APAKAH BAPTISAN ROH KUDUS DIBUKTIKAN DENGAN BERBAHASA ROH?

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

Pentakostalisme mengajarkan bahwa baptisan Roh Kudus atas orang percaya harus dibuktikan secara fisik dengan berbicara dalam bahasa lidah, sebagaimana yang terjadi pada hari Pentakosta (Kisah Rasul 2:4). 
APAKAH BAPTISAN ROH KUDUS DIBUKTIKAN DENGAN BERBAHASA ROH?
gadget, otomotif, bisnis
Bahasa asing dalam ayat itu menurut Pentakostalisme pada hakikatnya sama dengan karunia lidah dalam 1 Korintus 12:10,28, tetapi berbeda dalam penggunaannya. Abraham Alex Tanusaputra, pendiri Gereja Bethany Indonesia mengatakan “Tanda awal (initial physical evidence) dari baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dalam bahasa Roh (speaking in tongue)”.

Pada umumnya ada empat bagian ayat yang dipakai penganut Pentakostalisme sebagai dasar untuk menunjukkan bahasa lidah sebagai tanda atau bukti fisik baptisan Roh Kudus, yaitu: Peristiwa Pentakosta di Yerusalem (Kisah Para Rasul 2:4); Peristiwa di Samaria (Kisah Para Rasul 8:14-17); Peristiwa di rumah Kornelius di Kaisaria (Kisah Para Rasul 10:46); dan Peristiwa di Efesus (Kisah Para Rasul 19:6). 

Pencetus “teori” bahasa roh sebagai bukti fisik baptisan Roh adalah Charles Fox Parham, rektor Sekolah Alkitab di Topeka, negara bagian Kansas. Menyatakan bahwa bahasa lidah merupakan bukti fisik dari baptisan Roh kudus adalah sebuah kesimpulan yang sebenarnya tidak tepat. Berikut ini fakta-fakta yang menunjukkan bahwa bahasa lidah bukanlah bukti fisik baptisan Roh.

1. Dari empat peristiwa baptisan Roh dalam Kisah Para Rasul tersebut, ditemukan empat respon yang berbeda: 

(1) Pada peristiwa Pentakosta di Yerusalem terjadi manifestasi bahasa asing (15 macam bahasa); 

(2) Pada peristiwa di Samaria tidak terjadi manifestasi apa-apa; 

(3) Pada peristiwa di rumah Kornelius terjadi manifestasi bahasa roh; dan 

(4) Pada peristiwa di Efesus terjadi manifestasi bahasa roh dan nubuat. Berdasarkan perbedaan respon tersebut tidaklah logis menyimpulkan bahwa bahasa lidah merupakan bukti fisik dari baptisan Roh kudus, dan memaksa kesimpulan demikian merupakan bentuk ketidak-konsistenan.

2. Dalam peristiwa baptisan Roh tersebut terjadi kepenuhan Roh Kudus yang mengakibatkan terjadinya manifestasi “bahasa asing” (Kisah Para Rasul 2:4), “bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kisah Para Rasul 10:44-46), “bahasa roh dan nubuat” (Kisah Para Rasul 19:6). 


Sedangkan pada peristiwa di Samaria tidak ada manisfestasi apa pun pada saat peristiwa baptisan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 8:14-19). Mengapa? Jawaban yang paling memuaskan dari semua yang pernah diusulkan ialah: karena pada peristiwa baptisan Roh di Samaria tersebut tidak terjadi kepenuhan Roh Kudus. 

Jadi, kepenuhan Roh Kuduslah yang menyebabkan terjadinya manisfestasi “bahasa roh, nubuat, dan bahasa asing” dalam ketiga peristiwa baptisan Roh tersebut. Sedangkan di Samaria kepenuhan Roh Kudus tidak terjadi, hanya baptisan Roh Kudus. Karena itu saya setuju dengan Todd Hunter yang menyimpulkan sebagai berikut, “Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa ketika manusia dipenuhi dengan Roh, terjadilah berbagai perwujudan Roh”.

3. Tidak ada ayat di bagian mana pun dalam Alkitab yang memerintahkan orang percaya untuk mencari baptisan Roh Kudus apalagi harus disertai bukti fisik bahasa lidah. Sebaliknya, orang Kristen diperintahkan “hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” (Efesus 5:18). 

Frase Yunani “plĂ©rousthe en pneumati” adalah bentuk present imperatif pasif, bukan bentuk aorist (masa lampau). Dalam pengertian ini, dipenuhi dengan Roh Kudus adalah suatu kegiatan yang harus terus-menerus dituntut atau dicari oleh orang-orang percaya. 


Di sini Paulus tidak pernah memerintahkan orang-orang percaya untuk menuntut atau mencari baptisan Roh Kudus, melainkan Ia memerintahkan orang-orang percaya agar senantiasa menuntut dipenuhi dengan Roh Kudus. 

Baptisan Roh Kudus adalah suatu peristiwa yang lampau yang terjadi hanya satu kali dan bersifat permanen; diterima pada saat seseorang percaya kepada Yesus Kristus dan mengalami kelahiran baru (pertobatan). Sedangkan dipenuhi dengan Roh Kudus adalah sesuatu yang harus dialami secara terus-menerus. Hal ini dapat terjadi berulang-ulang bergantung pada tuntutan kehidupan yang suci dan benar dalam diri orang percaya itu, yang memungkinkan mereka untuk terus mengalami kepenuhan Roh Kudus.
Next Post Previous Post