sekolah yang mendalami hukum Taurat.

Pada Matius 5: 17a, Frasa ”Aku datang” artinya suatu kata kerja aktif yang terjadi pada masa lampau, menyatakan suatu perbuatan yang satu kali saja dilakukan dan pekerjaan itu sungguh-sungguh terjadi. (Mounce;2011:169) Subjeknya adalah orang pertama tunggal yaitu Yesus Kristus. Kesungguhan dan kesempurnaan yang dimaksud juga berkaitan dengan kualitas dari hasil tindakan itu.

Maksudnya adalah Yesus telah melakukan dengan sempurna dan sungguh-sungguh telah datang ke dunia untuk memenuhi nubuatan dalam Perjanjian Lama dan itu hanya akan terjadi satu kali saja. Kedatangan Yesus ke dalam dunia membawa perubahan besar bagi orang yang menerima-Nya, karena mereka tidak hanya mengetahui dari Kitab Suci namun juga dari tindakan Yesus.

Dalam Buku Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia frasa datang diartikan datang, tiba, sampai, membawa, akan datang, muncul. (Sutanto;2003:316)

Ayat ini juga ingin menjelaskan bahwa apa yang telah ditulis dalam Perjanjian Lama mengenai nubuatan kedatangan-Nya telah digenapi dan direalisasikan melalui Yesus Kristus.

Pada Matius 5: 17b, frasa “bukan untuk meniadakan”. Kata ”bukan” ini merupakan sebuah kata keterangan yang dipakai untuk menyangkal sebuah argumen yang salah.

Sedangakan kata ”meniadakan” adalah suatu kata kerja aktif yang dipakai untuk menyatakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau serius dan tidak memiliki kala waktu tertentu dan bersifat terus menerus dan menekankan pekerjaan yang dilakukan hanya satu kali saja.

W. E. Vine juga mengartikan kata “meniadakan” yaitu loosen dan destroy (menghilangkan dan merusakkan).(Vine’s;1885) Joseph Henry Thayer mengartikan dengan definisi yang sama yaitu disunite (memecah belah). Maksud dari arti ini adalah bahwa ada anggapan bahwa Yesus benar-benar ingin membubarkan Hukum Taurat. (Thayer;1997:334)

Maksud dari bagian ini adalah bahwa Yesus menyatakan bahwa diriNya serius dan sungguh-sungguh tidak membatalkan, menggagalkan, merusak atau bahkan mengurangi nilai dari hukum Taurat itu sendiri.

Dalam Matius 5: 17b frasa ”untuk menggenapi” adalah sebuah kata kerja aktif yang dipakai untuk menyatakan suatu perbuatan yang sudah sempurna dilakukan. (Mounce;2011:294)

Dalam bukunya, W. E. Vine menerjemahkan kata ini yaitu signifies to fill (memenuhi, mengabulkan), were expire (menyelesaikan), fullfilled (memenuhi). (Vine’s;1885) Selain penjelasan tersebut, Horst Balz menjelaskan lebih rinci lagi yaitu fill completely (sepenuhnya), realize (mencapai). Demikian pula halnya James Strong mengartikan yaitu to make (membuat), replete (penuh), to finish (mengakhiri).(Strong;1971:58). Terjemahan di atas menjelaskan bahwa Yesus menunjukkan ketaatan-Nya dengan cara memenuhi, mengabulkan, merealisasikan serta melakukan dengan sempurna hukum Taurat.

Dalam Matius 5: 18a, ungkapan ”sesungguhnya Aku berkata” diartikan sebagai suatu ungkapan yang tidak akan berubah keputusannya atau sesuatu yang tidak dapat berubah bentuknya. Kata ini juga diartikan dengan arti certainly (pasti), truly (sungguh-sungguh). Kata ini biasanya dipakai dalam Injil Sinoptik sebagai pembukaan dari perkataan/ungkapan Yesus. (Balz and Schneider;1993:69)

Ungkapan ini selalu dipakai dalam perkataan Yesus yang mengutarakan keseriusan atau kesungguhan. Sedangkan frasa ”Aku berkata” menunjukkan tindakan yang biasanya terjadi pada waktu sekarang, subjeknya adalah orang pertama tunggal yaitu Yesus.

Ungkapan yang mengatakan ”sesungguhnya selama belum lenyap” adalah sebuah kata kerja yang menyatakan kemungkinan dan ingin menyatakan sebuah maksud yang serius dan juga kesatuan.(Tulluan;2013) Kata ini diterjemahkan pass away (berlalu, lenyap), disappear (menghilang), in the sense lose force (menghilang). Kata kerja subjunctive dalam bagian ini ingin menegaskan tindakan yang bukanlah suatu fakta yang terjadi sekarang tetapi kemungkinan akan menjadi fakta. Hal ini menjelaskan bahwa meskipun ada kemungkinan yang serius bahwa langit dan bumi serta segala hal yang ada di dalamnya akan lenyap, namun satu iota pun dari hukum Taurat tidak akan pernah batal.

Adapun kata ”langit” adalah kata benda yang menjelaskan milik kepunyaan. James Strong mengartikan kata ini yaitu heaven/as the abode of God (sorga/tempat kediaman Allah), happiness (kebahagiaan), eternity (kekekalan). Sedangkan ”bumi” artinya soil (tanah), earth (dunia, bumi.), ground (permukaan bumi), land (tanah).

Fokus dari ayat ini sebenarnya adalah berhubungan dengan hal-hal yang akan segera digenapi Yesus Kristus dalam pelayanan-Nya di dunia ini. Untuk itulah Yesus berkata “satu iota pun tidak akan dibatalkan sebelum semuanya terjadi”. Maksud dari ”semuanya terjadi” berkaitan dengan hal-hal yang akan segera digenapi Yesus yaitu kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. 

Frasa ”semuanya terjadi” kata ini sering dipakai dalam Injil Matius untuk sesuatu yang terjadi sebagai penggenapan nubuat (bdk. Matius 1: 22; 21: 4). Yesus menunjukkan bahwa diri-Nya adalah pribadi yang bertanggungjawab, sebagai pencipta langit dan bumi tetap melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggungjawab.

Dalam Matius 5: 19a ungkapan ”karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkan demikian kepada orang lain”.

Kata ”meniadakan” merupakan kata kerja yang dipakai menegaskan kemungkinan dari sesuatu yang bukan fakta dan tidak mempunyai waktu yang signifikan, subjeknya adalah orang ketiga tunggal yaitu mengarah kepada orang Farisi dan ahli Taurat. Terjemahannya adalah loose (longgar), dan break up (perubahan). Kata kerja dalam bagian ini menjelaskan bahwa jikalau ada kemungkinan bahwa seseorang akan mengurangi, melonggarkan dan mengubah makna dari hukum Taurat yang ada di bawah otoritas Kristus.

Bertolak dari penjelasan di atas, jika dilihat dari konteks saat itu Yesus mengutarakan maksudnya agar dimengerti oleh para murid dan juga orang-orang yang mendengarnya. Ahli Taurat adalah orang-orang yang tidak jujur dalam penyampaian mereka terhadap hukum Taurat. Pengajaran yang mereka sampaikan adalah peraturan manusia bukan peraturan Allah. Yesus memakai gambaran ketidakjujuran ahli Taurat dan orang Farisi untuk mengingatkan para murid dan orang yang mendengarnya agar menjadi orang yang lebih baik dari pola hidup ahli Taurat dan orang Farisi.

Sedangkan kata mengajarkan (didache)| juga menggunakan kata kerja yang sama dengan lu,sh|. Adapun arti dari kata kerja ini adalah ”teach” yang artinya ”mengajarkan”. Kedua kata kerja di atas sama-sama memakai kata kerja subjunctive karena menekankan kemungkinan dan suatu maksud. Kata kerja ini memberikan penekanan kepada ahli Taurat yang mengajarkan hukum Taurat, namun mereka tidak melakukannya. Meskipun tidak ada yang mengetahui waktunya kapan, namun Yesus sudah memberikan gambaran bahwa akan ada kemungkinan orang yang akan menyelewengkan atau merubah hukum-Nya. Itulah sebabnya pada ayat yang ke 20 Yesus menjelaskan bahwa oknum tersebut adalah ahli Taurat dan orang Farisi.

Dalam Matius 5:19b dikatakan ”yang melakukan” dan ”mengajarkan” hukum Taurat. Kata ”melakukan”, merupakan suatu kata kerja aktif yang dipakai menyatakan suatu maksud untuk menjelaskan suatu kemungkinan, subjeknya adalah orang ketiga tunggal, tidak berpatokan pada waktu lampau, sekarang dan akan datang melainkan pada mulai terjadinya sebuah tindakan.

Horst Balz and Gerhard Schneider menjelaskan bahwa kata ini sering dipakai oleh Matius dan ditulis sebanyak delapan puluh enam kali dalam Injil Matius. (Balz and Schneider;1993:123) Kata ini diterjemahkan dengan do (melakukan, mengerjakan), make (membuat), action (tindakan, perbuatan). Sedangkan kata ”mengajarkan” (didaske) yang memiliki arti yang sama dalam Matius 5: 19a memakai subjunctive yaitu kata kerja aktif yang dipakai menyatakan suatu maksud dan untuk menjelaskan kemungkinan tidak mempunyai waktu yang signifikan, subjeknya adalah orang ketiga tunggal. Yesus menginginkan agar para murid dan orang percaya melakukan, mentaati dan mengajarkannya hukum-Nya.

Dalam Matius 5: 20 dikatakan ”Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga”.

Adapun frasa ”hidup keagamaan” Adapun artinya adalah of things be more than enough (segala sesuatu yang lebih dari cukup), be extremely rich or abundant (menjadi lebih kaya dan berlimpah).(Arndt and Gingrich;1955)

Kata “keagamaan” (dikaiosune) artinya adalah righteousness (kebajikan, kebenaran), justice (keadilan), mercy (kemurahan hati, belas kasihan). (Balz and Schneider;1993) Barker Kennet mengatakan “unless your righteousness exceeds that of the scribes and Pharisees”.

Hidup keagamaan yang dimaksud Yesus dalam bagian ini meliputi kebenaran, keadilan, belas kasihan, kemurahan hati dan kebajikan. Hal inilah yang dituntut Kristus terhadap orang percaya yaitu agar hidup sesuai hukum Taurat. Demikianlah Kristus juga mengatakan bahwa para murid dan orang percaya saat itu hidupnya harus berbeda dengan ahli Taurat dan orang Farisi.

BACA JUGA: MATIUS 5:17-20 (YESUS TIDAK MENIADAKAN HUKUM TAURAT)

Ungkapan “tidak lebih benar” artinya adalah merupakan suatu kata perbandingan yaitu more than (lebih dari), the greather part, (bagian terbesar), the majority (sebagian besar). (Moulton;1978)

Dalam bukunya, James Strong menjelaskan bahwa(pleion) adalah many (banyak), mostly (lebih banyak), largely (lebih besar), great (besar).(Strong;1971)

Berhubungan dengan frasa ”harus lebih benar” dalam ayat ini, maksudnya adalah setiap murid dan orang percaya hidupnya harus berkenan di hadapan Allah. Hal ini dikatakan Yesus agar para murid dan orang percaya saat itu menunjukkan sikap hidup yang taat terhadap hukum Taurat yang terlihat dari kemurnian hati, ketulusan hati dan juga belas kasihan terhadap orang lain. Jadi makna sesungguhnya dari hukum Taurat adalah hidup sesuai perkenanan Allah, yaitu hidup dalam kasih kepada Allah dan juga kepada sesama.EKSPOSISI MATIUS 5:17-20
Next Post Previous Post