2 MAKNA DI BAWAH PEMERINTAHAN PONTIUS PILATUS

Pdt. Yakub Tri Handoko
Pada Pengakuan Iman Rasuli tidak hanya mencatat bahwa Yesus menderita sengsara, tetapi ada tambahan yang penting di sana, yaitu di bawah pemerintahan Pontius Pilatus
2 MAKNA DI BAWAH PEMERINTAHAN PONTIUS PILATUS
otomotif, bisnis
Pontius Pilatus adalah pejabat Romawi yang bertugas mengamankan dan mengontrol beberapa wilayah termasuk Yerusalem. Mengapa perlu ditambahkan keterangan “di bawah pemerintah Pontius Pilatus”? Mengapa nama Pontius Pilatus perlu dicantumkan di dalam Pengakuan Iman Rasuli?

Tambahan keterangan ini mengajarkan dua makna kepada kita. 

1. Makna pertama, bahwa kebenaran kristiani dapat diverifikasi secara historis. 

Para penulis Alkitab gemar memberikan rujukan historis seperti nama tempat, nama orang, zaman pemerintahan siapa, kapan peristiwa itu terjadi, dari pemerintahan raja tertentu, diberitahukan secara detail. Jika kita membandingkan Alkitab dengan kitab-kitab religius yang lain -yang memiliki jenis sastra dan tujuan penulisan yang sama- maka kita akan mendapati bahwa rujukan historis Alkitab jauh lebih banyak dibandingkan kitab-kitab religius yang lain. 

Ini menunjukkan bahwa para penulis Alkitab sangat menekankan historisitas Alkitab. Historisitas kejadian yang terjadi pada diri Yesus adalah sangat penting. Kekristenan menekankan historisitas dan hal ini menunjukkan bahwa apa yang telah dituliskan oleh para rasul bukanlah legenda ataupun isapan jempol belaka. Berkali-kali para rasul mengatakan “kami menyampaikan apa yang kami lihat”.

Jika kita melihat natur atau sifat dari kekristenan maka kita tahu bahwa jatuh atau bangunnya agama ini didasarkan pada peristiwa historis. Paulus mengatakan “jika Yesus Kristus tidak dibangkitkan”. Hal ini merujuk pada sebuah peristiwa tertentu yang bisa diverifikasi dan terjadi di dalam sejarah. “Jika Yesus Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kekristenan kita”. 

Apapun yang kita imani terhadap Kristus -tidak peduli bagaimana kita mengimaninya, bagaimana hasil dari iman ini dan perasaan apa yang ada di dalam hati kita pada waktu mempercayainya- selama Kristus tidak benar-benar dibangkitkan maka semuanya akan menjadi sia-sia.

Begitu pula dengan kematian Yesus Kristus, yang kesengsaraan-Nya terjadi di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Terlepas dari hal ini benar atau tidak secara historis, para penulis Alkitab memberitahukan kita bahwa kebenaran kristiani dapat diverifikasi secara historis. Para penulis Alkitab sangat peduli pada historisitas kekristenan. Kekristenan berbeda dari “yang lain-lain”, di mana nilai historisnya tidak terlalu ditekankan. 

Bahkan, dalam beberapa kasus, kita dapat mengatakan bahwa seandainya tokoh maupun peristiwa yang telah dicatat di sana tidak benar-benar terjadi, maka agama-agama itu masih bisa berdiri dan para penganutnya masih bisa melakukan praktik religi mereka. Tapi tidak demikian halnya dengan kekristenan. Seandainya Yesus Kristus tidak mati, maka kekristenan tidak punya arti. Jika Yesus Kristus tidak dibangkitkan, kekristenan pun tidak memiliki arti sama sekali.

2. Makna yang kedua adalah bahwa kebenaran kristiani terbukti benar.

Poin ini berbeda dengan poin sebelumnya yang menyatakan bahwa klaim dan pernyataan ajaran kristiani dapat diverifikasi. Tetapi kita belum tahu hasilnya apa. Apakah benar Yesus mati atau tidak? Poin yang kedua ini menandaskan bahwa kebenaran kristiani terbukti benar secara historis. 

Kalau kita berbicara tentang kematian Yesus Kristus maka tidak semua orang sepakat bahwa Yesus Kristus benar-benar mati. Beberapa penganut agama lain mengatakan bahwa Yesus Kristus tidak pernah disalibkan. Namun Pengakuan Iman Rasuli dan Alkitab kita menyatakan bahwa Yesus Kristus menderita sengsara, disalibkan dan mati pada zaman Pontius Pilatus.

Kalau ada dua ajaran yang berbeda dan memberikan klaim yang bertabrakan, bagaimana kita menilainya? Cara yang paling baik adalah dengan tidak menggunakan kitab suci masing-masing tetapi menggunakan tulisan-tulisan kuno yang ditulis oleh orang-orang yang bukan berpihak pada salah satu. Dalam hal ini, kita perlu mengutip tulisan para penulis kuno yang non Kristen, yang bahkan sebagian di antaranya memusuhi kekristenan. 


Apa kata mereka tentang kesengsaraan Kristus dan penyaliban Kristus pada zaman Pontius Pilatus? Menarik sekali! Kita akan menemukan bahwa para penulis kuno dari berbagai macam tradisi misalnya dari tradisi Yunani atau Romawi seperti Pliny the Younger, Tacitus, Lucian. Mereka mencatat secara eksplisit bahwa Yesus Kristus mati disalibkan pada zaman Pontius Pilatus. Mereka memiliki pemahaman yang berbeda tentang kematian Kristus tetapi mereka sepakat tentang historisitas fakta kematian Kristus.

Di dalam tradisi Yahudi kita mengenal ada Yosefus, penulis sejarah Yahudi abad pertama. Di Talmud Babilonia juga dituliskan bahwa Yesus Kristus mati di atas kayu salib. Terlepas dari bagaimana mereka memahami maknanya tetapi mereka menyepakati faktanya. 

Di dalam tradisi yang lain, Mara Bar-Serapion juga mencatat bahwa Yesus mati di zaman Pontius Pilatus. Semua ini menyakinkan kita bahwa tambahan “menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus” menunjukkan nilai historisitas kekristenan yang luar biasa. Kebenaran kristiani dapat diverifikasi dan pada waktu diverifikasi terbukti benar. Tuhan memberkati
Next Post Previous Post