DOKTRIN UTAMA SOTERIOLOGI: PENDAMAIAN KRISTUS DI KAYU SALIB

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.

Doktrin pendamaian besar (the great atonement) dalam Perjanjian Baru adalah khas rasul Paulus, suatu cara memandang salib yang tidak kita temukan pada penulis-penulis Perjanjian Baru lainnya. Ada empat bagian utama dimana rasul Paulus membicarakan pendamaian ini (Roma 5:10-11; 2 Korintus 5:18-20; Efesus 2:11-16; Kolose 1:19-22). 
DOKTRIN UTAMA SOTERIOLOGI: PENDAMAIAN KRISTUS DI KAYU SALIB
Walau pendamaian ini merupakan khas rasul Paulus, justru pendamaian ini merupakan hal yang hakiki pada peristiwa kematian Kristus, karena konsepsi dari pendamaian itu sendiri dipahami rasul Paulus dari Perjanjian Lama dengan baik dan sarat dengan makna yang baru.

Selaku seorang Yahudi dan ahli dalam hukum Taurat, rasul Paulus tentu saja mengenal Perjanjian Lama dengan sangat baik. Kita tahu bahwa rasul Paulus lahir dan dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang ketat terhadap hukum Taurat dan tradisi Yahudi. Ia adalah seorang lulusan terbaik dari sekolah Farisi di Yerusalem, di bawah bimbingan Gamaliel (Filipi 3:5; Galatia 1:13-14; Kisah Para Rasul 5:34).

Kita juga tahu, bahwa Gamaliel yang membimbing Paulus dalam hukum Taurat dan tradisi Yahudi adalah seorang pakar hukum Taurat, satu-satunya dari tujuh sarjana dalam sejarah bangsa Yahudi yang menerima sebutan “Rabban (tuan kami)”. Karena itu istilah pendamaian Perjanjian Lama seperti kata kerja Ibrani “Kippér (mengadakan pendamaian)”, kata benda “kóper (pendamaian)” dan kata lainnya “kappóret (tutup pendamaian” merupakan sangat dipahami rasul Paulus.

Istilah“kappóret” atau “tutup pendamaian” yang dipakai kepada tutup emas dari Tabut Perjanjian yaitu benda paling suci dalam seluruh Kemah Suci itu merupakan istilah yang diterapkan khusus, dimana pada Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur) imam besar besar mengambil darah dari sesekor lembu jantan dan seekor kambing lalu memercikkan darahnya ke atas tutup pendamaian itu (Imamat 16:11-15). Inilah satu-satunya saat dimana Imam Besar dapat masuk ke tempat Mahakudus itu, dan upacara agama Yahudi inilah yang dipahami rasul Paulus paling dekat maknanya dengan karya Kristus yang mendamaikan itu (bandingkan Ibrani 9:12).

Karena itulah rasul Paulus menyatakan bahwa “Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya (2 Korintus 5:18)” dan “Allah telah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus (2 Korintus 5:19)”. Kata “mendamaikan” dalam ayat tersebut merupakan terjemahan dari kata Yunani “katallasso” yang berarti “mengubah permusuhan menjadi persahabatan”. Kata “katallasso” ini digunakan pada pendamaian antara manusia dengan Allah dan antara seorang wanita yang kembali kepada suaminya (Roma 5:10,11; 11:15; dan 1 Korintus 7:11).

George W. Peters mengatakan, “Paulus telah menanamkan banyak kebenaran, yang tidak ter hapuskan, kepada dunia. Yang paling menonjol di antaranya ialah kenyataan bahwa ‘Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus’. Dengan kata lain, Allah telah menyediakan di dalam Kristus keselamatan yang cukup untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaannya yang mutlak dan kekal serta menawarkan kemuliaan yang tak terkatakan serta tak terlukis. Paulus menekankan bahwa Allah telah memberikan seorang Juru selamat dan keselamatan yang cukup untuk semua manusia”.

Seperti halnya rasul Paulus, banyak para teolog dan ahli Alkitab telah melihat bahwa doktrin pendamaian besar merupakan doktrin utama, paling penting dan menentukan dalam soteriologi Alkitabiah. Millard J. Millard J.Erickson mengatakan, “doktrin pendamaian ini merupakan doktrin yang paling menentukan bagi kita karena di dalamnya kita berhadapan dengan titik balik dari, katakanlah, unsur obyektif kepada unsur subyektif dari teologi Kristen.

Di dalam doktrin ini kita menggeser fokus kita dari sifat Kristus kepada karya-Nya yang aktif demi kita; di dalam doktrin ini teologi sistematika diterapkan langsung pada kehidupan kita. Pendamaian telah memungkinkan keselamatan kita”. 

Leon Morris, walau terkesan ekstrem, mengatakan demikian “Pendamaian merupakan doktrin yang paling penting dari iman Kristen. Kecuali pemahaman kita benar mengenai pendamaian ini, setidak-tidaknya bagi saya, maka tidak terlalu penting lagi pemahaman kita tentang doktrin yang lain”. Morris Juga menyatakan, “Yang sangat penting dalam beberapa diskusi belakangan ini adalah konsep Paulus tentang pendamaian.

Istilah ini dipakai dalam sejumlah kecil bagian (Roma 5:10-11; 2 Korintus 5:18-20; Efesus 2:16; Kolose 1:20-22), tetapi tersirat dalam banyak ayat lainnya, misalnya bagian-bagian yang berbicara tentang perdamaian yang terjadi antara Allah dengan manusia. Pendamaian ini dapat dipastikan merupakan suatu konsep yang penting dan adalah sangat berarti bahwa Paulus melihat kematian Kristus telah menyelesaikan permusuhan yang diakibatkan oleh dosa, dan membawa khasiat pendamaian yang berjangka uan jauh”.

Donald Guthrie mengatakan tentang doktrin pendamaian demikian, “Ini merupakan salah satu wawasan paling asasi dari amanat Kristen, karena amanat itu bertolak dari asumsi keterasingan manusia dari Allah dan lebih lanjut memperlihatkan bagaimana manusia dan Allah dapat didamaikan. Bila kita dapat mengerti pendamaian dalam kerangka pemikiran seluas ini, maka dapat dikatakan bahwa seluruh pekerjaan Kristus bersangkut paut dengan pendamaian”.

Sementara itu, Kevin J. Conner dalam menanggapi berbagai teori keliru tentang kematian Kristus seperti teori kecelakaan, teori martir, teori pengaruh moral, teori pemerintahan, teori komersial, dan teori penghapusan, mengatakan demikian, “Semua teori-teori ini tidak tepat dan dan memiliki elemen-elemen yang keliru di dalamnya. 

Teori-teori tersebut merupakan pikiran alami yang berupaya menjelaskan kematian Kristus yang unik sehingga menyimpangkan kebenaran. Kristus benar-benar mati sebagai hasil kesetiaan kepada kebenaran yang Dia ajarkan dan yakini. Dia benar-benar mati sebagai ekspresi kasih Allah.

Dia benar-benar mati untuk menegakkan kebenaran dari pemerintahan Allah. Dia mati untuk membayar harga pembebasan dosa. Tetapi semuanya ini hanyalah sebagian aspek dari kematianNya. Mereka semua menghilangkan tujuan utama dari kematianNya yakni pendamaian. Menghilangkan kematian Kristus yang mendamaikan berarti menghilangkan kebenaran mendasar dari karya Kristus”.

Disini Kevin J. Conner mengakui bahwa tujuan utama kematian Kristus adalah pendamaian. Dan apa yang dinyatakan oleh Kevin J. Conner tersebut di atas selaras dengan seluruh kebenaran Alkitab. Istilah-istilah teologis dan alkitabiah seperti pengorbanan (sakrifasi), pengantaraan (mediasi) , pencurahan darah, peredaan murka (propisiasi), penghapusan kesalahan (ekspiasi), korban pengganti (substitusi), dan penebusan (Rendempsi) merupakan bagian-bagian penting dari pendamaian besar (the great atonement) yang dikerjakan Kristus melalui kematianNya di kayu salib.
Next Post Previous Post