Efesus 6:16 (3 Perbedaan Kristen Sejati Dan Kristen Salah)
Pdt. Sutjipto Subeno.
gadget, bisnis, otomotif |
Efesus 6:16 TB -dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat
Paulus dengan peka mengajar dan menyadarkan setiap anak Tuhan bahwa di tengah dunia ini Kekristenan harus berhadapan dengan musuh tidak terlihat yaitu Iblis sebagai penguasa kerajaan angkasa dan sumber roh kegelapan yang berusaha membinasakan manusia dengan menggunakan cara licik, terselubung, tersamar serta tersembunyi sehingga sulit untuk segera diantisipasi.
Paulus dengan peka mengajar dan menyadarkan setiap anak Tuhan bahwa di tengah dunia ini Kekristenan harus berhadapan dengan musuh tidak terlihat yaitu Iblis sebagai penguasa kerajaan angkasa dan sumber roh kegelapan yang berusaha membinasakan manusia dengan menggunakan cara licik, terselubung, tersamar serta tersembunyi sehingga sulit untuk segera diantisipasi.
Musuh semacam ini lebih berbahaya daripada musuh yang terlihat. Karena itu, setiap orang Kristen dituntut untuk menggunakan the whole armor of God agar mampu bertahan dan kemudian dapat dipakai oleh Tuhan untuk melancarkan serangan balik dengan kekuatan yang lebih besar.
Bagi Paulus, perisai iman merupakan salah satu perlengkapan penting yang dapat memberi kekuatan karena iman Kristen sejati itu sendiri sangat solid dan kokoh hingga dapat dijadikan sebagai pertahanan terkuat yang sanggup mematahkan serangan Setan dalam kehidupan beriman. Konsep ini sangat berlawanan dengan konsep agama dan kepercayaan di tengah dunia termasuk beberapa konsep
Kekristenan yang salah. Dunia sebaliknya merasa ketakutan hingga harus mendirikan benteng religiusitas dan legalitas untuk menjaga imannya agar tidak goncang dan runtuh. Tindakan ini justru menunjukkan iman yang tidak solid. Sehingga ketika seseorang mulai mempertanyakan imannya, ia menjadi marah besar sebagai benteng pertahanan untuk melindungi imannya yang tidak kokoh.
Bagi Paulus, perisai iman merupakan salah satu perlengkapan penting yang dapat memberi kekuatan karena iman Kristen sejati itu sendiri sangat solid dan kokoh hingga dapat dijadikan sebagai pertahanan terkuat yang sanggup mematahkan serangan Setan dalam kehidupan beriman. Konsep ini sangat berlawanan dengan konsep agama dan kepercayaan di tengah dunia termasuk beberapa konsep
Kekristenan yang salah. Dunia sebaliknya merasa ketakutan hingga harus mendirikan benteng religiusitas dan legalitas untuk menjaga imannya agar tidak goncang dan runtuh. Tindakan ini justru menunjukkan iman yang tidak solid. Sehingga ketika seseorang mulai mempertanyakan imannya, ia menjadi marah besar sebagai benteng pertahanan untuk melindungi imannya yang tidak kokoh.
Ada 3 (tiga) hal yang membedakan antara iman Kristen sejati dengan iman lain termasuk Kekristenan yang salah:
1. Pertama, iman Kristen sejati tidak berasal dari diri manusia sendiri tetapi merupakan pemberian Tuhan.
1. Pertama, iman Kristen sejati tidak berasal dari diri manusia sendiri tetapi merupakan pemberian Tuhan.
Dengan kata lain, seseorang memiliki iman Kristen bukan sebagai hasil pilihan bijaksana atau kepercayaannya sendiri tetapi merupakan kemungkinan yang Tuhan berikan untuk dapat mempercayai kebenaran Firman-Nya.
Jadi, iman Kristen tidak disandarkan pada keyakinan, pertimbangan logis dan keputusan subyektif. Ironisnya, di jaman sekarang banyak orang beragama menganggap bahwa iman adalah keyakinannya. Maka semakin ia percaya, kemungkinan untuk dapat mewujudkan segala keinginan pribadinya makin besar. Konsep ini tidak dapat dibenarkan.
Jika iman dibangun di atas diri dan keyakinan pribadi, itulah iman yang tidak sah dan mengambang karena ditegakkan dengan fondasi atau landasan yang mengapung yaitu diri sendiri. Iman semacam ini merupakan iman palsu yang tidak mampu bertahan di dalam segala keadaan. Alkitab mengajarkan bahwa manusia berdosa yang seharusnya binasa dan dibuang dari hadapan Tuhan, telah diselamatkan melalui iman sejati sebagai anugerah kasih karunia dan bukan sebagai hasil usahanya sendiri (Efesus 2:8-10). Jadi, setiap anak Tuhan adalah umat pilihan Allah sendiri.
Reformed Teology memandang hal ini sebagai signifikansi iman Kristen yang melampaui semua konsep iman di tengah dunia hingga tidak perlu dipertanyakan dengan berbagai cara karena mempunyai kekuatan kebenaran yang sangat kokoh.
Jadi, iman Kristen tidak disandarkan pada keyakinan, pertimbangan logis dan keputusan subyektif. Ironisnya, di jaman sekarang banyak orang beragama menganggap bahwa iman adalah keyakinannya. Maka semakin ia percaya, kemungkinan untuk dapat mewujudkan segala keinginan pribadinya makin besar. Konsep ini tidak dapat dibenarkan.
Jika iman dibangun di atas diri dan keyakinan pribadi, itulah iman yang tidak sah dan mengambang karena ditegakkan dengan fondasi atau landasan yang mengapung yaitu diri sendiri. Iman semacam ini merupakan iman palsu yang tidak mampu bertahan di dalam segala keadaan. Alkitab mengajarkan bahwa manusia berdosa yang seharusnya binasa dan dibuang dari hadapan Tuhan, telah diselamatkan melalui iman sejati sebagai anugerah kasih karunia dan bukan sebagai hasil usahanya sendiri (Efesus 2:8-10). Jadi, setiap anak Tuhan adalah umat pilihan Allah sendiri.
Reformed Teology memandang hal ini sebagai signifikansi iman Kristen yang melampaui semua konsep iman di tengah dunia hingga tidak perlu dipertanyakan dengan berbagai cara karena mempunyai kekuatan kebenaran yang sangat kokoh.
Jika Tuhan tidak bersedia untuk menanamkan iman tersebut di dalam hati manusia maka tak seorang pun sanggup percaya kepada-Nya. Karena itu, iman Kristen dapat dijadikan sebagai landasan yang lebih kokoh daripada iman situasional. Jika seseorang menjadi percaya karena kondisi tertentu maka suatu saat ia dapat berganti kepercayaan karena pertimbangannya telah berubah dan tidak dapat dimutlakkan.
Iman yang lemah seperti ini akan menimbulkan dua efek:
1. jika penjagaannya tidak kuat maka pertahanannya akan runtuh;
2. harus dijaga dengan fanatisme negatif. Inilah cara yang dipakai oleh dunia
2. Kedua, iman Kristen sejati akan kembali menghubungkan antara manusia dengan Allah.
Iman yang lemah seperti ini akan menimbulkan dua efek:
1. jika penjagaannya tidak kuat maka pertahanannya akan runtuh;
2. harus dijaga dengan fanatisme negatif. Inilah cara yang dipakai oleh dunia
2. Kedua, iman Kristen sejati akan kembali menghubungkan antara manusia dengan Allah.
Iman tersebut akan membawa seluruh keberadaan essensial integritas Allah ke dalam diri manusia sehingga tidak tergantung pada logika yang lemah tetapi justru menjadi gambaran pertanggungjawaban kepada Tuhan dan sesama mengenai seluruh pengertian iman dan pengharapan. Karena itu, iman Kristen sejati harus dibangun di atas tiga basis terkokoh di seluruh pengertian manusia. Dengan kata lain, iman Kristen sejati harus berbasiskan epistemologi terbaik. Epistemologi adalah bagaimana seseorang mendapatkan kebenaran sejati. Tiga basis terkokoh yang saling berkaitan itu, antara lain:
1. Kebenaran dengan inti tersolid dan sah harus dipertanggungjawabkan dan dikembalikan pada diri Kristus sebagai sumber kebenaran sejati;
2. Iman Kristen sejati bukan sekedar teoritis melainkan dapat diaplikasikan dalam seluruh bidang kehidupan di dunia seperti hukum, ekonomi, teknik atau science, sosial dan ketika konsep tersebut disodorkan ke tengah dunia maka semua orang harus mengakuinya sebagai yang terbaik walaupun banyak yang beranggapan bahwa konsep Kekristenan itu terlalu idealis dan tidak dapat dijalankan;
3. Iman Kristen sejati mencapai dan menghargai moralitas, kebajikan, kesucian dan keagungan tertinggi. Bahkan kebenaran dan moralitas sejati harus sejajar karena keduanya saling berkaitan. Ketika kebenaran dan kesucian moralitas sejati berpadanan maka kekuatan iman akan mencapai titik puncak.
Sebagai contoh konkret adalah Ayub yang memiliki relasi sangat erat dan iman sejati kepada Tuhan walaupun Setan terus menerus berusaha untuk menghancurkannya bahkan dengan memanfaatkan ketiga temannya yang terlihat ikut prihatin menyaksikan keadaannya. Ketika mereka mencoba menasihati, ia tetap tidak tergoda untuk mengikutinya karena nasihat tersebut kelihatannya saja baik namun sebenarnya merupakan usaha untuk memutar, menyesatkan, meruntuhkan dan merusak iman Ayub supaya teologinya yang sejati bergeser menjadi teologi sukses.
Mereka terus berusaha untuk meyakinkannya bahwa seorang anak Tuhan yang baik tidak mungkin mengalami penderitaan separah itu. Jika ia menderita, berarti telah melakukan dosa besar. Dalam keadaan kritis seperti itu, Ayub tetap tak bergeming bahkan ia menjadi marah dengan mengatakan, “Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan Yang Maha Kuasa, yang memedihkan hatiku, aku sama sekali tidak membenarkan kamu! Sampai binasa aku tetap mempertahankan bahwa aku tidak bersalah. Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela seharipun dari pada umurku” (Ayub 27:2, 5-6).
Inilah suatu pertahanan iman Kristen walaupun ia belum mengalami pemulihan bahkan mungkin akan menderita seumur hidupnya. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa iman Kristen berdiri dalam kebenaran, berintegrasi secara total dan mencapai kesucian tertinggi. Selain itu, iman Kristen tidak hanya defense totally tapi juga pressing karena tujuannya adalah membawa orang dunia untuk mengerti pertanggungjawaban iman Kristen.
3.Ketiga, iman Kristen merupakan kekuatan untuk mengadakan sinkronisasi total antara seluruh pengertian iman hingga teori, perasaan dan keinginan diri diintegrasikan di dalam iman tersebut.
1. Kebenaran dengan inti tersolid dan sah harus dipertanggungjawabkan dan dikembalikan pada diri Kristus sebagai sumber kebenaran sejati;
2. Iman Kristen sejati bukan sekedar teoritis melainkan dapat diaplikasikan dalam seluruh bidang kehidupan di dunia seperti hukum, ekonomi, teknik atau science, sosial dan ketika konsep tersebut disodorkan ke tengah dunia maka semua orang harus mengakuinya sebagai yang terbaik walaupun banyak yang beranggapan bahwa konsep Kekristenan itu terlalu idealis dan tidak dapat dijalankan;
3. Iman Kristen sejati mencapai dan menghargai moralitas, kebajikan, kesucian dan keagungan tertinggi. Bahkan kebenaran dan moralitas sejati harus sejajar karena keduanya saling berkaitan. Ketika kebenaran dan kesucian moralitas sejati berpadanan maka kekuatan iman akan mencapai titik puncak.
Sebagai contoh konkret adalah Ayub yang memiliki relasi sangat erat dan iman sejati kepada Tuhan walaupun Setan terus menerus berusaha untuk menghancurkannya bahkan dengan memanfaatkan ketiga temannya yang terlihat ikut prihatin menyaksikan keadaannya. Ketika mereka mencoba menasihati, ia tetap tidak tergoda untuk mengikutinya karena nasihat tersebut kelihatannya saja baik namun sebenarnya merupakan usaha untuk memutar, menyesatkan, meruntuhkan dan merusak iman Ayub supaya teologinya yang sejati bergeser menjadi teologi sukses.
Mereka terus berusaha untuk meyakinkannya bahwa seorang anak Tuhan yang baik tidak mungkin mengalami penderitaan separah itu. Jika ia menderita, berarti telah melakukan dosa besar. Dalam keadaan kritis seperti itu, Ayub tetap tak bergeming bahkan ia menjadi marah dengan mengatakan, “Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan Yang Maha Kuasa, yang memedihkan hatiku, aku sama sekali tidak membenarkan kamu! Sampai binasa aku tetap mempertahankan bahwa aku tidak bersalah. Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela seharipun dari pada umurku” (Ayub 27:2, 5-6).
Inilah suatu pertahanan iman Kristen walaupun ia belum mengalami pemulihan bahkan mungkin akan menderita seumur hidupnya. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa iman Kristen berdiri dalam kebenaran, berintegrasi secara total dan mencapai kesucian tertinggi. Selain itu, iman Kristen tidak hanya defense totally tapi juga pressing karena tujuannya adalah membawa orang dunia untuk mengerti pertanggungjawaban iman Kristen.
3.Ketiga, iman Kristen merupakan kekuatan untuk mengadakan sinkronisasi total antara seluruh pengertian iman hingga teori, perasaan dan keinginan diri diintegrasikan di dalam iman tersebut.
Artinya, ada suatu integritas hidup dengan hubungan total. Namun banyak orang Kristen menggunakan split condition (kondisi terpisah).
Di satu pihak, percaya pada Kekristenan dan di lain pihak, hidupnya jauh dari Kekristenan itu sendiri bahkan lebih cenderung pada hal duniawi. Inilah iman yang tidak integratif karena tidak kembali pada objektivitas iman sejati sebagai nilai intrinsik tertinggi. Orang Kristen sejati memang tidak murni dan sempurna tetapi memiliki fight (perjuangan hidup) untuk terus memproses integritas hidupnya berdasarkan nilai iman sejati. Inilah panggilan Kekristenan