MENJADI CIPTAAN BARU DALAM KRISTUS

Pendahuluan.

Menjadi Ciptaan Baru Dalam Kristus. Untuk dapat memahami manusia menjadi ciptaan baru, kita harus membahas tentang kejatuhan manusia. Daud mengatakan "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, .... Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku" (Mazmur 51:6-7). 
MENJADI CIPTAAN BARU DALAM KRISTUS
gadget, otomotif, bisnis
I. Manusia dan Dosa 

Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” (Roma 5:12). Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah (1 Yohanes 3:4). 

Enss mengatakan “Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah, melangkahi batasan-Nya dan melenceng dari sasaran tolok ukur-Nya.” Strong mendefinisikan dosa sebagai “ketidaksesuaian terhadap hukum moral Allah, baik dalam perbuatan, pikiran, ataupun keadaan.

Sehubungan dengan itu Buswell mengatakan: “dosa dapat didefinisikan sebagai apa saja di dalam diri ciptaan yang tidak menyatakan, atau yang bertentangan dengan, sifat kudus Sang Pencipta.” Jadi sifat utama dosa adalah terletak pada  arahnya yang bertentangan dengan Allah. Dosa begitu merusak atau menghancurkan, sehingga hanya kematian Anak Allah saja yang dapat menghapusnya (Yohanes 1:29). Karena Adam berdosa, maka semua manusia telah jatuh ke dalam dosa (Roma 5:12) 

II. Akibat Dosa 

1. Pertama; Kematian rohani. 

“Kematian selalu menyatakan pemisahan dari sesuatu, begitu pula kematian rohani mempunyai arti pemisahan dari kehidupan Allah dalam kehidupan sekarang ini.” Allah mengusir manusia dari hadapan-Nya, dan Ia tidak membiarkan manusia yang berdosa ada dalam persekutuan dengan-Nya (Kejadian 3:24). Roh manusia yang diberikan oleh Allah mengalami keter pisahan dari Roh Allah yang hidup. Kematian ini juga menyebabkan manusia kehilangan kemuliaan Allah yang melekat kepadanya (Roma 3:23; Efesus 2:1). 

2. Kedua; Kematian jasmani. 

Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk mati dan kembali menjadi tanah, tetapi dosa menyebabkan manusia pasti mengalami kematian dan menjadi tanah kembali. Alkitab mencatat, "Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah" (Kejadian 3:19). Kehilangan kemuliaan Allah menyebabkan kualitas tubuh manusia menurun drastis. Kematian jasmani merupakan konsekuensi dari keberdosaan manusia, seperti dikatakan oleh Paulus, "Sebab upah dosa ialah maut" (Roma 6:23). 

3. Ketiga; Rusaknya hubungan dengan sesama. 

Hubungan antar manusia tidak lagi harmonis sejak fakta kejatuhan dalam dosa. Manusia saling mempersalahkan (Kejadian 3:12-13). Peristiwa Kain membunuh Habel merupakan bukti selanjutnya. Sejak saat itu manusia selalu harus berhati-hati dalam berhubungan dengan sesamanya. Memang ada pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. 

Pepatah ini hanya memiliki separuh kebenaran. Kebenaran yang melengkapinya adalah tak kenal, maka tak benci. Kalau mau jujur, orang-orang yang berselisih tajam, saling membenci, saling mengecewakan, bahkan  saling membunuh, umumnya adalah orang-orang yang saling kenal, bahkan tidak jarang mereka mempunyai kedekatan secara emosional. 

Manusia menjadi makhluk yang tinggi egosentrisnya, dan itu sebabnya mengapa manusia menjadi sulit bersekutu dengan sesamanya. Keadaan ini sebenarnya bersumber dari rusaknya hubungan manusia dengan Allah sehingga manusia tidak tahu membedakan manakah kehendak Allah dan manakah yang bukan. Semuanya hanya menuruti hawa nafsunya sendiri. 

4. Keempat; Rusaknya keharmonisan antara manusia dengan alam. 

Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta dalam keadaan yang harmonis dan sungguh amat baik. Alkitab mencatat, "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik" (Kejadian 1:31). Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam membutuhkan manusia untuk memelihara dan menata serta mengelolanya. 

Yonky Karman menegaskan hal ini; “manusia ditempatkan di bumi untuk menunjukkan kedaulatan Allah atas dunia ciptaan dengan menundukkannya. Manusia dan alam memiliki hubungan interdependensi yang kuat dan erat. Namun, dosa menyebabkan manusia tidak mampu memelihara dan mengusahakan alam, tetapi justru semena-mena karena keserakahannya. 

Teknologi yang dibuat manusia cenderung ditujukan untuk merusak alam sehingga dunia sekarang dihantui oleh krisis lingkungan hidup seperti bocornya ozon, banjir karena gundulnya hutan, efek rumah kaca, dan sebagainya yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, kesengsaraan bahkan kepunahan makhluk hidup, terkikisnya kekayaan, krisis air bersih, dan sebagainya. 

Persoalan utama bukanlah karena alam pada dasarnya tidak baik, tetapi karena manusia yang menyebabkan alam tidak lagi harmonis dan seimbang. Bukankah tugas mengelola dan memelihara bumi ada pada pundak manusia (Kejadian 1:28; 2:15)? Krisis lingkungan diciptakan oleh manusia dan membawa ancaman bagi manusia sendiri. Bumi saat ini sedang diantar oleh manusia menuju kehancuran dan kemusnahan. Sebelumnya, pekerjaan Adam menyenangkan dan memuaskan, sekarang akan menjadi sulit dan hampa.

5. Kelima; Manusia akrab dengan penderitaan karena dosa. 

“Tentu saja tidak semua penyakit merupakan akibat dosa (Yohanes 9:3) akan tetapi ada juga  beberapa penyakit yang diakibatkan dosa.” Waktu manusia jatuh dalam dosa Allah berfirman, "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu, ... maka terkutuklah tanah karena engkau, dengan bersusah payah engkau akan mencari rejekimu, ... dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu sampai engkau kembali lagi menjadi tanah" (Kejadian 3:16-19). 

Karena keberdosaannya, manusia akan akrab dengan penderitaan fisik dan psikis seumur hidupnya. Saya tidak mengatakan bahwa sejak bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus manusia tidak lagi akan sakit dan menderita. Keputusan untuk mengikut Tuhan juga diiringi dengan penderitaan yang harus dipikul. 

Namun, penderitaan bersama Kristus justru mendatangkan kemuliaan surgawi (1 Petrus 4:12-19). Pengertian penderitaan di sini adalah sejak manusia jatuh dalam dosa, Allah membiarkan manusia mengalami banyak penderitaan sehingga penderitaan menjadi akrab dengan manusia seumur hidupnya. “Mala petaka, nasib buruk, dan kejahatan moral adalah akibat dosa di taman maupun dosa pribadi.”

6. Keenam; Hukuman kekal. 

Sebagaimana kehidupan itu kekal, maka begitu juga hukuman. Yohanes menggambarkan kematian ke-dua ini: “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Wahyu 20:14-15) Dosa mendatangkan maut dan kebinasaan. Allah telah menyiapkan hukuman kekal sebagai tempat kekal manusia yang tidak kembali kepada-Nya, yaitu neraka. 

Di dalam neraka, manusia mengalami keterpisahan dari Allah. “Kematian ke-dua, penderitaan kekal yang dirasakan, terjadi apabila seseorang berlanjut di dalam kematian spiritual sampai saat kematian fisik.” Kristus mengatakan bahwa “mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal” (Matius 25:46) Yesus mengungkapkan bahwa mereka akan “dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, disanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi (Matius 8:12). 

III. Jalan Keluar Dari Dosa 

Hati nurani manusia menyaksikan adanya dosa. Tiap-tiap orang tahu bahwa ia berdosa. Tidak ada seorang dewasa yang tidak menyadari bahwa dirinya berdosa. Hati nurani telah menempelak semua anak-anak Adam. Hal ini senada dengan ungkapan Paulus yang berkata bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). 

Kedua, manusia secara pribadi bertanggung jawab dan tak dapat membenarkan diri dengan berbagai alasan dan perbuatan. Semua perbuatan dosa manusia akan mendatangkan hukuman yang mengerikan bagi manusia. Oleh karena itu, manusia perlu mengetahui jalan keluar dari dosa. 

Jalan keluar dari dosa dan hukuman dosa tidak dapat dikerjakan dan diusahakan oleh manusia. Artinya, sekalipun manusia berbuat banyak amal dan kebajikan, tetap saja ia tidak akan mampu membawanya bebas dari konsekuensi dosa karena secara esensial dirinya masih berada dalam status berdosa. 

Allah yang berinisiatif untuk melakukan karya keselamatan yaitu pengampunan dosa melalui karya salib, “Kata Yunani untuk keselamatan adalah soteria dan untuk menyelamatkan adalah Sozo. Bagi Paulus, istilah tersebut terutama, merujuk kepada kegiatan Allah yang menyelamatkan. Gagasan ini meluas sampai di luar batas kata itu sendiri yang mencakup pembebasan ilahi dari dosa, daging, Hukum Taurat, dan lainnya.

Manusia juga tidak dapat terhindar dari konsekuensi dosa hanya karena melakukan banyak ibadah dan usaha-usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jalan keluar dari dosa hanya dapat dikerjakan oleh Allah sendiri. Karya Allah, yang akhirnya disebut sebagai jalan keluar dari dosa disebut pengampunan dosa. 

Pengampunan dosa itu adalah karya Allah yang terjadi karena anugerah-Nya. Pengampuan dosa itu sekali-kali tidak berarti bahwa Allah itu membiarkan serta memaafkan begitu saja dosa-dosa manusia. Tetapi siapa yang pernah berhadapan dengan Salib Kristus, ia sadar bahwa anugerah Allah itu tidaklah murah. 


Pengampunan dosa itu terjadi karena Allah sendiri harus tetap menghukum dosa, oleh karena itu Yesus Kristus harus mati demi pembebasan manusia dari dosa. Demikianlah, Allah berkata bahwa siapa yang percaya kepada Kristus akan beroleh hidup kekal dan tidak memperoleh hukuman (Yohanes 3:16). 

Karena itu -- sekali lagi, jalan keluar dari dosa hanya bisa diterima dalam iman kepada Yesus Kristus yang mati untuk menebus kita dari hukuman dosa. “Yesus sendiri pun menegaskan bahwa  kematian-Nya di atas salib adalah dasar bagi pengampunan dosa (Matius 20:28; 26:28). Candra Gunawan Marisi
Next Post Previous Post