YESUS KRISTUS ADALAH ALLAH SEJATI, DAN MANUSIA YANG SEJATI TANPA DOSA
BUKTI YESUS KRISTUS ADALAH ALLAH SEJATI, DAN MANUSIA YANG SEJATI TANPA DOSA
[1] YESUS KRISTUS ADALAH ALLAH SEJATI.
[1] YESUS KRISTUS ADALAH ALLAH SEJATI.
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” (Yohanes 1:1-3)
otomotif, bisnis |
Setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman akan mempercayai bahwa Yesus adalah Firman Allah dan Anak Allah. Dan kita melihat bahwa Yesus juga adalah Allah sendiri. Bagi kebanyakan orang percaya, mungkin sulit untuk bisa memahami bagaimana Yesus bisa menjadi Firman Allah, Anak Allah, dan bahkan juga Alah itu sendiri.
Kita harus memahami bersama bahwa Allah lebih besar daripada pengertian kita. Manusia memiliki pemikiran yang terbatas sehingga tidak bisa memikirkan Allah dengan sempurna. Kita tidak mengenal Allah karena kepandaian yang kita miliki. Dalam 1Korintus 1:21 kita membaca, "Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, ...." Tetapi puji syukur kepada Allah karena Ia memilih menyatakan itu kepada kita. Itulah tujuan kita dalam membahas hal ini, untuk mengerti dan mema-hami bagaimana Allah mengajar melalui Alkitab mengenai Yesus. Kita akan melihat bahwa Alkitab sangat jelas mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah.
1. Alkitab Mengatakan Yesus Kristus Allah Sejati.
Kita akan memerhatikan dua ayat yang menceritakan bahwa Yesus adalah Allah.
Pertama, dalam Injil Yohanes 1:1-3, dikatakan dengan jelas bahwa Yesus adalah Firman Allah. Kata "Firman" menunjuk kepada Yesus. Ayat ini menerangkan kepada kita, "... dan Firman itu adalah Allah." Jika ada yang berkata bahwa Allah dan Firman (Yesus) tidak sama, berarti ia setuju bahwa Alkitab tidak benar. Namun kita sebagai orang Kristen mengimani bahwa Alkitab adalah benar.
Kedua, kita melihat Roma 9:4-5, "Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa- bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!"
Ayat ini berbicara tentang anak-anak Israel (bangsa Israel) dan bagaimana mereka menerima Hukum Taurat dan janji-janji Allah. Hal itu menerangkan bagaimana Yesus secara fisik dilahirkan dalam bangsa mereka. Dengan kata lain, dalam pandangan manusia, Yesus akan jadi orang Israel. Tapi ayat ini juga menceritakan pada kita bahwa Kristus di atas segala-galanya, dihormati sebagai Allah selama-lamanya.
Kebenaran bahwa Yesus adalah Allah tidak ditemukan dalam dua ayat itu saja, masih ada fakta-fakta yang lain. Oleh karena itu, kita juga akan belajar di bagian lain yang memuat kebenaran yang lebih jelas lagi kepada kita.
2. Kuasa Yesus Mengampuni Dosa Menunjukkan Bahwa Yesus Adalah Allah
Semua dosa adalah melawan Allah. Pada masa lalu, Raja Daud berdoa pada Allah dan berkata, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa" (Mazmur 51:6). Satu-satunya pribadi yang bisa mengampuni dosa adalah Pribadi kepada siapa manusia berdosa. Kita akan melihat bahwa Yesus mempunyai kuasa mengampuni dosa.
Bacalah Markus 2:1-12. Dari ayat-ayat ini, kita belajar hal-hal berikut. Yesus berkata kepada orang lumpuh itu bahwa dosa-dosanya diampuni. Musuh-musuh Yesus berkata bahwa hanya Allah saja bisa mengampuni dosa.
Mereka benar tentang hal itu. Karena itu mereka menganggap Yesus melakukan kejahatan karena Dia mengatakan memiliki kuasa yang hanya mungkin dipunyai oleh Allah sendiri. Tetapi kemudian Yesus menyembuhkan orang itu, dan hal ini membuktikan pada orang- orang bahwa Dia sungguh-sungguh punya kuasa untuk mengampuni dosa, karena menurut mereka kelumpuhan orang itu adalah karena dosa- dosanya.
Mari kita memikirkannya dengan cara sebagai berikut. Andai kata di sini ada sebuah rumah yang kita tahu bahwa dia adalah orang yang mempunyai kunci itu. Jika kita melihat orang itu datang ke rumah, kemudian mengambil kunci dan membuka pintu, kita akan mengetahui bahwa dialah pemilik dari rumah itu. Kita mengetahui bahwa hanya Allah yang bisa mengampuni dosa. Oleh sebab itu, bila kita melihat Yesus datang dengan kuasa untuk mengampuni dosa, kita tahu bahwa Yesus adalah Allah.
3. Yesus Menyatakan Mempunyai Penghormatan Yang Sama Dengan Alllah
Yohanes 5:23 berkata, "Supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barang siapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia." Dalam ayat ini, Yesus menyatakan dengan jelas bahwa manusia akan menghormati Dia sebagaimana mereka menghormati Bapa. Jikalau Anda mulai membaca dari ayat 16, Anda akan menemukan bahwa orang-orang Yahudi mau membunuh Yesus.
Orang-orang Yahudi berkata bahwa Yesus telah mengajar bahwa Dia sama dengan Allah (ayat 18). Jika Yesus tidak menjadi sama dengan Allah, Dia sudah tentu akan membenarkan mereka. Dia akan membuat itu jelas bagi mereka bahwa Ia tidak sama dengan Allah. Apakah Dia melakukan ini? Tidak. Malahan Yesus memberitahukan kepada mereka bahwa "Semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa."
Perhatikan dalam Filipi 2:6, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan." Ayat ini menceritakan bahwa Yesus telah menjadi Allah sebelum Ia datang di dunia. Yesus tidak pernah berpikir bahwa Dia merampas hak Allah dengan menjadi sejajar dengan Allah, melainkan Ia sedang menyatakan sejajar dengan Allah karena Ia adalah Allah itu sendiri.
4. Yesus Menerima Pujian Seperti Allah
Perhatikan dua kenyataan berikut.
Pertama, dalam Kisah Rasul 14:8- 18, kita membaca bahwa Paulus dan Barnabas sedang mengajar di Listra (dengan kuasa Yesus.) Orang banyak yang melihat mereka mengatakan bahwa ada dewa-dewa yang telah turun dari surga. Paulus dan Barnabas dengan segera memperbaiki kesalahan ini dan memberitahukan kepada orang-orang itu bahwa mereka manusia sama seperti mereka yang tidak patut untuk diagung-agungkan. Tindakan ini tepat seperti yang seharusnya mereka lakukan.
Kedua, ketika Yohanes mendapat mimpi dari surga, ia jatuh tersungkur menyembah orang yang berbicara kepadanya. Orang itu memberitahukan bahwa dia tidak seharusnya melakukan demikian.
Hanya Allah yang harus disembah. "Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: 'Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara- saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat'" (Wahyu 19:10). Malaikat yang berbicara kepada Yohanes menolak disembah karena dia tahu bahwa hanya Allah yang patut disembah. Dia melakukan apa yang seharusnya dia lakukan.
Sekarang bacalah Yohanes 20:27-29. Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada Tomas. Ketika Tomas menyadari bahwa itu benar-benar Yesus yang telah bangkit dari kematian, dia berkata, "Ya Tuhanku dan Allahku." Apakah Yesus menolak untuk memperbaiki panggilan Allah yang ditujukan kepadanya? Tidak. Yesus menerima apa yang Tomas katakan. Mengapa? Karena Dia memang Allah.
5. Allah Dalam Kristus Yesus
Kadang-kadang orang tidak mau memuliakan Yesus seperti mereka memuliakan Bapa. Mereka membuat lelucon dan berkata, "Jika Yesus adalah Allah, itu artinya Allah mati di atas kayu salib." Sebenarnya, tepat yang Alkitab ajarkan kepada kita dalam 2Korintus 5:19, "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus."
Kita juga membaca hal ini dalam Kisah Para Rasul 20:28, "Karena itu, jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri." Paulus sedang berbicara kepada penatua-penatua Gereja di Efesus.
Dia mengatakan kepada mereka bagaimana mereka harus memelihara Gereja Tuhan, yang dibeli dengan darah-Nya sendiri. Apabila Anda membaca ayat ini dengan saksama, Anda akan melihat bahwa Paulus sedang berbicara tentang Allah. Dia menyebut gereja dengan "Gereja Allah" dan kemudian menambahkan, "yang Allah beli dengan darah-Nya sendiri."
Bila kita melihat diri kita, kita melihat banyak hal yang terlalu sulit kita mengerti. Jika kita tidak bisa mengerti hal-hal yang diciptakan oleh Allah, betapa bodohnya kita meminta untuk mengerti semua hal-hal yang ada dalam diri Allah. Tetapi hal-hal yang Allah ajarkan kepada kita bisa kita percayai. Kita telah melihat bagaimana Alkitab benar-benar mengajar bahwa Yesus adalah Allah.
Kita boleh tidak mengerti tentang semua itu, tetapi kita bisa mempercayai hal itu karena Allah telah mengajarkan itu kepada kita. Keajaiban itu adalah bahwa Allah telah datang ke dunia dalam rupa manusia, hidup di antara manusia, dan mati untuk dosa-dosa mereka sehingga mereka memiliki hidup selama-lamanya melalui iman kepada-Nya.
[II] YESUS KRISTUS ADALAH MANUSIA SEJATI TANPA DOSA
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)
"Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." (Ibrani 4:15)
Sebelumnya, kita telah mengetahui tentang Yesus yang adalah Allah sejati. Kini, kita juga akan belajar bahwa Yesus adalah seorang Manusia sejati. Kita akan melihat bagaimana Yesus menjadi manusia dalam segala hal seperti kita kecuali bahwa Dia tanpa dosa. Jika kita hendak mengerti sifat alami yang sejati dari Yesus, kita harus mengerti bahwa Dia adalah Allah dan juga manusia.
Marilah kita memikirkan hal ini. Jika Anda memiliki sebuah mata uang di tangannya, maka ia tahu bahwa itu adalah satu mata uang. Tapi dia juga mengetahui bahwa mata uang itu mempunyai dua sisi. Itulah sifat Yesus, Ia adalah satu, tetapi memiliki dua sisi, sisi Allah dan sisi manusia.
Sebagaimana yang kita pelajari tentang Yesus yang menjadi manusia, marilah kita juga mengingat bahwa Dia adalah Allah. Ayat di atas memberitahu kedudukan Sang Imam Besar kita, yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang pernah menjadi manusia sama seperti kita, hanya Dia tidak berbuat dosa. Marilah kita memahami hal ini bersama- sama.
1. Yesus Adalah Manusia
Sekarang, pikirkanlah hal-hal yang Alkitab terangkan kepada kita tentang Yesus yang menyebabkan kita mengetahui bahwa Dia adalah juga manusia.
a. Yesus dilahirkan oleh seorang wanita sebagaimana kita adanya.
Meskipun Allah adalah Bapa-Nya, Dia dikandung dalam rahim Maria dengan kuasa Roh Kudus. Dia bertumbuh dan dilahirkan seperti semua bayi-bayi yang lain dilahirkan. "Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat" (Galatia 4:4).
b. Tubuh Yesus seperti tubuh kita. Kita tahu ini karena alasan- alasan berikut:
- Dia bertumbuh dari bayi, ke masa muda dan tumbuh dewasa sama seperti semua manusia lainnya (Lukas 2:52).
- Dia merasa lapar dan haus seperti manusia lainnya, "Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus" (Matius 4:2). "Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai berkatalah Ia- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Aku haus!" (Yohanes 19:28).
- Dia menjadi lelah seperti manusia lainnya. "Di situ terdapat sumur Yakub, Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas" (Yohanes 4:6).
c. Perasaan Yesus seperti perasaan kita.
- Dia merasa amat berdukacita atas kematian seorang sahabat sehingga Dia menangis. "'Di manakah dia kamu baringkan?' Jawab mereka: 'Tuhan, marilah dan lihatlah!' Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi: 'Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!'" (Yohanes 11:34-36)
- Dia merasa kasihan karena penderitaan orang lain. "Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala"(Matius 9:35-36).
- Dia merasa sedih dan marah karena kebejatan moral manusia. "Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: 'Ulurkanlah tanganmu!' Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu" (Markus 3:5).
2. Sebagai Seorang Manusia. Yesus Dicobai Sebagaimana Kita Dicobai
"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (Ibrani 4:14-15). Dalam ayat ini Yesus disebut Imam Besar Agung kita.
Selanjutnya dikatakan bahwa Dia dicobai dalam segala hal seperti kita dicobai. Kita jangan berpikir bahwa satu-satunya saat Yesus dicobai adalah ketika Setan datang kepada-Nya setelah Dia tidak makan selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Yesus dicobai dibanyak waktu yang berbeda dan dengan cara yang berbeda.
Suatu kali, Setan bahkan mencobai Yesus melalui Simon Petrus, salah seorang murid-Nya. Ketika Yesus memberitahukan murid-murid-Nya bagaimana Dia harus segera menderita dan mati, Petrus berbicara dengan kata-kata yang bersemangat bahwa hal seperti itu tidak akan pernah terjadi pada-Nya. Setan telah memakai Petrus untuk menggoda Yesus untuk menghindari kematian di atas kayu salib. Jika Setan bisa membujuk Yesus melepaskan diri dari kematian di atas kayu salib, tidak ada keselamatan bagi umat manusia. Yesus mengerti benar apa yang sedang Setan coba lakukan melalui Petrus.
Itulah sebabnya, Yesus berbicara kepada Petrus sebagaimana tertulis dalam Matius 16:23, "Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis, Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.'” Bacalah Matius 16:21-23. Kita semua harus mengerti ini. Ada saat-saat di mana Setan akan mencobai kita lewat teman-teman kita.
Ada hal-hal lain yang seharusnya kita mengerti tentang cobaan terhadap Yesus. Dia menolak mempergunakan kuasa untuk membuat pencobaan lebih ringan. Ketika Dia merasa lapar, Setan mencobai-Nya untuk mengubah batu-batu menjadi roti. Yesus mempunyai kuasa untuk melakukan itu. Namun, Ia menolak mempergunakan kuasa untuk meringankan cobaan-cobaan yang dibebankan Setan pada-Nya. Kenapa? Karena jika demikian,
Dia tidak akan pernah dicobai seperti kita dicobai, Dia tidak bisa betul-betul seperti kita. Contohnya, seorang yang lapar, yang merampok atau mencuri, mungkin mencoba memaafkan dirinya sendiri dengan berkata, "Ya, ketika Yesus lapar Dia mengubah batu menjadi roti. Saya tidak bisa melakukan itu, tapi saya akan menghilangkan rasa lapar saya dengan mencuri." Karena itulah Yesus dengan berani rela menderita dan hasilnya Dia memperoleh kekuatan penuh dari pencobaan-pencobaan, Dia bisa mengerti secara penuh dan berbagi perasaan akan pencobaan- pencobaan kita. Dia juga akan memberikan kuasa kepada kita atas Setan, sebagaimana Dia lakukan jika kita memutuskan bergantung kepada-Nya.
3. Yesus Hidup Dalam Kehidupan Yang Tanpa Dosa
Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:
"Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (Ibrani 4:15). "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (Korintus 5:21).
"Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (Ibrani 4:15). "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (Korintus 5:21).
"Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya" (1Petrus 2:22).
Ini adalah satu cara di mana Yesus, sebagai manusia, berbeda dari semua umat manusia. Semua manusia telah berdosa, tetapi Yesus tanpa dosa.
Ini adalah satu cara di mana Yesus, sebagai manusia, berbeda dari semua umat manusia. Semua manusia telah berdosa, tetapi Yesus tanpa dosa.
Banyak orang tidak mengerti bahwa ada dua cara-cara manusia berdosa.
Cara pertama adalah dengan melakukan hal-hal yang kita ketahui adalah jahat. Alkitab menerangkan pada kita beberapa hal yang Allah tidak ingin kita lakukan. Tapi jika ia tetap melakukan hal-hal ini, maka dia melawan Allah dan ia berdosa.
Cara kedua dari perbuatan dosa adalah gagal melakukan hal yang kita ketahui benar. Allah menerangkan pada kita bahwa ada beberapa hal yang seharusnya kita lakukan. Bila kita lalai melakukan hal-hal ini, kita berdosa terhadap Allah. Dalam Yakobus 4:17 kita membaca, "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa."
Bila kita berkata bahwa Yesus adalah tanpa dosa, kita menunjukkan bahwa Dia tidak pernah melakukan apa pun yang jahat di mata Allah. Kita juga menunjukkan bahwa Dia selalu melakukan apa pun yang baik di mata Allah. Dia tidak pernah melakukan yang jahat. Dia tidak pernah gagal melakukan yang baik.
4. Pentingnya Yesus Menjadi Manusia Tanpa Dosa
Dalam 2Korintus 5:21, kita belajar bahwa Yesus yang tidak berdosa, namun menjadi berdosa untuk kita sehingga kita dibuat menjadi benar di hadapan Allah melalui Yesus. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Jika seandainya Yesus berdosa, Dia tidak bisa menggantikan tempat orang-orang berdosa. Dia akan menerima hukuman atas dosa-dosanya sendiri.
Contohnya, dua orang membunuh seorang pria. Mereka diadili dan kedapatan bersalah. Kemudian seorang dari mereka berkata kepada hakim, "Tuan, biarkan saya mati menggantikan teman saya." Dengan segera hakim akan menjawab, "Tidak. Kamu dua-duanya bersalah. Dia harus mati untuk kesalahan yang dia lakukan dan kamu mati untuk kesalahanmu sendiri." Orang yang bersalah harus menderita karena kesalahannya sendiri. Yesus adalah orang yang tidak berdosa dan tidak pernah melakukan dosa. Itulah sebabnya, Dia dapat menggantikan hukuman atas dosa- dosa kita.
[III] KESATUAN HIPOSTATIK YESUS KRISTUS
Di dalam diri Yesus, terdapat dua natur, yakni natur Allah dan natur manusia. Kedua natur itu bersatu di dalam diri Yesus Kristus. Kesatuan dua natur yang ada di dalam diri Yesus Kristus itu dinamakan kesatuan Hipostatik, yakni istilah untuk menjelaskan bagaimana Allah Anak, Pribadi kedua Allah Tritunggal, mengambil rupa sebagai manusia, namun pada saat yang bersamaan Dia juga Allah yang sempurna.
Yesus selamanya adalah Allah (Yohanes 8:58; 10:30), namun ketika inkarnasi, Yesus mengambil tubuh manusia – Dia menjadi manusia (Yohanes 1:14). Penambahan natur kemanusiaan kepada natur keilahian menjadi Yesus; Allah-manusia. Inilah kesatuan hipostatik, Yesus Kristus sebagai satu Pribadi; Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna.
Kedua natur Yesus, kemanusiaan dan keilahian-Nya, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Yesus selamanya adalah Allah-manusia; Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna; dua natur yang berbeda dalam satu Pribadi.
Kemanusiaan dan keillahian Yesus tidak bercampur, namun bersatu tanpa kehilangan keunikan identitas. Kadang Yesus berfungsi dengan keterbatasan sebagai manusia (Yohanes 4:6; 19:28), namun di waktu lain dengan kuasa keilahian-Nya (Yohanes 11:43; Matius 14:18-21). Dalam keduanya, tindakan-tindakan Yesus bersumber dari Pribadi-Nya yang satu. Yesus memiliki dua natur, namun tetap hanya satu Pribadi.
Doktrin kesatuan hipostatik ini sebenarnya upaya untuk menjelaskan bagaimana Yesus itu adalah Allah dan manusia pada saat bersamaan. Walaupun demikian, doktrin ini tentu tidak mampu dipahami manusia secara sempurna. Tidak mungkin bagi manusia yang terbatas dan berdosa untuk bisa memahami cara kerja Allah seutuhnya. Kita, sebagai manusia yang terbatas, tidak bisa memahami Allah yang tidak terbatas itu.
Maka jika kedua sifat Kristus itu terbaur secara sempurna di dalam satu pribadi, lalu bagaimanakah sifat pembauran itu? Sebagian besar jawaban untuk pertanyaan ini telah disinggung dalam uraian sebelumnya. Tidak mungkin kami memberikan analisis kejiwaan yang tepat tentang kepribadian, unik Kristus sekalipun Alkitab memberikan sedikit petunjuk.
1. Perpaduan itu Tidak Bersifat Teantropik
Diri Kristus adalah teantropik (artinya mempunyai sifat ilahi dan sifat manusiawi), tetapi sifat-Nya tidak. Maksudnya, seseorang dapat berbicara tentang Allah - manusia bila Ingin mengacu kepada diri Kristus; akan tetapi, kita tidak dapat berbicara tentang sifat ilahi- manusiawi, melainkan kita harus berbicara tentang adanya sifat ilahi dan sifat manusiawi di dalam Kristus. Hal ini jelas dari kenyataan bahwa Kristus memiliki pengertian dan kehendak yang tak terbatas dan juga memiliki pengertian dan kehendak yang terbatas; Ia memiliki kesadaran ilahi dan kesadaran manusiawi.
Kecerdasan ilahi-Nya tidak terbatas; kecerdasan manusiawi-Nya makin bertambah. Kehendak ilahi-Nya adalah mahakuasa; kehendak manusiawi-Nya hanya terbatas pada kemampuan manusia yang belum jatuh dalam dosa. Dalam kesadaran ilahi-Nya Ia dapat berkata, "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30); dalam kesadaran manusiawi-Nya Ia dapat berkata, "Aku haus" (Yohanes 19:28). Namun harus ditekankan bahwa Kristus tetap Allah- manusia.
2. Perpaduan itu Bersifat Pribadi
Perpaduan kedua sifat di dalam Kristus disebut perpaduan hipostatis. Maksudnya, kedua sifat atau hakikat itu merupakan satu cara berada yang pribadi. Karena Kristus tidak bersatu dengan diri manusia, tetapi dengan sifat manusia, maka kepribadian Kristus bertempat dalam sifat ilahi-Nya.
3. Perpaduan Itu Meliputi Berbagai Sifat Dan Perbuatan Manusiawi Dan Ilahi
Baik sifat dan perbuatan yang manusiawi maupun yang ilahi dapat dilakukan oleh Sang Allah-manusia tanpa kecuali. Demikianlah berbagai sifat dan ciri khas manusia dihubungkan dengan Kristus di bawah gelar -gelar yang ilahi, "Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Maha tinggi" (Lukas 1:32); "mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia" (1 Korintus 2:8); "jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah Para Rasul 20:28). Dari ayat-ayat tersebut kita melihat bahwa Allah telah lahir dan Allah telah mati.
Ada juga ayat-ayat yang menyebut berbagai ciri khas dan sifat ilahi serta menghubungkannya dengan Kristus di bawah nama-nama manusiawi-Nya, "Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia" (Yohanes 3:13); "dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?" (Yohanes 6:62); "Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya" (Roma 9:5); Kristus yang mati itu adalah Kristus yang "memenuhi semua dan segala sesuatu" (Efesus 1:23; bandingkan Matius 28:20); Dialah yang telah ditentukan oleh Allah untuk menghakimi dunia (Kisah 17:31; bandingkan Matius 25:31, 32).
4. Perpaduan Tersebut Menjamin Kehadiran Yang Tetap Dari Keilahian Dan Kemanusian Kristus
Kemanusiaan Kristus hadir bersama dengan keilahian-Nya di setiap tempat. Kenyataan ini menambah keindahan kenyataan bahwa Kristus ada di dalam umat-Nya. Ia hadir dalam keilahian-Nya, dan melalui perpaduan kemanusiaan-Nya dengan keilahian-Nya, maka Ia juga hadir dalam kemanusiaan-Nya.
Maka dengan demikian, kesatuan hipostatik mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah dan manusia yang sempurna, bahwa tidak ada percampuran atau pengurangan dari salah satu natur tersebut. Dia adalah Pribadi yang memiliki kesatuan keilahian dan kemanusiaan, untuk selamanya. Amin.