ARTI AM DALAM PENGAKUAN IMAN RASULI

Pdt. Yakub Tri Handoko.

Menurut Pengakuan Iman Rasuli, gereja bukan hanya kudus, tetapi juga am. Kata ini mungkin agak asing bagi sebagian besar kita. Apa artinya “am”? Di dalam bahasa Inggris, dipakai kata “catholic” atau “Katolik”. Am dan Katolik artinya sama, tetapi masih membingungkan kita. Apa artinya am atau Katolik? Am atau Katolik artinya adalah umum, maksudnya gereja itu satu dan universal. 
ARTI AM DALAM PENGAKUAN IMAN RASULI
otomotif, bisnis
Jadi pada saat perumusan Pengakuan Iman Rasuli, ketika dikatakan gereja itu adalah “am” atau “Katolik”, maka kata “Katolik” di sana bukan merujuk pada denominasi tertentu atau aliran kekristenan tertentu yang membedakan satu aliran yaitu Katolik dari aliran yang lain, misalnya Protestan. Kata “Katolik” di sana bukan merujuk pada sebuah denominasi, tetapi jauh lebih umum, karena pada saat Pengakuan Iman Rasuli dirumuskan, kita belum mengenal namanya Katolik dan Protestan. Barulah* di abad ke-16 kita menemukan perbedaannya.

Katolik atau am itu berarti bahwa gereja adalah gereja yang am, yang umum, yang universal, yang satu. Ada satu ayat yang menggambarkan ini dengan cukup baik, yaitu di dalam 1Korintus 1:2 ketika Paulus mengatakan: “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.

Ada kesatuan di sana, antara gereja yang di Korintus dengan semua orang di segala tempat yang mengakui Yesus sebagai Tuhan. Jadi ada gereja yang kelihatan yaitu gereja yang lokal, misalnya gereja di Korintus, tetapi ada gereja yang universal, gereja yang tidak terlihat, yaitu semua orang di segala tempat. Terlepas dari kita mengenal atau tidak mengenal mereka, semua orang di segala tempat dan abad, yang mengaku Yesus sebagai Tuhan disebut sebagai “gereja yang am”. Gereja yang am ini memiliki paling tidak dua karakteristik utama.

1. Karakteristik yang pertama, mereka mengakui Yesus Kristus sebagai Kepala dan Gembala Agung.

Efesus 1:22-23 menegaskan bahwa Yesus adalah Kepala Gereja. Semua orang percaya yang berada di bawah Kristus adalah tubuh Kristus secara universal, di mana Kristus adalah Kepalanya. Di dalam 1Petrus 5:4 ditegaskan bahwa Yesus adalah Gembala Agung kita. Masing-masing gereja lokal mungkin memiliki gembala, kalau menganut sistem pemerintahan tertentu. Ada orang-orang yang berfungsi untuk menggembalakan di masing-masing gereja lokal. 

Tetapi hal itu tidak meniadakan sebuah kebenaran yang lebih penting lagi, yang jauh lebih agung, yaitu ada Gembala Agung. Ada Kepala Gereja dari semua orang yang pernah ada di segala tempat dan di segala abad, yang mengaku Yesus sebagai Juru selamat dan Tuhan mereka. Siapa saja, tanpa memandang bulu, tanpa membedakan dari sisi denominasi atau aliran teologi, yang penting dia mengakui Yesus sebagai Juru selamat dan Tuhan mereka, maka mereka termasuk anggota dari gereja yang am.

Ini adalah kebenaran yang sering kali kita abaikan. Kita mudah untuk bertengkar hanya gara-gara hal-hal yang tidak terlalu penting atau hanya gara-gara isu doktrinal yang sebetulnya sekunder. Kita perlu kembali pada apa yang dikatakan Alkitab, misalnya dalam Roma 10:9-10 “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Mereka yang percaya dalam hati dan mengaku dengan mulut bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati dan mengakui Yesus sebagai Tuhan berarti mereka diselamatkan, mereka termasuk di dalam kelompok gereja yang am.

2. Karakteristik kedua, didasarkan pada ajaran para nabi dan para rasul, dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru. 

Di dalam Efesus 2:20 Paulus menegaskan bahwa gereja itu dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Kita sering kali melihat ada orang yang bertengkar karena doktrin. Itu sesuatu yang keliru, apalagi jika doktrinnya sekunder. Tetapi kita juga tidak boleh terjebak pada ekstrim berikutnya, yaitu bahwa selama orang itu mengaku diri sebagai “Kristen”, maka pastilah ia termasuk di dalam gereja yang am, tanpa kita melihat dan mengamati teologi yang mereka percayai. Jelas, kalau kita mengakui gereja yang am, maka gereja itu seharusnya didasarkan pada ajaran para nabi dan para rasul.

Kalau ada satu kelompok komunitas yang menyebut dirinya gereja, tapi ajarannya bertabrakan dengan ajaran para rasul, jelas mereka tidak termasuk dalam gereja yang Am. Bukan kita yang menolak mereka untuk masuk karena kita tidak punya hak untuk itu. Bukan kita yang punya wewenang untuk mengatakan mereka masuk atau tidak masuk. Tetapi memang itu adalah ajaran Alkitab. Gereja yang benar menempatkan Kristus sebagai Kepala dan Gembala. 


Gereja yang benar adalah gereja yang didirikan di atas pengajaran para nabi, para rasul dan Kristus Yesus sebagai Batu Penjuru. Kalau kita melihat di dalam Efesus 4 ketika Paulus berbicara tentang kesatuan gereja, dia tidak lupa bicara tentang “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, . . .” (Efesus 4:13). Jadi bukan cuma sama iman, tetapi obyek imannya juga seharusnya sama. Ada pengenalan terhadap Anak Allah.

Kita tidak boleh meniadakan nilai penting dari doktrin-doktrin yang sangat penting terutama doktrin-doktrin yang fundamental. Tetapi doktrin-doktrin yang sekunder, juga tidak seharusnya mengganggu kesatuan gereja. Tuhan memberkati kita.
Next Post Previous Post