ALKITAB: OTORITAS TERTINGGI DAN MUTLAK

Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.

Suatu pandangan teologi bukanlah kebenaran mutlak. Misalnya, apa yang benar menurut pandangan teologi Dispensasional belum tentu benar menurut pandangan teologi Covenantal; kebenaran pandangan teologi Calvis belum tentu benar menurut pandangan teologi Arminian. Karena itu, suatu pandangan teologi bukanlah kebenaran mutlak, tetapi merupakan pendapat, tafsiran dan keyakinan seseorang atau kelompok tertentu terhadap firman Tuhan. Hanya Kitab Suci / Alkitab (dalam naskah aslinya) yang layak disebut sebagai kebenaran mutlak (absolut), yang tidak bisa salah.
ALKITAB: OTORITAS TERTINGGI DAN MUTLAK
otomotif, bisnis, keuangan
Alkitab adalah otoritas tertinggi dan final bagi gereja dan semua orang percaya dalam hal iman dan perilaku, karena Alkitab adalah Firman yang berasal dari Allah sendiri. Sedangkan suatu pandangan teologi, walau penting tetapi bukan kebenaran mutlak dan bukan juga penentu kebenaran. 

Pengakuan Iman Westminster (Chapter 1.10) menyatakan dengan tegas bahwa “The supreme judge by which all controversies of religion are to be determined, and all decrees of councils, opinions of ancient writers, doctrines of men, and private spirits, are to be examined, and in whose sentence we are to rest, can be no other but the Holy Spirit speaking in the Scripture.” (Terjemahan kutipan, “Hakim tertinggi yang olehnya semua kontroversi agama harus diputuskan, dan semua dekrit dan konsili-konsili, pandangan dari penulis-penulis kuno, doktrin manusia, spirit pribadi, harus diperiksa, dan yang pada keputusannya kita harus bersandar, hanyalah Roh Kudus yang berbicara di dalam Alkitab.” Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan, page. 1180).

Artikel II The Chicago Statement on Biblical Inerrancy yang dirumuskan oleh lebih dari 200 pemimpin Injili pada tahun 1978 menyatakan demikian, “We affirm that the Scriptures are the supreme written norm by which God binds the conscience, and that the authority of the Church is subordinate to that of Scripture. We deny that Church creeds, councils, or declarations have authority greater than or equal to the authority of the Bible.” (Terjemahan kutipan, “Kami menegaskan bahwa Kitab Suci adalah norma tertulis tertinggi yang dengannya Allah mengikat kesadaran, dan bahwa otoritas Gereja berada di bawah otoritas Kitab Suci. Kami menyangkal bahwa kredo, konsili-konsili, atau deklarasi Gereja memiliki otoritas yang lebih tinggi atau sejajar dengan otoritas Alkitab.” Grudem, Wayne., Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. page. 1204).

Otoritas Alkitab yang final dan tertinggi ini diungkapan dan diakui oleh para pakar teologi dan Alkitab berikut ini. Kevin J. Conner, seorang teolog dan pengajar Kharismatik dari Gerakan Hujan Akhir (Later Rain Movement) mengatakan demikian, “Karena Alkitab diispirasikan dan tidak bisa salah (inerransi), maka Alkitab juga harus menjadi otoritas tertinggi bagi semua orang Kristen berkaitan dengan iman iman dan moral mereka. 

Alkitab adalah tempat penghakiman final bagi kehidupan dan hati Nurani dari semua orang percaya yang sejati. Akal, hati Nurani dan gereja harus tunduk pada otoritas firman Allah”. (Conner, Kevin J., 2004. A Practical Guide to Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal. 93). 

Demikian juga yang dinyatakan oleh French L. Arrington seorang teolog Pentakostal sebagai berikut, “Alkitab adalah otoritas terakhir dan utama untuk doktrin dan praktek Kristen. Otoritas Alkitab tidak bergantung pada suatu sumber selain Allah. Alkitab sampai kepada kita sebagai firman Allah yang kekal dan yang diilhami (2 Timotius 3:16)”. (Arrington, French L., 2015. Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta, hal. 10). 

Hal yang sama dinyatakan oleh John M. Frame seorang teolog Calvinis yang menyatakan bahwa “Alkitab dan hanya Alkitab yang menjadi otoritas tertinggi, dan standar yang paling utama”. (Frame, John M., 2010. Apologetika Bagi Kemuliaan Allah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta, hal. 25). 

Sementara itu Norman L. Geisler menyatakan, “Kita tahu bahwa Alkitab berasal dari Allah karena satu alasan yang sangat sederhana: Yesus memberitahu kita demikian. Pada otoritas-Nya, sebagai Allah atas alam semesta ini, kita yakin bahwa Alkitab adalah firman Allah. Ia meneguhkan otoritas Perjanjian Lama dalam ajaran-Nya, dan Ia menjanjikan Perjanjian Baru yang penuh kuasa melalui murid-murid-Nya. Anak Allah sendiri menjamin kita bahwa Alkitab adalah firman Allah.” (Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta, 166).

Profesor Wayne A. Grudem, seorang Injili Kharismatik yang tergabung dalam Gerakan Gelombang Ketiga (The Third Wave Movement) dalam buku teologi sistematikanya menjelaskan tentang otoritas Alkitab demikian, “The major teachings of the Bible about itself can be classified into four characteristics (sometimes termed attributes): (1) the authority of Scripture; (2) the clarity of Scripture; (3) the necessity of Scripture; and (4) the sufficiency of Scripture. With regard to the first characteristic, most Christians would agree that the Bible is our authority in some sense. But in exactly what sense does the Bible claim to be our authority? And how do we become persuaded that the claims of Scripture to be God’s Word are true?” … The authority of Scripture means that all the words in Scripture are God’s wordsin such a way that to disbelieve or disobey any word of Scripture is to disbelieve or disobey God.” (Terjemahan Kutipan, “Ajaran utama Alkitab tentang dirinya sendiri dapat diklasifikasikan menjadi empat karakteristik (kadang-kadang disebut atribut): 

(1) otoritas Kitab Suci; 

(2) kejelasan Kitab Suci; 

(3) perlunya Kitab Suci; dan 

(4) kecukupan Kitab Suci. 

Berkenaan dengan karakteristik pertama, kebanyakan orang Kristen akan setuju bahwa Alkitab adalah otoritas kita dalam arti tertentu. Namun dalam arti apa sebenarnya yang diklaim oleh Alkitab sebagai otoritas kita? Dan bagaimana kita menjadi yakin bahwa klaim Alkitab sebagai Firman Tuhan itu benar? … Otoritas Kitab Suci berarti bahwa semua kata dalam Kitab Suci adalah firman Allah sedemikian rupa sehingga orang yang tidak percaya atau tidak menaati kata mana pun dalam Kitab Suci sama artinya dengan tidak percaya atau tidak menaati Allah”. (Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan, page 73).


Karena itu, tepatlah seperti yang dinyatakan dalam pengakuan pendahuluan The Chicago Statement on Biblical Inerrancy demikian, “The authority of Scripture is a key issue for the Christian Church in this and every age. Those who profess faith in Jesus Christ as Lord and Savior are called to show the reality of their discipleship by humbly and faithfully obeying God's written Word. To stray from Scripture in faith or conduct is disloyalty to our Master. Recognition of the total truth and trustworthiness of Holy Scripture is essential to a full grasp and adequate confession of its authority.” (Terjemahan kutipan “Otoritas Kitab Suci adalah kunci utama bagi Gereja Kristen di masa ini dan setiap zaman. 

Mereka yang mengaku beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dipanggil untuk menunjukkan realitas pemuridan mereka dengan menaati Firman Tuhan yang tertulis dengan rendah hati dan setia. Menyimpang dari Kitab Suci dalam iman atau perilaku adalah ketidaksetiaan kepada Tuhan kita. Pengakuan atas kebenaran total dan bahwa Kitab Suci dapat dipercaya sangat penting untuk pengakuan yang teguh dan benar atas otoritas Kitab Suci.” Grudem, Wayne., Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. page. 1205).
Next Post Previous Post