AKULAH GEMBALA YANG BAIK (YOHANES 10:11)

Yohanes 10:11. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;

Tidak ada gambaran yang lebih disukai mengenai Yesus daripada gambaran Gembala yang Baik. Gambaran gembala telah terjalin dalam bahasa dan gambar pemikiran Alkitab. Memang tidak bisa lain. Bagian terbesar dari tanah Yudea adalah dataran tinggi yang sentral, melintang dari Bethel sampai Hebron dan meliputi kira-kira 35 mil, dan bervariasi sepanjang 14 sampai 17 mil. Tanahnya sebagian besar adalah kasar dan berbatu, dan karenanya tidak bisa dihindarkan bahwa tokoh yang paling terkenal di dataran tinggi di Yudea itu adalah si gembala.
AKULAH GEMBALA YANG BAIK (YOHANES 10:11)
Hidup gembala itu amat berat. 

Tidak ada kawanan domba yang sedang makan rumput, yang tanpa gembala. Dia tidak pernah cuti. Oleh karena rumput hanya sedikit, maka domba-domba itu memencar, dan karena tidak ada tembok pelindung yang mengelilinginya, domba-domba itu harus senantiasa diawasi. Pada kedua ujung dataran tinggi yang sempit itu tanahnya menurun dengan tajam masuk ke dalam padang pasir yang bertebing terjal serta berbatu. 

Domba-domba itu selalu dapat tersesat dan hilang. Tugas gembala tidak hanya terus-menerus tetapi juga berbahaya, karena selain itu, dia harus melindungi kawanan dombanya terhadap binatang-binatang buas, khususnya terhadap anjing-anjing hutan, dan juga selalu ada pencuri-pencuri dan perampok-perampok siap untuk mencuri domba-domba itu.

Sir George Adam Smith, yang pernah menjelajahi tanah Palestina, menulis: “Di beberapa padang gurun yang tinggi, di mana pada tengah malam serigala-serigala berkeliaran dan menggonggong, jika engkau berjumpa dengan dia (yaitu gembala) tanpa tidur, mengamat-amati tempat yang jauh, di serang udara dingin, bersandar pada tongkatnya, mengamati domba-dombanya yang tersebar, setiap mereka ada dalam hatinya, engkau dapat mengerti gembala dari Yudea tampil di depan dalam sejarah umat itu; mengapa Kristus mengambil dia sebagai tipe dari pengorbanan diri sendiri.” Kesiap-siagaan yang terus-menerus, keberanian yang tidak kenal takut, kasih dan sabar terhadap kawanan dombanya, itulah yang menjadi ciri-ciri yang penting dari seorang gembala.

Hubungan antara domba dan gembala berbeda sekali di Palestina. 

Di Inggris domba itu dipelihara untuk nantinya disembelih, tetapi di Palestina kebanyakan untuk bulu wolnya. Maka terjadilah bahwa di Palestina domba-domba itu hidup bersama gembalanya selama bertahun-tahun, dan sering kali mereka mempunyai nama masing-masing, sehingga dapat dipanggil oleh gembala itu. Biasanya nama itu bersifat deskriptif umpamanya si Kaki-Coklat, si Telinga-Hitam.

Di Palestina gembala itu berjalan di muka dan domba-domba mengikutinya dari belakang. 

Gembala pergi dahulu untuk melihat apakah jalan itu cukup aman dan sering kali domba-domba itu perlu dibujuk untuk mengikuti. Seorang pelancong menceritakan bagaimana gembala memimpin kawanan dombanya mendatangi anak sungai untuk menyeberanginya. Domba-domba itu enggan untuk menyeberang. Gembala itu akhirnya memecahkan persoalan dengan menopang seekor anak domba untuk diseberangkan. Pada waktu induknya melihat bahwa anaknya berada di seberang sungai, maka ia menyeberang juga dan semua kawanan itu mengikuti induk itu menyeberang.

Adalah benar sekali bahwa domba itu mengetahui dan mendengar suara gembalanya; dan bahwa mereka tidak pernah akan menjawab suara orang lain. H.V. Morton, dalam bukunya In The Step of the Master, memberi suatu gambaran yang indah sekali mengenai cara gembala itu berkata-kata dengan domba-dombanya:

“Terkadang dia berkata kepada mereka dengan suara yang bernada nyanyian yang keras dengan menggunakan bahasa yang aneh seperti belum pernah aku dengar selama hidupku. Pertama kali aku mendengar bahasa domba itu, aku berada di atas bukit-bukit di sebelah belakang Yerikho. Satu kawanan kambing turun masuk ke lembah untuk kemu-dian naik lagi ke bukit yang di depannya. Waktu gembala menengok ke belakang dan melihat kambing-kambingnya tertinggal di belakang sedang makan daun-daunan semak. 

Dengan suara bernada tinggi dia memanggil kambing-kambingnya, dengan suatu bahasa yang dahulu mungkin digunakan oleh Pan (tokoh mitologis Yunani) di bukit-bukit Yunani. Suara itu tidak wajar sama sekali, karena sama sekali tidak mirip dengan suara manusia. Lebih mirip dengan suara hewan yang disusun dengan cara tertentu. Kambing itu membalas mengembik, begitu mereka mendengar suara si gembala itu, dan dua tiga kambing menengok ke jurusan si gembala itu. Akan tetapi mereka tidak menuruti dia. Kawanan kambing itu kemudian menyerukan suatu kata, dengan mengeluarkan suara rengekan seperti tertawa. Langsung seekor domba dengan sebuah bel di lehernya berhenti makan, dan, sambil meninggalkan kawanan itu ia turun ke bawah, melintasi lembah untuk selanjutnya menaiki bukit di hadapannya. 

Si gembala beserta dengan kambing itu lalu berjalan dan menghilang di belakang sebuah batu karang. Segera timbul suasana panik di tengah kawanan itu. Mereka melupakan makan. Mereka melihat ke atas mencari gembala mereka. Dia tidak kelihatan. Mereka baru sadar bahwa pemimpin mereka, yaitu domba yang dikalungi bel di bagian lehernya, tidak ada lagi di tengah-tengah mereka. Dari jauh kedengaranlah suara tertawa yang aneh yang memanggil dari gembala. Mendengar suara itu kawanan kambing itu lalu berjejal-jejal turun ke bawah dan kemudian menaiki lereng bukit itu mengikuti gembala mereka.”

W.M. Thomson dalam bukunya The Land and the Book juga mencerita-kan hal yang sama. “Gembala itu sebentar-sebentar memanggil dengan suara yang tajam untuk memperingatkan mereka mengenai kehadiran-Nya. Mereka mengenal suaranya dan mengikuti dia; tetapi seorang yang tidak dikenal memanggil, mereka segera berhenti, mengangkat kepala mereka dalam keadaan siap-siaga, dan jika suara itu diulangi maka mereka membalikkan diri dan melarikan diri, karena mereka tidak mengenal suara orang lain itu. Pengalaman semacam ini aku alami beberapa kali.”

Persis seperti itulah gambaran yang diberikan oleh Yohanes. Tiap detail kehidupan gembala menerangi gambaran Gembala yang Baik, di mana domba-domba-Nya mendengar suara-Nya dan yang menunjukkan pemeliharaan-Nya yang terus-menerus kepada kawanan domba-domba-Nya.

𝐆𝐄𝐌𝐁𝐀𝐋𝐀 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐁𝐄𝐍𝐀𝐑 𝐃𝐀𝐍 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐏𝐀𝐋𝐒𝐔

Dalam Yohanes 10:11-15, melukiskan perbedaan kontras antara gembala yang baik dan yang buruk, yang setia dan yang tidak setia. Gembala itu secara mutlak bertanggungjawab atas domba-dombanya. Jika terjadi sesuatu pada seekor domba, dia harus dapat menunjukkan bukti bahwa itu bukan salahnya. Nabi Amos bicara tentang gembala yang menyelamatkan dua potong kaki atau sebagian dari daun telinga dari mulut singa (Amos 3:12).

Hukum Taurat menetapkan: “Jika binatang itu benar-benar diterkam oleh binatang buas, maka ia harus membawanya sebagai bukti.” (Keluaran 22:13). Maksudnya ialah bahwa gembala itu harus membawa pulang bukti bahwa dombanya telah mati dan tidak mampu melindunginya. Daud menceritakan kepada Saul, bagaimana waktu dia menjaga domba-domba ayahnya, dia harus berkelahi melawan singa dan beruang (1Samuel 17:34-36). Nabi Yesaya menyebutkan segerombolan gembala-gembala yang dipanggil keluar untuk menghadapi singa (Yesaya 31:4).

Gembala memandang wajar sekali untuk mempertaruhkan jiwanya dalam membela kawanan domba-dombanya. Terkadang gembala itu harus berbuat lebih daripada mengambil risiko tersebut; terkadang dia harus mengorbankan diri, mungkin jika pencuri dan perampok datang untuk merampok kawanan dombanya. Gembala yang sejati tidak pernah ragu-ragu untuk mengambil risiko dan bahkan untuk mengorbankan jiwanya bagi domba-dombanya.

Akan tetapi, pada pihak lain, ada gembala yang tidak setia. Bedanya ialah begini. Gembala yang sejati telah dilahirkan untuk menjalankan tugasnya. Dia dikirim keluar dengan domba-dombanya. Begitu mereka dipandang sudah cukup umurnya untuk melakukan tugas itu; domba-domba itu menjadi sahabat-sahabatnya dan kawan pergaulannya; dan telah menjadi tabiatnya untuk memikirkan tentang mereka sebelum memikirkan diri sendiri. 

Akan tetapi gembala yang palsu melakukan pekerjaan itu bukan sebagai panggilan, melainkan sebagai mata pencaharian. Dia melakukan pekerjaan itu hanya dan melulu untuk mendapat bayaran. Dia mungkin hanya seorang yang pergi ke bukit-bukit karena suasana kota sudah menjadi terlalu panas baginya. Dia tidak menyadari bobot dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan itu, dia hanya seorang bayaran.

Hal yang Yesus maksudkan ialah bahwa seorang yang bekerja hanya untuk mendapatkan upah, dia hanya memikirkan soal uang. Orang yang kerja karena kasih, dia terutama memikirkan keadaan orang-orang yang dia coba untuk layani. Yesus adalah gembala yang baik, yang mengasihi domba-domba-Nya sedemikian rupa sehingga untuk keselamatan mereka Dia rela untuk mempertaruhkan bahkan pada suatu hari mengorbankan hidup-Nya.

Kita dapat perhatikan dua hal sebelum kita meninggalkan bagian ini.

(1). Yesus melukiskan diri-Nya sebagai gembala yang Baik. 

Di dalam bahasa Yunani ada dua kata yang berarti “baik”. Ada kata Yunani “agathos”’ yang hanya menunjukkan kepada kualitas akhlak (moral) sesuatu; ada kata “kalos” yang berarti bahwa di dalam kebaikan itu ada sejumlah yang menarik yang membuatnya menjadi indah. Jika dilukiskan sebagai gembala yang “baik”, kata yang dipakai ialah “kalos”. Di dalam Dia ada segi yang melebihi ketepat-gunaan (efisiensi), dan yang melebihi kesetiaan, yang membuat Dia sungguh indah menarik.

Catatan: (Yohanes 10:11 Terjemahan Bebas) Aku Adalah Gembala Yang Baik 

Kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) di sini oleh banyak orang dihubungkan dengan dengan kata-kata ‘I am’ dalam Keluaran 3:14 yang oleh NIV diterjemahkan sebagai berikut: God said to Moses, “I am who I am. This is what you are to say to the Israelites: ‘I AM has sent me to you’” (= Allah berkata kepada Musa: “Aku adalah Aku. Inilah yang harus kamu katakan kepada orang-orang Israel: ‘AKU ADALAH telah mengirimku kepadamu’”).

Lalu dalam Keluaran 3:15 Allah memperkenalkan diri dengan sebutan Yahweh / Yehovah (= TUHAN).

Karena itu, kata-kata Yesus ini secara implicit menunjukkan diri-Nya sebagai Yahweh / Allah sendiri (bdk. Yeremia 23:5-6 Yeremia 33:15-16 di mana Yesus disebut sebagai TUHAN / Yahweh!)

Terkadang di desa atau kota kecil orang mengatakan tentang dokter yang baik. Mereka tidak hanya memikirkan tentang ketepatgunaan dokter dan keterampilannya sebagai dokter; mereka berpikir tentang simpati, keramahtamahan dan keluwesan yang dia miliki dan yang menjadikan dia sahabat semua orang. Di dalam gambaran Yesus sebagai gembala yang Baik tidak hanya ada keindahan yang menarik, melainkan juga kuat kuasa.

(2). Hal yang kedua ialah sebagai berikut ini. 

Di dalam perumpamaan, kawanan domba itu ialah gereja Kristus, dan gereja itu menderita dua macam bahaya. Ia selalu bisa diserang dari luar, oleh serigala-serigala, perampok-perampok dan pencuri-pencuri. Ia juga selalu dapat diserang dari dalam dan sering kali harus menderita karena kepemimpinannya yang buruk; karena malapetaka para gembala yang melihat panggilan mereka sebagai karier, dan bukan sebagai pelayanan. 


Bahaya yang kedua adalah yang jauh lebih buruk; sebab jika gembala itu baik dan setia, hal itu berarti pertahanan yang kokoh terhadap serangan-serangan dari luar. Akan tetapi jika ia adalah seorang bayaran yang tanpa iman, musuh-musuh dari luar itu dapat menerobos masuk dan membinasakan kawanan itu. Dasar gereja yang pertama-tama adalah kepemimpinan yang didasarkan atas contoh yang diberikan oleh Yesus Kristus. 

Tanya-Jawab: Akulah gembala Yang Baik (Yohanes 10:11)

1. Apa arti dari "akulah gembala yang baik" dalam Yohanes 10:11?

Ayat ini merujuk pada pernyataan Yesus bahwa Ia adalah gembala yang baik yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya.

2. Mengapa Yesus membandingkan diri-Nya dengan seorang gembala?

Yesus membandingkan dirinya dengan seorang gembala karena pada zaman itu profesi gembala sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Gembala bertanggung jawab untuk menggembalakan dan menjaga kawanan domba dari bahaya, seperti serangan binatang liar atau pencurian. Dalam Yohanes 10:11, Yesus mengatakan "Akulah gembala yang baik; gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." Dalam pernyataan ini, Yesus menggambarkan dirinya sebagai gembala yang baik yang rela mengorbankan dirinya untuk melindungi dan menyelamatkan umat-Nya. Dengan analogi ini, Yesus ingin menunjukkan kasih dan perhatian-Nya terhadap umat manusia dan keinginan-Nya untuk melindungi mereka dari bahaya dan kesesatan.

3. Siapa yang dimaksud dengan "domba-domba" dalam ayat ini?

Dalam ayat Yohanes 10:11, Yesus mengatakan "Akulah gembala yang baik; gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-domba." Dalam konteks ini, "domba-domba" merujuk pada pengikut Yesus atau orang-orang yang percaya kepada-Nya. Yesus membandingkan dirinya dengan seorang gembala yang memimpin dan melindungi kawanan domba-Nya, yang merupakan umat-Nya. Sebagai gembala yang baik, Yesus bersedia memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya, yaitu dengan mati di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia.

4. Apa yang dimaksud dengan memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya?

Ayat Yohanes 10:11 menyatakan, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-domba-Nya."

Maksud dari ayat ini adalah Yesus mengidentifikasikan dirinya sebagai gembala yang baik yang siap untuk mengorbankan nyawanya demi keselamatan domba-domba-Nya. Yesus sebagai gembala yang baik ini mempunyai tanggung jawab untuk melindungi, merawat, dan mengarahkan domba-domba-Nya ke tempat yang aman, yaitu surga.

Dalam konteks kekristenan, Yesus memberikan nyawa-Nya sebagai korban penghapus dosa manusia. Ia datang ke dunia bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28). Oleh karena itu, kita sebagai umat Kristen diingatkan untuk mengikuti teladan Yesus dalam melayani sesama dan memberikan hidup kita bagi orang lain.

5. Apa implikasi dari pernyataan ini bagi para pengikut Yesus?

Pernyataan "Akulah gembala yang baik" dalam Yohanes 10:11 adalah pernyataan Yesus tentang dirinya sendiri sebagai gembala yang memberikan kehidupannya untuk domba-dombanya. Implikasi dari pernyataan ini bagi para pengikut Yesus adalah bahwa mereka harus mengikuti teladan Yesus dan bersedia memberikan hidup mereka untuk sesama seperti yang dilakukan Yesus. Para pengikut Yesus juga harus siap untuk mengorbankan diri mereka sendiri demi kepentingan orang lain, seperti yang dilakukan oleh Yesus. Dengan kata lain, pernyataan ini menuntut para pengikut Yesus untuk hidup dalam pelayanan dan kasih kepada sesama.

Amin.
Next Post Previous Post