4 HAL TENTANG KEHIDUPAN KEKAL

Pdt. Yakub Tri Handoko.

Hari ini kita tiba pada edisi terakhir seri Meaningful Seven Minutes (M7M). Kita akan belajar poin terakhir dari Pengakuan Iman Rasuli, yaitu kehidupan yang kekal. Kita bukan hanya percaya ada kebangkitan tubuh tetapi kita juga percaya ada kehidupan kekal. Sekilas mungkin kita berkata bahwa ini adalah sesuatu yang sudah biasa. Kita berkali-kali mendengarkan ungkapan hidup yang kekal. Tetapi hari ini kita akan belajar empat hal penting tentang kehidupan kekal:

1. Pertama, kehidupan kekal bukan masalah waktu tetapi kualitas. 
4 HAL TENTANG KEHIDUPAN KEKAL
otomotif, bisnis
Hal yang terutama ditekankan dari kehidupan kekal adalah kualitasnya, bukan waktunya. Kita mungkin memahami ini hanya sebagai waktu, yang digambarkan dari perspektif kita sekarang, yaitu waktu yang akan terus menerus ada. Tetapi beberapa teolog dan filsuf memahami bahwa kehidupan kekal kelak sebetulnya tidak berwaktu. Bagaimana pun cara kita memahaminya, kita harus memahami bahwa yang ditekankan dalam kehidupan kekal bukan masalah waktunya tetapi kualitasnya.

Orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus juga tidak musnah. Mereka yang menolak Kristus dan tidak menaati perintah-perintah Allah, mereka juga tidak musnah. Mereka “hidup” dan tidak lenyap setelah kematian. Tetapi bagaimana mereka hidup berbeda dengan bagaimana kita -yang percaya kepada Kristus- hidup. Jadi yang ditekankan bukanlah masalah waktu melainkan kualitas. Wahyu 21-22 menyatakan bahwa nanti di kehidupan kekal, kita tidak akan menerima penderitaan, air mata, kegelapan maupun dosa. Dengan kata lain, kita memiliki kualitas hidup yang luar biasa, kualitas hidup yang sempurna.

2. Kedua, kehidupan kekal itu berarti kebersamaan dengan Tuhan untuk selama-lamanya. 

Kalau kita ditanya: “Apakah inti surga?” Biasanya orang menjawab: “Inti surga adalah emas, permata dan semua hal yang menyenangkan mata.” Tetapi hal-hal itu hanyalah simbol yang tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah. Di dalam1Tesalonika 4:17 Paulus mengingatkan kepada jemaat di Tesalonika supaya mereka memiliki pengharapan. Paulus mengatakan, “nanti kita akan terus-menerus bersama-sama dengan Tuhan”. Jadi cara Paulus menggambarkan surga adalah keberadaan yang terus menerus bersama dengan Tuhan.

Ketika Paulus dihadapkan pada dua kemungkinan, yaitu dihukum mati oleh kaisar atau akan dibebaskan (Filipi 1), dia mengatakan: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (ay.21). Lalu dia mengatakan: “ . . . diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik” (Filipi 1: 23). Di sini Paulus sedang berbicara tentang kematian. 

Juga menarik sekali kalau kita membaca 1Tesalonika 4:17 yang menyatakan bahwa surga adalah keberadaan kita yang terus menerus bersama dengan Tuhan. Di dalam 2Tesalonika 1:9 dijelaskan bahwa neraka adalah kebalikan dari surga, yaitu dipisahkan total untuk seterusnya dari hadirat Tuhan. Jadi hidup kekal itu berbicara tentang kebersamaan dengan Allah Tritunggal.

3. Ketiga, kehidupan kekal adalah kasih karunia Alah. 

Kehidupan kekal adalah pemberian Allah bagi kita yang sebetulnya tidak layak menerimanya. Di dalam Roma 6:23 dikatakan “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Hidup yang kekal itu diberikan kepada kita yang percaya kepada Anak Allah, Yesus Kristus. 

Di dalam Yohanes 3:16 dikatakan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Kehidupan kekal itu bukan hasil usaha kita dan bukan upah atas perbuatan baik kita. Sama sekali bukan! Kehidupan kekal adalah kasih karunia Allah bagi kita. Kita tidak layak menerimanya, tetapi diberi oleh Allah.

4. Keempat, kehidupan kekal bersifat kini dan nanti. 

Alkitab memberikan ayat yang begitu banyak tentang dua aspek ini. Apakah kita sudah memiliki hidup yang kekal? Sudah! Di dalam Yohanes 5, Tuhan Yesus mengatakan: “Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (Yohanes 5:24). Begitu pula dengan ayat-ayat yang lain, dengan jelas menunjukkan bahwa ketika dikatakan bahwa “kita memiliki hidup yang kekal” maka kata yang dipakai di sana bersifat kekinian. Artinya, sekarang ini kita sudah memiliki hidup yang kekal.

Baca Juga: Makna Kebangkitan Tubuh Dalam Pengakuan Iman Rasuli

Tetapi kehidupan yang kekal, di sisi lain juga digambarkan sebagai sesuatu yang nanti akan kita nikmati. Nanti akan kita nikmati, sehingga kita sekarang ini sebetulnya hidup di dalam dua ketegangan ini. Kita sudah memperoleh hidup yang kekal, tetapi pada saat yang sama kehidupan yang kekal itu belum sepenuhnya dinyatakan. 

Kalau di dalam istilah teologi kita menyebut ini sebagai “realized eschatology”. “Realized” berarti sudah dinyatakan. “Eschatology” berarti bicara tentang sesuatu yang nanti di akhir zaman. Di dalam kesenjangan dan ketegangan inilah kita hidup. Itu sebabnya kita tidak boleh putus asa. Kita sudah memiliki hidup yang kekal, itu yang membuat kita yakin berjalan ke depan. Ketika kita berjalan ke depan, kita masih melihat begitu banyak penderitaan bahkan kematian di depan kita. Tapi kita ingat kita sudah memperoleh hidup yang kekal, dan nanti kita akan menikmati seutuhnya di dalam Kristus. Tuhan memberkati kita.
Next Post Previous Post