7 BUKTI ALKITAB YESUS KRISTUS MANUSIA SEJATI
Pdt. Yakub Tri Handoko.
Sekarang kita akan membahas tentang bukti-bukti Alkitab bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh manusia sejati. Mari kita melihat beberapa bukti yang awal.
1. Pertama, pernyataan Alkitab yang eksplisit bahwa Yesus sama dengan manusia. Penulis surat Ibrani berkali-kali menyatakan hal ini, antara lain di dalam Ibrani 2:14 yang mengatakan bahwa Yesus Kristus Anak Allah itu sama dengan manusia. Hal ini dinyatakan lebih jelas lagi di ayat ke-17 “Ia dijadikan sama di dalam segala sesuatu”.
Sekarang kita akan membahas tentang bukti-bukti Alkitab bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh manusia sejati. Mari kita melihat beberapa bukti yang awal.
1. Pertama, pernyataan Alkitab yang eksplisit bahwa Yesus sama dengan manusia. Penulis surat Ibrani berkali-kali menyatakan hal ini, antara lain di dalam Ibrani 2:14 yang mengatakan bahwa Yesus Kristus Anak Allah itu sama dengan manusia. Hal ini dinyatakan lebih jelas lagi di ayat ke-17 “Ia dijadikan sama di dalam segala sesuatu”.
Segala sesuatu yang termasuk hakikat manusia, yang dimiliki oleh semua manusia, juga dimiliki oleh Kristus. Dosa bukanlah bagian dari hakikat manusia. Ketika Adam dan Hawa diciptakan, mereka tidak memiliki dosa, sehingga dosa tidak termasuk kategori hakikat manusia. Kecuali dalam hal dosa, Yesus Kristus telah dijadikan sama dengan segala sesuatu yang termasuk dalam hakikat manusia.
2. Kedua, Yesus Kristus benar-benar menjadi manusia/daging. Di dalam Yohanes 1:14 dikatakan, Firman itu telah menjadi manusia (Yunani: Sarx). Dalam teks Yunani, kata “manusia” di sana secara harfiah lebih tepat diterjemahkan “daging”, sehingga kalimatnya menjadi “Firman itu telah menjadi daging.” Bagi orang-orang pada zaman itu, terutama mereka yang berlatar belakang budaya Yunani, kalimat ini cukup mengagetkan. Mengapa? Karena mereka dipengaruhi oleh filsafat Plato yang membedakan antara yang materi dan yang non materi.
2. Kedua, Yesus Kristus benar-benar menjadi manusia/daging. Di dalam Yohanes 1:14 dikatakan, Firman itu telah menjadi manusia (Yunani: Sarx). Dalam teks Yunani, kata “manusia” di sana secara harfiah lebih tepat diterjemahkan “daging”, sehingga kalimatnya menjadi “Firman itu telah menjadi daging.” Bagi orang-orang pada zaman itu, terutama mereka yang berlatar belakang budaya Yunani, kalimat ini cukup mengagetkan. Mengapa? Karena mereka dipengaruhi oleh filsafat Plato yang membedakan antara yang materi dan yang non materi.
Hal yang materi dianggap jahat dan hal yang non materi dianggap benar. Pengaruh pemikiran ini begitu luar biasa di dalam kebudayaan Yunani. Akibatnya, sulit bagi mereka untuk membayangkan bahwa yang bersifat non materi, yaitu Allah, Firman itu akhirnya mengambil bentuk materi, yang mereka anggap tidak benar atau mereka anggap sebagai sesuatu yang jahat. Bagaimana bisa yang non material, yaitu Allah atau Firman menjadi daging, sesuatu yang material bagi mereka? Tetapi itulah pernyataan Alkitab yang begitu eksplisit bahwa Yesus Kristus bukan hanya menjadi manusia tetapi menjadi daging.
3. Ketiga, Yesus Kristus lahir dari seorang perempuan. Kita semua tahu betapa indahnya kisah kelahiran Tuhan Yesus yang dicatat dalam Injil Lukas 1-2. Maria dipakai oleh Tuhan menjadi sarana untuk kelahiran Juru selamat. Maria mengandung Yesus Kristus sama seperti ibu-ibu lain yang juga mengandung anak mereka selama sembilan bulan.
3. Ketiga, Yesus Kristus lahir dari seorang perempuan. Kita semua tahu betapa indahnya kisah kelahiran Tuhan Yesus yang dicatat dalam Injil Lukas 1-2. Maria dipakai oleh Tuhan menjadi sarana untuk kelahiran Juru selamat. Maria mengandung Yesus Kristus sama seperti ibu-ibu lain yang juga mengandung anak mereka selama sembilan bulan.
Namun kehamilan Maria terjadi dengan cara yang luar biasa, meski dia juga mengalami rasa yang sama seperti layaknya perempuan-perempuan yang lain mengandung dan melahirkan anak-anak mereka. Yesus lahir bukan dari sebuah peristiwa yang mengada-ada, misalnya dari batu yang terbelah, lalu muncullah seorang pahlawan yang adikodrati yang bernama Yesus Kristus. Alkitab menghindari ungkapan-ungkapan yang berbau mitologi semacam itu, karena memang proses kelahiran Yesus Kristus dari seorang perempuan merupakan peristiwa sejarah, bukan sebuah mitos.
4. Keempat, Yesus memiliki keterbatasan manusia. Di dalam Lukas 2:40 dan 52 dikatakan bahwa Tuhan Yesus itu berproses; Ia menjadi lebih besar, lebih berhikmat, dan sebagainya. Ada sebuah proses yang Ia jalani. Bahkan di dalam Ibrani 5:8 dikatakan, “sebagai Anak, Ia telah belajar untuk taat.” Semua manusia terbatas oleh waktu, dan berada di dalam sebuah proses. Tidak ada sesuatu yang terjadi secara spontan, kita semua terikat di dalam proses. Tuhan Yesus juga berada di dalam keterbatasan itu. Dia bahkan juga berada di dalam keterbatasan fisik.
4. Keempat, Yesus memiliki keterbatasan manusia. Di dalam Lukas 2:40 dan 52 dikatakan bahwa Tuhan Yesus itu berproses; Ia menjadi lebih besar, lebih berhikmat, dan sebagainya. Ada sebuah proses yang Ia jalani. Bahkan di dalam Ibrani 5:8 dikatakan, “sebagai Anak, Ia telah belajar untuk taat.” Semua manusia terbatas oleh waktu, dan berada di dalam sebuah proses. Tidak ada sesuatu yang terjadi secara spontan, kita semua terikat di dalam proses. Tuhan Yesus juga berada di dalam keterbatasan itu. Dia bahkan juga berada di dalam keterbatasan fisik.
Di dalam Yohanes 4 dikatakan bahwa Tuhan Yesus merasa letih, sehingga Dia perlu duduk dan minum air. Ada keletihan yang Yesus bisa rasakan. Matius 4 juga mencatat keterbatasan fisik Yesus yang lain, yaitu lapar setelah berpuasa empat puluh hari empat puluh malam. Yesus bisa merasakan lapar. Semua keterbatasan ini adalah keterbatasan manusia. Allah tidak bisa lapar, tidak bisa lelah, dan tidak membutuhkan proses. Tetapi manusia membutuhkan semuanya itu. Yesus Kristus, pada saat Dia menjadi manusia, Dia sungguh-sungguh menjadi manusia karena Dia berada di dalam keterbatasan sebagai manusia.
5. Kelima, Yesus Kristus memiliki pikiran manusia. Di dalam Lukas 2:52 dikatakan bahwa “Ia semakin bertambah hikmat-Nya.” Pikiran Tuhan Yesus juga mengalami pertumbuhan dan proses. Sebagai Allah tentu saja pikiran-Nya sempurna: Dia Mahatahu. Tetapi pada saat Ia menjadi manusia, maka pikiran-Nya terikat pada keterbatasan proses dan waktu. Saya percaya pada waktu Tuhan Yesus harus belajar hukum Taurat, maka Dia juga perlu untuk membaca dan menghafal hukum Taurat tersebut.
5. Kelima, Yesus Kristus memiliki pikiran manusia. Di dalam Lukas 2:52 dikatakan bahwa “Ia semakin bertambah hikmat-Nya.” Pikiran Tuhan Yesus juga mengalami pertumbuhan dan proses. Sebagai Allah tentu saja pikiran-Nya sempurna: Dia Mahatahu. Tetapi pada saat Ia menjadi manusia, maka pikiran-Nya terikat pada keterbatasan proses dan waktu. Saya percaya pada waktu Tuhan Yesus harus belajar hukum Taurat, maka Dia juga perlu untuk membaca dan menghafal hukum Taurat tersebut.
Kita tidak boleh membayangkan bahwa Dia sudah tahu segala sesuatu yang akan dikatakan oleh guru-guru Taurat-Nya. Sebagai Allah memang Dia Mahatahu. Tetapi sebagai manusia Dia memiliki pikiran manusia yang mengalami penambahan atau penurunan. Dalam hal ini pikiran Tuhan Yesus selalu mengalami proses pertumbuhan: Dia bertambah hikmat-Nya.
Lalu juga dikatakan di dalam Markus 13:32, Tuhan Yesus mengatakan tentang kedatangan-Nya kembali yang kedua kali. Tentang kedatangan Anak Manusia tidak ada seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat tidak tahu, manusia tidak tahu, dan bahkan Dia mengatakan Anak pun tidak tahu. Sebagai Allah tentu saja Dia Mahatahu. Tetapi ketika Dia mengucapkan ini kita harus memahaminya dalam hakikat Dia sebagai manusia. Sebagai manusia Dia tidak mahatahu, termasuk dalam hal kapan Dia datang kembali kedua kalinya. Hal itu akan ditentukan oleh Bapa-Nya sendiri. Jadi, Yesus Kristus memiliki pikiran manusia.
6. Keenam, Yesus Kristus juga memiliki perasaan manusia. Misalnya di dalam Matius 26, di taman Getsemani, kita tahu betapa gentar hati Tuhan Yesus. Dia mengaku dengan jujur kepada murid-murid-Nya bahwa Ia begitu gentar. Bahkan keringat-Nya itu menjadi seperti titik-titik darah, saking begitu takut dan gentarnya Dia. Allah tidak bisa takut. Tetapi Allah yang menjadi manusia sejati itu bisa mengalami takut.
Lalu juga dikatakan di dalam Markus 13:32, Tuhan Yesus mengatakan tentang kedatangan-Nya kembali yang kedua kali. Tentang kedatangan Anak Manusia tidak ada seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat tidak tahu, manusia tidak tahu, dan bahkan Dia mengatakan Anak pun tidak tahu. Sebagai Allah tentu saja Dia Mahatahu. Tetapi ketika Dia mengucapkan ini kita harus memahaminya dalam hakikat Dia sebagai manusia. Sebagai manusia Dia tidak mahatahu, termasuk dalam hal kapan Dia datang kembali kedua kalinya. Hal itu akan ditentukan oleh Bapa-Nya sendiri. Jadi, Yesus Kristus memiliki pikiran manusia.
6. Keenam, Yesus Kristus juga memiliki perasaan manusia. Misalnya di dalam Matius 26, di taman Getsemani, kita tahu betapa gentar hati Tuhan Yesus. Dia mengaku dengan jujur kepada murid-murid-Nya bahwa Ia begitu gentar. Bahkan keringat-Nya itu menjadi seperti titik-titik darah, saking begitu takut dan gentarnya Dia. Allah tidak bisa takut. Tetapi Allah yang menjadi manusia sejati itu bisa mengalami takut.
Di dalam Yohanes 11 Tuhan Yesus juga mengalami kesedihan yang luar biasa. Di depan kubur Lazarus, ketika Dia melihat Maria dan Marta menangis, maka dikatakan Yesus Kristus pun menangis, dan orang-orang melihat betapa Dia sangat mengasihi keluarga di Bethania itu. Tuhan Yesus mengalami kesedihan yang luar biasa. Perasaan semacam ini hanya akan menjadi milik manusia. Allah tidak akan memiliki perasaan takut, sedih, gentar, dan sebagainya karena Allah menguasai segala sesuatu.
7. Ketujuh, orang-orang di sekitar-Nya memahami Dia sebagai seorang manusia. Ketika Tuhan Yesus melakukan mujizat-mujizat yang luar biasa, yang membuat banyak orang begitu kagum, tetap saja masih ada orang-orang tertentu, orang-orang Yahudi yang tidak menerima Dia dan menganggap Yesus hanyalah manusia biasa. Misalnya di dalam Matius 13 mereka mengatakan, “Bukankah Dia ini anak Yusuf? Bukankah Dia ini si tukang kayu? Bukankah ibunya bernama Maria?” Orang-orang Yahudi ini bukan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka melihat mukjizat yang luar biasa tetapi mereka tetap menganggap bahwa Yesus Kristus hanyalah manusia biasa. Pandangan dari orang-orang yang tidak percaya ini meyakinkan kita juga bahwa Yesus memang benar-benar manusia. Orang-orang di sekeliling Dia memahami-Nya sebagai manusia.
Baca Juga: Yesus Kristus Adalah Manusia
7. Ketujuh, orang-orang di sekitar-Nya memahami Dia sebagai seorang manusia. Ketika Tuhan Yesus melakukan mujizat-mujizat yang luar biasa, yang membuat banyak orang begitu kagum, tetap saja masih ada orang-orang tertentu, orang-orang Yahudi yang tidak menerima Dia dan menganggap Yesus hanyalah manusia biasa. Misalnya di dalam Matius 13 mereka mengatakan, “Bukankah Dia ini anak Yusuf? Bukankah Dia ini si tukang kayu? Bukankah ibunya bernama Maria?” Orang-orang Yahudi ini bukan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka melihat mukjizat yang luar biasa tetapi mereka tetap menganggap bahwa Yesus Kristus hanyalah manusia biasa. Pandangan dari orang-orang yang tidak percaya ini meyakinkan kita juga bahwa Yesus memang benar-benar manusia. Orang-orang di sekeliling Dia memahami-Nya sebagai manusia.
Baca Juga: Yesus Kristus Adalah Manusia
Sebagai manusia, Yesus Kristus juga bisa memahami kita. Dia memahami kita bukan hanya karena Dia Allah yang Mahatahu, tetapi karena Dia pernah mengalami semua pencobaan yang kita alami. Dia pernah mengalami semua perasaan yang kita miliki. Dia pernah mengalami semua pikiran dan keterbatasan kita sebagai manusia. Dia sungguh-sungguh tahu karena Dia pernah menjadi manusia, sehingga Dia bisa memahami kita.
Tuhan memberkati kita! Amin!
Tuhan memberkati kita! Amin!