KEJATUHAN DAN HUKUMAN IBLIS / SETAN (YUDAS 1:5-6)

Pdt. Budi Asali, M,Div.

Yudas 1:5-7 - “(5) Tetapi, sekalipun kamu telah mengetahui semuanya itu dan tidak meragukannya lagi, aku ingin mengingatkan kamu bahwa memang Tuhan menyelamatkan umatNya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya. (6) Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar, 
KEJATUHAN DAN HUKUMAN IBLIS / SETAN (YUDAS 1:5-6)
gadget, bisnis
Dalam Yudas 1:3-4 Yudas mengatakan bahwa:

1) Ada orang-orang Kristen KTP / nabi-nabi palsu yang menyelusup ke dalam gereja.

2) Orang Kristen harus berjuang mempertahankan iman.

Sekarang dalam Yudas 1: 5-7 Yudas memberikan contoh-contoh untuk menunjukkan bahwa:

a) Tuhan pasti menghukum dosa.

b) Kemurtadan / penyimpangan dari iman pasti mendapatkan hukuman.

Yudas 1: 5: “Tetapi, sekalipun kamu telah mengetahui semuanya itu dan tidak meragukannya lagi, aku ingin mengingatkan kamu bahwa memang Tuhan menyelamatkan umatNya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya.”.

1)  Yudas 1:5a: ‘Tetapi, sekalipun kamu telah mengetahui semuanya itu dan tidak meragukannya lagi, aku ingin mengingatkan kamu’.

a) Kata-kata ‘dan tidak meragukannya lagi’ sebetulnya tidak ada.

b) Orang Kristen perlu diingatkan tentang hal-hal yang sudah diketahui / dimengertinya.

 Yudas 1:17: “Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-rasul Tuhan kita, Yesus Kristus.”.

Calvin: “The use of God’s Word is not only to teach what we could not have otherwise known, but also to rouse us to a serious meditation of those things which we already understand, and not to suffer us to grow torpid in a cold knowledge.” [= Kegunaan Firman Allah bukan hanya untuk mengajar kita apa yang kalau tidak diajarkan tidak bisa kita ketahui, tetapi juga untuk membangkitkan kita pada meditasi yang serius tentang hal-hal yang sudah kita mengerti, dan tidak membiarkan kita untuk menjadi tumpul / lamban dalam pengetahuan yang dingin.].

Penerapan:

1. Pengajar Firman Tuhan tidak boleh bosan memberitakan hal yang sudah diketahui jemaat (bdk. 1Tim 4:6).

1Timotius 4:6 - “Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini.”.

2. Jemaat tidak boleh mempunyai pemikiran ‘aku sudah tahu’ pada waktu mendengar sesuatu yang sudah diketahuinya.

2) Yudas 1: 5b: ‘bahwa memang Tuhan menyelamatkan umatNya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya’.

a) Kata-kata ‘sekali lagi’ salah terjemahan.

NIV: ‘later’ [= belakangan].

NASB: ‘subsequently’ [= sesudah itu].

b) Ini menunjuk pada Bilangan 13-14.

Yudas 1: 6: “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,”.

Dalam ay 6 ini Yudas berbicara tentang malaikat-malaikat yang berdosa dan hukuman mereka.

1) Dosa mereka.

a) Dasar Kitab Suci yang salah tentang kejatuhan malaikat / setan.

1. Yesaya 14:12-23.

a. Kata ‘Lucifer’ (KJV/NKJV) adalah kata bahasa Latin yang berarti ‘light bearer’ [= pembawa terang]. Ini merupakan nama untuk planet Venus, yang merupakan benda paling terang setelah matahari dan bulan. Dalam Yes 14:12 ini merupakan terjemahan dari kata Ibrani HEY-LEL yang diterjemahkan ‘morning star’ [= bintang pagi] oleh NIV, dan ‘Bintang Timur’ oleh Kitab Suci Indonesia.

b. Kata-kata dalam Yes 14:12-14 menyebabkan orang beranggapan bahwa bagian ini menceritakan kejatuhan setan, tetapi Yes 14:4,22-23 dengan jelas menunjukkan bahwa bagian ini berbicara tentang Babel / raja Babel.

Yesaya 14:12-14 - “(12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!”.

Yesaya 14:3-4,22-23 - “(3) Maka pada hari TUHAN mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu dan kerja paksa yang berat yang dipaksakan kepadamu, (4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! ... (22) ‘Aku akan bangkit melawan mereka,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,’ demikianlah firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam.”.

c. Tidak ada dasar untuk mengatakan bahwa Babel / raja Babel di sini adalah lambang dari setan ataupun TYPE dari setan (Catatan: kalau Kitab Suci memaksudkan sebagai TYPE itu selalu menunjuk ke depan, bukan ke belakang).

d. Tafsiran Adam Clarke dan Calvin tentang Yesaya 14:12.

Adam Clarke: “And although the context speaks explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that preposterous comments may be prevented!” [= Dan sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai pembawa terang, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Iblis maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.

Calvin: “The exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan, has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no probability whatever, let us pass by them as useless fables.” [= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text ini menunjuk kepada Iblis / berkenaan dengan Iblis, muncul / timbul dari ketidaktahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya.] - hal 442.

2. Yehezkiel 28:1-19.

a. Kalau dilihat Yeh 28:6,12,14-17 maka kelihatannya bagian ini menunjuk pada kejatuhan Iblis, tetapi Yehezkiel 28:2 dengan jelas mengatakan bahwa ini ditujukan kepada raja Tirus, dan tentang dia dikatakan: ‘engkau adalah manusia, bukanlah Allah’ (ay 2 akhir).

Yeh 28:2,6,12,14-17 - “‘Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah. ... (6) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah ... (12) ‘Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. ... (16) Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (17) Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.”.

Yeh 28:2 - “‘Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.”.

b. Sama seperti dalam Yes 14 di atas, tidak ada dasar untuk mengartikan bagian ini sebagai lambang ataupun TYPE dari Iblis.

c. Saya juga membaca beberapa buku tafsiran tentang Yeh 28 dan tidak ada dari para penafsir dari buku-buku itu yang menyinggung tentang setan dan kejatuhannya. Semuanya hanya membicarakan raja Tirus.

3. Kejadian 1:1-2 - ‘Gap theory’.

Ada suatu teori / penafsiran yang salah tentang Kejadian 1:1-2 ini, yang disebut ‘Gap Theory’. Teori ini mengatakan bahwa di antara Kej 1:1 dan Kej 1:2 terdapat ‘gap’ [= celah / selang waktu] yang lamanya jutaan tahun atau bahkan ratusan juta tahun.

Mereka menganggap bahwa dalam Kej 1:1, langit dan bumi dan segala isinya sudah sempurna. Lalu terjadi pemberontakan Lucifer / Iblis, sehingga bumi menjadi tidak berbentuk dan kosong seperti dalam Kej 1:2. Lalu dalam Kej 1:3-dst Allah melakukan penciptaan ulang.

Dasar dari ‘gap theory’ ini adalah:

a. Mereka berpendapat bahwa Allah tidak mungkin mencipta sesuatu yang kacau seperti yang tertulis dalam Kej 1:2 - ‘bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya’. Karena itulah mereka beranggapan bahwa penciptaan dalam Kej 1:1 sudah sempurna, tetapi lalu menjadi rusak / kacau karena pemberontakan Iblis.

b. Dengan adanya ‘gap’ jutaan tahun ini maka Alkitab menjadi cocok dengan ilmu Geologia yang mengatakan bahwa umur bumi sudah jutaan / milyaran tahun.

c. Kej 1:2 berbunyi: ‘Bumi belum berbentuk dan kosong’.

NIV menterjemahkan sebagai berikut: ‘Now the earth was formless and empty’ [= Bumi adalah tidak berbentuk dan kosong].

Ditinjau dari sudut bahasa Ibrani, kata ‘HAYETAH’ yang diterjemahkan ‘was / adalah’, juga bisa diterjemahkan ‘became / menjadi’.

Kalau dipilih terjemahan ini, maka Kej 1:2 menjadi: ‘Dan bumi menjadi tidak berbentuk dan kosong’.

Terjemahan ini cocok dengan ‘gap theory’.

Saya berpendapat bahwa ‘Gap theory’ ini harus ditolak dengan alasan / penjelasan sebagai berikut:

a. Kejadian 1:1-2 tidak berarti bahwa Allah menciptakan sesuatu yang kacau, tetapi bahwa Ia menciptakan yang sempurna secara bertahap. Penganut ‘gap theory’ tidak mau mempercayai bahwa Allah melakukan penciptaan secara bertahap, tetapi dalam teori mereka sendiri mereka berpendapat bahwa pada waktu Allah melakukan ‘penciptaan kembali’ dalam Kej 1:3-dst, maka Allah melakukannya secara bertahap. Ini menunjukkan ketidak-konsekwenan teori ini.

b. Ilmu Geologia sama sekali tidak mempunyai kepastian dalam menentukan umur bumi.

Perlu diketahui bahwa ada banyak metode yang bisa digunakan untuk menentukan umur bumi, dan ternyata metode-metode ini menghasilkan hasil yang sangat bervariasi. Misalnya metode pertama menghasilkan bilangan 100 juta tahun, maka metode kedua ternyata menghasilkan bilangan 20 ribu tahun, dsb.

Di samping itu perlu diketahui bahwa para ahli ilmu pengetahuan itu kebanyakan adalah orang yang bukan Kristen, bahkan anti Kristen. Karena itu, kalau dengan metode tertentu mereka menemukan bahwa umur bumi adalah jutaan tahun, maka hasil itu dipublikasikan, sedangkan kalau dengan metode yang lain menghasilkan bilangan ribuan atau puluhan ribu tahun (sehingga cocok dengan Alkitab), maka hasil itu mereka sembunyikan.

Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa pada waktu Allah menciptakan segala sesuatu dalam Kej 1, maka semua itu diciptakan dalam keadaan ‘sudah mempunyai umur tertentu’ (yang tidak kita ketahui). Misalnya:

(1) Pada waktu Adam diciptakan pada hari ke 6, ia tidak diciptakan sebagai seorang bayi yang baru lahir, tetapi sebagai manusia dewasa, yang sudah mempunyai umur tertentu. Karena itu, andaikata pada hari ke 7 seorang ilmuwan memeriksa Adam, maka mungkin sekali ia mendapatkan bahwa Adam sudah berumur 30 tahun, atau 50 tahun, padahal Adam baru berumur 1 hari!

(2) Pada waktu pohon-pohonan diciptakan oleh Allah pada hari ke 3, mereka tidak diciptakan sebagai tunas yang baru tumbuh, tetapi sebagai pohon yang sudah besar, yang sudah mempunyai umur tertentu. Karena itu, andaikata pada hari ke 4 seorang ilmuwan memeriksa sebuah pohon, maka mungkin sekali ia akan mendapatkan bahwa pohon itu sudah berumur 100 tahun, padahal sebetulnya baru berumur 1 hari.

(3) Demikian juga pada waktu Allah menciptakan bumi dengan lapisan batu-batuannya, Allah menciptakannya dalam keadaan sudah mempunyai umur tertentu. Dan kita tidak tahu berapa umur bumi pada waktu diciptakan. Bisa saja 1000 tahun, atau satu juta tahun, atau bahkan ratusan juta tahun!

Karena itu, kalaupun para ilmuwan jaman sekarang bisa menemukan suatu metode penentu umur bumi yang betul-betul dapat dipercaya, dan dengan metode itu didapatkan bahwa umur bumi sudah 5 juta tahun, maka itu tidak menunjukkan bahwa Kitab Sucinya salah. Siapa tahu bahwa Allah memang menciptakan bumi ini dalam keadaan sudah berumur mendekati 5 juta tahun?

c. Kalau ‘gap theory’ mau mencocokkan Alkitab dengan Ilmu Geologia dalam persoalan umur bumi, lalu bagaimana dengan umur dari tulang-tulang manusia yang jutaan tahun (ini menurut ‘ilmu pengetahuan’; tetapi ini pun tidak bisa dipercaya!)? Apakah mereka mau berkata bahwa dalam Kej 1:1 itu juga sudah ada manusia?

(1) Kalau dikatakan bahwa dalam Kej 1:1 sudah ada manusia, maka:

(a) Itu berarti bahwa Adam bukan manusia pertama, dan ini bertentangan dengan 1Kor 15:45a - “Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk hidup’,”.

(b) Perlu dipertanyakan: bagaimana manusia itu bisa mati, padahal belum ada dosa?

(2) Kalau mereka berkata bahwa dalam Kej 1:1 itu belum ada manusia, maka mereka tetap tidak bisa mencocokkan Alkitab dengan ‘ilmu pengetahuan’.

d. Kalaupun di antara Kejadian 1:1 dan Kej 1:2 ada pemberontakan setan, mengapa alam semesta harus menjadi kacau / rusak? Iblis memang kuat, tetapi ia jelas sama sekali bukan tandingan Allah, sehingga ‘pertempuran’ antara Iblis dan Allah sama sekali ‘tidak seru’ dan tidak perlu sampai menghancurkan alam semesta. Pandangan yang mengatakan bahwa pertempuran Iblis melawan Allah itu sampai harus menghancurkan ciptaan Allah, adalah pandangan yang terlalu merendahkan Allah, karena secara tidak langsung mereka beranggapan bahwa kekuatan Iblis dan Allah itu tidak terlalu berbeda jauh.

e. ‘Gap theory’ ini muncul bukan sebagai hasil dari Exegesis terhadap Kej 1:1-2, tetapi sebagai hasil dari Eisegesis terhadap Kej 1:1-2. Exegesis berarti kita menggali ayat sedemikian rupa sehingga dari ayat tersebut keluar suatu ajaran. Ini adalah cara yang benar dalam menangani Kitab Suci. Tetapi Eisegesis berarti kita memasukkan pandangan kita ke dalam ayat Kitab Suci, dan ini jelas merupakan cara penafsiran yang salah.

Dengan demikian jelas bahwa Kej 1:1-2 tidak bisa dijadikan dasar dari kejatuhan setan.

4. Kejadian 6:2 dimana ‘anak-anak Allah’ diartikan sebagai malaikat.

Sebetulnya ini jelas tidak mungkin menunjuk pada kejatuhan setan, karena setan sudah ada dalam Kej 3. Disamping itu penafsiran ini bertentangan dengan Mat 22:30 yang menyatakan bahwa malaikat itu tidak kawin.

Matius 22:30 - “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga.”.

b) Dasar Kitab Suci yang benar tentang kejatuhan setan.

1. 2Petrus 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;”.

Tetapi ini sama sekali tidak menunjukkan dosa atau kesalahan apa yang dilakukan olehnya.

2. Yohanes 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”.

Tetapi bagian ini hanya mengatakan bahwa ia tidak hidup dalam kebenaran / berpegang pada kebenaran.

3. 1Timotius 3:6 - “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.”.

Secara implicit ini menunjukkan bahwa Iblis jatuh karena sombong. Ini sesuai dengan Yak 3:14-15 yang menunjukkan bahwa kesombongan / kemegahan merupakan hikmat dari setan.

Yakobus 3:14-15 - “(14) Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! (15) Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.”.

4. Yudas 6a: “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka,”.

NASB: ‘And angels who did not keep their own domain, but abandoned their proper abode’ [= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan daerah kekuasaan mereka, tetapi meninggalkan tempat tinggal mereka yang seharusnya].

NIV: ‘And the angels who did not keep their position of authority but abandoned their own home’ [= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan posisi otoritas mereka, tetapi meninggalkan rumah mereka sendiri].

KJV: ‘And the angels which kept not their first estate but left their own habitation’ [= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan tanah milik mereka, tetapi meninggalkan tempat tinggal mereka sendiri].

RSV: ‘And the angels who did not keep their own position, but left their proper dwelling’ [= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan posisi mereka sendiri, tetapi meninggalkan tempat tinggal mereka yang seharusnya].

Mungkin ini menunjukkan bahwa mereka ingin menjadi Allah, dan ini sesuai dengan godaannya kepada Hawa (Kejadian 3:5), dan juga keinginannya untuk disembah oleh Yesus (Matius 4:9).

Dari semua dasar Kitab Suci ini, harus diakui bahwa Kitab Suci tidak memberikan pengajaran yang jelas tentang kejatuhan setan. Tetapi kesimpulan yang mungkin diambil adalah: sekalipun sudah diciptakan sebagai makhluk mulia, tetapi kesombongannya menyebabkan ia tidak puas dan ingin menjadi Allah sendiri.

Pulpit Commentary: “It is hard to be high and not high-minded.” [= Adalah sukar untuk menjadi tinggi dan tidak menjadi sombong.] - hal 23.

Penerapan:

Kalau saudara dilahirkan dalam keadaan tinggi / mulia, misalnya kaya, pandai, ngganteng / cantik, dsb, berhati-hatilah untuk tidak jatuh dalam kesombongan!

2) Hukuman mereka.

Yudas 6 ini berkata: “Dan bahwa Ia menahan ... dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,”.

a) Saat ini setan ditahan oleh Allah dengan belenggu abadi dalam dunia kekelaman.

1. Setan yang tadinya tidak mau menahan diri sekarang justru ditahan oleh Allah.

NIV: ‘And the angels who did not keep ... these he has kept’ [= Dan malaikat-malaikat yang tidak menahan ... mereka ini telah Ia tahan].

Pulpit Commentary: “As they ‘kept not their lordship’, God has ‘kept them in everlasting bonds.’” [= Karena mereka tidak menjaga otoritas mereka, Allah telah menjaga / menahan mereka dalam belenggu abadi.] - hal 7.

Tyndale: “The evil angels had been too arrogant to keep their position - so God kept them in punishment.” [= Malaikat-malaikat yang jahat itu terlalu congkak untuk mempertahankan posisi mereka - jadi Allah mengurung / menahan mereka dalam penghukuman.] - hal 166.

Penerapan: Ini merupakan peringatan kepada kita yang tidak mau tunduk pada batasan yang Allah berikan kepada kita, seperti:

a. Tidak boleh bekerja pada hari Sabat.

b. Hanya boleh mempunyai 1 istri / suami.

c. Tidak boleh menikah dengan orang non Kristen.

d. Jangan berzina.

2. Apa artinya ‘setan ditahan dengan belenggu abadi dalam dunia kekelaman’?

a. Calvin: “We are not to imagine a certain place in which the devils are shut up, for the Apostle simply intended to teach us how miserable their condition is, since the time they apostized and lost their dignity.” [= Kita tidak boleh membayangkan suatu tempat tertentu didalam mana setan-setan itu dikurung, karena sang rasul hanya bermaksud untuk mengajar kita betapa buruknya kondisi mereka sejak saat mereka memberontak / murtad dan kehilangan martabat mereka.].

b. Anthony Hoekema menghubungkan hal ini dengan Wah 20:1-3.

Wahyu 20:1-3 - “(1) Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; (2) ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, (3) lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.”.

Dan ia mengatakan bahwa:

(1) Sejak kedatangan Yesus yang pertama setan dibelenggu / diikat. Dasarnya:

(a) Matius 12:29 - “Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu.”.

Kata ‘diikat’ di sini dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata yang sama seperti yang digunakan dalam Wahyu 20:2.

(b) Lukas 10:17-18 - “(17) Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’ (18) Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.

(c) Yohanes 12:31 - “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar;”.

Kata ‘dilemparkan’ menggunakan kata dasar Yunani yang sama dengan kata ‘melemparkan’ dalam Wah 20:3.

(2) ‘Diikat / dibelenggu’ tidak berarti bahwa ia dikurung dalam suatu tempat, tetapi hanya dibatasi kekuasaan / aktivitasnya.

Karena itu, ia masih mempunyai kebebasan tertentu untuk menggoda dan menyerang manusia. Dan nanti menjelang kedatangan Yesus yang kedua kalinya ia bahkan akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya (Wah 20:3b).

b) ‘Sampai penghakiman pada hari besar’.

Ini menunjuk pada penghakiman akhir jaman, dimana setan akan dilemparkan ke neraka (Wah 20:10) sehingga tidak lagi bisa menggoda / menyerang manusia.

Wahyu 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.

Beberapa hal yang perlu dicamkan:

1. Sekalipun penghukuman setan itu sudah pasti, tetapi saat ini setan belum dihukum / belum waktunya masuk neraka (Mat 8:29).

Matius 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.

2. Kalau setan masuk neraka nanti, ia akan dihukum, bukan menghukum! Bdk. Mat 8:29 Mat 25:41 Wah 20:10.

Matius 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.

Ini bertentangan dengan:

a. Orang Kristen tertentu yang melakukan penengkingan terhadap setan bukan hanya untuk keluar dari diri seseorang tetapi juga untuk masuk ke neraka. Penengkingan semacam ini sia-sia, karena saat ini memang belum waktunya bagi setan untuk masuk ke neraka.

b. Ajaran yang mengatakan bahwa di neraka saat ini sudah ada setan, dan mereka menyiksa manusia yang masuk ke neraka - buku ‘Wahyu Tuhan Yesus tentang neraka’.

c. Setan menyiksa Yesus di neraka - ini ajaran dari Faith Movement.

Persoalan 2Pet 2:4:

2Petrus 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;”.

Baca Juga: Mempertahankan Iman Terhadap Nabi-Nabi Palsu (Yudas 1:3-4)

Ayat ini seolah-olah menunjukkan bahwa Allah sudah memasukkan setan ke dalam neraka. Untuk ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

(1) Kata ‘neraka’ di sini diterjemahkan dari kata Yunani TARTARUS yang hanya digunakan satu kali ini saja dalam Kitab Suci.

(2) Bagian ini tidak boleh ditafsirkan sekan-akan setan sudah masuk neraka, karena ini akan bertentangan dengan Matius 8:29 Matius 25:41 Wahyu 20:10 dan bahkan bertentangan dengan 2Petrus 2:4 itu sendiri (baca bagian b dari ayat itu).

(3) Mungkin bagian ini hanya menunjukkan kepastian bahwa setan akan masuk neraka.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post